No. 64/11/34/Th.XVI, 5 November 2014
P
ERTUMBUHAN
E
KONOMI
D
AERAH
I
STIMEWA
Y
OGYAKARTA
T
RIWULAN
III
T
AHUN
2014
S
EBESAR
4,24
P
ERSEN
1.
LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2014
BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
Kinerja pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan III tahun 2014 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 tumbuh sebesar 4,24 persen terhadap triwulan II 2014 (q-to-q). Pertumbuhan ini terutama digerakkan oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa sebesar 11,08 persen, sektor pertanian sebesar 5,94 persen, sektor konstruksi sebesar 4,59 persen, serta sektor pengangkutan dan komunikasi juga tumbuh sebesar 4,11 persen. Sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kontraksi sebesar 3,96 persen.
Sektor jasa-jasa memberikan andil positif terbesar, 2 persen, terhadap pertumbuhan q-to-q PDRB DIY triwulan III 2014, diikuti sektor pertanian persen dengan andil pertumbuhan 0,77 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor konstruksi memberi andil pertumbuhan masing-masing sebesar 0,46 persen dan 0,45 persen. Sektor perdagangan yang hanya tumbuh 1,9 persen namun karena kontribusinya dalam struktur PDRB tinggi mampu memberi andil 0,42 persen.
PDRB Provinsi DIY pada triwulan III 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y) mengalami peningkatan sebesar 4,76 persen. Pertumbuhan y-on-y triwulan III 2014 tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan yang mengesankan (di atas 7 persen) sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Sektor-sektor lain juga tumbuh pada kisaran 2,38 persen sampai dengan 5,8 persen, kecuali sektor pertanian yang mengalami kontraksi sebesar 4,56 persen.
Pertumbuhan secara kumulatif sampai dengan triwulan III 2014 terhadap kumulatif triwulan yang sama tahun sebelumnya (c-to-c) mencapai 5,03 persen. Seluruh sektor pembentuk PDRB memberi andil positif terhadap perekonomian ekonomi DIY, kecuali sektor pertanian. Penggerak utama pertumbuhan yang diindikasikan oleh andil pertumbuhan sektor, sektor jasa-jasa merupakan tertinggi, diikuti oleh perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan.
Nilai PDRB DIY (atas dasar harga berlaku) pada triwulan III 2014 mencapai Rp17,97 triliun dan nilai riil (atas dasar harga konstan 2000) sebesar Rp6,53 triliun. Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam struktur perekonomian DIY pada triwulan III 2014 adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 21,9 persen, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 20,9 persen, dan sektor industri pengolahan sebesar 13,7 persen.
Pada sisi penggunaan, pertumbuhan yang pesat komponen konsumsi pemerintah dan komponen pembentukan modal tetap bruto berperan besar mendorong PDRB penggunaan pada triwulan III 2014 (q-to-q) tumbuh sebesar 4,24 persen.
Jika dibandingkan dengan triwulan III 2013 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada konsumsi lembaga swasta nirlaba yaitu sebesar 18,06 persen; kemudian ekspor barang dan jasa sebesar 4,83 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,22 persen, pengeluaran konsumsi pemerintah meningkat hanya sebesar 2,19 persen, dan pembentukan modal tetap bruto sebesar 4,98 persen. Sebagai faktor pengurang dalam ekspor neto, impor juga tumbuh sebesar 4,86. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja ekspor neto triwulan II 2014 (y-on-y) tumbuh di atas 100 persen.
Kinerja perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju
pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada
triwulan III tahun 2014 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2014 (q-to-q) naik sebesar 4,24 persen, setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,02 persen (Gambar 1).
Gambar 1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2013 sampai Triwulan II 2014 (Persen)
Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2014 sebesar 4,24 persen tersebut terutama disebabkan
oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa. Gaji ke-13 yang diterimakan pada triwulan ini mendorong kuat
pertumbuhan ekonomi triwulan III-2014 . Permintaan domestik diperkirakan masih tinggi karena
adanya faktor musiman bulan puasa dan idul fitri. Faktor musiman terindikasi memberikan dampak
positif pada Juli sampai dengan Agustus pada sektor pengangkutan dan komunikasi , sektor industri
pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor jasa-jasa.
