• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rencana pembangunan jangka menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG A. Pengertian

Tugas utama bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia adalah membutuhkan pembangunan yang berkeadilan dan demokrasi secara bertahap dan berkesinambungan. Upaya menjamin pembangunan yang efektif, efisien, dan bersasaran diperlukan perencanaan pembangunan yang sesuai dengan peraturan perUndang-Undangan yang berlaku. Wujud nyata yang dilakukan pemerintah yaitu dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Regulasi-regulasi tersebut menjadi acuan/pedoman bagi pemerintah daerah melaksanakan perencanaan pembangunan. Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Sedangkan sistem pembangunan nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah (Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2004, Bab I Ketentuan Umum).

Dari tujuan pembangunan dan pengertian di atas, daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan perencanaan pembangunan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang salah satunya melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat dengan RPJMD. RPJMD merupakan dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. Berdasarkan pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, dan program Oganisasi Perangkat Daerah, lintas Organisasi Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang disingkat RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 sebagai sebuah dokumen perencanaan memiliki nilai (value)

strategis dan penting, diantaranya:

1. RPJMD merupakan dokumen yang menjadi pedoman pembangunan di daerah selama 5 (lima) tahun, sebagai implementasi dari janji Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah terpilih pada saat kampanye PILKADA.

2. RPJMD merupakan dokumen yang akan menjadi pedoman dalam penyusunan rencana kerja

(2)

2

3. RPJMD merupakan alat atau instrumen pengendalian bagi Satuan Pengawas Internal (SPI) dan BAPPEDA agar pelaksanaan pembangunan jangka menengah dan tahunan daerah, mengarah pada pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan serta indikator capaian kinerja yang ditetapkan.

4. RPJMD menjadi alat atau instrumen mengukur tingkat pencapaian kinerja kepala Perangkat Daerah (PD) dengan mempertanggungjawabkan pelaksanaan program dan kegiatan baik jangka menengah maupun tahunan sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi masing-masing. 5. RPJMD menjadi pedoman evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, yang hasilnya identik dengan keberhasilan seorang kepala daerah dan wakil kepala daerah dalam memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah selama masa baktinya 5 (lima) tahun.

Nilai tersebut dibangun atas prinsip Perencanaan Pembangunan Daerah yang meliputi:

1. Merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional;

2. Dilakukan pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan

kewenangan masing-masing;

3. Mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah; dan

4. Dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah, sesuai dinamika perkembangan daerah dan nasional.

Adapun tahapan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 terdiri atas 7 tahap, yakni:

1. Tahap Pertama : Gambaran Bagan Alir Penyusunan RPJMD;

2. Tahap Kedua : Persiapan Penyusunan RPJMD;

3. Tahap Ketiga : Penyusunan Rancangan Awal RPJMD;

4. Tahap Keempat, : Penyusunan Rancangan RPJMD;

5. Tahap kelima : Pelaksanaan Musrenbang RPJMD;

6. Tahap Keenam : Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD;

7. Tahap Ketujuh : Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJMD.

Dari tahapan penyusunan RPJMD di atas, maka RPJMD Kabupaten Kaur 2016-2021 memiliki beberapa kegiatan yang perlu dilakukan antara lain:

1. Tahap Pertama: Gambaran Bagan Alir Penyusunan RPJMD

Bagan Alir Penyusunan RPJMD memberikan makna bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) memiliki proses yang secara bertahap perlu dilakukan dengan sistematis yang dimulai dari Penyusunan Rancangan Awal sampai dengan Penetapan RPJMD. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cata Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Gambaran bagan alir penyusunan RPJMD tersebut adalah sebagai berikut:

(3)

3

Gambar 1.1

BAGAN ALIR TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMD KABUPATEN KAUR

Sumber: Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015

2. Tahap Kedua: Persiapan Penyusunan RPJMD

Tahapan persiapan penyusunan RPJMD dilakukan untuk menyiapkan keseluruhan kegiatan penyusunan RPJMD yang meliputi: (1) Pembentukan Tim Penyusun RPJMD; (2) Orientasi mengenai RPJMD; (3) Penyusunan Agenda Kerja Tim RPJMD; (4) Pengumpulan Data dan Informasi.

3. Tahap Ketiga: Penyusunan Rancangan Awal RPJMD

Penyusunan rancangan awal RPJMD merupakan salah satu dari tahapan penyusunan RPJMD yang dilakukan melalui dua tahapan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup:

a. Perumusan rancangan awal RPJMD; dan

b. Penyajian rancangan awal RPJMD.

4. Tahap Keempat: Penyusunan Rancangan RPJMD

Penyusunan rancangan RPJMD merupakan salah satu dari tahapan penyusunan RPJMD yang dilakukan melalui tiga tahapan yang merupakan suatu rangkaian proses yang berurutan, mencakup:

a. Penyiapan surat edaran kepala daerah, perihal penyusunan rancangan Renstra-PD; b. Verifikasi dan integrasi Renstra-PD menjadi Rancangan RPJMD; dan

c. Penyajian rancangan RPJMD.

5. Tahap Kelima: Pelaksanaan Musrenbang RPJMD

Musrenbang RPJMD merupakan forum musyawarah antara para pemangku kepentingan untuk membahas dan menyepakati rancangan RPJMD. Tujuan musrenbang RPJMD untuk

(4)

4

mendapatkan masukan dan komitmen para pemangku kepentingan pembangunan daerah sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJM Daerah menjadi rancangan akhir RPJMD.

Musrenbang RPJMD dilaksanakan paling lama 3 (tiga) bulan setelah Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dilantik. Untuk optimalisasi pelaksanaan musrenbang RPJPD, tata tertib pelaksanaan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah.Musrenbang jangka menengah daerah dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Penyiapan musrenbang RPJMD; dan

b. Penyelenggaraan musrenbang RPJMD.

6. Tahap Keenam: Penyusunan Rancangan Akhir RPJMD

Rancangan akhir RPJMD dirumuskan berdasarkan berita acara kesepakatan hasil musrenbang RPJMD. Rancangan akhir RPJMD yang telah disempurnakan berdasarkan kesepakatan hasil musrenbang RPJMD , selanjutnya dibahas dengan seluruh kepala PD untuk memastikan bahwa program pembangunan jangka menengah terkait dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing telah disempurnakan dengan kesepakatan hasil musrenbang dan ditampung dalam rancangan akhir RPJMD.

Rancangan akhir RPJMD diajukan kepada kepala daerah untuk meminta persetujuan dikonsultasikan kepada Gubernur untuk rancangan akhir RPJMD kabupaten. Konsultasi rancangan akhir RPJMD kabupaten dengan Gubernur bertujuan untuk memperoleh saran pertimbangan berdasarkan landasan hukum penyusunan, sistematika dan teknis penyusunan, konsistensi menindaklanjuti kesepakatan hasil musrenbang RPJMD kabupaten/kota, serta keselarasan dengan RPJPD kabupaten/kota, RTRW kabupaten/kota, RTRW provinsi, RPJMN dan RPJMD dan RTRW provinsi dan RTRW kabupaten/kota lainnya.

Selanjutnya Bupati menindak lanjuti hasil konsultasi rancangan RPJMD kabupaten dengan Gubernur. Tindak lanjut dimaksud yaitu menyempurnakan rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil-hasil konsultasi yang disampaikan dengan surat Gubernur.

