SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F SKRIPSI
PENGARUH MENIRAN (
Phyllanthus niruri linn
)
TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI
HEPAR TIKUS PUTIH (
Rattus norvegicus
)
JANTAN yang DIINDUKSI OBAT ANTI
TUBERKULOSIS (RIFAMPISIN
dan ISONIAZID)
Oleh
MARTA VALEN FEBRIANA NIM 061011050
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
ii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F PENGARUH MENIRAN (Phyllanthus niruri linn) TERHADAP
GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) JANTAN yang DIINDUKSI OBAT
ANTI TUBERKULOSIS (RIFAMPISIN dan ISONIAZID)
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Oleh
MARTA VALEN FEBRIANA NIM. 061011050
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Dr. Nenny Harijani, MSi., drh. Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, M Kes., Drh.
iii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul :
PENGARUH MENIRAN (Phyllanthus niruri linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) JANTAN yang DIINDUKSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (RIFAMPISIN
dan ISONIAZID)
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya jugat tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surabaya, 11 Agustus 2015
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
iv
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Telah dinilai pada seminar hasil penelitian
Tanggal : 11 Agustus 2015
KOMISI PENILAI SEMINAR HASIL PENELITIAN
Ketua Penguji : Arimbi, drh., M. Kes.
Sekretaris Penguji : Dr. Rochmah Kurnijasanti, drh., M. Si.
Anggota Penguji : Ira Sari Yudaniayanti, drh., M. Kes.
Pembimbing I : Dr. Nenny Hariyani, drh., M. Si.
v
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
Tanggal : 19 Agustus 2015
KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua Penguji : Arimbi, drh., M. Kes.
Sekretaris Penguji : Dr. Rochmah Kurnijasanti, drh., M. Si.
Anggota Penguji : Ira Sari Yudaniayanti, drh., M. Kes.
Pembimbing I : Dr. Nenny Hariyani, drh., M. Si.
Pembimbing II : Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, drh., M. Kes.
.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
v
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
PENGARUH MENIRAN (Phyllanthus niruri linn) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR TIKUS PUTIH
(Rattus norvegicus) JANTAN yang DIINDUKSI OBAT ANTI TUBERKULOSIS (RIFAMPISIN
dan ISONIAZID)
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak meniran terhadap perbaikan gambaran histopatologi hepar tikus putih yang diinduksi rifampisin dan isoniazid. Dua puluh lima ekor tikus putih jantan dibagi menjadi lima kelompok, P0 sebagai kontrol negatif (tidak di induksi rifampisin and isoniazid, CMC Na 1%), P1 sebagai kontrol positif (induksi rifampisin isoniazid, dan CMC Na 1%), P2, P3, dan P4 kelompok dengan pemberian rifampisin, isoniazid, dan ekstrak meniran dengan dosis 2, 2.7, 3.4 mg/kgbb/per oral/hari. Diberikan selama 28 hari. Dan diakhir penelitian (29 hari) tikus di euthanasi dan diambil heparnya untuk diproses sebagai preparat histopatologi. Efek hepatoprotektif yang paling signifikan dari ekstrak meniran adalah dari kelompok yang diberi ekstrak meniran 3.4 mg/kgbb yang menujukkan tidak adanya perubahan histologis hepar. Penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak meniran memiliki sifat hepatoprotektif.
vi
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
EFFECT MENIRAN (Phyllanthus niruri Linn) HISTOPATHOLOGY OF LIVER DESCRIPTION OF ALBINO RATS (Rattus norvegicus) MALE
INDUCED ANTI TUBERCULOSIS (rifampicin and isoniazid)
Abstract
The purpose of this study was to determine the effect of the extract meniran to repair liver histopathological changes of albino rats induced by rifampicin and isoniazid. Twenty-five male rats were divided into five groups, P0 group was negative control (not induction of rifampicin, isoniazid, and CMC Na 1%), P1 group was positive control (induced by rifampicin, isoniazid, and CMC Na 1%), P2, P3, and P4 group were treatment group with rifampisin, isoniazid, and meniran extract with dose 2, 2.7, 3.4 mg/kgbw/Per Orally/day. All the treatment were given for 28 days. At the end of the experiment (29thday) the rats were then euthanised and the liver were collected for histopatological examination. The most significant hepatoprotective effect of meniran extract was since in the group at ministered the extract meniran at 3,4 mg/kgbw which showed no significant changes in the liver histologically. This study showed that meniran extract has hepatoprotective properties.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
vii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puja dan puji bagi ALLAH SWT yang telah memberikan taufik dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul: Pengaruh Meniran (Phylanthus niruri linn) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus Norvegicus) Jantan yang di Induksi Obat Anti Tuberkulosis (Rifampisin dan Isoniazid).