Pada Triwulan III 2014 kinerja sektor pertanain tumbuh positif lebih dari 5,9 persen, setelah di
Triwulan II megalami pertumbuhan negatif. Pertumbuhan sektor pertanian digerakkan oleh
pertumbuhan yang positif dari semua subsektor pada sektor ini. Sektor tanaman bahan makanan
terutama digerakan oleh komoditas ubi kayu yang pada triwulan ini merupakan panen raya.
Subsektor perkebunan pada triwulan ini merupakan masa puncak panen terutama komoditas
tembakau dan tebu yang produksinya meningkat masing-masing hingga 124 persen dan 68 persen.
Di sisi lain permintaan yang tinggi akan bahan kayu untuk bahan konstruksi bangunan serta untuk
bahan industri kayu dan furnitur menggerakan subsektor kehutanan tumbuh positif dibanding
triwulan sebelumnya. Di subsektor perikanan, penangkapan ikan di laut sedang menikmati musim
baik di triwulan ini.
Pertumbuhan positif di sektor pertambangan dan penggalian diakibatkan relatif tingginya
aktivitas pembangunan (konstruksi) pada musim kemarau sehingga permintaan akan barang galian
terutama batu dan pasir juga mengalami peningkatan jika dibanding triwulan sebelumnya.
Meskipun tumbuh positif, pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan 3 lebih lambat
dibanding triwulan sebelumnya. Momentum hari raya idul fitri dan mulainya tahun ajaran baru
sekolah mendorong peningkatan industri makanan. Namun demikian karena adanya libur hari raya
kinerja beberapa sektor industri tidak sebaik di triwulan sebelumnya. Selain itu, industri pengolahan
yang tumbuh relatif bagus adalah industri galian bukan logam yaitu pengolahan batu bata dan
batako yang meningkat seiring dengan banyaknya permintaan untuk pembangunan perumahan.
Satu-satunya sektor yang tumbuh negatif pada Triwulan III-2014 adalah sektor listrik, gas,
dan air bersih. Pertumbuhan (q to q) sektor listrik, gas dan air bersih DIY mengalami kontraksi
2,61 -2,69 4,47 0,02 3,62 3,02 4,24 4,75 6,11 6,47 4,32 5,35 5,00 4,76 2,61 5,42 6,29 5,40 5,35 5,18 5,03 Tw 1-2013 Tw 2-2013 Tw 3-2013 Tw 4-2013 Tw 1-2014 Tw 2-2014 Tw 3-2014 q to q y on y c to c
yaitu dari 605,95 juta KWh di Triwulan II-2014 turun menjadi 578,86 juta KWh di Triwulan
IV-2014). Subsektor gas dan subsektor air bersih mengalami pertumbuhan positif karena meningkatnya
permintaan akan air bersih pada musim kemarau di triwulan ini. Sektor konstruksi tumbuh positif
relatif tinggi seiring dengan siklus kegiatan pembangunan yang dibiayai pemerintah mulai
memuncak bulan-bulan dalam triwulan ini dan berlanjut hingga akhir tahun.
Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga tumbuh positif meskipun lebih lambat dibanding
triwulan sebelumnya. Hal ini terjadi karena pada triwulan sebelumnya bertepatan datangnya musim
liburan sekolah sehingga tingkat hunian hotel dan tempat wisata tumbuh relatif tinggi. Bulan puasa
yang masuk di triwulan ini setidaknya menyebabkan berkurangnya perjalanan dinas oleh
pemerintah maupun swasta dan juga acara meeting yang memakai fasilitas hotel. Namun demikian adanya momentum Hari Raya Idul Fitri 1435 H berkontribusi mendorong naiknya permintaan
barang/jasa sehingga sektor perdagangan, hotel, dan restoran tetap pada jalur tumbuh positif. Di sisi
lain, momen hari raya juga menyebabkan permintaan penggunaan jasa transportasi, khususnya
jalan raya dan transportasi udara. Selain itu budaya berlebaran juga mendorong meningkatnya
penggunaan jasa komunikasi. Oleh karena itu sektor pengangkutan dan komunikasi termasuk
sektor-sektor yang menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi triwulan III-2014.