7. Tahap Ketujuh: Penetapan Peraturan Daerah Tentang RPJMD

RPJMD yang telah disusun secara sistematis melalui tahapan dan tata cara yang diuraikan di atas, perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah sebagai landasan hukum pedoman perencanaan pembangunan 5 (lima) tahun ke depan. Hal yang dilakukan dalam penetapan RPJMD antara lain:

a. Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah tentang RPJMD kepada DPRD

untuk memperoleh persetujuan bersama, paling lama 5 (lima) bulan setelah dilantik. b. Penyampaian rancangan peraturan daerah tentang RPJMD dengan lampiran rancangan

akhir RPJMD yang telah dikonsultasikan dengan Menteri/Gubernur disertai dengan: 1) Berita acara kesepakatan hasil musrenbang rpjmd; dan

2) Surat menteri/gubernur perihal hasil konsultasi rancangan akhir RPJMD.

c. Mekanisme pembahasan dan penetapan rancangan peraturan daerah tentang RPJMD

dengan DPRD sesuai dengan ketentuan perUndang-Undangan

d. Rancangan peraturan daerah tentang RPJMD provinsi/kabupaten/kota ditetapkan menjadi

peraturan daerah tentang RPJMD paling lama 6 (enam) bulan setelah kepala daerah terpilih dilantik.

e. Peraturan daerah tentang RPJMD provinsi disampaikan kepada menteri paling lama 7 (tujuh) hari setelah ditetapkan untuk diklarifikasi dan peraturan daerah tentang RPJMD

(5)

5

kabupaten/kota, disampaikan kepada Gubernur untuk diklarifikasi dengan tembusan kepada menteri.

Ketujuh tahapan di atas, mengisyaratkan bahwa penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 memerlukan unsur manusia secara professional, kelengkapan data dan informasi, kelengkapan sarana dan prasarana, serta dukungan dari stakeholder secara profesional sebagai wujud menuju perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Kaur yang berkualitas.

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dalam penyusunan RPJMD ini, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai rujukan, yaitu: 1. Landasan idiil Pancasila;

2. Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945;

3. Landasan operasional:

a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);

b. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko,

Kabupaten Seluma dan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4266);

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4286);

d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3455);

e. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan

Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4400);

f. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

g. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

h. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran

(6)

6

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah,

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4578);

j. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);

k. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);

l. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4737);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4741);

n. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,

Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

o. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

p. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

q. Peraturan Daerah Kabupaten Kaur Nomor 13 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur 2006-2025;

r. Peraturan Bupati Kaur Nomor 06 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur 2011-2016;

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Dalam sistem perencanaan pembangunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004, RPJMD merupakan satu kesatuan yang utuh dari manajemen pembangunan di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kaur khususnya dalam menjalankan agenda pembangunan yang telah tertuang dalam berbagai dokumen perencanaan. Hubungan antara RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnnya adalah sebagai berikut:

A. Hubungan RPJMD dengan RPJMN

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJMD harus mengacu dan selaras dengan RPJP dan RPJM Nasional karena keberhasilan pembangunan di daerah seperti yang direncanakan akan menjadi bagian dari keberhasilan pembangunan nasional. Rencana Pembangunan Nasional dalam kurun waktu 5 tahun (2016-2021) yang tertuang dalam RPJM Nasional menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Kaur dalam merancang pembangunan di daerah sesuai kondisi daerah. Substansi

(7)

7

tujuan pembangunan nasional lima tahunan untuk kesejahteraan rakyat menjadi inti dari rencana pembangunan sebagaimana tertuang dalam RPJMD Tahun 2016-2021 yang selanjutnya dirinci dalam rencana tahunan (RKPD). Mempedomani RPJM Nasional Tahun 2015-2019, terkait dengan agenda pembangunan wilayah pulau sumatera, maka penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 diarahkan untuk mendukung seluruh program kewilayahan terkhusus di provinsi Bengkulu guna mensinergian program pusat-provinsi-kabupaten.

B. RPJMD Kabupaten Kaur dan RPJMD Provinsi Bengkulu

RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 mempedomani Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Bengkulu Tahun 2016-2021 yang terkait dengan agenda pembangunan kewilayahan. Hal ini bertujuan agar terciptanya sinergitas program unggulan daerah dengan program provinsi Bengkulu. Sehingga diharapkan mampu mewujudkan program-program yang telah ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019.

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Perangkat Daerah, lintas Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Kondisi masyarakat Kabupaten Kaur yang memiliki berbagai permasalahan dan tantangan dalam 5 (lima) tahun mendatang perlu diurai secara lebih jelas dengan memperhitungkan faktor strategis dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat, pemangku kepentingan serta pemerintah daerah Kabupaten Kaur. Merujuk dari visi pembangunan Kabupaten Kaur Tahun 2006 – 2025 yaitu :

“KAUR MANDIRI DAN SEJAHTERA BERBASISKAN AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI”

Visi di atas merupakan cita-cita pembangunan dalam mewujudkan keinginan masyarakat Kabupaten Kaur dengan tetap mengacu pada pencapaian tujuan nasional seperti diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Visi Pembangunan Kabupaten Kaur tersebut ditempuh melalui

misi antara lain:

1. Mendorong peran serta masyarakat dalam pembangunan yang berwawasan gender dan pengamalan nilai-nilai agama diiringi dengan penghayatan dan pengalaman nilai-nilai dasar negara secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 2. Memberikan layanan masyarakat secara profesional untuk mencapai pelayanan prima; 3. Menfasilitasi pembangunan infrastruktur guna mendorong peningkatan pembangunan

yang proporsional, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan;

4. Mendorong pembangunan di sembilan sektor perekonomian daerah, dengan

memprioritaskan pada sektor-sektor yang paling potensial guna mewujudkan peningkatan taraf hidup masyarakat secara layak;

5. Mendorong peningkatan pendapatan asli daerah secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhan pembangunan daerah;

6. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penyediaan sarana-prasarana pendidikan, kesehatan, dan peningkatan pendapatan perkapita guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

(8)

8

7. Mewujudkan kondisi masyarakat dan lingkungan yang aman, tentram, dan tenggang rasa

guna terciptanya situasi dan kondisi masyarakat yang kondusif;

8. Menumbuhkan iklim demokrasi yang sehat, santun, dan menjunjung tinggi nilai-nilai dan etika bermasyarakat;

9. Penegakan supremasi hukum di segala bidang.

Berperdoman pada visi, misi dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur, sasaran pembangunan yang ingin dicapai disajikan pada gambar 1.4 setiap tahap pembangunan lima tahunan Kabupaten Kaur berikut ini:

Gambar 1.2

TAHAP PEMBANGUNAN DAERAH LIMA TAHUNAN KABUPATEN KAUR

Sumber: RPJP Daerah Kabupaten Kaur Tahun 2006-2025

Penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 saat ini merupakan pelaksanaan tahap ketiga RPJPD yang memprioritaskan pembangunan pada Industri Rakyat, Pariwisata, Investasi dan IPTEK sebagai modal utama pembangunan industri sekala menengah dan besar. Selanjutnya RPJMD tersebut menjadi pedoman dalam penyusunan dokumen Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra-PD) Tahun 2016-2021 yang kemudian dijabarkan setiap tahunnya dalam dokumen rencana pembangunan tahunan daerah (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) atau disingkat dengan RKPD selama kurun waktu 2017 sampai dengan 2021.

B. Keterkaitan Dokumen RPJMD dengan RKPD dan Renstra PD

Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah terdiri atas: (1) RPJPD;(2) RPJMD;(3) Renstra PD;(4) RKPD; dan (5) Renja PD. Keterkaitan antar dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010, dimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati dan Wakil Bupati. Penyusunan dokumen RPJMD tersebut berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Kaur Tahun 2006-2025 dan RPJM Nasional. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program Perangkat Daerah (PD), lintas Perangkat Daerah dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam

Tahap lima tahun pertama (2006 - 2010)

diperioritaskan pada pembangunan modal sosial

dasar (infrastruktur, pedidikan dan kesehatan)

dan ekonomi lokal (perikanan, perkebunan dan

tanaman pangan) yang didukung sub sektor industri

rakyat dan pariwisata.

Tahap lima tahun kedua (2011 - 2016)

diperioritaskan pada pembangunan ekonomi lokal, industri rakyat dan pariwisata yang di dukung penggalakan investasi dan pengembangan IPTEK.

Tahap lima tahun ketiga (2016 - 2021)

diperioritaskan pada pembangunan industri

rakyat, pariwisata, investasi dan IPTEK sebagai modal utama pembangunan industri sekala menengah dan

besar.