Penyusunan Skripsi ini, tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, atas segala bantuannya penulis ucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya Prof. Romziah Sidik, drh., Ph.D yang telah memberikan ijin dan fasilitas untuk pelaksanaan penelitian.
2. Dr. Nenny Harijani, M. Si, drh. dan Dr. Wiwik Misaco Yuniarti, M. Kes., Drh. yang dengan penuh perhatian, kesabaran dan ketelitiannya dalam memberikan bimbingan penulisan Skripsi ini.
3. Dosen penguji Arimbi, drh., M. Kes, Dr. Rochmah Kurnijasanti, drh., M. Si, Ira Sari Yudaniyanti, drh., MP atas segala kritik dan saran untuk penulisan Skripsi ini.
viii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan.
Di samping itu penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya dibidang kedokeran hewan.
Surabaya, 27 Juli 2015
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR
ix
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
DAFTAR ISI
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG……….. xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Landasan Teori ... 4
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ………. 7
1.6 Hipotesis Penelitian ……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Hepar ... 8
. 2.1.1 Gambaran makroskopis ... 8
2.1.2 Gambaran mikroskopis ... 9
x
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
2.3 Kerusakan Hepar ... 12
2.4 Meniran ... 13
2.4.1 Taksonomi ... 13
2.4.2 Habitat dan morfologi tanaman ... 14
2.4.3 Kandungan kimia ... 15
2.4.4 Aktivitas meniran ... 17
2.5 Hewan Coba (Rattus Norvegicus)... 19
2.6 Rifampisin dan Isoniazid ... 20
BAB III MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 22
3.2 Bahan dan Materi Penelitian ... 22
3.2.1 Bahan penelitian... 23
3.2.2 Alat penelitian ... 23
3.2.3 Sampel penelitian ... 23
3.3 Metode Penelitian ……… 24
3.3.1 Pembuatan hewan model kerusakan hepar dengan rifampisin dan isoniazid……… 24
3.3.2 Dosis meniran ………. 24
3.3.3 Pemberian ekstrak meniran ……….. 24
3.3.4 Pengambilan sampel ……… 26
3.3.5 Prosedur pembuatan preparat histopatologi …………. 26
3.4 VariabelPenelitian ……… 27
3.5 Rancangan Penelitian ……… 27
3.6 Metode Skoring ………. 27
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR
xi
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Degenerasi ... 38
5.2 Nekrosis ... 39
5.3 Kongesti ... 41
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 43
6.2 Saran ... 43
RINGKASAN ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 47
xii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.6 Skoring Histopatologi Hepar……….. 28
4.1 Rata-rata skor Degenerasi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diberi Ekstrak Meniran Setelah Diinduksi Rifampisin
dan Isoniazid……… 33
4.2 Rata-rata Skor Nekrosis Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diberi Ekstrak Meniran Setelah Diinduksi Rifampisin
dan Isoniazid………. 35
4.3 Rata-rata Skor Kongesti Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diberi Ekstrak Meniran Setelah Diinduksi Rifampisin
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR
xiii
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1.2 Hepar Normal ………. 9
2.1 Tanaman Meniran……….. 15
4.1 Gambaran Histopatologi Degenerasi Hepatosit Tikus Putih
(Rattus Norvegicus) ……….. 32
4.2 Gambaran Histopatologi Nekrosis Hepatosit Hepar Tikus Putih
(Rattus Norvegicus)………. 34
4.3 Gambaran Histopatologi Kongesti Pada Vena Centralis Tikus Putih
xiv
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis Statistik Degenerasi, Nekrosis, dan Kongesti Vena
Centralis DenganKruskal-WallisTest ……….. 51 2. Analisis Statistik Degenerasi, Nekrosis, dan Kongesti Vena
Centralis DenganMann-WhitneyTest Setelah Terdapat
Perbedaan Yang Bermakna (p<0,05)………... 53 3. Hasil Rata-rata Nilai Degenerasi, Nekrosis, dan Kongesti Vena
Centralis………. 63
4. Perhitungan Dosis Meniran……… 65
5. Hasil Skoring Hepatosit Nekrosis, Degenerasi, dan Kongesti Vena Centralis Tiap Sampel Hepar di Setiap Kelompok
Perlakuan………. 66
6. Tabel Konversi Perhitungan Dosis Untuk Manusia dan Berbagai
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
xv
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG
CAT : catalase
CCl4 : karbon tetraklorida COX-2 : cyclooxygenase
CYP 2E1 : cytochrome P-450 2E1 GPX : glutathione peroxidase
iNOS : endotoxin-induced nitric oxide synthase NO : nitrit oxide
SGOT : serum glutamic pyruvic transaminase SGPT : serum glutamic oxaloacetic transaminase SOD : superoxide dismutase
< : kurang dari
% : persentase
1
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini banyak kejadian penyakit hepar akut dan kronis yang terjadi
pada hewan, baik hewan peliharaan atau hewan ternak. Beberapa terjadinya
penyakit hepar adalah efek samping dari pemberian obat terapi yang cukup lama
dan adanya parasit pada hewan ternak. Terdapat beberapa kejadian penyakit
hepar akut dan kronis pada anjing dan kucing.
