• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SETIABUDI SATU"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK

PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK

PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH DI

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA

JAKARTA SETIABUDI SATU

Iwan Sunarya, Fany Inasius, S.E.,M.M.,M.B.A.,BKP.

Binus University, Jl. Kemanggisan Ilir GG Fanta No. 128, 087883674854, iwanbotaks@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian, ialah untuk menganalisis apakah penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Penjualan atas Barang Mewah telah mencapai target lalu hambatan dan serta upaya

untuk memecahkan masalah tersebut, dan juga melihat apakah penambahan jumlah PKP

terdaftar akan berpengaruh terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah. Analisis dilakukan dengan cara meminta data dan

wawancara. Analisis ini diharapkan dapat membantu masyarakat umum agar lebih

memahami tentang pajak dan menyadari kewajibannya dalam membayar pajak.

Kata Kunci : Pajak Pertambahan Nilai & Pajak Penjualan atas Barang Mewah, PKP

terdaftar.

Pendahuluan

1.1 Latar belakang penelitian

Pajak merupakan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.(UU KUP No. 28 Tahun 2007).

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara di samping sumber minyak bumi dan gas alam yang sangat penting peranannya bagi penerimaan Negara. Pendapatan dari sektor pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran Negara baik untuk perbaikan infrastruktur ataupun sebagai pendanaan pembangunan nasional.

Menurut Vadde, Suresh (2012), ‘Tax, is a contribution exacted by the state.The classical economic were in view that the only objective of taxation was to raise government revenue. Taxation is a central to the current economic development agenda. It provides a stable flow of revenue to finance development priorities, such as strengthening physical infrastructure, and is interwoven with numerous other policy areas, from good governance and formalizing the economy, to spurring growth.” Yang memiliki arti bahwa pajak merupakan kontribusi yang dituntut oleh negara. Menurut pandangan Ekonomi klasik terlihat bahwa satu-satunya tujuan perpajakan adalah untuk meningkatkan pendapatan pemerintah. Perpajakan adalah pusat agenda untuk pembangunan ekonomi. Menyediakan sebuah aliran pendapatan yang stabil untuk memperioritaskan pembiayaan pembangunan, seperti penguatan infrastruktur, dan terjalin dengan berbagai kebijakan dibidang lainnya, dari tata kelola pemerintahan yang baik dan penyusunan perekonomian, untuk memacu pertumbuhan ekonomi.

Mengingat pentingnya peranan pajak, pemerintah selalu mengevaluasi dan memperbaharui berbagai kebijakan di bidang perpajakan untuk meningkatkan penerimaan pajak. Hal ini diawali dengan reformasi perpajakan tahun 1983, dengan dikeluarkannya beberapa undang-undang baru yaitu undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan, Undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan dan Undang-Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan Barang Mewah.Perubahan

(2)

yang mendasar atas Undang-undang tersebut adalah sistem pemungutan pajaknya dari sistem Official Assesment menjadi sistem Self Assesment. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) juga melaksanakan perbaikan atas sistem pelayanan kepada masyarakat, mulai dari penyuluhan, sistem administrasi pajak, sistem pembayaran pajak, hingga pengawasan pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan orang pribadi, maupun badan, sehingga diharapkan timbul kesadaran Wajib Pajak untuk melaksanakan kewajibannya agar penerimaan pajak bisa maksimal.

Salah satu jenis pajak yang terdapat di Indonesia adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi barang dan jasa di dalam negeri. Barang atau jasa yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai disebut Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Pajak pertambahan Nilai memiliki sifat objektif sehingga pengenaan Pajak Pertambahan Nilai hanya berdasarkan objeknya dan tidak memperhatikan subjek atau pihak yang melakukan konsumsi barang atau jasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa siapapun yang mengkonsumsi barang maupun jasa yang termasuk dalam objek Pajak Pertambahan Nilai diperlakukan sama dan wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai.

