OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Eva Cristiana
NIM : 108114144
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Eva Cristiana
NIM : 108114144
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
Pengesahan Skripsi Berjudul
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN TERHADAP TINDAKAN PEMILIHAN
OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Oleh :
Eva Cristiana
NIM : 108114144
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal : ...
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
iv
PERSEMBAHAN
“Pelaut Hebat tidak akan lahir di laut yang tenang
Orang-orang hebat tidak akan lahir di situasi tanpa
tantangan dan cobaan”
(Jamil Azzaini)
“jika anda menjumpai jalan hidup yang tidak mempunyai
hambatan, mungkin
saja anda tidak menuju kemanapun”
(Frank A. Clark)
“Janganlah
kamu khawatir tentang apapun, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginan kepada Allah
dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur”.
(Filifi 4: 6)
Kupersembahkan karya kecilku ini untuk:
Jesus Christ
Papah dan Mamah tercinta
Keluarga besar dan Teman-temanku
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Eva Cristiana
Nomor Mahasiswa : 108114144
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP MENGENAI OBAT TRADISIONAL DAN OBAT MODERN TERHADAP TINDAKAN PEMILIHAN OBAT PADA PENGOBATAN MANDIRI DI
KALANGAN MAHASISWA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, mempublikasikannya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 10 September 2014
Yang menyatakan,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 10 September 2014
Penulis
Eva Cristiana
vii
PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa atas segala berkat dan kasih karunia-Nya dalam penelitian dan
penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap
Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern terhadap Tindakan Pemilihan
Obat pada Pengobatan Mandiri Di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta” sehingga dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
waktu. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, banyak kendala yang dihadapi
penulis. Akan tetapi, di tengah kesulitan tersebut penulis mendapat dukungan,
bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing atas
kebijaksanaan, perhatian, kesabaran serta waktu, tenaga, dan pikiran
dalam membimbing penyusunan skripsi ini.
2. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan
viii
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan
skripsi ini.
4. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi
Farmasi sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.
5. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, Apt atas perhatian, pengarahan,
masukan, kritik, saran, dan kesabarannya dalam membimbing
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan fakultas farmasi yang telah
mendukung dan memberikan ilmu kefarmasian serta membentu dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
7. Papah dan mamah tercinta yang selalu memberikan cinta dan kasih
sayang yang tak terhingga.
8. Sahabat-sahabat ku sejak SMA Rina, Vina, Nata, Topo, Tya yang
selalu memberikan semangat dan dukungannya.
9. Antonius Yuberto yang selalu memberikan semangat, motivasi dan
perhatian dari awal hingga skripsi ini dapat selesai.
10.Teman-teman angkatan 2010, khususnya FKK B dan FSM D 2010
11. Teman-teman terkasih yang telah membantu: Titie, Tari, There,
Mirsha, Anna Pransiska. Teman-teman kost putri Wisma Ananda,
ix
Terima kasih atas dukungan dan kebersamaan yang telah dilewati
bersama-sama.
12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah membantu dan memberikan dukungan dalam penelitian ini .
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis menerima segala ktitik dan saran yang bersifat membangun demi
sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan informasi kepada pembaca.
Yogyakarta, 10 September 2014
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN………... ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI………. ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PRAKATA ... vii
B. Penggunaan Obat dalam Pengobatan Sendiri ... 9
1. Obat ... 9
a. Obat bebas ... 9
b. Obat bebas terbatas ... 10
c. Obat wajib apotek (OWA) ... 11
d. Obat tradisional ... 12
xi
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Subjek Penelitian ... 20
E. Populasi dan Besar Sampel ... 21
2. Penentuan lokasi penelitian ... 25
3. Perijinan ... 25
4. Penelusuran data populasi ... 25
5. Pembuatan kuesioner ... 25
a. Penyusunan kuesioner ... 25
b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa ... 27
c. Uji reliabilitas ... 28
J. Keterbatasan Penelitian ... 31
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32
A. Karakteristik Responden ... 32
1. Jenis kelamin ... 32
2. Usia responden ... 32
3. Program studi responden dari setiap fakultas ... 33
xii
B. Pengenalan Responden terhadap Pengobatan Mandiri ... 35
C. Pengetahuan Responden terhadap Obat Tradisional dan Obat Modern ... 44
1. Pengertian responden mengenai obat tradisional ... 45
2. Pengetahuan responden mengenai bentuk sediaan obat tradisional ... 46
3. Pengetahuan responden mengenai dosis obat tradisional ... 47
4. Pengetahuan responden mengenai penggolongan obat tradisional ... 48
5. Pengetahuan responden mengenai logo jamu ... 49
6. Pengetahuan responden mengenai logo obat herbal terstandar . 50 7. Pengetahuan responden mengenai logo fitofarmaka ... 51
8. Pengetahuan responden mengenai indikasi obat tradisional ... 52
9. Pengetahuan responden mengenai aturan pakai obat tradisional 53
10.Pengetahuan responden mengenai efek samping obat tradisional ... 54
11.Pengetahuan responden mengenai kontraindikasi obat tradisional ... 55
12.Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat tradisional dalam pengobatan mandiri ... 56
13.Pengetahuan responden mengenai penggolongan obat moderen (obat dengan bahan kimia) ... 57
14.Pengetahuan responden mengenai logo obat bebas ... 58
15.Pengetahuan responden mengenai logo obat keras ... 59
16.Pengetahuan responden mengenai logo obat bebas terbatas ... 60
17.Pengetahuan responden tentang dimana mendapatkan obat bebas/ bebas terbatas ... 61
18.Pengetahuan responden mengenai bentuk sediaan obat bebas/ bebas terbatas ... 61
19.Pengetahuan responden mengenai dosis obat bebas/ bebas terbatas ... 62
20.Pengetahuan responden mengenai indikasi obat bebas/ bebas terbatas ... 63
21.Pengetahuan responden mengenai aturan pakai obat bebas/ bebas terbatas ... 64
22.Pengetahuan responden mengenai efek samping obat bebas/ bebas terbatas ... 65
23.Pengetahuan responden mengenai penggunaan obat bebas/ bebas terbatas dalam pengobatan mandiri ... 66
xiii
E. Tindakan Responden terhadap Obat Tradisional dan Obat Moderen 70 F. Hubungan Pengetahuan dan Sikap terhadap Tindakan Responden
dalam Pemilihan Obat Tradisional dan Obat Moderen ... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... 79
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Logo obat bebas ... 10
Gambar 2. Logo obat bebas terbatas ... 10
Gambar 3. Logo obat keras ... 11
Gambar 4. Presentase responden laki-laki dan perempuan... 32
Gambar 5. Presentase kelompok usia responden ... 33
Gambar 6. Presentase responden pada masing-masing fakultas ... 34
Gambar 7. Presentase uang saku perbulan responden ... 34
