• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PELAKSANAAN KONSTRUKSI. Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PELAKSANAAN KONSTRUKSI

5.1 Umum

Pondasi tiang adalah suatu konstruksi pondasi yang mampu menahan gaya orthogonal ke sumbu tiang dengan cara menyerap lenturan. Pondasi tiang dibuat menjadi satu kesatuan yang monilit dengan menyatukan pangkal tiang yang terdapat di bawah konstruksi dengan tumpuan pondasi.

Jika tiang dipasang melalui tanah lunak ke dalam pasir padat, maka ujung tiang akan memindahkan dan memadatkan pasir. Hambatan lekat (Skin Friction) tiang ini lebih besar daripada tiang bor karena proses pelaksanaan tiang bor tidak memadatkan pasir, tetapi justru memberi kesempatan untuk mengembang. Sementara tidak jarang struktur tanah mengandung pecahan batu yang kurang lapuk atau kerikil yang sulit ditembus. Dalam proses pemancangan untuk mencapai lapisan tanah keras hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan atau pembengkokan pada tiang, padahal pecahan ini dapat dengan mudah digali dan diangkat dalam pembuatan lubang bor. Oleh sebab itu pondasi tiang bor lebih cenderung berperan sebagai tiang tahanan ujung dan dapat dipakai pada hampir semua jenis tiang.

Ditinjau dari segi pelaksanaannya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis sistem, yaitu :

a) Sistem Augering : Diterapkan pada kondisi tanah yang mudah runtuh dengan menggunakan casing (Bentonite Slury) sebagai penahan longsor. Pemakaian slury tidak disarankan pada kondisi tanah yang permeabilitynya besar.

(2)

b) Sistem Grabbing : Diterapkan pada kondisi tanah yang sulit ditembus dengan menggunakan Continous Semirotary Motion Casing yang dimasukkan kedalam tanah dengan cara ditekan sambil diputar.

c) Sistem Wash Boring : Diterapkan pada kondisi tanah yang mengandung pasir lepas dengan menggunakan casing dan pompa sirkulasi air untuk memudahkan pengeboran. Tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan +/- 200 kg. Pengikisan tanah dibantu dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa sentrifugal 3″. Hal ini menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor. Setelah mencapai kedalaman rencana, pengeboran dihentikan, sementara mata bor dibiarkan berputar tetapi beban penekanan dihentikan dan air sirkulasi tetap berlangsung terus sampai cutting atau serpihan tanah betul-betul terangkat seluruhnya. Selama pembersihan ini berlangsung, baja tulangan dan pipa tremi sudah disiapkan di dekat lubang bor. Setelah cukup bersih, stang bor diangkat dari lubang bor. Dengan bersihnya lubang bor diharapkan hasil pengecoran akan baik hasilnya.

5.2 Dasar-dasar Perencanaan

Prosedur perencanaan umumnya terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

a) Penyelidikan tanah, dari data yang diperoleh dapat diperkirakan dimensi tiang dan jumah tiang.

b) Perhitungan daya dukung batas tanah dan bahan tiang, diperhitungkan terhadap

end bearing dan skin friction yang didasarkan pada tiga arah gaya, yaitu tekan

(3)

5.3 Teknik Pekerjaan Pondasi Bored Pile

Pelaksanaan pondasi pada proyek Palm regency apartement dan mall menggunakan pondasi tiang bor. Metode bored pile ini digunakan karena lebih efisien serta dapat mengurangi kebisingan sehingga tidak mengganggu perumahan disekitarnya.

5.3.1 Pekerjaan Persiapan

a) Sebelum memulai pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan usulan tertulis dari jadwal pekerjaan tiang.

b) Semua perlengkapan dan peralatan disiapkan di lokasi untuk menjamin kelancaran dalam pengerjaan.

c) Setiap perubahan urutan pengerjaan tiang bor diberitahukan terlebih dahulu kepada pengawas.

d) Menyiapkan lahan di sekitar lokasi yang akan dibor untuk memudahkan mobilisasi peralatan dan alat-alat berat.

e) Menyiapkan koordinat titik yang akan dibor

f) Menganyam tulangan yang terbuat dari baja sesuai dengan desain baik dalam hal diameter, jenis, jumlah maupun jarak tulangan yang kemudian disimpan secara baik agar tetap bersih serta terhindar dari karat.

