• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang saat ini masih dialami oleh negara-negara berkembang yang ada di dunia, termasuk negara Indonesia. Banyak cara yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk menyelesaikan masalah kemiskinan, akan tetapi hasilnya belum optimal. Menurut BPS (2012) jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang (11,96%), persentase penduduk miskin di daerah perkotaan sebesar 8,78% dan penduduk miskin di daerah perdesaan sebanyak 15,12%. Kondisi inilah yang masih menjadi “pekerjaan rumah” yang masih harus diselesaikan oleh bangsa Indonesia yang telah berusia 67 tahun sejak kemerdekaannya.

Salah satu tanda kemiskinan adalah kondisi pemukiman yang belum terpenuhi dengan baik. Rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia menjadi kebutuhan yang harus diperhatikan karena menyangkut kesejahteraan masyarakat. Data dari Menteri Perumahan Rakyat (2012) jumlah masyarakat miskin Indonesia mencapai angka 30,02 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 13,6 juta kepala keluarga (KK) tidak memiliki rumah yang layak huni. Rumah bukan hanya sebuah bangunan struktural, tetapi tempat kediaman yang harus memenuhi syarat-syarat kehidupan yang layak dari berbagai aspek kehidupan, seperti sanitasi, kamar mandi, pencahayaan, dan lain-lain. Oleh karena itu, rumah tidak layak huni perlu mendapatkan perhatian khusus. Karena tempat tinggal yang

(2)

layak huni akan membawa kenyamanan dalam hidup seseorang. Sebaliknya, tempat tinggal yang tidak layak akan membawa permasalahan baru yang akan berdampak negatif pada aspek kehidupan lainnya. Undang-undang nomor 11 Tahun 2011 menyebutkan:

Bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dan yang mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif.

Pendidikan Non Formal sebagai salah satu subsistem pendidikan nasional memiliki peran dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan Non Formal berperan dalam membawa perubahan menuju perubahan yang lebih baik karena manusia adalah subjek pembangunan yang sebenarnya. Oleh karena itu, Pendidikan Non Formal memberikan layanan khusus yang berbeda dengan Pendidikan Formal dan Pendidikan Informal. Sebagaimana Sudjana (2010:1) menyatakan:

Pendidikan Non Formal adalah setiap usaha yang dilakukan dengan sadar, sengaja, teratur, dan berencana yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan dirinya sehingga terwujud manusia yang gemar belajar-membelajarkan, mampu meningkatkan taraf hidup, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau pembangunan masyarakat.

Setiap program yang akan dilaksanakan harus berdasarkan kebutuhan sehingga program tersebut tepat sasaran. Kebutuhan manusia yang semakin hari semakin meningkat sesuai dengan perkembangan jaman mengakibatkan tidak semuanya bisa terpenuhi. Dengan keterbatasan yang dimilikinya menyebabkan perlunya pertimbangan dalam memenuhi kebutuhan apa yang terlebih dahulu harus terpenuhi. Kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, dan papan

(3)

merupakan kebutuhan pertama yang harus dipenuhi untuk dapat mencapai kebutuhan lainnya. Sudjana (2010:168) mengemukakan, “Upaya untuk memenuhi kebutuhan perlu dimulai dari tingkat kebutuhan yang paling kuat, yaitu kebutuhan dasar, karena terpenuhinya kebutuhan dasar ini menjadi tonggak awal bagi upaya memenuhi kebutuhan selanjutnya”.

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) yang dahulu bernama Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) merupakan salah satu lembaga kemasyarakatan yang ada di tengah masyarakat. LPM dibentuk atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dan lurah dalam memberdayan masyarakat. Sebagaimana di atur dalam Permendagri nomor 5 Tahun 2007 Tentang Pedoman Penataan Lembaga Kemasyarakatan, yaitu:

Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa, untuk selanjutnya disingkat LKMD atau Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, untuk selanjutnya disingkat LPM adalah Lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra Pemerintah Desa dan Lurah dalam menampung dan mewujudkan aspirasi serta kebutuhan masyarakat di bidang pembangunan.

LPM Setiamanah merupakan LPM yang berada di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi. Jumlah masyarakat miskin di Kelurahan Setiamanah sebanyak 209 KK (keluarga prasejahtera) tercatat memiliki tempat tinggal yang belum layak huni. Hal ini mengakibatkan harus adanya upaya yang dilakukan oleh pengelola LPM untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu upaya tersebut dengan cara membangun rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat nomor 22 Tahun 2008 menyebutkan, “Rumah layak huni adalah adalah rumah yang memenuhi

(4)

persyaratan keselamatan bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan serta kesehatan penghuninya”.

Letak Kelurahan Setiamanah yang berada di alun-alun kota Cimahi membuat pengelola LPM harus dapat merencanakan program pembangunan yang dapat melibatkan partisipasi masyarakat. Dengan adanya partisipasi masyarakat diharapkan akan tumbuh rasa tanggung jawab sehingga masyarakat tidak hanya berperan sebagai penikmat, tetapi pelaku dan pelaksana pembangunan. Karena masyarakat sendirilah yang mengetahui permasalahan, potensi, kebutuhan yang ada di daerahnya. Hal ini menuntut pengelola LPM perlu strategi dalam menciptakan iklim yang dapat mengikutsertakan masyarakat dalam proses pembangunan rumah layak huni untuk masyarakat miskin. Penciptaan iklim tersebut perlu di tata oleh pengelola dalam perencanaan dan pelaksanaan program yang pada akhirnya masyarakat dapat mengevaluasi sendiri atas apa yang telah mereka kerjakan.

Keinginan masyarakat untuk ikut serta dalam suatu program tidaklah mudah apabila tidak adanya kesadaran akan tujuan dari kegiatan tersebut. Kondisi masyarakat yang cenderung individualis, terutama untuk masyarakat yang terletak di daerah perkotaan yang terdiri dari manusia yang bermacam-macam lapisan/tingkatan hidup, pendidikan, dan lain-lain membuat pengelola LPM Kelurahan Setiamanah harus menjalankan perannya dalam menciptakan suasana yang nyaman sehingga masyarakat dapat berkontribusi sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki tanpa adanya rasa ketidakadilan yang dirasakan masyarakat atas apa yang telah mereka berikan.

(5)

Berdasarkan masalah di atas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Peran Pengelola LPM dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengah Kota Cimahi.”

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. LPM Kelurahan Setiamanah berada di lokasi perkotaan, yakni alun-alun Kota Cimahi, akan tetapi masih adanya masyarakat miskin sebanyak 209 (2,67%) kepala keluarga (KK) yang tercatat menempati rumah tidak layak huni dari 7820 KK yang ada.

2. Mayoritas mata pencaharian masyarakat miskin tersebut adalah buruh (2,9%) dan pedagang (1,46%) dari jumlah penduduk sebanyak 27.503 orang.

3. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pengelola LPM mengadakan program pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin. Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan di lokasi masyarakat miskin sesuai dengan pendataan yang tersebar di 18 RT dan 81 RW di Kelurahan Setiamanah. Sehingga pembangunan tersebut dilakukan secara bertahap sesuai skala prioritas yang dibuat pengelola LPM dengan memperhatikan dana, letak rumah, jumlah anggota keluarga dan kondisi rumah yang akan diberikan bantuan program.

(6)

4. Adanya bantuan yang di terima pengelola LPM dan swadaya masyarakat baik berupa uang tunai, barang, dan jasa untuk pelaksanaan pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

5. Dengan banyaknya jumlah penduduk dan karakteristik yang bermacam-macam menyebabkan pengelola LPM yang berjumlah 12 orang perlu upaya dalam pelaksanakan program tersebut dengan melibatkan partisipasi masyarakat.

6. Tingkat partisipasi masyarakat cukup tinggi dalam suatu kegiatan. Hal ini ditandai dengan kehadiran dalam rapat dan keikutsertaan mereka dalam menyumbangkan baik berupa harta, tenaga, maupun pikiran sesuai dengan tingkatan sosial mereka pada kegiatan pembangunan rumah sebelumnya.

Berdasarkan beberapa permasalahan tersebut di atas, masalah penelitian dapat disusun dalam perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni?

2. Bagaimana strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin? 3. Bagaimana langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin? 4. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola

LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin?

(7)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Peran Pengelola Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat pada Pembangunan Rumah Layak Huni bagi Masyarakat Miskin di Kelurahan Setiamanah?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan informasi tentang:

1. Kondisi objektif LPM Kelurahan Setiamanah dalam program pembangunan rumah layak huni.

2. Strategi pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

3. Langkah-langkah pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

4. Faktor pendukung dan penghambat yang dialami oleh pengelola LPM dalam meningkatkan partisipasi masyarakat pada pembangunan rumah layak huni bagi masyarakat miskin.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang terdiri atas pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dan juga berbagai pihak lainnya yang terlibat pada program Pendidikan Luar Sekolah.

Secara terperinci manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya konsep, teori, dan wawasan Pendidikan Luar Sekolah yang didapat oleh peneliti

(8)

selama perkuliahan dan bisa diaplikasikan di lapangan sehingga dapat dijadikan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengelolaan program pemberdayaan masyarakat.

2. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk pengelola LPM Kelurahan Setiamanah dalam meningkatkan dan mempertahankan partisipasi masyarakat di Kelurahan Setiamanah Kecamatan Cimahi Tengan Kota Cimahi pada keberlanjutan program pembangunan masyarakat selanjutnya.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam rangka melanjutkan penelitiannya, maka peneliti memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

BAB III METODE PENELITIAN

Berisi tentang uraian lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan validitas hasil penelitian.

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Membahas mengenai gambaran umum lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian berupa kesimpulan dan saran atau rekomendasi,

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam pembuatan sistem ini adalah bagaimana cara membuat aplikasi sistem pakar untuk mendeteksi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana cara merancang draft Standar Nasional Indonesia (SNI)

Sistem informasi Manajemen adalah serangkaian sub sistem informasi yang menyeluruh dan terkoordinasi dan secara rasional terpadu yang mampu mentransformasi data sehingga

Dari pemaparan yang telah disampaikan mulai dari Bab I sampai Bab IV mengenai peran Lembaga Sensor Film dalam penentuan kelayakan film di Indonesia pada tahun 2011

PENGARUH KONSENTRASI URANIUM DAN WAKTU PERENDAMAN DALAM TCE TERHADAP LUAS MUKA, JARI-JARI RERATA DAN VOLUME TOTAL PORI KERNEL U 3 O 8 PADA GELASI INTERNAL.. Telah

Rias Busana dan Aksesories (Hari dan Tempat yang sama) a.. Rias Busana Pengantin Internasional untuk Resepsi

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah dari perancangan ini adalah bagaimana membuat film animasi pendek yang menghibur dan menarik, juga dapat dimengerti

moushiwakearimasen, hontou ni sumimasendeshita, omataseshimashita, suimasen, gomennasai, taihen moushiwakegozaimasen, sumimasen, gomen, ojamashimashita. Dari beberapa data