KEPUTUSAN
MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR
KEP
23/
MEN
/ 2OO2TENTANG
POKOK-POKOK
PENGAWASAN
DI BIDANG
KETENAGAKERJAAN
DAN
KETRANSMIGRASIAN
MENTERI TENAGA KERJA
DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
:Mengingat
:
l.
b.
bahwa
berdasarkan
Keputusan Presiden Republik
IndonesiaNomor 228llvl
Tahun2001
Departemen Tenaga Keq'a digabungdengan
Kantor
Menteri
Negara
Transmigrasi
dan Kependudukan/BadanAdministrasi
Kependudukan danMobilitas
Penduduk;bahwa
sehubungan denganhuruf
a
di
atas Keputusan Menteri TenagaKerja Nomor
KEP-23/1\iIEN/1997 tentang Pokok-Pokok Pengawasandi
Lingkungan
Departemen
Tenaga
Kerja
danPerafuran
Menteri
Transmigrasi
dan
PPH Nomor
PER-32A4EN/1999
tentang Pengawasandi
Lingkungan
Departemen Transmigrasi dan PPH sudah tidak sesuai lagi;bahwa
untuk
itu
dipandangperlu
ditetapkan Keputusan MenteriTenaga
Keg'a
dan
Transmigrasi
Republik
Indonesia
tentangPokok-Pokok
Pengawasan
di
bidang
ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian.Undang-Undang
Nomor
14
Tahun
1969 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja;2.
Undang-UndangNomor
15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian;3.
Undang-UndangNomor
22
Tahlurl,1999 tentang
Pemerintahan Daerah;5.
Undang-UndangNomor
28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih Dan Bebas DariKKN;
6.
Undang-UndangNomor
3l
Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;7.
Peraturan PemerintahRepublik
IndonesiaNomor 20
Tahun 2001tentang
Pembinaan
dan
Pengawasan
Atas
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;8.
Keputusan PresidenRepublik
IndonesiaNomor 74
Tahun 2001tentang
Tata Cara
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;9.
Keputusan PresidenRepublik
IndonesiaNomor
102 Tahun 2001tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Departemen;10.
Keputusan PresidenRepublik
IndonesiaNomor
109 Tahun 2001 tentangUnit
Organisasi dan Tugas EselonI
Departemen;ll.
Instruksi
PresidenRepublik
IndonesiaNomor 15 Tahun
1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan;12.
Instruksi
Presiden
Republik
Indonesia
Nomor
I
Tahun
1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat;13.
KeputusanMenteri
PendayagunaanAparatur
NegaraNomor
30/MENPAN/1994 tentang
Petunjuk
Pelaksanaan
Pengawasan Melekat;14.
Keputusan
Menteri Negara
PendayagunaanAparatur
NegaraNomor
19Tahun
1996 tentang Jabatan FungsionalAuditor
dan Angka Kreditnya;15.
KeputusanMenteri
TenagaKe{a
dan TransmigrasiNomor
KEP23A4EN/2001 tentang Organisasi
dan Tata
Keda
Departemen TenagaKe{a
dan Transmigrasi;16.
KeputusanMenteri
TenagaKerja
dan TransmigrasiNomor
KEP 137 A4EN/2001 tentang Organisasi dan TataKe{a
Unit
PelaksanaTeknis
di
Lingkungan
Departemen
Tenaga
Kerja
dan Transmigrasi.MEMUTUSKAN:
Menetapkan
:
KEPUTUSAN
MENTERJ
TENAGA
KERJA
DAN
TRANSMIGRASI
REPUBLIK INDONESIA
TENTANG
POKOK-POKOK
PENGAWASAN
DI
BIDANG
KETENAGAKERJAAN
DAN
KETRANSMIGRASIAN.
BAB
I
KETENTUAN
UMUM
Pasal
I
Dalam Keputusan
ini
yang dimaksud dengan :l.
Pengawasan
adalah proses kegiatan
yang
ditujukan
untuk
menjamin
agar pemerintahan berjalan sesuai dengan rencana, ketenfuan dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.2.
Pengawasan melekat adalah serangkaian kegiatan bersifat sebagai pengendalian yang terus menerusdilakukan oleh
atasan langsung kepada bawahannya secarapreventif
dan represif.3.
Pengawasan fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Departemenyang
mempunyai tugas
dan fungsi
melakukan
pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, verifi kasi dan penilaian.4.
Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat berupa sumbanganpemikiran,
saran, gagasan,keluhan
atau pengaduanyang
disampaikansecara langsung maupun tidak langsung.
5.
Pemeriksaan adalah salah satu bentuk kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan cara membandingkan antara peraturan/rencana./program dengankondisi
dan atau kenyataan yang ada.6.
Pemeriksaanoperasional adalah suatu proses
pemeriksaan secarasistimatik
dankomprehensif
yang
dilakukan
oleh Auditor dan
atau
pejabat lainnya
untuk mengevaluasidan
menilai
kine{a
satuan/unit keg'a secaraobyektif
atas kegiatan-kegiatan manaj emennya.7.
Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap satu atau beberapa aspek manajemen.8.
9.
Pemeriksaan
kasus adalah
pemeriksaan
bersifat
pengusutan
(investigasi)
yang dilakukan berdasarkan temuan hasil pemeriksaan atau pengaduan masyarakat.Pengujian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional yang dilakukan dengan cara
meneliti
tentang kebenaran terhadap sejumlah dokumen dan atau barang dengankriteria
yang telah ditetapkan.Pengusutan adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional
untuk
mencari bahan-bahan, keterangan danbukti-bukti
tentang adanya dugaan penyalahgunaan wewenang, penyimpangan dan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.Verifikasi
adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsionalyang dilakukan
untuk mengetahui kebenaran atas bahan, keterangan dan bukti.Penilaian adalah salah satu kegiatan pengawasan fungsional
yang dilakukan
dalam menentukan seberapa besar pencapaian target dengan rencana yang telah ditetapkan.Auditor
adalah Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah (APFP) yangdiberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan di instansi pemerintah.Departemen adalah Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Menteri
adalah menteri
yang
bertanggungjawab
di
bidang
ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.Pasal
2Pengawasan ditujukan untuk :
a.
mendukung pencapaian visi, misi dan sasaran Departemen;b.
mencapai ketaatan
dan
kepatuhan aparat
Departemendan
mitra
ke{a
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku;c.
mewujudkan pemerintahan bersih, transparan dan bebasdari
unsurKorupsi, Kolusi
dan Nepotisme(KKN);
d.
memelihara dan meningkatkan citra Departemen.10.
ll.
12. 13. 14. 15.Pasal
3Sasaran pengawasan mencakup :
a.
tercapainya tertib administrasi, tertib manajemen dan tertib program;b.
tercapainya penurunan
dan
bahkan
menghilangkan
sama
sekali
segala
bentuk penyalahgunaanwewenang, penyimpangan
dan
pelanggaran terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku;c.
tercapainya peningkatan kualitas pelayanan satuan kerja;d.
tercapainyaefisiensi dan efektivitas
pengelolaandan
pendayagunaan sumber daya mencakup anggaran, personil dan perlengkapan;e.
tercapainya pemberantasan segala bentukKKN.
Pasal
4 Ruang lingkup pengawasan mencakup :a.
unit kerja di lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi;b.
Unit
Pelaksana Teknis Departemen TenagaKef
a dan Transmigrasi di Daerah;c.
penyelenggaraan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuandi
bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian pada Pemerintahan Propinsi, Kabupaten/Kota;d.
penyelenggaraanfungsi
ketenagakerjaandan
ketransmigrasianyang tidak
menjadi kewenangan dan atau tidak dilakukan oleh Pemerintah Propinsi atau Kabupaten/Kota;e.
penyelenggaraan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasiandi
luar negeri.Pasal
5Pengawasan
di
bidang
ketenagakerjaandan
ketransmigrasianterdiri
dari
pengawasanmelekat
(WASKAT),
pengawasanfungsional
oleh
Inspektorat
Jenderal (WASFLJNG), pengawasanoleh
lembaga
pengawasanlainnya
dan
pengawasanoleh
masyarakat(wASMAS).
BAB
III
PENGAWASAN
FUNGSIONAL
Pasal
9(l)
Pengawasan fungsional di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasiandi
pusat dan di Daerah dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal.(2)
Pengawasan fungsionalditujukan
terhadap pelaksanaan fungsi ketenagakerjaan dan ketransmigrasiandi
dalam dandi
luar
negeri serta pelaksanaan asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian.Pasal
10(l)
Inspektur Jenderal menetapkan petunjuk teknis operasional pelaksanaan pengawasan fungsional di Daerah.(2)
Prioritas
pengawasan fungsional ditetapkan sesuai kebijakan Pemerintahdi
bidang pengawasan dan kebijakan Menteri.Pasal
1l
Dalam
melaksanakan pengawasanfungsional
sebagaimanadimaksud pada pasal
9 Inspektorat Jenderalterdiri
dari :a.
Inspektorat
I;
b.
Inspektorat
II;
c.
Inspektorat
III;
d.
Inspektorat
IV.
Pasal
12(l)
Inspektorat
I
mempunyai tugas
melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan
dan
peraturan
perundang-undanganbidang
ketenagakerjaan
dan ketransmigrasiandi
lingkungan
Direktorat
Jenderalpembinaan dan
penempatanTenaga
Ke{a
Luar
Negeri,
Direktorat Jenderal pembinaan pelatihan
dan Penempatan TenagaKerja
Dalam Negeri, dan
pengawasanfungsional
di
bidang ketenagakerjaandan
ketransmigrasiandi
propinsi
Jawa
Timur,
Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan.(2)
InspektoratII
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan
dan
peraturan
perundang-undanganbidang
ketenagakerjaan
dan ketransmigrasian di lingkungan Sekretariat Jenderal, Inspektorat Jenderal, Direktorat Jenderal Pembinaan HubunganIndustrial dan
Pengawasan Ketenagakerjaan, dan pengawasan fungsionaldi
bidang ketenagake{aan dan ketransmigrasiandi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Propinsi Lampung, KalimantanTimur,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Bali, danlrian
Jaya.(3)
InspektoratIII
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan
dan
peraturan
perundang-undanganbidang
ketenagake{aan
dan ketransmigrasiandi
lingkungan Direktorat JenderalMobilitas
Penduduk, DirektoratJenderal
Pemberdayaansumber Daya
Kawasan Transmigrasi,
dan
pengawasan fungsiohaldi
bidang ketenagake{aan dan ketransmigrasiandi
Propinsi Jawa Barat termasuk Banten, NanggroeAceh
Darussalam, Sumaterautara,
Sumatera Selatan termasuk BangkaBelitung,
Sulawesi Utara termasuk Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Maluku termasuk Maluku Utara.(4)
InspektoratIV
mempunyai tugas melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan
dan
peraturan
perundang-undanganbidang
ketenagakerjaan
dan ketransmigrasiandi
lingkungan Badan Pendidikan dan Pelatihan, Badan Penelitiandan
Pengembangan Ketenagakerjaandan
Ketransmigrasian,
Badan
Informasi Ketenagakerjaandan
Ketransmigrasian,dan
pengawasanfungsional
di
bidang ketenagake{aandan
kehansmigrasiandi
DaerahIstimewa Yogyakarta,
Propinsi Jawa Tengah, Jambi, Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa TenggaraTimur.
Pasal
13(1)
pengawasanfungsional
terdiri dari
kegiatan pemeriksaan,pengujian,
pengusutan,verifikasi
dan penilaian'(2)
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
meliputi
:pemeriksaan operasional; pemeriksaan khusus; pemeriksaan kasus; inspeksi pimpinan; inspeksi mendadak; supervisi;
monitoring tindak lanjut hasil pengawasan.
