• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi makanan yaitu agama, ras, pengetahuan, persepsi, dan lain-lain. Agama dan suku tertentu memiliki perintah dan larangan untuk mengonsumsi makanan-makanan tertentu. Bangsa Yahudi memiliki aturan terhadap makanan yang disebut dengan aturan Kosher. Penganut agama Hindu dan Budha merupakan kelompok vegetarian. Demikian pula dengan agama Islam yang memiliki aturan makanan halal dan menghindari makanan haram (Riaz & Chaundry, 2004), sehingga faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi preferensi konsumen dalam membeli makanan.

Dalam Islam, umat muslim diwajibkan untuk mengkonsumsi makanan halal. Menurut Codex Alimentarius Commision, makanan halal berarti makanan yang diizinkan oleh hukum Islam dan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) tidak mengandung sesuatu yang dianggap melanggar hukum menurut hukum Islam; 2) disiapkan, diproses, diangkut atau disimpan menggunakan alat atau fasilitas yang terlepas dari sesuatu yang haram menurut hukum Islam; dan 3) saat proses persiapan, pengolahan, pengangkutan atau penyimpanan tidak mengalami kontak langsung dengan makanan yang tidak memenuhi syarat 1) dan 2). Persyaratan tersebut akan menjamin kualitas dan menjadi simbol dari good quality makanan halal. Saat ini, makanan halal tidak hanya merupakan suatu masalah keagamaan, tetapi juga dalam konteks bisnis dan perdagangan, makanan halal menjadi jaminan kualitas serta gaya hidup (Tri, 2008). Hal tersebut membuktikan adanya gejala perkembangan pasar halal secara global didorong oleh meningkatnya kesadaran konsumen akan

▸ Baca selengkapnya: sajian makanan yang menarik dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain

(2)

2 pentingnya mutu dan keamanan produk yang dikonsumsi serta terdapat pula pergeseran persepsi konsumen atas konsep halal (ITPC Osaka, 2013).

Umat muslim di dunia sudah memiliki kesadaran yang cukup tinggi mengenai produk halal. Saat ini, produk-produk halal semakin diminati di pasar global dunia. Umat muslim dunia yang diperkirakan mencapai 1,6 miliar penduduk atau sekitar 25% dari populasi global (ITPC Osaka, 2013), menginginkan jaminan kehalalan dari segala produk yang mereka gunakan (Ruslan, 2010). Populasi muslim terbesar di dunia terdapat di Indonesia, yaitu 12,7% dari muslim di dunia, diikuti oleh Pakistan (11,0%), India (10,9%), dan Bangladesh (9,2%) (Pew Research Center Religion & Public Life, 2010). Indonesia sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia juga memiliki perhatian mengenai masalah kehalalan makanan yang saat ini semakin berkembang. Bahkan, permintaan produk halal di seluruh dunia tidak terbatas pada umat muslim saja, melainkan para konsumen non-muslim juga, sehingga hal ini memberikan dorongan besar terhadap kemajuan industri halal seperti yang sedang berkembang di Jepang. Rangkaian peristiwa-peristiwa geopolitik, masalah kepentingan umum, makanan yang sehat dan aman serta permintaan konsumen secara keseluruhan telah mendorong isu halal sebagai isu utama mutu, harga produk dan preferensi konsumen dan produsen di seluruh dunia (ITPC Osaka, 2013).

Label halal telah diterapkan sejak lama di Indonesia, tetapi dari data Majelis Ulama Indonesia (MUI), hanya 16.040 atau sekitar dua puluh persen dari industri makanan yang menerapkan penggunaan label halal dalam produk makanannya (LPPOM MUI, 2010). Di sisi lain, kesadaran muslim di Indonesia dalam memilih makanan halal dianggap masih rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang makanan halal (Yenrina dkk., 2010). Menurut Soesilowati (2009), hidup di lingkungan mayoritas muslim belum tentu menjadi jaminan bahwa masyarakatnya akan berperilaku mengkonsumsi makanan halal karena lingkungan tersebut kurang mendukung dan menuntut masyarakatnya untuk

(3)

3 berperilaku konsumsi halal. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat muslim Banten.