Tahap lima tahun keempat (2021 - 2025)

diperioritaskan pada pembangunan industri sekala

menengah/besar dan pariwisata berbasiskan sumber daya lokal (pertanian

dan kelautan).

VISI PEMBANGUNAN

DAERAH (2006-2025):

Kaur Mandiri dan Sejahtera Berbasiskan Agribisnis dan

(9)

9

kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif sebagaimana digambarkan berikut ini:

Gambar 1.3.

KETERHUBUNGAN ANTAR DOKUMEN (RPJPD DENGAN RPJMD)

Sumber : Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015

Selanjutnya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Adapun gambar keterkaitan disajikan pada gambar 1.4 berikut ini :

Gambar 1.4.

KETERHUBUNGAN ANTAR DOKUMEN (RPJMD DENGAN RKPD)

Sumber:Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri Tahun 2015

Terkait dengan Rencana Strategis Perangkat Daerah (Renstra PD) yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi Perangkat Daerah serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Kemudian Rencana Kerja Perangkat Daerah (Renja-PD) disusun dengan berpedoman kepada Renstra PD dan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah yang memuat kebijakan, program dan kegiatan pembangunan baik dilaksanakan langsung oleh pemerintah Daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

(10)

10

Berikut ini disajikan hubungan/keterkaitan dokumen RPJMD dengan Rencana Pembangunan Daerah Lainnya pada gambar 1.5 di bawah ini:

Gambar 1.5.

HUBUNGAN RPJMD DENGAN

DOKUMEN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LAINNYA

Sumber:Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri diolah BAPPEDA Kab. KaurTahun 2015

Perencanaan pembangunan daerah di atas, dirumuskan secara transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berwawasan lingkungan.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Penulisan rancangan awal RPJMD disusun menurut sistimatika yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Penyajian rancangan awal RPJMD tersebut disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. Pendahuluan

Bagian ini menjelaskan mengenai latar belakang penyusunan RPJMD, dasar hukum penyusunan, hubungan antara dokumen RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan RPJMD serta maksud dan tujuan penyusunan RPJMD.

BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah

Gambaran umum kondisi daerah menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi Kabupaten Kaur serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah Kabupaten Kaur yang meliputi 3 (tiga) aspek utama, yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. Analisis gambaran umum kondisi daerah memberikan pemahaman tentang apa, bagaimana, dan sejauh mana keberhasilan pembangunan daerah yang dilakukan selama ini, dan/atau mengidentifikasi faktor-faktor atau berbagai aspek yang nantinya perlu ditingkatkan untuk optimalisasi pencapaian berhasilan pembangunan daerah.

BAB III. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan

Bab ini menyajikan gambaran hasil pengolahan data dan analisis terhadap pengelolaan keuangan daerah yang meliputi kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan

(11)

11

masa lalu dan kerangka pendanaan. Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah.

BAB IV. Analisis Isu-Isu Strategis

Penyajian isu-isu strategis daerah meliputi permasalahan-permasalahan daerah dan isu-isu strategis daerah. Permasalahan daerah yang disajikan adalah permasalahan pembangunan dan permasalahan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah. Isu strategis daerah dapat berasal dari permasalahan daerah maupun yang berasal dari dunia international, kebijakan nasional dan regional. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah apakah isu tersebut dapat memberikan manfaat/pengaruh pada masa datang terhadap daerah tersebut.

BAB V. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran

Bab ini berisi tentang visi dan misi Kepala Daerah terpilih yang sekaligus sebagai visi dan misi RPJMD Kabupaten Kaur 2016-2021 beserta penjelasannya. Bab ini juga menjelaskan mengenai tujuan dan sasaran dari setiap misi.

Bab VI. Strategi dan Arah Kebijakan

Dalam bagian ini diuraikan strategi yang dipilih dalam mencapai tujuan dan sasaran serta arah kebijakan dari setiap strategi.

BAB VII. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah

Bab ini menjabarkan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja. Selain itu disajikan pula penjelasan tentang hubungan antara program pembangunan daerah dengan indikator kinerja yang dipilih.

BAB VIII. Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan

Bab ini menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan PD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab PD. Pada bagian ini disajikan pula pencapaian target indikator kinerja per program termasuk pagu indikatif per tahunnya dan target indikator kinerja pada akhir periode perencanaan yang dibandingkan dengan pencapaian indikator kinerja pada awal periode perencanaan.

BAB IX. Penetapan Indikator Kinerja Daerah

Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukkan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.

BAB X. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan

Bab ini menjelaskan 2 (dua) hal yaitu pedoman transisi dan kaidah pelaksanaan. Bagian pedoman transisi menjelaskan bahwa RPJMD menjadi pedoman penyusunan RKPD dan RAPBD tahun

(12)

12

pertama di bawah kepemimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih hasil Pemilukada pada periode berikutnya. Bagian kaidah pelaksanaan menjelaskan bahwa seluruh

stakeholder pembangunan berkewajiban untuk melaksanakan program-program dalam RPJMD

dengan sebaik-baiknya. RPJMD juga merupakan pedoman bagi setiap kepala PD untuk menyusun Renstra PD dan pedoman bagi Bappeda dalam menyusun RKPD.

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2016-2021 merupakan dokumen yang ditetapkan dengan peraturan Bupati Kaur yang dilaksanakan selama periode 5 (lima) tahun dalam rangka melaksanakan ketentuan sebagaimana diamanatkan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

Maksud dari penyusunan RPJMD Tahun 2016-2021 adalah :

a. Menjabarkan visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam rencana pembangunan periode 5 (lima) tahun yang bersifat indikatif;

b. Menjabarkan kebijakan pembangunan jangka panjang daerah; dan

c. Mensinergikan dan menyelaraskan kebijakan dan program pembangunan baik di tingkat

pusat maupun di daerah, serta aspirasi masyarakat.

2. Tujuan

Tujuan Penyusunan RPJMD Kabupaten Kaur periode 2016-2021 adalah (1) untuk memberikan landasan yang tepat dan gambaran akan kemajuan yang akan dicapai daerah dalam menyusun perencanaan setiap tahunnya secara terintegrasi antar PD; (2) untuk menterjemahkan visi-misi pemerintah daerah secara konkrit dan (3) untuk menilai tingkat capaian target dan program/kegiatan yang telah dilaksanakan serta penyesuaian dengan target nasional (RPJMN 2015-2019).

Selanjutnya dokumen RPJMD Kabupaten Kaur 2016-2021 ini akan menjadi acuan untuk penyusunan :

a. Rencana Strategis (RENSTRA) PD;

b. Rencana Kerja Tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Kaur dalam bentuk dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kaur; serta sebagai landasan dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) Kabupaten Kaur.

(13)

13

BAB II

GAMBARAN KONDISI UMUM

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko, Seluma dan Kaur di Provinsi Bengkulu memberikan amanah kepada 3 (tiga) unsur daerah yakni pemerintah, masyarakat, dan swasta untuk bersama mengelola Kabupaten Kaur menuju kesejahteraan dan kemakmuran. Undang-Undang tersebut menetapkan bahwa pemekaran wilayah Kabupaten Kaur sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Bengkulu.

Wilayah administrasi Kabupaten Kaur berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tersebut terdiri atas 7 kecamatan dan 123 desa serta 3 kelurahan. Selanjutnya, dalam dua tahun pemekaran, perkembangan terakhir sampai dengan tahun 2015, wilayah administrasi Kabupaten Kaur terdiri atas 15 kecamatan, 192 desa dan 3 Kelurahan. Secara rinci, dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini :

Tabel 2.1.