5.3.2 Perakitan Pembesian

Pekerjaan pembesian adalah pekerjaan perakitan besi tulangan pada beton bangunan yang disesuaikan dengan shop drawing sehingga didapat kekuatan bangunan yang sesuai dengan yang direncanakan.

Tahapan pekerjaan pembesian: 1. Fabrikasi

(4)

Proses fabrikasi adalah pekerjaan perakitan besi di tempat yang disediakan mulai dari pembengkokan, pemotongan dan penyambungan. Dalam proses pembengkokan, menggunakan mesin pembengkok besi dengan cara memutar alat pembengkok sehingga besi membentuk spiral dan supaya dalam penggunaan besi tidak terlalu boros, maka dalam pemotongan menggunakan mesin pemotong besi. Peralatan yang digunakan pada saat fabrikasi :

Mesin Pembengkok Besi (Bar Bender)

(5)

Alat Bantu Seperti Kakak Tua (Tang Gegep)

Gambar 5.3 Tang Gegep

Kawat Pengikat ( Kawat Bendrat )

(6)

Gambar 5.5 Proses Fabrikasi

2. Pemasangan Tulangan

Dalam pelaksanaan pekerjaan pembesian pada proyek Palm regency apartement

dan mall, besi-besi tulangan yang telah datang di lokasi proyek diletakkan di lokasi

penyimpanan yang telah ditentukan sebagai lokasi fabrikasi besi. Transportasi besi ke tempat yang diinginkan baik secara vertikal maupun horizontal dapat dipermudah dengan bantuan crawler crane yang telah tersedia di lokasi proyek. Setelah dilakukan proses fabrikasi maka selanjutnya proses pemasangan sesuai dengan daftar pembesian dan tidak boleh menyimpang dari gambar kerja yang sesuai dengan bar banding schedule. Kemudian jika dalam proses penyambungan sudah selesai maka akan dipasang tahu beton atau beton decking yang berfungsi untuk menahan posisi tulangan sekaligus menjaga jarak antara tulangan dengan bekisting.

(7)

Gambar 5.6 Pemasangan Tulangan

Dalam Pembuatan keranjang / anyaman tulangan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu diameter tulangan utama dan tulangan spiral karena pada perakitan ada 3 tipe tulangan yaitu tipe A&B, C dan D untuk tulangan utama jenis ukuran yaitu berdiameter 19 mm, untuk tulangan spiral berukuran 12 mm dengan diameter dan kedalaman masing-masing tipe tulangan yang berbeda.

5.3.3 Pelaksanaan Pondasi

Tahap-tahap dalam pengerjaan pondasi/tiang bor sebagai berikut: A. Pengeboran

1) Setelah tahapan penentuan titik dan pemberian patok pada titik yang akan dibor maka pekerjaan bor dapat dimulai pararel dengan pekerjaan perakitan tulangan. Pastikan mata bor (auger) sudah terpasang dengan baik pada kelly bar serta ke vertikalan dari mata bor itu sendiri dan kelly bar juga harus diperhatikan karena apabila miring sedikit akan mempengaruhi tingkat ke vertikalan dari lubang bor itu sendiri.

(8)

Gambar 5.7 Penentuan Titik

2) Pengeboran dilakukan dengan rotary drilling machine merk Soilmec yang ditambatkan pada suatu crawler crane. Auger yang dipasang pada ujung kelly

bar diputar dengan mesin bor dan dibantu dengan hydraulic jack sehingga auger masuk ke dalam tanah.

(9)

3) Setelah auger terisi oleh tanah hasil bor, maka kelly bar diangkat maka tanah dikeluarkan dari auger di permukaan atas tanah di sisi lubang bor dengan cara memutar auger berlawanan arah pengeboran.