Jika dibandingkan dengan negara tetangga, misalnya Thailand dan Malaysia, penelitian yang berkaitan dengan produk halal di Indonesia masih tertinggal. Bahkan Thailand yang sebagian besar warganya beragama Budha, sudah lebih maju dalam penelitian makanan halal. Di Indonesia, penelitian mengenai makanan halal difokuskan pada deteksi komponen makanan yang dilarang seperti daging babi dan alkohol serta pengembangan produk halal seperti produksi gelatin halal untuk makanan dan obat-obatan dalam penelitian Junianto (2006). Di sisi lain, penelitian makanan halal yang melibatkan masyarakat sangat penting untuk dilakukan karena masyarakat adalah konsumen yang akan membeli produk halal sehingga jika mereka tidak memiliki preferensi spesifik untuk makanan halal, maka pasar produk halal tidak akan berkembang. Di Malaysia, studi tentang preferensi konsumen terhadap berbagai atribut produk makanan halal yang diproduksi dan dijual di pasaran telah dilakukan. Penelitian ini difokuskan pada sertifikasi halal karena muslim membutuhkan jaminan bahwa makanan yang mereka beli benar-benar halal. Sebanyak 288 orang setuju untuk berpartisipasi dengan memberikan persepsi dan preferensi mereka terhadap atribut produk pangan. Produk makanan halal bersertifikat memperoleh skor utilitas tertinggi dan atribut yang paling penting (Mohayidin & Kamarulzaman, 2014).

Dengan rendahnya kesadaran umat muslim di Indonesia dalam preferensi makanan halal (Yenrina dkk., 2010) dan belum banyaknya penelitian di Indonesia yang difokuskan pada preferensi konsumen terhadap sertifikasi makanan halal, maka diperlukan penelitian mengenai pengetahuan, persepsi dan preferensi konsumen terhadap makanan halal. Pemilihan makanan halal dipengaruhi oleh persepsi dalam diri konsumen itu sendiri dan selanjutnya persepsi tersebut akan berpengaruh terhadap preferensinya. Menurut Kotler dan Armstrong (2006), preferensi konsumen dalam membeli atau memilih produk salah satunya dipengaruhi oleh persepsi atau

(4)

4 pandangan yang dimilikinya. Persepsi sebagai proses dimana seseorang memilih mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Terdapat tiga proses yang berbeda yang memutuskan bagaimana kita mengartikan suatu informasi, yaitu perhatian yang selektif, gangguan yang selektif, dan mengingat kembali yang selektif. Preferensi seseorang untuk membeli suatu produk tidak dapat dilepaskan dari lingkungan, pengalaman dan rangsangan yang diterima konsumen selama ini.

Penelitian ini dilaksanakan di dua daerah yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Provinsi DIY merupakan wilayah multietnis. Masyarakat dari berbagai suku dan budaya tinggal di Provinsi DIY. Salah satu contohnya adalah banyaknya mahasiswa dari berbagai daerah yang tinggal di Provinsi DIY untuk menuntut ilmu. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Provinisi Daerah Istimewa Yogyakarta (Dispenpora Prov. DIY), terdapat 30 asrama mahasiswa mulai dari Sumatera hingga Papua. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan di Provinsi DIY diasumsikan dapat merepresentasikan Indonesia. Beberapa penelitian tentang makanan halal sebelumnya juga telah dilakukan di Provinsi DIY. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku pengolah makanan terkait makanan halal dan pengolahannya (Radhiya, 2013), serta terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap dan persepsi kontrol perilaku dengan perilaku mahasiswa muslim tentang makanan halal (Siagian, 2012).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan : Apakah terdapat perbedaan pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul?

(5)

5 C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. 2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbedaan pengetahuan terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

b. Mengetahui perbedaan persepsi terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

c. Mengetahui perbedaan sikap terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

d. Mengetahui perbedaan preferensi terhadap makanan halal pada masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan ilmu pengetahuan khususnya tentang pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi konsumen terhadap makanan halal.

2. Manfaat Praktis

Menjadi acuan dalam mensosialisasikan Undang-Undang No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan menjadi titik awal bagi produsen untuk memahami kebutuhan sertifikasi makanan halal melalui badan terakreditasi.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis, penelitian dengan membandingkan pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi terhadap makanan halal pada masyarakat di dua

(6)

6 wilayah merupakan penelitian pertama yang dilakukan. Beberapa penelitian yang relevan mengenai makanan halal di antaranya sebagai berikut:

1. Penelitian Siagian (2012) yang berjudul “Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Norma Subjektif, dan Persepsi Kontrol Perilaku terhadap Perilaku Mahasiswa Muslim tentang Makanan Halal di Yogyakarta”.

Jenis dan rancangan penelitian : penelitian observasional dengan rancangan cross sectional.

Ringkasan penelitian : Sebanyak 168 orang mahasiswa dari tiga universitas, yaitu Universitas Gadjah Mada, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, dan Universitas Sanata Dharma diminta untuk mengisi kuesioner yang berisi identitas subjek, pengetahuan, norma subjektif, sikap, persepsi kontrol perilaku, dan perilaku mahasiswa tentang makanan halal.

Kesimpulan : Pengetahuan, sikap, dan persepsi kontrol perilaku merupakan determinan perilaku mahasiswa muslim tentang konsumsi makanan halal di Yogyakarta.

