• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sukoharjo, 15 September 2012 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sukoharjo, 15 September 2012 LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO"

Copied!
328
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

RENCANA INDUK PENELITIAN SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PENELITIAN DI PERGURUAN TINGGI

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

Sukoharjo, 15 September 2012

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

(2)

BAN G U N N U S A N T A R A U N IV E R S IT AS V ET ER AN SUKOHARJO

Proceeding

SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA

Sukoharjo, 15 September 2012

Tema:

RENCANA INDUK PENELITIAN

SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PENELITIAN

DI PERGURUAN TINGGI

Reviewer:

Dr. Ir. Ali Mursyid Wahyu Mulyono, M.P

Purwani Indri Astuti, S.S., M.Hum

Suprapto, S.T., M.Eng

Editor:

Ahimsa Kandi Sariri, S.P., M.Sc.

Ainur Komariah, S.T.

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA

S U K O H A R J O

(3)

BA

N

G

U

N

N

U

S

A

N

T

A

R

A

U

N

IV

E

R

S

IT

A

S

V

E

T

E

R

A

N

SU

KOHARJO

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

Jl. Letjend. Sujono Humardani No. 1 Kampus Jombor Sukoharjo 57521 Telp. (0271) 593156, Fax (0271) 591065

(4)

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga Proceeding Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo dengan tema “Rencana Induk Penelitian sebagai Upaya

Pengembangan Penelitian di Perguruan Tinggi” dapat terselesaikan dengan baik. Seminar ini

diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo pada tanggal 15 September 2012 bertempat di ruang seminar.

Seminar serta penerbitan proceeding ini dimaksudkan untuk meningkatkan peran aktif dosen dan mahasiswa dalam pengembangan keilmuan melalui kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Artikel dalam proceeding ini disusun sesuai dengan pengelompokan bidang ilmu, terdiri dari 10 judul penelitian bidang pertanian dan teknik, 10 judul penelitian bidang humaniora, 10 judul penelitian bidang ilmu sosial dan pendidikan, 19 judul pengabdian kepada masyarakat serta 1 judul kegiatan ilmiah mahasiswa.

Seminar dan penerbitan proceeding ini dapat dilaksanakan berkat dukungan serta partisipasi berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada para peneliti dan pelaksana pengabdian kepada masyarakat yang telah mempresentasikan makalahnya dalam seminar ini dan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya proceeding ini.

Kami menyadari, bahwa penyajian proceeding ini masih belum sempurna, sehingga segala kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga proceeding ini dapat bermanfaat.

Sukoharjo, September 2012

(5)

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Yang terhormat Bapak Pembantu Rektor I, II dan III, Bapak/Ibu Dekan dan Pembantu Dekan, Bapak/Ibu Ketua Program Studi di lingkungan Univet Bantara, Ketua LPPM Univet Bantara Sukoharjo dan Bapak Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum sebagai nara sumber serta Bapak/Ibu pemakalah dan mahasiswa yang berbahagia.

Pertama-tama dan yang utama, marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga pada kesempatan yang baik ini kita dapat melaksanakan dan mengikuti kegiatan seminar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tahun 2012 yang diselenggarakan oleh LPPM Univet Bantara Sukoharjo dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apa.

Seminar hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ini mengusung tema “Rencana Induk Penelitian (RIP) sebagai Upaya Pengembangan Penelitian di Perguruan

Tinggi”. Seminar ini bertujuan untuk membahas tentang RIP dan juga sebagai wadah guna

deseminasi hasil-hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan oleh Dosen maupun mahasiswa Univet Bantara Sukoharjo, dan merupakan salah satu kewajiban setelah melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat maupun mahasiswa yang telah melaksanakan PKM. Kegiatan seminar ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh LPPM Univet Bantara Sukoharjo.

Dalam seminar ini, kurang lebih 50 judul penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat di bawah koordinasi LPPM yang akan dipresentasikan. Adapun sumber dana Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat tersebut berasal dari APBU Univet Bantara maupun dana-dana dari luar seperti DP2M Dikti, Kopertis Wilayah VI, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan lain-lain

Seminar ini terselenggara berkat bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Rektor beserta jajarannya atas segala dukungannya. Ketua LPPM yang telah mempercayakan kepada kami untuk melaksanakan kegiatan seminar ini baik moril maupun materiilnya, Bapak/Ibu Dosen/ penulis/pemakalah dan mahasiswa yang telah berpartisipasi dalam kegiatan seminar ini. Bapak Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum yang berkenan hadir dan bersedia menjadi pembicara utama. Semoga kegiatan seminar ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan bermanfaat bagi kemajuan Univet Bantara di bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Semoga dapat menjadi amal ibadah dan amal ilmiah.

Kami mohon maaf yang setulus-tulusnya kepada Bapak/Ibu dan mahsiswa jika dalam proses penyelenggaraan masih banyak kekurangan. Semoga tidak mengurangi makna dan manfaat seminar ini. Selamat melaksanakan seminar dan ada tindak lanjut yang dapat dilahirkan dari seminar ini. Tetap semangat dan sukses. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, 15 September 2012 Ketua Panitia

(6)

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Segala puji hanya pantas tertuju kepada Allah, Sang pencipta dan pengelola alam semesta raya.

Sebuah institusi perguruan tinggi sudah semestinya memiliki unggulan yang khas sesuai dengan potensi sumber daya manusia, perangkat keras yang dimiliki, serta potensi kewilayahan. Demikian juga halnya dalam penelitian, setiap perguruan tinggi seharusnya mengetahui potensinya sehingga penelitian para dosennya terarah pada penelitian unggulan yang nantinya akan memperkokoh eksistensi perguruan tinggi itu sendiri sekaligus bermanfaat bagi lingkungan, wilayah, dan negara.

Untuk mengetahui bidang-bidang unggulan dari sebuah perguruan tinggi dibutuhkan pemahaman tentang apa itu rencana induk penelitian (RIP). Selanjutnya setiap perguruan tinggi harus bisa menyusun dokumen RIP. RIP perguruan tinggi adalah sebuah dokumen yang substansinya mengacu kepada kebijakan senat universitas, renstra, evaluasi diri dan kebijakan lain di tingkat institusi. Dari RIP inilah nantinya akan dikembangkan topik-topik penelitian unggulan dengan road map yang jelas dan solutif-komprehensif, mulai dari riset dan pengembangan, teknologi, produk, sampai dengan pasar.

Kegiatan seminar kali ini dimaksudkan untuk membahas seluk beluk RIP sehingga peserta memiliki persamaan persepsi tentang RIP. Selain dari pada itu, seminar ini juga menjadi dapat wadah guna mendeseminasikan hasil-hasil penelitian/PPM dosen serta mahasiswa PKM sebagai salah satu kewajiban bagi dosen setelah melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat maupun mahasiswa yang telah melaksanakan PKM.

Seminar ini saya anggap juga penting untuk memenuhi tugas dosen dalam menjalankan tugas Tri Darma Perguruan Tinggi yang berimbang antara melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Seorang dosen yang tidak pernah melakukan penelitian sudah barang tentu ilmunya hanya itu-itu saja, bahkan materi kuliahnya sama dengan materi kuliah dari dosennya dahulu (mungkin sudah berpuluh-puluh tahun) ketika dia kuliah.

Akhirnya saya berharap ilmu yang kita berikan kepada mahasiswa kita adalah ilmu yang selalu berkembang dari penelitian-penelitian yang kita lakukan. Kemudian ilmu itu kita sebarluaskan ke masyarakat dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat sehingga ilmu kita menjadi ilmu yang amaliah, dan amal kita menjadi amal yang ilmiah.

Selamat berseminar, semoga sukses dan membawa barakah. Terima kasih. Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Ketua LPPM

(7)

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Laporan Ketua Panitia iii

Sambutan Ketua LPPM Univet Bantara Sukoharjo iv

Daftar Isi vi

Penelitian Bidang Pertanian dan Teknik

1. Perbandingan Aspergillus niger dalam Fermentasi Daun Trembesi (Albizia

saman) untuk Meningkatkan Kualitasnya sebagai Pakan Ternak Ruminansia

Ahimsa Kandi Sariri, Ali Mursyid Wahyu Mulyono dan Engkus Ainul Yakin

1 – 6

2. Perbandingan Karakteristik Kualitas Isi Rumen Sapi dengan Rumput Gajah

(Pennisetum purpureum)

Engkus Ainul Yakin, Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Sri Sukaryani, Sugiyanto

7 - 11

3. Potensi Beras Wulung sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes Mellitus:

Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan Antosianin

Sri Hartati

12 - 17

4. Pengaruh Fortifikasi Tepung Kara Pedang (Canavalia Ensiformis L. Dc.)

Terhadap Tepung Terigu Pada Karakteristik Mie Kering

Achmad Ridwan Ariyantoro

18 - 27

5. Karakterisasi Edible Film Komposit dari Glukomanan Umbi Iles-Iles

(Amorphopallus muelleri blume) dan Maizena

Siswanti, R. Baskoro Katri Anandito, Godras Jati Manuhara

28 - 36

6. Analisis Usaha Tani Padi Organik di Kecamatan Nguter Kabupaten

Sukoharjo

Ir. Catur Rini Sulistyaningsih, M.M.