KECAMATAN DI KABUPATEN KAUR

NO KECAMATAN DESA KELURAHAN IBUKOTA

KECAMATAN

1 Nasal 17 Merpas

2 Maje 19 Linau

3 Kaur Selatan 18 1 Bintuhan

4 Tetap 12 Tetap

5 Kaur Tengah 8 1 Tanjung Iman

6 Luas 12 Benua Ratu

7 Muara Sahung 7 Ulak Lebar

8 Kinal 14 Gedung Wani

9 Semidang Gumay 13 Mentiring

10 Tanjung Kemuning 20 Tj. Kemuning

11 Kelam Tengah 13 Rigangan 1

12 Kaur Utara 10 1 Simpang Tiga

13 Padang Guci Hilir 9 Gunung Kaya

14 Lungkang Kule 9 Sukananti

15 Padang Guci Hulu 11 Bn. Tambun 2

Jumlah 192 3

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Dari tabel di atas, kecamatan dengan jumlah desa terbanyak yakni Kecamatan Tanjung Kemuning (20 Desa). Disusul oleh kecamatan Maje (19 Desa). Untuk kecamatan Nasal 17 Desa dan Kaur Selatan memiliki 18 Desa. Sedangkan kecamatan yang memiliki Desa paling sedikit yakni Kecamatan Kaur Tengah (8 Desa) dan Kecamatan Muara Sahung (7 Desa). Selanjutnya, Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Kaur Utara dan Kecamatan Kaur Tengah memiliki Kelurahan (masing-masing 1 kelurahan).

(14)

14 2.1. Aspek Geografi dan Demografi

A. Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Muko-muko, Seluma dan Kaur di Provinsi Bengkulu, kemudian diperjelas dengan Surat Mendagri Nomor : 136/205/PUM tanggal 12 September 2005, maka ditetapkan bahwa luas wilayah daratan Kabupaten Kaur mencapai 2.365 km2 atau 236.500 Ha, panjang garis pantai 89,17 km dan luas kawasan laut sejauh 4 mil dari garis pantai seluas 660,59 km2.

Gambar 2.1.

PETA WILAYAH KABUPATEN KAUR

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Secara administrasi Kabupaten Kaur berbatasan dengan:

- Sebelah Utara : Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera

Selatan.

- Sebelah Selatan : Kabupaten Pesisir Barat (pemekaran dari Kabupaten Lampung Barat), Provinsi Lampung.

- Sebelah Barat : Samudera Hindia.

- Sebelah Timur : Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, Provinsi Sumatera Selatan.

Dari 195 desa/kelurahan di Kabupaten Kaur, 64 desa/kelurahan atau 32,82 persen berbatasan langsung dengan Samudera Hindia. Melihat pada batasan wilayah administrasi di atas, dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Kaur merupakan wilayah strategis yang dapat mendukung pembangunan Provinsi Bengkulu. Sebagai kabupaten yang berada di pintu gerbang sebelah selatan di Provinsi Bengkulu, maka Kabupaten Kaur merupakan cerminan kemajuan dan kesejahteraan provinsi Bengkulu. Adapun luas wilayah Kabupaten Kaur menurut Kecamatan disajikan pada gambar berikut :

(15)

15

Grafik 2.1.

LUAS WILAYAH KABUPATEN KAUR MENURUT KECAMATAN (KM2)

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015

Dari gambar 2.1. terlihat persentase (%) terhadap luas wilayah kecamatan yang memiliki persentase luas wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Nasal sebesar 21,98 % dan persentase luas wilayah terkecil yaitu Kecamatan Kaur Tengah sebesar 1,12 %. Sedangkan jarak lurus masing-masing ibu kota kecamatan dengan ibu kota Kabupatan di Kabupaten Kaur disajikan tabel berikut ini :

Tabel 2.2.

JARAK LURUS IBUKOTA KECAMATAN DENGAN IBUKOTA KABUPATEN DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2014

NO KECAMATAN IBUKOTA KECAMATAN JARAK LURUS KE BINTUHAN (km) 1 Nasal Merpas 25,00 2 Maje Linau 12,00

3 Kaur Selatan Bintuhan 0,00

4 Tetap Tetap 7,00

5 Kaur Tengah Tanjung Iman 12,00

6 Luas Benua Ratu 15,00

7 Muara Sahung Ulak Lebar 30,00

8 Kinal Gedung Wani 30,00

9 Semidang Gumay Mentiring 20,00

10 Tanjung Kemuning Tj. Kemuning 35,00

11 Kelam Tengah Rigangan 1 39,00

12 Kaur Utara Simpang Tiga 48,00

13 Padang Guci Hilir Gunung Kaya 43,00

14 Lungkang Kule Sukananti 58,00

15 Padang Guci Hulu Bn. Tambun 2 54,00

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015

Nasal; 519,92 Maje; 361,04 Kaur Selatan; 92,75 Tetap; 87,92 Kaur Tengah; 26,4 Luas; 124,88 Muara Sahung; 256 Kinal; 154,03 Semidang Gumay; 64,91 Tanjung Kemuning; 72,91 Kelam Tengah; 35,84 Kaur Utara; 49,8

Padang Guci Hilir; 115,96

Lungkang Kule; 32

Padang Guci Hulu; 370,64

Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Luas Muara Sahung Kinal Semidang Gumay Tanjung Kemuning Kelam Tengah Kaur Utara Padang Guci Hilir Lungkang Kule Padang Guci Hulu

(16)

16

Asumsi Interval Jarak Lurus Ibu Kota Kecamatan dengan Ibu Kota Kabupaten dalam wilayah Kabupaten Kaur : Sangat Dekat : 0-8 Km Dekat : 9-20 Km Sedang : 21-40 Km Jauh : 41-60 Km Sangat Jauh : > 61 Km

Melihat pada tabel 2.2., jarak ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten di Kabupaten Kaur yang terjauh yaitu Kecamatan Lungkang Kule (58 Km) dengan asumsi masuk dalam kategori interval jauh. Kecamatan yang masuk dalam kategori interval jauh lainnya yaitu Kecamatan Kaur Utara, Kecamatan Padang Guci Hilir dan Kecamatan Padang Guci Hulu. Sedangkan empat kecamatan yang merupakan kategori interval dengan jarak yang sedang yakni Kecamatan Tanjung Kemuning, Kecamatan Kelam Tengah, Kecamatan Muara Sahung, Kecamatan Kinal dan Kecamatan Nasal. Sementara itu, kecamatan lainnya yakni Kecamatan Kaur Selatan, Kecamatan Maje, Kecamatan Tetap, Kecamatan Kaur Tengah, Kecamatan Luas dan Kecamatan Semidang Gumay merupakan kecamatan yang masuk dalam kategori interval dekat dan sangat dekat.

Dari interval jarak lurus ibu kota kecamatan dengan ibu kota kabupaten yang terdapat di Kabupaten Kaur disimpulkan bahwa tidak ada kecamatan yang masuk pada kategori interval sangat jauh (> 60 Km). hal ini diasumsikan bahwa, setiap kecamatan rata-rata dapat diakses dengan kondisi jarak yang cukup baik.

Letak dan Kondisi Geografis

Secara astronomis Kabupaten Kaur terletak pada posisi 40 15’ 8,21”–40 55’ 27,77” Lintang Selatan (LS) dan 1030 4’ 8,76”–1030 46’ 50,12” Bujur Timur (BT). Kondisi astronomis ini memberikan gambaran bahwa Kabupaten Kaur beriklim tropis atau Iklim A karena terletak antara 00– 23½0 LS. Pada tahun 2015, tercatat suhu udara rata-rata minimal di Kabupaten Kaur terjadi pada bulan januari yaitu 26,300C sedangkan suhu rata-rata maksimal mencapai 27,800C, tekanan udara 1.010,98 mb, rata-rata jumlah hari hujan per bulan 8 kali dan rata-rata paling tinggi terjadi pada bulan januari mencapai 20 kali sedangkan rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2015 mencapai 127,58 mm³. Musim yang terjadi di Kabupaten Kaur sebagaimana wilayah lainnya di Indonesia dikenal dua musim, yaitu musim hujan (Desember-Maret) dan musim kemarau (Juni-September) sementara pada bulan April-Mei dan Oktober-November merupakan masa peralihan/pancaroba.