Penyakit hepar akut pada hewan dapat disebabkan oleh efek negatif
terhadap pemberian berbagai macam obat. Nekrosis hati ringan sampai berat dan
hepatitis kolestasis telah dilaporkan pada anjing sebagai reaksi idiosinkrasi dari
terapi kombinasi trimetoprim-sulfonamide. Nekrosis lobular hati dengan derajat
sedang dapat terjadi pada kucing dengan pemberian berulang diazepam peroral
pada dosis yang direkomendasi. Nekrosis periacinar berat dikaitkan dengan
penggunaan obat cacing mebendazole pada anjing (Jubbet al., 2007).
Penyakit hepar akut dan kronis, yang ditandai dengan hepatitis periportal,
fibrosis periportal, dan hiperplasia bilier telah dilaporkan terjadi pada anjing yang
diobati dengan terapi kombinasi oxibendazole-diethylcarbamazine untuk
pencegahan cacing tambang dan heartworm. Penyakit hepar kronis juga telah
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 2
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F
anjing, ketakonazol pada anjing juga kucing, serta megestrol asetat dan
griseofulvin pada kucing (Jubbet al., 2007).
Kerusakan hepar juga bisa terjadi karena pemberian rifampisin dan
isoniazid. Rifampisin dan isoniazid adalah obat yang efektif untuk pengobatan
tuberkulosis. Efek samping isoniazid dan rifampisin yang perlu diwaspadai adalah
efek hepatotoksik. Kejadian tuberkulosis lebih sering terjadi pada manusia, bila
dibandingkan dengan kejadian tuberkulosis pada hewan terutama pada hewan
kecil (Prihatni dkk, 2005).
Gangguan pada organ hepar dapat diketahui dengan melakukan beberapa
tes fungsi hepar, diantaranya adalah: tes berdasarkan sekresi dan eksresi (pigmen
empedu, clearance dari subtansi asing), tes yang bergantung dari fungsi
biokimianya (tes metabolisme protein, metabolisme karbohidrat, metabolisme
lipida), dan tes berdasarkan aktivitas enzim dalam serum (SGPT, SGOT, alkaline
fosfatase, enzim yang lain). Selain itu untuk mengetahui kondisi menurut
kerusakan hepar dapat dengan pemerikasaan histopatologi (Astuti, 2009)
Banyaknya penyakit hepar yang menyerang hewan saat ini ditambah
dengan tata laksana penyembuhan penyakit yang belum memiliki standart baku
menyebabkan pengobatan yang dilakukan menjadi tidak efisien. Hal ini
menyebabkan banyak dokter hewan mencari cara pengobatan alternatif, yaitu
dengan cara pengobatan tradisional. Obat herbal sudah umum digunakan pada
manusia dengan memberikan efek yang positif. Obat herbal yang terbuat dari
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F samping. Namun demikian jangka waktu penyembuhannya sedikit lebih lama bila
dibandingkan dengan obat-obatan kimia (Sulistyoningrum dan Pribadi, 2012).
Berbagai macam jenis tanaman dengan aktivitas hepatoprotektif karena
kemampuannya sebagai anti inflamasi, antioksidan, anti mikroba. Banyak
penelitian yang sudah dilakukan terhadap tanaman yang memiliki potensi tersebut
contohnya, bunga kenikir sebagai antioksidan (Kusmiati, 2010), kenikir sebagai
anti microba (Nor dkk, 2010), akar alang-alang sebagai inflamasi (Arianti, 2012),
antioksidan pada sambiloto (Wahyuni, 2005).
Meniran (Phyllanthus niruri) telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan,
antiinflamasi, dan antifibriotik. Zat kimia yang terkandung di dalamnya, yaitu
phyllanthin dan hypophyllanthin, memiliki efek antioksidan dan efek
antihepatotoksik terhadap karbon tetraklorida (CCl4) dan galaktosamin.
Phyllanthin juga meningkatkan viabilitas hepatosit, mencegah pelepasan
enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid, dan meningkatkan glutation.
Phyllanthin terdapat pada akar, batang, daun, dan biji buah meniran (Sumardi,
2010).