37 - 47

7 Efektifitas Tepung Daun Sirsak (Annona Muricata) untuk Mengendalikan

Kumbang Bubuk Kacang (Callosobruchus Analis F.) pada Biji Kacang Hijau (Vigna Radiata L.)

Yos Wahyu Harinta; Nugraheni R., Catur Rini S., Sudarmi; Agung Setyorini

48 - 53

8 Optimasi Limbah Lokal Cair Pabrik Gula di Bidang Infrastruktur

Marwahyudi

54 - 62

9 Analisis Karakteristik Penyebab Kesuksesan Produk Shampo di Sukoharjo

Mathilda Sri Lestari, Rahmatul Ahya dan Budi Wibowo

(8)

Penelitian Bidang Humaniora

11 Ajaran-ajaran Moral di Balik Keindahan Teks-teks Tembang Macapat Karya Ranggawarsita

R. Adi Deswijaya, Agus Efendi, dan Nurnaningsih

76 - 83

12 Imperatif Bahasa Indonesia dalam Buku Imperatif dalam Bahasa Indonesia Karya Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum

Dewi Kusumaningsih

84 - 91

13 Analisis Makian Berbahasa Inggris dalam Novel Black Boy Karya Richard Wright

Giyatmi, Endang Dwi Hastuti, Nunun Tri Widarwati, dan Ratih Wijayava

92 - 99

14 Analisis Pergeseran (Rank Shift) Kalimat Majemuk Bertingkat dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia dalam Terjemahan Novel Harry Potter and The Order of Phoenix

Nunun Tri Widarwati, Endang Dwi Hastuti, Ratih Wijayava, Giyatmi

100 - 108

15 African American Struggle Against Discrimination in The U. S: Condoleezza Rice Case

Nurnaningsih, Veronika Unun P, Arin Arianti, Sari Handayani

109 -111

16 Makna Simbolik Dalam Upacara Kelahiran Adat Jawa di Kalurahan Laweyan Kecamatan Laweyan Surakarta

Nurnaningsih, R. Adi Deswijaya dan Indraswari Pikatan

112 - 117

1117 Strategi Penerjemahan Teks Iklan Berbahasa Inggris untuk Produk Unggulan di Kabupaten Sukoharjo

Purwani Indri Astuti, Betty Gama, dan Endang Dwi Hastuti

118 - 125

118 Analisis Transposisi Terjemahan Satuan-satuan Lingual pada Novel Edensor Karya Andrea Hirata

Ratih Wijayava, Nunun Tri Widarwati, Endang Dwi H, dan Giyatmi

126 - 132

19 Kemampuan Berbahasa Jawa Ragam Krama di Kalangan Mahasiswa Prodi PBSD Univet Bantara Sukoharjo

Sawitri, Mas Sukardi, dan Djiwandana

133 - 137

2 20 Kesalahan Pemakaian Kata Penghubung dalam Skripsi Mahasiswa Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Wiwik Darmini, Tutik Wahyuni, Sri Wahono Saptomo, dan Suparmin

138 - 147

Penelitian Ilmu Sosial dan Ilmu Pendidikan

(9)

Cucu Siti Sukonsih Dan M.H. Sri Rahayu

23 Eksperimentasi Modifikasi Direct Instruction Menggunakan Strategi

Gallery Of Learning Dan Firing Line Terhadap Prestasi Belajar Matematika Dan Kecerdasan Kolektif Siswa

Erika Laras Astutiningtyas, Dewi Susilowati, Dan Isna Farahsanti

163 - 167

24 Etika Tata Pergaulan Mahasiswa Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo Tahun 2012

Muh Husyain Rifai, Agus Sudargono, Dan Sukamto

168 - 171

25 Peningkatan Prestasi Belajar Mahasiswa Melalui Model Pembelajaran

Stad-Kg Pada Mata Kuliah Kalkulus I

Januar Budi Asmari, Herry Agus Susanto, Afif Afghohani

172 - 177

26 Persepsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Terhadap Profil Dan Kompetensi Profesional Dosen Tahun Akademik 2011/2012

R.B. Kasihadi, Yuliani Sri Widaningsih, Munawir

178 - 183

27 Pengaruh Metode Pembelajaran Langsung Dan Discovery Inquiry

terhadap Prestasi Belajar dan Pendidikan Karakter Mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah Tahun Pelajaran 2011/2012

Sri Kusdinah, Sudarno, Ira Pramuda Wardhani, I Made Ratih Rosanawati

184 - 191

28 Peran Tutor Sebaya Dalam Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil

Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Telaah Kurikulum Biologi SMA

Nur Rokhimah Hanik, Sri Harsono, Dan Siti Akbari

192 - 297

29 Strategi Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pendidikan

Berdasarkan Nilai-Nilai Falsafah Bangsa

Pranowo Narjosoeripto

198 - 203

30 Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Lesson Study

Terhadap Prestasi Belajar Geometri Analitik I Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Univet Bantara Sukoharjo

Utami Murwaningsih, Krisdianto HP, Joko Bekti H, dan Andhika Ayu W

204 - 208

Pengabdian Kepada Masyarakat

31 IbM Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian Univet Bantara Sukoharjo

Agustina Intan Niken Tari, Sri Hartati, Siswanti, Suparjono, Suharno

209 - 215

32 Penerapan Teknologi Pembuatan Telur Asin dengan Ekstrak Jeruk Nipis dan Larutan Garam Jenuh sebagai Upaya Mempercepat Penetras Garam ke dalam Telur Itik di Kabupaten Karanganyar

Sri Sukaryani

(10)

34 IbM Kelompok Ibu- ibu PKK dengan Pengenalan Budidaya Sambiloto secara Hidroponik dan Pemanfaatannya sebagai Obat Tradisional

Sudarmi

225 - 229

35 Pelatihan Pembuatan Bakso dan Crispy Jamur Tiram

Catur Budi Handayani, Sri Hartati, Ahmad Ridwan

230 - 235

36 PMKBI Penyusunan PTK Berbasis Lesson Study di SD Negeri Kepuh 01 dan SD Negeri Kepuh 03 Nguter Sukoharjo

Andhika Ayu W, Utami Murwaningsih, Joko Bekti H, Isna Farahsanti

236 - 240

37 Penelusuran Artikel Ilmiah Berbasis Internet bagi Mahasiswa Program Studi PGSD Univet Bantara Sukoharjo

Benedictus Sudiyana, Mukti Widayati, Y. Sugiyanto, Bambang Trianto, dan Titik Sudiatmi

241 - 249

38 Pelatihan Program Microsoft Office Bagi Tenaga Administrasi di Univet Bantara Sukoharjo

Darsini dan Ainur Komariah

250 - 255

39 Pelatihan Program Archicad bagi Mahasiswa Teknik Sipil (Desain Bangunan 3 Dimensi)

Iwan Ristanto dan Marwahyudi

256 - 261

40 Abmas Kompetitif: Peningkatan Profesionalitas Guru melalui Workshop Penyusunan PTK

Kenang Tri Hatmo dan Utami Murwaningsih

262 - 265

41 Pelatihan Penulisan Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

bagi Guru-guru SD Negeri Kragilan Kec. Mojolaban Kabupaten Sukoharjo

MH. Sri Rahayu, Cucu Siti Sukonsih, Toni Harsan, Mustakim, Lies Sudibyo dan Pranowo NS

266 - 269

42 Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran bagi Guru-Guru Sekolah Dasar Negeri 3 Mandan Kabupaten Sukoharjo

Siti Akbari, Suwarto, dan Agus Purwanto

270 - 273

43 Pelatihan Pembuatan Perangkat Pembelajaran bagi Guru-guru Sekolah Dasar Negeri Gentungan 1, 2, dan 3 Kecamatan Mojogedang Karanganyar

Sri Harsono, Nur Rokhimah Hanik, dan Suwarto

274 - 279

44 Pelatihan Mengupas Mete pada Posdaya ”BANTARA NGUDI REJEKI” Desa Dayu Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar

Supraptodan Rahmatul Ahya

280 - 286

45 Abmas Penulisan Karya Ilmiah bagi Mahasiswa Program Studi PBSI FKIP Univet Bantara Sukoharjo

Tutik Wahyuni dan Wiwik Darmini

(11)

Arianti

47 Abmas Peningkatan Kegiatan Posyandu melalui Pijat Bayi

Wartini dan Titik Haryanti

295 - 300

48 Abmas Peningkatan Pengetahuan tentang ASI Eksklusif pada Salimah

Titik Haryanti dan Wartini

301 - 305

49 Pelatihan Penulisan Artikel bagi Pengurus SUED

(Student Union English Department) Univet Bantara Sukoharjo

Endang Dwi Hastuti, Nunun Tri Widarwati, Ratih Wijayava, Giyatmi

306 - 312

Kegiatan Ilmiah Mahasiswa

50 Penerbitan dan Pemasaran Buku Kamus Bergambar 3 Bahasa

(Indonesia – Inggris – Jawa)

Rokhayati, Arif Santoso, dan Khoirul Bariyyah N

(12)

Perbandingan Aspergillus niger dalam Fermentasi Daun Trembesi

(Albizia saman) untuk Meningkatkan Kualitasnya

sebagai Pakan Ternak Ruminansia

Ahimsa Kandi Sariri, Ali Mursyid Wahyu Mulyono dan Engkus Ainul Yakin

Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjen Sujono

Humardani No. 1, Sukoharjo 57521. Tel. +62-0271-593156, fax. +62-0271-591065, Korespondensi e-mail: ak_sariri@ymail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi Aspergillus niger yang

ditambahan ke dalam fermentasi daun trembesi yang dapat meningkatkan kualitas daun trembesi sebagai pakan ternak ruminansia. Daun trembesi yang telah dipritili sebelum difermentasi dibagi dalam perlakuan yaitu kontrol = penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi dengan konsentrasi 0% berat kering hijauan, An-1 = penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi dengan konsentrasi 0,5% berat kering hijauan, An-2 = penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi dengan konsentrasi 1% berat kering hijauan. Masing-masing perlakuan diulang 4 kali. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok pola searah. Analisis yang dilakukan meliputi analisis proksimat yang terdiri dari kadar air, kandungan protein kasar, kandungan serat kasar, kandungan lemak kasar, kandungan mineral (abu). Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Aspergillus niger dalam fermentasi dapat menurunkan kandungan saponin dan serat kasar, tetapi sebaliknya meningkatkan protein kasar dan kandungan mineral dalam daun trembesi dan Penggunaan Aspergillus niger dengan konsentrasi 1% dalam fermentasi menghasilkan kualitas daun trembesi terfermentasi lebih baik daripada konsentrasi 0,5%.