Perbedaan : Subjek penelitian tersebut adalah mahasiswa muslim, sedangkan subjek penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah masyarakat muslim dan non-muslim. Perbedaan lainnya adalah penelitian sebelumnya hanya membandingkan subjek di tiga universitas yang berbeda, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian yang membandingkan subjek di dua kota/kabupaten yang berbeda, sehingga cakupannya lebih luas. Variabel yang ditelitinya pun berbeda. Pada penelitian tersebut variabel yang diteliti adalah pengetahuan, norma subjektif, sikap, persepsi kontrol perilaku, dan perilaku, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi.

(7)

7 2. Penelitian Radhiya (2013) yang berjudul “Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku terkait dengan Makanan Halal dan Pengolahannya pada Pengolah Makanan Di Kantin Universitas Gadjah Mada”.

Jenis dan rancangan penelitian : penelitian observasional dengan rancangan cross sectional, observasi, dan wawancara.

Ringkasan penelitian : Penelitian dilakukan di kantin-kantin Fakultas Filsafat, Fakultas Kedokteran, Fakultas Peternakan, Fakultas Teknologi Pangan, Food Court dan Pusat Jajanan Lembah Universitas Gadjah Mada. Subjek dari setiap kantin yang terpilih adalah 36 orang pengolah makanan. Subjek diminta mengisi kuesioner yang berisi identitas subjek, pengetahuan, sikap, dan perilaku. Selanjutnya, dilakukan wawancara dan observasi.

Kesimpulan : Meskipun tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan perilaku terkait makanan halal dan pengolahannya, namun tetap perlu diadakan sosialisasi makanan halal lebih lanjut yang dilakukan berkesinambungan karena masih terdapat pedagang yang memiiki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang kurang baik terkait makanan halal dan pengolahannya.

Perbedaan : Subjek penelitian tersebut adalah pengolah makanan, sedangkan subjek penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah masyarakat muslim dan non-muslim di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Perbedaan lainnya adalah pada variabel penelitian. Pada penelitian tersebut variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah pengetahuan, persepsi, sikap, dan preferensi.

3. Mohayidin & Kamarulzaman (2014) yang judul “Consumer’s Preference Toward Attributes of Manufactured Halal Food Products”. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk mengevaluasi preferensi konsumen terhadap atribut

(8)

8 makanan halal yang dijual di supermarket. Atribut produk makanan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi brand, logo halal, promosi, jaminan keamanan dan harga. Penelitian tersebut berfokus pada sertifikasi makanan halal. Metode yang digunakan untuk menganalisis preferensi konsumen yaitu menggunakan analisis conjoint. Sebanyak 288 responden dipilih secara random dan bersedia untuk berpastisipasi kemudian diwawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Target responden pada penelitian tersebut ialah konsumen individual yang sedang berbelanja pada supermarket besar di Peninsular Malaysia. Hasil dan kesimpulan penelitian yaitu sertifikat halal produk makanan memperoleh nilai yang tinggi dibanding atribut yang lain dan merupakan atribut yang paling penting.

Perbedaan : pada penelitian ini responden penelitian merupakan masyarakat Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, sedangkan reponden pada penelitian tersebut yaitu konsumen yang sedang berbelanja pada supermarket besar di Peninsula Malaysia.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga untuk mencapai hasil yang maksimal baik kualitas maupun kuantitas usaha persuteraan alam pada tingkat produksi kokon sebagai produksi pertama, daun murbei

Tujuan penelitian menggunakan metode dDistribution Requirement Planning (DRP),adalah untuk melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi

Kubu ini mendukung pendekatan yang lebih deskriptif, dan menekankan pada suasana pragmatik bahasa natural; Penelitian kubu ini mendorong munculnya suatu disiplin

Metode Monte Carlo Standar adalah sebuah teknik untuk menyelesaikan suatu masalah dengan menjalankan percobaan dalam jumlah banyak, yang disebut simulasi, untuk mendapatkan hasil

Dari hasil buku dan beberapa skripsi di atas, dapat diketahui yang menjadi perbandingan dengan penelitian saya adalah perkembangan fisik Kota dari tahun 1993-2018,

Objective function dari economic load dispatch dengan penambahan pembangkit tenaga angin adalah untuk mencari biaya paling optimal dan minimal dari suatu sistem tenaga

Data yang digunakan untuk materi media dikumpulkan dari puisi-puisi musim gugur Hyakunin Isshu yang dianalisis untuk mengetahui latar tempat, waktu dan sosial-budaya sebagai data

Dengan mengelaborasi teori Dominant Party Authoritarian Regimes dan konsep pengawas pemilu internasional, artikel ini me- lihat tiga kondisi penting yang terjadi di Kamboja