4) Untuk mengatasi masalah kelongsoran digunakan casing sementara, yang terbuat dari baja yang dimasukkan kedalam lubang. Diameter dari casing ini tidak boleh kurang dari diameter tiang bor. Pada proyek Palm regency apartement dan mall menggunakan casing untuk pondasi diameter 1000 mm dan panjang casing yaitu 6 m.

Gambar 5.9 Pemasangan Casing

5) Setelah casing terpasang pada lubang bor dan kedalaman lubang sudah cukup dalam lalu dasar lubang bor dibersihkan menggunakan Cleaning Bucket sehingga endapan tanah maupun lumpur berada dapat dibersihkan sehingga didapatkan kedalaman lubang yang sesuai.

(10)

Gambar 5.10 Pembersihan Dasar Lubang

B. Pembesian

1) Anyaman tulangan dimasukkan kedalam lubang bor dengan menggunakan

Crawler Crane. Panjang sambungan pada tulangan (over lapping) yang

diijinkan yaitu 40D.

(11)

2) Setelah tulangan pertama selesai dimasukkan ke dalam lubang, dengan cara tulangan disangkutkan dengan besi dan dilas sementara pada casing agar tidak jatuh kemudian tulangan berikutnya diangkat dengan Crawler Crane dan disambungkan dengan tulangan pertama kemudian dilas sesuai dengan bar

banding schedule maka dibuat gantungan dengan jarak gantungan yang

disesuaikan dengan persetujuan.

Gambar 5.12 Penggantungan Tulangan

3) Pemasangan Pipa Tremie

Pipa tremie yang terbuat dari baja dengan panjang tiap potongan 1 m sampai dengan 3 m yang disambung sehingga cukup untuk kedalaman yang diinginkan dan pada ujung pipa dipasang corong yang berfungsi dalam penuangan semen agar masuk sesuai ke dalam lubang bor. Kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang sudah disiapkan dan dimasukkan hingga menyentuh ke dasar lubang. Untuk penyambungan selanjutnya pipa tremie ditahan dengan penahan yang bisa dibuka dan ditutup. Penyambungan pipa tremie dilakukan dengan menutup tahanan yang membuat ujung pipa tremie

(12)

paling atas tertahan dan tidak masuk dalam lubang bor, pipa tremie selanjutnya yang akan disambungkan diangkat dengan service crane dan dikencangkan antar drat yang satu dengan yang lain dengan memutar drat menggunakan kunci inggris besar dan diberi isolasi hitam yang dimaksudkan untuk mencegah lumpur masuk dalam pipa tremie. Penyambungan dilakukan dengan cara yang telah dijelaskan hingga pipa tremie menyentuh ujung lubang bor (dasar lubang).

Gambar 5.13 Pemasangan Pipa Tremie

C. Pengecoran

1) Setelah pipa tremie terpasang dengan baik, ujung pipa tremie disambungkan dengan corong beton yang berfungsi sebagai tempat memasukkan beton segar. Sebelum pemasangan corong pada pipa tremie, corong dan pipa tremie harus selalu dibersihkan dari sisa – sisa beton yang menempel dan sisa beton yang sudah mengeras agar beton dapat masuk dengan baik.

(13)

Gambar 5.14 Pipa Tremie terpasang dengan corong

2) Selain itu semua ready mixed truck harus sampai pada lokasi pengecoran sebelum pekerjaan dimulai agar tidak terjadi waktu tunggu yang lama antar

ready mixed truck yang satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi

pada kualitas beton nantinya.

Gambar 5.15 Readymix Truck

3) Pengujian slump harus dilakukan untuk menjamin beton readymix yang dipesan sesuai dengan mutu beton rencana, nilai slump yang diizinkan adalah 18-20 cm, apabila nilai slump beton tidak sesuai maka beton readymix harus ditolak dan segera diganti dengan beton dengan nilai slump yang sesuai.