Sedangkan secara geografis Kabupaten Kaur terletak di sebelah barat Pegunungan Bukit Barisan, termasuk dalam wilayah administrasi paling selatan Provinsi Bengkulu, Indonesia. Berjarak sekitar 250 km dari ibukota Provinsi Bengkulu memanjang dari perbatasan Provinsi Lampung ke arah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan.

(17)

17 Topografi

Kabupaten Kaur merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan perbedaan ketinggian yang sangat besar, bervariasi antara 0 s.d >1000 m di atas permukaan laut. Jalur pertama 3,31 % dari luas wilayah terletak di ketinggian 0-25 m di atas permukaan laut terdapat di sepanjang pantai, jalur kedua 21,65 % dari luas wilayah terletak di ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut terdapat di wilayah timur dari jalur pertama yang merupakan lereng pegunungan Bukit Barisan dengan klasifikasi bukit Range. Sedangkan yang terletak di ketinggian 100 – 500 m dpl seluas 29,02%, ketinggian 500 – 1000 m dpl seluas 25,06% dan yang di atas 1000 m dpl seluas 20,96% terdapat di lokasi lebih ke timur dari jalur kedua sampai ke puncak bukit barisan yang merupakan daerah vulkanis dan tektonis.

Grafik 2.2.

TOPOGRAFI WILAYAH KABUPATEN KAUR (Ha)

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2015

Dari gambar di atas, topografi wilayah Kabupaten Kaur terbagi menjadi 3 (tiga) jalur yaitu: 1. Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m di atas permukaan laut.

Wilayah yang termasuk dalam Jalur Low Land mencapai 9%. Kecamatan yang termasuk ke dalam Jalur Low Land adalah Kecamatan Tanjung Kemuning, Semidang Gumay, Kaur Utara, Tetap, Kaur Selatan, Maje dan Nasal.

2. Jalur Bukit Range dengan ketinggian 100–1.000 m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Bukit

Range mencapai 61%. Semua kecamatan di Kabupaten Kaur sebagian wilayahnya ada yang

masuk katagori jalur ini.

3. Jalur Pegunungan dengan ketinggian > 1.000 m. Wilayah yang termasuk dalam Jalur Pegunungan mencapai 30%. Di Kabupaten Kaur, yang termasuk ke dalam jalur ini adalah kawasan Bukit Barisan.

Selain kondisi di atas, bila ditinjau dari kondisi dan kemiringan tanah yang ada di Kabupaten Kaur sangat cocok untuk tanaman pangan yakni padi, kedele, jagung dan sebagainya. Untuk tanaman palawija seperti cabe, tomat, kacang-kacangan dan sayuran juga merupakan tanaman yang

Jalur low land, 20.889 Ha

Jalur bukit range, 144.026 Ha Jalur pegunungan,

(18)

18

potensial di wilayah ini. Selanjutnya selain jenis tanaman di atas, wilayah Kabupaten Kaur juga sangat cocok juga untuk dikembangkan tanaman perkebunan rakyat berupa kopi, kakao, cengkeh, kelapa, kelapa sawit ataupun sejenisnya karena selain letaknya di sisi Samudera Indonesia juga datarannya terbentang di jajaran Bukit Barisan yang terkenal subur. Tekstur Tanah yang dimiliki Kabupaten Kaur terdiri atas : (1) tekstur tanah halus seluas 135.083,00 Ha; (2) tekstur tanah cukup halus seluas 38.227,00 Ha; (3) tekstur tanah cukup kasar seluas 50.086,00 Ha; (4) tekstur tanah kasar seluas 13.104,00 Ha.

Dari penjelasan di atas, ditinjau pada faktor topografi dapat disarikan bahwa Kabupaten Kaur memiliki potensi besar dalam pembangunan bidang pertanian, perkebunan. Data topografi menunjukkan bahwa kecamatan di Kabupaten Kaur wilayahnya masuk katagori jalur Bukit Range

(61% atau 144.026 hektar) dan Jalur Low Land mencapai 9% atau 20.889 hektar. Sisanya merupakan Jalur Pegunungan yaitu kawasan Bukit Barisan.

Sedangkan jika ditinjau menurut masing-masing Kecamatan berdasarkan posisi Kantor Camat, Kecamatan dengan posisi tertinggi dari permukaan laut adalah Kecamatan Padang Guci Hulu dengan ketingggian ± 287 m. Berikut ditampilkan kondisi ketinggian di atas permukaan laut masing-masing kecamatan di Kabupaten Kaur.

Grafik 2.3.

KETINGGIAN WILAYAH KECAMATAN DI ATAS PERMUKAAN LAUT BERDASARKAN POSISI KANTOR CAMAT

Sumber : Statisitik Daerah Kabupaten Kaur 2015

Adapun klasifikasi topografi diuraikan sebagai berikut :

1. Terdapat 9 (Sembilan) Kecamatan yang termasuk dalam kelompok topografi Jalur Low Land (dataran rendah) dengan ketinggian 0–100 m, antara lain :

a. Kecamatan Nasal;

b. Kecamatan Maje;

c. Kecamatan Kaur Selatan;

d. Kecamatan Tetap;

e. Kecamatan Kaur Tengah;

0 50 100 150 200 250 300 Nasal Maje Kaur Selatan Tetap Kaur Tengah Luas Muara Sahung Kinal Semidang Gumay Tanjung Kemuning Kelam Tengah Kaur Utara Padang Guci Hilir Lungkang Kule Padang Guci Hulu

26 56 50 43 68 132 237 90 57 76 165 193 93 195 287 Ketinggian

(19)

19

f. Kecamatan Kinal;

g. Kecamatan Semidang Gumay;

h. Kecamatan Tanjung Kemuning;

i. Kecamatan Padang Guci Hilir .

2. Terdapat 6 (enam) Kecamatan yang termasuk dalam Jalur Bukit Range dengan ketinggian 100–1.000 m, antara lain :

a. Kecamatan Muara Sahung;

b. Kecamatan Luas;

c. Kecamatan Lungkang Kule;

d. Kecamatan Kaur Utara;

e. Kecamatan Padang Guci Hulu;

f. Kecamatan Kelam Tengah.

Geologi

Berdasarkan pembagian Mandala Geologi Tersier Pulau Sumatera, Lembar Bengkulu, sebagian terletak di lajur busur depan, busur magmatik dan busur belakang. Nama-nama yang dipakai untuk lajur-lajur tersebut adalah Lajur Bengkulu, Lajur Barisan dan Lajur Mentawai. Aktifitas magmatis pada akhir Miosin sampai awal Pleistosin dibagian Utara–Timur laut, menyebabkan dihasilkannya produk-produk gunung api Rio-Andesit (QTv).

Pergerakan lempeng benua dari sebelah Utara–Timur laut Pulau Sumatera ke arah Selatan–Barat Daya menyebabkan terbentuknya Sesar Semangko yang membentang dari ujung Utara Pulau Sumatera, sampai Selat Sunda. Sesar Semangko atau disebut juga dengan sesar besar Sumatera merupakan sesar yang sampai sekarang masih aktif, dan menekan bagian utara-timur laut Pulau Sumatera, yang di respon oleh pergerakan lempeng samudera (oceanic crust) disebelah Barat Daya Pulau Sumatera dengan arah gaya ke Utara–Timur laut menekan bagian sebelah Barat Pulau Sumatera. Akibat dari pergerakan kedua bagian Pulau Sumatera ini, maka terbentuklah sesar-sesar yang masih aktif sepanjang zona sesar besar Sumatera. Gaya dan pergerakan dari sesar besar Sumatera tersebut menimbulkan sesar-sesar orde dua dan selanjutnya, yang terdapat terutama dibagian Selatan-Barat Laut Kabupaten Kaur.