Potensi meniran sebagai antioksidan, anti inflamasi, dan antifibrotik.
Diharapkan bahwa meniran memiliki aktivitas memperbaiki histopatologi hati
pada hewan model yang dinduksi dengan rifampisin dan isoniazid. Untuk
membuktikan hal tersebut, diperlukan penelitian terhadap tikus putih jantan yang
diinduksi rifampisin dan isoniazid. Induksi rifampisin dan isoniazid dengan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 4
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F
kematian sel, nekrosis, dan inflamasi (Sulistyoningrum, 2010). Kematian sel hati
dapat terjadi melalui dua proses, yakni nekrosis dan apoptosis. Nekrosis yang
merupakan keadaan yang diawali oleh kerusakan sel, terjadi gangguan integritas
membran plasma, keluarnya isi sel dan timbulnya respon inflamasi. Respon ini
meningkatkan proses penyakit dan mengakibatkan bertambahnya jumlah sel yang
mati. Setelah hewan model diinduksi dengan rifampisin dan isoniazid lalu hewan
model diberi ekstrak meniran dengan harapan dapat mengurangi keadaan hepar
hewan model yang sudah mengalami kerusakan akibat diinduksi dengan
rifampisin dan isoniazid.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan permasalahan
dalam penelitian ini adalah apakah pemberian meniran (Phyllanthus niruri, L)
dapat berpengaruh pada gambaran histopatologi hati tikus putih ( Rattus
norvegicus ) jantan yang mengalami kerusakan hepar karena induksi rifampisin
dan isoniazid?
1.3 Landasan Teori
Kerusakan sel-sel hepar dapat disebabkan banyak hal, antara lain obat
parasetamol, rifampisin dan isoniazid, senyawa kimia lain karbon tetraklorida
(CCl4), bakteri, parasit, dan virus. Jejas pada hepatosit dapat menimbulkan
kerusakan membran dan menyebabkan keluarnya enzim-enzim tertentu. Hepatosit
yang mengalami jejas, secara mikroskopis akan mengalami perubahan pola
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F Nekrosis adalah kematian sel atau jaringan pada organisme hidup. Inti
menjadi lebih padat (piknotik) yang dapat hancur bersegmen-segmen
(karioreksis) dan kemudian sel menjadi kariolisis (Amalina, 2009). Hepar dapat
mengalami nekrosis yang disebabkan oleh dua hal yaitu, toksopatik disebabkan
oleh pengaruh langsung agen yang bersifat toksik, dan trofopatik akibat
kekurangan oksigen, zat-zat makanan dan sebagainya. Degenerasi hidropik,
degenerasi lemak dan nekrosis merupakan stadium permulaan dari proses
kelainan dalam hati yang kemudian menjurus kearah suatu proses peradangan
(Heirmayani, 2007).
Kerusakan hepar akibat rifampisin dan isoniazid ini karena adanya
pembentukan radikal bebas melalui reaksi peroksidasi lipid yang akan
menghasilkan lipid peroksida. Radikal bebas didefinisikan sebagai molekul atau
senyawa yang mempunyai satu atau lebih elektron bebas yang tidak berpasangan.
Elektron dari radikal bebas yang tidak berpasangan ini sangat reaktif dan mudah
menarik elektron dari molekul lainnya. Radikal bebas sangat mudah menyerang
sel-sel sehat dalam tubuh karena radikal bebas tersebut sangat reaktif. Radikal
bebas tidak hanya menyerang bakteri penyakit, tetapi juga tubuh sendiri bila
radikal bebas dalam tubuh berlebihan. Radikal bebas dapat dinetralisir oleh
antioksidan (Murda, 2009).
Penanggulangan penyakit hepar dengan obat alternatif saat ini semakin
banyak, ini dibuktikan dengan semakin banyaknya penelitian yang menguji efek
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 6
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F
memiliki aktivitas sebagai antioksidan ialah meniran. Meniran (Phyllanthus niruri
L) dapat mencegah peningkatan guanosin trifosfat (GTP) dalam serum maupun
sitosol hepar dan kandungan flavonoidnya merupakan antioksidan yang
berpotensi mencegah kerusakan sel hepar (Sunarno dan Fitriana, 2012).
Zat kimia yang terkandung didalamnya, yaitu phyllanthin dan
hypophyllanthin, memiliki efek antioksidan (zat yang mampu memperlambat atau
mencegah proses oksidasi). Phyllanthin juga meningkatkan viabilitas hepatosit,
mencegah pelepasan enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid, dan
meningkatkan glutation (Kukuh, 2013).