(14)

Gambar 5.16 Test Slump

4) Pada pengecoran yang paling prinsip adalah segregrasi, segregrasi merupakan pemisahan material-material penyusun beton karena gravitasi serta jarak minimum segregrasi ± 1-2,5 m. Pengecoran dilakukan menggunakan corong yang dipasang pada ujung pipa tremie. Kemudian beton dituang dari truck

mixer ke dalam pipa tremie, setelah pipa tremie terisi penuh dengan beton, pipa

diangkat lalu diturunkan kembali sehingga beton mengalir keluar mengisi lubang.

(15)

Gambar 5.17 Penuangan Adukan

5) Setiap kali penuangan dari masing-masing mixer diukur kedalamannya dengan menggunakan meteran. Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pengeboran perlu juga dicheck dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah adalah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili. Tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.

Gambar 5.18 Pengukuran kedalaman pengecoran

6) Apabila aliran beton mulai berhenti atau berkurang, pipa tremie ditarik dan dipotong demi potongan dan dilepas hingga ujung bawahnya terisi ± 1,5 m didalam beton. Setelah itu, pengecoran dilanjutkan kembali.

(16)

Gambar 5.19 Pemotongan Pipa Tremie

7) Setelah pipa tremie dicabut pengecoran diteruskan dengan cara yang serupa sampai beton mencapai elevasi yang telah direncanakan. Dalam hal ini,

production pile hanya mencapai level C.O.L ditambah 1 meter yang antinya

tinggi beton 1 meter tersebut akan dibobok untuk pembuatan pile cap.

Gambar 5.20 Pengecoran hingga C.O.L

8) Semua kegiatan selama pengecoran dicatat waktu serta kedalaman actual pada

(17)

Gambar 5.21 Piling Record

D. Penyelesaian

1) Setelah pengerjaan penuangan beton, maka seluruh sisa rangkaian pipa tremie diangkat dan dibersihkan.

(18)

2) Kemudian casing baja diangkat dengan bantuan alat Crane service.

Gambar 5.23 Pencabutan Casing

E. Pencatatan

1) Setelah selesai kegiatan pengecoran di lapangan, diperoleh data-data seperti data waktu persiapan, data pengecoran, data penyelesaian, data kubikasi, data kedalaman lubang, data panjang tremie serta laporan-laporan di lapangan, maka data-data tersebut dicatat di formulir laporan yang disebut pilling record. Lama pelaksanaan pengeboran diperkiraan selama 4-5 jam.

(19)

Gambar 5.24 Piling Record yang telah input

2) Untuk laporan harian, maka data-data kegiatan pelaksanaan pengecoran tiang pondasi dalam satu hari dicatat ke dalam formulir bor pile record.

5.4 Metoda Kerja Pembuatan Tiang Bored Pile

5.4.1 Persiapan Lokasi dan Setting Out

1) Dilaksanakan pengukuran pada area yang akan menjadi lokasi pekerjaan pembuatan tiang bor. Koordinat-koordinat tiang bor yang direncanakan mengacu pada BM (Bench Mark) yang ada di lokasi pekerjaan.

2) Pekerjaan pondasi tiang bor memerlukan alat-alat berat pada proyek tersebut, oleh karena itu manajer proyek harus dapat memastikan perkerjaan persiapaan apa yang diperlukan agar alat yang berat tersebut dapat masuk ke areal dengan baik. Persiapan lokasi seperti pembersihan lahan, pemangkasan pohon-pohon, pemasangan plat baja untuk jalur alat berat.

(20)

3) Dipersiapkan akses yang akan di lalui truk-truk mixer dari batching plant ke lokasi pembuatan tiang bor, agar tidak terjadi kendala yang signifikan pada saat pengecoran tiang bor.

4) Dilaksanakan stripping, cut and fill pada lokasi pembuatan tiang bor, agar kinerja peralatan yang digunakan efisien dan stabil.

5) Rute / Alur Pengeboran

Pengeboran perlu diperhatikan sehingga pergerakan mesin bor, crawler crane,

excavator dan truck mixer dapat termobilisasi dengan baik.