Pada Pajak Pertambahan Nilai, sistem pemungutan pajak berganda tidak ada karena adanya mekanisme kredit pajak dan tarif pajak yang digunakan pada Pajak Pertambahan Nilai adalah tarif tunggal yaitu 10%. Pajak Pertambahan Nilai hanya dibayar atau disetor ke kas negara oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan terhadap Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP). Objek Pajak Pertambahan Nilai itu sendiri terdiri dari Barang Kena Pajak (BKP) dan Jasa Kena Pajak (JKP), sehingga Pajak Pertambahan Nilai menduduki tempat yang sangat penting karena mempunyai peranan yang cukup besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) mempunyai peranan yang cukup besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan memberikan dampak yang cukup besar dalam perekonomian rakyat Indonesia. Hal itu terlihat dari tingkat konsumsi masyarakat Indonesia yang dari tahun ketahun mengalami pertumbuhan. Dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2013 penerimaan Negara yang bersumber dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) ialah sebesar Rp.423,708 triliun sedangkan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2014 diharapkan penerimaan dari sektor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) dapat mencapai Rp. 492,95 triliun, meningkat sebesar Rp. 69,242 triliun atau 12,24% persen bila dibandingkan dengan target Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) adalah tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan impor, serta dukungan kebijakan perpajakan berupa penyempurnaan sistem administrasi Pajak Pertambahan Nilai (PPN). (www.anggaran.depkeu.go.id)

Tabel 1.1

Penerimaan Negara Tahun 2011-2013 (Triliun Rupiah)

Sumber Penerimaan 2011 1) 2012 2) 2013 3) Penerimaan Dalam Negeri 1.205,3 1.332,3 1.525,1

Penerimaan Perpajakan 873,9 980,5 1.193,0

Pajak Dalam Negeri 819,8 930,9 1.134,0

Pajak Penghasilan 431,1 465,1 584,9

Pajak Pertambahan Nilai 277,8 337,6 423,7

Pajak Bumi dan Bangunan 29,9 29,0 27,3

Cukai 77,0 95,0 92,0

Pajak Lainnya 3,9 4,2 6,3

Pajak Perdagangan Internasional 54,1 49,7 58,7

Bea Masuk 25,3 28,4 27,0

Pajak Ekspor 28,9 21,2 31,7

Penerimaan Bukan Pajak 331,5 351,8 332,2

Penerimaan SDA 213,8 225,8 197,2

Bagian Laba BUMN 28,2 30,8 33,5

(3)

Pendapatan Badan Layanan Umum 20,1 21,7 23,5

Hibah 5,3 5,8 4,5

Jumlah/Total 1.211,0 1.338,0 1.530,0 Sumber : Kementerian Keuangan

Sistem pajak yang berlaku adalah sistem “self assessment”, yang artinya wajib pajak diharapkan mampu menghitung sendiri jumlah pajak yang terutang, membayar dan melaporkan sendiri jumlah kewajiban perpajakannya. Hal ini dapat terlaksana dengan baik jika wajib pajak memahami peraturan perpajakan dan mengikuti aturan yang berlaku sesuai dengan undang-undang perpajakan.

Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah UU No. 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah diubah dengan UU No. 11 Tahun 1994, diubah lagi dengan UU No. 18 Tahun 2000, dan terakhir UU No. 42 Tahun 2009.

Dalam penyusunan skripsi ini objek penelitian yang diambil adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu yang terletak di Jakarta selatan, karena merupakan daerah yang paling maju perkembangan dan pertumbuhan ekonominya, terutama pada sentra bisnis yang menjadi sumber penerimaan untuk Pajak Pertambahan Nilai. Pertumbuhan penerimaan dari tahun ke tahun menjadi tolak ukur dalam pencapaian target penerimaan Pajak Pertambahan Nilai tersebut.

Atas dasar hal tersebut penulis tertarik untuk mengambil penulisan skripsi tentang “ ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI & PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH PADA KPP PRATAMA SETIABUDI SATU”.

1.2. Identifikasi masalah

Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini, maka penulis mencoba mengidentifikasi masalah yang terjadi pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu (KPP) adalah sebagai berikut :

1. Penerimaan riil dari Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu.

2. Hambatan-hambatan tercapainya realisasi dari target penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu.

3. Upaya peningkatan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Setiabudi Satu.

1.3 Ruang lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah untuk tahun 2011, 2012, dan 2013. 1.4 Tujuan dan Manafaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui perkembangan penerimaan dan pencapaian target penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada KPP Setiabudi Satu.