Pertumbuhan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan di triwulan ini lebih
diakibatkan pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah yang menyebabkan perusahaan
keuangan seperti Pegadaian meningkat likuiditas keuangannya. Sebagai contoh PT. Pegadaian
melakukan pencairan pembiayaan mikro hingga mencapai sekitar 30 persen dan secara kumulatif
sampai dengan Agustus 2014 sudah mengucurkan anggaran untuk pembiayaan UMKM sebanyak 6
milyar rupiah.
Sektor jasa-jasa tumbuh paling mengesankan, yaitu mencapai 11,1 persen. Pesatnya
pertumbuhan sektor jasa-jasa terutama didorong oleh pertumbuhan di jasa pemerintahan sebagai
akibat diterimakannya gaji ke-13 bagi PNS/Polri/TNI di bulan Juli 2014. Di samping jasa hiburan
dan jasa sosial kemasyarakatan juga tergerakkan oleh pemanfaatan libur lebaran oleh sebagian
masyarakat untuk mudik atau saling mengunjungi sanak saudara yang jauh serta berekreasi
bersama keluarga.
Tabel 1
Laju dan Andil Pertumbuhan PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)
Lapangan Usaha Triw III 2014 thd Triw II 2014 (q-to-q) Triw III 2014 thd Triw III 2013 (y-on-y) Triw I-III 2014 thd Triw I-III 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan
q-to-q y-on-y c-to-c
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Pertanian 5,94 -4,56 -0,66 0,77 -0,66 -0,11
2. Pertambangan & Penggalian 1,78 2,38 3,15 0,01 0,02 0,02
3. Industri Pengolahan 0,04 5,21 4,24 0,01 0,66 0,54
4. Listrik, Gas & Air Bersih -3,96 4,73 4,05 -0,04 0,04 0,04
5. Konstruksi 4,59 4,98 6,42 0,45 0,49 0,60
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1,90 5,80 5,89 0,42 1,24 1,24 7. Pengangkutan & Komunikasi 4,11 5,22 4,69 0,46 0,59 0,52 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perush. 1,45 8,76 8,64 0,16 0,90 0,89
9. Jasa-jasa 11,08 7,93 7,33 2,00 1,48 1,29
Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 (y-on-y), PDRB triwulan III 2014 meningkat sebesar 4,76 persen. Semua sektor tumbuh positif, kecuali pertanian. Oleh karena sektor
pertanian terjadi kontraksi maka andil pertumbuhannya juga negatif. Sektor jasa-jasa, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor keuangan real estat, dan jasa perusahaan menjadi
memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan y-on-y. Tidak jauh berbeda dengan penggerak pertumbuhan y-on-y, pertumbuhan kumulatif triwulan III-2014 (c-to-c) yang sebesar 5,03 persen utamanya juga didorong oleh sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, dan sektor
keuangan, real estat, dan jasa perusahaan.
Secara umum, pertumbuhan triwulanan (q-to-q), pertumbuhan tahunan (y-on-y), dan pertumbuhan kumulatif (c-to-c) tahun 2014 lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Oleh karena itu pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi DIY diprediksi lebih rendah
dibanding tahun 2013.
2.
NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN
TRIWULAN III TAHUN 2014
Nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2014 mencapai Rp17,97 triliun,
lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang sebesar Rp17,04 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai
dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan III 2014 sebesar Rp6,53 triliun
atau naik sekitar 4,24 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp6,27 triliun (Tabel 2).
