• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbup Nomor 27 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbup Nomor 27 Tahun 2011 tentang Izin Gangguan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 27 TAHUN 2011

T E N T A N G IZIN GANGGUAN (HO)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin iklim usaha yang kondusif, kepastian berusaha, melindungi kepentingan umum, serta memelihara lingkungan hidup dan sebagai sarana pengendalian, perlindungan, penyederhanaan dan penjaminan kepastian hukum dalam berusaha di Kabupaten Pakpak Bharat;

b. bahwa untuk melaksanakan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Perizinan Tertentu, maka perlu kiranya diatur tata cara perizinan, pengawasan dan pengendalian izin gangguan di Kabupaten Pakpak Bharat yang ditetapkan dalam suatu Peraturan Bupati.

Mengingat : 1. Undang-undang Gangguan (HO) stbl.1926 Nomor 226 yang diubah dan ditambah dengan Stbld.1940 Nomor 14 dan 450);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan di Provinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di Daerah;

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2009 Tentang Pedoman Penetapan Izin Gangguan di Daerah;

9. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2008 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 59);

(2)

Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 91);

11.Peraturan Bupati Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Masing-Masing Jabatan pada Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 Nomor 4);

12.Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2009 tentang Pendelegasian Sebagian Wewenang Pengurusan Perizinan dan Non Perizinan Kepada Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat (Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 3).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG IZIN GANGGUAN (HO). B A B I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pakpak Bharat.

2. Pemerintah Daerah adalah daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Pakpak Bharat.

4. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

5. Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM adalah Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat.

6. Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM adalah Kepala Dinas Perindustrian, Koperasi, Perdagangan dan UMKM Kabupaten Pakpak Bharat.

7. Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal selanjutnya disebut KP2SP-PM adalah Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.

8. Kepala KP2SP-PM adalah Kepala Kantor Pelayanan Perizinan Satu Pintu dan Penanaman Modal Kabupaten Pakpak Bharat.

9. Petugas adalah pegawai yang ditunjuk oleh Kepala KP2SP-PM yang bertugas melaksanakan rangkaian proses pelayanan perizinan dan non perizinan di KP2SP-PM mulai dari melayani informasi dan pengaduan, menerima dan menolak berkas, memverifikasi berkas, mencetak dan mengolah data perizinan dan membantu tim teknis.

10.Tim Teknis adalah kelompok kerja yang terdiri dari unsur-unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah teknis terkait yang mempunyai kewenangan untuk memberikan pelayanan perizinan.

11.Gangguan adalah segala perbuatan dan/atau kondisi yang tidak menyenangkan atau mengganggu kesehatan, keselamatan, ketenteraman dan/atau kesejahteraan terhadap kepentingan umum secara terus-menerus.

12.Retribusi Izin Gangguan adalah Retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. 13.Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat usaha kepada orang pribadi atau badan

di lokasi tertentu yang dapat menimbulkan bahaya, kerugian dan gangguan tidak termasuk tempat usaha yang lokasinya telah ditunjuk oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

14.Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.

(3)

16.Perusahaan Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri yang berada dalam kawasan industri dan diluar kawasan industri tetapi di dalam RUTR baik yang PMDN/PMA maupun yang Non PMDN/PMA.

17.Bukan Perusahaan Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha tertentu dengan maksud untuk mencari keuntungan.

18.Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, persekutuan komanditer, perseroan lainnya, BUMN atau BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya.

19.Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi.

20.Perhitungan Retribusi Daerah adalah Rincian besarnya Retribusi yang harus di bayar oleh wajib Retribusi baik pokok Retribusi, Bunga, kekurangan pembayaran retribusi, kelebihan pembayaran retribusi maupun sanksi administrasi;

21.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang;

22.Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi atau sanksi administrasi berupa bunga atau denda.

23.Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditentukan oleh Bupati. 24.Pembayaran Retribusi Daerah adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh

wajib retribusi sesuai dengan SKRD dan STRD ke Kas Daerah atau ketempat lain yang ditunjuk dengan batas waktu yang telah ditentukan.

BAB II

MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2

(1) Pemberian izin gangguan dengan maksud untuk mengatur dan menata peruntukan suatu lokasi penempatan suatu kegiatan usaha untuk keteraturan pemanfaatan ruang. (2) Izin gangguan dapat digunakan dan atau dianggap sebagai Surat Izin Tempat Usaha

(SITU).

Pasal 3

Izin gangguan bertujuan untuk mewujudkan tertib usaha baik ditinjau dari segi lokasi pemanfaatan ruang maupun hubungannya dengan kelestarian lingkungan.