2. Mengevaluasi faktor yang mempengaruhi laju penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) pada KPP Setiabudi Satu.

3. Mengetahui Sumber-sumber penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) & Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) Pada KPP Setiabudi Satu.

Manfaat penelitian

(4)

1. Diharapkan skripsi ini dapat menjadi referensi yang mendukung dalam pengembangan ilmu di bidang perpajakan terutama Pajak Pertambahan Nilai.

2. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi penulis baik secara teori maupun praktek yang diterapkan dalam perpajakan khususnya Pajak Petambahan Nilai.

3. Diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui seberapa besar pencapaian penerimaan dan pencapaian target rencana Pajak Pertambahan Nilai di KPP Pratama Setiabudi Satu.

4. Diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan masukan dalam melakukan perencanaan target dalam mencapai hasil yang diharapkan untuk masa mendatang.

METODE PENELITIAN

Jenis data yang digunakan untuk penelitian dalam penulisan ini adalah data kualitatif. Data kualitatif yaitu penelitian yang cenderung kepada analisis terhadap objek penelitian berupa keterangan secara tertulis maupun lisan dari pemikiran dan aktifitas lembaga.Sumber data yang digunakan yaitu data primer. Data yang diperoleh dari KPP yang menjadi objek penelitian. Data–data tersebut yaitu laporan Perencanaan dan Penerimaan PPN dan PPnBM

Sedangkan sumber data yang diperoleh penulis terdiri dari data primer dan sekunder. 1. Data primer :

Data primer adalah data yang diperoleh penulis dari KPP langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan dengan melakukan wawancara langsung dengan narasumber terkait dan observasi yang kemudian diolah kembali oleh penulis.

2. Data sekunder :

Data sekunder adalah data yang telah disediakan pada perusahaan tersebut serta kelengkapan data-data berdasarkan topik penelitian yang diambil oleh penulis.

Tekhnik pengumpulan data yaitu metode riset lapangan (field research method) riset kepustakaan(library research):

1. Riset kepustakaan (Library research)

Melakukan studi kepustakaan untuk mencari topik skripsi serta mencari referensi dan membaca buku untuk mencari teori-teori yang relevan dan bersangkutan dengan topik skripsi yang diangkat.

2. Riset lapangan (Field research)

Melakukan Riset lapangan dengan mengadakan penelitian langsung ke perusahaan yang berkaitan dengan topik skripsi yang diteliti. Data tersebut dapat diperoleh melalui:

1. Pengamatan Langsung

Metode pengamatan langsung yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan peninjauan/penelitian langsung keperusahaan migas yang menjadi objek dari penelitian skripsi ini. Dalam melakukan pengamatan langsung diperoleh gambaran jelas mengenai kegiatan operasional perusahaan dan data-data perusahaan yang akan dikaji dalam skripsi ini.

2. Wawancara

Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data mengenai kondisi perusahaan yang sedang terjadi seperti sejarah perusahaan, bentuk perusahan sturuktur organisasi perusahaan, kebijakan perusahaan dalam kegiatan operasional dan lain sebagainya yang dikumpulkan dengan cara wawanacara dan mencari informasi perusahaan tersebut.

3. Observasi

Setelah data yang dikumpulkan penulis melakukan observasi terhadap perusahaan yang diteliti dengan terjun langsung keperusahaan hal ini bertujuan

(5)

agar dapat mengetahui secara langsung mengenai proses operasional yang dilakukan oleh perusahaan.

Tabel 3.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

No. Wajib Pajak Wajib Pajak terdaftar

1. Wajib Pajak Badan 9838

2. Wajib Pajak Orang Pribadi 16989

3 Wajib Pajak Bendaharawan 82

Total Wajib Pajak 26909

Sumber : KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

HASIL DAN BAHASAN

Untuk mencapai target penerimaan yang sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya, pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Setiabudi Satu terus mengupayakan pertimbangan target rencana penerimaan pajak untuk masa mendatang seiring dengan bertambahnya Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha maupun melakukan kegiatan ekspor-impor yang menjadi sumber pendapatan Negara, maka dalam hal ini diperlukannya suatu perhitungan prognosa. Prognosa itu sendiri merupakan perhitungan rencana untuk masa mendatang dalam menargetkan suatu penerimaan riil dengan mempertimbangkan faktor inflasi dan laju pertumbuhan ekonomi.