Dari foto udara bidang-bidang/zona-zona sesar ini ditunjukkan oleh kenampakan liniasi-liniasi morfologi berupa perubahan rona dan tekstur serta kenampakan liniasi-liniasi-liniasi-liniasi perubahan sifat-sifat geofisika, batuan pada zona tersebut. Selanjutnya dari pergerakan kedua lempeng tersebut menyebabkan peningkatan aktifitas magma yang kemudian menghasilkan pembentukan busur gunung api Tersier hingga Resent dari deretan gunung berapi, pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan tektonik lempeng benua dan samudera ini juga menyebabkan terjadinya pengangkatan (highing) yang merupakan pegunungan Bukit-Barisan di bagian Utara-Timur laut. Pelurusan-pelurusan yang berarah Barat laut–Tenggara di bagian Barat laut wilayah Kaur merupakan sesar orde satu dan orde dua pada tinggian lajur Bukit Barisan. Aktifitas magmatik berikutnya pada akhir Pliosin menghasilkan produk gunung api Andesit-Basalt (Qv) yang menutupi sebagian wilayah penyelidikan paling Utara.

Gaya-gaya tektonik yang bekerja sejak awal Miosin dibagian ini menyebabkan peningkatan aktifitas magmatis yang menghasilkan terobosan batuan beku Granit dan Diorit pada Miosin tengah. Proses tektonik berupa pengangkatan yang terjadi pada akhir Miosin menyebabkan Tubuh pluton ini terangkat tererosi dan tersingkap pada jalur zona patahan (fault-zone) orde I dan II, kepermukaan dibagian Utara wilayah Kabupaten Kaur. Struktur geologi pensesaran berupa sesar-sesar orde dua dan tiga, mengontrol pola sebaran terobosan pluton dan terbentuk

(20)

20

secara intensif dibagian ini. Sistim pensesaran ini membentuk pelurusan-pelurusan dengan arah secara umum adalah barat laut– tenggara. Aktifitas magmatik yang terjadi pada akhir Miosin sampai Pliosin (setelah terbentuknya Formasi Lemau) yang mengandung batu bara di wilayah ini, juga menyebabkan percepatan proses pematangan kualitas batu bara yang terdapat pada Formasi ini. Pergeseran-pergeseran sesar diatas mengakibatkan terbentuknya zona Seismic

Beniof di dasar laut yang merupakan zona gempa dengan sismistas tinggi.

Hidrologi

Kabupaten Kaur memiliki 14 (empat belas) Daerah Aliran Sungai (DAS) meliputi : DAS Barkenang, DAS Kedurang, DAS Kinal, DAS Kolek, DAS Luas, DAS Manula, DAS Mertam Ds, DAS Nasal, DAS Padang Guci, DAS Sambat, DAS Sawang, dan DAS Seranjangan. DAS-DAS tersebut mengalir dari utara ke arah selatan kemudian bermuara di Samudera Hindia. Ke empat belas DAS tersebut terdiri dari 3 DAS Nasional dan 11 DAS lokal. DAS yang termasuk pada klasifikasi DAS Nasional yaitu DAS Luas, DAS Kinal, dan DAS Manula, sisanya termasuk klasifikasi DAS lokal. DAS-DAS tersebut di atas membentuk tiga zona kawasan yaitu (1) Kawasan Utara; (2) Kawasan Tengah, dan (3) kawasan Selatan. Zona Utara selanjutnya disebut Wilayah Utara Kabupaten Kaur terdiri dari DAS Sulau, DAS Padang Guci, DAS Seranjangan, DAS Kinal, DAS Barkenang dan DAS Kedurang. DAS Sulau melewati Kec. Padang Guci Hilir dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Padang Guci melewati Kec. Padang Guci Hulu, Kaur Utara, Padang Guci Hilir, Kec. Tanjung Kemuning. DAS Seranjangan melewati Kec. Kelam Tengah dan Kec. Tanjung Kemuning. DAS Kinal melewati Kec. Kinal dan Kec. Semidang Gumai. DAS Barkenang dan DAS Kedurang melewati Kec. Padang Guci Hulu. Zona tengah yang selanjutnya disebut dengan Wilayah Tengah Kabupaten Kaur, terdiri dari DAS Luas dan DAS Tetap. DAS Luas melewati Kec. Muara Sahung, Luas dan Kaur Tengah, DAS Tetap melewati Kec. Tetap. Zona Selatan selanjutnya disebut Kaur bagian selatan. DAS yang melewati Kaur bagian selatan meliputi DAS Sambat, DAS Sawang, DAS Nasal, DAS Kolek, DAS Manula. DAS Manula melewati Kec. Kaur Selatan dan Maje, DAS Sawang melalui Kec. Maje, DAS Nasal, Kolek dan Manula berada di Kec. Nasal.

Dari ke 14 DAS tersebut terdapat 2 DAS (Manula dan Nasal) yang wilayah hidrologisnya berada di TNBBS, dengan kondisi tutupan lahannya masih berupa hutan lebat mencapai 95%, terdapat 3 DAS (Seranjangan, Sulau dan Tetap) yang wilayah aliran dan wilayah hidrologisnya berada di kawasan budidaya, dan DAS-DAS lain merupakan DAS-DAS yang wilayah hiroorologinya berada di kawasan HP atau HPT dan wilayah aliran (midle stream dan down stream) berada di kawasan budidaya.

Tabel 2.3.

INTERPRETASI KONDISI DAS DI KABUPATEN KAUR

NO DAS

DAN KLASIFIKASI

WILAYAH HIDROOROLOGIS

(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI

Up Stream Midle Stream Down Stream

1 Bengkenang (DAS Lokal)

Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur

Kab. Bengkulu Selatan -

2 Kedurang (DAS Lokal)

Kab. Bengkulu Selatan Kab. Bengkulu Selatan, Sedikit di wilayah barat Kab. Kaur

Kab. Bengkulu Selatan

-

3 Kinal (DAS Lokal)

Berada di Kawasan hutan lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8%

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Sedang, dimusim hujan ada potensi menyebabkan banjir. Pada batang sungai terdapat lekukan yang terancam oleh pengikisan air sungai.

(21)

21

NO DAS

DAN KLASIFIKASI

WILAYAH HIDROOROLOGIS

(WILAYAH TANGKAPAN AIR) KONDISI ALIRAN SUNGAI

Up Stream Midle Stream Down Stream

4 Kolek (DAS Lokal)

Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan semak 3%

Merupakan kawasan budidaya masyarakat , baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir

5 Luas (DAS Lokal)

Berada di Kawasan hutan lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kinal dengan kondisi hutan lebatnya mencapai 47,8%

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Sedang, dimusim hujan ada potensi menyebabkan banjir. Pada batang sungai terdapat lekukan yang terancam oleh pengikisan air sungai.

6 Manula (DAS Lokal)

Berada di TNBBS dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % .

Berada di NBBS dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % .

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Sedang, dimusim hujan ada potensi menyebabkan banjir. .

7 Mertam Ds (DAS Lokal)

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat , baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat , baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir

8 Nasal (DAS Nasional) Berada di TNBBS dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 93,5 % .

Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan semak 3%

Kawasan budidaya masyarakat

Kawasan budidaya masyarakat

Sedang, dimusim hujan ada potensi menyebabkan banjir.

9 Padang Guci (DAS Nasional)

Berada di Kawasan hutan lindung Raja Mendara dengan kondisi hutan lebatnya masih berkisar 90,5 % dan HPT Air Kedurang dengan kondisi tidak terdapat lagi hutan lebatnya.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Baik, tetapi pada waktu-waktu tertentu sungai ini meluap, terutama di musim penghujan.

10 Sambat (DAS Lokal) Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan , hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan semak 3%

Dan HPT. Air Sambat kondisi tutupan , hutan belukar, 77 %, perkebunan rakyat 22 % dan semak 1%

Merupakan kawasan budidaya masyarakat , baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir

11 Sawang ((DAS Lokal) Berada di HPT Bukit Kumbang dengan kondisi tutupan, hutan belukar, 42 %, hutan lebat 24%, perkebunan rakyat 31 % dan semak 3%

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Merupakan kawasan budidaya masyarakat

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir

12 Seranjangan (DAS Lokal)

Merupakan kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir 13 Sulau (DAS Lokal) Merupakan kawasan budidaya

masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir 14 Tetap (DAS Lokal) Berada di HPT Air Sambat dengan

kondisi tutupan, hutan belukar, 77 %, perkebunan rakyat 22 % dan semak 1%

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Kawasan budidaya masyarakat, baik itu di wilayah GSS maupun wilayah tangkapan air.

Buruk, pada musim kemarau air dapat surut secara drastis dan pada musim hujan dapat menimbulkan banjir

(22)

22

Melihat pada data yang disajikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Daerah Aliran Sungai dengan klasifikasi Nasional dan lokal di Kabupaten Kaur memiliki potensi besar bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan dan pengembangan kawasan budidaya masyarakat.

Klimatologi

Keadaan iklim di Kabupaten Kaur, perkembangan rata-rata curah hujan dari tahun ke tahun (empat tahun terakhir) menunjukkan kondisi baik. Hal ini juga dapat dilihat pada rata-rata hari hujan dalam satu tahun berkisar 10-15 kali. Berikut disajikan perkembangan rata-rata curah hujan yang terjadi pada grafik 2.1. di bawah ini:

Grafik 2.4.

RATA-RATA CURAH HUJAN (mm) DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2011-2015

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016 Diolah Bappeda Kabupaten Kaur

2015 127,6 mm Di samping itu, pada tahun 2015 rata-rata suhu udara yang terjadi di Kabupaten Kaur adalah 27,02 0C, dengan suhu udara minimum rata-rata 24,00 0C dan suhu udara maksimum yaitu 31,63 0C. Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata–rata dari pergerakan molekul-molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima panas dari benda-benda lain tersebut. Suhu udara merupakan derajat panas dari aktifitas molekul dalam atmosfer. Kapasitas udara adalah jumlah air maksimum yang dapat dikandung oleh udara pada suhu tertentu. Kapasitas udara untuk menampung uap air (pada keadaan jenuh) tergantung pada suhu udara tersebut.

Jika dilihat pada kelembaban nisbi rata-rata yaitu 83,67 persen. Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktifitas organisme di alam. Sedangkan kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktifitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertikal dan horizontal. Kelembaban udara juga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi kondisi/keadaan cuaca dan iklim di suatu wilayah tertentu. Secara ilmiah, kelembaban merupakan jumlah

291 189 238 224 128 50 100 150 200 250 300 350 2011 2012 2013 2014 2015

Rata-rata Curah Hujan 2011-2015

Rata-rata Curah Hujan 2011-2015

(23)

23

kandungan uap air yang terkandung dalam massa udara pada suatu saat (waktu) dan wilayah (tempat) tertentu. Sebagai gambaran kondisi klimatologi Kabupaten Kaur disajikan tabel 2.4 :

Tabel 2.4.

KEADAAN SUHU UDARA DAN KELEMBABAN DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2015 BULAN SUHU UDARA TEMPERATURE(OC) KELEMBABAN UDARA (%)

Minimum Maksimum Rata-rata

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember 23,30 23,50 24,00 24,10 24,60 24,50 23,50 23,80 23,70 24,50 24,50 24,10 30,20 31,50 31,50 31,10 32,40 32,10 32,40 32,20 31,40 32,70 31,40 30,70 26,30 26,50 27,20 26,90 27,80 27,50 27,10 27,10 26,60 27,60 27,00 26,70 85 84 81 85 83 82 80 82 83 83 86 86 Rata-rata 24,00 31,63 27,02 83.33

Sumber : Kabupaten Kaur Dalam Angka 2016

Berdasarkan pada uraian dan tabel di atas, maka disimpulkan bahwa hubungan kelembaban dengan suhu udara :

(1) Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Maka akibatnya, tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Dalam sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi;

(2) Volume berbanding terbalik dengan tekanan;

(3) Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau kelembaban relatif;

(4) Udara di sekitar kita yang terlihat kosong/hampa, ini sebenarnya di dalamnya terkandung sejumlah uap air. Sehingga perlu di catat bahwa besar kecilnya kapasitas udara tergantung pada temperatur udara itu sendiri, di mana semakin tinggi temperatur suatu udara (semakin panas) maka semakin besar kapasitas udara.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa suhu udara dan kelembaban nisbi di Kabupaten Kaur dalam kondisi baik.

Penggunaan Lahan 1) Kawasan budidaya :

Pola ruang kawasan budidaya terdiri atas 8 (delapan) kawasan yang tersebar di Kabupaten Kaur, meliputi :

1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi, merupakan kawasan yang diperuntukkan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hutan yang dirinci meliputi : kawasan hutan produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan hutan yang dapat dikonversi.

(24)

24

2. Kawasan Peruntukan Pertanian, dirinci meliputi : Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan.

3. Kawasan Peruntukan Perikanan meliputi : perikanan tangkap, budidaya perikanan dan pengolahan ikan.

4. Kawasan Peruntukan Pertambangan, dirinci meliputi : jenis pertambangan Mineral dan Batu Bara, Minyak Bumi dan Gas.

5. Kawasan Peruntukan Industri, dirinci meliputi kawasan peruntukan industri besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri rumah tangga.

6. Kawasan Peruntukan Pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan : pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan. rencana ini disusun berdasarkan potensi yang ada, potensi yang akan datang atau potensi yang akan dikembangkan. Pengembangan wisata ini harus diikuti wisata andalan serta yang berkaitan dengan wisata nasional.

7. Kawasan Peruntukan Permukiman, terdiri dari permukiman perkotaan dan permukiman perdesaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi dan sebagainya.

8. Kawasan Peruntukan Lainnya.

Adapun Luas masing-masing Kawasan Budidaya dimaksud secara rinci sebagai berikut:

Tabel 2.5.

KAWASAN BUDIDAYA DI KABUPATEN KAUR TAHUN 2012–2032

NO JENIS KAWASAN LUAS

(HA)

1. Kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) 36.226,27

2. Kawasan Hutan Rakyat 1.219,52

3. Kawasan Pertanian 8.464,00

4. Kawasan Perkebunan 89.897,00

5. Kawasan pertambangan 106,99

6. Kawasan permukiman 3.186,07

7. Kawasan Peruntukan lainnya 53,00

Luas Kawasan Budidaya 139.152,85

Sumber : RTRW Kabupaten Kaur 2012-2032

Terlihat dari tabel 2.5 di atas bahwa Kawasan Perkebunan Rakyat mendominasi dengan luas mencapai 89.897,00 Hektar. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan budidaya pertanian dan perkebunan memiliki potensi yang besar di Kabupaten Kaur mulai dari hulu dan hilir. Sedangkan kawasan Hutan Produksi (HP dan HPT) yang memiliki luas 36.266,27 Hektar merupakan jenis kawasan budidaya yang memiliki luas kedua tertinggi. Hal ini menggambarkan bahwa kawasan HP dan HPT cukup berpotensi mewujudkan kesejahteraan masyarakat, namun kawasan ini perlu diperhatikan secara detail tentang batasan-batasan dengan kawasan hutan lindung. Terutama untuk daerah-daerah dengan topografi pada jalur pegunungan.

(25)

25 2) Kawasan lindung

Berdasarkan data yang diperoleh dari RPJMD Kabupaten Kaur Tahun 2011-2016 pada Bab II, menjelaskan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur didominasi oleh hutan negara (TNBBS, hutan lindung Raja Mendare, HPT/HP), serta perkebunan rakyat. Kawasan hutan tersebut tersebar di Kecamatan Nasal, Maje, Kaur Selatan, Tetap, Muara Sahung, Kinal, dan Padang Guci Hulu. Kecamatan yang memiliki luas hutan terluas yaitu Nasal, Padang Guci Hulu, Maje dan Kinal. Pemanfaatan lahan di Kabupaten Kaur jauh melebihi standar minimum ketersediaan kawasan hutan 20% dari luas wilayah. Konversi lahan kawasan hutan menjadi kawasan budidaya masih dimungkinkan dilakukan karena kawasan budidaya secara lingkungan sudah optimal. Penggunaan lahan yang dapat dikonversi berupa pemanfaatan lahan yang tidak produktif (tegalan, semak belukar), yang luasnya mencapai 29.852,4 ha.