Atas dasar harga berlaku, nominal nilai tambah terbesar dimiliki oleh sektor jasa-jasa yaitu Rp3,94
triliun, kemudian diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran dan sektor industri pengolahan
dengan nilai nominal masing-masing sebanyak Rp3,75 triliun dan Rp2,46 triliun. Sementara sektor
pertanian berada pada urutan keempat dengan nilai nominal sebanyak Rp2,22 triliun, lebih tinggi
dibanding nilai tambah triwulan II 2014 yang sebesar Rp2,07 triliun.
Tabel 2
PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)
Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan
Triw. II 2014 Triw. III 2014 Triw. II 2014 Triw. III 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
1. Pertanian 2.069.028 2.217.982 808.509 856.525 2. Pertambangan dan Penggalian 109.545 114.484 42.238 42.989 3. Industri Pengolahan 2.439.288 2.457.869 829.755 830.104 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 232.498 238.679 61.962 59.508 5. Konstruksi 1.769.416 1.864.897 610.886 638.946 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.651.840 3.752.805 1.383.026 1.409.348 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.442.134 1.504.568 707.678 736.792 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.836.176 1.882.228 690.082 700.055 9. Jasa-jasa 3.486.136 3.936.381 1.130.963 1.256.313 PDRB 17.036.060 17.969.894 6.265.099 6.530.580
3.
STRUKTUR PDRB DIY MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN III
TAHUN 2014 DAN TRIWULAN III TAHUN 2013
Struktur PDRB DIY pada triwulan III tahun 2014 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama
pada tahun 2013, menunjukkan bahwa kontribusi sektor bangunan dan sektor angkutan dan
komunikasi menurun, sedangkan sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan, serta sektor
jasa-jasa mengalami peningkatan. Komposisi urutan struktur ekonomi antara triwulan III 2013 dan
triwulan III 2014 hampir sama, perbedaan hanya pergeseran urutan untuk sektor bangunan dan sektor
keuangan, real estat, dan jasa perusahaan.
Tabel 3
Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku
Lapangan Usaha Triw. III 2013 Triw. III 2014 Perbedaan
(1) (2) (3) (4)
1. Pertanian 13,31 12,34 -0,97
2. Pertambangan dan Penggalian 0,64 0,64 0,00
3. Industri Pengolahan 13,58 13,68 0,10
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,21 1,33 0,12
5. Konstruksi 10,41 10,38 -0,03
6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,75 20,88 0,13
7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,63 8,37 -0,25
8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 10,12 10,47 0,35
9. Jasa-jasa 21,35 21,91 0,55
PDRB 100,00 100,00 0,00
4.
PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN III TAHUN 2014
Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran:
konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap
bruto (PMTB), ekspor, impor, dan lainnya (gabungan dari perubahan inventori, dan diskrepansi
statistik/residual).
Memasuki triwulan III tahun 2014, empat komponen menunjukkan pertumbuhan positif ( q-to-q), yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi lembaga swasta nirlaba, komponen konsumsi pemerintah, dan komponen pembentukan modal tetap bruto. Sementara
komponen ekspor, komponen impor, dan juga ekspor neto tumbuh negatif. Pertumbuhan q-to-q
sebesar 4,24 persen terutama digerakkan oleh pertumbuhan komponen pembentukan modal tetap
bruto, komponen pengeluaran konsumsi pemerintah, dan komponen pengeluaran konsumsi rumah
tangga yang masing-masing memberikan andil pertumbuhan 3,02 persen, 2,16 persen, dan 1,45
persen. Perdagangan luar negeri DIY, baik ekspor maupun impor, masih tumbuh minus. Apabila
dilihat komponen ekspor yang terdiri dari ekpsor luar negeri dan ekspor antardaerah semua tumbuh
negatif. Demikian juga untuk komponen impor, yaitu impor luar negeri dan impor antardaerah,
semua tumbuh negatif.
Pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto terutama digerakkan oleh belanja barang modal
pemerintah yang biasanya direalisasikan di triwulan III dan IV. Demikian pula konsumsi pemerintah
yang berupa perjalanan dinas, rapat-rapat, penyuluhan, pembinaan, pelatihan, workshop, dan lain-lain
hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah juga memacu pertumbuhan konsumsi rumah tangga, baik
konsumsi makanan maupun konsumsi nonmakanan terutama sandang.
Tabel 4
Laju Pertumbuhan PDRB menurut Komponen Penggunaan (Persen) Komponen Penggunaan Triw III 2014 thd Triw II 2014 (q-to-q) Triw III 2014 thd Triw III 2013 (y-on-y) Triw I-III 2014 thd Triw I-III 2013 (c-to-c) Andil Pertumbuhan
q-to-q y-on-y c-to-c
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1. Konsumsi Rumah Tangga 2,93 6,22 5,95 1,45 3,01 2,88
2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 2,64 18,60 17,29 0,09 0,56 0,53
3. Konsumsi Pemerintah 11,26 2,19 4,98 2,16 0,46 0,96
4. Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) 12,34 4,98 4,46 3,02 1,31 1,12
5. Ekspor -2,75 6,54 8,40 -1,30 2,85 3,72
6. Impor -2,39 4,86 7,83 -1,10 2,09 3,31
7. Lainnya*) -128,04 -117,90 -57,52 -2,28 -1,33 -0,88
PDRB 4,24 4,76 5,03 4,24 4,76 5,03
Keterangan: *) Komponen perubahan inventori, dan diskrepansi statistik/residual
Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2013 (y-on-y), semua komponen penggunaan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan tertinggi dicapai komponen konsumsi
lembaga swasta nirlaba yang tumbuh 18,60 persen, disusul pertumbuhan komponen ekspor sebesar
6,54 persen dan komponen konsumsi rumah tangga yang tumbuh 6,22 persen. Dilihat dari andil
terhadap pertumbuhan PDRB (y-on-y), komponen konsumsi rumah tangga memberi andil terbesar yaitu 3,01 persen. Disusul andil pertumbuhan ekspor sebesar 2,85 persen, namun terkoreksi oleh andil
pertumbuhan impor sebesar 2,09 persen. Pertumbuhan PMTB yang sebesar 4,98 persen mampu
memberikan andil pertumbuhan komponen ini terhadap pertumbuhan PDRB sebesar 1,31 persen
(Tabel 4).
Seperti halnya pada pertumbuhan y-on-y, pertumbuhan kumulatif (c-to-c) triwulan I-III 2014 terhadap tiwulan I-III 2013 yang sebesar 5,03 persen, terutama juga digerakkan oleh pertumbuhan
komponen konsumsi rumah tangga, komponen ekspor, komponen impor, dan komponen PMTB.
Meskipun konsumsi lembaga nirlaba tumbuh paling mengesankan yaitu 16,89 persen, namun karena
kontribusinya terhadap total PDRB penggunaan relatif kecil maka andil pertumbuhannya juga kecil.
Tabel 5
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan III Tahun 2014
Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase (persen)
(1) (2) (3) (4)
1. Konsumsi Rumah tangga 9.587.810 3.204.982 53,35 2. Konsumsi Lembaga Nirlaba 740.968 227.690 4,12 3. Konsumsi Pemerintah 4.890.958 1.335.899 27,22 4. Pembentukan Modal Tetap
Bruto (PMTB) 5.755.781 1.720.271 32,03 5. Ekspor 7.922.465 2.890.356 44,09 6. Impor 10.526.624 2.817.300 58,58 7. Lainnya*) (401.463) (31.319) -2,23 PDRB 17.969.894 6.530.580 100,00
Nilai nominal PDRB pada triwulan III 2014 terbesar digunakan untuk membiayai impor,
yaitu mencapai Rp10,53 triliun, atau 58,6 persen dari total PDRB DIY (Tabel 5). Nilai ini melebihi
nilai ekspor yang sebesar Rp7,93 triliun sehingga ekspor neto pada triwulan III 2014 tercatat negatif.
Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu
sebesar Rp9,59 triliun, atau 53,4 persen dari total PDRB DIY. Selanjutnya porsi penggunaan yang
juga relatif besar adalah untuk kegiatan investasi fisik (PMTB) sebesar Rp5,76 triliun atau sekitar 32
persen dari total PDRB. Konsumsi rumah tangga yang tinggi memang masih diperlukan untuk
menggerakkan ekonomi masyarakat, namun pembentukan investasi juga harus didorong terutama
investasi yang memberikan dampak tumbuhnya tumbuhnya sektor-sektor ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja.
5.
PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI
Pada tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi di wilayah Jabalnusra terhadap total 33
provinsi pada triwulan III 2014, yaitu sebesar 61,01 persen. Kontribusi terhadap total perekonomian
regional, mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu sebesar 58,51 persen. DKI
Jakarta , Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue
ekonomi terbesar, masing-masing 16,71 persen; 15,12 persen; 14,38 persen; serta 8,25 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
Daerah Istimewa Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,83 persen memiliki peringkat
terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam
perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga pembangunan
ekonomi memang tidak diarahkan menjadi wilayah industri berskala besar. Laju pertumbuhan
ekonomi pulau Jawa sebesar 2,02 persen (q-to-q); 5,73 persen (y-o-y); dan 5,75 persen (c-to-c). Pertumbuhan y-on-y dan c-to-c di atas pertumbuhan nasional (jumlah 33 provinsi), sedangkan pertumbuhan q-to-q di bawah pertumbuhan nasional.
Tabel 6
Ringkasan PDRB Triwulan III 2014 Beberapa Provinsi di Indonesia Provinsi
PDRB Tw III 2014 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw III 2014 (%) Kontribusi (%)
ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Thd 33
Prov (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 513.044.277,28 147.076.788,66 2,32 4,50 4,95 100,00 23,63 JAWA 1.270.602.234,50 440.086.685,65 2,02 5,73 5,75 100,00 58,51 11. DKI Jakarta 362.831.786,00 127.847.352,76 1,86 6,02 6,03 28,56 16,71 12. Jawa Barat 312.353.179,50 104.172.505,30 2,32 5,61 5,60 24,58 14,38 13. Banten 69.846.272,70 28.240.283,59 2,00 5,01 5,13 5,50 3,22 14. Jawa Tengah 179.199.120,62 60.004.252,99 1,56 5,45 5,28 14,10 8,25 15. DI Yogyakarta 17.969.894,37 6.530.579,58 4,24 4,76 5,03 1,41 0,83 16. Jawa Timur 328.401.981,31 113.291.711,42 2,04 5,91 6,02 25,85 15,12 BALI NUSRA 54.331.964,86 18.557.295,51 2,55 3,36 4,57 100,00 2,50 17.Bali 27.104.741,14 9.398.099,35 2,78 6,53 6,08 49,89 1,25 18.Nusa Tenggara Barat 15.373.132,94 5.197.812,64 1,32 -3,01 1,67 28,29 0,71 19.Nusa Tenggara Timur 11.854.090,78 3.961.383,53 3,67 4,97 5,00 21,82 0,55
KALIMANTAN 178.211.825,73 57.465.941,74 3,13 3,93 3,68 100,00 8,21
SULAWESI 108.005.183,83 37.293.019,80 4,94 7,76 7,02 100,00 4,97
MALUKU dan PAPUA 47.404.070,43 13.152.300,52 11,46 5,28 5,05 100,00 2,18
PENJELASAN TEKNIS
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :
a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit
produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta
nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori /
stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;
c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah,
modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;
dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).
Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:
a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side
b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side
c. Pendapatan Income side
Penyajian PDRB:
a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi
2000.
Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.
Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.
Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).
Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).
Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya
(cumulative to cumulative economic growth).
Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang
dan jasa, dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah
tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode
Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan
dan belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang
bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama
periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi
dikonsumsi oleh masyarakat.
Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah
tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun
pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar
negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu
(triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun