• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eva Cristiana

NIM : 108114144

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Eva Cristiana

NIM : 108114144

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

ii

Pengesahan Skripsi Berjudul

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN TERHADAP TINDAKAN PEMILIHAN

OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Oleh :

Eva Cristiana

NIM : 108114144

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

Pada tanggal : ...

Mengetahui,

Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma

(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

“Pelaut Hebat tidak akan lahir di laut yang tenang

Orang-orang hebat tidak akan lahir di situasi tanpa

tantangan dan cobaan”

(Jamil Azzaini)

“jika anda menjumpai jalan hidup yang tidak mempunyai

hambatan, mungkin

saja anda tidak menuju kemanapun”

(Frank A. Clark)

“Janganlah

kamu khawatir tentang apapun, tetapi

nyatakanlah dalam segala hal keinginan kepada Allah

dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.

(Filifi 4: 6)

Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:

Jesus Christ

Papah dan Mamah tercinta

Keluarga besar dan Teman-temanku

(6)

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Eva Cristiana

Nomor Mahasiswa : 108114144

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN TERHADAP TINDAKAN PEMILIHAN OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI

KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk

menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk

pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikannya di internet

atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 September 2014

Yang menyatakan,

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah

ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 10 September 2014

Penulis

Eva Cristiana

(8)

vii

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha

Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya dalam penelitian dan

penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap

Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern terhadap Tindakan Pemilihan

Obat pada Pengobatan Mandiri Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta” sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat

waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi

penulis. Akan tetapi, di tengah kesulitan tersebut penulis mendapat dukungan,

bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing atas

kebijaksanaan, perhatian, kesabaran serta waktu, tenaga, dan pikiran

dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan

(9)

viii

3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji yang telah

memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi

Farmasi sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

5. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt atas perhatian, pengarahan,

masukan, kritik, saran, dan kesabarannya dalam membimbing

penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staf karyawan fakultas farmasi yang telah

mendukung dan memberikan ilmu kefarmasian serta membentu dalam

proses penyelesaian skripsi ini.

7. Papah dan mamah tercinta yang selalu memberikan cinta dan kasih

sayang yang tak terhingga.

8. Sahabat-sahabat ku sejak SMA Rina, Vina, Nata, Topo, Tya yang

selalu memberikan semangat dan dukungannya.

9. Antonius Yuberto yang selalu memberikan semangat, motivasi dan

perhatian dari awal hingga skripsi ini dapat selesai.

10.Teman-teman angkatan 2010, khususnya FKK B dan FSM D 2010

11. Teman-teman terkasih yang telah membantu: Titie, Tari, There,

Mirsha, Anna Pransiska. Teman-teman kost putri Wisma Ananda,

(10)

ix

Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan yang telah dilewati

bersama-sama.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang

telah membantu dan memberikan dukungan dalam penelitian ini .

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis menerima segala ktitik dan saran yang bersifat membangun demi

sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

memberikan informasi kepada pembaca.

Yogyakarta, 10 September 2014

Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN………... ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PRAKATA ... vii

B. Penggunaan Obat dalam Pengobatan Sendiri ... 9

1. Obat ... 9

a. Obat bebas ... 9

b. Obat bebas terbatas ... 10

c. Obat wajib apotek (OWA) ... 11

d. Obat tradisional ... 12

(12)

xi

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Subjek Penelitian ... 20

E. Populasi dan Besar Sampel ... 21

2. Penentuan lokasi penelitian ... 25

3. Perijinan ... 25

4. Penelusuran data populasi ... 25

5. Pembuatan kuesioner ... 25

a. Penyusunan kuesioner ... 25

b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa ... 27

c. Uji reliabilitas ... 28

J. Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Karakteristik Responden ... 32

1. Jenis kelamin ... 32

2. Usia responden ... 32

3. Program studi responden dari setiap fakultas ... 33

(13)

xii

B. Pengenalan Responden terhadap Pengobatan Mandiri ... 35

C. Pengetahuan Responden terhadap Obat Tradisional dan Obat Modern ... 44

1. Pengertian responden mengenai obat tradisional ... 45

2. Pengetahuan responden mengenai bentuk sediaan obat tradisional ... 46

3. Pengetahuan responden mengenai dosis obat tradisional ... 47

4. Pengetahuan responden mengenai penggolongan obat tradisional ... 48

5. Pengetahuan responden mengenai logo jamu ... 49

6. Pengetahuan responden mengenai logo obat herbal terstandar . 50 7. Pengetahuan responden mengenai logo fitofarmaka ... 51

8. Pengetahuan responden mengenai indikasi obat tradisional ... 52

9. Pengetahuan responden mengenai aturan pakai obat tradisional 53

10.Pengetahuan responden mengenai efek samping obat tradisional ... 54

11.Pengetahuan responden mengenai kontraindikasi obat tradisional ... 55

12.Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri ... 56

13.Pengetahuan responden mengenai penggolongan obat moderen (obat dengan bahan kimia) ... 57

14.Pengetahuan responden mengenai logo obat bebas ... 58

15.Pengetahuan responden mengenai logo obat keras ... 59

16.Pengetahuan responden mengenai logo obat bebas terbatas ... 60

17.Pengetahuan responden tentang dimana mendapatkan obat bebas/ bebas terbatas ... 61

18.Pengetahuan responden mengenai bentuk sediaan obat bebas/ bebas terbatas ... 61

19.Pengetahuan responden mengenai dosis obat bebas/ bebas terbatas ... 62

20.Pengetahuan responden mengenai indikasi obat bebas/ bebas terbatas ... 63

21.Pengetahuan responden mengenai aturan pakai obat bebas/ bebas terbatas ... 64

22.Pengetahuan responden mengenai efek samping obat bebas/ bebas terbatas ... 65

23.Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat bebas/ bebas terbatas dalam pengobatan mandiri ... 66

(14)

xiii

E. Tindakan Responden terhadap Obat Tradisional dan Obat Moderen 70 F. Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Responden

dalam Pemilihan Obat Tradisional dan Obat Moderen ... 70

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

LAMPIRAN ... 79

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo obat bebas ... 10

Gambar 2. Logo obat bebas terbatas ... 10

Gambar 3. Logo obat keras ... 11

Gambar 4. Presentase responden laki-laki dan perempuan... 32

Gambar 5. Presentase kelompok usia responden ... 33

Gambar 6. Presentase responden pada masing-masing fakultas ... 34

Gambar 7. Presentase uang saku perbulan responden ... 34

Gambar 8. Presentase pengetaahuan responden mengenai istilah swamedikasi ... 35

Gambar 9. Presentase sumber informasi yang diperoleh responden mengenai swamedikasi ... 36

Gambar 10. Presentase pendapat responden mengenai swamedikasi ... 37

Gambar 11. Presentase kecenderungan pemilihan obat oleh responden untuk swamedikasi ... 38

Gambar 12. Frekuensi melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir 38 Gambar 13. Presentase jenis obat yang digunakan responden dalam melakukan swamedikasi ... 40

Gambar 14. Logo obat jamu ... 49

Gambar 15. Logo obat obat herbal terstandar ... 50

Gambar 16. Logo fitofarmaka ... 52

Gambar 17. Logo obat bebas ... 58

Gambar 18. Logo obat keras ... 59

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Perhitungan proporsi responden tiap fakultas ... 22

Tabel II. Distribusi pernyataan dalam kuesioner menggambarkan pengetahuan yang diukur ... 26

Tabel III. Distribusi pernyataan dalam kuesioner ... 27

Tabel IV. Uji reliabilitas menggunakan Pearson Pruduct Moment ... 28

Tabel V. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 31

Tabel VI. Swamedikasi untuk diri sendiri, keluarga dan teman ... 39

Tabel VII. Penyakit yang diatasi dengan pengobatan mandiri ... 39

Tabel VIII.Daftar obat yang digunakan responden ... 40

Tabel IX.Tempat responden mendapatkan obat untuk swamedikasi ... 42

Tabel X. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat ... 43

Tabel XI. Alasan melakukan pengobatan mandiri ... 43

Tabel XII. Presentase jawaban responden mengenai obat modern dan Obat tradisional ... 44

Tabel XIII. Presentase kategori pengetahuan responden ... 67

Tabel XIV. Persentase kategori pengetahuan berdasarkan fakultas ... 68

Tabel XV. Distribusi sikap responden terhadap obat tradisional... 68

Tabel XVI. Distribusi sikap responden terhadap obat modern ... 69

Tabel XVII. Distribusi tindakan responden dalam menggunakan obat tradisional ketika sakit ... 70

Tabel XVIII. Distribusi tindakan responden dalam menggunakan obat modern ketika sakit ... 70

Tabel XIX. Hubungan pengetahuan dengan tindakan pemilihan obat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ... 71

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta ... 80

Lampiran 2. Informed Consent responden ... 81

Lampiran 3. Kuesioner penelitian ... 83

Lampiran 4. Leaflet yang diberikan untuk responden sebagai edukasi .. 93

Lampiran 5. Uji reliabilitas dengan Pearson Pruduct Moment ... 94

Lampiran 6. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 96

Lampiran 7. Data demografi responden ... 97

Lampiran 8. Jawaban responden mengenai pola pengobatan mandiri.... 100

Lampiran 9. Frekuensi dan presentase pengetahuan responden ... 108

Lampiran 10. Frekuensi dan presentase sikap responden ... 114

Lampiran 11. Frekuensi dan presentase tindakan responden ... 117

Lampiran 12. Hubungan pengetahuan dengan tindakan menggunakan

uji Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov ... 118

Lampiran 13. Hubungan pengetahuan dengan tindakan menggunakan

(18)

INTISARI

Dalam lima dekade terakhir pengobatan mandiri telah terbukti masih menjadi pilihan utama ketika sakit. Hal ini mengakibatkan pengobatan mandiri akan terus meningkat dimasa depan. Oleh karena itu, sangat penting bagi farmasis untuk lebih mengetahui tentang jenis obat yang digunakan masyarakat selain obat tanpa resep termasuk obat tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis obat (modern atau tradisional) dalam pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yaitu convenience sampling pada 109 orang responden. Data deskriptif diolah dalam bentuk presentase dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Fisher.

Hasil penelitian diperoleh pengetahuan mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengenai obat tradisional dan obat modern yaitu sebesar 79,8% memiliki pengetahuan yang sedang atau cukup. Nilai signifikansi yang didapat antara pengetahuan dan tindakan adalah 0,666 sedangkan nilai signifikansi yang didapat antara sikap dan tindakan yaitu 0,638. Artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri.

Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pemilihan obat, obat tradisional, obat modern, pengobatan mandiri

(19)

ABSTRACT

In the last five decade, self medication still becomes the first medication in healing. As the result, self-medication will always improve so it’s important for pharmacist to understand more about the drugs used by society besides a non prescription medicine such as traditional medicine this research aims to find out relation between knowledge and attitude about traditional medicine and modern medicine for self-medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.

This study employs non experimental research using questionnaire. The sampling used is convenience sampling with 109 respondents. Descriptive data processed in a form of percentage and it uses Kolmogorov-Smirnov test and Fisher test.

The result shows that the knowledge of Sanata Dharma University students about traditional medicine and modern medicine 79,8% students have fair knowledge. 11% of students have a good knowledge and 9,2% have a poor knowledge. The signification obtained between knowledge and action is 0,666 meanwhile the signification is 0,638. There is a do not significant relations between knowledge and attitudes of college students about traditional medicine and modern medicine with the drugs selection for the self-medication.

Keyword: knowledge, attitude, action, the selection of medicine, traditional medicine, modern

(20)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Dalam lima dekade terakhir pengobatan sendiri atau yang dikenal dengan

istilah swamedikasi telah terbukti masih menjadi pilihan utama pengobatan ketika

sakit. Data dari National Opinion Survey tahun 2003 menyebutkan bahwa 59%

masyarakat Amerika melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat

tanpa resep (Berardi, et al., 2006). Temuan yang lain, sekitar 80% masyarakat di

negara Inggris lebih memilih melakukan pengobatan sendiri dibanding pergi ke

professional care (PAGB, 2013). Sebagian besar masyarakat merasa nyaman

melakukan pengobatan sendiri karena dianggap mudah untuk dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari untuk mengatasi penyakit ringan. Hal ini mengakibatkan

pengobatan sendiri akan terus meningkat dimasa depan. Oleh karena, itu sangat

penting bagi farmasis untuk lebih mengetahui tentang jenis obat yang digunakan

masyarakat selain obat tanpa resep termasuk obat herbal dan suplemen (Berardi,

et al., 2006).

Menurut Suryawati (cit., Melita, 2008) sebagian besar masyarakat memilih

pengobatan sendiri untuk menanggulangi keluhannya karena di pandang dapat

lebih menghemat biaya dan waktu. Pengobatan mandiri dapat diartikan sebagai

pemilihan dan pengunaan obat-obatan oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan

penyakit ringan (minor illnesses), atau gejala yang sudah dikenali sendiri, tanpa

resep atau intervensi dokter. Pengobatan mandiri meliputi penggunaan obat

(21)

modern dalam hal ini dibatasi hanya obat bebas dan obat bebas terbatas yang

dapat di beli tanpa resep dokter (OTR) serta obat keras yang masuk dalam daftar

Obat Wajib Apotek yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter.

