• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor - USD Repository"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERILAKU MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS PADA

PENGENDARA SEPEDA MOTOR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh:

Kristianus Nugroho Pudyantoro 049114080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

(6)
(7)

vii

PERILAKU MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS

Kristianus Nugroho Pudyantoro

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Subyek dalam penelitian ini adalah pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas di di wilayah teritorial Kepolisian Resort Sleman dan menjalani Persidangan di PN sebanyak 40 orang. Alat pengumpul data yang digunakan untuk kecerdasan emosional adalah skala kecerdasan emosional, sedangkan untuk perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah skala melanggar peraturan lalu lintas. Melalui hasil uji coba pada skala kecerdasan emosional diperoleh dari 40 item total terdapat 35 item yang sahih dan 5 item yang gugur, sedangkan untuk skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas diperoleh dari 20 item total terdapat 18 item yang sahih dan 2 item yang gugur. Uji reliabilitas untuk skala kecerdasan emosional diperoleh koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach sebesar 0,945 dan untuk melanggar peraturan lalu lintas diperoleh sebesar 0,883. Metode yang digunakan untuk analisis data adalah teknik Product Moment Pearson. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa skor korelasi yang didapat adalah -0,175 pada taraf signifikansi 0,01 dengan probabilitas 0,140 (p < 0,01). Hal tersebut berarti tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Tingginya kecerdasan emosional tidak berhubungan dengan rendahnya perilaku melanggar peraturan lalu lintas.

(8)

viii

ABSTRACT

This research was aimed to examine relation between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations. A hypothesis proposed was that there is no significant negative relation between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations.The respondents were 40 motorcycle riders who violate traffic in the territory of the Police Resort, Sleman. Data's collection device for emotional intelligence was emotional intelligence scale while for behavior violating traffic regulations was violating traffic regulations scale. It was obtained by the result that in emotional intelligence, from 40 items, there were 35 items valid and 5 items fail, in contrary, on violating traffic regulations scale, from 20 items, there were 18 items valid and 2 items fail. A reliability test for emotional intelligence scale, obtamed 0,945 coefficient reliability Alpha-Cronbach and for behavior violating traffic regulations scale, obtained 0,883.A method was used for analyze the data was Product Moment Pearson technique. The result showed that the correlation score obtained was -0,175 at significant of 0,01 for probability 0,140 (p < 0,01). It means there was no significant negative relation between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations. The research result showed that no significant negative relation between emotional intelligence and behavior violating traffic regulations. Therefore, the high emotional intelligence were not associated with low behavior violating traffic regulations.

(9)
(10)

x

skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma.

2.

Ibu Kristiana Dewayani, S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah

memberikan masukan, saran, waktu, dan kesabarannya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

3.

Bapak Siswa Widyatmoko, S.Psi selaku dosen penguji.

4.

Ibu Henrietta PDADS., S.Psi., M.A selaku dosen penguji dan sekaligus pembimbing

akademik, terima kasih atas bimbingan dan kesabarannya.

5.

Kedua orangtuaku A.Y Sardjiman dan V. Sukartinah yang tiada lelah untuk memberi

dukungan terhadap apa yang aku kerjakan selama ini hingga terselesaikan semua

tugas skripsi ini.

6.

Kakak - kakakku MM Isti Handayani, Yohanes Dwi P, Kartika, Indro yang telah

memberi dukungan baik secara moril maupun materil.

7.

Morina Nadia Endensi yang menjadi penyemangatku dan dengan setia selalu

mendukungku untuk menyelesaikan skripsi ini.

8.

Teman - teman angkatan 2004 yang menjadi teman seperjuangan dan telah membantu

(11)

xi

lainnya di psikologi yang telah berdinamika bersamaku selama ini.

10.

Mas Muji, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gie dan Mbak Naniek yang telah

membantu di lab dan sekretariat Psikologi, terima kasih telah membantu urusan

(12)

xii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……… ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI……… iii

HALAMAN MOTTO……….. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. v

HALAMAN KEASLIAN KARYA………. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………. viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………. ix

KATA PENGANTAR……… x

DAFTAR ISI……… xii

DAFTAR TABEL……… xv

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang Masalah ……… ... 1

B. Rumusan Masalah ……….. 7

C. Tujuan Penelitian ………... 8

D. Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas... 9

(13)

xiii

3. Penyebab Terjadinya pelanggaran lalu lintas………. 14

B. Kecerdasan Emosional………. 15

1. Pengertian kecerdasan emosional..……… 15

2. Aspek-aspek kecerdasan emosi ……… 18

C. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas…...………... 20

D. Skema……….. 23

E. Hipotesis……….. 23

BAB III. METODE PENELITIAN... 24

A. Jenis Penelitian ……….. 24

B. Identifikasi Variabel - Variabel Penelitian .……… 24

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian………… ………... 25

D. Subyek Penelitian ………... 27

E. Metode Pengumpulan Data ……… 28

1. Alat Pengumpul Data ……….... 29

2. Alat Ukur……… 32

F. Metode Analisis Data ………. 34

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 35

A. Persiapan Penelitian………... 35

1. Uji Coba Alat Ukur ……….. 35

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur……….... 36

(14)

xiv

2. Deskripsi Skor Data Variabel penelitian……….. 37

C. Validitas dan Reliabilitas……….. .. 40

D. Uji Asumsi ……….. 40

E. Uji Hipotesis ………. 41

F. Pembahasan ……… 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 44

A. Kesimpulan ………. 44

B. Saran……… 44

1. Bagi Pengendara Sepeda Motor……… 44

2. Bagi Peneliti Lain ………. 45

DAFTAR PUSTAKA……… 46

(15)

xv Daftar Tabel

Tabel 1 Blue Print Skala Kecerdasan Emosional 31 Tabel 2 Blue Print Skala Melanggar Peraturan Lalu Lintas 33 Tabel 3 Spesifikasi Skala Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba 37

Tabel 4 Subyek Penelitian Berdasarkan Usia 38

Tabel 5 Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 38

Tabel 6 Lama Subyek Mengendarai Sepeda Motor 38

Tabel 7 Pengalaman Subyek Kena Tilang Dalam Satu Tahun Terkahir 39

Tabel 8 Deskripsi Statistik Data Penelitian 39

Tabel 9 Hasil Uji Normalitas Sebaran 40

(16)

xvi

Daftar Lampiran

Lampiran 1 Skala I (Kecerdasan Emosional) Uji Coba 50 Lampiran 2 Skala II (Melanggar Peraturan Lalu Lintas) Uji Coba 54 Lampiran 3 Reliabilitas Skala I dan Skala II Uji Coba 59 Lampiran 5 Skala I (Kecerdasan Emosional) Penelitian 65 Lampiran 6 Skala II (Melanggar Peraturan Lalu Lintas) Penelitian 69 Lampiran 7 Reliabilitas Skala I & II Penelitian 74

Lampiran 8 Skor Total 79

Lampiran 9 Uji Normalitas 82

(17)

1

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pertumbuhan segenap kegiatan manusia di bidang ekonomi, sosial, budaya, dan politik semakin meningkat akibat dari hasil pembangunan secara menyeluruh, terutama pertumbuhan di bidang transportasi jalan raya. Tumbuhnya perkembangan teknologi yang cukup pesat serta meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memiliki kendaraan bermotor menyebabkan jumlah kendaraan yang melintasi jalan raya semakin meningkat. Hal ini dapat mengakibatkan berbagai masalah dalam berlalu lintas.

Masalah perilaku berlalu lintas sudah merupakan suatu fenomena yang umum terjadi di kota-kota besar di negara-negara yang sedang berkembang. Persoalan ini sering dikaitkan dengan bertambahnya jumlah penduduk kota yang mengakibatkan semakin meningkatnya aktivitas dan kepadatan di jalan raya. Lalu lintas yang beraneka ragam dan pertambahan jumlah kendaraan yang lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan prasarana jalan mengakibatkan berbagai masalah lalu lintas, contohnya kemacetan dan kecelakaan.

(18)

Kecelakaan lalu lintas masih menjadi masalah serius di negara berkembang dan negara maju. Angka kematiannya menurut WHO telah mencapai 1.170.694 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia, dan menempati urutan ke sembilan dari sepuluh penyebab kematian. Meningkatnya populasi manusia dan mobilitas jumlah kendaraan atau fasilitas transportasi ini menjadi pemicu meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. (www.google/brawijaya.ac.id,2006) .

(19)

Selain itu, kendati ada kewajiban untuk menggunakan helm, tetapi dengan mudahnya ditemui pengendara motor berikut penumpangnya yang tidak menggunakan helm. Padahal, helm yang berkualitas baik telah terbukti dapat menyelamatkan nyawa pengendara dan penumpang sepeda motor saat terjadi kecelakaan atau tabrakan. (http://kompas.com/kompas-cetak,2005). Di Surabaya, menurut Sudarso (2000) dari catatan yang diperoleh dari Satlantas Polwiltabes Surabaya diperoleh data bahwa pelanggaran lalu lintas banyak dilakukan pengendara sepeda motor kemudian disusul kendaraan station wagon

dan truk.

Yogyakarta yang merupakan salah satu kota besar di Indonesia memiliki tingkat kepadatan lalu lintas yang cukup tinggi. Hal ini juga menyebabkan tingkat pelanggaran yang dilakukan para pengguna jalan juga cenderung tinggi. Menurut data yang diperoleh dari Dirlantas Polda DIY sehingga dengan bulan Mei 2009, dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan pelanggaran lalu lintas yang terjadi berjumlah 29.890 kasus. Pelanggaran yang terjadi paling banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor atau roda dua yaitu sebanyak 23613 kasus atau sekitar 79,01% dari seluruh kasus pelanggaran. Jenis pelanggaran yang dilakukan meliputi pelanggaran dalam hal muatan, marka atau rambu lalu lintas, surat dan perlengkapan kendaraan, helm, dan lain-lain.

(20)

dijadikan sebagai acuan dalam melihat pelanggaran yang terjadi, karena data pelanggaran lalu lintas setiap hari terus meningkat. Tidak sedikit pelanggaran dengan kasus-kasus kecil yang tidak terdaftar.

Menurut Ikhsan, M (2009) kecelakaan lalu lintas pada umumnya terjadi karena berbagai faktor penyebab, antara lain manusia, kondisi kendaraan, kondisi jalan, dan kondisi lingkungan. Faktor manusia memegang peranan yang sangat dominan, karena cukup banyak faktor yang mempengaruhi perilakunya. Ia menambahkan, faktor manusia menyumbang 80% sampai 90% terjadinya kecelakaan, sedangkan faktor lainnya hanya berperan 10% sampai 20%. Dari data Ditlantas Polri, ditunjukkan pula mengenai penyebab kecelakaan lalu lintas yang sebagian besar diakibatkan oleh faktor manusia yaitu 89,6%. Sedangkan menurut Abubakar (http://kompas.com/kompas,2004), sedikitnya 80% kecelakaan yang terjadi disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian pengendara. Dari pengamatan yang dilakukan peneliti, di Yogyakarta ditemukan beberapa pelanggaran yang sering dilakukan oleh pengendara sepeda motor, seperti melanggar traffic light, menyeberang jalan tidak pada zebra cross, tidak mengenakan helm, dan beberapa pelanggaran lainnya.

(21)

lintas sebagai pangkal penyebabnya.

Faktor dari dalam diri pengemudi seperti emosi juga dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan maupun pelanggaran-pelanggaran tersebut. Emosi sebagai suatu kondisi dalam diri seseorang yang mencerminkan reaksi-reaksi tertentu terhadap stimulus yang diterima. Emosi seseorang dapat mencerminkan apa yang sedang dipikirkan, dirasakan, dan dihayati.

Emosi tidak hanya memberi kontribusi terhadap intelegensi, tetapi juga keseluruhan kehidupan manusia. Tingginya kemampuan seseorang untuk mengenali dan memantau emosi pribadi dan orang lain, mampu membedakan dan menggunakannya sebagai informasi untuk pengarahan pikiran dan tindakan seseorang, sangat penting bagi penentu kesuksesan hidup seseorang (Goleman, 2001). Dengan kata lain diperlukan suatu kecakapan emosional yang disebut kecerdasan emosi guna mengendalikan diri dan memberikan arahan untuk keseluruhan kehidupan seseorang agar tercapai suatu kesuksesan hidup.

Goleman (2001) mengatakan kecerdasan emosi adalah kecakapan emosional yang meliputi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dan memiliki daya tahan ketika menghadapi rintangan, mampu mengendalikan impuls dan merasa tidak cepat puas, mampu mengatur suasana hati, dan mampu mengelola kecemasan agar tidak mengganggu kemampuan berpikir serta mampu berempati serta berharap.

(22)

pengendara sepeda motor. Kecerdasan emosi juga mencakup kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain, dalam hal ini meliputi rasa tanggung jawab terhadap nyawa diri sendiri maupun orang lain di jalan raya.

Kecerdasan emosi meliputi kemampuan individu untuk mempunyai kesadaran diri, mampu mengelola emosi diri, mampu memotivasi diri, empati, dan membina hubungan sosial. Hal hal tersebut dapat berpengaruh dalam perilaku berlalu lintas. Individu yang memiliki tingkat kecerdasan emosi tinggi akan lebih mampu untuk mengelola emosi, contohnya pada saat terjadi kemacetan, diperlukan kesabaran dan pengendalian diri agar tidak terpancing emosi untuk marah ataupun hal-hal lain yang menimbulkan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Selain itu adanya rasa empati juga ikut berpengaruh dalam perilaku berlalu lintas. Pada saat berkendara , seseorang tidak hanya mementingkan kepentingan dan keselamatan nyawanya sendiri, tetapi juga mementingkan keselamatan orang lain. Menurut Djafairy (2007) masih banyak pelanggaran-pelanggaran lalu lintas lain. Semua ini terjadi karena memang masyarakat kita belum bisa diajak disiplin karena tidak adanya rasa empati. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan seseorang di jalan raya selain dapat membahayakan diri sendiri juga dapat membahayakan pengendara lain. Contohnya pada saat membelok tetapi tidak menyalakan lampu sein dapat membahayakan pengendara lain yang berada di belakang maupun di depannya

(23)

Banyak diantara kita yang mengerti maksud adanya peraturan-peraturan tersebut tetapi terkadang karena kebutuhan, waktu yang mendesak ataupun hal lain terkadang peraturan-peraturan tersebut terabaikan.

Jumlah pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas terus meningkat. Banyak kasus kecelakaan yang diawali oleh pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna jalan itu sendiri. Masih banyak dari mereka yang mengabaikan peraturan lalu lintas tersebut, padahal telah banyak kerugian yang ditimbulkan. Sejauh mana kecerdasan emosi yang dimiliki oleh pengendara sepeda motor dapat berperan atau mempengaruhi kedisiplinan dan ketaatan terhadap peraturan lalu lintas, sehingga tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Memang tidak dapat dipungkiri peran kecerdasan emosional sangatlah penting dan sangat dibutuhkan untuk dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada saat mengendarai sepeda motor. Dengan adanya pengelolaan kecerdasan emosional yang baik, orang akan lebih dituntut untuk bisa mengendalikan dirinya, mengatur suasana hatinya, mampu menghargai dirinya dengan segala kelebihan dan kelemahannya sehingga secara tidak langsung orang yang mempunyai kecerdasan emosional akan lebih bisa mengatasi rasa cemasnya untuk mematuhi peraturan lalu lintas ketika mengendarai kendaraan sepeda motor.

B. Rumusan Masalah

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor

D. Manfaat Penelitian

(25)

9

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

1. Pengertian perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Walgito (2003) menyatakan bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas adalah pengertian-pengertian yang luas, yaitu meliputi perilaku yang tampak (overt behavior) dan juga perilaku yang tidak tampak (innert behavior). Perilaku meliputi aktivitas motorik , aktivitas kognitif, maupun aktivitas emosional. Pengertiannya bahwa perilaku atau aktivitas-aktivitas itu merupakan manifestasi kehidupan psikis. Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu atau organisme itu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari adanya stimulus atau rangsang yang mengenai individu atau organisme itu. Perilaku atau aktivitas itu merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya. Walgito (2003) menyatakan perilaku akan berpengaruh pada lingkungan dan diri organisme atau individu. Organisme akan berpengaruh pada lingkungan atau perilaku, demikian pula lingkungan akan berpengaruh pada perilaku dan person atau organisme.

(26)

sebagainya. Dalam perilaku refleksif respons langsung timbul begitu menerima stimulus. Dengan kata lain begitu stimulus diterima oleh reseptor, begitu langsung respons timbul melalui afektor, tanpa melalui pusat kesadaran atau otak.

Lain halnya dengan perilaku yang non-refleksif. Perilaku ini dikendalikan atau diatur oleh pusat kesadaran atau otak. Dalam kaitan ini stimulus setelah diterima oleh reseptor kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat syaraf, baru kemudian terjadi respons melalui afektor. Proses yang terjadi dalam otak atau pusat kesadaran ini yang disebut proses psikologis. Walgito (2003) mengatakan perilaku atau aktivitas atas dasar proses psikologis inilah yang disebut aktivitas atau perilaku psikologis. Pada manusia, perilaku psikologis inilah yang dominan. Perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, dapat dikendalikan, karena dapat berubah dari waktu ke waktu sebagai hasil proses belajar.

(27)

datang dari luar (lingkungan) dan kepentingan yang disadari (dari dalam) oleh yang bersangkutan (Ndraha, 2003). Hal ini juga berlaku ketika kita melanggar peraturan yang berlaku dalam berlalu lintas.

Berdasarkan UU No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan dijelaskan bahwa pelanggaran lalu lintas jalan adalah suatu perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan. Sedangkan tindakan melawan hukum ialah tiap-tiap perbuatan atau kelalaian yang melanggar hak seseorang atau bertentangan dengan kewajiban pelaku atau berlawanan dengan kesusilaan denganketertiban yang ada dalam masyarakat.

(28)

rumusan itu mampu memberi pedoman atau batasan dan arah yang jelas agar kepentingan masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dapat dilindungi secara optimal. (Palandeng, Wibowo, dan Pasaribu, 1993).

2. Aspek-aspek perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa perilaku manusia sebagian besar ialah berupa perilaku yang dibentuk, perilaku yang dipelajari. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satu persoalan ialah bagaimana cara membentuk perilaku itu sesuai dengan yang diharapkan. Walgito (2003) menyatakan cara pembentukan perilaku sebagai berikut.

a. Cara pembentukan perilaku dengan kondisioning atau kebiasaan. Cara membiasakan diri untuk berperilaku seperti yang diharapkan, akhirnya akan terbentuklah perilaku tersebut. Misal anak dibiasakan bangun pagi, atau menggosok sebelum tidur, mengucapkan terima kasih bila diberi sesuatu oleh orang lain, membiasakan diri untuk datang tidak terlambat disekolah dan sebagainya.

b. Pembentukan perilaku dengan pengertian (insight). Cara ini berdasarkan atas teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan disertai adanya pengertian. Dalam belajar yang penting adalah pengertian atau insight.

(29)

Dikatakan oleh Ikhsan, M (2009) melanggar lalu lintas dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a. Melanggar dalam surat-surat antara lain SIM dan STNK b. Melanggar dalam perbuatan, antara lain:

1. Melanggar rambu-rambu lalu lintas

2. Melakukan kesalahan saat di perjalanan seperti mengendarai motor melebihi batas kecepatan maksimal sesuai tanda rambu lalu lintas. 3. Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

Pendapat Ikhsan, M (2009) tersebut dapat disimpulkan menjadi aspek-aspek perilaku berlalu lintas, yaitu tentang :

1. Kelengkapan syarat berkendara

Pengendara tidak membawa SIM dan atau STNK saat mengendarai sepeda motor

2. Rambu-rambu lalu lintas

Melanggar rambu-rambu lalu lintas 3. Perilaku mengendarai sepeda motor

1)Melakukan kesalahan saat di perjalanan seperti mengendarai motor melebihi batas kecepatan maksimal sesuai tanda rambu lalu lintas. 2)Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

(30)

memenuhi kepentingan atau guna mencapai sasaran dan perilaku sebagai respon terhadap lingkungan. Perilaku terbentuk oleh gerak dari dalam dan berjalan secara sadar. Penggerak dari dalam itu adalah sistem nilai yang ditambahkan dan atau tertanam, melembaga dan hidup di dalam diri orang yang bersangkutan. Nilai tertanam dan berarti nilai menjadi keyakinan, pendirian, atau pegangan. Hal itu terjadi melalui pembuktian pengalaman bahwa nilai. Dengan mempelajari perilaku, bisa diperoleh pemahaman tentang keyakinan atau pendirian seseorang, kendatipun perilaku yang sama belum tentu merupakan cerminan atau aktualisasi pendirian yang sama.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek perilaku melanggar peraturan lalu lintas meliputi aspek-aspek:

1. kelengkapan syarat berkendara 2. rambu-rambu lalu lintas

3. perilaku mengendarai sepeda motor.

3. Penyebab terjadinya pelanggaran peraturan lalu lintas

(31)

perilaku organisme itu tidak dapat lepas dari pengaruh lingkungan dan individu itu sendiri.

Menurut Palupi (2004) hal yang mendorong seseorang melakukan pelanggaran ada dua, yaitu dari dalam dan dari luar diri individu. Kedua hal tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Dari dalam misalnya emosional pengemudi tersebut, sedangkan dari luar dapat juga karena kondisi jalan yang kurang memadai dengan arus lalu lintas yang padat dan kondisi jalan yang banyak mengalami kerusakan sehingga mendorong pengemudi kurang memperhatikan rambu-rambu yang ada. Selain itu faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengemudi dalam mengemudikan kendaraan bermotor secara wajar sebagaimana terdapat pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

Dapat disimpulkan terjadinya perilaku melanggar peraturan lalu lintas meliputi pribadi individu, kurangnya informasi tentang peraturan lalu lintas, lingkungan keluarga, nilai moral yang mulai turun dalam diri pengendara dan aparat lalu lintas, lingkungan luar, serta kelelahan dan kejenuhan.

B. Kecerdasan Emosional

1. Pengertian Kecerdasan Emosional

(32)

Goleman (1997) menganggap emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Budiman dan Baradja, (2001) menyatakan bahwa emosi adalah suatu pengalaman batin yang berfungsi sebagai:

a. Memberi arti pada seluruh perjalanan hidup manusia. Misalnya ada perasaan menyenangkan, kita tertawa gembira. Sebaliknya ada rasa sedih yang membuat hati gundah gulana meneteskan air mata. Senang, sedih, takut, gelisah adalah kekuatan emosi yang memberi arti bagi pengalaman hidup b. Memberi perlindungan dan kesejahteraan dalam bentuk rasa aman dan

kepuasan hidup. Misalnya emosi takut berguna agar anda bersikap hati-hati terhadap obyek tertentu, sehingga anda bisa terhindar dari sesuatu yang tidak diinginkan.

c. Memperkaya dan memberi warna variasi pada kehidupan sehingga dapat dinikmati. Misalnya emosi sedih dan senang akan datang berselang-seling. Emosi takut dan emosi berani akan datang bergantian dan lain-lain.

(33)

keterampilan-keterampilan praktis yang didasarkan pada lima unsurnya: kesadaran diri, motivasi, pengaturan diri, empati, dan kecakapan dalam membina hubungan dengan orang lain.

Goleman (2001) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memandu pikiran dan tindakan. Sedangkan menurut Cooper dan Sawaf (2000), kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosional sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh yang manusiawi.

Salovey dan Mayer (Sari,2005) berpendapat bahwa kecerdasan emosional adalah kualitas emosional yang penting bagi keberhasilan, yaitu meliputi empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, kemandirian, menyesuaikan diri, memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Artinya bahwa kecerdasan emosional merupakan kualitas untuk mengenali emosi pada diri sendiri kemudian emosi tersebut dikelola dan digunakan untuk memotivasi diri sendiri dan memberi manfaat dalam hubungannya dengan orang lain sehingga individu akan dapat membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan secara optimal sekalipun individu tersebut sedang menghadapi masalah.

(34)

hubungan dengan orang lain, untuk menanggapi dengan tepat, menerapkan dengan efektif informasi dan energi emosi dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari sehingga individu akan dapat membangun hubungan yang produktif dan meraih keberhasilan secara optimal.

2. Aspek-aspek kecerdasan emosional

Menurut Goleman (1997) aspek-aspek kecerdasan emosional terdiri atas dua aspek. Pertama, kecerdasan intra-personal yang mencakup kemampuan mengendalikan dorongan hati, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan bersikap optimis. Kedua, kecerdasan antar-personal yang meliputi kemampuan untuk berempati pada orang lain.

Seiring dengan berjalannya waktu Goleman (2002) kembali berpendapat bahwa orang yang memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi adalah orang yang mampu mengetahui dan menangani perasaan mereka sendiri dengan baik, mampu membaca dan menghadapi perasaan orang lain dengan efektif, memiliki keuntungan dalam setiap bidang kehidupan. Cooper dan Sawaf (1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosional sebagai sumber energi dan pengaruh pada diri sendiri dan orang lain serta menanggapi dengan tepat, menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari.

(35)

a. Sadar diri

Mengetahui apa yang kita rasakan pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri. Selain itu kita menjadi memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan dan kepercayaan diri yang kuat.

b.Mampu mengatur diri

Menangani emosional kita sedemikian rupa sehingga berdampak positif kepada pelaksanaan tugas. Peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran. Mampu pulih kembali dari tekanan emosional.

c. Memotivasi diri

Menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk menggerakkan dan menuntun kita menuju sasaran. Membantu kita mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif serta untuk bertahan menghadapi kegagalan dan keadaan frustrasi.

d.Memahami perasaan orang

Merasakan yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif mereka, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan bermacam-macam orang.

e. Menjalin interaksi sosial

(36)

mempengaruhi dan memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan, serta untuk bekerjasama dan bekerja dalam tim.

Berdasarkan definisi kecerdasan emosional yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan umum bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali emosi diri sendiri serta orang lain, dan menggunakan kemampuan tersebut untuk mengelola emosinya dan memotivasi diri sendiri sehingga dapat mengendalikan emosi dalam perilaku dan tindakan seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut dapat diketahui aspek-aspek kecerdasan emosional, sadar diri (self monitoring/self awareness), mampu mengatur diri (self regulation/managing emotions), mampu memotivasi diri (self motivation), memahami perasaan orang (empathy) dan mempertahankan keterampilan menjalin interaksi sosial (social skill).

C. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor

Emosi tidak hanya memberi kontribusi terhadap intelegensi, tetapi juga keseluruhan kehidupan manusia, sehingga diperlukan suatu kecakapan emosional yang disebut kecerdasan emosional guna mengendalikan diri dan memberikan arahan untuk keseluruhan kehidupan seseorang agar tercapai suatu kesuksesan hidup.

(37)

dalam hidup mereka. Mereka juga tidak mudah putus asa, tidak mudah tegang, serta mampu bertahan dalam menghadapi masalah. Selain itu individu yang cerdas emosinya, secara sosial akan mantap, mudah bergaul, sehingga memiliki kemampuan yang besar untuk melibatkan diri dengan orang lain.

Telah disebutkan sebelumnya bahwa kecerdasan emosional ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang secara keseluruhan mulai dari kehidupan keluarga, pekerjaan, sampai interaksi lingkungan sosial, termasuk dalam penyerapan dan penerapan norma-norma lalu lintas. Kecerdasan emosional juga mencakup kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain, dalam hal ini meliputi rasa tanggung jawab terhadap nyawa diri sendiri maupun orang lain di jalan raya.

(38)

demi kelancaran lalu lintas bersama. Peran dari dalam diri pengemudi seperti emosi juga dapat mempengaruhi terjadinya kecelakaan maupun pelanggaran-pelanggaran tersebut.

Kecelakaan lalu lintas saat sekarang ini masih menjadi masalah serius di negara berkembang dan negara maju. Angka kematiannya menurut WHO telah ,mencapai 1.170.694 orang di seluruh dunia. Jumlah ini setara dengan 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia (www.google/brawijaya.ac.id,2006) .

Sudarso (2000) kasus kecelakaan umumnya dipandang bersumber dari kesalahan pemakai jalan raya sendiri. Pengemudi tidak terampil membawa kendaraan, laju kecepatan yang melampaui batas, kurang berhati-hati, kebut-kebutan, dan sejenisnya yang cenderung menimpakan kesalahan pada faktor kurangnya kesadaran pemakai jalan raya terhadap bahaya berlalu lintas dan kesadaran hukum yang masih rendah serta kemerosotan etika berlalu lintas sebagai pangkal penyebabnya. Kurangnya disiplin berlalu lintas, pada tahap awal menimbulkan pelanggaran- pelanggaran terhadap peraturan lalu lintas.

(39)

Perilaku melanggar peraturan lalu lintas disebabkan oleh manusia sebagai faktor utama yang meliputi seluruh pemakai jalan termasuk pengemudi sebagai orang yang mengemudikan kendaraan seringkali melakukan melanggar tersebut. Hal ini dapat memberikan dampak negatif seperti kemacetan maupun kecelakaan yang dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.

D. Skema

Skema Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Melanggar Peraturan Lalu Lintas

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis, yaitu: “Ada hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengendara sepeda motor”.

Pengendara Sepeda Motor

Kecerdasan Emosional Buruk Kecerdasan Emosional Baik

Mampu mengelola emosional diri, mampu memotivasi diri, empati, dan membina hubungan sosial

Tidak mampu mengelola emosional diri, tidak mampu memotivasi diri, empati, dan membina hubungan sosial

Memahami dan mematuhi peraturan lalu lintas

Tidak mematuhi & mengabaikan peraturan lalu lintas

Mentaati peraturan lalu lintas

(40)

24 A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kuantitatif. Jenis penelitian dilihat dari sudut pandang karakteristiknya merupakan penelitian korelasional yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2003).

B. IDENTIFIKASI VARIABEL-VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian merupakan gejala yang menjadi focus penelitian yang diamati Sugiyono (2005). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas : Kecerdasan emosional

2. Variabel tergantung : Perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Terdiri dari aspek : a. Kelengkapan syarat berkendara b. Rambu-rambu lalu lintas

(41)

C. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendara sepeda motor untuk menyadari perasaan dan keadaannya saat ini yang sebenarnya, untuk mengatur atau menangani emosinya selama mengendarai sepeda motor, untuk memotivasi dirinya dan menjalin relasi yang baik dengan pengendara lain di jalan raya.

Kecerdasan emosional diungkap melalui skala kecerdasan emosional yang terdiri dari lima aspek yaitu :

a. Kesadaran diri :

1)Mengetahui apa yang sedang dirasakan saat ini

2)Memiliki kemampuan dan menyadari saat mengambil keputusan

b. Pengaturan diri :

1)Mampu mengontrol emosi dalam diri

2)Mengetahui apa yang harus dilakukan ketika sedang menghadapi situasi tertentu

c. Motivasi :

1)kemampuan mengambil tindakan untuk diri sendiri

(42)

d. Empati :

1)Memahami kondisi orang lain

2)Mampu mengerti emosi yang sedang terjadi pada orang lain

e. Keterampilan sosial :

1)Mampu beradaptasi dengan orang lain dalam berbagai kondisi

2)Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

Kecerdasan emosional pengendara sepeda motor nampak dalam skor total yang dihasilkan dari skala kecerdasan emosional. Semakin tinggi skor kecerdasan emosional maka semakin tinggi kecerdasan emosional seseorang dan semakin rendah skor kecerdasan emosional maka semakin rendah kecerdasan emosional seseorang.

2. Perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah suatu sikap seseorang yang bertentangan dengan peranturan lalu lintas yang diberlakukan atau melakukan kesalahan tidak mentaati Undang-undang Lalu Lintas No. 22/2009 tentang Lalu Lintas & Angkutan Jalan, serta perbuatan seseorang yang berlawanan dengan ketertiban yang ada dalam masyarakat. Perilaku melanggar peraturan lalu lintas diungkap melalui tiga aspek yaitu:

a. Kelengkapan syarat berkendara

1) Pengendara tidak membawa atau memiliki SIM

(43)

b. Rambu-rambu lalu lintas

1) Melanggar rambu-rambu lalu lintas yang terpasang di jalan raya

2) Mengabaikan rambu-rambu lalu lintas

c. Perilaku mengendarai sepeda motor dibedakan menjadi dua yaitu :

1)Melakukan kesalahan saat mengendarai motor

Melakukan pelanggaran prosedur keamanan berkendara

2) Motor tidak sesuai dengan aturan yang berlaku

Motor tidak dilengkapi instrumen pendukung untuk keselamatan seperti lampu sein, spion, dan lain sebagainya

Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek maka semakin tinggi pula perilaku melanggar yang ditunjukkan. Demikian sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek penelitian maka semakin rendah pula perilaku melanggar lalu lintas yang dilakukan subyek.

D. SUBYEK PENELITIAN

Subyek dalam penelitian ini adalah pengendara sepeda motor dengan karakteristik:

1. Pengendara yang telah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang masih berlaku

(44)

3. Subyek melakukan pelanggaran lalu lintas di wilayah teritorial Kepolisian Resort Sleman dan menjalani Persidangan di PN Sleman

4. Kendaraan yang digunakan pengendara dilengkapi STNK yang masih berlaku

Teknik pemilihan subyek yang digunakan adalah teknik purposive random sampling, yaitu suatu teknik pemilihan sekelompok subyek di dasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 2007).

E. METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode skala, yaitu skala kecerdasan emosi dan skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Penggunaan skala pada penelitian ini didasarkan atas karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi yang dikemukakan oleh Azwar (2002) yaitu:

a. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan.

b. Atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator-indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem.

(45)

Metode yang digunakan dalam skala kecerdasan emosi adalah metode

Summated ratings, dengan menggunakan skala Likert yang terdiri atas empat kategori jawaban yaitu : “sangat setuju”, ”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”.

Menurut Hadi (2007) modifikasi skala Likert meniadakan ketegori yang berada pada titik tengah, dimana sebelumnya dengan lima tingkat yaitu ; “sangat setuju”, ”Setuju”, “netral”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Hal ini dilakukan karena kategori netral memiliki arti ganda, selain itu adanya jawaban netral menimbulkan (central tendency effect) yaitu kecenderungan menjawab ketengah. Serta maksud dari kategorisasi “sangat setuju”, ”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju” untuk melihat kecenderungan pendapat responden kearah setuju atau kearah ketidaksetujuan.

1. Alat Pengumpul Data

Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yang harus dikumpulkan yaitu skala kecerdasan emosi dan skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Data dari kecerdasan emosi dan perilaku melanggar peraturan lalu lintas diperoleh dari alat ukur, yaitu :

(46)

”Setuju”, “tidak setuju”, dan “sangat tidak setuju”. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan menunggu subyek pada saat mengisi skala kecerdasan emosi yang diberikan. Cara pemberian skor pada item pernyataan dalam skala kecerdasan emosi ini dengan didasarkan pada empat kategori jawaban yaitu :

a. Favourabel

Sangat setuju (SS)=4, Setuju (S)=3, Tidak setuju (TS)=2, dan Sangat tidak setuju (STS)=1

b. Unfavourabel

Sangat setuju (SS)=1, Setuju (S)=2, Tidak setuju (TS)=3, dan Sangat tidak setuju (STS)=4.

(47)

Tabel 1

Blue Print Skala Kecerdasan Emosi Item No.

Aspek Favourabel Unfavourabel Total %

Sadar diri 1,14,20,27 7,17,22,38 8 20%

b. Skala Perilaku melanggar peraturan lalu lintas yang dibuat, berpedoman pada Pendapat Ikhsan (2009). Penyusunan skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas menggunakan bentuk pilihan respon yang memperlihatkan tingkat intensitas pelanggaran, dimana yang menilai tingkat perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Pelaksanaan pengambilan data dilakukan dengan menunggu subyek, pada saat mengisi skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas yang diberikan.

Cara pemberian skor pada item pernyataan dalam skala perilaku melanggar peraturan lalu lintas ini dengan didasarkan pada kategori jawaban tertentu, yaitu :

1. SL (selalu) : 3 2. S (Sering) : 2 3. J (jarang) : 1

(48)

Kriteria dalam penilaian ini adalah semakin tinggi skor yang diperoleh, dapat dikatakan subyek memiliki perilaku melanggar peraturan lalu lintas yang semakin tinggi.

Tabel 2

Blue Print Skala Perilaku melanggar peraturan lalu lintas

Aspek Indikator Item No. Total %

Sebelum dilakukan penelitian yang sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan ujicoba skala untuk memperoleh reliabilitas dan validitas alat ukur.

a. Uji Validitas

(49)

2005). Profesional judgement dilakukan oleh orang yang lebih ahli didalam bidangnya, dalam hal ini adalah dosen pembimbing. Untuk memenuhi validitas isi, suatu skala harus komprehensif isinya dan hanya memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur. Oleh karena itu, blue print skala yang memberikan gambaran mengenai isi skala dan menjadi acuan serta pedoman untuk berada dalam lingkup yang benar, bila dilakukan dengan cara yang baik akan mendukung validitas isi skala (Azwar, 2005).

b. Seleksi Aitem

Seleksi aitem dilakukan untuk menguji, apakah tiap butir aitem benar-benar telah mengungkapkan aspek-aspek yang ingin diselidiki. Seleksi aitem digunakan untuk mendapatkan aitem-aitem yang valid, sehingga aitem-aitem tersebut layak digunakan untuk penelitian. Seleksi aitem dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara distribusi skor setiap aitem dengan skor skala. Pengkorelasian antara skor aitem dengan skor skala akan menghasilkan korelasi aitem total atau indeks daya beda aitem. Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala, berarti semakin tinggi konsistensi antara aitem tersebut dengan skala secara keseluruhan, maka semakin tinggi daya beda yang dimiliki (Azwar, 2005).

(50)

F. Metode Analisis Data

(51)

35

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN 1. Uji Coba Alat Ukur

Peneliti melakukan uji coba alat ukur terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian. Uji coba tersebut untuk melihat validitas dan reliabilitas alat penelitian sebelum digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.

Alat penelitian yang akan diuji coba adalah skala kecerdasan emosional. Skala kecerdasan emosional ini berisi 40 item. 40 item tersebut terdiri atas 8 item aspek Kesadaran Diri, 8 item aspek Pengaturan Diri, 8 item aspek Empati, 8 item aspek Motivasi, dan 8 item aspek Keterampilan Sosial

(52)

diberhentikan oleh polisi yang bertugas maupun yang melanggar saat ada operasi rutin kepolisian mengenai kelengkapan berkendara. Dua macam klasifikasi ini menurut peneliti sudah mewakili indikator pelanggaran yang dialami oleh pengendara sepeda motor selain kecelakaan lalu lintas atau yang sering disebut sebagai lakalantas.

2. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Peneliti menyebar 60 eksemplar pada uji coba yang pertama dan kembali 55 ekslempar. Namun dari 55 eksemplar yang dibagikan hanya 50 ekslempar yang memenuhi syarat untuk dianalisis. Hasil uji coba dianalisis dengan menggunakan program SPSS versi 17 for windows.

(53)

Tabel 3

Spesifikasi Skala Kecerdasan emosional Setelah Uji Coba

No Aspek Kecerdasan No Item Juml

ah Emosional Favorabel Unfavorabel

1 Kesadaran Diri 1*, 14, 20, 27 7, 17, 22, 37 8

*) item-item yang gugur setelah uji coba 3. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 29 Maret – 12 April 2010 di Pengadilan Negeri Kabupaten Sleman. Subyek yang dipilih adalah subyek yang sedang menunggu untuk dilaksanakannya sidang mengenai berbagai jenis pelanggaran yang dilakukan pengendara sepeda motor atau tertilang berjumlah 50 orang dan yang dapat dianalisis berjumlah 40 ekslempar. Metode yang dilakukan dengan menyebar skala pada subyek penelitian secara langsung dan mengambil hasilnya pada saat itu juga. Skor melakukan pelanggaran lalu lintas dan kecerdasan emosional didapatkan pada saat yang sama dari pengisian skala pada subyek secara langsung di lokasi penelitian secara bersamaan.

B. Analisis Data Penelitian 1. Data Demografis Subyek

(54)

a. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Usia

Dalam menentukan usia subyek, peneliti melihatnya dari data identitas yang diisi oleh subyek dimana data ini disertakan pada skala penelitian. Peneliti mengkategorikan berdasarkan rentang usia subyek penelitian dimana umur subyek paling muda 17 tahun dan paling tua 50 tahun kemudian peneliti membagi menjadi 5 kelompok

Tabel 4

b. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5

Subyek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

Laki - Laki 27

Perempuan 13

c. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Mengendarai Sepeda Motor

Tabel 6

Lama Subyek Mengendarai Sepeda Motor Lama Berkendara Jumlah

1-2 tahun 3

2-3 tahun 5

3-4 tahun 8

(55)

d. Data Subyek Penelitian Berdasarkan Pengalaman Kena Tilang dalam Satu Tahun Terakhir

Tabel 7

Pengalaman Subyek Kena Tilang dalam Satu Tahun Terakhir Pengalaman Kena Tilang Jumlah

1-2 kali 27

2-3 kali 8

3-4 kali 3

Lebih dari 4 kali 2

2. Deskripsi Skor Data Variabel Penelitian

Skor data penelitian yang diperoleh menujukkan bahwa skor total minimal untuk variabel Kecerdasan Emosional sebesar 49 dan skor total maksimal sebesar 129. Skor rata – rata yang diperoleh sebesar 86,88. Sedangkan Standar Deviasi skor total dari skala kecerdasan emosional sebesar 22,953.

Selanjutnya untuk skor data variabel perilaku melanggar peraturan lalu lintas didapatkan skor total minimal sebesar 22 dan maksimal 57. Rerata skor variabel melanggar peraturan lalu lintas sebesar 32,48. Standar Deviasi variabel melanggar peraturan lalu lintas sebesar 8,311.

Tabel 8 • KE = Kecerdasan Emosional

(56)

C. Validitas dan Reliabilitas

Validitas alat ukur penelitian yang digunakan adalah validitas isi yang menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Adapun validitas isi ini diperoleh melalui analisis rasional dan professional judgement yang dilakukan oleh peneliti dan dosen pembimbing peneliti selama proses bimbingan skripsi.

Estimasi reliabilitas skala kecerdasan emosionalonalonl menggunakan tehnik Alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS 17 for Windows, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.945, yang berarti skala ini reliabel.

D. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi untuk melihat apakah data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi. Uji asumsi meliputi uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran variabel bebas dan variabel tergantung dalam penelitian ini normal atau tidak. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan tehnik Sample Kolmogorov-Smirnov Test

dalam program SPSS for Windows versi 17. hasilnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 9

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Kecerdasan emosional Melanggar Peraturan Lalu lintas

Kolmogorov-Smirnov Z 0.745 0.867

(57)

Berdasarkan hasil uji normalitas, didapatkan bahwa distribusi sebaran variabel kecerdasan emosional dan variabel perilaku melanggar peraturan lalu lintas terdistribusi normal karena signifikansi kedua variabel lebih besar daripada 0.05 (p>0.05).

E. Uji Hipotesis

Analisis data menggunakan tehnik korelasi produc moment Pearson

dalam program SPSS for Windows versi 17. Hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi untuk variabel kecerdasan emosional dan variabel perilaku melanggar peraturan lalu lintas adalah -0,175 dengan taraf signifikansi 0.05 (p>0.05). Analisis data ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan negatif yang signifikan antara variabel kecerdasan emosional dengan variabel perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Sehingga hipotesis yang diajukan dimana terdapat hubungan yang bersifat negatif antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas tidak terbukti. Hal ini ditunjukkan dengan signifikansi dari korelasi sebesar 0,140 yang dapat diartikan bahwa hasilnya tidak signifikan dimana p > 0,05.

Tabel 10

Kecerdasan Emosional -0.175 -0.221 -0.170 -0.116

(58)

Selain itu hasil perhitungan uji korelasi antara kecerdasan emosional dengan aspek kelengkapan syarat berkendara , aspek rambu – rambu lalu lintas dan aspek perilaku mengendarai sepeda motor juga tidak menunjukkan adanya hubungan. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil yang diperoleh menunjukkan p>0,05.

F. Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tidak menunjukkan bahwa ketika seseorang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, maka orang tersebut melakukan pelanggaran lalu lintas yang rendah. Begitu pula sebaliknya dimana seseorang yang tidak memiliki kecerdasan emosional yang tinggi, belum tentu melakukan pelanggaran lalu lintas yang cenderung tinggi. Berdasarkan teori kecerdasan emosional yang dipakai dalam penelitian kali ini menggunakan teori Goleman (2001), dimana didalamnya terdapat lima buah aspek yang digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional. Aspek tersebut terdiri dari aspek kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan ketrampilan sosial. Variabel penelitian ini harapannya dapat melihat tingkat kecerdasan emosional seseorang melalui setiap aspek yang ada. Jika dikaitkan dengan teori yang diajukan untuk mengungkap perilaku melanggar peraturan lalu lintas dimana terdapat aspek kelengkapan syarat berkendara, rambu lalu lintas, dan perilaku mengendarai sepeda motor.

(59)

individu seperti yang diungkapkan oleh Palupi (2004). Hal-hal dari luar individu yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran tersebut antara lain kondisi jalan yang kurang mendukung dengan arus lalu lintas yang padat dan kondisi jalan yang banyak mengalami kerusakan. Hal tersebut mendorong pengendara sepeda motor kurang memperhatikan rambu-rambu yang ada. Selain itu faktor kelelahan dan kejenuhan sangat berpengaruh terhadap kemampuan pengendara dalam mengendarai sepeda motor dengan baik dan mentaati peraturan lalu lintas yang berlaku.

(60)

44

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku melanggar peraturan lalu lintas. Selain itu juga tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kecedasan emosional dengan aspek perilaku melanggar kelengkapan syarat berkendara, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan perilaku mengendarai sepeda motor.

Hal ini menunjukkan bahwa setiap pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran ketika mengendarai sepeda motor tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan emosional pengendara sepeda motor. Pengendara sepeda motor yang memiliki kecerdasan emosional tinggi belum tentu tidak melakukan pelanggaran lalu lintas. Sebaliknya pengendara sepeda motor yang memiliki tingkat kecerdasan emosional rendah juga belum tentu berpeluang melakukan pelanggaran lalu lintas.

B. SARAN

1. Bagi Pengendara Sepeda Motor

(61)

2009 tentang Lalu Lintas sehingga tidak melakukan pelanggaran peraturan lalu lintas. Selain itu sikap disiplin berlalu-lintas dapat ditumbuhkembangkan sebagai upaya perilaku seluruh masyarakat pengguna jalan yang berasal dari kesadaran dari setiap individu.

2. Bagi Peneliti lain

(62)

46

Azwar, S.(2007). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

______ . 2002. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar ______ . 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

______ . 2005. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bandura,A.1977.Social Learning Theory. Prentice Hall,Inc.:Engelwood Cliffs New Jersey.

Budiman, A dan Baradja. 2001. Mental Sehat Hidup Nikmat Mental Sakit Hidup Pahit. Jakarta: Studio Press.

Cooper,R.K dan Sawaf,A.2000. Executive EQ (Kecerdasan emosi dalam Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Darmawan. 2002. Taat Berlalu Lintas. http://kompas.com/kompas,2002. Diakses

11 november 2009

Djafairy,2007. http://suarapembaca.detik.com/. Diakses 30 november 2009

Fachrurrozy.1996.Keselamatan lalu lintas (traffic safety).Hand Out (tidak diterbitkan). Yogyakarta:Magister Sistem Teknik Transportasi. Universitas Gadjah Mada

Fatimah, E. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: Pustaka Setia.

Goleman,D.1996. Emotional Intelligence (Kecerdasan Emosional) Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Goleman,D.1998. Working with Emotional Intelligence. Great Britain : Bloomsbury Publishing.

Goleman,D.2001. Kecerdasan emosi untuk mencapai puncak prestasi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Hadi, S. 2000. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset

(63)

Hadi, S. dan Pamardiningsih, Y. 2000. Manual SPS Paket Midi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Agustian, A.G. 2001. ESQ Emotional Spiritual Quotient (rahasia sukses membangun kecerdasan emosi dan spiritual). Jakarta : Arga Wijaya Persada

Ikhsan, M. 2009. Lalu Lintas dan Permasalahannya (tidak diterbitkan). Yogyakarta:Magister Sistem Teknik Transportasi. Universitas Gadjah Mada

Indrajit.2007. http://kompas.com/kompas/

Jamaris, M. 2005. Perkembangan dan Pengembangan Anak. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Ndraha, T. 2003. Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka cipta.

Nuryoto, Sartini. 1995. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: UGM

Palandeng, Robert, Wibowo, dan Pasaribu. 1993. Undang-Undang lalu Lintas Dan Angkutan Jalan, Aneka Pandangan dan Opini. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Palupi,M E.2004. Hubungan antara kematangan emosi dengan kecenderungan perilaku melanggar peraturan lalu lintas pada pengemudi bus antar kota. Skripsi (tidak diterbitkan). Surabaya:Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Sari,M.Y.2005. Kecerdasan Emosional dan kecenderungan Psikopatik Pada remaja delinkuen di Lembaga pemasyarakatan. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol.20, No.2,139-148

Sternberg, R. J. (1996). Successful intelligence. New York: Simon & Schuster. New York : Dutton

Sudarso.2000.Perilaku Berlalu lintas Remaja di Perkotaan. Jurnal Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik, Th 13, 45-58

Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Penerbit CV Alfabeta Suryabrata, S. 1992. Metode Penelitian. Jakarta: Rajawali

Walgito, Bimo. 2003. Pengantar Psikologi Umum .Bandung : PT Refika Aditama.

(64)
(65)

49

(66)

50

saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan, keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan nama baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena semua identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin kerahasiaannya. Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab, karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas bantuan dan kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

(67)

51

SKALA I PETUNJUK UMUM

1. Angket ini terdiri atas 40 pernyataan

2. Jawablah semua pernyataan yang diberikan dengan cermat dan tanpa terlewati

Untuk itu silahkan tuliskan identitas anda pada kolom dibawah ini : Nama (boleh inisial saja)

Usia Tahun Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *

* = Coret Salah Satu

PETUNJUK PENGISIAN

1. Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat ini. Dengan menuliskan jawaban pada kolom sebelah kiri pernyataan dengan ketentuan :

SS : Bila anda Sangat Setuju S : Bila anda Setuju

TS : Bila anda Tidak Setuju

STS : Bila anda Tidak Sangat Setuju

2. Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih Contoh :

3. Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban yang lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :

4. Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

(68)

52

3 Saya mudah mendapatkan kepercayaan dari orang lain

4 Saya tidak senang berelasi dengan orang lain 5 Saya cepat menyesuaikan diri bila keadaan

berubah.

6 Saya yakin akan menjadi orang sukses di kelak kemudian hari

7 Saya tidak mengerti apa yang saya rasakan

8 Saya tidak peduli bagaimana ekspresi orang lain ketika saya sedang bicara

9 Saya lebih sering dipengaruhi perasaan takut gagal dari pada pengharapan untuk sukses

10 saya berusaha memenuhi setiap keinginan saya 11 Walaupun berbicara dengan orang yang baru saya

kenal, saya tetap tenang dan tidak canggung

12 Saya tetap tenang bahkan dalam situasi yang terkadang membuat orang lain marah

13 Saya sulit menahan keinginan yang muncul secara tiba-tiba

14 saya tahu apa yang harus saya lakukan ketika menghadapi masalah

15 Saya mengerti bahwa setiap orang memiliki keinginan yang berbeda-beda

16 Saya membutuhkan waktu yang lama untuk meredam kemarahan saya

17 Saya sulit memahami perasaan yang saya alami 18 Saya berusaha menghibur orang yang sedang sedih

dengan berbagai cara agar ia gembira

(69)

53

20 Saya menyadari apa yang saya rasakan saat ini 21 Saya dapat memahami ketakutan seseorang ketika

menghadapi masalah besar.

22 Ketika saya sedih saya tidak tahu apa yang membuat saya sedih.

23 Saya hanya diam ketika topik pembicaraan berubah menjadi tidak menarik lagi.

24 Saya tidak tahu apa yang orang lain butuhkan ketika ia sedang sedih

25 Saya tidak pernah menyerah menghadapi kesulitan karena pasti ada jalan keluarnya. 26 Saya mengerti apa yang harus saya lakukan ketika

sedang sedih

27 Saya mampu mengekpresikan perasaan saya dengan tepat.

28 Saya sering merasa melakukan pekerjaan yang sia-sia dan membuang waktu.

29 Saya mengetahui ketika perasaan seseorang berubah secara tiba-tiba.

30 Saya mengakhiri usaha saya ketika mengalami kegagalan.

31 Saya memikirkan apa yang saya inginkan sebelum bertindak.

32 Saya merasa panik bila berhadapan dengan orang yang mudah marah.

33 Saya merasa sulit mengatasi kesedihan yang saya rasakan.

34 Saya tidak tahu perasaan orang lain terhadap saya. 35 Saya berusaha memaksimalkan kemampuan saya

dan tidak takut gagal.

(70)

54

39 Saya merasa sulit mengembangkan topik pembicaraan dengan orang lain.

(71)

55

Kepada Yth : Pengendara Sepeda Motor Dengan Hormat

Ditengah kesibukan anda menjalankan aktivitas anda, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak guna mengisi pernyataan dalam skala yang akan saya lampirkan berikut ini.

Bantuan anda dalam penelitian ini sangat saya butuhkan dalam penyusunan tugas akhir saya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Guna mencapai maksud tersebut, saya sangat mengharapkan kesediaan anda untuk membaca dan mengisi lengkap setiap pernyataan sesuai dengan perasaan, keadaan dan pikiran anda saat ini, tanpa dipengaruhi oleh siapapun. Semua jawaban yang anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang salah apabila sesuai dengan keadaan yang sedang anda alami.

Perlu anda ketahui bahwa jawaban anda tidak ada hubungannya dengan nama baik, status dan kepentingan apapun yang berkaitan dengan anda. Karena semua identitas yang anda berikan dan jawaban anda akan saya jamin kerahasiaannya. Saya harap jangan sampai ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab, karena angket yang tidak lengkap akan terbuang sia-sia. Atas bantuan dan kerjasama anda, saya ucapkan banyak terima kasih.

(72)

56

Nama (boleh inisial saja)

Usia Tahun Jenis Kelamin Laki-laki/Perempuan *

* = Coret Salah Satu

1. Berapa lama anda mengendarai sepeda motor a. 1 – 2 tahun

b. 2 – 3 tahun c. 3 – 4 tahun d. Lebih dari 4 tahun

2. Berapa kali anda kena tilang dalam satu tahun terakhir a. 1 – 2 kali

b. 2 – 3 kali c. 3 – 4 kali d. Lebih dari 4 kali

3. Pada saat apa anda terkena tilang a. Operasi Rutin Kepolisian

1. 1 – 2 kali 2. 2 – 3 kali 3. 3 – 4 kali 4. Lebih dari 4 kali

b. Diberhentikan polisi saat mengendarai sepeda motor 1. 1 – 2 kali

(73)

57

1.Pilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda saat ini. Dengan menuliskan memberikan tanda centang atau checkmark ( ) dari setiap pernyataan yang ada :

SL (selalu) : jika selalu dilakukan setiap mengendarai sepeda motor S (Sering) : jika dilakukan sebanyak 3-4 kali dari 6 kali naik motor J (jarang) : jika dilakukan 1-2 kali dari 6 kali naik motor

TP (tidak pernah) : jika tidak pernah melakukan saat naik motor

2.Berilah tanda silang (X) pada kolom jawaban yang anda pilih Contoh :

3.Apabila Anda hendak mengganti jawaban yang salah maka coretlah tanda silang (X) dengan tanda sama dengan (=), kemudian pilihlah jawaban yang lebih sesuai dengan keadaan anda saat ini.

Contoh :

4.Berikanlah pendapat anda pada semua pernyataan dan periksa kembali agar tidak ada pernyataan yang terlewati.

No Pernyataan SL S J TP

24 Salah satu rem sepeda motor tidak berfungsi

X

No Pernyataan SL S J TP

24 Salah satu rem sepeda motor tidak berfungsi

(74)

58

No Pernyataan SL S J TP

1 Melakukan percakapan dengan pengendara lain saat berkendara (bersebelahan dua motor - jejer)

2 Melanggar Rambu Dilarang Masuk

3 Tidak membawa STNK saat mengendarai sepeda motor 4 Melanggar Rambu Dilarang Parkir

5 Menerobos Lampu Merah saat di perempatan

6 Melanggar Rambu Dilarang Membelok ke kiri

7 Sepeda motor tidak dilengkapi alat isyarat suara (klakson)

8 Melanggar Rambu Dilarang Membalik (memutar)

9 Tidak mengenakan helm saat mengendarai sepeda motor 10 Melanggar Batas Kecepatan Maksimal

yang ditentukan

11 Sepeda motor tidak dilengkapi stop lamp (lampu rem) 12 Melanggar Rambu Wajib Berhenti

(75)

59

14 Melanggar Rambu Dilarang Berhenti

15 Menggunakan HP saat naik motor (telepon dan atau sms) 16 Tidak menyalakan lampu saat siang hari

17 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu utama

18 Melanggar Marka Jalan Tidak putus - putus

19 Sepeda motor tidak dilengkapi lampu sein

(76)

60

Excluded 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the

(77)
(78)
(79)

63

item33 96.82 556.199 .630 . .938

item34 97.27 565.179 .550 . .939

item35

item36

96.60

97.37

566.656

576.446

.479

.291

.

.

.939

.941

item37 97.42 558.815 .639 . .938

item38 96.82 556.199 .630 . .938

item39 97.27 565.179 .550 . .939

item40 96.72 578.307 .247 . .941

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(80)

64

a. Listwise deletion based on all variables in the

(81)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 6
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

2.2 Teori Sosiologi Sastra dan Teori Lingkungan

Oleh karena itu Agrowisata Kebun Teh Pagilaran harus selalu memperhatikan kebutuhan dan kepuasan para konsumen dengan memberikan pelayanan yang terbaik agar para

Sebanyak kurang lebih 39 % pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis (radang

Laporan Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Skripsi Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.. Shalahuddin, Henri,

Retribusi Usaha Bidang Perindustrian dan Perdagangan yang selanjutnya disebut Retribusi adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian Izin Usaha Industri (IUI),

Program Pembangunan Desa memahami bagaimana cara melaksanakan dan memberdayakan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan, sarana dan prasarana dengan mengadakan