Pemanfaatan lahan pada kawasan Hutan Produksi atau Hutan Produksi Terbatas pada saat ini tidak lagi memiliki nilai strategis bagi pembangunan Kabupaten Kaur. Exploitasi kawasan HPT/HP yang telah dilakukan menimbulkan kawasan-kawasan tidak produktif, berupa semak belukar dan padang ilalang. Kawasan–kawasan tidak produktif tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan produktif yang berwawasan lingkungan. Kondisi Kawasan Hutan Lindung Raja Mendare dan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan secara umum masih baik, walaupun di beberapa kawasan terdapat gambaran berupa titik-titik berwarna merah yang menunjukkan adanya perubahan penggunaan lahan atau adanya kegiatan perusakan kawasan hutan.

Grafik 2.5.

KONDISI TUTUPAN LAHAN (DITINJAU DARI LUAS LAHAN) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RAJA MENDARA DAN TNBBS

Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD Tahun 2011-2016

Alangalan

g BelukarHutan HutanLebat PerkebRakyat Sungai/Danau Tegalan/ladang Jumlah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan - 2.844,70 60.519,55 1.080,74 257,64 8,37 64,71 Hutan Lindung Raja Mendara 447,10 1.108,03 38.532,56 231,64 153,33 10,34 42.569,00

20.000,00 40.000,00 60.000,00 80.000,00 100.000,00 120.000,00 Lu as Lah an ( H a) Penggunaan Lahan

(26)

26

Grafik 2.6.

KONDISI TUTUPAN LAHAN (DITINJAU DARI PROSENTASE) DI KAWASAN HUTAN LINDUNG RAJA MENDARA DAN TNBBS

Sumber: Interpretasi Cintra Landsat 2005 dan Observasi Lapangan 2009 dalam RPJMD Tahun 2011-2016

Kawasan hutan produksi ditetapkan berdasarkan data dari Kementerian Kehutanan dan kriteria-kriteria teknis dalam pengawetan tanah. Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih dan tanam. Kriteria dalam penetapan kawasan hutan produksi terbatas dengan pertimbangan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah, curah hujan. Pengembangan kawasan hutan ini di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan konservasi lainnya (SK. Menteri Pertanian Nomor : 683/KPTS/Um/11/1980).

Tabel 2.6.

KONDISI TUTUPAN LAHAN DI HPT DI KABUPATEN KAUR

NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) %

HP. Air Sambat Hutan Belukar 1.498,02 77,30

Perkeb. Rakyat 439,23 22,66

Semak 0,74 0,04

Jumlah 1.938,00 100,00

HPT. Air Kedurang Hutan Belukar 2.054,43 50,66

Perkeb. Rakyat 1.972,05 48,63

Sungai/Danau 25,18 0,62

Tegalan/lading 3,66 0,09

Jumlah 4.055,32 100,00

Nama HPT Tutupan Lahan Luas (ha) %

HPT. Air Kinal Alangalang 254,41 4,57

Hutan Belukar 1.081,86 19,43

Hutan Lebat 2.661,22 47,80

Perkeb. Rakyat 1.435,43 25,78

Sungai/Danau 134,85 2,42

Jumlah 5.567,77 100,00

HPT. Bukit Kumbang Hutan Belukar 4.596,04 42,82

Hutan Lebat 2.529,78 23,57

Perkeb. Rakyat 3.345,39 31,17

Semak 250,48 2,33

Sungai/Danau 11,23 0,10

Jumlah 10.732,91 100,00

HPT. Kaur Tengah Hutan Belukar 5.407,45 38,81

1,05 2,60 90,52 5,44 0,36 0,02 99,99 - 4,40 93,52 1,67 0,40 0,01 100,00

Alangalang Hutan Belukar Hutan Lebat Perkeb Rakyat Sungai/Danau Tegalan/ladang Jumlah Prosentase Penggunaan Lahan

Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Prosentase (%) Hutan Lindung Raja Mendara Prosentase (%)

(27)

27 NAMA HPT TUTUPAN LAHAN LUAS (HA) %

Hutan Lebat 3.040,89 21,83

Perkeb. Rakyat 5.483,93 39,36

Jumlah 13.932,27 100,00

TWA. Way Hawang Kampung 0,49 0,76

Perkeb. Rakyat 63,51 99,24

Jumlah 64,00 100,00

Sumber : Hasil Interpretasi Citra Landsad Tahun 2005, dalam RPJMD Kab. Kaur 2011-2016.

Berikut disajikan grafik luas Hutan Produksi Terbatas (HPT) yang ada di Kabupaten Kaur :

Grafik 2.7.

LUAS HUTAN PRODUKSI TERBATAS (Ha) DI KABUPATEN KAUR

Sumber: RPJMD Tahun 2011-2016

Dari gambar di atas, disajikan bahwa HPT. Kaur Tengah merupakan HPT dengan luas tertinggi yakni memiliki luas kawasan 13.932,27 Hektar. Luas kawasan HPT Kaur Tengah didominasi tutupan lahan perkebunan rakyat yang sebesar 5.483,93 Hektar. HPT lainnya yang mempunyai luas mencapai 10.732,91 Ha adalah HPT Bukit Kumbang. Sedangkan HPT Air Sambat merupakan HPT dengan memiliki luas paling sedikit yakni hanya mencapai luas 1.938 Hektar.

2.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Kawasan strategis kabupaten (RTRW Kabupaten Kaur) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan (UU No. 26/2007). Dalam konteks rencana pengembangan wilayah Kabupaten Kaur, kawasan strategis di dalam penanganannya diharapkan dapat mewujudkan pertumbuhan yang merata di seluruh wilayah Kabupaten Kaur dan mendorong percepatan pengembangan wilayah.

Selain itu, dalam konteks efisiensi pemanfaatan sumber daya yang diukur dari besarnya nilai manfaat, kelestarian sumber daya dan dampaknya terhadap lingkungan serta mengingat kondisi yang berbeda untuk setiap wilayah, pembangunan wilayah tidak dapat dilakukan serentak dan sama besarnya setiap wilayah dan setiap kegiatan. Perlu terlebih dahulu ditentukan titik-titik pertumbuhan dan kegiatan-kegiatan yang sifatnya strategis yang mampu membangkitkan putaran kegiatan lebih besar di masing-masing wilayah. Titik-titik tersebut akan

1.938,00 4.621,00 5.567,77 13.932,27 10.732,91 HPT. Air Sambat HPT. Air Kedurang HPT. Air Kinal HPT. Kaur Tengah HPT. Bukit Kumbang

Gambar

Tabel 5.1 Penjelasan Visi

Referensi

Dokumen terkait

Kepada sahabat-sahabatku angkatan 2007 (Like D’antz), Nila, Risma, Mayka, Rysa, Putri, Ria, Umi, Desy, Eva, Maria, Aini, Natal, Siti, Else, Asril, Mirza, Affan, Ncay, Resti,

Tujuan penelitian ini untuk dapat mengetahui gambaran risk taking behaviour pada anggota komunitas moge “x” di jalan raya kota Surabaya. Subjek penelitian ini

Meskipun semua komponen peralatan listrik selalu diisolasi dengan isolasi padat, cair (minyak), udara, gas, dan sebagainya. Namun karena usia pemakaian, keausan,

Berdasarkan hasil observasi keterampilan proses sains pada pra pedekatan Inquiry atau metode konvensional, didapati calon guru kimia hanya membuktikan teori saja tanpa memahami

Peminatan pilihan kelompok mata pelajaran, pilihan lintas mata pelajaran dan pilihan pendalaman materi mata pelajaran merupakan upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2016-2021 yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah untuk periode 5 (lima)

Untuk itu, penyediaan sarana promosi dan pusat pemasaran di dalam komplek ini dapat menjadi wadah penyediaan informasi, pemasaran dan promosi mengenai produk yang dihasilkan oleh

[r]