Gambar 8. Presentase pengetaahuan responden mengenai istilah swamedikasi ... 35
Gambar 9. Presentase sumber informasi yang diperoleh responden mengenai swamedikasi ... 36
Gambar 10. Presentase pendapat responden mengenai swamedikasi ... 37
Gambar 11. Presentase kecenderungan pemilihan obat oleh responden untuk swamedikasi ... 38
Gambar 12. Frekuensi melakukan swamedikasi dalam 1 bulan terakhir 38 Gambar 13. Presentase jenis obat yang digunakan responden dalam melakukan swamedikasi ... 40
Gambar 14. Logo obat jamu ... 49
Gambar 15. Logo obat obat herbal terstandar ... 50
Gambar 16. Logo fitofarmaka ... 52
Gambar 17. Logo obat bebas ... 58
Gambar 18. Logo obat keras ... 59
xv
DAFTAR TABEL
Tabel I. Perhitungan proporsi responden tiap fakultas ... 22
Tabel II. Distribusi pernyataan dalam kuesioner menggambarkan pengetahuan yang diukur ... 26
Tabel III. Distribusi pernyataan dalam kuesioner ... 27
Tabel IV. Uji reliabilitas menggunakan Pearson Pruduct Moment ... 28
Tabel V. Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov ... 31
Tabel VI. Swamedikasi untuk diri sendiri, keluarga dan teman ... 39
Tabel VII. Penyakit yang diatasi dengan pengobatan mandiri ... 39
Tabel VIII.Daftar obat yang digunakan responden ... 40
Tabel IX.Tempat responden mendapatkan obat untuk swamedikasi ... 42
Tabel X. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat ... 43
Tabel XI. Alasan melakukan pengobatan mandiri ... 43
Tabel XII. Presentase jawaban responden mengenai obat modern dan Obat tradisional ... 44
Tabel XIII. Presentase kategori pengetahuan responden ... 67
Tabel XIV. Persentase kategori pengetahuan berdasarkan fakultas ... 68
Tabel XV. Distribusi sikap responden terhadap obat tradisional... 68
Tabel XVI. Distribusi sikap responden terhadap obat modern ... 69
Tabel XVII. Distribusi tindakan responden dalam menggunakan obat tradisional ketika sakit ... 70
Tabel XVIII. Distribusi tindakan responden dalam menggunakan obat modern ketika sakit ... 70
Tabel XIX. Hubungan pengetahuan dengan tindakan pemilihan obat menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ... 71
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin penelitian di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta ... 80
Lampiran 2. Informed Consent responden ... 81
Lampiran 3. Kuesioner penelitian ... 83
Lampiran 4. Leaflet yang diberikan untuk responden sebagai edukasi .. 93
Lampiran 5. Uji reliabilitas dengan Pearson Pruduct Moment ... 94
Lampiran 6. Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov ... 96
Lampiran 7. Data demografi responden ... 97
Lampiran 8. Jawaban responden mengenai pola pengobatan mandiri.... 100
Lampiran 9. Frekuensi dan presentase pengetahuan responden ... 108
Lampiran 10. Frekuensi dan presentase sikap responden ... 114
Lampiran 11. Frekuensi dan presentase tindakan responden ... 117
Lampiran 12. Hubungan pengetahuan dengan tindakan menggunakan
uji Chi-Square dan Kolmogorov-Smirnov ... 118
Lampiran 13. Hubungan pengetahuan dengan tindakan menggunakan
INTISARI
Dalam lima dekade terakhir pengobatan mandiri telah terbukti masih menjadi pilihan utama ketika sakit. Hal ini mengakibatkan pengobatan mandiri akan terus meningkat dimasa depan. Oleh karena itu, sangat penting bagi farmasis untuk lebih mengetahui tentang jenis obat yang digunakan masyarakat selain obat tanpa resep termasuk obat tradisional. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis obat (modern atau tradisional) dalam pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel yaitu convenience sampling pada 109 orang responden. Data deskriptif diolah dalam bentuk presentase dan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji Fisher.
Hasil penelitian diperoleh pengetahuan mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengenai obat tradisional dan obat modern yaitu sebesar 79,8% memiliki pengetahuan yang sedang atau cukup. Nilai signifikansi yang didapat antara pengetahuan dan tindakan adalah 0,666 sedangkan nilai signifikansi yang didapat antara sikap dan tindakan yaitu 0,638. Artinya bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai obat tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri.
Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pemilihan obat, obat tradisional, obat modern, pengobatan mandiri
ABSTRACT
In the last five decade, self medication still becomes the first medication in healing. As the result, self-medication will always improve so it’s important for pharmacist to understand more about the drugs used by society besides a non prescription medicine such as traditional medicine this research aims to find out relation between knowledge and attitude about traditional medicine and modern medicine for self-medication among students in Sanata Dharma University Yogyakarta.
This study employs non experimental research using questionnaire. The sampling used is convenience sampling with 109 respondents. Descriptive data processed in a form of percentage and it uses Kolmogorov-Smirnov test and Fisher test.
The result shows that the knowledge of Sanata Dharma University students about traditional medicine and modern medicine 79,8% students have fair knowledge. 11% of students have a good knowledge and 9,2% have a poor knowledge. The signification obtained between knowledge and action is 0,666 meanwhile the signification is 0,638. There is a do not significant relations between knowledge and attitudes of college students about traditional medicine and modern medicine with the drugs selection for the self-medication.
Keyword: knowledge, attitude, action, the selection of medicine, traditional medicine, modern
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Dalam lima dekade terakhir pengobatan sendiri atau yang dikenal dengan
istilah swamedikasi telah terbukti masih menjadi pilihan utama pengobatan ketika
sakit. Data dari National Opinion Survey tahun 2003 menyebutkan bahwa 59%
masyarakat Amerika melakukan pengobatan sendiri dengan menggunakan obat
tanpa resep (Berardi, et al., 2006). Temuan yang lain, sekitar 80% masyarakat di
negara Inggris lebih memilih melakukan pengobatan sendiri dibanding pergi ke
professional care (PAGB, 2013). Sebagian besar masyarakat merasa nyaman
melakukan pengobatan sendiri karena dianggap mudah untuk dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari untuk mengatasi penyakit ringan. Hal ini mengakibatkan
pengobatan sendiri akan terus meningkat dimasa depan. Oleh karena, itu sangat
penting bagi farmasis untuk lebih mengetahui tentang jenis obat yang digunakan
masyarakat selain obat tanpa resep termasuk obat herbal dan suplemen (Berardi,
et al., 2006).
Menurut Suryawati (cit., Melita, 2008) sebagian besar masyarakat memilih
pengobatan sendiri untuk menanggulangi keluhannya karena di pandang dapat
lebih menghemat biaya dan waktu. Pengobatan mandiri dapat diartikan sebagai
pemilihan dan pengunaan obat-obatan oleh masyarakat untuk tujuan pengobatan
penyakit ringan (minor illnesses), atau gejala yang sudah dikenali sendiri, tanpa
resep atau intervensi dokter. Pengobatan mandiri meliputi penggunaan obat
modern dalam hal ini dibatasi hanya obat bebas dan obat bebas terbatas yang
dapat di beli tanpa resep dokter (OTR) serta obat keras yang masuk dalam daftar
Obat Wajib Apotek yang dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep dokter.
