• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD KOTA BANJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN DI RSUD KOTA BANJAR"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955

8

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN RAWAT JALAN

DI RSUD KOTA BANJAR

Oleh

Nandang Wahyu

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Putera Banjar

Abstrak. PJK merupakan penyakit degeneratif yang menjadi salah satu penyebab kematian utama di

Indonesia. Jumlah kasus PJK mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor risiko PJK adalah kebiasaan merokok. Nikotin dan CO dalam asap rokok menyebabkan penyumbatan dan penyempitan yang dapat menghambat aliran darah pada arteri koronaria yang merupakan penyebab utama terjadinya PJK. RSUD Kota Banjar merupakan salah satu rumah sakit yang memiliki fasilitas klinik jantung. Berdasarkan data kunjungan rawat jalan, tahun 2007 rata-rata kunjungan pasien yang menderita PJK adalah 92 pasien tiap bulan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK pada pasien rawat jalan di RSUD Kota Banjar. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan kasus kontrol. Sampel kasus adalah pasien rawat jalan yang menderita PJK (berdasarkan data rekam medik pasien) yang sedang berobat di Klinik Jantung RSUD Kota Banjar pada saat penelitian dilaksanakan sebanyak 53 orang. Sampel kontrol adalah pasien rawat jalan yang bukan menderita PJK (berdasarkan data rekam medik pasien) yang sedang berobat di RSUD Kota Banjar pada saat penelitian dilaksanakan sebanyak 53 orang. Sampel diambil secara purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi-Square dan perhitungan nilai Odds Ratio (OR) serta multivariat dengan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan PJK setelah dikendalikan variabel usia. Nilai OR adalah 5,885: 95% CI 2,118 – 16,345. Upaya yang diperlukan untuk mencegah PJK adalah dengan peningkatan kewaspadaan terhadap terjadinya PJK sedini mungkin, dengan berusaha tidak melakukan kebiasan merokok.

Kata kunci: Kebiasaan Merokok, Penyakit Jantung Koroner Pendahuluan

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini menghadapi beban ganda (double burden), yaitu penyakit menular masih menjadi masalah, sementara penyakit tidak menular (degeneratif) juga timbul dan menjadi masalah baru yang harus dihadapi secara serius (Kodim, 2003). Penyakit tidak menular merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992, pasal 29, pemberantasan penyakit tidak menular dilaksanakan untuk mencegah dan mengurangi penyakit dengan cara perbaikan dan perubahan perilaku masyarakat dan dengan cara lain (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992, 2004). Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit tidak menular yang banyak disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, salah satunya kebiasaan merokok.

PJK merupakan salah satu penyebab kematian pada masyarakat negara maju (Sitepoe, 1997), tetapi meningkat juga di negara berkembang seperti Indonesia (Bustan, 2000). Menurut World Health Report dari World Health Organization (WHO) dalam (Mangoenprasodjo, 2004) pada tahun 1997 terdapat lebih dari 15 juta orang di dunia meninggal, karena penyakit sirkulasi, yaitu 7,2 juta diantaranya karena PJK, 0,5 juta karena demam rematik dan penyakit jantung rematik serta 3 juta karena penyakit jantung lainnya. Di Indonesia, dalam 15 tahun terakhir telah terjadi pergeseran urutan penyebab kematian terbesar. PJK sebagai penyebab kematian pada orang dewasa yang semula berada di urutan ke 11 (Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1972), secara bertahap naik menjadi urutan ke 6 (SKRT 1986) dan kemudian menempati posisi puncak, yaitu urutan ke 1 (SKRT 1992, 1995 dan 2001) (Kodim, 2003).

(2)

JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955

9

Risiko terjadinya PJK meningkat pada perokok. Menurut Aronow (1981) dalam (Kodim, 2003) orang yang merokok mempunyai risiko dua kali lebih banyak untuk menderita penyakit kardiovaskuler, sedangkan menurut Erawan (1997) dalam (Kodim, 2003) mempunyai risiko 1,84 kali lebih banyak untuk menderita penyakit kardiovaskuler. Risiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang diisap (Syahdrajat, 2007). Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK pada pasien rawat jalan di RSUD Kota Banjar.

Tinjauan Pustaka A. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ yang terdiri dari otot. Otot jantung (miokard) merupakan jaringan istimewa karena bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang tetapi cara kerjanya menyerupai otot polos, yaitu di luar kesadaran (Syaifuddin, No. Yr). Jantung terletak di dalam rongga dada bagian kiri agak ke tengah tepatnya di atas diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut) (Purcahyo, 2008). Ukuran jantung lebih kurang sebesar genggaman tangan kanan dengan berat kira-kira 250 – 300 gram (Syaifuddin, No. Yr).

B. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner

Menurut AHA dan NCEP dalam (Soeharto, 2004) faktor-faktor risiko pada PJK yaitu:

a. Faktor risiko lipid atau faktor risiko utama, yaitu kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah.

b. Faktor risiko non lipid, yang terdiri dari hipertensi, diabetes melitus, merokok, stres, obesitas atau kurang aktivitas.

c. Faktor risiko alami, yaitu keturunan, jenis kelamin dan usia.

Dilihat dari sifatnya, faktor risiko lipid dan faktor risiko non lipid dapat digolongkan menjadi faktor risiko yang dapat diubah dan faktor risiko alami digolongkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah.

C. Merokok

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari (Bustan, 2000). Menurut Doll (1986) dalam (Jusuf dkk, 1986) perokok ialah seseorang yang merokok sedikitnya satu batang sehari selama sekurang-kurangnya satu tahun. Bukan perokok ialah seseorang yang tidak pernah merokok sebanyak satu batang sehari selama satu tahun.

Kebiasaan merokok dibagi menjadi tiga yaitu perokok ringan, sedang dan berat. Perokok ringan dan sedang jika merokok kurang dari atau sama dengan 20 batang per hari dan perokok berat jika menghisap lebih dari 20 batang sehari (Bustan, 2000).

Metode

Jenis penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan kasus kontrol (case control). Penelitian kasus kontrol merupakan salah satu bentuk rancangan penelitian analitik yang mengikuti proses perjalanan penyakit ke arah belakang (retrospektif) berdasarkan urutan waktu. Studi kasus kontrol merupakan studi observasional yang menilai hubungan paparan-penyakit dengan cara menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit (disebut kasus) dan sekelompok orang-orang tidak berpenyakit (disebut kontrol) lalu membandingkan frekuensi paparan pada kedua kelompok (Murti, 2003).

(3)

JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955

10

Berdasarkan pengertian tersebut, kelompok kasus dalam penelitian ini yaitu pasien rawat jalan yang menderita PJK, sedangkan kelompok kontrol yaitu pasien rawat jalan yang bukan menderita PJK. Penelitian ini dilakukan dengan basis rumah sakit (hospital based), karena kelompok sampel diambil dari rumah sakit (Budiarto, 2004).

Pembahasan

Hasil Analisisi Bivariat

Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Variabel Perancu

No Variabel Kasus Kontrol OR

(95% CI) p n % n % 1 Hipertensi a. Ada b. Tidak Ada 25 28 47,2 52,8 11 42 20,8 79,2 3,409 (1,449 – 8,018) 0,008 2 Diabetes Melitus a. Ada b. Tidak Ada 8 45 15,1 84,9 6 47 11,3 88,7 1,393 (0,448 – 4,331) 0,774 3 Usia a. > 40 tahun b. ≤ 40 tahun 52 1 98,1 1,90 27 26 50,9 49,1 50,074 (6,442 – 389,242) 0,000

No Variabel Kasus Kontrol OR

(95% CI) p n % n % 4 Jenis Kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 39 14 73,6 26,4 27 26 50,9 49,1 2,683 (1,188 – 6,055) 0,028 5 Riwayat PJK dalam Keluarga a. Ada b. Tidak Ada 18 35 34,0 66,0 7 46 13,2 86,8 3,380 (1,272 – 8,982) 0,022 Total 53 100,0 53 100,0

Berdasarkan Tabel 3.1 dapat diketahui bahwa proporsi responden yang menderita penyakit hipertensi pada kelompok kasus (47,2 %) dua kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (20,8 %), responden yang menderita penyakit diabetes melitus pada kelompok kasus (15,1 %) lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (11,3 %), responden yang berusia lebih dari 40 tahun pada kelompok kasus (98,1 %) hampir dua kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (50,9 %), responden yang berjenis kelamin laki-laki pada kelompok kasus (73,6 %) hampir satu setengah kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (50,9 %) dan responden yang mempunyai riwayat PJK dalam keluarga pada kelompok kasus (34,0 %) dua kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol (13,2 %).

Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p untuk variabel hipertensi, usia, jenis kelamin dan riwayat PJK dalam keluarga masing-masing secara berurutan adalah 0,008; 0,000; 0,028 dan 0,022 atau lebih kecil dari 0,25 hal ini berarti bahwa secara statistik hipertensi, usia, jenis kelamin dan riwayat PJK dalam keluarga memenuhi syarat untuk dapat dimasukkan ke dalam model multivariat.

