• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Capaian Kinerja. Tabel 3.1 Skala Pengukuran Kinerja. A.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "A. Capaian Kinerja. Tabel 3.1 Skala Pengukuran Kinerja. A.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

A. Capaian Kinerja

Salah satu cara mengukur pencapaian kinerja suatu unit organisasi adalah melalui indikator yang telah ditetapkan oleh unit organisasi tersebut. Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 telah menetapkan target yang harus dicapai melalui perjanjian kinerja yang mana di dalam dokumen tersebut terdapat Indikator Kinerja Utama (IKU). Dilatarbelakangi oleh Dokumen Perjanjian Kinerja tahun 2020, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan berkomitmen dalam mencapai target kinerja yang telah ditetapkan melalui IKU BKKBN sebanyak tujuh indikator sasaran strategis, enam indikator sasaran program dan empat indikator yang mendukung Proyek Prioritas Nasional (Pro PN). Hasil kinerja BKKBN ditentukan melalui skala pengukuran kinerja yang ditetapkan melalui Surat Sekretaris Utama Nomor: 458/ RC.06/B1/2019 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skala Pengukuran Kinerja

No Nilai Skala Pengukuran Kinerja Status Capaian

1 ≥ 90 Sangat Baik

2 80 - 89 Baik

3 70 - 79 Cukup

4 ˂ 70 Kurang

A.1 Indikator Kinerja Sasaran Strategis Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

1. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) Per WUS (15–49 Tahun) Angka kelahiran total/TFR adalah jumlah anak rata-rata yang dilahirkan oleh seorang perempuan sampai akhir masa reproduksinya apabila perempuan tersebut mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung atau rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya. Pada tahun 2020, capaian TFR Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja, yang artinya

(3)

3

Provinsi Sumatera Selatan berhasil memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian TFR per WUS (15-49 tahun) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020, yaitu:

Tabel 3.2 Pencapaian Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15–49 Tahun) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Menurunnya Angka Kelahiran Total Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15-49 Tahun) 2,33 2,27 102,58

Sumber Data: BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan capaian TFR dua tahun sebelumnya serta dibandingkan dengan target dokumen rencana strategis, maka diketahui realisasi capaian angka kelahiran total per WUS (15-49 tahun) Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan yang cukup stabil dan setiap tahun selalu dapat memenuhi target yang ditetapkan. Berikut grafik perbandingan capaian TFR, target Renstra dan target perjanjian kinerja yang harus dicapai:

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan SKAP 2018–2020

Grafik 3.1 Pencapaian Angka Kelahiran Total (TFR) per WUS (15–49 Tahun) Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–2020

(4)

4

Lebih lanjut lagi, jika dilihat pada grafik 3.1, maka dapat disimpulkan bahwan tahun 2020 merupakan tahun dengan capaian TFR paling signifikan dibandingkan dengan target yang ingin dicapai jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja 2020. Upaya–upaya strategis yang telah dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan untuk mendorong pencapaian TFR yang cukup signifikan pada tahun 2020 ini, selaras dengan strategi yang dicantumkan pada dokumen pohon kinerja. Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan:

a) Promosi pendewasaan usia kawin pertama dan kesehatan reproduksi remaja melalui Program Generasi Berencana (GenRe) dengan capaian sebesar 26 per 1.000 kelahiran dari target 27 per 1.000 kelahiran pada tahun 2020 (BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)). Diharapkan dengan meningkatnya usia kawin pertama wanita, maka akan mempersingkat masa fertilitasnya;

b) Peningkatan akses pelayanan KB dan kesehatan reproduksi melalui penguatan tempat pelayanan KB sebanyak 48.506 se-Provinsi Sumatera Selatan sehingga peserta KB mendapatkan jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Statistik Rutin, 2020);

c) Penyebarluasan promosi kesehatan reproduksi bagi remaja salah satunya mengenai usia ideal perkawinan. Informasi ini disebarluaskan oleh remaja PIK-R dan kelompok BKR memanfaatkan jejaring media sosial (Laporan Pro PN Remaja, 2020);

d) Meningkatnya komitmen tenaga pendidik dan masyarakat atas pentingnya pendidikan kependudukan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya kualitas Sekolah Siaga Kependudukan (SSK) yang telah dibentuk di 17 Kabupaten/Kota serta inisiatif strategis masyarakat di kampung KB melalui kegiatan “Taruna Kencana” yang melibatkan pemuda pemudi karang taruna untuk berpartisipasi aktif dalam mengedukasi teman sebayanya mengenai program Bangga Kencana di desa tersebut (Laporan Kegiatan Subbidang Pendidikan Kependudukan, 2020); e) Promosi dan KIE tentang isu kependudukan, keluarga berencana, dan

pembangunan keluarga, melalui berbagai media, tenaga lini lapangan, melibatkan stakeholder dan mitra kerja. Menurut hasil estimasi menggunakan data Susenas 2016–2019 maka dapat diketahui bahwa capaian indeks kepedulian masyarakat terhadap isu kependudukan pada tahun 2020 adalah sebesar 51,1%. Hal ini

(5)

5

Gambar 3.1 Dokumentasi Kegiatan Kemitraan

menunjukkan bahwa lebih dari separuh masyarakat sudah paham dan peduli terhadap empat komponen isu kependudukan, yaitu isu kuantitas penduduk, kualitas penduduk, mobilitas penduduk, dan isu dampak lingkungan jika dikaitkan dengan masalah kependudukan.

Penurunan TFR di Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan hasil kerjasama banyak pihak mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota hingga ke tenaga lini lapangan. Selain itu, partisipasi aktif mitra kerja, baik dari organisasi profesi, tokoh masyarakat, tokoh agama serta masyarakat secara umum merupakan kunci dari keberhasilan penurunan TFR ini. Berikut data perbandingan capaian TFR Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan TFR nasional, yaitu:

2,15 2,20 2,25 2,30 2,35 2,40 2,45 2,50 2018 2019 2020 2018 2019 2020 Indonesia 2,38 2,45 2,45 Sumatera Selatan 2,32 2,31 2,27

(6)

6

Sumber Data: SKAP, 2018–2020

Grafik 3.2 Perbandingan Capaian TFR Sumatera Selatan Terhadap Capaian TFR Nasional Periode 2018–2020

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai TFR Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah dari nilai TFR Nasional selama periode 2018 sampai dengan 2020. Hal ini menunjukkan bahwa pada tiga tahun berturut-turut penajaman intervensi Program Bangga Kencana di Provinsi Sumatera Selatan berhasil menurunkan nilai TFR secara cukup signifikan. Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung penurunan TFR pada tahun 2020:

a) Pelayanan KB yang merata dan berkualitas, baik pelayanan rutin yang diberikan di fasilitas kesehatan maupun pelayanan KB momentum, seperti pelayanan KB serentak (GERTAK) pada awal tahun yang menghasilkan 24.595 akseptor, pelayanan KB sejuta akseptor pada momentum Hari Keluarga Nasional XXVII yang menghasilkan 63.351 akseptor, pelayanan KB momentum Hari Vasektomi Sedunia menghasilkan 149 akseptor MOW dan 9 akseptor MOP maupun pelayanan KB momentum yang berkolaborasi dengan organisasi profesi tenaga kesehatan lainnya, misalnya pelayanan KB dalam rangka bulan unmetneed yang dipelopori oleh Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 (Laporan Bidang KBKR, 2020);

b) Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi (Alokon) di gudang provinsi, gudang kabupaten/kota, sampai dengan tingkat fasilitas kesehatan di lini lapangan;

c) Penguatan KB Pasca Persalinan (KB PP) melalui pembinaan model pelayanan KB Pasca Persalinan pada tenaga kesehatan yang ada di fasilitas kesehatan lanjutan dan juga di Kampung KB serta tidak hanya menjadikan KB PP sebagai pelayanan KB rutin, tetapi juga sebagai salah satu target dalam pelayanan KB momentum serta diberikan reward berupa sertifikat bagi akseptor yang melakukan KB PP. Hal ini dilakukan agar pengelola Program Bangga Kencana di tingkat Kabupaten/Kota dapat memberikan perhatian lebih dengan jenis pelayanan KB seperti ini;

(7)

7

d) Fasilitasi sertifikasi kompetensi peserta pelatihan Bidan dan Dokter peserta pelatihan CTU IUD dan Implan melalui aplikasi MONIKA, sebanyak 513 tenaga kesehatan dari target sebanyak 497 tenaga kesehatan atau Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan telah berhasil memfasilitasi sebesar 103,62% tenaga kesehatan yang melayani KB di lini lapangan yang tersebar di 17 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Selatan (Laporan Aplikasi Monika, 2020);

e) Peningkatan kapasitas tenaga kesehatan pelayanan KB melalui pre Service Training yang dilakukan dengan memberikan pembelajaran atau pelatihan CTU IUD dan Implan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran. Pada tahun 2020, kegiatan ini dilakukan bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang dan melibatkan sebanyak 68 Mahasiswa dan kegiatan dilakukan di 6 Puskesmas di Palembang (Laporan Bidang KBKR, 2020).