Di masyarakat terdapat berbagai macam pandangan tentang obat

tradisional maupun obat modern. Menurut Hakim (cit., Noviana, 2011) beberapa

sangat fanatik terhadap obat tradisional maupun yang tidak percaya terhadap obat

tradisional. Umumnya masyarakat yang tidak percaya terhadap obat tradisional,

karena dianggap tidak semanjur obat modern. Namun banyak juga masyarakat

yang fanatik terhadap obat tradisional karena mereka beranggapan obat tradisional

lebih manjur dan lebih aman jika dibanding obat kimiawi karena mempunyai efek

samping yang lebih rendah dari obat-obatan kimiawi Karena banyaknya jenis obat

yang beredar dipasaran, sehingga masyarakat juga harus lebih selektif lagi

memilih jenis obat yang lebih baik untuk penyakit yang dideritanya. Oleh karena

itu pengetahuan dan sikap merupakan bagian penting untuk membentuk suatu

tindakan, termasuk pemilihan jenis obat yang akan digunakan kelak.

Mahasiswa merupakan masyarakat yang sedang menjalani pendidikan

formal guna menjadi masyarakat yang lebih baik. Peran mahasiswa di masyarakat

yaitu sebagai sumber informasi dan memberikan contoh yang baik kepada

masyarakat sekitar. Mahasiswa juga memiliki peran sosial, dimana keberadaan

dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi

(22)

Pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa umumnya menggunakan obat

modern dan obat tradisional. Penelitian oleh Angkoso (2006) mengenai pola

pengobatan mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Kampus III Paingan, yaitu sebesar lebih dari 75% responden pria maupun wanita

melakukan penilaian sendiri terhadap kondisi tubuhnya dibandingkan langsung

pergi ke dokter. Berdasarkan penelitian tersebut 80% mahasiswa menggunakan

obat tanpa resep dibandingkan obat dengan resep dokter. Kemudian sebesar lebih

dari 70% mahasiswa menggunakan obat modern dan sebesar 20% menggunakan

obat tradisional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijadikan acuan untuk

dilakukan penelitian lagi tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

tindakan pemilihan obat dalam pengobatan mandiri.

Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk melihat hubungan

pengetahuan dan sikap terhadap tindakan dalam memilih antara obat tradisional

dan obat modern dalam pengobatan sendiri di kalangan mahasiswa Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

1. Permasalahan

Dari latar belakang di atas, permasalahan yang ingin dipecahkan adalah :

1. Seperti apa pengetahuan dan sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta mengenai obat tradisional dan modern?

2. Seperti apa pola dan alasan pengobatan mandiri yang dilakukan mahasiswa

(23)

3. Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai obat

tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada

pengobatan mandiri?

2. Keaslian penelitian

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang

pernah dipublikasikan antara lain sebagai berikut :

1. “Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Geriatri

di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta” (Noviana, 2011), menitikberatkan pada

perilaku penggunaan obat herbal dengan mengkaji pengetahuan dan alasan

pemilihan obat herbal pada pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan responden terhadap obat herbal

tergolong sedang sebesar 73% dengan alasan terbanyak memilih obat herbal

di bandingkan obat konvensional sebesar 34,85% dengan alasan karena efek

samping ringan (relatif aman).

2. Penelitian oleh Kurniawan (2008), yaitu “Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur

Kulit oleh Ibu-ibu Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini

lebih menfokuskan pada swamedikasi dalam pengatasan penyakit infeksi

jamur oleh ibu-ibu. Hasil dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan

bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan. Tidak terdapat

hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan dengan sikap. Tidak

(24)

swamedikasi dan Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat

pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi.

3. Penelitian oleh Handayani (2008), yaitu “Hubungan Tingkat Pendidikan dan

Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Common Cold

oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini

menfokuskan swamedikasi dalam pengatasan penyakit common cold oleh

ibu-ibu. Hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan bermakna antara tingkat

pendidikan dengan pengetahuan dan tindakan swamedikasi common cold,

namun tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan

sikap.

4. Penelitian oleh Vania (2009), yaitu ”Studi Tentang Pemahaman Mahasiswa

Fakultas Farmasi terhadap Obat Tradisional Kelompok Fitofarmaka, Obat

Herbal Terstandar, Jamu dan Obat Tradisional Non Registrasi di Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menfokuskan pada pemahaman

mahasiswa fakultas farmasi mengenai obat tradisional serta bagaimana

pemahaman mahasiswa yang belum dan telah menempuh mata kuliah

mengenai obat tradisional dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

obat tradisional oleh mahasiswa farmasi. Hasil penelitian yaitu 52% memiliki

pemahaman yang cukup dan mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah

mengenai obat tradisional lebih tinggi daripada yang belum menempuh mata

kuliah obat tradisional. Faktor yang mempengaruhi pemilihan Obat

tradisional yaitu adanya izin edar, adanya lambang pada kemasan dan

(25)

5. Penelitian oleh Angkoso (2006) yang berjudul “Pola Perilaku Pengobatan

Mandiri di antara Pria dan Wanita di Kalangan Mahasiswa Universitas

Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,

Yogyakarta”, lebih menitikberatkan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja

yang mendorong mahasiswa melakukan pengobatan mandiri. Hasil dari

penelitian ini adalah sebesar 52,03% responden pria menjawab karena hemat

biaya dan sebesar 36,59% untuk responden wanita.

Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Hubungan

Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern terhadap

Tindakan Pemilihan Pengobatan di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta”, belum pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Memberikan deskripsi tentang hubungan pengetah uan dan sikap terhadap

tindakan pemilihan obat oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma, terkait obat

tradisional dan obat modern dalam pengobatan mandiri.

b. Manfaat praktis

Sebagai gambaran bagi instansi terkait untuk mengembangkan upaya-

upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai obat

dalam konteks pengobatan mandiri.

Bagi para farmasis dapat sebagai sumber informasi dan pertimbangan

(26)

Bagi masyarakat terutama kalangan mahasiswa, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan gambaran dan informasi kepada masyarakat terutama dalam

melakukan pengobatan mandiri.

B. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan

sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis

obat (modern atau tradisional) untuk pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap mahasiswa Universitas Sanata

Dharma mengenai obat tradisional dan obat modern

b. Mengidentifikasi pola dan alasan pengobatan mandiri yang dilakukan

oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma

c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa

mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan

(27)

8 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self

medication). Pengobatan mandiri dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan

penggunaan obat, tidak semata-mata obat modern saja, tetapi juga obat tradisional,

obat herbal berstandar dan fitofarmaka oleh diri sendiri untuk mengobati penyakit

(WHO, 1998). Menurut Manurung (2010), pengobatan sendiri merupakan

tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif

mereka sendiri. Keuntungan pengobatan sendiri yaitu praktis, ekonomis, mudah

diperoleh, efisien, aman apabila digunakan sesuai petunjuk. Kerugiannya yaitu

kurangnya pengetahuan tentang obat dapat menimbulkan efek samping (tidak

mengetahui indikasi, tidak memperhatikan peringatan dan kontra indikasi obat)

salah diagnosa, salah memilih terapi. Pengobatan sendiri juga didefinisikan

sebagai upaya pengobatan yang mengacu pada kemampuan sendiri, tanpa

petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit

ringan dengan menggunakan obat modern maupun tradisional yang di ada rumah

atau membeli langsung ke toko obat atau apotek (Berardi, et.al., 2006).

Penelitian oleh Angkoso (2006) mengenai pola pengobatan mandiri yang

dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan, yaitu

sebesar lebih dari 75% responden pria maupun wanita melakukan penilaian

sendiri terhadap kondisi tubuhnya dibandingkan langsung pergi ke dokter.

(28)

dibandingkan obat dengan resep dokter. Kemudian sebesar lebih dari 70%

mahasiswa menggunakan obat modern dan sebesar 20% menggunakan obat

tradisional.

B. Penggunaan Obat dalam Pengobatan Sendiri 1. Obat

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam

pelayanan kesehatan. Obat menurut UU no. 36 tahun 2009 adalah: bahan atau

paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, peningkatan kesehatan dan

kontrasepsi, untuk manusia.

Dalam hal pengobatan mandiri dapat digunakan beberapa golongan obat

diantaranya obat tradisional, obat bebas dan obat bebas terbatas serta obat keras

yang masuk dalam daftar Obat Wajib Apotek (OWA) yang dapat diserahkan oleh

apoteker tanpa resep dokter (Departement of Health and Ageing, 2012).

a. Obat bebas

Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter.

Obat ini biasa menjadi pilihan saat ada kebutuhan untuk melakukan

pengobatan sendiri. Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas,

berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:

(29)

analgetik-antipiretik (seperti: parasetamol). Obat ini dapat dibeli bebas di

apotek, toko obat dan warung (DitJen Bina Kefarmasian, 2006).

Gambar. 1. Logo obat bebas

b. Obat bebas terbatas

Disebut daftar W, obat golongan ini masih termasuk obat keras

tapi dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan

lingkaran berwarna biru dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam. Pada

wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas terbatas. Obat-obatan yang

termasuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza,

obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam

(analgetik-antipiretik), obat kumur, obat tetes mata, anti muntah. Terdapat pula tanda

peringatan ”P” dalam labelnya. Label ”P” ada beberapa macam yaitu:

1. P.No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya. 2. P.No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan. 3. P.No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. 4. P.No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.

5. P.No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. 6. P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.

(DitJen Bina Kefarmasian, 2006).

(30)

c. Obat wajib apotek (OWA)

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/ MENKES/SK/VII /1990

OWA yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek kepada

pasien tanpa menggunakan resep dokter. Obat yang termasuk dalam OWA

ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam surat keputusan dilampiri dengan Daftar

Obat Wajib Apotek No. 1. Berdasarkan No.1176/MENKES/PER/X/1999 Jumlah

obat yang ditetapkan sebagai OWA bertambah menjadi Daftar Obat Wajib Apotek

No.2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/MENKES/PER/X/1999

dilampiri Daftar Obat Wajib Apotek No.3.

Pertimbangan kebijakan obat wajib apotik, yaitu :

a. Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional;

b. Bahwa peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional;

c. Bahwa oleh karena itu, peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri;

d. Bahwa untuk itu, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang obat keras yang dapat di serahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik.

(KepMenKes, 1990)

(31)

d. Obat tradisional

Dalam Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan

bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan

tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran

bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan

berdasarkan pengalaman dan dapat di terapkan sebagai norma yang berlaku di

masyarakat. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari

budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang

lalu sebelum dikenalnya pengobatan secara modern (Moeloek, 2005).

Adanya pandangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu aman, tidak

ada resiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. Tetapi dalam

kenyataannya beberapa jenis obat tradisional dan atau bahannya diketahui toksik,

baik sebagai bawaannya maupun akibat kandungan bahan asing yang berbahaya

atau tidak diizinkan seperti terkontaminasi bahan/mikroba berbahaya seperti

logam berat, mikroba patogen dan residu agrokimia (KepMenKes, 2007).

Pemerintah telah berupaya memperbaiki citra, mutu dan penampilan obat

tradisional dengan cara meningkatkan pengawasan kualitas dan khasiat melalui

prosedur registrasi. Sampai saat ini terdapat tiga macam obat teregistrasi yang

beredar yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Moeloek, 2005).

Penggunaan obat tradisional akan terus meningkat dari tahun ke tahun,

70%-95% di tiap negara di dunia menggunakan obat tradisional sebagai pilihan

utama ketika sakit. Obat tradisional telah digunakan seperti obat tanpa resep

(32)

Menurut Handayani dan Suharmiati (2002), sumber pembuat atau

memproduksi obat tradisional, dikelompokan menjadi tiga, yaitu :

1. Obat tradisional buatan sendiri

Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat

tradisional di Indonesia saat ini. Kemampuan untuk menyediakan ramuan

obat tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga

kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang

dialami oleh anggota keluarga. Sumber tanaman disediakan oleh

masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam

suatu lingkungan masyarakat.

2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu/herbalist

Penjual jamu gendong, peracik tradisional, tabib lokal dan sinshe,

termasuk penbuat jamu herbalist.

3. Obat tradisional buatan industri

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990,

Industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan

industri kecil obat tradisional. Dengan semakin maraknya obat tradisional,

tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat

tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan modern seperti

(33)

C. Perilaku Pengobatan Mandiri (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan

lingkungan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana

seseorang dapat merespon baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang

sakit yang ada pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan

sehubung dengan penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 1993). Karena itu

pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan

perilaku seseorang untuk mengatasi sakit yang dideritanya.

1. Pengetahuan

Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan seseorang

hingga menimbulkan persepsi terhadap suatu obyek. Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan suatu obyek. Sebagian

besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo,

1993). Pada dasarnya mahasiswa berumur sekitar 18-24 tahun, berada dalam masa

remaja akhir dan dewasa awal. Mahasiswa sudah mampu berpikir secara abstrak,

hipotesis dan kritis. Cara berpikir mahasiswa sudah memungkinkan mandiri

sehingga mampu mengambil keputusan di masa depan secara bertanggung jawab

(Nurhayati, 2011). Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelek yang memiliki

pengetahuan yang baik karena telah menempuh jenjang pendidikan yang lebih

tinggi (Ali dan Asrori, 2009). Pengetahuan mahasiswa dianggap baik karena tidak

(34)

dari pendidikan orang tua yang diperoleh secara turun-temurun dan melalui

teman-teman di sekitar (Sarwono, 1994).

Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai beberapa

tingkatan diantaranya, tahu (know) merupakan kegiatan mengingat sesuatu yang

telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling

rendah. Pengetahuan seseorang dapat dilihat dari cara orang tersebut

menyebutkan, menguraikan dan mendefinisikan hal-hal yang sudah dipelajari.

Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan menjelaskan dan

menginterpretasikan secara tepat tentang obyek yang diketahui. Seseorang

dikatakan paham apabila dapat menyebutkan dan menjelaskan contoh terhadap

obyek tersebut. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan menjabarkan materi

ke dalam komponen-komponen yang masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan

analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, menggambarkan, membedakan

dan sebagainya. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditentukan (Notoadmodjo, 1993).

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa

bagian. Pengetahuan dikatakan baik apabila skor akhir pengetahuan responden

>75%. Pengetahuan dikatakan cukup apabila skor akhir pengetahuan responden

berkisar antara 50-75%, sedangkan pengetahuan dikatakan kurang apabila skor

(35)

2. Sikap

Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan seseorang

untuk melakukan suatu tindakan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah

perasaan memihak (mendukung) atau tidak memihak (tidak mendukung) terhadap

obyek tersebut (Kotler, 1997). Sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan

untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

hanya merupakan predisposisi tindakan. Sikap masih merupakan reaksi tertutup,

sikap dapat diukur dengan cara memberikan pernyataan pada kondisi tertentu,

pendapat reponden tentang kondisi tersebut menggambarkan sikap responden

(Notoatmodjo, 1993).

3. Tindakan

Tindakan merupakan aksi yang telah dilakukan oleh seseorang. Seseorang

melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman

dan penafsiran suatu obyek tertentu. Tindakan individu dipengaruhi oleh tiga

sistem, seperti sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian masing-masing

individu (Sarwono, 1997). Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan recall

atau mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu

yang lalu (Notoatmodjo, 1993).

D. Landasan Teori

Pengobatan mandiri merupakan salah satu pilihan utama yang digunakan

mahasiswa untuk mengatasi penyakitnya. Sebagaimana diketahui bahwa

(36)

telah mampu mencapai tahap berpikir abstrak, rasional, hipotesis dan kritis.

Mahasiswa mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas dirinya.

Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelek yang telah memiliki pengetahuan yang

baik melalui banyak sumber, tidak hanya ilmu yang berasal dari dosen tetapi juga

dari pendidikan orang tua secara turun-temurun, lingkungan, dan teman-teman.

Pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai penggunaan obat tradisional maupun

obat modern dalam pengobatan mandiri merupakan suatu respon internal yang

telah ada dalam diri mahasiwa, sedangkan tindakan merupakan praktek yang

dilakukan oleh mahasiswa. Dalam proses pembentukan tindakan memilih obat,

dimulai dari pengetahuan mahasiswa mengenai obat tradisional atau obat modern,

selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Setelah tahap tersebut

dilalui akan berlanjut menimbulkan respon yang jauh lagi yaitu berupa tindakan.

Namun dalam kenyataannya, seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih

dahulu makna dari kondisi yang dialaminya, dengan kata lain, tindakan seseorang

tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap.

E. Hipotesis

1. H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan mengenai obat tradisional dan

obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di

kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

H1 = Ada hubungan antara pengetahuan mengenai obat tradisional dan obat

modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di

(37)

2. H0 = Tidak ada hubungan antara sikap mengenai obat tradisional dan obat

modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di

kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

H1 = Ada hubungan antara sikap mengenai obat tradisional dan obat modern

terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan

(38)

19

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah non eksperimental karena tidak memberikan

perlakuan atau intervensi pada responden penelitian (Basuki, 2006). Rancangan

penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian cross-sectional

merupakan studi yang pengambilan data yang dapat dilakukan selama jangka

waktu harian, mingguan, bulanan atau hanya sekali di kumpulkan dalam waktu

tertentu saja (Imron, 2010).

B. Variabel

1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap mengenai

obat tradisional dan obat modern di kalangan mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan obat

tradisional atau obat modern oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

C. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat modern dan obat tradisional yang

(39)

2. Sikap adalah kecenderungan atau keinginan mahasiswa Universitas Sanata

Dharma untuk memihak (sikap positif) atau tidak (sikap negatif) terhadap obat

tradisional maupun obat modern.

3. Tindakan adalah praktek yang telah dilakukan oleh responden terhadap

pemilihan obat tradisional maupun obat modern dalam pengobatan mandiri

baik untuk mengobati diri sendiri, keluarga, maupun teman.

4. Pengobatan mandiri merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengan

obat-obat sederhana atas inisiatif responden.

5. Obat modern dalam hal ini merupakan istilah untuk obat dengan bahan kimia

sintesis yang terdiri dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA

(obat wajib apotek).

6. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tumbuhan atau

hewan baik dari golongan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.

D. Subjek dan Kriteria Inklusi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, baik laki-laki maupun perempuan. Kriteria inklusi dalam penelitian

ini adalah mahasiswa yang tercatat sebagai mahasiswa aktif (tidak sedang cuti

kuliah) pada saat penelitian ini dilakukan dan bersedia berpartisipasi dalam

(40)

E. Populasi dan Besar Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif (tidak

sedang cuti kuliah) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, masing-masing

fakultas memiliki jumlah mahasiswa yang berbeda. Besar sampel yang digunakan

dihitung dengan menggunakan rumus baku dari Taro Yamane, yaitu jumlah

populasi yang telah diketahui dengan tingkat presisi sebesar 10%, dapat di hitung

dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Imron, 2010):

Rumus n = N _ Nd2 +1

Keterangan:

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d2 = presisi yang di tetapkan

.

Hasil perhitungan sampel diperoleh 109 responden dengan tingkat

kepercayaaan 90% dan dengan penambahan 10% untuk antisipasi tingkat

partisipasi sehingga perhitungan dilakukan sebagai berikut:

n = 11.254 = 99,11 11.254 x 0,12 + 1

= 99 responden

Drop out 10% = 99 + (99 x 10%) = 99 + 9,9

= 108,9 ≈ 109 responden

(41)

Tabel I. Perhitungan proporsi responden tiap fakultas

No. Fakultas Perhitungan Penambahan

10 % drop out

6. Pendidikan Bahasa Indonesia = 499 orang

(42)

Tabel I. Lanjutan

Pada perhitungan proporsi untuk setiap fakultas dengan penambahan 10%

untuk antisipasi tingkat partisipasi seharusnya dilakukan dengan menghitung dari

total yaitu 109 orang responden bukan dari 99 orang responden.

F. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan bulan Juli 2013 sampai Desember 2013 di Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling

atau yang dikenal dengan nama accidental sampling yaitu pemilihan sampel tanpa

adanya protokoler atau aturan tertentu (Imron, 2010). Dalam penelitian ini, subjek

penelitian adalah mahasiswa baik pria maupun wanita yang ditemui di lingkungan

(43)

Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perhitungan proporsi yang

telah ditetapkan sebelumnya. Data untuk perhitungan proporsi tiap fakultas

diperoleh melalui BAA tahun 2013. Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi

dan siang hari setelah jam kuliah pada bulan November sampai Desember 2013,

dilakukan di kampus III Paingan di lingkungan kelas Fakultas Farmasi dipilih 6

orang responden, JPMIPA dipilih 11 orang responden, Fakultas Psikologi dipilih

9 orang responden, Fakultas Sains Teknologi dipilih 13 orang responden. Di

kampus I dan II Mrican penyebaran kuesioner di lingkungan kelas Fakultas Sastra

dipilih 11 orang responden, Fakultas Ekonomi dipilih 15 orang responden, FKIP

dipilih 38 responden. Di kampus IV Kaliurang penyebaran kuesioner di

lingkungan kelas Fakultas Teologi dipilih 4 responden dan di kampus V Kota

Baru penyebaran kuesioner di lingkungan kelas program studi Ilmu Pendidikan

Agama Khatolik dan dipilih 2 orang responden.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner

merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang dipakai untuk mendapatkan

informasi dari responden. Kuesioner yang digunakan telah melalui uji validitas

dan reliabilitas.

I. Tahapan Penelitian

1. Studi pustaka

Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi pustaka, yaitu

(44)

dan obat tradisional dalam pengobatan mandiri, serta metodologi penelitian,

statistik dan perhitungan data yang diperlukan.

2. Penentuan lokasi penelitian

Lokasi penelitian yaitu seluruh kampus Universitas Sanata Dharma, yakni

kampus I dan II Mrican, kampus III Paingan, kampus IV Kaliurang, dan kampus

V Kota Baru. Hal ini dilakukan karena responden penelitian yang tersebar dalam

beberapa program studi pada masing-masing kampus.

3. Perijinan

Tahap perijinan dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian

pada populasi penelitian yaitu mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal

penelitian kepada Wakil Rektor I dengan tembusan dekan masing-masing fakultas

di lingkungan Universitas Sanata Dharma.

4. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan melalui BAK Kampus I Universitas

Sanata Dharma. Melalui bagian ini ditelusuri data mengenai populasi penelitian

yang meliputi daftar dan jumlah mahasiswa aktif masing-masing fakultas.

5. Pembuatan kuesioner

Proses pembuatan kuesioner terdiri dari 3 tahap, yaitu :

a. Penyusunan kuesioner

Kuesioner penelitian berisi 44 butir. Bagian pertama, nomor satu

sampai nomor 13 berisi pertanyaan screening terkait dengan informasi dan

(45)

mengukur pengetahuan responden, seperti: dosis, bentuk sediaan,

golongan obat, indikasi, aturan pakai, efek samping, kontra indikasi, serta

penggunaannya dalam pengobatan mandiri. Dalam pernyataan ini

digunakan skala nominal, responden cukup memilih jawaban antara “ya”,

“tidak”, atau “tidak tahu”. Untuk jawaban “ya” di beri nilai 1, sedangkan

untuk jawaban “tidak” dan “tidak tahu” diberi nilai 0 (Noor, 2011).

Tabel II. Distribusi pernyataan dalam kuesioner menggambarkan pengetahuan yang diukur

No Pengetahuan yang diukur Nomor pernyataan

1 Pengertian umum obat tradisional dan obat modern 14, 26

2 Bentuk sediaan 15, 31

9 Penggunaan dan tempat memperoleh obat 25, 30

Bagian ketiga yaitu memuat pernyataan terkait sikap. Pada bagian

sikap menggunakan skala Likert yang memuat alternatif jawaban

responden yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan

sangat tidak setuju (STS). Model seperti ini dipilih agar meniadakan

jawaban ragu-ragu. Dalam pemberian skor, setiap respon positif (S dan

SS) terhadap item favourabel akan diberi bobot yang lebih tinggi dari pada

respon negatif (TS dan STS). Sebaliknya, untuk item unfavourabel,

respon positif akan diberi skor lebih rendah daripada respon negatif

(Azwar, 2010). Demikian pula dengan pernyataan terkait tindakan,

(46)

jawaban “ya” di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban “tidak” diberi nilai

0 (Noor, 2011).

Bagian keempat yaitu mendeskripsikan karakteristik demografi

responden meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, fakultas,

uang saku perbulan.

Tabel III. Distribusi pernyataan dalam kuesioner

No. Item pada kuesioner Jumlah

1. Pertanyaan screening untuk melihat pola pengobatan mandiri 13

2. Pengetahuan 23

3. Sikap 4

4. Tindakan 4

Total 44

b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa

Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur dan suatu kuesioner

dikatakan sudah valid jika memenuhi unsur-unsur seperti akurasi, presisi,

dan peka (Noor, 2011). Uji yang digunakan adalah uji validitas isi (content

validity) dan uji validitas konstruks. Validitas konstruks dilakukan dengan

mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis

dalam literatur kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing

(judgment expert). Hal yang sama dilakukan pada uji validitas isi,

dilakukan analisis rasional terhadap pertanyaan yang telah disusun oleh

dosen yang berkompetensi. Uji ini dikenal dengan istilah professional

judgment (Sugiyono, 2006). Uji validitas isi dilakukan bersama dengan uji

pemahaman bahasa oleh dosen pembimbing dan beberapa dosen lain yang

(47)

digunakan dalam kuesioner cukup sederhana dan dapat dipahami oleh

responden.

c. Uji reliabilitas

Pengujian reliabilitas merupakan suatu tolak ukur yang digunakan

untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat dipercaya (konsisten) terhadap

hasil pengukuran jika dilakukan pengukuran dua kali atau berulang kali

terhadap kondisi yang sama. Jumlah responden yang digunakan untuk uji

coba kuesioner yaitu sedikitnya 30 orang (Noor, 2011).

Uji reliabilitas yang dilakukan secara ekternal dan internal. Secara

eksternal yaitu dengan test-retest, dalam hal ini kuesioner yang digunakan

sama, responden sama, namun waktunya yang bebeda. Secara internal

intrumen diuji dengan melihat koefisien korelasi. Dari data diperoleh hasil

koefisien korelasi positif dan signifikan. Instrumen dinyatakan reliabel jika

p ≥ 0,05 (Notoadmojo, 2010).

Tabel IV. Uji reliabilitas pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan Pearson Pruduct Moment

Pola Swamedikasi

Pengetahuan Sikap Tindakan

Pearson Correlation

Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.

Penyebaran kuesioner dilakukan pada tiap kampus, yaitu kampus I,

kampus II, kampus III, kampus IV dan Kampus V Universitas Sanata

Dharma selama bulan November sampai Desember 2013. Pengisian

(48)

sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. Selanjutnya, pengisian

kuesioner dilakukan sendiri oleh responden. Setelah pengisian kuesioner

selesai, responden diberikan edukasi melalui leaflet. Leaflet yang

diberikan kepada responden berisi informasi seperti definisi swamedikasi,

kapan swamedikasi boleh dilakukan, penggolongan obat-obat yang dapat

digunakan dalam swamedikasi, dan cara melakukan swamedikasi yang

aman dan rasional.

6. Analisis hasil

a. Editing (memeriksa data)

Kuesioner yang diperoleh dari responden dilakukan pengecekan

kembali seperti kelengkapan jawaban atau informasi terkait responden.

Jika ditemukan kuesioner yang jawaban atau informasi tidak lengkap maka

kuesioner tersebut di keluarkan (drop out) (Notoatmodjo, 2010).

b. Data coding

Setelah diperoleh jawaban dari responden, dilakukan pengkodean

data dengan cara scoring yaitu dengan cara memberikan skor pada

jawaban “Ya” , “Tidak”, dan “Tidak Tahu”. Pada penelitian ini setiap

jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0

(nol) sedangkan untuk kategori sikap yang menggunakan skala Likert.

Sikap responden diukur dengan memberikan nilai pada masing-masing

pernyataan yang terdiri dari pernyataan untuk menetukan sikap positif dan

sikap negatif. Pemberian nilai untuk pernyataan sikap positif yaitu jika

(49)

“setuju” diberi nilai 2, menjawab “tidak setuju” diberi nilai 1 dan yang

menjawab “sangat tidak setuju” diberi nilai 0. Sebaliknya, pemberian nilai

untuk pernyataan sikap negatif yaitu jika responden memilih jawaban

“sangat setuju” diberi nilai 0, menjawab “setuju” diberi nilai 1, menjawab

“tidak setuju” diberi nilai 2 dan yang menjawab “sangat tidak setuju”

diberi nilai 3 (Notoatmodjo, 2010).

c. Data entry

Pemindahan data dilakukan dengan mengisi atau memasukan data

yang telah selesai diberi kode kemudian diolah dengan program SPSS 16

(Imron, 2010).

d. Cleaning

Menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga dapat

dengan mudah dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik (Imron, 2010).

e. Uji normalitas

Sebelum dilakukan analisis untuk mencari korelasi, dilakukan uji

normalitas. Uji normalitas dilakukan guna mengetahui apakah data dalam

penelitian berdistribusi secara normal atau tidak, agar dapat ditentukan

metode uji hipotesis yang akan digunakan nantinya. Pada tahap ini uji

normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan

(50)

data yang diperoleh berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi

untuk sikap 0,001 dan tindakan 0,000 sehingga data yang diperoleh

berdistribusi tidak normal karena signifikansi p <0,05.

Tabel V. Uji normalitas pada variabel pengetahuan, sikap dan tindakan.

Variabel Z Sig. Keterangan

Pengetahuan 0,868 0,438 Normal

Sikap 1,905 0,001 Tidak normal

Tindakan 3,386 0,000 Tidak normal

Berdasarkan hasil yang diperoleh data terdistribusi secara tidak

normal maka metode analisis korelasi yang digunakan selanjutnya yaitu

metode analisis non-parametik Chi-Square.

J. Keterbatasan Penelitian

1. Dalam penelitian teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel

dilakukan secara non-random karena peneliti hanya merekrut mahasiswa yang

secara kebetulan ditemui dan dianggap cocok menjadi responden sehingga

penelitian ini tidak mewakili gambaran populasi mahasiswa Universitas

Sanata Dharma.

2. Penelitian ini berfokus mendeskripsikan bagaimana hubungan pengetahuan

dan sikap terhadap tindakan pemilihan obat, serta pola pengobatan mandiri

yang dilakukan mahasiswa Universitas Sanata Dharma, sehingga informasi

(51)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa aspek,

yaitu: jenis kelamin, usia, program studi dari setiap fakultas, dan uang saku

perbulan.

1. Jenis kelamin

Berdasarkan hasil yang diperoleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner yaitu sebesar

58% adalah perempuan dengan jumlah 63 orang dan sebesar 42% laki-laki

dengan jumlah 46 orang. Berardi, et al (2006) mengungkapkan bahwa perempuan

lebih sering melakukan pengobatan mandiri untuk mengatasi minor illness dengan

obat tanpa resep.

Gambar 4. Presentase responden laki-laki dan perempuan

2. Usia responden

Responden yang diteliti memiliki usia berkisar antara 17 tahun sampai 34

tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentang usia yang mengikuti

(52)

kemudian rentang usia 22-26 tahun dengan presentase 18,3% sebanyak 20 orang.

Rentang usia 27-34 tahun memiliki partisipasi paling sedikit yaitu sebesar 1%,

karena di kampus sulit ditemukan mahasiswa pada rentang usia ini dan

kebanyakan mereka jarang pergi ke kampus karena sedang menyelesaikan tugas

akhir.

Gambar 5. Presentase kelompok usia responden, N=109

3. Program studi responden dari setiap fakultas

Pada penelitian ini diperoleh data dari 109 mahasiswa diseluruh kampus

Universitas Sanata Dharma yang tersebar di Yogyakarta. Mahasiswa terbanyak

yaitu dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) sebesar 46,8% yang

terdiri dari beberapa program studi, diantaranya Pendidikan Matematika,

Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi, Bimbingan Konseling (BK), Pendidikan

Bahasa Inggris (PBI), Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah,

Pendidikan Ekonomi (PBSID), Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Sejarah, Ilmu

Pendidikan Agama Khatolik dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Sebesar 13,7% dari Fakultas Ekonomi yang terdiri dari dua program

(53)

memberi kontribusi sebesar 11,9% yang terdiri dari empat program studi yaitu

Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika, dan Matematika Murni.

Kemudian dari Fakultas Sastra sebanyak 10,1% yang terdiri atas tiga program

studi yaitu Sastra Inggris, Sastra Indonesia dan Ilmu Sejarah. Fakultas Psikologi

berkontribusi sebesar 8,3 %, Fakultas Farmasi 5,5% dan Fakultas teologi

sebesar 3,7%.

Gambar 6. Presentase responden pada masing-masing fakultas, N=109

4. Uang saku perbulan responden

(54)

Bedasarkan hasil yang diperoleh yaitu uang saku perbulan dengan

presentase terbesar yaitu 60,6% adalah antara Rp300.000,00-Rp1.000.000,00,

sebesar 18,3%, antara Rp1.000.000,00-Rp1.500.000,00, lalu sebesar 13,38%

responden dengan uang saku perbulan kurang dari Rp300.000,00. Kemudian

sebesar 5,5 % responden memiliki uang saku lebih dari Rp2.000.000,00 dan

presentase terendah sebesar 1,8% responden dengan uang saku antara

Rp1.500.000,00-Rp2.000.000,00.