6) Surveying

Menentukan titik-titik yang akan dibor, dapat dilihat dari tabel koordinat bored pile yang telah disiapkan oleh perencana. Surveyor menentukan titik-titik tersebut dengan mengunakan alat theodolite. Setelah didapat posisi titik yang akurat, titik diberi tanda berupa patok yang menandakan bahwa titik tersbut merupakan titik yang akan dibor.

7) Pembuatan Drainase dan Penampungan Air

Pembuatan saluran pembuangan air disekitar lubang yang akan dikerjakan, karena setiap pengeboran dan pengecoran lubang bor akan mengeluarkan air tanah. Kolam air berfungsi untuk tempat penampungan air bercampur lumpur hasil dari pengeboran.

(21)

5.4.2 Pelaksanaan Pekerjaan

Mesin bor yang digunakan dengan Kelly Bar dan Soil Auger, mesin ini mempunyai kemampuan maksimum membuat tiang bor sampai dengan kedalaman 24,8 m. Dengan langkah-langkah pelaksanaan seperti berikut:

1) Setelah mempersiapkan titik bor, mesin bergerak menuju lokasi kemudian meletakkan Soil Auger tepat di titik tersebut dan setting Kelly Bar pada posisi vertical. Pengeboran dapat dimulai dengan menggunakan soil auger, jika terjadi keruntuhan pada pengeboran awal. Maka segera dipasang preliminary casing panjang 6 meter pada lubang bagian atas, pemasangan casing ini membantu juga dalam proses pengeboran pondasi tiang bor karena dianggap sebagai leading sehingga proses pengeboran pada kedalaman selanjutnya dapat tegak/lurus.

2) Proses pengeboran dilanjutkan sampai dengan kedalaman yang direncanakan dan dikonfirmasikan kepada pengawas.

3) Setelah kedalaman tiang bor rencana sudah tercapai, maka dilaksanakan pembersihan lubang dengan cleaning bucket. Lubang sudah dianggap bersih jika bahan yang terangkat dalam cleaning bucket berupa air.

4) Instalasi keranjang besi (reinforcement cage)

Keranjang besi tiang bor difabrikasi di area yang tidak jauh dari lokasi pengeboran dan dibuat per section sesuai dengan tinggi angkat maksimum service

crane. Sehingga akan memudahkan proses handling keranjang besi ke dalam

lubang bor dilengkapi dengan kode tipe bored pile.

Besi keranjang tiang bor yang sudah siap, diangkat dan dimasukkan ke dalam lubang bor dengan menggunakan service crane.

(22)

Keranjang besi tiang bor terpasang sesuai dengan cut off level yang telah direncanakan yang diposisikan dengan memasang besi penggantung removable. 5) Proses pengecoran lubang bor

Lubang yang sudah siap cor (kondisi besi keranjang tiang bor sudah terinstalasi dalam lubang), kemudian dilaksanakan install pipa tremie, dimana panjang pipa tremie sesuai dengan kedalaman lubang. Pesanlah beton siap pakai (concrete

readymix) yang mempunyai nilai slump 18±2 cm, agar beton dapat mengalir

dengan mudah melalui pipa tremie yang diameter 8” = 20 cm. Setelah truk-truk mixer beton tiba di lokasi proyek, pengecoran dapat segera dimulai. Beton langsung dituang dari truk mixer menuju lubang tremie melalui corong tremie yang sudah disiapkan. Selama pengecoran berlangsung dan terutama pada saat pemotongan pipa tremie, agar ujung pipa tremie bagian bawah selalu dijaga “terendam” 3 m dibawah lapisan beton.

6) Penuangan beton dilanjutkan sampai dengan ±1.00 meter diatas cut off level. Maksudnya agar beton yang paling awal (yang tercampur dengan endapan lumpur) dapat terbuang. Selain itu, untuk meyakinkan bahwa beton baik (tidak terkontaminasi) tercapai sampai dengan cut off level yang telah ditentukan.

(23)

Gambar 5.25 Tahapan pelaksanaan Bored Pile

7) Setelah proses pengecoran selesai, casing dicabut secara perlahan-lahan.

Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi kelongsoran (gap) antara besi keranjang bagian luar dan pinggir lubang, juga segresi dari beton sepanjang permukaan beton (shaft). Apabila diperlukan, sebelum proses pencabutan casing selesai, lakukan pengisian casing sementara tersebut dengan beton secukupnya. Beton baru dalam casing diharapkan dapat mengalir kedalam ruangan-ruangan kosong pada permukaan beton yang terjadi akibat pencabutan casing.

(24)

Gambar 5.26 Detail Bored Pile Diameter 1000 mm 5.5 Beberapa Alasan Menggunakan Pondasi Bored Pile

5.5.1 Kelebihan Pondasi Bored Pile

a) Peralatan pengeboran mudah dipindah-pindah sehingga waktu pelaksanaan relative lebih cepat.

b) Hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi kelongsoran (gap) antara besi keranjang bagian luar dan pinggir lubang, juga segresi dari beton sepanjang permukaan beton (shaft). Apabila diperlukan, sebelum proses pencabutan.

c) Suara dan getaran yang ditimbulkan oleh alat drilling relatif lebih kecil dibandingkan dengan alat pilling ring pada tiang pancang sehingga sangat cocok untuk digunakan di daerah yang padat penduduk serta tidak mengganggu bangunan-bangunan atau perkantoran yang ada di sekitar proyek.

(25)

d) Dapat digunakan untuk segala macam kondisi tanah, misalnya menembus tanah lapisan keras, lapisan kerikil (Boulder), batu-batuan lapuk dan lensa- lensa tanah yang tidak dapat ditembus oleh tiang pancang.

e) Karena pada pelaksanaan tiang bor (Replacement Pile) tidak perlu untuk memindahkan volume, maka gangguan tanah pada sekelilingnya akibat operasi drilling relatif sangat kecil sehingga dapat mengurangi proses remoulding tanah. f) Diameter dan kedalaman lubang bor dapat divariasikan sehingga lebih

ekonomis untuk beban-beban kolom yang besar dan dapat menahan momen lentur pada kepala tiang (High Bearing Piles), serta tidak diperlukan sambungan untuk tiang-tiang yang dalam. Oleh sebab itu, sangat cocok terutama untuk pondasi bangunan bertingkat banyak karena dapat menggantikan suatu kelompok tiang pancang.

g) Dalam pelaksanaan penulangan sangat ekonomis karena diameter tiang bor relatif besar dan tidak adanya masalah “Driving Stress and Pitching Starin” selama pelaksanaan seperti tiang pancang.

h) Ketahanannya terhadap korosi dapat lebih baik dari pada tiang pancang karena ketebalan selimut betonnya mudah disesuaikan.

5.5.2 Kekurangan Pondasi Bored Pile

a) Kurang dapat diandalkan untuk daya dukung tahanan geser karena proses pelaksanaanya tidak sekaligus memadatkan tanah tetapi justru mengurangi massa tanah.

b) Proses pelaksanaan kadang-kadang sangat sensitif terhadap kondisi tanah yang dijumpai dan pengaruh cuaca.

(26)

c) Prosedur pelaksanaannya sangat kritis terhadap daya dukung tiang bor, karena cara pengeboran dan pengecorannya sangat mempengaruhi mutu beton yang dihasilkan sedangkan pemeriksaan kualitas hanya dapat dilakukan secara tidak langsung sehingga memerlukan pengawasan yang lebih ketat dan teliti selama pelaksanaan. d) Meskipun penetrasi sampai ke lapisan pendukung dianggap telah terpenuhi, kadang-kadang masih terjadi penurunan yang berlebihan karena keadaan geologis lapisan tanah yg tidak sama. Hal ini juga dapat mengurangi daya dukung pondasi.

e) Kondisi lapangan lebih kotor atau berlumpur dibandingkan dengan pondasi tiang pancang, sehingga harus dipersiapkan cara-cara untuk menangani tanah galian agar tidak menghambat pekerjaan dan mengurangi mutu.

f) Sebagai Cast In Place Pile, maka pelaksanaannya memerlukan lebih banyak peralatan berat maupun ringan sebagai penunjang.

g) Semakin besar diameter bored pile semakin besar pula daya dukungnya tetapi biaya untuk keperluan loading test dan test pile lebih tinggi.

5.6 Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Keselamatan merupakan bagian penting dan penting dari proses pekerjaan pondasi di proyek Palm regency apartement dan mall. Semua personil yang terlibat dalam proyek harus menggunakan alat pelindung diri (APD).

Dalam pekerjaan konstruksi pondasi, item yang diperlukan seperti sepatu safety, helm safety, sarung tangan dan rompi visibilitas tinggi atau pakaian seperti yang dianjurkan dalam daftar bahaya yang diperlukan untuk melindungi operasi dari benda yang jatuh dan bahaya lainnya.

(27)

5.6.1 Analisa Resiko

Potensi bahaya yang ditimbulkan pada proyek Palm regency apartement dan mall ini merujuk pada instruksi kerja analisa resiko dan metode pengendaliannya yang dibuat pada lembar lampiran Risk Assement Pekerjaan Pengeboran. Potensi yang ditimbulkan adalah seperti, gas dan uap, banjir, gempa bumi, serta listrik tegangan tinggi.

Dari potensi yang ditimbulkan tersebut dibuatlah program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Program yang diterapkan dalam proyek tersebut yaitu :

1) Menghilangkan bahaya di area kerja 2) Mengurangi dampak terhadap lingkungan

5.6.2 Rencana Kerja

Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tersebut tidak terlaksana tanpa rencaana kerja yang baik ntuk mencapai target. Rencana kerja yang diperlukan yaitu:

1) Mengurangi jumlah temuan di dalam sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2) Mengurangi kesalahan metode kerja pada pengoprasian alat berat (Lifting

Operation).

3) Identifikasi dan inspeksi lingkungan kerja.

4) Melakukan sistem monitoring seperti Safety Patrol dan Equipment Monitoring. 5) Menerapkan sistem komunikasi sperti Safety Induction, Tool Boox Meeting, Papan

(28)

5.6.3 Tanggung Jawab Masing-Masing Jabatan

1) Kepala Operasi bertugas mengontrol seluruh kegiatan proyek mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyelesaian.

2) HSE Officer bertugas sebagai koordinator penyelenggara sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

3) Project Manager bertugas memimpin kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan sesuai dengan QSP (Quality and Safety Plan) dan R.A.P (Rencana Anggaran Proyek)

4) Site Manager atau Site Engineer bertugas bersama-sama dengan Safety Officer untuk membantu Project Manager dalam perencanaan dan monitoring pelaksanaan program-program HSE.

5) Supervisor atau Pelaksana bertugas Sebagai koordinator lapangan yang langsung mengerjakan pekerjaan di lapangan sesuai peraturan – peraturan HSE.

6) Logistik atau Purcashing bertugas melakukan pembelanjaan kebutuhan perlengkapan HSE ditempat kerja.

7) Worker atau Pekerja bertugas mengikuti dan berpartisipasi untuk kerja aman, sehat, dan ramah lingkungan.

5.6.4 Penangulangan Kecelakaan Kerja

Penanganan kecelakaan kerja merujuk pada prosedur pada Prosedur Penanganan Insiden dan Kecelakaan Kerja, untuk memastikan penanganan korban kecelakaan kerja yang cepat dan efektif, maka PT. Frankipile indonesia menetapkan hal-hal sebagai berikut

(29)

a. Obat Dasar (Kotak P3K) serperti pencuci mata (obat tetes mata), obat luka (Betadine), dan obat penyakit dalam tubuh (obat masuk angin, obat sakit perut, dan lain – lain).

b. Alat bantu pernapasan.

c. Alat bantu pemindahan korban (tandu).

2) Bantuan Medis, bantuan medis yang ditunjuk pada proyek ini adalah rumah sakit terdekat yang berada kawasan Ciledug, kota tangerang.

3) Sistem Koordinasi, sistem koordinasi yang dilakukan para proyek ini secara umum adalah koordinasi penananggulangan kecelakaan kerja terkait sistem dan fasilitas penanganan kecelakaan kerja dengan penanggung jawab yang ditunjuk oleh pihak terkait.

5.6.5 Penanganan Kondisi Keadaan Darurat

Kondisi gawat darurat berdasarkan hasil pengamatan di lapangan adalah sebagai berikut :

1) Kesalahan Manusia : a. Kebakaran

b. Pencemaran lingkungan oleh bahan beracun dan berbahaya c. Listrik tegangan tinggi

d. Kebocoran gas 2) Alam :

a. Gempa bumi b. Tanah longsor

(30)

3) Sistem Pencegahan Kebakaran

Sistem pencegahan tersebut yang ditetapkan adalah seperti pekerjaan panas dapat menimbulkan api dan percikan api wajib membuat work permit terdahulu kepada pihak berwenang yang ditunjuk pihak klient. Memastikan situasi kerja aman sesuai rekomendasi work permit sebelum melakukan pekerjaan. dan lain sebagainya. 4) Sistem Pencegahan Pencemaran Lingkungan

Sistem pencegahan ini dikendalikan dengan penanggung jawab pelaksana harus melaporkan kepada safety dalam kurun waktu 24 jam.

5) Sistem Penyelamatan Gempa Bumi atau Tanah longsor

Setiap tempat kerja wajib membuat denah evakuasi dan tim penangulangan keadaan darurat yang telah ditentukan kepala safety.

6) Sistem Penyelamatan Huru Hara

Setiap kerja wajib memastikan situasi kerja aman sesuai sesuai prosedur rencana tanggap darurat.

7) Sistem Evakuasi

Penaggulangan gawat darurat akan memberikan tanda arah evakuasi dan tempat berkumpul (meeting point) jika diperlukan.

8) Sistem koordinasi

Penggulangan gawat darurat akan berkoordinasi terkait sistem dan fasilitas pananganan kondisi gawat darurat dengan melakukan sosialisasi sistem penanganan kondisi gawat darurat yang ada kepada seluruh karyawan PT.Frenkipile indonesia, Tbk.

Gambar

Gambar 5.1 Bar Bender
Gambar 5.3 Tang Gegep  Kawat Pengikat ( Kawat Bendrat )
Gambar 5.5 Proses Fabrikasi 2.  Pemasangan Tulangan
Gambar 5.6 Pemasangan Tulangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada masa Rasulullah SAW, islam mengembangkan ekonomi dengan cara melalui prinsip dasar dalam muamalah yang mana prinsipnya tersebut membicarakan segala sesuatu

Fahrun Nur Rosyid, S.kep,Ns, M.kes, selaku Kaprodi SI Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya dan selaku pembimbing I yang dengan

Secara umum, walaupun karakteristik perairan di lahan basah Kimaam, Pulau Dolak berupa rawa-rawa dengan ciri khas pH perairan yang rendah, namun secara umum

Pasal 6 dari Konvensi jenewa tahun 1958 menegaskan bahwa kapal yang berlayar dalam wilayah laut lepas harus menunjukkan bendera negara kapal dan dengan demikian memiliki

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa dengan adanya Bendung Langkemme di Kabupaten Soppeng terjadi peningkatan hasil pertanian di 5 (lima) kecamatan yang menggunakan air

pada anak sekolah dasar di daerah Belawan, yang menderita trichuriasis yang mana memenuhi kriteria inklusi yaitu murid sekolah dasar Belawan kelas I sampai kelas

Dengan penetapan tarif kamar sesuai perhitungan dengan target penjualan pengembalian modal untuk investasi pada massa hunian ini maka jika dibandingkan dengan