Dengan tercapainya target TFR ini, maka dampak yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat provinsi Sumatera Selatan adalah semakin baiknya kondisi sosial ekonomi masyarat. Salah satu indikator sosial ekonomi yang dapat menggambarkan dampak dari penurunan TFR adalah meningkatnya angka partisipasi sekolah anak antara tahun 2018 dan 2019. Berikut tabel yang dapat menggambarkan kondisi tersebut:

Tabel 3.3 Angka Partisipasi Sekolah Menurut Umur Tahun 2018 dan 2019

Sumber Data: Susenas, 2018–2019

Selain berpengaruh kepada angka partisipasi sekolah, penurunan TFR juga berpengaruh kepada status kesehatan di suatu wilayah. Berikut disampaikan grafik penurunan angka kematian anak di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu:

No Usia 2018 2019

1 7–12 99,71 99,71

2 13–15 94,41 94,51

3 16–18 69,65 70,29

(8)

8

Sumber Data: SDKI, 2002 - 2012

Grafik 3.3 Angka Kematian Anak di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2002 - 2012

2. Persentase Pemakaian Kontrasepsi Modern (Modern Contraceptive Prevalence Rate/mCPR)

Persentase pemakaian kontrasepsi cara modern atau Modern Contraceptive Prevalence Rate/mCPR adalah persentase pasangan usia subur (PUS) yang sedang menggunakan alat/cara KB modern berupa sterilisasi wanita (MOW), sterilisasi pria (MOP), Pil, IUD, Suntik, Implant dan Kondom. Pada tahun 2020, capaian mCPR Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja, artinya Provinsi Sumatera Selatan belum memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian mCPR Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020:

Tabel 3.4 Pencapaian Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern (mCPR) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Meningkatnya Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern (Modern Contraceptive Prevelance Rate/mCPR) 62,59 51,6 82,44 2002 -2003 2007 2012

Angka Kematian Anak 19 11 9

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

(9)

9

Sumber Data: BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan realisasi capaian pemakaian kontrasepsi modern (mCPR) antara tahun 2018–2020, maka dapat dilihat bahwa terjadi penurunan secara konsisten terkait penggunaan kontrasepsi modern. Berikut grafik trend capaian mCPR jika dibandingkan target renstra dan target perjanjian kinerja periode 2018 sampai dengan 2020, yaitu:

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan SKAP 2018–2020

Grafik 3.4 Pencapaian Pemakaian Kontrasepsi Cara Modern (mCPR) pada Pasangan Usia Subur di Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–

2020

Berdasarkan grafik di atas, perlu dilakukan analisis lebih lanjut mengapa semakin maju perkembangan zaman semakin terjadi penurunan penggunaan kontrasepsi cara modern. Setelah dilakukan analisis lebih lanjut, salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya capaian mCPR adalah fenomena ketidaktahuan remaja masa kini atau yang lebih dikenal dengan “kaum milenial” dengan rentang usia antara 10–24 tahun terhadap informasi alat/cara kontrasepsi modern. Berdasarkan hasil SKAP, pada tahun 2018 sebesar 11,0% remaja tidak mengetahui satupun alat/cara KB modern, kemudian pada tahun 2019 meningkat menjadi 31,1%. Perlu dilakukan kajian lebih dalam mengapa hal ini dapat terjadi, sehingga kedepannya dapat diambil langkah–langkah strategis agar target penggunaan kontrasepsi modern dapat tercapai. Selain itu, permasalahan lainnya yang mungkin menjadi penyebab rendahnya pencapaian target mCPR tahun 2020 adalah sebagai berikut:

a) Terjadi perubahan perilaku pencarian informasi oleh remaja dikarenakan adanya variasi media sosial yang semakin beragam saat ini. Berdasarkan data statistik

61,1 66,7 61,3 65,85 65,29 62,59 56,4 51,8 51,6 0 20 40 60 80 100 2018 2019 2020

TARGET RENSTRA TARGET PERJANJIAN KINERJA CAPAIAN KINERJA

(10)

10

pengunjung-pengunjung media sosial instagram resmi Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan @bkkbnsumsel_official terjadi peningkatan jumlah pengunjung antara tahun 2018 sampai dengan tahun 2020. Berikut grafik kenaikan jumlah pengunjung instagram @bkkbnsumsel_official yaitu:

Tahun 2018 Tahun 2019

Tahun 2020

Sumber Data: Instagram @bkkbnsumsel_official, 2020

Grafik 3.5 Grafik Trend Peningkatan Pengunjung Instagram @bbkkbnsumsel_official di Periode 2018–2020

b) Pengelola Program Bangga Kencana belum sepenuhnya memanfaatkan data dan informasi yang tersedia dalam melakukan intervensi program di lapangan sehingga Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan berinisiatif melakukan rapat pengendalian program dan anggaran secara rutin setiap bulan guna mengajak pengelola Program Bangga Kencana mulai dari tingkat kabupaten/kota sampai dengan lini lapangan menjadikan data capaian sebagai dasar dalam melakukan perencanaan dan tindak lanjut kegiatan pengelolaan program;

c) Jumlah tenaga Penyuluh KB/Petugas Lapangan (PKB/PLKB) hingga Desember tahun 2020 tidak merata jika dibandingkan dengan luas wilayah binaan. Rasio saat ini 1:8 desa/kelurahan yang artinya 1 PKB/PLKB harus membina 8 desa/kelurahan, sehingga pemberian KIE, penggerakan, pelayanan dan pembinaan bagi peserta KB belum dapat dilakukan secara optimal;

(11)

11

d) Jumlah frekuensi pelayanan KB bergerak pada tahun 2018 yang setidaknya 35 kali, mengalami penurunan pada tahun 2019 dan 2020 menjadi paling banyak 10 kali di wilayah Daerah Tertinggal Perbatasan dan Kepulauan terluar (DTPK) dan miskin perkotaan dikarenakan adanya penurunan anggaran yang cukup signifikan. Penurunan anggaran ini dikarenakan fokus pelayanan KB lebih ke pelayanan statis di fasilitas kesehatan dan juga karena Pandemi COVID-19 yang terjadi di triwulan I tahun 2020 (Laporan Kegiatan Bidang KBKR, 2020);

e) Meningkatnya penggunaan KB tradisional di Provinsi Sumatera Selatan periode 2012–2017. Berdasarkan data hasil SKAP diketahui jumlah pengguna KB tradisional pada wanita kawin usia 15–49 tahun sebesar 2% pada tahun 2012 meningkat 3 kali lipat menjadi 6% pada tahun 2017. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian pengelola program bangga kencana karena akan berpengaruh pada banyak capaian program kegiatan lainnya.

Meskipun pencapaian untuk indikator mCPR masih belum memenuhi target, akan tetapi Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan telah melakukan upaya–upaya secara optimal untuk menjamin seluruh PUS yang ingin ber-KB terlayani dengan baik. Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan pada tahun 2020:

a) Memastikan ketersedian kontrasepsi baik secara kuantitas maupun kualitas guna mencukupi kebutuhan melalui :

1) Pengadaan Alokon sebanyak 208.000 strip Pil KB Progestin, 90.340 set Implan, 4080 gross Kondom, 12.500 set IUD, 360.00 vial Suntik KB 3 Bulan, 270.000 Pil KB Kombinasi dan 1.178 set Implan 1 Batang serta Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) pendamping Alokon untuk mendukung tenaga kesehatan dalam melayani akseptor KB di fasilitas pelayanan kesehatan (Laporan Pengadaan Alokon dan BMHP, 2020);

2) Penyediaan dukungan distribusi Alokon dari gudang provinsi ke gudang 17 kabupaten/kota dan memastikan dana distribusi Alokon dari gudang kabupaten/kota ke 48.506 faskes melalui dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) dengan dana sebesar Rp1.616.340.000,-

(12)

12

termasuk juga dengan biaya pengepakan (Laporan Aplikasi MORENA Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan TW IV, 2020).

b) Meningkatkan upaya Advokasi dan KIE melalui berbagai media guna mengoptimalkan pencapaian program serta melibatkan stakeholder dan mitra kerja secara aktif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kontrasepsi modern;

c) Penguatan kinerja 434 PKB/PLKB PNS dan 1.131 PLKB non PNS, serta revitalisasi sebanyak 3.059 kader PPKBD dan 9.238 kader Sub-PPKBD di 17 kabupaten/kota se-Provinsi Sumatera Selatan untuk melakukan penjangkauan kepada masyarakat melalui mekanisme operasional lini lapangan dengan memanfaatkan jejaring media sosial maupun kunjungan tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, terutama untuk mencegah ledakan penduduk akibat pembatasan aktivitas kegiatan di masa Pandemi COVID-19;

d) Mengoptimalkan peran 20 orang motivator KB Pria yang tersebar di 17 kabupaten/kota dan 4 Kelompok KB Pria yang aktif di Kabupaten Muara Enim, Kota Lubuk Linggau, Kabupaten Musi Rawas, dan Kabupaten Banyuasin untuk mensosialisasikan KB Pria di wilayah Provinsi Sumatera Selatan (Laporan Subbid Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus, 2020);

e) Meningkatkan kapasitas tenaga medis dan penguatan kapasitas tenaga lapangan untuk mendukung penggerakan dan penyuluhan KB melalui pelatihan jarak jauh serta pembinaan lini lapangan melalui pemberian reward, seperti pemberian reward bagi penyuluh KB yang aktif mensosialisasikan Program Bangga Kencana di media sosial dalam rangka Hari Keluarga Nasional tingkat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 (Laporan Kegiatan Harganas XXVII Tk. Provinsi Sumatera Selatan, 2020).