Di masyarakat terdapat berbagai macam pandangan tentang obat
tradisional maupun obat modern. Menurut Hakim (cit., Noviana, 2011) beberapa
sangat fanatik terhadap obat tradisional maupun yang tidak percaya terhadap obat
tradisional. Umumnya masyarakat yang tidak percaya terhadap obat tradisional,
karena dianggap tidak semanjur obat modern. Namun banyak juga masyarakat
yang fanatik terhadap obat tradisional karena mereka beranggapan obat tradisional
lebih manjur dan lebih aman jika dibanding obat kimiawi karena mempunyai efek
samping yang lebih rendah dari obat-obatan kimiawi Karena banyaknya jenis obat
yang beredar dipasaran, sehingga masyarakat juga harus lebih selektif lagi
memilih jenis obat yang lebih baik untuk penyakit yang dideritanya. Oleh karena
itu pengetahuan dan sikap merupakan bagian penting untuk membentuk suatu
tindakan, termasuk pemilihan jenis obat yang akan digunakan kelak.
Mahasiswa merupakan masyarakat yang sedang menjalani pendidikan
formal guna menjadi masyarakat yang lebih baik. Peran mahasiswa di masyarakat
yaitu sebagai sumber informasi dan memberikan contoh yang baik kepada
masyarakat sekitar. Mahasiswa juga memiliki peran sosial, dimana keberadaan
dan segala perbuatannya tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri tetapi juga bagi
Pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa umumnya menggunakan obat
modern dan obat tradisional. Penelitian oleh Angkoso (2006) mengenai pola
pengobatan mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Kampus III Paingan, yaitu sebesar lebih dari 75% responden pria maupun wanita
melakukan penilaian sendiri terhadap kondisi tubuhnya dibandingkan langsung
pergi ke dokter. Berdasarkan penelitian tersebut 80% mahasiswa menggunakan
obat tanpa resep dibandingkan obat dengan resep dokter. Kemudian sebesar lebih
dari 70% mahasiswa menggunakan obat modern dan sebesar 20% menggunakan
obat tradisional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dijadikan acuan untuk
dilakukan penelitian lagi tentang hubungan pengetahuan dan sikap terhadap
tindakan pemilihan obat dalam pengobatan mandiri.
Penelitian ini menarik untuk diteliti karena untuk melihat hubungan
pengetahuan dan sikap terhadap tindakan dalam memilih antara obat tradisional
dan obat modern dalam pengobatan sendiri di kalangan mahasiswa Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
1. Permasalahan
Dari latar belakang di atas, permasalahan yang ingin dipecahkan adalah :
1. Seperti apa pengetahuan dan sikap mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta mengenai obat tradisional dan modern?
2. Seperti apa pola dan alasan pengobatan mandiri yang dilakukan mahasiswa
3. Adakah hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai obat
tradisional dan obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada
pengobatan mandiri?
2. Keaslian penelitian
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengobatan mandiri yang
pernah dipublikasikan antara lain sebagai berikut :
1. “Kajian Pengetahuan dan Alasan Pemilihan Obat Herbal Pada Pasien Geriatri
di RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta” (Noviana, 2011), menitikberatkan pada
perilaku penggunaan obat herbal dengan mengkaji pengetahuan dan alasan
pemilihan obat herbal pada pasien geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.
Hasil dari penelitian ini yaitu pengetahuan responden terhadap obat herbal
tergolong sedang sebesar 73% dengan alasan terbanyak memilih obat herbal
di bandingkan obat konvensional sebesar 34,85% dengan alasan karena efek
samping ringan (relatif aman).
2. Penelitian oleh Kurniawan (2008), yaitu “Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Infeksi Jamur
Kulit oleh Ibu-ibu Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini
lebih menfokuskan pada swamedikasi dalam pengatasan penyakit infeksi
jamur oleh ibu-ibu. Hasil dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dengan dengan sikap. Tidak
swamedikasi dan Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat
pendapatan dengan pengetahuan, sikap dan tindakan swamedikasi.
3. Penelitian oleh Handayani (2008), yaitu “Hubungan Tingkat Pendidikan dan
Tingkat Pendapatan dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Common Cold
oleh Ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Penelitian ini
menfokuskan swamedikasi dalam pengatasan penyakit common cold oleh
ibu-ibu. Hasil dari penelitian ini yaitu ada hubungan bermakna antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan dan tindakan swamedikasi common cold,
namun tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan
sikap.
4. Penelitian oleh Vania (2009), yaitu ”Studi Tentang Pemahaman Mahasiswa
Fakultas Farmasi terhadap Obat Tradisional Kelompok Fitofarmaka, Obat
Herbal Terstandar, Jamu dan Obat Tradisional Non Registrasi di Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menfokuskan pada pemahaman
mahasiswa fakultas farmasi mengenai obat tradisional serta bagaimana
pemahaman mahasiswa yang belum dan telah menempuh mata kuliah
mengenai obat tradisional dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
obat tradisional oleh mahasiswa farmasi. Hasil penelitian yaitu 52% memiliki
pemahaman yang cukup dan mahasiswa yang telah menempuh mata kuliah
mengenai obat tradisional lebih tinggi daripada yang belum menempuh mata
kuliah obat tradisional. Faktor yang mempengaruhi pemilihan Obat
tradisional yaitu adanya izin edar, adanya lambang pada kemasan dan
5. Penelitian oleh Angkoso (2006) yang berjudul “Pola Perilaku Pengobatan
Mandiri di antara Pria dan Wanita di Kalangan Mahasiswa Universitas
Sanata Dharma, Kampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta”, lebih menitikberatkan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mendorong mahasiswa melakukan pengobatan mandiri. Hasil dari
penelitian ini adalah sebesar 52,03% responden pria menjawab karena hemat
biaya dan sebesar 36,59% untuk responden wanita.
Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai “Hubungan
Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat Tradisional dan Obat Modern terhadap
Tindakan Pemilihan Pengobatan di Kalangan Mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta”, belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis
Memberikan deskripsi tentang hubungan pengetah uan dan sikap terhadap
tindakan pemilihan obat oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma, terkait obat
tradisional dan obat modern dalam pengobatan mandiri.
b. Manfaat praktis
Sebagai gambaran bagi instansi terkait untuk mengembangkan upaya-
upaya lebih lanjut untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai obat
dalam konteks pengobatan mandiri.
Bagi para farmasis dapat sebagai sumber informasi dan pertimbangan
Bagi masyarakat terutama kalangan mahasiswa, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran dan informasi kepada masyarakat terutama dalam
melakukan pengobatan mandiri.
B. Tujuan penelitian 1. Tujuan umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan jenis
obat (modern atau tradisional) untuk pengobatan mandiri di kalangan mahasiswa
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Tujuan khusus
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengidentifikasi pengetahuan dan sikap mahasiswa Universitas Sanata
Dharma mengenai obat tradisional dan obat modern
b. Mengidentifikasi pola dan alasan pengobatan mandiri yang dilakukan
oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma
c. Mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap mahasiswa
mengenai obat tradisional dan obat modern dengan tindakan pemilihan
8 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A. Pengobatan Mandiri
Pengobatan mandiri sering juga disebut dengan swamedikasi (self
medication). Pengobatan mandiri dapat didefinisikan sebagai pemilihan dan
penggunaan obat, tidak semata-mata obat modern saja, tetapi juga obat tradisional,
obat herbal berstandar dan fitofarmaka oleh diri sendiri untuk mengobati penyakit
(WHO, 1998). Menurut Manurung (2010), pengobatan sendiri merupakan
tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas inisiatif
mereka sendiri. Keuntungan pengobatan sendiri yaitu praktis, ekonomis, mudah
diperoleh, efisien, aman apabila digunakan sesuai petunjuk. Kerugiannya yaitu
kurangnya pengetahuan tentang obat dapat menimbulkan efek samping (tidak
mengetahui indikasi, tidak memperhatikan peringatan dan kontra indikasi obat)
salah diagnosa, salah memilih terapi. Pengobatan sendiri juga didefinisikan
sebagai upaya pengobatan yang mengacu pada kemampuan sendiri, tanpa
petunjuk dokter atau tenaga medis, untuk mengatasi sakit atau keluhan penyakit
ringan dengan menggunakan obat modern maupun tradisional yang di ada rumah
atau membeli langsung ke toko obat atau apotek (Berardi, et.al., 2006).