Jumlah uang saku atau pendapatan yang diperoleh mahasiswa perbulan

menjadi faktor ekonomi yang bekaitan dengan tindakan pengobatan mandiri.

Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap persoalan kesehatan salah satunya

dalam melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit (Berardi, et al., 2006).

Semakin tingginya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan seperti biaya dokter atau rumah sakit menjadi pemicu masyarakat untuk

mencari pengobatan yang lebih murah yang relatif ringan (Djunarko, 2011).

B. Pengenalan Responden terhadap Pengobatan Mandiri

Gambar 8. Presentase pengetahuan responden tentang istilah swamedikasi, N=109

Sebanyak 109 responden penelitian sebesar 65,2% menjawab tidak pernah

(55)

pernah mendengar istilah swamedikasi. Dari 34,8% menyatakan bahwa sumber

informasi mengenai swamedikasi diperoleh dari teman/ saudara/ tetangga yaitu

sebanyak 11,9%. Kemudian sumber informasi dari media cetak/ elektronik

sebanyak 11%, perbedaan yang sangat tipis. Sebanyak 4,4% sumber informasi

diperoleh dari tenaga kesehatan (kesehatan masyarakat/ahli gizi), sebanyak 2%

dari dokter/ dokter gigi/ apoteker/ perawat/ bidan. Sebagian kecil responden

menambah sumber informasi yang membantu mereka yaitu sebanyak 3,7%

diperoleh pada saat perkuliahan, 0,9% dari dosen, dan 0,9% dari komunitas anak.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya

oleh Kartika (2010) yang menyatakan bahwa responden umumnya banyak

menerima informasi berdasarkan iklan di media cetak/ elektronik. Promosi obat

bebas dan obat tradisional yang gencar dilakukan oleh pihak produsen diberbagai

media cetak maupun elektronik membuat masyarakat harus lebih bijaksana dalam

memilih obat yang tepat untuk penyakitnya.

Gambar 9. Presentase sumber informasi yang diperoleh responden mengenai swamedikasi

Pengobatan mandiri atau swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan

(56)

tradisional oleh diri sendiri untuk mengobati penyakit (WHO, 1998). Mengacu

pada definisi WHO tersebut, arti penting swamedikasi menurut responden yaitu

diperoleh hasil sebesar 78% responden memilih jawaban “a” yaitu, “Upaya

pengobatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk mengatasi

keluhan sakit yang dialaminya”. Sebanyak 15,6% responden memilih jawaban “b”

yaitu, “Tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas

inisiatif mereka sendiri”. Sebesar 6,4% menjawab tidak tahu “c”.

Gambar 10. Presentase pendapat responden mengenai pengobatan mandiri, N=109

Menurut World Health Organization (1998) penggunaan obat untuk

swamedikasi dapat menggunakan obat bebas/ obat bebas terbatas atau obat

tradisional. Berdasarkan hasil penelitian saat melakukan swamedikasi 57,8%

responden cenderung memilih “c” , “Keduanya, yaitu: obat tradisional dan obat

bebas/ obat bebas terbatas (obat dengan bahan kimia). Kemudian sebesar 26,6%

responden yang memilih jawaban “a”, yaitu “Obat tradisional, misalnya: jamu

gendong, jamu dalam bentuk tablet dan jamu berbentuk cair dalam bentuk

sachet”. Lalu sebesar 15,6% responden memilih jawaban “b” ,yaitu “obat bebas/

(57)

Gambar 11. Presentase kecenderungan pemilihan obat oleh responden untuk swamedikasi

Swamedikasi memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu.

Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu pasti pernah melakukan

swamedikasi untuk diri sendiri, teman, maupun keluarga. Penelitian ini ingin

mengetahui seberapa sering responden melakukan swamedikasi dalam satu bulan

terakhir. Rentang waktu yang diberikan hanya satu bulan yang bertujuan

memberikan batasan waktu agar mempermudah responden dalam mengingat dan

untuk menghindari bias. Kemudian sebesar 54,1% (59 responden) menjawab tidak

pernah melakukan pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir. Kemudian

sebesar 45,9% (50 responden) yang menjawab pernah melakukan pengobatan

mandiri.

(58)

Pengobatan mandiri dapat dilakukan kepada siapa saja yang sedang

membutuhkan pengobatan. Dari hasil penelitian menunjukkan sebesar 70% (35

orang) melakukan pengobatan untuk diri sendiri, lalu 28% (14 orang) untuk

keluarga, 20% (10 orang) untuk teman.

Tabel VI. Swamedikasi untuk diri sendiri, keluarga dan teman

No. Yang melakukan swamedikasi Jumlah (n=50) Presentase (%)

1 Diri sendiri 35 70%

2 Keluarga 14 28%

3 Teman 10 20%

Total 69* 118%*

Ket: * responden boleh memilih lebih dari satu jawaban pada kuesioner

Pengobatan mandiri bertujuan untuk pengobatan penyakit ringan (minor

illnesses), atau gejala yang sudah dikenali sendiri, tanpa resep atau intervensi

dokter. Berikut adalah distribusi berbagai jenis penyakit yang diatasi responden

dengan swamedikasi.

Tabel VII. Penyakit yang diatasi dengan pengobatan mandiri

No. Penyakit Jumlah (n=50) Presentase (%)

Gambar

Gambar. 1.
Tabel I.  Perhitungan  proporsi responden tiap fakultas
Tabel I.  Lanjutan
Tabel III. Distribusi pernyataan dalam kuesioner
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan ibu-ibu (responden) tentang penggunaan obat pencahar sebagai

Obat Merupakan zat yang dikonsumsi tubuh untuk menghilangkan penyakit. Obat yang beredar di masyarakat ada dua jenis yakni obat modern dan obat tradisional. Obat tradisional

Penelitian ini dimungkinkan untuk di kaji lebih dalam lagi mengenai alasan tindakan penggunaan obat dan perilaku pengobatan dengan metode wawancara terbuka serta

Mendapatkan gambaran mengenai pola penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri di kalangan masyarakat Desa Dieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa

Sikap responden dalam penelitian ini dapat dilihat dari bagaimana pendapat atau penilaian responden terhadap penggunaan obat tradisional untuk pengobatan mandiri,

Diagram use case dalam Paket Login 41 Gambar 3.4 Diagram use case dalam Paket RekamMedis 42 Gambar 3.5 Diagram use case dalam Paket Pemilihan Obat 42 Gambar 3.6 Diagram

Laporan hasil penelitian dengan judul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Penggunaan Obat Pencahar Sebagai Obat Pelangsing di Kalangan Ibu- ibu di Kota

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden di pondok pesantren tradisional dan modern mengenai kesehatan reproduksi dan menstruasi terkait dengan kebebasan