Salah satu dampak dari semakin menurunannya capaian mCPR di Provinsi Sumatera Selatan adalah meningkatnya jumlah kelahiran yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) yang pada akhirnya berpengaruh pada penurunan kualitas pengasuhan

(13)

13

pada anak di suatu keluarga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rindang Ekawati (2008), disebutkan bahwa remaja yang telah menjadi ibu secara psikologis belum cukup matang untuk dapat memberikan pola asuh yang optimal terhadap anaknya. Salah satu indikator yang dapat menggambarkan pola asuh adalah pemberian ASI eksklusif pada balita. Berikut grafik persentase balita yang mendapatkan ASI Eksklusif periode 2015 sampai dengan 2019 Provinsi Sumatera Selatan, yaitu:

Sumber Data: Susenas, 2016–2019

Grafik 3.6 Persentase Balita yang Mendapatkan ASI Eksklusif di Provinsi Sumatera Selatan Periode 2015–2019

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa terjadi penurunan secara konsisten untuk persentase pemberian ASI eksklusif pada balita antara tahun 2015 sampai dengan tahun 2019. Hal ini sejalan dengan penurunan mCPR di Provinsi Sumatera Selatan. Sehingga dapat diduga dengan rendahnya penggunaan kontrasepsi, maka rendah pula kualitas pengasuhan pada anak. Hal ini perlu diwaspadai karena jika kualitas pengasuhan pada anak semakin rendah, maka akan semakin rendah pula kualitas SDM kita di masa yang akan datang. Oleh karena itu, upaya kampanye penggunaan kontrasepsi pada akhirnya memiliki dampak peningkatan kualitas SDM Provinsi Sumatera Selatan sehingga di kemudian hari, kehamilan yang direncanakan dengan matang akan menciptakan generasi-generasi berkualitas.

Dengan kondisi mCPR yang belum memenuhi target kinerja, maka dimasa yang akan datang diperlukan kajian yang lebih mendalam mengenai kanjian KB tradisional dan kajian mengenai persepsi penggunaan Alokon.

53,48 43,06 42,05 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2016 2017 2019

(14)

14

3. Persentase Peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) adalah kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lebih dari 2 tahun, efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari 3 tahun atau mengakhiri kehamilan pada pasangan yang sudah tidak ingin menambah anak lagi. Jenis metode yang termasuk ke dalam MKJP adalah kontrasepsi mantap pria dan wanita (tubektomi dan vasektomi), Implant dan IUD (Intra Uterine Device). Pada tahun 2020, capaian peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja maupun target Renstra, artinya Provinsi Sumatera Selatan telah memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian PA MKJP Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020, yaitu:

Tabel 3.5 Pencapaian Peserta Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Meningkatnya Angka Prevalensi Kontrasepsi Modern Persentase Peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) 27,07 11,3 41,74

Sumber Data: BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan realisasi capaian PA MKJP antara tahun 2018– 2020 maka dapat dilihat bahwa terjadi penurunan persentase PA MKJP. Berikut grafik trend capaian PA MKJP jika dibandingkan target renstra dan target perjanjian kinerja periode 2018 sampai dengan 2020

(15)

15

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan SKAP, 2018 -2020

Grafik 3.7 Pencapaian Peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–2020 Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa capaian Peserta KB Aktif MKJP tahun 2020 paling rendah dibandingkan tahun 2018 dan tahun 2019. Upaya–upaya strategis yang telah dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan untuk mendorong pencapaian Peserta KB Aktif MKJP pada tahun 2020 ini, yaitu:

a) Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kontrasepsi MKJP melalui sosialisasi, promosi melalui berbagai media (above the line, through the line, dan below the line), tenaga lini lapangan serta melibatkan stakeholder dan mitra kerja, salah satu upaya yang dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mencegah ledakan penduduk atau peningkatan jumlah kehamilan pada masa Pandemi COVID-19 adalah menyebarluaskan video himbauan Gubernur Sumatera Selatan melalui Whatsapp Group dan media sosial lainnya agar seluruh pasangan usia subur di Provinsi Sumatera Selatan menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted pregnancy) (Laporan Kegiatan Subbid AKIE, 2020);

b) Menyediakan dukungan penggerakan dan pemantapan pelayanan KB MKJP kepada 9 Peserta KB MOP, 117 Peserta KB MOW, 183 Peserta KB IUD, 944 Peseta KB Implant sebanyak Rp399.520.000,- serta biaya ayoman jika terjadi komplikasi/kegagalan untuk 2 kasus sebesar Rp4.000.000,-;

2018 2019 2020

TARGET PERJANJIAN KINERJA 25,84 27,07

TARGET RENSTRA 22,3 23,5 27,07

CAPAIAN KINERJA (SKAP) 20,1 21,8 11,3

0 5 10 15 20 25 30

(16)

16

c) Penguatan komitmen provider pasca pelatihan KB Pria Vasektomi serta pendampingan provider terlatih dalam pelayanan KB Pria serta melakukan pembinaan kelompok motivator KB Pria;

d) Meningkatkan kapasitas SDM tenaga kesehatan mengenai MKJP melalui kegiatan sosialisasi forum peningkatan pelayanan KB MKJP di faskes pemerintah dan swasta, serta pelatihan teknis CTU IUD dan Implant bagi bidan demi tersedianya bidan dan dokter terlatih pelayanan KB MKJP. Adapun jumlah tenaga kesehatan yang telah dilatih Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2019 adalah sebanyak 3.735 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari pelatihan CTU IUD dan Implant sebanyak 3.508 tenaga kesehatan, pelatihan MOP sebanyak 112 tenaga kesehatan dan pelatihan MOW sebanyak 115 tenaga kesehatan;

e) Menjamin ketersediaan kebutuhan alokon MKJP melalui pengadaan IUD dan Implant bagi PUS sebanyak 90.340 set Implant, 12.500 set IUD dan 1.178 set Implant 1 Batang pada tahun anggaran 2020;

f) Memantau realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik di kabupaten/kota untuk penyediaan sarana penunjang pelayanan KB antara lain implant removal kit, VTP Kit, IUD Kit, Obgyn Bed, tempat pelayanan alokon, sarana transportasi pelayanan dan penyuluhan KB yaitu mobil unit pelayanan KB guna meningkatkan kualitas pelayanan sampai ke tingkat fasilitas kesehatan di lini lapangan.

Selanjutnya, jika dibandingkan dengan capaian nasional, diketahui Provinsi Sumatera Selatan masih jauh dibawah capaian nasional mulai dari tahun 2018 hingga tahun 2020. Kemungkinan besar faktor yang menyebabkan penurunan PA MKJP secara konsisten ini adalah masih belum optimalnya penguatan peran tenaga lini lapangan untuk memastikan peserta KB aktif MKJP di wilayahnya terpantau kebutuhannya untuk mendapatkan pelayanan KB ulang. Selain itu, Pandemi COVID-19 juga memiliki pengaruh yang cukup besar mengapa capaian PA MKJP di wilayah Provinsi Sumatera Selatan cukup rendah dibandingkan dengan tahun–tahun sebelumnya. Berikut data

(17)

17

perbandingan capaian Peserta KB Aktif MKJP Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan nasional:

Sumber Data: Statistik Rutin, 2018 -2020

Grafik 3.8 Perbandingan Persentase Peserta KB Aktif (PA) Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Sumatera Selatan dengan

Indonesia Periode 2018–2020

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa capaian Peserta KB Aktif MKJP Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah dari capaian Peserta KB Aktif MKJP Nasional selama periode 2018 sampai dengan 2020. Hal ini menunjukkan bahwa pada tiga tahun berturut-turut penajaman intervensi Program Bangga Kencana di Provinsi Sumatera Selatan belum berhasil meningkatkan capaian Peserta KB Aktif MKJP secara cukup signifikan. Meskipun demikian, telah diupayakan melalui kegiatan-kegiatan yang spesifik guna mendukung peningkatan capaian Peserta KB Aktif MKJP pada tahun 2020, yaitu:

a) Penyediaan dan penyebarluasan informasi mengenai MKJP sesuai segmentasi sasaran melalui pendekatan platform digital dan konvensional. Salah satu metode yang telah dilakukan adalah dengan memasukan materi KB MKJP pada kegiatan update status Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan yang dilakukan setiap hari Senin pagi;

b) Meningkatkan koordinasi dengan OPD KB Kabupaten/Kota dan mitra kerja terkait seperti IBI, POGI, PKMI, dan P2KS dalam pelaksanaan pelayanan KB MKJP;

20,10 21,80 11,30 23,10 24,60 27,27 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 2018 2019 2020 Indonesia Sumatera Selatan

(18)

18

c) Melakukan penggerakan kegiatan pelayanan rutin maupun momentum sesuai peraturan Kepala BKKBN Nomor 14 Tahun 2017 tentang Penggerakan Pelayanan KB MKJP serta Ayoman Komplikasi dan Kegagalan Kontrasepsi serta surat edaran Kepala BKKBN No 637/I/KB06/E1/2018 tentang Penggerakan Pelayanan KB MKJP; d) Memastikan ketersediaan Alokon yang berkualitas mulai dari Gudang Provinsi,

Gudang Kabupaten/Kota hingga ke fasilitas kesehatan. Termasuk memonitoring tanggal kadarluarsa Alokon tersebut;

e) Melakukan kajian mengenai persepsi Pasangan Usia Subur (PUS) terhadap pemakaian kontrasepsi MKJP;

f) Meningkatkan kuantitas kegiatan momentum untuk meningkatkan capaian MKJP.

4. Persentase Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi (Unmetneed)

Kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmetneed) merupakan suatu kondisi pada PUS yang tidak menggunakan alat/cara kontrasepsi, namun menginginkan penundaan kehamilan (penjarangan) atau berhenti sama sekali (pembatasan). Pada tahun 2020, capaian unmetneed Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja, artinya Provinsi Sumatera Selatan belum memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian unmetneed Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020:

Tabel 3.6 Pencapaian Persentase Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi (Unmetneed) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Menurunnya kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (Unmetneed) 7,88 12,6 59,90

Sumber Data: BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)

Selanjutnya, realisasi capaian persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmetneed) oleh Provinsi Sumatera Selatan pada periode tahun 2018 sampai dengan tahun 2020 dibandingkan dengan target perjanjian kinerja yang harus dicapai sebagai berikut:

(19)

19

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2020, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan SKAP 2018–2020

Grafik 3.9 Persentase Kebutuhan Ber-KB yang Tidak Terpenuhi (unmetneed) Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–2020

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa target persentase unmetneed di Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan target Renstra dan perjanjian kinerja antara tahun 2018 sampai dengan 2020 tidak terpenuhi. Jika dilihat lebih lanjut, terdapat perbedaan target kinerja pada tahun 2018. Berdasarkan target Renstra, capaian persentase unmetneed terpenuhi sebesar 10% dari target Renstra 10,14%, namun jika berdasarkan target perjanjian kinerja yakni 7% maka tahun 2018 persentase unmetneed tidak memenuhi target. Namun demikian, berdasarkan data SKAP, capaian persentase unmetneed di Provinsi Sumatera Selatan untuk tahun 2018 sampai dengan 2020 masih berada dibawah rata-rata nasional. Penyebab masih belum berhasilnya Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan menurunkan persentase unmetneed antara lain:

a) Dari sisi kelembagaan OPD KB Kabupaten/Kota, di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar Dinas Pengendalian Penduduk Kabupaten/Kota masih bergabung dengan urusan bidang lain seperti Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, dan sebagainya. Sehingga kapasitas dinas yang belum utuh memiliki keterbatasan dalam hal SDM, penganggaran dan pengelolaan Program Bangga Kencana;

(20)

20

b) Masih tingginya persepsi yang salah tentang kontrasepsi yang memberi rasa takut akibat efek samping penggunaan alokon. Berdasarkan hasil SKAP 2019, diketahui 94% perempuan usia 30–49 tahun yang tidak mau menggunakan Alokon dengan alasan takut akan efek samping;

c) Masih adanya PUS yang menggunakan metode/cara kontrasepsi tradisional yang tidak dapat masuk dalam pelaporan, hal ini berdasarkan hasil SDKI 2017 bahwa terjadi peningkatan PUS yang menggunakan metode/cara kontrasepsi tradisional dari 2% menjadi 6%;

d) Masih tingginya persentase wanita kawin di Provinsi Sumatera Selatan yang tidak menggunakan alat/cara KB yang menyatakan di masa yang akan datang tetap tidak akan menggunakan alat/cara KB, yaitu sebesar 45,5% (SKAP, 2019);

e) Belum dilakukannya pemetaan lokus–lokus unmetneed di Provinsi Sumatera Selatan sehingga upaya yang dilakukan untuk menurunkan angka unmetneed belum maksimal.

Kedepannya, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan masih perlu melakukan upaya yang lebih fokus lagi dalam penurunan persentase unmetneed, karena dalam periode 3 (tiga) tahun berturut–turut persentase unmetneed masih terus meningkat meskipun angkanya masih di bawah rata–rata angka capaian nasional.

Berdasarkan hasil SKAP, rata-rata unmetneed nasional berada pada angka 12,40% ditahun 2018, kemudian meningkat menjadi 12,50% di tahun 2019 dan kembali meningkat menjadi 13,40% di tahun 2020. Capaian persentase unmetneed di Provinsi Sumatera Selatan masih rendah dibandingkan dengan rata-rata capaian nasional. Berikut data perbandingan capaian unmetneed Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan unmetneed nasional, yaitu:

(21)

21

Sumber Data: SKAP, 2018–2020

Grafik 3.10 Persentase kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi (unmetneed) Provinsi Sumatera Selatan Terhadap Capaian Nasional

Periode 2018–2020

Meskipun angka unmetneed di Provinsi Sumatera Selatan semakin meningkat selama periode 2018 sampai dengan 2020, telah dilakukan upaya-upaya strategis untuk menurunkan angka unmetneed tersebut. Berikut kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan:

a) Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang penggunaan alat/cara kontrasepsi termasuk efek samping/dampak terhadap Kesehatan melalui media sosial maupun media offline;

b) Pemanfaatan media sosial dan membuka layanan hotline Halo Dokter dan Halo PKB sebagai sarana konsultasi mengenai alat/cara kontrasepsi melalui whatsapp; c) Mengupayakan agar metode/cara kontrasepsi tradisional dapat masuk dalam

pelaporan sebagai salah satu metode/cara kontrasepsi;

d) Melibatkan Tokoh Agama (Toga) dan Tokoh Masyarakat (Toma) dalam memberikan penjelasan mengenai keluarga berencana;

e) Penguatan KIE kepada ibu hamil oleh kader, PPKBD, dan sub-PPKBD tentang perencanaan penggunaan kontrasepsi pasca persalinan melalui pelayanan BOKB.

(22)

22

5. Angka Kelahiran Remaja Umur 15-19 Tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19)

Undang-Undang Perkawinan Nomor 16 tahun 2019 menetapkan usia kawin pertama bagi perempuan adalah minimal 19 tahun, dari sebelumnya 16 tahun berdasarkan UU Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Meningkatnya usia kawin pertama dari 16 tahun menjadi 19 tahun harus dikawal secara sungguh-sungguh dikarenakan BKKBN menginginkan agar wanita bisa menikah minimal pada usia 21 tahun. Semakin dewasa usia kawin bagi perempuan, maka semakin pendek usia subur bagi seorang wanita. Untuk itu program-program untuk remaja melalui Program Generasi Berencana (GenRe) perlu terus digalakkan melalui berbagai jalur baik formal maupun non formal. Melalui Program GenRe diharapkan pengetahuan dan wawasan generasi muda tentang kesehatan reproduksi semakin baik yang pada gilirannya akan mempengaruhi perilaku remaja dalam menjaga kesehatan reproduksinya. Kegagalan Program GenRe akan berdampak pada tingginya kelahiran pada wanita usia muda (15-19 tahun).

Angka kelahiran menurut umur (ASFR) merupakan banyaknya jumlah kelahiran per 1.000 wanita pada kelompok usia tertentu antara 15-49 tahun. ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari wanita usia subur menurut umurnya. Pengetahuan tentang ASFR ini berguna untuk pelaksanaan Program KB dan peningkatan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Pada tahun 2020, capaian ASFR Provinsi Sumatera Selatan sama dengan target perjanjian kinerja, artinya Provinsi Sumatera Selatan dapat memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian ASFR Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020, yaitu:

Tabel 3.7 Pencapaian Angka Kelahiran Remaja Umur 15-19 Tahun Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Menurunnya angka kelahiran remaja Angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun (Age Specific Fertility Rate/ASFR 15-19) 27 27 100

(23)

23

Pencapaian indikator ini merupakan hasil dari pelaksanaan program antara lain melalui Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) dan kesehatan reproduksi pada remaja melalui program GenRe. Dalam rangka menurunkan angka ASFR maka perlu dilakukan upaya oleh berbagai pihak terutama memberikan akses pendidikan dan pekerjaan kepada wanita. Program GenRe bagi remaja perlu terus digaungkan kepada para remaja dengan memanfaatkan kelompok PIK Remaja baik PIK Remaja pada basis sekolah, kampus, pondok pesantren maupun basis komunitas (remaja masjid, karang taruna dan lain sebagainya) melalui kegiatan-kegiatan yang ramah remaja yang bertujuan untuk mendapatkan informasi kesehatan reproduksi demi membantu menurunkan angka kehamilan dan kelahiran remaja. Adapun kegiatan yang telah dilakukan guna mendukung pencapaian target ASFR pada tahun 2020, sebagai berikut:

a) Memperkuat jangkauan Program Generasi Berencana melalui Proyek Prioritas Nasional PKBR kepada 1.191 kelompok BKR dan PIK-R pada tahun 2020;

b) Menyediakan materi dan media KIE Generasi Berencana sampai lini lapangan melalui menu Dana Alokasi Khusus (DAK) Subbidang KB di 17 kabupaten/kota se-Provinsi Sumatera Selatan;

c) Menyediakan pembiayaan operasional untuk kelompok kegiatan di kampung KB melalui Dana Bantuan Operasional Keluarga Berencana (BOKB) di 17 kabupaten/kota se-Provinsi Sumatera Selatan;

d) Meningkatkan upaya kerjasama pendidikan kependudukan melalui jalur formal, non formal dan informal di 17 kabupaten/kota se-Provinsi Sumatera Selatan. Inovasi pada tahun 2020 melalui kegiatan kerjasama pendidikan kependudukan jalur informal dengan melibatkan remaja di desa Kampung KB diharapkan dapat mendekatkan Program Bangga Kencana kepada masyarakat di Kampung KB; e) Kegiatan–kegiatan yang melibatkan remaja GenRe Provinsi Sumatera Selatan

secara aktif untuk mengajak teman sebayanya untuk lebih memperhatikan kehidupan remaja yang sehat, antara lain Talkshow Inspiratif Materi Reproduksi (Talkative Reproduksi) secara online dalam rangka Harganas ke 27 Tahun 2020, Live Streaming bersama CV. Lestari Motorindo dalam rangka peringatan Hari Remaja Internasional Tahun 2020 dan Talkshow Spesial Bersama Ayah GenRe Indonesia DR. dr. (HC). Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dengan tema “Generasi Berencana Menuju Bonus Demografi 2035”.

(24)

24

Selanjutnya, berikut data realisasi capaian angka kelahiran remaja umur 15-19 tahun Provinsi Sumatera Selatan periode tahun 2018 sampai dengan 2020 dibandingkan dengan target perjanjian kinerja yang harus dicapai sebagai berikut:

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan SKAP 2018–2020

Grafik 3.11 Pencapaian Angka Kelahiran Remaja Umur 15-19 tahun (ASFR) Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–2020

Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2017 memberikan gambaran angka Age Spesific Fertility Rate (ASFR) wanita usia 15-19 tahun. Angka kelahiran pada perempuan remaja usia 15-19 tahun masih tinggi, yaitu sekitar 72 per 1.000 kelahiran (SDKI 2017). Salah satu faktor penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi adalah angka kelahiran pada remaja (15-19) tahun. Berbagai kajian menyebutkan bahwa ibu yang melahirkan pada umur muda akan mengalami berbagai kesulitan dalam proses melahirkan. Hasil SKAP tahun 2019 menunjukkan angka kelahiran pada remaja (ASFR 15-19 tahun) adalah 36 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan target kinerja tahun 2018 yaitu 38 per 1.000 kelahiran hidup maka Provinsi Sumatera Selatan sudah mencapai target kinerja, yaitu:

2018 2019 2020

TARGET RENSTRA 51 0 27

TARGET PERJANJIAN KINERJA 40 38 26

CAPAIAN KINERJA 32 36 27 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

(25)

25

Sumber Data: SKAP, 2018–2020

Grafik 3.12 Perbandingan ASFR Remaja Usia 15-19 Tahun Sumatera Selatan Terhadap Capaian ASFR Nasional Periode 2018–2020 Grafik di atas mengindikasikan terjadinya penurunan angka kelahiran menurut kelompok umur 15-19 tahun/Age Specific Fertility Ratio (ASFR) 15-19 tahun dengan target dan capaian kinerja 27 per 1.000 kelahiran pada tahun 2020 dan ditargetkan menjadi 19 per 1.000 kelahiran pada 2024. Hal ini menunjukkan adanya penurunan angka kelahiran yang sangat signifikan di tahun 2020. Jika dibandingkan dengan ASFR remaja kelompok umur 15-19 tahun yang mengalami peningkatan dari 72 kelahiran per 1.000 wanita pada SKAP 2018 menjadi 36 kelahiran per 1.000 pada SKAP 2019. Angka ini telah melewati sasaran nasional Program Bangga Kencana tahun 2019, yaitu 38 kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun dan juga telah memenuhi target di tahun 2020, yaitu 27 kelahiran per 1.000 wanita usia 15-19 tahun.

6. Indeks Pembangunan Keluarga (iBangga)

Indeks pembangunan keluarga (iBangga) merupakan indeks pengukuran kualitas keluarga yang ditujukan melalui tiga dimensi yaitu dimensi ketentraman, kemandirian, dan kebahagiaan keluarga. Hasil pengukuran iBangga adalah status capaian pelaksanan pembangunan keluarga di suatu wilayah yang diklasifikasikan menjadi tangguh, berkembang, dan rentan. Pada tahun 2020, capaian iBangga Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah dibandingkan dengan target perjanjian kinerja, artinya Provinsi Sumatera Selatan belum dapat memenuhi target yang ditetapkan. Berikut tabel capaian iBangga Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020, yaitu:

72,00 36,00 27,00 40,00 38,00 27,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 2018 2019 2020 Indonesia Sumatera Selatan

(26)

26

Tabel 3.8 Pencapaian Angka Indeks Pembangunan keluarga (iBangga) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Meningkatnya Indeks Pembangunan Keluarga Indeks Pembangunan Keluarga (IPK)/iBangga 51,11 47,21 92,37

Sumber Data: Hasil Estimasi Susenas,2017–2019

Indeks Pembangunan Keluarga atau yang dikenal dengan iBangga merupakan indikator baru yang di-launching oleh BKKBN pada awal tahun 2020. Berdasarkan tabel di atas maka dapat diketahui capaian Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2020 atas indeks ini sudah sangat baik. Akan tetapi, masih perlu upaya yang lebih optimal di masa yang akan datang agar angka capaian untuk iBangga ini lebih optimal. Adapun jika dibandingkan dengan capaian nasional, maka capaian Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan masih dibawah rata-rata capaian nasional. Berikut grafik perbandingan hasil capaian iBangga tahun 2020:

Sumber Data: Hasil Estimasi Susenas,2017–2019

Grafik 3.13 Perbandingan Capaian iBangga Provinsi Sumatera Selatan Terhadap Capaian iBangga Nasional Tahun 2020

Adapun kegiatan–kegiatan yang telah dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan yang bekerjasama dengan stakeholder lainnya guna mendukung capaian iBangga pada tahun 2020, yaitu:

53,93

47,21

NASIONAL SUMATERA SELATAN

Capaian iBangga

(27)

27

a) Peningkatan kualitas hidup anak melalui kegiatan Proyek Prioritas Nasional untuk penurunan stunting melalui Promosi dan KIE 1000 Hari Pertama Kehidupan bagi ibu dan keluarga yang memiliki Baduta dengan target sebanyak 37.604 keluarga di Provinsi Sumatera Selatan. Dalam kegiatan ini disosialisasikan salah satunya mengenai kualitas anak tergantung dari kualitas pengasuhan orang tuanya terutama pada 1000 hari pertama kehidupan;

b) Peningkatan pengetahuan remaja putra dan putri sebagai sarana persiapan remaja tersebut menjadi orang tua di masa yang akan datang. Setiap kegiatan yang memiliki sasaran remaja diupayakan memasukkan materi tentang kesiapan remaja untuk menikah dan tentu juga materi tentang kesehatan reproduksi remaja. Selain itu, pelibatan kelompok remaja GenRe Provinsi Sumatera Selatan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan program dari remaja, oleh remaja dan untuk remaja. Adapun jumlah poktan BKR adalah sebanyak 1.036 kelompok dan poktan PIK-R sebanyak 523 kelompok;

c) Meningkatkan ekonomi keluarga melalui pemberdayaaan ekonomi keluarga. Kegiatan yang menitikberatkan kepada peningkatan ekonomi keluarga ini dilakukan bekerjasama dengan kelompok-kelompok usaha yang sudah terbentuk sebelumnya. Adapun jumlah kelompok UPPKA yang terdata di SIGA Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan per Desember 2020 adalah sebanyak 806 kelompok. Dari kelompok inilah nantinya keluarga–keluarga lainnya dapat melihat dan belajar bahkan bergabung dengan kelompok tersebut atau membentuk kelompok baru sesuai dengan jenis usaha yang sama. Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan bekerjasama BPD AKU Provinsi Sumatera Selatan menggerakkan ekonomi keluarga dengan berbagai macam upaya antara lain pembinaan, sosialisasi maupun menjembatani antara anggota UPPKA dengan dinas atau mitra lainnya.

7. Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) Umur 25-49 Tahun Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) umur 25-49 tahun adalah usia dimana 50 persen dari semua perempuan dalam kelompok umur sudah melakukan perkawinan.

(28)

28

Berikut tabel capaian Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) umur 25-49 tahun Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020, yaitu:

Tabel 3.9 Pencapaian Median Usia Kawin Pertama Perempuan Umur 25–49 Tahun Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Meningktaknya Median Usia Kawin Pertama Perempuan Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) umur 25-49 tahun 20,9 20,1 103,83

Sumber Data: BKKBN, 2020 (Hasil Estimasi Menggunakan Data SKAP)

Realisasi capaian angka Median Usia Kawin Pertama Perempuan (MUKP) umur 25-49 tahun Provinsi Sumatera Selatan periode tahun 2019 sampai dengan 2020 dibandingkan dengan target rencana strategis yang harus dicapai sebagai berikut:

Sumber Data : Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024, dan SKAP 2019 dan Hasil Capaian IKU BKKBN 2020)

Grafik 3.14 Pencapaian Median Usia Kawin Pertama Umur 25–49 Tahun Provinsi Sumatera Selatan Periode 2019–2020

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa terjadi penurunan target Renstra pada angka Median Usia Kawin Pertama (MUKP) Provinsi Sumatera Selatan. Pada Periode 2019 target Renstra menetapkan angka yang menjadi sasaran capaian di tahun

21 20,9 20,8 20,4 21 19,6 20,9 20,1 0 10 20 30 40 50 60 70 2018 2019 2020

TARGET RENSTRA TARGET PERJANJIAN KINERJA CAPAIAN KINERJA

(29)

29

2019 adalah usia 21 dan di tahun 2020 sebesar 20,9. Berdasarkan target tersebut, capaian kinerja Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019 berhasil mencapai angka yang telah ditargetkan dalam Renstra. Akan tetapi, pada tahun 2020 Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan capaian kinerja yaitu hanya sebesar 20,1 dari target Renstra yang sebesar 21.

Upaya strategis telah dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan untuk mendorong pencapaian Median UKP tahun 2020 dan selaras dengan strategi yang dicantumkan dalam pohon kinerja. Kegiatan-kegiatan untuk mendorong pencapaian MUKP yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

a) Promosi pendewasaan usia kawin pertama dan kesehatan reproduksi remaja melalui Program GenRe dengan capaian sebesar 26 Per 1.000 kelahiran dari target 27 per 1.000 kelahiran.

b) Penyebarluasan promosi kesehatan reproduksi bagi remaja, salah satunya mengenai usia ideal perkawinan. Informasi ini disebarluaskan melalui kegiatan PIK-R dan kelompok BKPIK-R dengan memanfaatkan jejaring media sosial (Laporan pro PN Remaja 2020);

c) Meningkatnya komitmen tenaga pendidik dan masyarakat atas pentingnya pendidikan kependudukan;

d) Promosi dan KIE tentang isu kependudukan, keluarga berencana, dan pembangunan keluarga, melalui berbagai media melibatkan stakeholder dan mitra kerja.

Berdasarkan target Renstra dan capaian antara tahun 2019 dengan tahun 2020 perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan mengalami penurunan capaian program, hal ini juga sejalan jika dibandingkan dengan target yang dicapai nasional, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan capaian yang relatif rendah jika dibandingkan dengan capaian yang diperoleh Nasional pada tahun 2020. Berikut ini

(30)

30

data perbandingan capaian MUKP Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan capaian MUKP nasional:

Sumber Data : SKAP 2018-2019

Grafik 3.15 Capaian Median Usia Kawin Pertama Provinsi Sumatera Selatan Terhadap Capaian Median Usia Kawin Pertama Nasional Periode 2019–2020 Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat bahwa pada tahun 2018 perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan sedikit lebih baik jika dibanding capaian dari nasional, dimana capaian Provinsi Sumatera Selatan sebesar 21,00 sedangkan capaian nasional sebesar 20,80. Pada tahun 2019, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan juga menunjukkan angka yang sangat baik dimana capaian MUKP pada tahun 2019 adalah 21 sedangkan nasional 18,70. Pada tahun 2020, capaian MUKP BKKBN Provinsi Sumatera Selatan cenderung menurun dibandingkan dengan capaian nasional yang meningkat, yaitu 20,10 untuk Provinsi Sumatera Selatan dan 20,70 untuk nasional.

Meskipun berbagai upaya startegis sudah dilakukan, akan tetapi Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan menghadapai berbagai tantangan dan permasalahan, sehingga pada tahun 2020 target Renstra sebesar 20.9 hanya tercapai 20,1. Tantangan-tantangan tersebut antara lain:

a) Persentase remaja belum kawin umur 10-24 tahun yang mengetahui resiko menikah usia muda adalah 42,8 % sedangkan yang tidak tahu sebesar 57,2 %. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang resiko menikah muda masih

21,00 21,00 20,10 20,80 18,70 20,70 17,00 18,00 19,00 20,00 21,00 22,00 2018 2019 2020 Indonesia Sumatera Selatan

(31)

31

relatif rendah sehingga bisa menjadi salah satu penyebab pernikahan dini dan membuat MUKP relatif rendah (SKAP, 2019);

b) Indeks pengetahuan remaja belum kawin umur 10-24 tahun tentang kesehatan reproduksi remaja di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 43,9. Hal ini menunjukkan bahwa remaja di Provinsi Sumatera Selatan cenderung belum banyak mendapatkan informasi tentang Kesehatan Reproduksi Remaja (SKAP, 2019);

c) Persentase remaja yang belum kawin usia 10-24 tahun yang belum pernah memperoleh/mendengar/melihat/membaca informasi berkaitan dengan PIK-R sebesar 94,5 % (SKAP, 2019);

d) Persentase penduduk miskin di Provinsi Sumatera Selatan relatif cukup besar yaitu sebesar 12,66 % (Sumsel dalam angka, 2020). Cohen (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pernikahan dini. Pertama, faktor ekonomi yang merupakan latar belakang terjadinya pernikahan dini pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Hal ini menunjukkan bahwa kemiskinan menjadi faktor menurunnya MUKP;

e) Rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera selatan hanya sebesar 8,48. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di Provinsi Sumatera Selatan hanya sampai bangku SMP. (Sumsel dalam Angka, 2020). Padahal menurut teori dari Roumli & Anna (2009), semakin rendah tingkat pendidikan, semakin mendorong pernikahan dini. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan menjadi faktor menurunnya MUKP.

(32)

32

1. Capaian Kinerja Sasaran Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga

a) Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK)

BKKBN telah mengembangkan Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK), yang disusun sebagai alat ukur monitoring dan evaluasi apakah pembangunan sudah berwawasan kependudukan. IPBK merupakan indeks komposit yang merepresentasikan lima dimensi pembangunan berwawasan kependudukan meliputi dimensi partisipasi, dimensi keberlanjutan, dimensi pemihakan, dimensi integrasi, dan dimensi kesetaraan. Kelima dimensi tersebut dimaksud untuk diwakili oleh tiga puluh tiga indikator. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor 6 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis BKKBN Tahun 2020-2024, salah satu dari tiga Indikator Kinerja Utama (IKU) Deputi Bidang Pengendalian Penduduk adalah Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK).

Tabel 3.10 Pencapaian Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Strategis Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1 Terwujudnya sinergitas kebijakan dan kelembagaan pengendalian penduduk Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK) 50,3 55 109,34

Sumber Data: Laporan IPBK, 2020

Hasil penghitungan IPBK di Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2019–2020 dibandingkan dengan target Renstra dan perjanjian kinerja yang harus dicapai sebagai berikut:

(33)

33

Sumber Data : Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024, Perjanjian Kinerja 2019– 2020, dan Hasil Penghitungan IPBK 2019–2020

Grafik 3.16 Hasil Penghitungan IPBK Provinsi Sumatera Selatan Pada Tahun 2019–2020

Sesuai dengan Renstra BKKBN Tahun 2020-2024, nilai indeks penyusun dan IPBK yang

digunakan berupa angka bulat dengan skala 0-100. Nilai 0 menunjukkan tingkat

pembangunan berwawasan kependudukan di suatu wilayah paling buruk, sebaliknya nilai 100 mengindikasikan tingkat pembangunan berwawasan kependudukan di suatu wilayah paling baik. Dengan demikian, semakin tinggi nilai indeks dan IPBK bermakna

semakin baik tingkat pembangunan berwawasan kependudukan di suatu suatu daerah

Kabupaten/Kota, Provinsi serta secara Nasional.