Pasal 4

(1) Setiap orang atau badan yang menyelenggarakan kegiatan usaha atau memiliki tempat usaha termasuk tempat penyimpanan barang (gudang) wajib memiliki izin gangguan dari Bupati melalui KP2SP-PM.

(2) Perusahaan industri yang didirikan didaerah wajib memiliki izin gangguan untuk pendirian perusahaan dan izin gangguan untuk bidang usaha yang dijalankan.

(3) Izin gangguan untuk perusahaan bukan industri yang didirikan didaerah dapat dipergunakan untuk izin gangguan bidang usaha yang dijalankan selama usaha yang dijalankan masih sesuai dengan yang tercantum dalam izin gangguan dimaksud.

(4) Penyelenggaraan usaha dan atau tempat usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah berlakunya Peraturan Bupati ini ternyata belum memiliki izin gangguan harus memiliki Izin Gangguan.

(5) Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) si pemohon harus mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati melalui Kepala KP2SP-PM dikertas bermaterai cukup dengan mengisi blangko atau formulir isian yang telah disediakan KP2SP-PM.

(6) Izin gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan setelah jumlah retribusi yang ditetapkan telah dilunasi oleh sipemohon.

(7) Apabila dianggap perlu permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat disertai dengan perjanjian yang berhubungan dengan keindahan, kesopanan, ketertiban umum, keamanan, kesusilaan, keagamaan dan kesehatan.

(4)

(1) Jangka waktu berlakunya izin gangguan ditetapkan selama 3 (tiga) tahun.

(2) Dalam rangka pengendalian dan pengawasan terhadap izin gangguan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilakukan pendaftaran ulang setiap 1 (satu) tahun sekali.

Pasal 6

(1) Izin gangguan diberikan atas nama pemohon.

(2) Dalam surat izin dimuat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dan dipatuhi oleh pemegang izin.

(3) Izin gangguan tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain kecuali atas persetujuan Bupati atau pejabat yang dihunjuk.

BAB III

OBJEK IZIN GANGGUAN Pasal 7

(1) Obyek Izin Gangguan Perusahaan Industri berdasarkan Stbl 1926 Nomor 226 jo Stbl tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450 adalah sebagai berikut :

a. yang dijalankan dengan alat kerja tenaga uap air dan gas, demikian juga dengan elektro motor dan tempat usaha lainnya yang mempergunakan uap air, gas atau uap bertekanan tinggi;

b. yang dipergunakan untuk membuat, mengerjakan dan menyimpan mesin dan bahan peledak lainnya termasuk pabrik dan tempat penyimpanan petasan;

c. yang dipergunakan untuk membuat ramuan kimia, termasuk pabrik korek api;

d. yang dipergunakan untuk mengerjakan dan menyimpan bahan-bahan atsiri yang mudah menguap;

e. yang dipergunakan untuk penyulingan dari bahan-bahan tumbuh-tumbuhan dan hewani serta mengerjakan hasil yang diperoleh dari padanya, termasuk pabrik gas; f. yang dipergunakan untuk mengerjakan lemak-lemak dan damar;

g. yang dipergunakan untuk menyimpan dan mengerjakan sampah;

h. tempat pengeringan gandum dan atau kecambah, pabrik bir, tempat pembuatan minuman keras dengan cara pemanasan , dan atau penyulingan, pabrik spritus, cuka dan perusahaan pemurnian, pabrik tepung dan perusahaan roti serta pabrik setrup buah-buahan;

i. tempat pembantaian, tempat pengulitan hewani, tempat penjemuran, tempat pengasapan bahan-bahan hewani, begitu pula tempat penyamakan kulit hewan; j. pabrik porselin dan pecah belah tempat pembuatan batu merah, genteng, ubin dan

tegel, tempat pembakaran, gamping, gipsa dan pembuatan kapur;

k. tempat pencairan logam, tempat pengecoran logam, tempat pertukangan besi, tempat penempatan logam, tempat pemipihan logam, tempat pertukangan kuningan dan kaleng dan tempat pembuatan ketel;

l. tempat penggilingan tras, penggergajian kayu dan pabrik minyak;

m.galangan kapal kayu, tempat pembuatan barang dari batu dan penggergajian batu, tempat pembuatan kereta, tempat pembuatan tong dan tempat pertukangan kayu; n. pabrik tapioka;

o. pabrik untuk mengerjakan karet dan atau getah-getah perca atau bahan-bahan yang mengandung karet;

p. perusahaan kawasan industri.