(4)

JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955

11

Diketahui pula bahwa hipertensi, usia, jenis kelamin dan riwayat PJK dalam keluarga merupakan kandidat variabel perancu. Hasil analisis bivariat menunjukan bahwa nilai p untuk variabel diabetes melitus adalah 0,774 atau lebih besar dari 0,25

Kesimpulan

1. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK pada pasien rawat jalan di RSUD Banyumas dengan nilai OR sebesar 8,748 (CI 95%: 3,519 – 21,748). 2. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan PJK pada pasien rawat jalan

di RSUD Kota Banjar setelah dikendalikan variabel usia, dengan nilai OR sebesar 5,885 (CI 95%: 2,118 – 16,345).

Daftar Pustaka

Anonim. 2007. Hipertensi Penyebab Utama Penyakit Jantung. Interaksi: 4: 12 – 13.

Ariawan, I. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Basuki, B. 2000. Aplikasi Metode Kasus Kontrol. Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

Budiarto, E. 2004. Metodologi Penelitian Kedokteran, Sebuah Pengantar. EGC, Jakarta. Bustan, M. N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta, Jakarta. ________. 2006. Pengantar Epidemiologi. Rineka Cipta, Jakarta.

Candra, B. 1995. Pengantar Statistik Kesehatan. EGC, Jakarta.

Gray, H. 2005. Lecture Notes: Kardiologi (Terjemahan). Erlangga, Jakarta.

Hastono, S. P. 2001. Analisis Data. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.. Hestikarini, S. 2005. Aktivitas Fisik dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Tahun 2004. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang. Skripsi. 49 halaman. (tidak dipublikasikan).

Jusuf, A., Eddy, S., A., H. 1986. Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kanker Paru di RS Persahabatan. Majalah Kedokteran Indonesia. 36: 369 – 373.

Kaplan, N. M. 1991. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner: Penatalaksanaan Praktis dari Faktor-Faktor Risiko (Terjemahan). EGC, Jakarta.

Knight, J. F. 1995. Jantung Kuat Bernapas Lega (Terjemahan). Indonesia Publishing House, Bandung.

Kodim, N. 2003. Himpunan Bahan Kuliah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Jakarta.

Krisnatuti, D. dan Yenrina, R. 1999. Perencanaan Menu bagi Penderita Jantung Koroner. Trubus Agriwidya, Jakarta.

Mangoenprasodjo, A. S. 2004. Jantungan Ok, Sakit Jantung No Way. Think Fresh, Yogyakarta. Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

Pearce, C E. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis (Terjemahan). PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Purcahyo, B. 2008. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Makalah disampaikan dalam Simposium Awam Serangan Jantung: Deteksi dan Pengobatan Terkini, Purwokerto, 29 Maret 2008.

Rachmat, M., Adisasmita, A. C. dan Setianto, B. 1996. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Jantung Koroner pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta. Jurnal Kardiologi. 11: 135 – 148.

Riyadina, W. 1995. Pengaruh Paparan Asap Rokok terhadap Kesehatan. Majalah Kesehatan Masyarakat Depkes. 52: 33–35.

Siegel, S. 1994. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

(5)

JURNAL KESEHATAN MANDIR I AKTIF STIKes BINA PUTERA BANJAR, Vol 1, 2018 ISSN: 2620-5955

12

Sitepoe, M. 2000. Kekhususan Rokok Indonesia. Grasindo Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Trisnohadi, H. B. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. Balai Penerbit FKUI, Jakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. 1993. Dexa

Medica. 1 (6): 22 – 28.

Wardhana, W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi Offset, Yogyakarta.

Wiryowidagdo, S. dan Sitanggang, M. 2002. Tanaman Obat untuk Penyakit Jantung, Darah Tinggi dan Kolesterol. AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Yatim, F. 2000. Waspadai Jantung Koroner, Stroke, Meninggal Mendadak: Atasi dengan Pola Hidup Sehat. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1   Rekapitulasi Hasil Analisis Bivariat Variabel Perancu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis dan uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji perbedaan dua rata-rata terhadap skor tes kemampuan penalaran matematis dan skor

Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif yang sangat signifikan antara iklim organisasi dengan motivasi kerja karyawan”. Sumbangan efektif

Pembangunan kapasitas dapat juga didefinisikan sebagai sebuah proses untuk (i) meningkatkan kemampuan individu, kelompok, organisasi, dan juga masyarakat untuk

Pengumpulan dan penghitungan biaya produksi baik bahan baku, tenaga kerja langsung, maupun biaya overhead pabrik telah dilakukan secara tepat, sedangkan untuk biaya

Menurut Agus Dharma (2003, diadaptasi dari CCSSO: The Council of Chief Schoool Officer, 2002) ada enam kompetensi kepala sekolah yang dinyatakan sebagai berikut

[r]

Pelaksanaan proses belajar mengajar memerlukan adanya ineraksi antara guru dengan siswa, yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi lebih mandiri dan

Tanah lempung yang digunakan adalah berasal dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, pengambilan tanah 0.3 meter sampai 1 meter, kondisi sampel