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa terjadi peningkatan hasil penghitungan IPBK di Provinsi Sumatera Selatan antara tahun 2019 sampai dengan 2020. Jika dibandingkan dengan baseline IPBK tahun 2019 sebesar 51 (skala 0-100), maka terjadi peningkatan. Sementara jika dilihat dari target IPBK tahun 2020 yang telah ditetapkan dalam Renstra BKKBN Tahun 2020-2024, yakni 51,11 berarti IPBK tahun 2020 telah melampaui target. Selanjutnya, jika dihitung persentase kenaikan IPBK tahun 2019–2020 adalah sebesar 1 (skala 0-100).

(34)

34

Indeks Pembangunan Berwawasan Kependudukan (IPBK) Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020 merupakan hasil penghitungan nilai IPBK yang menggunakan lima dimensi sebagai berikut :

1) Dimensi Partisipasi nilai indeks 60 dengan beberapa indikator yaitu Rasio Posyandu terhadap penduduk Contraceptive Prevalence Rate usia 15-49 tahun, Angka Partisipasi Murni SD, Angka Partisipasi Murni SLTP, Angka Partisipasi Murni SLTA, Employment to Population Ratio, persentase balita yang ditolong oleh tenaga kesehatan saat dilahirkan, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK);

2) Dimensi Keberlanjutan nilai indeks 43 dengan beberapa indikator yaitu anggaran untuk konservasi lingkungan, persentase desa tanpa pencemaran, Rasio penduduk yang bekerja di sektor pertanian terhadap luas lahan pertanian, persentase rumah tangga yang menggunakan air minum layak, persentase rumah tangga dengan akses terhadap sanitasi yang layak;

3) Dimensi Pemihakan nilai indeks 63 dengan beberapa indikator yaitu persentase APBD untuk pendidikan, persentase APBD untuk kesehatan, persentase APBD untuk penanggulangan kemiskinan;

4) Dimensi Integrasi nilai indeks 66 dengan beberapa indikator, yaitu persentase APBD untuk Program Kependudukan dan KB, persentase alokasi anggaran perempuan terhadap APBD;

5) Dimensi Kesetaraan nilai indeks 40 dengan indikator Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) perempuan.

Peningkatan hasil penghitungan IPBK di Provinsi Sumatera Selatan ini merupakan hasil kerjasama banyak pihak mulai dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota hingga ke tenaga lini lapangan. Selain itu, partisipasi aktif mitra kerja baik dari organisasi profesi, tokoh masyarakat, tokoh agama serta masyarakat secara umum merupakan kunci dari keberhasilan IPBK. Berikut data perbandingan IPBK Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan IPBK Nasional, yaitu:

(35)

35

Sumber Data: IPBK, 2019–2020

Grafik 3.17 Perbandingan Capaian IPBKSumatera Selatan dengan Capaian IPBK Nasional Periode 2019–2020

b) Jumlah Peserta KB baru

Peserta KB Baru (PB) adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan salah satu cara atau alat kontrasepsi, dan/atau pasangan usia subur yang menggunakan kembali salah satu cara atau alat kontrasepsi setelah melahirkan atau mengalami keguguran. Indikator peserta KB Baru tidak mencakup akseptor ganti cara yang beralih dari suatu metode kontrasepsi ke metode yang lain karena alasan kenyamanan atau biaya. Berikut tabel capaian jumlah peserta KB Baru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020:

Tabel 3.11 Pencapaian Jumlah Peserta KB Baru Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi Persentase Capaian Status

1

Meningkatnya kesertaan keluarga dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi

Jumlah Peserta KB Baru

254.234 193.685 76,18

Sumber Data: Statistik Rutin, 2020

Berdasarkan tabel di atas, diketahui tahun 2020 Provinsi Sumatera Selatan hanya dapat mencapai 76,18% atau 193.685 peserta KB Baru dibandingkan dengan target yang harus dicapai, yaitu sebesar 254.234 peserta KB Baru. Sehingga, status capaian indikator jumlah

(36)

36

peserta KB baru Provinsi Sumatera Selatan tahun 2020 adalah cukup. Jika dibandingkan dengan capaian Nasional maka capaian peserta KB Baru di Provinsi Sumatera Selatan menyumbang sebesar 3,52% dari capaian Nasional. Berikut perbandingan antara capaian jumlah peserta KB Baru Provinsi Sumatera Selatan terhadap capaian Nasional:

Sumber Data: Statistik Rutin, 2018–2020

Grafik 3.18 Perbandingan Capaian Jumlah Peserta KB Baru Provinsi Sumatera Selatan dengan Capaian Jumlah Peserta KB Baru Nasional Periode

2018–2020

Terkait dengan belum berhasilnya Provinsi Sumatera Selatan mencapai target peserta KB Baru, dimana salah satu penyebabnya adalah Pandemi COVID-19 yang melanda seluruh wilayah di dunia. Akan tetapi, Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan bekerja sama dengan seluruh komponen stakeholder terkait upaya secara maksimal agar masyarakat Sumatera Selatan untuk tetap ber-KB dalam rangka mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan ledakan penduduk akibat pembatasan aktivitas selama Pandemi COVID-19. Beberapa upaya yang dilakukan Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka mendukung pencapaian jumlah peserta KB Baru pada tahun 2020, yaitu:

1. Penyebarluasan informasi materi Program Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi yang disesuaikan dengan segmentasi sasaran khususnya bagi calon pengantin dan Pasangan Usia Subur (PUS) yang ingin menunda kehamilan pertama, baik melalui media offline maupun media online;

218.506 200.581 193.685 5.937.351 5.632.600 5.500.211 - 1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 7.000.000 2018 2019 2020

(37)

37

2. Penyediaan kontrasepsi Pil KB Progestin untuk menambah variasi jenis kontrasepsi KB pasca persalinan melalui pengadaan Alokon Tahun Anggaran 2020;

3. Penyediaan dana BOKB untuk biaya operasional penyuluhan KB pada menu biaya operasional bagi balai penyuluhan KB dimana pemanfaatannya harus dapat menghasilkan output peserta KB baru di 17 Kabupaten/Kota se-Provinsi Sumatera Selatan;

4. Perluasan akses pelayanan KB melalui peningkatan cakupan faskes yang teregistrasi dalam Sistem Informasi Keluarga (SIGA) Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan;

5. Melakukan advokasi dan penyamaan persepsi antara pengambil kebijakan dan organisasi profesi terkait dengan pembiayaan pelayanan KB pasca persalinan.

c) Persentase Ketidakberlangsungan Pemakaian Kontrasepsi

Angka ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi (tingkat putus pakai/Contraceptive Discountinuation Rate) adalah proporsi pengguna alat/cara KB yang tidak meneruskan suatu episode penggunaan alat/cara KB tertentu setelah suatu periode terpapar (exposure) karena suatu alasan tertentu, antara lain terjadinya kegagalan atau mengalami efek samping. Berikut tabel capaian persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020:

Tabel 3.12 Pencapaian Persentase Ketidakberlangsungan Pemakaian Kontrasepsi Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2020

No Sasaran Strategis

Indikator

Kinerja Target Realisasi Persentase

Status Capaian

1

Tercapainya sasaran Program Bangga Kencana melalui peningkatan peran serta masyarakat,

penggerakan, penguatan jejaring kemitraan dan pengelolaan sistem informasi yang berkualitas Persentase Ketidakberl angsungan Pemakaian Kontrasepsi 21,25 12,3 157,88

(38)

38

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa capaian persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi di Provinsi Sumatera Selatan lebih rendah jika dibandingkan dengan target perjanjian kinerja. Adapun capaian Provinsi Sumatera Selatan sebesar 157,88% lebih tinggi dibandingkan dengan yang ditargetkan pada tahun 2020. Lebih lanjut lagi, berikut perbandingan antara capaian dengan target persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontasepsi antara tahun 2018 sampai dengan 2020, yaitu :

Sumber Data : Perjanjian Kinerja 2018–2020, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2015–2019, Renstra Perwakilan BKKBN Provinsi Sumsel 2020–2024 dan Statistik Rutin 2018–2020

Grafik 3.19 Persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi Provinsi Sumatera Selatan Periode 2018–2020