(3)
Inspektur Jenderal menetapkan petunjuk teknis tala cara pemeriksaan.a, b. c. d. e. f. o
Pasal
14(1)
Pengawasan fungsional dilaksanakan berdasarkan program kerja pengawasan.(2)
Programkerja
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
meliputi
Program Keq'a Pengawasan Tahunan(PKPT)
danNon
ProgramKerja
Pengawasan Tahunan (Non PKPT).(3)
PKPT
disusun
dan
ditetapkan
bersama-sama antaraInspektorat
Jenderal dengan Lembaga Pengawasan dan Instansi terkait lainnya.(4)
Non PKPT disusun dan ditetapkan oleh Inspektorat Jenderal.Pasal
15(l)
Pengawasan fungsional dilakukan olehAuditor
dan atau pejabatlain
yangditunjuk
oleh Inspektur Jenderal.(2)
Auditor
dan atau
pejabat
yang ditunjuk
sebagaimanadimaksud
pada ayat
(l)
mempunyai tugas :a.
melakukan pemeriksaan dan kegiatanlain
yang
berhubungan dengan program pengawasan;b.
melakukan pengujian, pengusutan, verifikasi dan penilaian.Pasal
16Dalam melaksanakan tugas,
Auditor
dan atau pejabat lain yangditunjuk
berwenang :a,
meminta, menerima, mengusahakan dan memperoleh dokumen, barang atau benda serta keterangan dan informasi lainnya dari pihak tertentu;b.
melakukan penyelidikan
dan
atau
pemeriksaandi
tempat
pekeg'aandan
tempat lainnya;c.
menerima, mempelajari dan menelaah hasil pemeriksaan lembaga pengawasan lainnya dan pengaduan masyarakat;d.
memanggil pejabat dan atau mantan pejabat serta pegawailainnya yang
diperlukan keterangannya;e'
menyampaikan saran/
rekomendasi kepada Inspektur Jenderal atau pejabatlain
yang memberikan perintah atas hasil pemeriksaan yang telah dilalcukan;f.
melakukanmonitoring
tindaklanjut
hasil pemeriksaan InspektoratJenderal,
lembaga pengawasan lainnya dan pengaduan masyarakat.Pasal
17(l)
Temuan pengawasan fungsional berupa temuanpositif
dan temuan negatif.(2)
Temuan pengawasanpositif
sebagaimana dimaksud padaayat
(l)
adalah temuanyang
sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku
dan mendukung pencapaian visi,misi
dan program Departemen.(3)
Temuan pengawasannegatif
sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
adalah temuanyang
tidak
sesuai peraturan
perundang-undanganyang berlaku dan
karenanya merugikan pencapaian visi, misi dan program Departemen.(4)
Seluruhjumlah
danjenis
temuan pengawasanwajib
dikonsultasikan terlebih dahulu kepada obyek pemeriksaan.(5)
Obyek pemeriksaanwajib
menindaklanjuti seluruh temuan pengaw.lsan.Pasal
18(l)
Temuan hasil pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada pasal 17ayat(l)
harusdikaji
dan dianalisis.(2)
Kajian
dan analisis
sebagaimana dimaksud dalamayat
(l)
dilakukan
berdasarkan standar audit yang telah ditetapkan.BAB
IV
PENGAWASAN
MASYARAKAT
Pasal
19 Pengawasan masyarakat bersumber dari :a.
Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM);
b.
Media Massa;c.
KelompokMasyarakat;d.
Pasal
20(1)
Pengawasan masyarakat yang disampaikan ke Departemen, diadministrasikan,dikaji
danditeliti
oleh lnspektorat Jenderal.(2)
Pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
wajib
ditindaklanjuti
olehunit-unit
kerja terkait.(3)
Pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
dapatditindaklanjuti
oleh Inspektorat Jenderal melalui pemeriksaan kasus.TINDAK
LANJUifi
ISYL PENGAWASAN
Pasal
21Unit
/
satuan
kefa
dan obyek
pemeriksaanwajib
menindaklanjuti seluruh
temuan pengawasanmelekat,
temuan
pengawasanfungsional,
temuan
pengawasan lembaga pengawasan lainnya dan pengawasan masyarakat'Pasal
22(l)
Tindak lanjut hasil pengawasan sebagaimana dimaksud pada pasal2l
berupa :a.
tindakan administratifkepegawaian;b.
tuntutan gantirugi
(TGR), tuntutan perbendaharaan (TP) dan pengenaan denda;C,
tuntutan Pidana;d.
penyempurnaan kelembagaan, ketatalaksanaan,
kebijakan
dan
peraturan perundang-undangan;e.
pemberianpenghargaan.(2)
Tindaklanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat(1)
dilalcukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.(3)
Monitoring
dan evaluasitindak lanjut
hasil pengawasan dilakukan oleh Inspelctorat Jenderal.Pasal
23Petunjuk
pelaksanaantentang
tata
cara tindak
lanjut hasil
pengawasan fungsional, pengawasanoleh
lembaga pengawasanlainnya dan
pengawasan masyarakatdi
bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diatur lebih lanjut oleh Inspektur Jenderal.BAB
VI
PELAPORAN
Pasal
24(l)
Hasil
pengawasan melekat sebagaimana dimaksud pada pasal8
dirumuskan secaratertulis dalam
bentuk
laporan realisasi Program Peningkatan
Pelaksanaan Pengawasan Melekat dan laporan pelaksanaan tindak lanjut pengawasan melekat.(2)
Perumusan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
dilaksanakan oleh masing-masing unit eselonII
di
lingkungan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.(3)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
disampaikan kepadaMenteri
melalui Sekretaris Jenderal dengan tembusan kepada Inspektur Jenderal.(4)
Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat(3)
merupakan bahan laporan Program Peningkatan Pelaksanaan PengawasanMelekat
dari
Menteri
kepada Instansi yang menangani pengawasan melekat.Pasal
25(l)
Hasil pengawasan fungsional sebagaimana dimaksud pada pasal 9 dirumuskan secara tertulis dan disusun dalam bentuk laporan hasil pengawasan.(2)
Laporan
hasil
pengawasan sebagaimanadimaksud
pada ayat
(l)
disusun
oleh Inspektur Jenderal disampaikan kepadaMenteri
dengan tembusan kepada instansi terkait dan pejabat eselonI
bersangkutan.(3)
Laporan hasil
pengawasanterhadap
pelaksanaan asas dekonsentrasidan
tugaspembantuan disampaikan
oleh
Menteri atau
pejabat
yang
ditunjuk
kepada Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada instansi terkait.(4)
Laporanhasil
pengawasanfungsional
disampaikanoleh
Menteri
kepada PresidenPasal
26(1)
Hasil
pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud padapasal
19
dirumuskan secara tertulis dan disusun dalam bentuk laporan hasil pengawasan masyarakat.(2)
Laporan hasil pengawasan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat(l)
disusunoleh
Inspektur
Jenderal disampaikan kepadaMenteri
dengan
tembusan kepada instansi terkait dan pejabat EselonI
bersangkutan.(3)
Laporan
hasil
pengawasan masyarakat ataspetunjuk
Menteri
dapat
disampaikan kepada pelapor.Pasal
27Petunjuk
pelaksanaan
tentang
tata
cara pelaporan
hasil
pengawasan
fungsional, pengawasanoleh
lembaga pengawasanlainnya dan
pengawasan masyarakatdi
bidang ketenagakerjaan dan ketransmigrasian diatur lebih lanjut oleh Inspektur Jenderal.BAB
VII
KETENTUAN
PENUTUP
Pasal
28Dengan
ditetapkannya KeputusanMenteri
TenagaKerja dan
Transmigrasi
ini,
maka KeputusanMenteri
TenagaKerja Nomor KEP 23
/
MEN
/
1997 dan Peraturan Menteri Transmigrasi dan PPH Nomor PER 32/ MEN
/
1999 dinyatakan tidak berlaku.Pasal
29Selama petunjuk pelaksanaan Keputusan
Menteri
ini
belumditerbitkan,
maka ketentuan-ketentuanyang
mengatur
pengawasandi
lingkungan
DepartemenTenaga
Ke{a
dan Transmigrasi tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan.Pasal
30 Keputusanini
mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.Ditetapkan di Jakarta
padatanggal 13 Februari 2002