(2) Obyek Izin Gangguan bukan Perusahaan Industri berdasarkan Stbl 1926 Nomor 226 jo stbl tahun 1940 Nomor 14 dan Nomor 450 adalah sebagai berikut :

a. usaha rekreasi dan hiburan umum, gelanggang renang, pemandian umum, padang golf, kolam memancing, gelanggang permainan ketangkasan, gelanggang bowling dan billyard, klub malam, diskotik, panti pijat, panti mandi uap, bioskop, pusat pasar seni, dunia fantasi, theater atau panggung terbuka dan tertutup taman marga satwa, pentas pertunjukan satwa, usaha sarana fasilitas olah raga, balai pertemuan, barber shop, salon kecantikan, pusat kesehatan atau health center, pusat kebugaran jasmani atau fitness center;

b. rumah makan, restoran, bar; c. hotel berbintang dan hotel melati;

d. ruang, gedung, tempat penyimpanan dan atau penimbunan barang-barang dagangan;

e. perusahaan percetakan;

(5)

h. klinik, rumah sakit, klinik bersalin dan atau bidan;

i. penjualan minyak pelumas eceran termasuk service ganti minyak pelumas;

j. tempat penyimpanan seperti garasi dan atau pool kendaraan angkutan barang maupun orang;

k. tempat penyimpanan dan atau pool kontainer;

l. tempat penyimpanan dan penjualan bahan-bahan kimia; m. tempat penyimpanan dan penjualan bahan-bahan karbit;

n. tempat penyimpanan dan penjualan eceran minyak tanah, residu, spritus, alkohol dan gas elpiji;

o. bengkel sepeda dan sepeda motor; p. bengkel perbaikan mobil;

q. perbaikan dan atau service accu dan dinamo;

r. tempat penampungan dan penjualan kertas-kertas bekas, besi bekas, kayu bekas, plastik bekas dan barang-barang bekas lainnya;

s. tempat peternakan unggas, sapi, sapi perah dan sejenisnya; t. pertukangan besi dan gerobak;

u. ruang pamer kenderaan bermotor (show room);

v. tempat pencucian kendaraan bermotor (sepeda motor dan lain-lain);

w. tempat penyimpanan dan atau pengolahan mengerjakan barang- barang hasil laut, hasil bumi dan atau pertanian serta hasil hutan;

x. tempat pembuatan makanan dan minuman.

y. tempat penjualan barang dagangan dan usaha lainnya. z. pembangunan menara dan/atau tower.

BAB IV

PERSYARATAN PERIZINAN Pasal 8

(1) Syarat-syarat pengajuan permohonan izin gangguan bagi perusahaan industri dan perusahaan bukan industri adalah sebagai berikut:

a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;

b. fotokopi sertifikat tanah atau akte jual beli tanah yang dilegalisasi pejabat yang

berwenang atau surat keterangan tanah yang sah dari Kepala Desa/Lurah yang dilegalisasi;

c. fotokopi KTP pemilik atau penanggung jawab; d. pas foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar;

e. surat pernyataan pencegahan gangguan dan pencemaran lingkungan;

f. surat pernyataan persetujuan tetangga;

g. surat keterangan status tempat usaha (sewa dan atau milik sendiri);

h. denah lokasi bangunan/tempat usaha;

i. fotokopi akta pendirian bagi perusahaan yang berbadan hukum.

(2) Syarat-syarat pengajuan permohonan perpanjangan atau penggantian izin gangguan untuk perusahaan industri dan bukan perusahaan industri adalah sebagai berikut:

a. surat permohonan kepada Bupati melalui KP2SP-PM;

b. fotokopi KTP pemilik atau penanggung jawab; c. pas foto ukuran 3 x 4 cm sebanyak 2 lembar; d. izin gangguan yang asli;

e. surat keterangan hilang dari kepolisian jika izin gangguan asli telah hilang.

Pasal 9

Bupati dapat menetapkan izin bersyarat dengan pemberian batas waktu berlakunya Izin Gangguan terhadap kegiatan usaha yang bersifat insidentil.

BAB V

TATA CARA PENGURUSAN IZIN Pasal 10

(1) Untuk memperoleh izin gangguan, pemohon mengisi formulir pendaftaran yang telah disediakan oleh KP2SP-PM.

(2) Apabila pengurusan izin dikuasakan maka wajib melampirkan surat kuasa yang bermaterai cukup dan ditandatangani oleh pemilik atau pengurus atau penanggung jawab usaha.