Kata-kata kunci: fermentasi, Aspergilus niger, trembesi, pakan, ruminansia

PENDAHULUAN

Pemerintah Indonesia pada tahun 2010 mencanangkan gerakan ―Trembesisasi‖. Gerakan ini merupakan gerakan penghijauan untuk mengurangi pemanasan global. Pencanangan penanaman pohon trembesi (Albizia saman) yang banyak ditanam sebagai tumbuhan peneduh di pinggir jalan itu merupakan bagian dari gerakan "one man one tree" yang telah digalakkan oleh pemerintah sebelumnya. Presiden akan membagikan satu juta biji pohon trembesi kepada gubernur seluruh Indonesia untuk ditanam di daerah masing-masing.

Pohon trembesi berasal dari daerah Amerika Latin dan sekarang telah tersebar ke seluruh daerah beriklim tropis di dunia, termasuk di Indonesia. Pohon tersebut memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat, dapat menyerap 28,5 ton/tahun karbondioksida dan mempunyai perakaran yang dapat bersimbiosis dengan bakteri rhizobium untuk mengikat nitrogen dari udara.

Sebaliknya banyak riset menyatakan bahwa trembesi termasuk jenis pohon dengan evaporasi atau penguapan tinggi sehingga berpotensi mengeringkan sumber air selain itu juga merupakan pohon yang mempunyai perakaran yang dangkal sehingga pohon ini mudah roboh selain itu trembesi bersifat invasif karena memiliki tajuk yang luas, sekaligus tebal. Kondisi ini membuat cahaya matahari sulit menembus tanaman di bawah naungan tajuknya sehingga tidak bisa tumbuh subur, bahkan mati.

Di luar kontroversi tentang penanaman trembesi ternyata masyarakat telah memanfaatkan tanaman ini. Buah trembesi menjadi makanan ringan bagi manusia. Daun dan kulit buah trembesi digunakan sebagai pakan ternak ruminansia. Hasil wawancara dengan peternak sapi di Desa Munggur Kecamatan/Kabupaten Karanganyar ternyata ternak sapi sangat menyukai daun dan kulit buah trembesi sehingga menjadi pakan utama ternak sapi mereka.

(13)

Ternak ruminansia adalah ternak yang mempunyai lambung jamak dengan empat kompartemen dan senantiasa mengalami proses ruminasi. Keberlangsungan proses ruminasi sangat tergantung dengan adanya bahan pakan yang mempunyai kandungan serat kasar tinggi. Bahan pakan dengan kandungan serat kasar yang tinggi banyak terdapat pada hijauan tanaman. Sel dalam tanaman mengandung dinding sel yang nutrien khas penyusunnya adalah selulosa. Selulosa adalah polimer D-glukosa dengan ikatan ß-1,4 Glikosidik (Carlile et al., 2001).

Indonesia adalah negara yang beriklim tropis. Ciri khas pada iklim tropis ini mempunyai dua musim ekstrim yaitu musim penghujan dan musim kemarau selain itu pada daerah beriklim tropis mempunyai temperatur dan kelembaban udara yang tinggi. Kondisi ini sebenarnya sangat tidak menguntungkan bagi ternak khususnya ternak ruminansia karena ketersediaan hijauan pakan sangat tidak terjamin. Pada musim penghujan hijauan berlimpah tetapi pada saat musim kemarau sangat kurang bahkan pada daerah-daerah tertentu bisa dikatakan tidak ada. Pada kondisi kekeringan, akan terjadi penjualan ternak secara besar-besaran. Hal ini disebabkan ketidaktersediaannya hijauan pakan sebagai kebutuhan pokok ternak ruminansia, sehingga untuk mempertahankan ternak yang ada, peternak akan memberikan hijauan pakan seadanya yang biasanya diperoleh dari tanaman tahunan.

Trembesi adalah tanaman tahunan yang sering disebut ever green dan masuk dalam familia Mimosoideae. Daun, biji, dan kulit batang trembesi mengandung saponin di samping itu daun dan bijinya mengandung polifenol. (Mc Donald et al., 1988). Padahal menurut Widodo (2005) saponin ada pada seluruh bagian tanaman, misalnya pada daun, batang, akar, bunga dan biji sedangkan jumlahnya bervariasi sesuai waktu pemotongan. tetapi di sisi lain tanaman ini mempunyai perakaran yang dapat bersimbiosis dengan bakteri rhizobium yang bisa mengikat N bebas

Saponin adalah glikosida yang setelah dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan sapogenin (aglikon). Senyawa aktif permukaan dari saponin bersifat seperti sabun dan dideteksi berdasarkan kemampuan membentuk busa pada pengocokan dan memiliki rasa pahit yang mempunyai efek menurunkan tegangan permukaan sehingga merusak membran sel dan menginaktifkan enzim sel serta merusak protein sel (Hostettmann, 1995).

Saponin dapat memberikan pengaruh terhadap proses biologis tubuh dan metabolisme zat nutrisi dengan cara menghambat produktivitas kerja enzim seperti enzim kimotripsin sehingga menghambat produktivitas dan pertumbuhan ternak. Efek biologis utama dari saponin adalah saponin mampu menghemolisis sel darah merah karena interaksi saponin dengan membran (protein, fosfolipida dan kolesterol) dari eritrosit. Hemolisis adalah terlepasnya hemoglobin ke dalam plasma darah akibat pemecahan eritrosit (Francis et al., 2002).

Pakan yang mengandung lebih dari 0,20% saponin akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan. Saponin pada alfalfa dapat mengakibatkan kembung pada ruminansia karena saponin merupakan agen-agen aktif pada permukaannya dalam memproduksi sabun yang bersifat membusa. Level rendah penggunaan tepung alfalfa menurunkan jumlah rata-rata pertumbuhan unggas, yang menjadi efek utama dari kandungan saponin adalah pada palatabilitas dan feed intake dibandingkan pada efek metabolismenya. Penggunaan strain rendah saponin meningkatkan level alfalfa menjadi bahan makanan untuk ruminansi tanpa menurunkan penampilan pertumbuhannya (Francis et al., 2002).

Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat menjadi alkohol, asam laktat, asam butirat dan asam karbonat serta pelepasan panas. Protein dirombak menjadi amonia, asam amino, amida, asam asetat, asam butirat dan air. Suliantari dan Rahayu (1990) menyatakan bahwa dengan fermentasi terjadi penghilangan zat anti nutrisi yang bersifat racun antara lain glukosida. Selanjutnya fermentasi daun ubikayu dengan Aspergillus niger mampu meningkatkan protein, nilai kecernaan dan penurunan serat kasar (Balitnak, 1994).

Hasil penelitian Sariri dkk (2012) menunjukkan bahwa dengan penggunaan Aspergillus niger dan Lactobacillus plantarum meningkatkan kualitas trembesi yang difermentasi dan menurunkan kandungan saponin di dalamnya, sedangkan penurunan kandungan serat kasar trembesi yang difermentasi oleh Aspergillus niger lebih besar dibandingkan dengan penggunaan Lactobacillus plantarum tetapi penurunan saponin tidak berbeda nyata antara keduanya.

(14)

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi, Kimia dan Mikrobiologi Fakultas Pertanian Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta dan analisis saponin dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pelaksnaan fermentasi diawali dengan memisahkan daun trembesi dari batang tertier (dipritili) kemudian dikumpulkan dan ditimbang. Setiap unit percobaan memerlukan 0,5 kg daun trembesi basah. Kemudian membuat media untuk menumbuhkan Aspergillus niger yaitu potatoes dekstrose broth (PDB). Dalam penelitian ini dibuat PDB sebanyak 150 ml kemudian dituang dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml sebanyak 4 tabung reaksi untuk perlakuan An-1 dan 15 ml dalam 4 tabung reaksi untuk perlakuan An-2. Kemudian disterilisasi. Setelah itu menumbuhkan Aspergillus niger dalam media PDB sesuai perlakuan dan diinkubasi selama 5 hari dalam suhu kamar secara aerob.