Penelitian sebelumnya diketahui bahwa Phyllanthus terbukti dapat
meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioksidan, seperti superoxide
dismutase(SOD), catalase (CAT), glutathione-S-transferase (GST), glutathione
peroxidase (GPX), dan glutathione reductase (GR), di darah maupun jaringan
yang tereduksi pada radioterapi sehingga mereduksi kerusakan sel akibat
radioterapi. Selain itu hasil penelitian menggunakan tikus menunjukkan adanya
efek dalam menormalkan penumpukan asam lemak pada hepar setelah minum
alkohol sehingga meniran (Phyllanthus niruri L) dapat dipakai sebagai obat
hepatoprotektif atau anti hepatotoksik (Suharmi, 2000).
Bisa diketahui bahwa meniran adalah tumbuhan yang memiliki prospek
besar dalam ilmu kesehatan sehingga diperlukan suatu penelitian yang
SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN MENIRAN MARTA VALEN F 1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh meniran
(Phyllanthus niruri L) terhadap gambaran histopatologi kerusakan hepar pada
tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi rifampisin dan isoniazid.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat praktis penelitian ini adalah membantu dalam pengembangan
obat alternatif dalam dunia kedokteran hewan. Meniran (Phyllanthus niruri, Linn)
bisa digunakan sebagai obat alternatif untuk mengurangi kerusakan hepar akibat
efek samping pemberian obat-obatan kimia. Manfaat ilmiah penelitian ini adalah
memperluas wawasan pengetahuan tentang tanaman obat asli Indonesia, dalam
hal ini mengenai meniran (Phyllanthus niruri L).
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pemberian ekstrak
meniran (Phyllanthus niruri, Linn) dapat mengurangi kerusakan hepar pada
gambaran histopatologi tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR
8
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Hepar 2.1.1 Gambaran makroskopis
Hepar merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Ia mempunyai selubung
peritoneum dan ia menerima darah dari vena portae dan dari arteri hepatica
sedangkan darah keluar dari alat tubuh ini melalui vena hepatica yang masuk ke
dalamvena cava caudalis(Prihatni, 2005).
Hepar tikus terdiri dari empat lobus utama, separuh bergabung satu sama lain.
Lobus bagiandorsaldibagi menjadi bagian lobus kanan dan lobus kiri. Lobuslateral
kiri tidak terbagi dan lobus lateral kanan yang dibagi menjadi bagian anterior dan
posterior. Lobuscaudalterdiri dari dua lobus yaitu lobus dorsaldanventral( Kukuh,
2013).
Hepar sangat rentan terhadap pengaruh kebanyakan zat kimia, sebab hepar
mudah berhubungan melalui vena porta dengan zat yang diserap dari lambung, usus,
dan ginjal (Koeman, 1998). Bentuk toksin yang menginduksi lesi pada hepar
berbeda-beda tergantung dari tipe, dosis, dan lamanya paparan begitu juga faktor
lainnya seperti logam-logam, mineral dan zat kimia lain yang terabsorbsi masuk
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 2.1.2 Gambaran mikroskopis
Gambar 2.1 Hepar Normal
(Lumongga, 2008)
Unsur struktural utama hepar adalah sel-sel hepar yang disebut dengan
hepatosit. Sel-sel ini membentuk lempeng-lempeng yang saling berhubungan
(hepatosit plate) sehingga terlihat sebagai unit struktural yang dinamakan lobulus
hepar. Beberapa lobulus membentuk unit struktural yang dinamakan lobus. Diantara
lempengan sel hepar terdapat kapiler yang dinamakan sinusoid. Sinusoid merupakan
pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri atas satu lapisan endotel yang
tidak kontinyu. Sel-sel endotel dipisahkan dari hepatosit yang berdekatan oleh celah
disse (perisinusoidial space). Sinusois juga mengandung sel-sel fagosit yang disebut
sel kupffer serta sel-sel yang menyimpan lemak yang terletak dicelah disse
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 10
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
Toksisitas pada jaringan hepar pada pemeriksaan patologis tampak berupa
degenerasi sel dan nekrosis, kerja toksis jenis ini tidak mengubah fungsi sel (misalnya
kandungan glikogen atau konsentrasi berbagai enzim) tetapi struktur sel langsung
dirusak (Thomson, 2001).
Beberapa kelainan patologi hepar yang sering ditemukan antara lain adalah
cloudy swelling (degenerasi butir), nekrosis, serta degenerasi dan infiltrasi lemak.
Degenerasi butir ditandai sitoplasma tampak berbutir. Degenerasi butir merupakan
indikasi awal terjadinya nekrosis tetapi dapat pula muncul secara bersamaan. Protein
pada sitoplasma yang pada keadaan normal menyatu dengan cairan sitoplasma
mengendap karena pengaruh zat toksik sehingga membentuk butiran. Gejala ini
termasuk gejala intoksikasi hepatik tingkat rendah. Secara mikroskopis, sel-selnya
terlihat membesar, plasmanya berbutir, serta inti selnya menghilang (Hastuti, 2008).