Dalam pembuatan target penerimaan Pajak oleh suatu KPP, maka harus melewati beberapa prosedur. Prosedur ini merupakan pembuatan rencana penerimaan yang meliputi proses penggabungan rencana penerimaan dari masing-masing Seksi Pengawasan dan Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, Penerimaan pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor Pelayanan Pajak

1. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV (SOP Tata Cara Penyusunan Estimasi Penerimaan Pajak Per-Wajib Pajak) dan menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk menggabungkan menjadi Rencana Penerimaan Kantor.

2. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk menggabungkan rencana penerimaan pajak tersebut.

3. Pelaksana menghimpun dan menggabungkan Rencana Penerimaan Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV, membuat konsep Nota Dinas Pengantar,dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

4. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan memaraf RencanaPenerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak, konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.

6. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan Pelaksana untukmengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.

7. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak yangtelah ditandatangani Kepala Kantor Pelayanan Pajak ke Subbagian Umum untuk dikirimke Kantor Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP (SOP TataCara Pembuatan Rencana Kerja Bidang Dukungan Teknis dan Konsultasi).

(6)

Tabel Rencana Penerimaan PPN dan PPnBM Tahun 2011,2012,2013 (Dalam Rupiah) Tahun PPN Dalam Negeri PPN Impor PPnBM Dalam Negeri PPnBM Impor PPN dan PPnBM lainnya 2011 388,917,120,000 88,473,330,000 3,338,860,000 6,634,250,000 188,230,000 2012 471,532,418,356 85,868,631,512 1,780,059.00 19,214,646 3,068,589,459 2013 448,944,600,566 81,690,111,262 5,204,786 40,730,161 2,398,352,883

Tabel Penerimaan PPN dan PPnBM Tahun 2011,2012,2013 (Dalam Rupiah)

Tahun PPN Dalam

Negeri PPN Impor

PPnBM

Dalam Negeri PPnBM Impor

PPN dan PPnBM lainnya 2011 336,548,950,163 65,171,662,769 1,197,220,785 1,319,502,205 289,691,925 2012 337,942,570,826 84,387,053,476 740,764 1,179,103,145 2,154,654,953 2013 712,147,304,952 79,839,436,588 1,502,170,495 362,476,818 484,973,957

Secara keseluruhan terjadi kenaikan penerimaan pada PPN & PPnBM yang terjadi pada setiap tahunnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kenaikan tersebut antara lain tingkat inflasi yang terjadi, tingkat kepatuhan para wajib pajak itu sendiri serta kinerja para pegawai KPP yang selalu ditingkatkan. Penerimaan pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 5,23% dari penerimaan ditahun 2011. Peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2013 dimana kenaikannya mencapai 86,61% dari penerimaan ditahun 2012.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan di bab sebelumnya, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa :

1. Secara keseluruhan total penerimaan untuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah mengalami kenaikan dari tahun 2011, 2012,2013. Hal ini menandakan kalau kinerja dari KPP Pratama Setiabudi Satu terus mengalami perbaikan dari tahun ketahun. Total penerimaan pada tahun 2011 sebesar Rp.404,527,027,847, untuk penerimaan pada tahun 2012 mengalami peningkatan 5,23% atau sebesar Rp.425,664,123,164, pada tahun 2013 total penerimaan secara keseluruhan mengalami peningkatan yang cukup signifikan, peningkatan sebesar 86,61% atau sebesar Rp. 794,336,362,810,-.

2. Penerimaan Pajak pertambahan Nilai Dalam Negeri masih menjadi penerimaan terbesar setiap tahun. Dengan total penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri pada tahun 2011 sebesar Rp.336,548,950,163,-. Untuk tahun 2012 jumlah penerimaan meningkat 0,42% atau sebesar Rp.337,942,570,826, pada tahun 2013 jumlah penerimaan untuk Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri mengalami peningkatan 110,73% atau sebesar Rp. 712,147,304,952.