(3) Formulir permohonan dan kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud pada

(6)

(4) Petugas akan meneliti dan mengevaluasi kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan yang diajukan pemohon dan membuat surat tanda terima dan atau resi kepada pemohon.

(5) Petugas akan melakukan peninjauan ke lapangan untuk menilai layak atau tidaknya izin diberikan kepada pemohon yang dituangkan dalam berita acara pemeriksaan lapangan paling lama 2 (dua) hari kerja setelah berkas diterima dengan lengkap dan benar.

(6) Terhadap permohonan yang memenuhi persyaratan akan dikeluarkan izin gangguan paling lama 5 (lima) hari kerja sejak berkas diterima dengan lengkap dan benar.

(7) Permohonan izin yang tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan kepada pemohon secara tertulis disertai dengan alasan penolakan, paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima.

(8) Perubahan, penggantian dan perpanjangan izin gangguan tidak dilakukan peninjauan ke lapangan dan selesai paling lama 3 (tiga) hari.

BAB VI

KEWAJIBAN PERIZINAN Pasal 11

(1) Pemegang izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (1) diwajibkan :

a. membayar retribusi izin ke kas daerah melalui petugas

b. menempatkan mesin dan peralatan listrik lainnya pada ruangan tersendiri, yang

tidak menimbulkan kebisingan dan polusi serta tidak mengganggu terhadap tetangga dan lingkungan sekitarnya;

c. menyediakan racun api dan atau alat pencegah kebakaran dan bertanggung jawab sepenuhnya atas kemungkinan terjadinya kebakaran yang ditimbulkan akibat pemakaian mesin dan peralatan listrik lainnya;

d. bertanggung jawab terhadap limbah yang bersumber dari kegiatan usaha baik

limbah cair, udara dan atau gas maupun limbah padat sehingga tidak akan menimbulkan pencemaran dan gangguan terhadap lingkungan hidup sekitarnya;

e. mematuhi segala ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku

sesuai dengan kegiatan usaha;

f. mendaftar ulang izin gangguan yang dimiliki setiap 1 (satu) tahun sekali dan

membayar retribusi yang telah ditentukan;

g. menempelkan turunan surat izin gangguan yang telah dimiliki pada dinding

bangunan yang mudah dibaca.

(2) Izin gangguan sebagaimana tersebut dalam Pasal 4 ayat (1) Peraturan Bupati ini dapat dilakukan perubahan apabila usaha tersebut dialihkan atau dipindahtangankan kepada pihak ketiga, dilakukan pergantian nama perusahaan dan atau ganti merek dan penambahan luas bangunan setelah mendapat persetujuan dari Bupati;

(3) Setiap perubahan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan retribusi sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari retribusi izin gangguan yang pertama. (4) Daftar ulang izin gangguan dikenakan retribusi sebesar 75 % / tahun dari retribusi izin

yang pertama.

Pasal 12

Izin gangguan dapat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku serta tidak mempunyai kekuatan hukum lagi apabila :

a. memperoleh izin gangguan secara tidak sah;

b. adanya pemindahan letak dan lokasi tempat usaha;

c. pemegang izin tidak memenuhi kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11;

d. lokasi tempat usaha sebagaimana yang ditetapkan dalam izin, tidak sesuai lagi dengan perkembangan penataan kota.

Pasal 13

Terhadap pencabutan izin gangguan, pemegang izin tidak dapat mengajukan pengembalian retribusi yang telah dibayar dan menuntut ganti rugi kepada Bupati.

(7)

(1) Pemohon yang mengajukan izin wajib mengambil surat izin paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak lewat waktu atau sejak tanggal diterimanya surat pemberitahuan penerbitan izin.

(2) Apabila telah lewat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pemohon tidak mengambil izin dimaksud maka izin dianggap tidak berlaku sehingga untuk memperoleh kembali harus mengajukan permohonan baru.

BAB VII

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 15

(1) Retribusi Izin Gangguan dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan STRD.

(2) Retribusi Izin Gangguan dibayar lunas kepada petugas.

(3) SKRD, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding yang menyebabkan jumlah retribusi yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu paling lama satu bulan sejak tanggal diterbitkannya hal dimaksud.

(4) Bupati atas permohonan wajib retribusi setelah memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat memberikan persetujuan kepada wajib retribusi untuk mengangsur atau menunda pembayaran retribusi dengan dikenakan bunga sebesar 2 % (dua per seratus) setiap bulan.