Berdasarkan grafik di atas, diketahui bahwa capaian persentase ketidakberlangsungan Pemakaian Kontrasepsi di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2018 sampai 2020 sangat baik jika melihat hasil dari Statistik Rutin. Dimana hasil tersebut jauh melampaui target yang ditetapkan dalam Renstra dan perjanjian kinerja. Terdapat penurunan 1,4% antara tahun 2018 dan tahun 2019, yakni tahun 2018 sebesar 12,52% menjadi 11,12% pada tahun 2019, namun terjadi kenaikan sebesar 1,18% di tahun 2020 menjadi 12,3%. Jika dianalisis lebih lanjut salah satu alasan terjadinya kenaikan persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi adalah putus pakai akibat pembatasan aktivitas Pandemi COVID-19. Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan saat meningkatnya kasus COVID-19 pada Bulan Maret Tahun 2020 telah menyiapkan upaya–upaya strategis agar lonjakan putus pakai pada peserta KB tidak terlalu tinggi. Berikut langkah–langkah yang diambil adalah:

(39)

39

a) Menyebarluaskan himbauan Gubernur Sumatera Selatan terkait pencegahan putus pakai kontrasepsi melalui metode pemilihan kontrasepsi yang sesuai dengan situasi Pandemi COVID-19. Selain melalui surat dinas, himbauan ini juga disebarluaskan melalui video statement Gubernur Sumatera Selatan terkait hal yang sama;

b) Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan juga melakukan penguatan komitmen kepada tenaga lini lapangan, yaitu PKB/PLKB, PPKBD, Sub-PPKBD dan Kader Poktan lainnya untuk secara aktif memberikan promosi pencegahan putus pakai KB kepada peserta KB Aktif;

c) Menjamin ketersediaan alokon sampai dengan tingkat fasilitas kesehatan agar peserta KB Aktif dapat mengakses alokon sesuai yang digunakan oleh mereka. Termasuk juga memastikan bidan/tenaga kesehatan di tingkat desa memiliki ketersediaan alokon.

Selanjutnya, disampaikan data perbandingan capaian Provinsi Sumatera Selatan dibandingkan dengan persentase ketidakeberlangsungan pemakaian kontrasepsi tingkat Nasional, yaitu:

Sumber Data: SKAP, 2018–2020, Statistik Rutin 2018 - 2020

Grafik 3.20 Persentase KetidakeberlangsunganPemakaian Kontrasepsi Provinsi Sumatera Selatan Terhadap Capaian Nasional Periode 2018–

2020 12,52 11,12 12,30 12,40 12,50 13,40 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 2018 2019 2020

(40)

40

Berdasarkan hasil Statistik Rutin rata-rata persentase ketidakeberlangsungan pemakaian kontrasepsi Nasional berada pada angka 12,40% di tahun 2018, 12,50% ditahun 2019, dan 13,40% di tahun 2020. Sehingga, capaian persentase ketidakberlangsungan pemakaian kontrasepsi di Provinsi Sumatera Selatan lebih baik daripada capaian Nasional. Adapun upaya–upaya yang telah dilakukan untuk mencegah meningkatnya angka putus pakai di Provinsi Sumatera Selatan, yaitu:

a) Meningkatkan peran serta kelompok kegiatan (poktan) sebanyak 1.217 kelompok BKB, 1.036 kelompok BKR, 1.007 kelompok BKL, 523 kelompok PIK-R, dan 806 kelompok UPPKA dalam memberikan KIE perencanaan kehidupan berkeluarga sesuai dengan tujuan reproduksi (merencanakan, menunda kehamilan pertama, menjarangkan kehamilan berikutnya dan membatasi kehamilan) (Data SIGA, 2020);

b) Meningkatkan kapasitas pengelola program (PKB/PLKB dan Kader) dalam penggunaan media promosi KIE seperti BKB Kit, GenRe Kit, BKL Kit, dan lembar balik serta mengoptimalkan pemanfaatan media promosi tersebut dalam pembinaan anggota kelompok kegiatan;

c) Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelaksanaan program Pembangunan Keluarga berbasis online melalui pengembangan fitur dan konten program, dan offline melalui ketersediaan panduan/pedoman/juknis pelaksanaan program;

d) Menyediakan dana ayoman komplikasi dan kegagalan kontrasepsi bagi peserta KB sebanyak 2 peserta atau sebesar Rp4.000.000,-;

e) Melaksanakan Advokasi dan KIE melalui berbagai media (above the line, through the line serta fokus pada strategi below the line), tenaga lini lapangan berbasis data dan informasi pencapaian program serta melibatkan mitra kerja untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap kontrasepsi modern.

d) Capaian Program Pelatihan, Penelitian, dan Pengembangan Serta Kerjasama Internasional BKKBN (Persentase PKB/PLKB yang Lulus Diklat dengan Kategori Sangat Baik)

Dalam rangka mendukung terwujudnya sumber daya manusia (SDM) yang handal, profesional, terbuka, dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan program Bangga Kencana salah satunya adalah dengan meningkatkan pengetahuan serta pemahaman melalui pendidikan dan pelatihan. Terkait kondisi terbaru saat ini, yaitu merebaknya

(41)

41

wabah Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) yang telah ditetapkan sebagai Pandemi global oleh World Health Organization (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020, maka dilakukan langkah-langkah penyesuaian pelaksanaan kegiatan. Seperti kegiatan pendidikan, pelatihan dan penelitian yang biasanya dilakukan dengan tatap muka melalui metode klasikal, tetapi kini dilakukan dengan metode pelatihan orientasi atau workshop yang berbasis jarak jauh melalui virtual meeting, serta dalam kegiatan penelitian yang sebelumnya menggunakan metode pengambilan data di lapangan, kini dilakukan melalui google form.

Selain berdampak pada perubahan sistem dan metode dalam kegiatan diklat dan penelitian, merebaknya wabah COVID-19 juga menyebabkan perubahan struktur anggaran serta target bidang yang ditetapkan oleh instansi. Berdasarkan Struktur Program dan Anggaran Bidang Latbang Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Selatan TA 2020 adapun target awal peserta latih diklat yaitu sebanyak 214 peserta yang terdiri dari:

a) Pelatihan Dasar CPNS sebanyak 2 peserta;

b) Pelatihan Fungsional Dasar Bidang Pengendalian Penduduk, KB dan PK bagi PKB/PLKB sebanyak 11 peserta;

c) Pelatihan Peningkatan Kompetensi Teknis Program KKBPK bagi PKB/PLKB sebanyak 60 peserta;

d) Pelatihan Pendataan Keluarga 2020 sebanyak 51 peserta;

e) Orientasi Teknis bagi Toma, Toga, Toda dan Mitra Kerja sebanyak 90 peserta.

Akan tetapi, setelah dilakukan refocusing anggaran terjadi perubahan target sasaran peserta latih menjadi sebanyak 140 peserta yang terdiri dari:

a) Pelatihan Teknis Siaga COVID-19 berbasis jarak jauh sebanyak 20 peserta; b) Orientasi 1000 HPK berbasis jarak jauh sebanyak 30 peserta;

c) Pelatihan Teknis BKB HI berbasis jarak jauh sebanyak 30 peserta;

d) Orientasi Edukasi Kespro dan Gizi Putri Calon Ibu berbasis jarak jauh sebanyak 30 peserta.

Referensi

Dokumen terkait

Dokumen Perencanaan pembangunan dan pengelolaan wilayah pesisir Kampung Nasem disusun dengan melibatkan stokeholder (pemerintahan kampung, ketua RT/RW, tokoh agama,

Sedangkan menurut Prayudi Atmosudirjo (1998:107), kepribadian sekretaris yang baik yaitu ’’Bersikap Sumeah’’ (Simpatik, menyenangkan hati, menawan), pandai

(1) Rencana Kawasan Peruntukan Industri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 huruf f dengan luas minimal 586 (lima ratus delapan puluh enam) hektar meliputi:g. industri kecil

Dengan demikian, bahwa untuk pelaksanaan kegiatan tersebut diperlukan memahami cara-cara melakukan kegiatan yang di mulai dari penyusunan rancangan pengabdian kepada

Dari hasil pengujian terhadap simulasi panel surya dengan intensitas radiasi sinar matahari1000W/m 2 dengan temperatur 25C o , dapat diperoleh bahwaarus sebesar

Menimbang, bahwa proses penerbitan Surat Keputusan objek sengketa diawali dengan adanya Laporan Polisi No.Pol :LP-A/38/X/2013/Propam tanggal 29 Oktober 2013 yang

Seperti pada larutan gula pasir, hasil sintesis C-dots berbahan dasar air jeruk dari kedua metode untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi UV-Vis, PL, dan TRPL. Karakterisasi

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Padang Pariaman adalah Organisasi Perangkat Daerah yang melaksanakan pelayanan administrasi dasar langsung kepada masyarakat