Daun trembesi yang terkumpul kemudian dibagi-bagi dalam perlakuan: Kontrol = penambahan inokulum Aspergillus niger 0% berat kering daun trembesi

An-1 = penambahan inokulum Aspergillus niger A. niger 0,5% berat kering daun trembesi

An-2 = penambahan inokulum Aspergillus niger A. niger 1% berat kering daun trembesi

Masing-masing perlakuan diulang 4 kali kemudian masing-masing bagian ditambah Aspergillus niger kemudian diaduk rata dan dimasukkan kedalam plastik polyetilen, ditekan dipadatkan kemudian dipres dengan sealer. Setelah tiga hari dilakukan pembongkaran kemudian diukur kandungan nutrien daun trembesi terfermentasi melalui analisis proksimat dan analisis saponin.

Dalam penelitian ini variabel yang diamati adalah: kandungan nutrien yang meliputi kadar air, protein kasar, lemak kasar, abu dan karbohidrat kasar melalui analisis proksimat dan kandungan saponin daun trembesi (Soejono , 2004).

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola searah. Apabila faktor perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata (P < 0,05) maka diuji lagi dengan Duncan‟s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % (Ali-Mursyid, 2011).

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan nutrien daun trembesi terfermentasi

Untuk mengetahui perbedaan kualitas daun trembesi yang difermentasi dengan perlakuan dan kontrol dilakukan analisis proksimat. Hasil analisis proksimat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan nutrien daun trembesi terfermentasi

Perlakuan Kandungan bahan (%)

Air Abu Lemak kasar Protein kasar Serat kasar

Kontrol 8,79a 3,88a 5,85b 10,83a 70,65b

An-1 8,87b 4,03b 6,04c 17,61b 63,45a

An-2 8,81a 4,07b 5,56a 18,10c 63,46a

Ket: superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Dari Tabel 1, terlihat bahwa dengan penambahan Aspergillus niger. memberikan perngaruh yang nyata terhadap kontrol baik dalam kandungan air, lemak kasar, protein kasar, karbohidrat kasar dan mineral (abu). Hal ini menunjukkan bahwa dengan penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi daun trembesi dapat mengefektifkan proses fermentasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachman (1989) dan Judoamidjojo et al. (1992) bahwa fermentasi

(15)

merupakan upaya pemanfaatan mikroba untuk meningkatkan nilai tambah suatu bahan atau substrat dengan produk bahan pangan atau pakan.

Perlakuan penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi dapat meningkatkan kadar air dalam daun trembesi, bahkan pada perlakuan penambahan Aspergillus niger 0,5% berat kering daun trembesi ternyata dapat berpengaruh nyata terhadap kandungan air daun trembesi terfermentasi. Fermentasi daun trembesi mengakibatkan transformasi molekuler sehingga komposisi nutrien yang terkandung didalam daun trembesi mengalami perubahan. Hal ini bisa diakibatkan karena aktivitas Aspergillus niger akan menghasilkan asam yaitu asam sitrat. Dengan keadaan asam akan menghambat aktivitas mikroorganisme dalam penguraian karbohidrat dan protein yang hasil sampingannya adalah uap air.

Tabel 1 menunjukkan bahwa kadar abu pada daun trembesi yang difermentasi relatif rendah tetapi dengan penambahan Aspergillus niger 0,5% dan 1% memberikan perbedaan yang nyata dibandingkan dengan kontrol. Kadar abu pada analisis proksimat menunjukkan kandungan mineral bahan. Prawirokusumo (1994) menyatakan bahwa semua jaringan tubuh manusia, hewan dan tumbuhan mengandung zat anorganik yang disebut dengan mineral. Aspergillus niger adalah jamur yang mempunyai miselium. Miselium-miselium Aspergillus niger ini bisa memberikan penambahan zat anorganik dalam daun trembesi. Adanya penambahan zat anorganik dari Aspergillus niger membuat kandungan mineral dalam daun trembesi terfermentasi dengan penambahan Aspergillus niger 0,5% dan 1% dapat berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol.

Kandungan lemak kasar pada daun trembesi terfermentasi rendah walaupun dengan penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi berpengaruh secara nyata dibandingkan kontrol. Prawirokusumo (1994) menyatakan bahwa dalam pakan, lemak tersusun sebagian besar oleh triglycerida (95-98%) dan sisanya phospholipid dan cholesterol. Pada produk tanaman seperti daun trembesi tidak terdapat cholesterol. Sedangkan menurut Dwidjoseputro (1991) bagian-bagian tubuh tanaman rendah akan lemak. Pada perlakuan penambahan Aspergillus niger 0,5% dalam fermentasi mempunyai kandungan lemak kasar paling tinggi dan berpengaruh nyata terhadap kontrol. Hal ini bisa diakibatkan oleh hasil samping dari fermentasi karbohidrat dalam daun trembesi. Fermentasi karbohidrat akan menghasilkan vollatyl fatty acid yang merupakan suatu lemak.

Penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi daun trembesi baik 0,5% maupun 1% memberikan pengaruh yang nyata terhadap kandungan protein kasar daun trembesi. Meningkatnya kandungan protein kasar bisa disebabkan karena adanya protein bentukan baru yang tersusun dari penggabungan antara N bebas dari bangkai bakteri dan senyawa sisa asam lemak volatile (campuran asam asetat, propionat dan butirat) yang telah kehilangan ion O, N dan H. Terbebasnya O, N dan H tersebut disebabkan oleh peningkatan suhu selama proses fermentasi. Selain itu dengan keadaan asam yang diakibatkan oleh kehadiran Aspergillus niger akan mengurangi aktivitas enzim yang akan menguraikan protein.

Kandungan serat kasar daun trembesi dengan penambahan Aspergillus niger berbeda nyata dibandingkan kontrol. Kandungan serat dalam tumbuhan mengakibatkan produk tanaman tidak mudah dicerna oleh ternak. Tanaman sebenarnya mengandung selulosa dan hemiselulosa yang merupakan suatu polisakarida. Tetapi pada dinding sel tumbuhan, selulosa dan hemiselulosa ini dilingkupi oleh lignin. Keberadaan lignin inilah yang mengakibatkan produk tanaman sulit dicerna. Semakin tua umur tanaman maka semakin tinggi kandungan serat kasar tanaman tersebut (Parakkasi, 1995) yang diakibatkan oleh semakin tinggi kandungan ligninnya. Adanya serat kasar tersebut membuat suatu pakan semakin sulit dicerna dan kurang palatabel walaupun keberadaan serat kasar ini mutlak harus ada dalam pakan ternak ruminansia. Serat kasar dibutuhkan oleh ternak ruminansia untuk menjamin keberlangsungan proses ruminasi. Fermentasi berarti merubah struktur bahan pakan menjadi lebih mudah dicerna, mereduksi komponen yang bersifat allergen, anti nutritif ataupun susah dicerna, hingga menambahkan metabolit penting yang bersifat anti patogen, antioksidan hingga anti karsinogenik (Anonim, 2001). Aspergillus niger adalah jamur. Menurut Pitt and Hocking (1997) dalam Ali-Mursyid dkk, (2006) jamur merupakan mikrobia multiseluler dengan filamen yang panjang dan

(16)

bercabang dan sel-selnya tergolong eukariotik, non fotosintetik dengan dinding sel berupa khitin, suatu polisakarida dari N-asetil glukosamin. Sebagian besar jamur merupakan organisme yang dianggap lebih powerfull dalam menghasilkan enzim ekstra seluler, termasuk selulase. Jamur mampu melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan jalan masuknya hifa ke dalam jaringan (Carlile et al., 2001). Pada waktu daun trembesi difermentasi dengan bantuan Aspergillus niger maka Aspergillus niger berkembang biak dengan cepat dan melakukan penetrasi pada jaringan secara maksimal. Dengan penetrasi hifa jamur ke dalam jaringan tanaman maka akan membuka ikatan lignin dalam dinding sel tanaman. Dengan membukanya ikatan lignin maka akan menurunkan kandungan lignin dalam dinding sel yang selanjutnya akan menurunkan kandungan serat kasarnya. Dengan penurunan kandungan serat kasar maka akan semakin mudah hijauan tercerna.

Kandungan saponin daun trembesi terfermentasi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Aspergillus niger yang ditambahan ke dalam fermentasi daun trembesi yang dapat meningkatkan kualitas daun trembesi sebagai pakan ternak ruminansia. Untuk melihat kualitas suatu bahan sebagai pakan ternak maka perlu dilihat kandungan nutrien dan anti nutrien bahan tersebut. Daun trembesi mengandung zat anti nutrien saponin (Sariri, 2012). Perlakuan fermentasi dengan penambahan Aspergillus niger bertujuan untuk meningkatkan kualitas daun trembesi sebagai pakan ternak. Kandungan saponin daun trembesi yang telah difermentasi menurut perlakuan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan saponin daun trembesi terfermentasi

Perlakuan Kandungan saponin (%)

Kontrol 1,023a

An-1 0,736b

An-2 0,681c

Ket: superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01)

Tabel 2 menunjukkan bahwa dengan penambahan Aspergillus niger dalam fermentasi daun trembesi baik dengan konsentrasi 0,5% dan 1% memberikan pengaruh yang nyata terhadap penurunan kandungan saponin daun trembesi dibandingkan dengan kontrol. Walaupun memberikan pengaruh yang nyata tetapi penurunan kandungan saponin dalam penelitian ini belum mencapai batas toleransi kandungan saponin dalam pakan. Francis et al., (2002) menyatakan bahwa pakan yang mengandung lebih dari 0,20% saponin akan berakibat buruk terhadap pertumbuhan, konsumsi pakan dan efisiensi pakan.

