• Tidak ada hasil yang ditemukan

2015, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2015, No Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

REPUBLIK INDONESIA

No.2045, 2015 BPOM. Sapras Kantor. Standar.

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG

STANDAR SARANA DAN PRASARANA KANTOR

DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kinerja dan kelancaran pelaksanaan tugas Badan Pengawas Obat dan Makanan, perlu dilakukan penataan sarana dan prasarana kantor di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Standar Sarana dan Prasarana Kantor di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003

(2)

Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3573);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92);

7. Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2011 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

8. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Kementerian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 10);

9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 248/PMK.06/2011 tentang Standar Barang Milik Negara Berupa Tanah dan/atau Bangunan;

(3)

11. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala

Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor

HK.00.05.21.4231 Tahun 2004;

12. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksanaan Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1714);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG STANDAR SARANA DAN PRASARANA KANTOR DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Sarana adalah fasilitas yang secara langsung berfungsi sebagai penunjang proses penyelenggaraan tugas dan fungsi pekerjaan.

2. Prasarana adalah fasilitas yang secara tidak langsung berfungsi sebagai penunjang proses penyelenggaraan tugas dan fungsi pekerjaan.

3. Standar Sarana dan Prasarana Kantor adalah ukuran baku bangunan kantor, ruang kantor, perlengkapan kantor, dan kendaraan dinas.

4. Ruang Kantor adalah ruang yang dapat digunakan untuk beraktifitas pejabat/pegawai dalam melaksanakan tugas untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

(4)

5. Ruang Penunjang adalah ruang yang berfungsi menunjang pelaksanaan pekerjaan secara tidak langsung.

6. Perlengkapan Kantor adalah seperangkat alat penunjang kerja bagi pimpinan/pegawai sesuai dengan kebutuhan. 7. Rumah Dinas adalah bangunan gedung beserta

kelengkapannya untuk tempat tinggal bagi pejabat tertentu dalam masa tertentu.

8. Kendaraan Dinas adalah sarana kerja berupa alat transportasi yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi pekerjaan.

Pasal 2

Ruang lingkup Peraturan Kepala Badan ini meliputi pengaturan mengenai ukuran, jumlah, bahan, kapasitas, jenis, model/tipe sarana dan prasarana kantor di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

BAB II

STANDAR SARANA DAN PRASARANA Pasal 3

Standar sarana dan prasarana kantor di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan terdiri atas standar untuk: a. Ruang Kantor;

b. Ruang Penunjang; c. Perlengkapan Kantor; d. Rumah Dinas; dan e. Kendaraan Dinas.

Pasal 4

(1) Ruang Kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri atas:

a. Ruang Kantor Kepala Badan; b. Ruang Kantor Pejabat Eselon I;

(5)

d. Ruang Kantor Eselon II;

e. Ruang Kantor Pejabat Eselon III dan Pejabat Eselon IV di Balai POM;

f. Ruang Kantor Pejabat Eselon IV; g. Ruang Kantor staf.

(2) Standar ukuran Ruang Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

Pasal 5

(1) Ruang Penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, terdiri atas:

a. ruang Rapat;

b. ruang arsip aktif/inaktif/pelayanan publik; c. toilet;

d. ruang ibadah e. ruang lobi;

f. ruang pusat data/server/sistem informasi; g. ruang perpustakaan;

h. ruang penyimpanan barang; i. ruang pusat CCTV;

j. ruang poliklinik; k. ruang sentral telepon;

l. ruang pos penjagaan keamanan; m. ruang kantin;

n. ruang genset; o. ruang LPSE;

p. ruang dapur/pantry; q. ruang media center; r. ruang istirahat; s. ruang panel listrik; t. ruang rokok; dan u. ruang menyusui.

(2). Ruang rapat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas:

(6)

b. ruang rapat kedeputian/ Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; c. ruang rapat unit kerja pusat/bidang di Unit

Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(3) Standar ukuran Ruang Penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 6

(1) Perlengkapan Kantor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c terdiri atas:

a. Perlengkapan Kantor; dan b. Perlengkapan Penunjang.

(2) Standar perlengkapan kantor sebagaimana dimaksu pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 7

(1) Rumah Dinas sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d meliputi:

a. Rumah Dinas untuk Kepala Badan; b. Rumah Dinas untuk pejabat eselon I;

c. Rumah Dinas untuk pejabat eselon II/Kepala Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan.

(2) Rumah Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama yang bersangkutan memangku jabatan tersebut.

(3) Standar Rumah Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan ini.

(7)

Pasal 8

(1) Kendaraan Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e terdiri atas:

a. Kendaraan Dinas Kepala Badan;

b. Kendaraan Dinas operasional Pejabat Eselon I, Eselon II, Kepala Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan;

c. Kendaraan Dinas operasional.

(2) Kendaraan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan bagi pejabat dan pegawai selama yang bersangkutan memangku jabatan tersebut.

(3) Standar Kendaraan Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

Pasal 9

Pemenuhan Standar Sarana dan Prasarana Kantor disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

BAB III

KETENTUAN PENUTUP Pasal 10

Peraturan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

(8)

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Peraturan Kepala Badan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 22 Desember 2015

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ROY A. SPARRINGA Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 31 Desember 2015 DIREKTUR JENDERAL

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

Referensi

Dokumen terkait

Spektra MS piren hasil analisis sampel jamur Spektra MS piren dalam database.. Ion hasil fragmentasi

Secara umum, penafsiran gramatikal adalah menafsirkan kata-kata atau istilah dalam peraturan perundang-undangan sesuai kaidah bahasa (hukum tata bahasa) yang

Berdasarkan data dari Badan Keluarga Berencana dan Perlindungan Ibu dan Anak, pada tahun 2015 terdapat 192 kelompok Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan

Untuk menganalisis hubungan demensia dengan tingkat ketergantungan dalam pemenuhan activities of daily living (ADL) pada lansia yang tinggal di UPT Pelayanan

Ketidakstabilan tingkat ekspor sektor tambang di PT Bursa Efek Indonesia yang terus mengalami penurunan berturut-turut dari tahun 2012-2016 dapat menyebabkan dampak negatif

Realisasi Pendapatan Negara di Sumatera Barat sampai dengan triwulan III tahun 2018 yang terdiri dari Penerimaan Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak

a. perbuatan tertentu itu harus merupakan perbuatan yang dilarang; b. perbuatan tertentu itu harus dilakukan oleh orang... Pidana merupakan suatu hal yang mutlak diperlakukan

Hal-hal lain yang beh:m dan/dtau belum cukup diatur dalam periaqiian ini akan diatur oleh PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA berdasarkan kesepakatao yang dituangkan