Kerusakan hepar dapat diamati dengan ditemukannyya apoptosis, degenerasi,
dan nekrosis. Degenerasi adalah bentuk cidera yang bersifat reversible, yaitu bentuk
cidera yang dapat kembali normal apabila jejas penyebabnya dihilangkan. Degenerasi
yang menetap akan menyebabkan nekrosis. Degenerasi dibagi menjadi degenerasi
hidropik dan degenerasi melemak. Degenerasi hidropik merupakan degenerasi yang
paling umum terjadi (Clive, 2005). Ciri-ciri dari degenerasi hidropik dengan
vakuolisasi sel-sel hepatosit. Proliferasi sel Kupffer, limfosit, dan neutrofil muncul
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Nekrosis adalah kerusakan sel yang bersifat irreversible, sel yang mengalami
nekrosis tidak bisa kembali berfungsi dengan normal. Nekrosis ditandai dengan
piknotis, karioreksis, dan kariolisis. Piknotis yaitu proses terjadinya penyusutan dan
pemadatan inti sel sehingga menjadi lebih basofilik dimana warna sel terlihat lebih
biru dengan perwarnaan Hematoksilin eosin (H.E) dan secara mikroskopik ditandai
dengan inti sel tampak lebih padat dan berwarna gelap. Karioreksis ditandai dengan
inti hancur dan membentuk fragmen kromatin yang menyebar. Sedangkan kariolisis
ditandai dengan inti sel yang mulai menghilang (Virgiawati, 2013).
2.2. Fungsi Hepar
Hepar mempunyai fungsi yang sangat komplek, detoksikasi merupakan salah
satu fungsi hepar yang dikerjakan oleh enzim melalui mekanisme oksidasi, reduksi,
hidrolisis atau konjugasi. Kemampuan hepar untuk mensekresikan empedu
mempunyai beberapa manfaat yang penting bagi tubuh dalam (1) pencernaan
makanan, (2) membantu eksresi zat yang tidak berguna bagi tubuh, (3) berfungsi
dalam metabolisme bilirubin (Retno dkk, 2010). (4) metabolisme kolestrol dan
lemak, (5) detoksi berbagai macam obat dan racun, (6) sintesa urea, (7)
membersihkan bakteri dari darah, (8) tempat penyimpanan glikogen, yang merupaka
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 12
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
2.3. Kerusakan Hepar
Kerusakan hepar yang ditimbulkan refampisin dan isoniazid dapat terjadi
melalui beberapa mekanisme. Pemberian refampisin dan isoniazid dengan dosis
toksik dapat mengubah struktur dan fungsi membran dengan meningkatkan
kolesterol yang diikuti dengan menurunnya konsentrasi fosfolipid. Akibatnya rasio
jumlah kolesterol terhadap fosfolipid juga meningkat. Tanda kerusakan hepar yang
diakibatkan oleh refampisin dan isoniazid lainnya adalah menurunnya jumlah
protein total maupun glikogen. Penurunan tersebut menandakan berkurangnya
jumlah sel hepatosit yang memproduksi protein dan glikogen sehingga bobot organ
hati secara keseluruhan lebih kecil daripada bobot normalnya. Selain itu, mekanisme
perusakan hepar oleh refampisin dan isoniazid adalah dengan mengubah jalur
respirasi pada mitokondria melalui peningkatan aktivitas ATP-ase sehingga
mitokondria yang juga berperan dalam proses detoksifikasi menjadi tidak berfungsi
(Hastuti, 2008).
Metabolisme utama rifampisin adalah asetilasi oleh enzim sitokrom P-450 dan
cytochrome P-450 2E1 (CYP 2E1) dengan menghasilkan zat yang hepatotoksik.
Rifampisin dapat menginduksi mediator inflamasi dan meningkatkan produksi sitokin
yang diinduksi nitric oxide (NO) dan interleukin8 (IL-8) dalam epitel sel hepar.
Berbagai bentuk sitokrom, seperti CYP1A1, CYP1A2 dan CYP2E1, terlibat dalam
generasi radikal bebas dan rifampisin sebagai mediator generasi radikal bebas dapat
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F yang terbentuk ini akan berikatan dengan makromolekul hepar yang akan
menyebabkan kerusakan hepatosit yang nantinya bisa menyebabkan jaringan hepar
mengalami kerusakan yang dinilai melalui peningkatan aktivitas enzim ALT (Gaze,
2007).
2.4. Meniran 2.4.1 Taksonomi
Nama lain dari Phyllanthus niruri Linn. adalah Phyllanthus amarus Linn., P
urinaria Linn., P alatas BI., P. cantonensis Horner, P. echinathus Wall, P.
leptocarpus Weight. Nama daerah lainnya yaitu Jawa : meniran, meniran merah,
meniran hijau. Sunda : memeniran. Maluku : gosau cau, hsieh hsia chu (Dalimarta,
2000). Meniran tidak hanya ada di Indonesia tetapi tersebar di berbagai negara di
dunia dengan penamaan yang berbeda pula, contohnya di Inggris meniran disebut
sebagai Child a Back, sedangkan lain halnya di Cina, meniran disebut sebagai zheb
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 14
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
Taksonomi Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantea
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiacceae
Genus : Phyllantus
Spesies :Phyllanthus niruri Linn(Heyne, 1987)
2.4.2. Habitat dan morfologi tanaman
Meniran tumbuh liar di tanah datar dan daerah pegunungan tinggi 1 m sampai
1000 m dari permukaan laut. Tumbuhan ini tumbuh liar ditempat terbuka pada tanah
gembur, berpasir diladang, tepi sungai dna dipantai, bahkan tumbuh liar disekitar
pekarangan rumah (Dalimarta, 2000). Meniran memiliki rasa pahit, agak asam, serta
bersifat sejuk atau mendinginkan. Secara empiris dan klinis, herba meniran berfungsi
sebagai antibakteri atau antibiotik, antihepatotoksik, antipiretik, antiradang, antivirus,
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Gambar 2.4 Tanaman Meniran
(Dalimarta, 2000)
Meniran merupakan tumbuhan terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50
cm, bercabang-cabang. Batang berwarna hijau pucat, daun tunggal, letak berseling,
helaian daun bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan
bawah berbintik kelenjar, tepi rata, panjang sekitar 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm,
berwarna hijau (Dalimarta, 2000).
2.4.3. Kandungan kimia
Meniran mengandung senyawa-senyawa golongan lignin antara lain
phyllanthin, hypophyllanthin, niranin, nirtrelanin, dan fitetralin. Akar dan daunnya
mengandung suatu senyawa pahit dan beracun yang diduga merupakan suatu
alkaloid, selain itu akar dan daunnya juga kaya senyawa flavonoid. Disamping itu
juga mengandung saponin, kalium, damar, dan zat samak. Senyawa flavonoid yang
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 16
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
Phyllantin, hypophyllantin, vitamin K, tannin, dan damar berperan meningkatkan
sistem kekebalan tubuh dan sebagai hepatoprotektor (Kukuh, 2013).
Kandungan kimia meniran berupa Terpen (cymene, limonene, lupeol, lupeol
acetate); flavonoid (quercetin, quercitrin, isoquercitrin, astragalin, rutine,
physetinglucoside); lipid (ricinoleic acid, dotriancontanoic acid, linoleic acid,
linolenic acid); benzenoid seperti halnya curcuma (methilsalisilate); alkaloid
(norsecurinine, 4- metoxinor securinine, entnor securinina, nirurine); steroid (beta
sitosterol); alcanes (triacontanal, triacontanol); dan zat lain (vitamin C, tannin,
saponin)(Sunarno dan Fitriani, 2012).
Flavonoid yang terdapat dalam meniran dapat menghambat terbentuknya
radikal bebas karena sifat antioksidannya, menghambat peroksidasi lemak, dan
mengubah struktur membrane sel (Kukuh, 2013).
Meniran (Phyllanthus niruri L) mengandung zat aktif alkaloid, astragalin,
brevifolin, asam karboksilat, corilagin, cymene, asam ellagit, ellagitannin,
gallocatechin, geraniin, hypophyllantin, lignan, lintetralins, lupeols, metil salisilat,
nirantin, nirtetralin, niruretin, nirurin, niruriside, norsecurinin, phyllanthin,
phyllanthinin, phyllanthenol, phyllochryine, phyltetralin, asam respandusinik,
quercetin, quercetol, quercitrin, rutin, saponin, triacontanal, dan tricontanol. Senyawa
aktif yang diduga memiliki efek pelindung hepar adalah phyllantin (Sulistyoningrum
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Zat kimia yang terkandung di dalamnya, yaitu phyllanthin dan
hypophyllanthin, memiliki efek antioksidatif dan antihepatotoksik terhadap karbon
tetraklorida (CCl4) dan galaktosamin. Phyllanthin juga meningkatkan viabilitas
hepatosit, mencegah pelepasan enzim-enzim hepar, menurunkan peroksidasi lipid,
dan meningkatkan glutation. Phyllanthin terdapat pada akar, batang, daun, dan biji
buah meniran. Kadar tertinggi ada pada daunnya. Konsentrasi phyllanthin sendiri
tergantung dari lokasi penanaman terutama faktor ketinggian tanah (Sumardi, 2010).