Aspergillus niger adalah jamur. Jamur merupakan organisme yang dapat menghasilkan enzim ekstra seluler. Jamur mampu melakukan penetrasi pada jaringan tanaman dengan jalan masuknya hifa ke dalam jaringan (Carlile et al., 2001). Kemampuan jamur inilah yang akan memacu proses fermentasi, Suliantari dan Rahayu (1990) menyatakan bahwa dengan fermentasi terjadi penghilangan zat anti nutrisi yang bersifat racun. Dengan bantuan Aspergillus niger maka proses fermentasi terjadi lebih optimal sehingga proses penghilangan zat anti nutrisi saponin dalam daun trembesi oleh Aspergillus niger pun dapat berlangsung lebih optimal.

KESIMPULAN

Kesimpulan

Penggunaan Aspergillus niger dalam fermentasi dapat menurunkan kandungan saponin dan serat kasar, tetapi sebaliknya meningkatkan protein kasar dan kandungan mineral dalam daun trembesi.

Penggunaan Aspergillus niger dengan konsentrasi 1% dalam fermentasi menghasilkan kualitas daun trembesi terfermentasi lebih baik daripada konsentrasi 0,5%.

(17)

Saran

Melihat hasil penelitian yang diperoleh maka perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan penggunaan konsentrasi Aspergillus niger lebih tinggi, karena dengan konsentrasi 0,5% dan 1% belum dapat menurunkan kandungan saponin sampai di bawah toleransi yaitu 0,20%.

DAFTAR PUSTAKA

Ali-Mursyid, W.M., Zaenal Bachruddin, Zuprizal dan Muhammad Nur Cahyanto.2006. Mutan Jamur Selulolitik Trichoderma reesei Resisten terhadap Represi Katabolit untuk Meningkatkan kualitas Onggok sebagai Bahan Pakan Alternatif Ayam Petelur. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Univet Bantara. Sukoharjo.

Ali-Mursyid, W.M., 2011. Buku Ajar : Rancangan Percobaan. Kepel Press. Yogyakarta. Anonim, 2001. Pengawetan Hijauan Untuk Pakan Ternak (Silase). Proyek Peningkatan

Teknologi Sapi Perah. Direktorat Jenderal Peternakan. Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat. JICA Japan. Jawa Barat.

Balitnak, 1994. Pemanfaatan Limbah Pertanian dan Limbah Pengolahan Tapioka/Sagu sebagai Pakan Ternak. Warta Penelitian Dan Pengembangan Pertanian.

Carlile, M.j., S.C. Watkinson and G.w.Gooday. 2001. The Fungi. 2nd. Academy Press.

London-California.

Dwidjoseputro,D. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Francis, George; Zohar Kerem, Harinder P. S. Makkar and Klaus Becker (December 2002). "The biological action of saponins in animal systems: a review". British Journal of Nutrition 88 (6): 587–605. doi:10.1079/BJN2002725. PMID 12493081

Hostettmann, K.; A. Marston (1995). Saponins. Cambridge: Cambridge University Press. p. 3ff. ISBN 0-521-32970-1. OCLC 29670810

McDonald, P., R.A. Edwards, and J.F.D. Greenhalgh. 1988. Animal Nutrition. 4 edition. Longman Scientific & Technical. England.

Parakkasi, A. 1995. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Prawirokusumo, Soeharto. 1993. Ilmu Gizi Komparative. BPFE. Yogyakarta. Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. PAU-IPB. Bogor

Sariri, A.K., 2012. Fermentasi dengan Menggunakan Berbagai Jenis Mikrobia

untukMenurunkan Kandungan Saponin Daun Trembesi (Albizia saman). Laporan Penelitian Kompetitif. Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo.

Suliantari dan W.P. Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi Biji-bijian dan Umbi-umbian. PAU-IPB. Bogor.

Soejono, Mohammad. 2004. Petunjuk Laboratorium Analisis dan Evaluasi Pakan. Laboratorium Teknologi Makanan Ternak Jurusan NMT fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta.

(18)

Perbandingan Karakteristik Kualitas Isi Rumen Sapi

dengan Rumput Gajah (Pennisetum purpureum)

Engkus Ainul Yakin, Ali Mursyid Wahyu Mulyono, Sri Sukaryani, dan Sugiyanto

Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara, Jl. Letjen Sujono Humardani

No. 1, Sukoharjo 57521. Telp. +62-0271-593156, fax. +62-0271-591065 E-mail: gazza_eay@yahoo.com

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui karakteristik isi rumen sapi yang berasal

dari rumah potong hewan dibandingkan dengan kandungan nutrien rumput gajah. Enam buah sampel yang terdiri dari tiga buah sampel isi ruman sapi dan tiga buah sampel rumput gajah didistribusikan ke dalam 2 macam perlakuan. Kedua perlakuan dianalisis proksimat untuk mengetahui komposisi kimia bahan. Analisis statistik menggunakan t-test. Variabel yang diamati meliputi bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar, dan abu. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa komposisi kimia antara isi rumen sapi dan rumput gajah menunjukkan berbeda sangat nyata (P<0,01) terhadap bahan kering (17,11 ± 0,37% dan 21,22 ± 0,80%), protein kasar (15,35 ± 0,97% dan 8,97 ± 0,49%), serat kasar (13,41 ± 0,39% dan 22,28 ± 0,33%), abu (16,98 ± 0,23% dan 14,45 ± 0,53%), sedangkan bahan organik (83,06 ± 0,18% dan 85,26 ± 1,19%) menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05). Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa komposisi kimia protein kasar dan serat kasar isi rumen sapi lebih bagus dibandingkan dengan rumput gajah, sedangkan bahan organik tidak berbeda sehingga isi rumen sapi memungkinkan untuk dijadikan pakan pengganti rumput.

Kata-kata kunci: isi rumen sapi, rumput gajah, analisis proksimat

PENDAHULUAN

Usaha pengembangan ternak ruminansia di Indonesia akan sulit dilaksanakan jika hanya mengandalkan hijauan pakan ternak, hal ini disebabkan antara lain kurang tersedianya lahan untuk tanaman pakan ternak di daerah padat penduduk karena lahan yang ada digunakan untuk pemukiman, industri tanaman pangan dan perkebunan. Menurut Soeharsono dan Tawaf (1994) kekurangan pakan ternak ruminansia di Indonesia meningkat sekitar 4% setiap tahun, termasuk dalam hal ini kekurangan pakan konsentrat. Masalah kekurangan pakan ruminansia dapat diatasi dengan cara memanfaatkan limbah Rumah Potong Hewan (RPH) yang masih mengandung nilai nutrisi yang relatif tinggi sebagai pakan ternak, yaitu dengan memanfaatkan Isi Rumen Sapi (IRS), sebagai bahan pakan untuk ternak ruminansia.

Iklim di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau sangat beda keadaannya dalam penyediaan pakan terutama pada musim kemarau. Pada musim hujan pakan berupa hijauan dapat didapatkan dengan mudah, akan tetapi pada musim kemarau pakan berupa hijauan menjadi langka dan sulit didapatkan, dan kalaupun ada harganya mahal. Dan apabila peternak terpaksa membeli hijauan pada musim kemarau tentunya hal ini akan berimbas pada turunnya pendapatan dikarenakan harus membeli pakan tambahan berupa hijauan.

Untuk mensiasati hal tersebut maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan cara mengawetkan hijauan yang kemudian bisa diberikan pada musim kemarau, akan tetapi bila hijauan yang tersedia juga terbatas maka hal ini kemudian menjadi faktor pembatas dalam pengawetan hijauan pakan. Salah satu limbah industri rumah potong hewan yang dapat digunakan sebagai pakan ternak yaitu isi rumen sapi. Penggunaan isi rumen sapi dari rumah potong hewan sebagai pakan ternak potong dilaporkan oleh Messermith (1973) yang menggunakan isi rumen sebagai bahan penyusun ransum sampai 15% dapat menghasilkan

(19)

pertambahan berat badan harian (PBBH), konsumsi pakan, efisiensi dan konversi pakan yang tidak berbeda nyata dengan kontrol.

Penggunaan isi rumen sebagai sebagai salah satu bahan pakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pakan sangat membantu penyediaan pakan, kelestarian lingkungan, dan mendukung program pembangunan khususnya di perkotaan. Salah satu cara untuk menghilangkan bau busuk, mencegah terjadinya pembusukan (mengawetkan) dan mempertahankan nilai nutrisinya adalah dibuat silase, yaitu pengawetan dengan cara fermentasi dengan produk utama asam laktat.

Pada dasarnya isi rumen sapi merupakan bahan pakan yang terdapat dalam rumen sebelum menjadi feses dan dikeluarkan dari dalam rumen setelah hewan dipotong. Kandungan nutrisi isi rumen sapi cukup tinggi, hal ini disebabkan karena zat makanan terkandung belum terserap sehingga kandungan nutrisi tidak jauh berbeda dengan zat makanan yang berasal dari bahan bakunya (Hungate, 1971). Kandungan zat makanan yang terdapat pada isi rumen sapi yaitu bahan kering 10,65-15,68%, protein kasar 11,58%, serat kasar 24,01%, ekstrak ether 3,01%, bahan organik 83,92% dan ekstrak tanpa nitrogen 54,68% (Utomo et al., 2007).