Penelitian oleh Angkoso (2006) mengenai pola pengobatan mandiri yang
dilakukan oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma Kampus III Paingan, yaitu
sebesar lebih dari 75% responden pria maupun wanita melakukan penilaian
sendiri terhadap kondisi tubuhnya dibandingkan langsung pergi ke dokter.
dibandingkan obat dengan resep dokter. Kemudian sebesar lebih dari 70%
mahasiswa menggunakan obat modern dan sebesar 20% menggunakan obat
tradisional.
B. Penggunaan Obat dalam Pengobatan Sendiri 1. Obat
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam
pelayanan kesehatan. Obat menurut UU no. 36 tahun 2009 adalah: bahan atau
paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki
sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan dan pemulihan, peningkatan kesehatan dan
kontrasepsi, untuk manusia.
Dalam hal pengobatan mandiri dapat digunakan beberapa golongan obat
diantaranya obat tradisional, obat bebas dan obat bebas terbatas serta obat keras
yang masuk dalam daftar Obat Wajib Apotek (OWA) yang dapat diserahkan oleh
apoteker tanpa resep dokter (Departement of Health and Ageing, 2012).
a. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter.
Obat ini biasa menjadi pilihan saat ada kebutuhan untuk melakukan
pengobatan sendiri. Pada wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas,
berupa lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh:
analgetik-antipiretik (seperti: parasetamol). Obat ini dapat dibeli bebas di
apotek, toko obat dan warung (DitJen Bina Kefarmasian, 2006).
Gambar. 1. Logo obat bebas
b. Obat bebas terbatas
Disebut daftar W, obat golongan ini masih termasuk obat keras
tapi dapat dibeli tanpa resep dokter. Obat bebas terbatas ditandai dengan
lingkaran berwarna biru dengan garis tepi lingkaran berwarna hitam. Pada
wadah obat terdapat tanda khusus obat bebas terbatas. Obat-obatan yang
termasuk ke dalam golongan ini antara lain obat batuk, obat influenza,
obat penghilang rasa sakit dan penurun panas pada saat demam
(analgetik-antipiretik), obat kumur, obat tetes mata, anti muntah. Terdapat pula tanda
peringatan ”P” dalam labelnya. Label ”P” ada beberapa macam yaitu:
1. P.No. 1: Awas! Obat Keras. Bacalah aturan pemakaiannya. 2. P.No. 2: Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur jangan ditelan. 3. P.No. 3: Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan. 4. P.No. 4: Awas! Obat Keras. Hanya untuk dibakar.
5. P.No. 5: Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan. 6. P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan.
(DitJen Bina Kefarmasian, 2006).
c. Obat wajib apotek (OWA)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 347/ MENKES/SK/VII /1990
OWA yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh apoteker di apotek kepada
pasien tanpa menggunakan resep dokter. Obat yang termasuk dalam OWA
ditetapkan oleh Menteri Kesehatan dalam surat keputusan dilampiri dengan Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1. Berdasarkan No.1176/MENKES/PER/X/1999 Jumlah
obat yang ditetapkan sebagai OWA bertambah menjadi Daftar Obat Wajib Apotek
No.2. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1176/MENKES/PER/X/1999
dilampiri Daftar Obat Wajib Apotek No.3.
Pertimbangan kebijakan obat wajib apotik, yaitu :
a. Bahwa untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong dirinya sendiri guna mengatasi masalah kesehatan dirasa perlu ditunjang dengan sarana yang dapat meningkatkan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional;
b. Bahwa peningkatan pengobatan sendiri secara tepat, aman, dan rasional dapat dicapai melalui peningkatan penyediaan obat yang dibutuhkan untuk pengobatan sendiri sekaligus menjamin penggunaan obat secara tepat, aman dan rasional;
c. Bahwa oleh karena itu, peran apoteker di apotik dalam pelayanan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri;
d. Bahwa untuk itu, perlu ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan tentang obat keras yang dapat di serahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotik.
(KepMenKes, 1990)
d. Obat tradisional
Dalam Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan menyebutkan
bahwa obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman dan dapat di terapkan sebagai norma yang berlaku di
masyarakat. Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari
budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang
lalu sebelum dikenalnya pengobatan secara modern (Moeloek, 2005).
Adanya pandangan yang keliru bahwa obat tradisional selalu aman, tidak
ada resiko bahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen. Tetapi dalam
kenyataannya beberapa jenis obat tradisional dan atau bahannya diketahui toksik,
baik sebagai bawaannya maupun akibat kandungan bahan asing yang berbahaya
atau tidak diizinkan seperti terkontaminasi bahan/mikroba berbahaya seperti
logam berat, mikroba patogen dan residu agrokimia (KepMenKes, 2007).
Pemerintah telah berupaya memperbaiki citra, mutu dan penampilan obat
tradisional dengan cara meningkatkan pengawasan kualitas dan khasiat melalui
prosedur registrasi. Sampai saat ini terdapat tiga macam obat teregistrasi yang
beredar yaitu jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (Moeloek, 2005).
Penggunaan obat tradisional akan terus meningkat dari tahun ke tahun,
70%-95% di tiap negara di dunia menggunakan obat tradisional sebagai pilihan
utama ketika sakit. Obat tradisional telah digunakan seperti obat tanpa resep
Menurut Handayani dan Suharmiati (2002), sumber pembuat atau
memproduksi obat tradisional, dikelompokan menjadi tiga, yaitu :
1. Obat tradisional buatan sendiri
Obat tradisional jenis ini merupakan akar dari pengembangan obat
tradisional di Indonesia saat ini. Kemampuan untuk menyediakan ramuan
obat tradisional yang lebih mengarah kepada self care untuk menjaga
kesehatan anggota keluarga serta penanganan penyakit ringan yang
dialami oleh anggota keluarga. Sumber tanaman disediakan oleh
masyarakat sendiri, baik secara individu, keluarga, maupun kolektif dalam
suatu lingkungan masyarakat.
2. Obat tradisional berasal dari pembuat jamu/herbalist
Penjual jamu gendong, peracik tradisional, tabib lokal dan sinshe,
termasuk penbuat jamu herbalist.
3. Obat tradisional buatan industri
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.246/Menkes/Per/V/1990,
Industri obat tradisional digolongkan menjadi industri obat tradisional dan
industri kecil obat tradisional. Dengan semakin maraknya obat tradisional,
tampaknya industri farmasi mulai tertarik untuk memproduksi obat
tradisional. Tetapi, pada umumnya yang berbentuk sediaan modern seperti
C. Perilaku Pengobatan Mandiri (Pengetahuan, Sikap dan Tindakan)
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap
stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan
lingkungan. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana
seseorang dapat merespon baik secara pasif (mengetahui dan bersikap tentang
sakit yang ada pada dirinya) maupun aktif berupa tindakan yang dilakukan
sehubung dengan penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 1993). Karena itu
pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki peran penting dalam menentukan
perilaku seseorang untuk mengatasi sakit yang dideritanya.
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan seseorang
hingga menimbulkan persepsi terhadap suatu obyek. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu setelah seseorang melakukan pengindraan suatu obyek. Sebagian
besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo,
1993). Pada dasarnya mahasiswa berumur sekitar 18-24 tahun, berada dalam masa
remaja akhir dan dewasa awal. Mahasiswa sudah mampu berpikir secara abstrak,
hipotesis dan kritis. Cara berpikir mahasiswa sudah memungkinkan mandiri
sehingga mampu mengambil keputusan di masa depan secara bertanggung jawab
(Nurhayati, 2011). Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelek yang memiliki
pengetahuan yang baik karena telah menempuh jenjang pendidikan yang lebih
tinggi (Ali dan Asrori, 2009). Pengetahuan mahasiswa dianggap baik karena tidak
dari pendidikan orang tua yang diperoleh secara turun-temurun dan melalui
teman-teman di sekitar (Sarwono, 1994).
Pengetahuan tercakup dalam domain kognitif mempunyai beberapa
tingkatan diantaranya, tahu (know) merupakan kegiatan mengingat sesuatu yang
telah dipelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
rendah. Pengetahuan seseorang dapat dilihat dari cara orang tersebut
menyebutkan, menguraikan dan mendefinisikan hal-hal yang sudah dipelajari.
Memahami (Comprehension) merupakan suatu kemampuan menjelaskan dan
menginterpretasikan secara tepat tentang obyek yang diketahui. Seseorang
dikatakan paham apabila dapat menyebutkan dan menjelaskan contoh terhadap
obyek tersebut. Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan menjabarkan materi
ke dalam komponen-komponen yang masih berkaitan satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, menggambarkan, membedakan
dan sebagainya. Evaluasi (Evaluation) adalah kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek berdasarkan kriteria-kriteria yang telah
ditentukan (Notoadmodjo, 1993).
Tingkat pengetahuan seseorang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
bagian. Pengetahuan dikatakan baik apabila skor akhir pengetahuan responden
>75%. Pengetahuan dikatakan cukup apabila skor akhir pengetahuan responden
berkisar antara 50-75%, sedangkan pengetahuan dikatakan kurang apabila skor
2. Sikap
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional dan kecenderungan seseorang
untuk melakukan suatu tindakan. Sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah
perasaan memihak (mendukung) atau tidak memihak (tidak mendukung) terhadap
obyek tersebut (Kotler, 1997). Sikap merupakan suatu kesiapan atau kesediaan
untuk bertindak. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi
hanya merupakan predisposisi tindakan. Sikap masih merupakan reaksi tertutup,
sikap dapat diukur dengan cara memberikan pernyataan pada kondisi tertentu,
pendapat reponden tentang kondisi tersebut menggambarkan sikap responden
(Notoatmodjo, 1993).
3. Tindakan
Tindakan merupakan aksi yang telah dilakukan oleh seseorang. Seseorang
melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman
dan penafsiran suatu obyek tertentu. Tindakan individu dipengaruhi oleh tiga
sistem, seperti sistem sosial, sistem budaya dan sistem kepribadian masing-masing
individu (Sarwono, 1997). Pengukuran tindakan dapat dilakukan dengan recall
atau mengingat kembali kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa waktu
yang lalu (Notoatmodjo, 1993).
D. Landasan Teori
Pengobatan mandiri merupakan salah satu pilihan utama yang digunakan
mahasiswa untuk mengatasi penyakitnya. Sebagaimana diketahui bahwa
telah mampu mencapai tahap berpikir abstrak, rasional, hipotesis dan kritis.
Mahasiswa mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas dirinya.
Mahasiswa dianggap sebagai kaum intelek yang telah memiliki pengetahuan yang
baik melalui banyak sumber, tidak hanya ilmu yang berasal dari dosen tetapi juga
dari pendidikan orang tua secara turun-temurun, lingkungan, dan teman-teman.
Pengetahuan dan sikap mahasiswa mengenai penggunaan obat tradisional maupun
obat modern dalam pengobatan mandiri merupakan suatu respon internal yang
telah ada dalam diri mahasiwa, sedangkan tindakan merupakan praktek yang
dilakukan oleh mahasiswa. Dalam proses pembentukan tindakan memilih obat,
dimulai dari pengetahuan mahasiswa mengenai obat tradisional atau obat modern,
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Setelah tahap tersebut
dilalui akan berlanjut menimbulkan respon yang jauh lagi yaitu berupa tindakan.
Namun dalam kenyataannya, seseorang dapat bertindak tanpa mengetahui terlebih
dahulu makna dari kondisi yang dialaminya, dengan kata lain, tindakan seseorang
tidak harus didasari oleh pengetahuan dan sikap.
E. Hipotesis
1. H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan mengenai obat tradisional dan
obat modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di
kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
H1 = Ada hubungan antara pengetahuan mengenai obat tradisional dan obat
modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di
2. H0 = Tidak ada hubungan antara sikap mengenai obat tradisional dan obat
modern terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di
kalangan mahasiswa Universitas Sanata Dharma.
H1 = Ada hubungan antara sikap mengenai obat tradisional dan obat modern
terhadap tindakan pemilihan obat pada pengobatan mandiri di kalangan
19
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah non eksperimental karena tidak memberikan
perlakuan atau intervensi pada responden penelitian (Basuki, 2006). Rancangan
penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Penelitian cross-sectional
merupakan studi yang pengambilan data yang dapat dilakukan selama jangka
waktu harian, mingguan, bulanan atau hanya sekali di kumpulkan dalam waktu
tertentu saja (Imron, 2010).
B. Variabel
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap mengenai
obat tradisional dan obat modern di kalangan mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah tindakan pemilihan obat
tradisional atau obat modern oleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
C. Definisi Operasional
1. Pengetahuan adalah informasi mengenai obat modern dan obat tradisional yang
2. Sikap adalah kecenderungan atau keinginan mahasiswa Universitas Sanata
Dharma untuk memihak (sikap positif) atau tidak (sikap negatif) terhadap obat
tradisional maupun obat modern.
3. Tindakan adalah praktek yang telah dilakukan oleh responden terhadap
pemilihan obat tradisional maupun obat modern dalam pengobatan mandiri
baik untuk mengobati diri sendiri, keluarga, maupun teman.
4. Pengobatan mandiri merupakan tindakan mengobati diri sendiri dengan
obat-obat sederhana atas inisiatif responden.
5. Obat modern dalam hal ini merupakan istilah untuk obat dengan bahan kimia
sintesis yang terdiri dari golongan obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA
(obat wajib apotek).
6. Obat tradisional merupakan obat yang berasal dari bagian tumbuhan atau
hewan baik dari golongan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
D. Subjek dan Kriteria Inklusi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta, baik laki-laki maupun perempuan. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah mahasiswa yang tercatat sebagai mahasiswa aktif (tidak sedang cuti
kuliah) pada saat penelitian ini dilakukan dan bersedia berpartisipasi dalam
E. Populasi dan Besar Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif (tidak
sedang cuti kuliah) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, masing-masing
fakultas memiliki jumlah mahasiswa yang berbeda. Besar sampel yang digunakan
dihitung dengan menggunakan rumus baku dari Taro Yamane, yaitu jumlah
populasi yang telah diketahui dengan tingkat presisi sebesar 10%, dapat di hitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Imron, 2010):
Rumus n = N _ Nd2 +1
Keterangan:
n = jumlah sampel N = jumlah populasi
d2 = presisi yang di tetapkan
.
Hasil perhitungan sampel diperoleh 109 responden dengan tingkat
kepercayaaan 90% dan dengan penambahan 10% untuk antisipasi tingkat
partisipasi sehingga perhitungan dilakukan sebagai berikut:
n = 11.254 = 99,11 11.254 x 0,12 + 1
= 99 responden
Drop out 10% = 99 + (99 x 10%) = 99 + 9,9
= 108,9 ≈ 109 responden
Tabel I. Perhitungan proporsi responden tiap fakultas
No. Fakultas Perhitungan Penambahan
10 % drop out
6. Pendidikan Bahasa Indonesia = 499 orang
Tabel I. Lanjutan
Pada perhitungan proporsi untuk setiap fakultas dengan penambahan 10%
untuk antisipasi tingkat partisipasi seharusnya dilakukan dengan menghitung dari
total yaitu 109 orang responden bukan dari 99 orang responden.
F. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan bulan Juli 2013 sampai Desember 2013 di Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
G. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah convenience sampling
atau yang dikenal dengan nama accidental sampling yaitu pemilihan sampel tanpa
adanya protokoler atau aturan tertentu (Imron, 2010). Dalam penelitian ini, subjek
penelitian adalah mahasiswa baik pria maupun wanita yang ditemui di lingkungan
Pengambilan sampel dilakukan berdasarkan perhitungan proporsi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Data untuk perhitungan proporsi tiap fakultas
diperoleh melalui BAA tahun 2013. Penyebaran kuesioner dilakukan pada pagi
dan siang hari setelah jam kuliah pada bulan November sampai Desember 2013,
dilakukan di kampus III Paingan di lingkungan kelas Fakultas Farmasi dipilih 6
orang responden, JPMIPA dipilih 11 orang responden, Fakultas Psikologi dipilih
9 orang responden, Fakultas Sains Teknologi dipilih 13 orang responden. Di
kampus I dan II Mrican penyebaran kuesioner di lingkungan kelas Fakultas Sastra
dipilih 11 orang responden, Fakultas Ekonomi dipilih 15 orang responden, FKIP
dipilih 38 responden. Di kampus IV Kaliurang penyebaran kuesioner di
lingkungan kelas Fakultas Teologi dipilih 4 responden dan di kampus V Kota
Baru penyebaran kuesioner di lingkungan kelas program studi Ilmu Pendidikan
Agama Khatolik dan dipilih 2 orang responden.
H. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang dipakai untuk mendapatkan
informasi dari responden. Kuesioner yang digunakan telah melalui uji validitas
dan reliabilitas.
I. Tahapan Penelitian
1. Studi pustaka
Sebelum penelitian dimulai dilakukan dengan studi pustaka, yaitu
dan obat tradisional dalam pengobatan mandiri, serta metodologi penelitian,
statistik dan perhitungan data yang diperlukan.
2. Penentuan lokasi penelitian
Lokasi penelitian yaitu seluruh kampus Universitas Sanata Dharma, yakni
kampus I dan II Mrican, kampus III Paingan, kampus IV Kaliurang, dan kampus
V Kota Baru. Hal ini dilakukan karena responden penelitian yang tersebar dalam
beberapa program studi pada masing-masing kampus.
3. Perijinan
Tahap perijinan dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian
pada populasi penelitian yaitu mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal
penelitian kepada Wakil Rektor I dengan tembusan dekan masing-masing fakultas
di lingkungan Universitas Sanata Dharma.
4. Penelusuran data populasi
Penelusuran data populasi dilakukan melalui BAK Kampus I Universitas
Sanata Dharma. Melalui bagian ini ditelusuri data mengenai populasi penelitian
yang meliputi daftar dan jumlah mahasiswa aktif masing-masing fakultas.
5. Pembuatan kuesioner
Proses pembuatan kuesioner terdiri dari 3 tahap, yaitu :
a. Penyusunan kuesioner
Kuesioner penelitian berisi 44 butir. Bagian pertama, nomor satu
sampai nomor 13 berisi pertanyaan screening terkait dengan informasi dan
mengukur pengetahuan responden, seperti: dosis, bentuk sediaan,
golongan obat, indikasi, aturan pakai, efek samping, kontra indikasi, serta
penggunaannya dalam pengobatan mandiri. Dalam pernyataan ini
digunakan skala nominal, responden cukup memilih jawaban antara “ya”,
“tidak”, atau “tidak tahu”. Untuk jawaban “ya” di beri nilai 1, sedangkan
untuk jawaban “tidak” dan “tidak tahu” diberi nilai 0 (Noor, 2011).
Tabel II. Distribusi pernyataan dalam kuesioner menggambarkan pengetahuan yang diukur
No Pengetahuan yang diukur Nomor pernyataan
1 Pengertian umum obat tradisional dan obat modern 14, 26
2 Bentuk sediaan 15, 31
9 Penggunaan dan tempat memperoleh obat 25, 30
Bagian ketiga yaitu memuat pernyataan terkait sikap. Pada bagian
sikap menggunakan skala Likert yang memuat alternatif jawaban
responden yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan
sangat tidak setuju (STS). Model seperti ini dipilih agar meniadakan
jawaban ragu-ragu. Dalam pemberian skor, setiap respon positif (S dan
SS) terhadap item favourabel akan diberi bobot yang lebih tinggi dari pada
respon negatif (TS dan STS). Sebaliknya, untuk item unfavourabel,
respon positif akan diberi skor lebih rendah daripada respon negatif
(Azwar, 2010). Demikian pula dengan pernyataan terkait tindakan,
jawaban “ya” di beri nilai 1, sedangkan untuk jawaban “tidak” diberi nilai
0 (Noor, 2011).
Bagian keempat yaitu mendeskripsikan karakteristik demografi
responden meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, fakultas,
uang saku perbulan.
Tabel III. Distribusi pernyataan dalam kuesioner
No. Item pada kuesioner Jumlah
1. Pertanyaan screening untuk melihat pola pengobatan mandiri 13
2. Pengetahuan 23
3. Sikap 4
4. Tindakan 4
Total 44
b. Uji validitas dan uji pemahaman bahasa
Validitas digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur dan suatu kuesioner
dikatakan sudah valid jika memenuhi unsur-unsur seperti akurasi, presisi,
dan peka (Noor, 2011). Uji yang digunakan adalah uji validitas isi (content
validity) dan uji validitas konstruks. Validitas konstruks dilakukan dengan
mencari definisi konsep yang dikemukakan oleh para ahli yang tertulis
dalam literatur kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing
(judgment expert). Hal yang sama dilakukan pada uji validitas isi,
dilakukan analisis rasional terhadap pertanyaan yang telah disusun oleh
dosen yang berkompetensi. Uji ini dikenal dengan istilah professional
judgment (Sugiyono, 2006). Uji validitas isi dilakukan bersama dengan uji
pemahaman bahasa oleh dosen pembimbing dan beberapa dosen lain yang
digunakan dalam kuesioner cukup sederhana dan dapat dipahami oleh
responden.
c. Uji reliabilitas
Pengujian reliabilitas merupakan suatu tolak ukur yang digunakan
untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat dipercaya (konsisten) terhadap
hasil pengukuran jika dilakukan pengukuran dua kali atau berulang kali
terhadap kondisi yang sama. Jumlah responden yang digunakan untuk uji
coba kuesioner yaitu sedikitnya 30 orang (Noor, 2011).
Uji reliabilitas yang dilakukan secara ekternal dan internal. Secara
eksternal yaitu dengan test-retest, dalam hal ini kuesioner yang digunakan
sama, responden sama, namun waktunya yang bebeda. Secara internal
intrumen diuji dengan melihat koefisien korelasi. Dari data diperoleh hasil
koefisien korelasi positif dan signifikan. Instrumen dinyatakan reliabel jika
p ≥ 0,05 (Notoadmojo, 2010).
Tabel IV. Uji reliabilitas pengetahuan, sikap dan tindakan menggunakan Pearson Pruduct Moment
Pola Swamedikasi
Pengetahuan Sikap Tindakan
Pearson Correlation
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner.
Penyebaran kuesioner dilakukan pada tiap kampus, yaitu kampus I,
kampus II, kampus III, kampus IV dan Kampus V Universitas Sanata
Dharma selama bulan November sampai Desember 2013. Pengisian
sebagai tanda persetujuan mengikuti penelitian. Selanjutnya, pengisian
kuesioner dilakukan sendiri oleh responden. Setelah pengisian kuesioner
selesai, responden diberikan edukasi melalui leaflet. Leaflet yang
diberikan kepada responden berisi informasi seperti definisi swamedikasi,
kapan swamedikasi boleh dilakukan, penggolongan obat-obat yang dapat
digunakan dalam swamedikasi, dan cara melakukan swamedikasi yang
aman dan rasional.
6. Analisis hasil
a. Editing (memeriksa data)
Kuesioner yang diperoleh dari responden dilakukan pengecekan
kembali seperti kelengkapan jawaban atau informasi terkait responden.
Jika ditemukan kuesioner yang jawaban atau informasi tidak lengkap maka
kuesioner tersebut di keluarkan (drop out) (Notoatmodjo, 2010).
b. Data coding
Setelah diperoleh jawaban dari responden, dilakukan pengkodean
data dengan cara scoring yaitu dengan cara memberikan skor pada
jawaban “Ya” , “Tidak”, dan “Tidak Tahu”. Pada penelitian ini setiap
jawaban benar diberi skor 1 (satu) dan jawaban yang salah diberi skor 0
(nol) sedangkan untuk kategori sikap yang menggunakan skala Likert.
Sikap responden diukur dengan memberikan nilai pada masing-masing
pernyataan yang terdiri dari pernyataan untuk menetukan sikap positif dan
sikap negatif. Pemberian nilai untuk pernyataan sikap positif yaitu jika
“setuju” diberi nilai 2, menjawab “tidak setuju” diberi nilai 1 dan yang
menjawab “sangat tidak setuju” diberi nilai 0. Sebaliknya, pemberian nilai
untuk pernyataan sikap negatif yaitu jika responden memilih jawaban
“sangat setuju” diberi nilai 0, menjawab “setuju” diberi nilai 1, menjawab
“tidak setuju” diberi nilai 2 dan yang menjawab “sangat tidak setuju”
diberi nilai 3 (Notoatmodjo, 2010).
c. Data entry
Pemindahan data dilakukan dengan mengisi atau memasukan data
yang telah selesai diberi kode kemudian diolah dengan program SPSS 16
(Imron, 2010).
d. Cleaning
Menyusun dan mengorganisir data sedemikian rupa sehingga dapat
dengan mudah dilakukan penjumlahan, disusun dan disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik (Imron, 2010).
e. Uji normalitas
Sebelum dilakukan analisis untuk mencari korelasi, dilakukan uji
normalitas. Uji normalitas dilakukan guna mengetahui apakah data dalam
penelitian berdistribusi secara normal atau tidak, agar dapat ditentukan
metode uji hipotesis yang akan digunakan nantinya. Pada tahap ini uji
normalitas menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan
data yang diperoleh berdistribusi normal, sedangkan nilai signifikansi
untuk sikap 0,001 dan tindakan 0,000 sehingga data yang diperoleh
berdistribusi tidak normal karena signifikansi p <0,05.
Tabel V. Uji normalitas pada variabel pengetahuan, sikap dan tindakan.
Variabel Z Sig. Keterangan
Pengetahuan 0,868 0,438 Normal
Sikap 1,905 0,001 Tidak normal
Tindakan 3,386 0,000 Tidak normal
Berdasarkan hasil yang diperoleh data terdistribusi secara tidak
normal maka metode analisis korelasi yang digunakan selanjutnya yaitu
metode analisis non-parametik Chi-Square.
J. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam penelitian teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
dilakukan secara non-random karena peneliti hanya merekrut mahasiswa yang
secara kebetulan ditemui dan dianggap cocok menjadi responden sehingga
penelitian ini tidak mewakili gambaran populasi mahasiswa Universitas
Sanata Dharma.
2. Penelitian ini berfokus mendeskripsikan bagaimana hubungan pengetahuan
dan sikap terhadap tindakan pemilihan obat, serta pola pengobatan mandiri
yang dilakukan mahasiswa Universitas Sanata Dharma, sehingga informasi
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari beberapa aspek,
yaitu: jenis kelamin, usia, program studi dari setiap fakultas, dan uang saku
perbulan.
1. Jenis kelamin
Berdasarkan hasil yang diperoleh mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang bersedia menjadi responden dan mengisi kuesioner yaitu sebesar
58% adalah perempuan dengan jumlah 63 orang dan sebesar 42% laki-laki
dengan jumlah 46 orang. Berardi, et al (2006) mengungkapkan bahwa perempuan
lebih sering melakukan pengobatan mandiri untuk mengatasi minor illness dengan
obat tanpa resep.
Gambar 4. Presentase responden laki-laki dan perempuan
2. Usia responden
Responden yang diteliti memiliki usia berkisar antara 17 tahun sampai 34
tahun. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rentang usia yang mengikuti
kemudian rentang usia 22-26 tahun dengan presentase 18,3% sebanyak 20 orang.
Rentang usia 27-34 tahun memiliki partisipasi paling sedikit yaitu sebesar 1%,
karena di kampus sulit ditemukan mahasiswa pada rentang usia ini dan
kebanyakan mereka jarang pergi ke kampus karena sedang menyelesaikan tugas
akhir.
Gambar 5. Presentase kelompok usia responden, N=109
3. Program studi responden dari setiap fakultas
Pada penelitian ini diperoleh data dari 109 mahasiswa diseluruh kampus
Universitas Sanata Dharma yang tersebar di Yogyakarta. Mahasiswa terbanyak
yaitu dari Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan (FKIP) sebesar 46,8% yang
terdiri dari beberapa program studi, diantaranya Pendidikan Matematika,
Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi, Bimbingan Konseling (BK), Pendidikan
Bahasa Inggris (PBI), Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah,
Pendidikan Ekonomi (PBSID), Pendidikan Akuntansi, Pendidikan Sejarah, Ilmu
Pendidikan Agama Khatolik dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Sebesar 13,7% dari Fakultas Ekonomi yang terdiri dari dua program
memberi kontribusi sebesar 11,9% yang terdiri dari empat program studi yaitu
Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Informatika, dan Matematika Murni.
Kemudian dari Fakultas Sastra sebanyak 10,1% yang terdiri atas tiga program
studi yaitu Sastra Inggris, Sastra Indonesia dan Ilmu Sejarah. Fakultas Psikologi
berkontribusi sebesar 8,3 %, Fakultas Farmasi 5,5% dan Fakultas teologi
sebesar 3,7%.
Gambar 6. Presentase responden pada masing-masing fakultas, N=109
4. Uang saku perbulan responden
Bedasarkan hasil yang diperoleh yaitu uang saku perbulan dengan
presentase terbesar yaitu 60,6% adalah antara Rp300.000,00-Rp1.000.000,00,
sebesar 18,3%, antara Rp1.000.000,00-Rp1.500.000,00, lalu sebesar 13,38%
responden dengan uang saku perbulan kurang dari Rp300.000,00. Kemudian
sebesar 5,5 % responden memiliki uang saku lebih dari Rp2.000.000,00 dan
presentase terendah sebesar 1,8% responden dengan uang saku antara
Rp1.500.000,00-Rp2.000.000,00.
Jumlah uang saku atau pendapatan yang diperoleh mahasiswa perbulan
menjadi faktor ekonomi yang bekaitan dengan tindakan pengobatan mandiri.
Faktor ekonomi sangat berpengaruh terhadap persoalan kesehatan salah satunya
dalam melakukan swamedikasi untuk mengatasi penyakit (Berardi, et al., 2006).
Semakin tingginya biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan seperti biaya dokter atau rumah sakit menjadi pemicu masyarakat untuk
mencari pengobatan yang lebih murah yang relatif ringan (Djunarko, 2011).
B. Pengenalan Responden terhadap Pengobatan Mandiri
Gambar 8. Presentase pengetahuan responden tentang istilah swamedikasi, N=109
Sebanyak 109 responden penelitian sebesar 65,2% menjawab tidak pernah
pernah mendengar istilah swamedikasi. Dari 34,8% menyatakan bahwa sumber
informasi mengenai swamedikasi diperoleh dari teman/ saudara/ tetangga yaitu
sebanyak 11,9%. Kemudian sumber informasi dari media cetak/ elektronik
sebanyak 11%, perbedaan yang sangat tipis. Sebanyak 4,4% sumber informasi
diperoleh dari tenaga kesehatan (kesehatan masyarakat/ahli gizi), sebanyak 2%
dari dokter/ dokter gigi/ apoteker/ perawat/ bidan. Sebagian kecil responden
menambah sumber informasi yang membantu mereka yaitu sebanyak 3,7%
diperoleh pada saat perkuliahan, 0,9% dari dosen, dan 0,9% dari komunitas anak.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya
oleh Kartika (2010) yang menyatakan bahwa responden umumnya banyak
menerima informasi berdasarkan iklan di media cetak/ elektronik. Promosi obat
bebas dan obat tradisional yang gencar dilakukan oleh pihak produsen diberbagai
media cetak maupun elektronik membuat masyarakat harus lebih bijaksana dalam
memilih obat yang tepat untuk penyakitnya.
Gambar 9. Presentase sumber informasi yang diperoleh responden mengenai swamedikasi
Pengobatan mandiri atau swamedikasi didefinisikan sebagai pemilihan
tradisional oleh diri sendiri untuk mengobati penyakit (WHO, 1998). Mengacu
pada definisi WHO tersebut, arti penting swamedikasi menurut responden yaitu
diperoleh hasil sebesar 78% responden memilih jawaban “a” yaitu, “Upaya
pengobatan yang dilakukan oleh seseorang tanpa bantuan dokter untuk mengatasi
keluhan sakit yang dialaminya”. Sebanyak 15,6% responden memilih jawaban “b”
yaitu, “Tindakan penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter oleh masyarakat atas
inisiatif mereka sendiri”. Sebesar 6,4% menjawab tidak tahu “c”.
Gambar 10. Presentase pendapat responden mengenai pengobatan mandiri, N=109
Menurut World Health Organization (1998) penggunaan obat untuk
swamedikasi dapat menggunakan obat bebas/ obat bebas terbatas atau obat
tradisional. Berdasarkan hasil penelitian saat melakukan swamedikasi 57,8%
responden cenderung memilih “c” , “Keduanya, yaitu: obat tradisional dan obat
bebas/ obat bebas terbatas (obat dengan bahan kimia). Kemudian sebesar 26,6%
responden yang memilih jawaban “a”, yaitu “Obat tradisional, misalnya: jamu
gendong, jamu dalam bentuk tablet dan jamu berbentuk cair dalam bentuk
sachet”. Lalu sebesar 15,6% responden memilih jawaban “b” ,yaitu “obat bebas/
Gambar 11. Presentase kecenderungan pemilihan obat oleh responden untuk swamedikasi
Swamedikasi memiliki kecenderungan meningkat dari waktu ke waktu.
Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa setiap individu pasti pernah melakukan
swamedikasi untuk diri sendiri, teman, maupun keluarga. Penelitian ini ingin
mengetahui seberapa sering responden melakukan swamedikasi dalam satu bulan
terakhir. Rentang waktu yang diberikan hanya satu bulan yang bertujuan
memberikan batasan waktu agar mempermudah responden dalam mengingat dan
untuk menghindari bias. Kemudian sebesar 54,1% (59 responden) menjawab tidak
pernah melakukan pengobatan mandiri dalam satu bulan terakhir. Kemudian
sebesar 45,9% (50 responden) yang menjawab pernah melakukan pengobatan
mandiri.
Pengobatan mandiri dapat dilakukan kepada siapa saja yang sedang
membutuhkan pengobatan. Dari hasil penelitian menunjukkan sebesar 70% (35
orang) melakukan pengobatan untuk diri sendiri, lalu 28% (14 orang) untuk
keluarga, 20% (10 orang) untuk teman.
Tabel VI. Swamedikasi untuk diri sendiri, keluarga dan teman
No. Yang melakukan swamedikasi Jumlah (n=50) Presentase (%)
1 Diri sendiri 35 70%
2 Keluarga 14 28%
3 Teman 10 20%
Total 69* 118%*
Ket: * responden boleh memilih lebih dari satu jawaban pada kuesioner
Pengobatan mandiri bertujuan untuk pengobatan penyakit ringan (minor
illnesses), atau gejala yang sudah dikenali sendiri, tanpa resep atau intervensi
dokter. Berikut adalah distribusi berbagai jenis penyakit yang diatasi responden
dengan swamedikasi.
Tabel VII. Penyakit yang diatasi dengan pengobatan mandiri
No. Penyakit Jumlah (n=50) Presentase (%)