(7)

3. Masih rendahnya tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya masih menjadi persoalan utama.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan-pembahasan yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk memberikan saran untuk menjadi dasar pertimbangan dan masukan yang dapat bermanfaat bagi KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu, antara lain :

1. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (Account Representative, pemeriksa pajak, juru sita), baik karakter ataupun materi tentang pemahaman Undang-Undang perpajakan terbaru. 2. Pihak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu lebih memperhatikan sumber-sumber penerimaan

yang memiliki potensi untuk meningkatan penerimaan, serta pengawasan terhadap Wajib Pajak lebih ditingkatkan.

3. Pihak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu lebih aktif dalam hal sosialisasi serta penyuluhan tentang pajak serta pentingnya peranan pajak bagi pembangunan Negara kepada para Wajib Pajak agar meningkatkan kesadaran diri Wajib Pajak dalam hal membayar pajak.

REFERENSI

Burton, Richard dan Wirawan B. Ilyas. (2009). Hukum Pajak Edisi 4. Jakarta: SalembaEmpat. Manihuruk, Wiston. 2010. Pajak Pertambahan Nilai pokok-pokok perubahan sesuai UU No. 42 Tahun

2009, Jakarta: Kharisma.

Mardiasmo.(2011).Perpajakan. Edisi Revisi 2011. Yogyakarta: Andi Offset

Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-159/PJ.2012 tentang Saat Pembuatan, Bentuk, Ukuran, Pengadaan, Tata Cara dan Tata Cara Pembetulan Faktur Pajak Standar Peraturan Menteri Keuangan Nomor 45/PMK.03./2009 tentang Tata Cara

Pengawasan,Pengadministrasian, Pembayaran, Serta Pelunasan Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah Atas Pengeluaran dan/atau

Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Kawasan Bebas ke

Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dan Pemasukan dan/atau Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010 tentang Nilai Lain Sebagai Dasar Pengenaan Pajak

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 73/PMK.03/2012 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran, Pemberian, dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Resmi, Siti. (2009). Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat Suandy, Early.(2008).Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat

Sumarsan, Thomas, SE., MM.(2013).Perpajakan Indonesia. Edisi 3.Jakarta:Indeks

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas

Barang Mewah.

Vadde, Suresh. (2012). Factors that influence Rental Tax Payer’ Compliance With Tax System. Ethiophia: Mekelle University.

(8)

Wirawan B. Ilyas.,& Rudy Suhartono.(2012).Perpajakan:Pembahasan Lengkap Berdasarkan Perundang-Undangan dan Aturan Pelaksanaan Terbaru.Jakarta: Mitra Wacana Media

RIWAYAT PENULIS

Nama : Iwan Sunarya

Tempat, Tanggal lahir : Jakarta, 20 Januari 1992

Pendidikan Terakhir : S1 (Universitas Bina Nusantara) jurusan (Akuntansi) Tahun 2014

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu

Referensi

Dokumen terkait

1957 Pemasangan pipa penyalur berukuran 8” dari Sungai Karas ke Buatan telah selesai, dan pengiriman minyak mentah ke Sungai Gerong melalui Terminal Buatan

Hanya Anda yang tahu apa yang ingin Anda ciptakan, hanya Anda yang bisa benar-benar memvisikan apa yang Anda inginkan, hanya Anda yang bisa melibatkan semua indera Anda

Dengan selesainya penelitian ini, Lembaga Penelitian Universitas Negeri Padang akan dapat memberikan informasi yang dapat dipakai sebagai bagian upaya penting dalam

Proses kerja utama pada tingkat organisasi yang lebih rendah selalu mengacu pada proses kerja pada tinggatan manajemen yang lebih tinggi; dengan kata lain proses

This research was aimed to find out the correlation between students‟ competence in constructing wh question and their competence in constructing recount text at sixth semester

64 www.google.co.id/amp/s/m.republika.co.id/amp/p6qks5377.. Apabila melakukan pengajuan maka nominal yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah kelompok. Selain itu pembiayaan qard{

Responden (sampel) yang menginginkan atau menyatakan bahwa pelatihan penyusunan laporan penelitian tepat untuk dilatihkan bagi guru dalam mengembangkan dan

Fermentasi dihentikan pada hari ke-5 kemudian biji kakao dianalisis kadar protein dengan metode Kjeldahl, kadar lemak dengan metode Sokletasi, kadar air dengan