(5) Dari hasil pemungutan retribusi diberikan upah pungut sebesar 5% (lima per seratus) yang pembagiannya ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

BAB VIII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 16

(1) Penagihan Retribusi terutang dilakukan dengan menggunakan STRD dan didahului dengan Surat Teguran/Peringatan/surat lain yang sejenis.

(2) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagai tindakan awal pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pembayaran.

(3) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang dan dikenakan sanksi sesuai ketentuan yang berlaku kepada wajib retribusi apabila tidak melunasi retribusi yang dimaksud.

(4) Surat Teguran/Peringatan/Surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh KP2SP-PM.

BAB IX

TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 17

Tata cara Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi dengan ketentuan sebagai berikut :

(1) Pengurangan, Keringanan dan Pembebasan Retribusi dilakukan oleh Bupati.

(2) Wajib retribusi mengajukan permohonan bermaterai 6.000 tentang pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi kepada Bupati melalui KP2SP-PM.

(3) Atas permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1), harus dibuat alasan pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi yang dapat diterima dan atau melampirkan dokumen-dokumen atau hal-hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi Bupati untuk mengabulkan permohonan tersebut.

(4) Bila diperlukan KP2SP-PM akan mengundang instansi teknis terkait untuk membahas dimungkinkan atau tidaknya pemberian pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi kepada wajib retribusi.

(5) KP2SP-PM mengajukan nota dinas kepada Bupati tentang pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi dengan melampirkan berkas permohonan dan dokumen pendukung lainnya.

(8)

(7) KP2SP-PM akan menyurati wajib retribusi tentang penolakan atau persetujuan Bupati tentang permohonan pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi.

(8) Apabila Bupati menyetujui permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka KP2SP-PM menerbitkan SKRD dengan mencantumkan jumlah pengurangan atau keringanan atau pembebasan retribusi.

(9) Apabila Bupati tidak menyetujui atau menolak permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1), maka wajib retribusi harus membayar retribusi sesuai ketentuan yang berlaku.

BAB X

PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN Pasal 18

(1) Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian terhadap usaha yang diwajibkan memiliki Izin Gangguan dilakukan Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM serta dibantu oleh Kecamatan tempat lokasi izin dikeluarkan.

(2) Pengawasan secara umum pelaksanaan pemberian Izin Gangguan dilakukan oleh Inspektorat.

(3) Bupati melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM serta dibantu oleh Kecamatan tempat lokasi izin dikeluarkan dapat meminta laporan hal-hal yang dianggap perlu kepada pimpinan usaha .

(4) Dalam rangka pembinaan, pengawasan dan pengendalian usaha, sewaktu-waktu petugas dari Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM dan Kecamatan dapat melakukan pemeriksaan ditempat usaha dan secara berkala melakukan penelitian terhadap persyaratannya.

(5) Ketentuan lebih lanjut tentang Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian, jika dianggap perlu dapat diatur dengan Keputusan Bupati.

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 19

Hal-hal yang belum cukup diatur dengan Peraturan Bupati ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati.

Pasal 20

Peraturan Bupati ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pakpak Bharat.

Ditetapkan di Salak

pada tanggal 02 Nopember 2011

BUPATI PAKPAK BHARAT,

dto

REMIGO YOLANDO BERUTU

Diundangkan di Salak

pada tanggal 02 Nopember 2011

SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PAKPAK BHARAT, dto

HOLLER SINAMO

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil Evaluasi dan Pembuktian Kualifikasi serta Penetapan Hasil Kualifikasi, kami Kelompok Kerja I Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa Daerah Kabupaten Lamandau

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Example s. Keaktifan peserta didik tergolong baik, yaitu 72,83% dikelas X.A dan 70,11% dikelas X.D sehingga model

Penyimpangan diatas ada dikarenakan sikap etis seorang akuntan yang tidak sesuai dengan prinsip yang berlaku umum. Padahal sudah jelas terdapat kode etik akuntan yang menjelaskan

Dia-lah yang senantiasa menemani penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaru Latihan Konvisional dan Modifikasi Terhadap Hasil Kecepatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diajarkan teknik interpretasi BGA menggunakan grafis kemampuan responden berada pada rerata 3,74 (SD= 1,89) dan

Penelitian pada PT.Indokarya Mandiri mengimplementasikan metode pendekatan Object Oriented Programming (OOP) dan untuk pengembangan sistem informasinya menggunakan

Berdasarkan angket tersebut menunjukkan bahwa dari 10 mahasiswa, sebanyak 3 orang mengalami miskonsepsi mengenai proses-proses yang dialami gas antara lain terdapat

Ramesh Chand Rawat and submitted for evaluation in the department of Hindi on date