METODE PENELITIAN

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Tempat penelitian di RPH Giwangan Yogyakarta, Laboratorium Biokimia Fakultas Peternakan UGM.

Materi penelitian

Materi penelitian terdiri dari isi rumen sapi dan rumput gajah. Isi rumen sapi digunakan dalam penelitian ini didapat dari rumah potong hewan Giwangan Yogyakarta. Sedangkan rumput gajah yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari laboratorium ternak potong Fakutas Peternakan UGM.

Alat

Peralatan yang akan digunakan adalah timbangan pakan merk Goat kapasitas 15 kg dengan kepekaan 50 g serta seperangkat alat laboratorium untuk analisis sampel.

Pelaksanaan penelitian

Rancangan percobaan. Enam sampel penelitian yaitu masing-masing sebanyak tiga buah sampel isi rumen dan tiga buah sampel rumput gajah diambil dan diangin-anginkan sebentar kemudian sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label lalu dianalisiskan di laboratorium untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam sampel tersebut

Variabel pengamatan

Variable yang diamati dalam penelitian ini adalah bahan kering, bahan organik, protein kasar, serat kasar dan abu.

1. Bahan kering

Bila bahan pakan dipanaskan pada temperatur 1050C selama 5 jam atau pada 1350C selama

2 jam, maka akan diperoleh bahan yang tidak mengandung air. Bahan tersebut disebut bahan kering. Air yang hilang menguap adalah kandungan air bahan pakan yang jumlahnya dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

H = x 100

H = Air yang terkandung di dalam bahan pakan

WB = Berat awal bahan pakan yang dianalisis (gram)

(20)

2. Bahan organik. 100% - % abu

3. Protein kasar

Sampel dianalisis dengan alat Kjeldahl, yaitu metode mendeteksi unsur nitrogen dengan perlakuan titrasi oleh sodium hidroksida (NaOH). Kandungan protein bahan pakan dihitung dengan formula sebagai berikut:

P = x 100

P = Protein yang terkandung di dalam bahan pakan (%) TS = Hasil titrasi pada sampel (milimeter)

TK= Hasil titrasi pada kontrol (milimeter) BS = Berat sampel yang digunakan (miligram)

4. Serat kasar

Dihitung dengan cara menghitung persentase bahan yang hilang setelah bahan pakan

dibakar pada temperatur 7000C selama 1 jam atau dilakukan dengan penambahan larutan

H2SO4 pekat sambil dipanaskan selama setengah jam, kemudian didinginkan selama

setengan jam dengan penambahan NaOH.

5. Abu

Bila bahan pakan dipanaskan dengan temperatur 5500C pada suatu perabuan (tanur) selama

3 jam, maka akan diperoleh bahan berwarna putih yang disebut abu atau mineral. Kandungan abu pakan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:

A = x 100

A = Abu yang terkandung di dalam bahan pakan (gram)

BM = Berat bahan pakan setelah proses pengabuan (gram)

BS = Berat bahan pakan yang diabukan (gram)

Analisis statistik

Data di analisis menggunakan analisis uji t-test.

Analisis data

Data dianalisis menggunakan metode analisis ragam, apabila perlakukan menunjukkan pengaruh nyata terhadap perubah (variabel yang diamati) maka dilanjutkan dengan uji perbandingan rata-rata menggunakan uji jarak berganda Duncan pada jenjang murad = 0,05 (DMRT).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil perhitungan analisis proksimat yang telah dilaksanakan tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Rerata komposisi kimia isi rumen sapi dan rumput gajah (% bk)

Variabel Bahan

Isi rumen sapi (IRS) Rumput gajah (RG)

Bahan kering (BK)

Bahan organik (BO)ns

Protein kasar (PK) Serat kasar (SK) Abu 17,11 ± 0,37a 83,02 ± 0,18 15,33 ± 0,97c 13,41 ± 0,39 a 16,98 ± 0,23c 21,22 ± 0,80b 85,26 ± 1,19 8,97 ± 0,49a 22,28 ± 0,33c 14,45 ± 0,53a ac

Superscript berbeda pada baris yang sama menunjukkan sangat significant (P<0,01)

ns non significant (P>0,05).

Bahan kering

Hasil rerata komposisi kimia bahan kering isi rumen sapi dan rumput gajah tercantum dalam Tabel 1. Rerata kedua perlakuan berturut-turut yaitu 17,11 ± 0,37 dan 21,22 ± 0,80 menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01).

(21)

Analisis proksimat bahan kering isi rumen sapi menunjukkan angka yang lebih kecil dibandingkan dengan bahan kering rumput gajah. Hal ini terjadi karena isi rumen hasil pemotongan berasal dari sapi didapatkan pada pemotongan tengah malam dan baru dikirimkan ke laboratorium pada siang harinya. Hal ini tentu saja akan menurunkan kandungan air dari isi rumen tersebut karena diangin-anginkan terlebih dahulu. Kandungan bahan kering dari isi rumen sapi bervariasi tergantung dengan lama tingkat pengeringan isi rumen, semakin lama isi rumen dianginkan maka kandungan bahan keringnya akan semakin rendah.

Apabila isi rumen sapi ingin kandungan bahan kering naik maka sebaiknya isi rumen yang didapatkan bisa dianginkan lebih lama atau bisa dijemur di bawah sinar matahari sehingga kandungan air akan berkurang.

Kandungan bahan kering rumput 21,22 ± 0,80% bila dibandingkan dengan kandungan bahan kering isi rumen sapi 17,11± 0,37% maka memang bahan kering rumput lebih tinggi, namun apabila kita menginginkan dalam pembuatan silase isi rumen sapi maka bisa ditambahkan bahan yang mempunyai bahan kering yang tinggi seperti onggok kering, dedak dan bekatul sehingga kandungan bahan kering dari isi rumen akan meningkat.

Bahan organik

Hasil rerata komposisi kimia bahan organik isi rumen sapi dan rumput gajah tercantum dalam Tabel 1. Rerata kedua perlakuan berturut-turut yaitu 83,02 ± 0,18% dan 85,26 ± 1,19% menunjukkan hasil berbeda tidak nyata (P>0,05).

Kandungan bahan organik kedua perlakuan berbeda tidak nyata karena walaupun isi rumen sapi telah mengalami proses fermentasi di dalam rumen tetapi hal tersebut tidak berpengaruh terhadap kandungan bahan organik isi rumen sapi bila dibandingkan dengan rumput gajah. Kandungan bahan organik dari isi rumen sapi ini sesuai dengan pendapat (Utomo et al., 2007) yang menyatakan bahwa kandungan bahan kering isi rumen sapi yaitu 83,92%.

Protein kasar

Hasil rerata komposisi kimia protein kasar isi rumen sapi dan rumput gajah tercantum dalam Tabel 1. Rerata kedua perlakuan berturut-turut yaitu 15,33 ± 0,97% dan 8,97 ± 0,49% menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01).

Analisis proksimat protein kasar isi rumen sapi 15,33 ± 0,97% menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan proksimat rumput gajah 8,97 ± 0,49%. Hal ini terjadi karena rumput yang dimakan oleh sapi kemudian dicerna di saluran pencernaan sapi dan dibantu oleh mikroorganisme yang secara tidak langsung akan meningkatkan kandungan protein dari isi rumen sapi.

Kandungan protein kasar dari isi rumen sapi meningkat karena adanya aktivitas mikroba di dalam rumen. Protein yang berasal dari makanan pertama kali dihidrolisa oleh mikroba rumen. Tingkat hidrolisa protein tergantung dari daya larutnya yang berkaitan dengan kenaikan kadar amonia. Protein mudah didegradasi di dalam rumen pada pH yang baik yaitu 6,5. Gula terlarut yang tersedia dalam rumen dipergunakan segera oleh mikroba untuk menghabiskan amonia. Bakteri dalam rumen mempunyai enzim proteolitik yaitu proteinase dan

peptidase yang berfungsi memecah protein dalam rumen. Hasil diaminase ini yaitu NH3 dan

asam lemak. Mikrobia mempergunakan NH3 sehingga di dalam rumen banyak NH3.

Amonia yang dibebaskan dalam rumen sebagian dimanfaatkan oleh mikrobia untuk mensintesis protein mikroba. Bahkan amonia yang dibebaskan dari urea atau garam-garam amonium lain dapat dipergunakan untuk sintesis protein mikroba. Ruminansia dapat memanfaatkan NPN (urea, biuret) sebagai sumber asam amino, melalui jasa mikroorganisme. Jadi protein pakan dihidrolisa oleh mikroorganisme rumen menjadi asam amino, dan digunakan

langsung oleh mikroorganisme untuk pembentukan protein tubuh. Kandungan protein kasar isi rumen sapi yaitu 15,33 ± 0,97% lebih tinggi dari pendapat

Utomo et al. (2007) yang menyatakan bahwa kandungan kimia protein kasar isi rumen sapi adalah 11,58%.

(22)

Serat kasar

Hasil rerata komposisi kimia serat kasar isi rumen sapi dan rumput gajah tercantum

dalam Tabel 1. Rerata kedua perlakuan berturut-turut yaitu 13,41 ± 0,39%dan 22,28% ± 0,33

menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01).

Analisis proksimat serat kasar isi rumen sapi (13,41 ± 0,39%) menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan proksimat serat kasar rumput gajah (22,28% ± 0,33). Hal ini terjadi karena rumput yang dimakan mengalami proses pencernaan di dalam rumen sehingga kandungan serat kasar isi rumen sapi mengalami penurunan. Apabila ingin meningkatkan kandungan serat kasar dari isi rumen sapi agar sama dengan kandungan serat kasar rumput gajah maka isi rumen bisa ditambahkan bahan lain yang kadar serat kasarnya tinggi seperti onggok kering, dedak atau bekatul.

Abu

Hasil rerata komposisi kimia serat kasar isi rumen sapi dan rumput gajah tercantum dalam Tabel 1. Rerata kedua perlakuan berturut-turut yaitu 16,98 ± 0,23% dan 14,45 ± 0,53% menunjukkan hasil berbeda sangat nyata (P<0,01).

Kandungan abu isi rumen sapi lebih tinggi dibandingkan dengan rumput karena di dalam rumen terjadi proses pencernaan mikrobia yang secara tidak langsung akan mempengaruhi kadar abu dari isi rumen sapi.

SIMPULAN

Penelitian disimpulkan bahwa komposisi kimia protein kasar dan serat kasar isi rumen sapi lebih bagus dibandingkan dengan rumput gajah, sedangkan bahan organik tidak berbeda sehingga isi rumen sapi memungkinkan untuk dijadikan pakan pengganti runput.

PERSANTUNAN

Terima kasih diucapkan kepada Univet Bantara Sukoharjo (APBU Tahun Anggaran 2011/2012) yang telah mendanai kegiatan ini melalui Program Penelitian Kompetitif Bidang Ilmu (PKBI) tahun 2012.

DAFTAR PUSTAKA

Utomo, R., L.M. Yusiati, U. Umiyasih, Aryogi, dan Isnandar. 2007. Pemanfaatan Isi Rumen Limbah Rumah Potong Hewan sebagai Pakan Alternatif Pengganti Hijauan. Kerjasama UGM Yogyakarta dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jakarta.

Messermith, T. L. 1973. Evaluation of Dried Paunch Feed as Roughages Source in Ruminant Finishing Ration. M. A. Departement of Animal Science. University of Nebraska

(23)

Potensi Beras Wulung sebagai Makanan Diet Penderita Diabetes

Mellitus: Pengaruh Pengolahan terhadap Kandungan

Antosianin

Sri Hartati

Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl. Letjend S. Humardani No. 1 Sukoharjo 57521, Telp. +62-0271-593156,

Fax. +62-0271-591065 e-mail : tatik_univet@yahoo.com

ABSTRAK: Konsumsi makanan nabati yang mengandung kaya polifenol (termasuk di

dalamnya adalah flavonoid, dan antosianin adalah salah satu flavonoid) sangat berkaitan dengan rendahnya resiko penyakit seperti diabetes mellitus, jantung coroner dan kanker. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui perubahan komponen kadar antosianin beras wulung sebelum pemasakan dan setelah dilakukan pemasakan menjadi nasi dan menjadi tepung (powder). Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah. Perlakuan (variabel tetap) adalah metode/cara pengolahan beras wulung (yaitu pengolahan menjadi nasi, pengolahan menjadi tepung dan tanpa diolah sebagai kontrol), sedang variabel tergantung adalah kadar antosianin. Masing-masing perlakuan diulang 2 kali dengan masing-masing 3 ulangan sampel. Data yang diperoleh dianalisis dengan One Way Anova dengan bantuan program SPSS versi 11.5 dan dilanjutkan dengan Uji Duncan. Hasil menunjukkan bahwa terjadi perubahan penurunan kandungan antosianin yang signifikan (P<0,05) dalam pengolahan beras wulung (beras hitam) menjadi tepung beras wulung dan nasi wulung. Penurunan kandungan antosianin mencapai 93,89% terjadi pada pengolahan dengan pemasakan menjadi nasi wulung. Kadar antosianin beras wulung pecah kulit adalah 2,506 mg/100g sampel, sedang tepung beras dan nasi berturut-turut 2,133 dan 0,153 mg/100g sampel.

Kata kunci : beras wulung, antosianin, tepung beras wulung, nasi wulung

PENDAHULUAN

Diabetes Mellitus (DM) tergolong penyakit degeneratif yang prevalensinya cukup tinggi. Angka insiden dan prevalensi DM cenderung meningkat dari informasi berbagai penelitian epidemiologi. Prevalensi DM di dunia menurut International Diabetes Federation (IDF) mencapai 246 juta tahun 2007 dan diproyeksikan menjadi 380 juta pada tahun 2025 (Perkem Ind, 2006; Pimentel,P, 2007). WHO memprediksi di Indonesia terdapat kenaikan jumlah pasien dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Prevalensi Diabetes tipe 2 meningkat secara eksponensial, dan diperkirakan mencapai lebih 300 juta kasus pada tahun 2030 (Wild et al, 2004).

Berbagai penelitian telah dilakukan di beberapa negara berkembang dan data WHO menunjukkan bahwa peningkatan tertinggi jumlah pasien diabetes terjadi di Asia Tenggara termasuk Indonesia yang menempati peringkat ke-5 di dunia (Suyono, 2006). Dengan kecenderungan meningkatnya penyakit degeneratif, diperlukan suatu upaya dikembangkannya makanan/minuman yang menyehatkan.

Makanan/minuman fungsional telah banyak dikembangkan dengan tujuan untuk memperbaiki fungsi-fungsi fisiologis tubuh agar dapat melindungi tubuh dari penyakit-penyakit degeneratif tersebut. Makanan (pangan) fungsional adalah pangan yang selain bergizi juga mempunyai pengaruh positif terhadap kesehatan seseorang (Muchtadi dan Wijaya, 1996). Meskipun diharapkan memberikan manfaat bagi kesehatan, makanan fungsional tidak dianggap sebagai obat, melainkan dikategorikan tetap sebagai makanan, oleh karena itu makanan fungsional seharusnya dikonsumsi sebagai layaknya makanan sehari-hari. Bentuknya dapat berupa makanan atau minuman (Fardiaz, 1997; Hilliam, M. 2000.).

(24)

Beras merupakan salah satu padian paling penting di dunia untuk dikonsumsi manusia. Di antara varian beras dijumpai beras hitam (Oryza sativa L. indica). Beras hitam ini memiliki nama yang berbeda-beda tergantung di mana beras hitam tersebut berada. Beras hitam yang ada di Solo dikenal dengan nama "beras wulung" yang menurut sejarahnya, dahulu merupakan beras yang khusus dikonsumsi di lingkungan para Raja dan digunakan untuk jenis ritual tertentu. (Kristamtini, 2009; Tri Dewanti, 2009).

Pada beberapa tahun terakhir petani di sekitar Solo khususnya Boyolali, giat menanam varian padi beras hitam ini. Produksi beras wulung pada tahun 2008 yang lalu mencapai kurang lebih 36 ton (Anonim, 2010). Meskipun produksinya belum tinggi, setiap tahun diketahui permintaan akan beras ini terus meningkat. Petani yang banyak mengembangkan beras wulung ini terutama yang tinggal di wilayah Kecamatan Sawit, Kecamatan Banyudono dan Kecamatan Teras. Di Dukuh Suro Duwur, Desa Tawangsari, Kecamatan Teras lahan seluas 3,6 ha bisa memanen 4,32 ton gabah. Di desa ini akan dikembangkan penanaman hingga 50 ha. (Solopos, 2 April 2011).

Di Korea, beras hitam menjadi bagian penting dalam pemeliharaan kesehatan karena kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan. Dilaporkan bahwa dalam dedak beras hitam terdapat kandungan antosianin (salah satu kelompok antioksidan) sebanyak 5,55 mg/g bahan (Ono, et al., 2003). Pada lapisan kulit terluar (outer layer), beras hitam memiliki kandungan flavonoid yang di dalamnya termasuk antosianin sebanyak 6,4 g/100 gr kulit terluar. Pengaruh positif dari polifenol (termasuk di dalamnya flavonoid) pada homeostatistik glukosa ditunjukkan dalam sejumlah besar penilitian in vitro pada beberapa hewan coba yang didukung dengan bukti-bukti epidemiologi pada diet kaya polifenol (Hanhineva et al, 2010). Konsumsi makanan nabati yang mengandung kaya polifenol sangat berkaitan dengan rendahnya resiko penyakit seperti diabetes mellitus, jantung coroner dan kanker. (Scalbert et al, 2005). Oleh karena itu beras wulung diketahui mempunyai potensi dalam penurunan gula darah sehingga sangat cocok dikonsumsi sebagai makanan diet para penderita Diabetes Mellitus (DM).

Hartati dkk, (2011) telah melakukan penelitian terkait beras wulung yang dikembangkan GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) MARSUDI MULYO Dukuh Surodhuwur, Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Hasil menunjukkan bahwa komponen dominan dari beras wulung (beras hitam) adalah karbohidrat (64,98% wb). Kadar protein total 15,41% wb, kadar lemak 4,23% wb, mineral (abu) 2,04% wb, serat kasar 3,52% wb serta kadar air 13,34%. Terdapat perubahan penurunan kandungan polifenol (total phenol) yang signifikan dalam pengolahan beras wulung (hitam) menjadi tepung beras hitam dan nasi hitam. Total phenol beras wulung (hitam) 0,656 mg ekuivalen asam gallat/100 g, tepung beras hitam 0,484 mg ekuivalen asam gallat/100 g dan nasi beras hitam 0,27 mg ekuivalen asam gallat/100 g. Diduga perubahan juga akan terjadi pada kandungan antosianin sehingga penelitian ini perlu dilanjutkan utuk mengetahui seberapa besar kadar perubahannya.

Proses pengolahan beras menjadi nasi maupun tepung diduga akan merubah selain komponen polifenol juga konstituen polifenol yang salah satunya adalah antosianin. Ingin diketahui perubahan kandungan antosianin yang ada pada beras wulung sebelum dimasak dan setelah dilakuan proses pemasakan baik menjadi nasi maupun tepung beras sehingga akan diperoleh informasi apakah potensi beras wulung sebagai makanan diet terapi masih dipertahankan setelah pemasakan.

Penelitian dilaksanakan dengan mengevaluasi pemasakan beras wulung dengan variabel dua cara pemasakan yang berbeda yaitu pengolahan menjadi nasi dan pengolahan menjadi tepung. Pengamatan meliputi analisa kandungan antosianin bahan baku (beras wulung) dan pengamatan perubahan kadar antosianin sesudah pengolahan.

METODE PENELITIAN

Bahan, alat dan jalannya penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan di Laboratorium MIPA Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Bahan penelitian terutama beras

(25)

wulung diambil dari GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Tani) MARSUDI MULYO Dukuh Surodhuwur, Desa Tawangsari, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali. Bahan-bahan kimia untuk analisis antosianin diperoleh di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Peralatan yang digunakan adalah peralatan yang diperlukan dalam perlakuan menanak nasi yaitu rice cooker SHARP Model : KS-M18L(W). Perlakuan dalam pembuatan powder (bubuk) beras wulung dibutuhkan wajan stainless steel dan pengaduk (sothil), blender, serta ayakan.

Jalannya penelitian seperti tampak pada Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa penelitian dilakukan dengan menganalisa kadar antosianin awal dari beras wulung sebelum dilakukan pengolahan dan setelah beras mengalami pengolahan baik menjadi nasi maupun tepung (powder) selanjutnya perubahan kadar antosianin dievaluasi. Proses penanakan nasi dan proses pembuatan powder/tepung beras wulung dilakukan mengacu seperti yang telah dilakukan Hartati dkk (2011).

Gambar 1. Jalannya penelitian secara keseluruhan

Analisa kandungan antosianin (Sompong et al, 2011)

Analisa kandungan antosianin dilakukan dengan metode spektrophotometri seperti yang pernah dilakukan Sompong et al (2011). Antosianin diekstrak dengan methanol asam (methanol dan 1 M HCl 85:15, v/v) dengan rasio pelarut dan sampel adalah 1 : 10. Absorbansi diukur setelah sentrifugasi pada 535 nm dengan dikurangi kontrol (reagent blank). Cyanidin 3-glucoside-chloride digunakan sebagai pigment standard dan total antosianin diekspresikan mg cyanidin 3-glucoside equivalent per 100 g sampel.

Rancangan percobaan dan analisis data

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Pola Searah. Variabel tetap adalah metode/cara pengolahan beras wulung (yaitu beras wulung pecah kulit tanpa pengolahan, pengolahan menjadi nasi dan pengolahan menjadi tepung melalui proses penyangraian). Sementara variabel tergantung adalah kadar antosianin. Masing-masing perlakuan akan diulang 2 kali dengan masing-masing 3 ulangan sampel. Data

Pengolahan menjadi nasi Pengolahan menjadi tepung

Evaluasi kadar zat potensi Analisis kadar Antosianin

Analisis kadar Antosianin Beras wulung pecah kulit

Analisis data

(26)

yang diperoleh dianalisis dengan One Way Anova dengan bantuan program SPSS versi 11.5. Bila terdapat perbedaan antar perlakuan akan dilanjutkan dengan Uji Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya (Hartati, 2011) yang menyimpulkan bahwa komponen dominan dari beras wulung (beras hitam) adalah karbohidrat (64,98% wb). Kadar protein total 15,41% wb, kadar lemak 4,23% wb, mineral (abu) 2,04% wb, serat kasar 3,52% wb serta kadar air 13,34%. Selain itu, terdapat perubahan penurunan kandungan polifenol (total phenol) yang signifikan dalam pengolahan beras wulung (hitam) menjadi tepung beras wulung dan nasi beras wulung. Total phenol beras wulung (hitam), tepung beras wulung tepung beras wulung dan nasi beras wulung berturut-turut adalah 0,656 mg, 0,484 mg dan 0,27 mg ekuivalen asam gallat/100 g.

Pengaruh pemasakan beras wulung menjadi nasi wulung dan tepung beras wulung terhadap kadar antosianin yang dikandung dalam masing-masing produk tampak sebagaimana dalam Gambar 2. Dari Gambar 2 tersebut terlihat bahwa terdapat perubahan kadar antosianin yang signifikan (P<0,05) antara beras wulung (berupa beras pecah kulit/PK) dengan tepung beras wulung maupun nasi beras wulung.

Kadar antosianin beras wulung pecah kulit sebesar 2,506 mg/100g sampel (% wb), sedang tepung beras dan nasi berturut-turut 2,133 dan 0,153 mg/100g sampel (% wb). Dalam basis perhitungan dry basis kadar antosianin beras wulung pecah kulit adalah 2,8918 mg/100g, tepung beras wulung 2,4091 dan nasi beras wulung adalah 0.4741 mg/100g. Kadar antosianin tersebut berbeda dengan kandungan antosianin beras hitam setengah sosoh (SSH) dan pecah kulit (PK) yang diteliti oleh Swasti dan Astuti (2007) yang mempunyai kandungan antosianin 149 ± 11 mg/100g (db) dan 152 ± 16 mg/100g (db). Hal ini dikarenakan selain terdapat perbedaan metode analisis kandungan antosianin, juga terdapat perbedaan sampel beras yang digunakan. Swasti dan Astuti (2007) melakukan penentuan kandungan antosianin dengan metode perbedaan pH dan sampel beras yang digunakan ditanam di Jawa Barat dengan varietas yang berbeda dengan sampel dalam penelitian ini, sedang dalam penelitian ini menggunakan metode menurut Sompong et al (2011).

Gambar 2. Perubahan kadar antosianin (mg/100g) beras Wulung (Brs W.PK) menjadi tepung

beras Wulung (Tep Brs W) dan Nasi beras Wulung (Nasi Brs W)

Beras wulung yang masih berupa beras pecah kulit (Brs W.PK) memiliki kadar antosianin yang paling tinggi, diikuti tepung beras (Tep Brs W) dan nasi beras wulung (Nasi Brs W). Hal ini dikarenakan produk berupa beras pecah kulit belum mengalami perlakuan panas dibanding dengan kedua produk yang lain. Nasi beras wulung mengalami penurunan kadar antosianin yang paling tinggi dikarenakan proses pengolahan beras menjadi nasi memerlukan

0.0000 1.0000 2.0000 3.0000 Brs H. PK Tep Brs H Nasi Brs H 2.8918a 2.4091b 0.4741c Kadar antosianin mg/100g (%db)

Gambar

Tabel 1. Rerata komposisi kimia isi rumen sapi dan rumput gajah (% bk)
Gambar 1. Jalannya penelitian secara keseluruhan
Gambar 2. Perubahan kadar antosianin (mg/100g) beras Wulung (Brs W.PK) menjadi tepung  beras Wulung (Tep Brs W) dan Nasi beras Wulung (Nasi Brs W)
Gambar 1. Diagram alir pembuatan tepung kara pedang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari fenomena dan latar belakang inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan kajian tentang Analisis Rasio NPL, LDR, BOPO Terhadap ROE Dan Deviden (Studi Kasus Pada Bank

Ruang terbuka juga dapat mewadahi penghuni akan ruang tambahan untuk melakukan aktivitas yang tidak dapat di lakukan di dalam unit hunian. entrance

Terdapat hubungan secara bersama-sama antara kecepatan dan kekuatan otot tungkai dengan ketepatan shooting ke arah gawang pada mahasiswa putra semester 4A

Secara akademis , peneliti berharap dengan melakukan penelitian “Strategi Komunikasi Pemasaran Rilisan Fisik di Demajors DIY” ini akan memberikan manfaat yang baik bagi

2 / MI-1A Pelatihan Tepat Guna Kesehatan Lingkungan Materi Inti manusia berupaya mencari ragam solusi baik dengan teknologi tinggi untuk penyediaan air bersih skala

Hal ini berarti bahwa 77,00% variasi yang terjadi pada keputusan petani mengusahakan usahatani nenas yang merupakan variable tak bebas disebabkan oleh variabel bebas yaitu

[r]

Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman Elektrokardiogram (EKG) adalah rekaman konduksi listrik jantung EKG digunakan secara konduksi listrik jantung EKG digunakan