2.4.4. Aktivitas meniran
Meniran terbukti dapat meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioksidan
dan anti karsinogen dikarenakan pada meniran mengandung senyawa flavonoid.
Pada keadaan tertentu meniran juga memiliki efek anti inflamasi. Efek ini penting
untuk mengurangi kerusakan jaringan akibat respon inflamasi yang berlebihan.
Meniran menunjukkan kemampuan menghambat nitrit oxida(NO) danprostaglandin
E-2 (PGE-2), menurunkan endotoxin-induced nitric oxide synthase (iNOS),
cyclooxygenase (COX-2), dan menghambat produksi NFκB secara in vitro. Juga
menghambat induksi IL-1β, IL-10, dan IFNγ pada whole blood serta reduksi TNFα
secarain vivo(Sunarno dan Fitriana, 2012).
Meniran terbukti dapat meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioksidan,
seperti superoxide dismutase(SOD), catalase (CAT), glutathione-S-transferase
(GST), glutathione peroxidase (GPX), dan glutathione reductase (GR), di darah
maupun jaringan yang tereduksi pada radioterapi sehingga mereduksi kerusakan sel
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 18
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
adanya efek dalam menormalkan penumpukan asam lemak pada hepar setelah minum
alkohol sehingga meniran (Phyllanthus niruri L) dapat dipakai sebagai obat
hepatoprotektif atau anti hepatotoksik (Sunarno daan Fitriana, 2012).
Meniran juga mampu merangsang sistem imun tubuh manusia, senyawa
flavonoid yang terkandung meniran akan menempel ke sel imun dan memberikan
respon intraseluler atau rangsangan untuk mengaktifkan kerja sel imun lebih baik.
Sebuah penelitian telah menghasilkan produk obat imunostimulan yang berasal dari
meniran yang dijual di pasaran dengan nama stimuno (Junieva, 2006).
Akar meniran telah terbukti dapat menghambat pertumbuhan murine P - 388
leukemia limfositik dan B - 16 sel melanoma baris ( 2,3 ) 7' - hidroksi - 3 ' , 4 ' , 5,9,9
' - pentamethoxy - 3 , 4 . - methylene dioxy lignan diisolasi dari etil asetat yang di
ekstrak dari meniran menunjukkan aktivitas antikanker dengan menghambat aktivitas
apoptosis melalui penghambatan aktivitas telomerase dan ekspresi Bcl-2 (Huang et
al, 2009).
Meniran juga diduga berguna untuk berbagai macam penyakit seperti
diabetik, penyakit prostat, asma, demam, tumor, infeksi dan batu saluran kemih,
demam tifoid, influenza, disentri, konstipasi, sakit perut, ulkus, dan lain-lain.
Menurut beberapa penelitian ilmiah, meniran memiliki antispasmodik, antilitik (untuk
batu ureter dan empedu), penghilang rasa sakit, antihipertensi, antiviral, antibakterial,
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 2.5. Hewan Coba (Rattus norvegicus)
Hewan coba adalah hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk
dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai
macam bidang ilmu dalam skala penelitian dan pengamatan laboratorik. Hewan
sebagai model atau sarana percobaan haruslah memenuhi persyaratan tertentu, antara
lain persyaratan genetik atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam
pengelolaannya. Faktor ekonomi perlu pula dipertimbangkan mudah tidaknya
diperoleh dan mampu memberikan reaksi biologis yang sesuai dengan yang
diharapkan oleh peneliti (Heirmayani, 2000).
Tikus merupakan spesies ideal untuk uji toksikologi karena berat badannya
dapat mencapai 500 gram. Organ-organ tubuh tikus pun relatif besar sehingga materi
dapat diberikan dengan mudah melalui berbagai rute. Kecepatan eksresi obat
cenderung lebih tinggi pada tikus (Kusumawati, 2004).
Ciri-ciri morfologi Rattus norvegicus antara lain memiliki berat 150-600
gram, hidung tumpul dan badan besar dengan panjang 18-25 cm, kepala dan badan
lebih pendek dari ekornya, serta telinga relatif kecil dan tidak lebih dari 20-23 mm.
ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan hewan percobaan lainnya, yaitu
tikus tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim pada tempat
bermuara esophagus ke dalam lambung sehingga mempermudah pemberian
perlakuan secara peroral menggunakan sonde lambung, dan tidak mempunyai
ADLN–PERPUSTAKAAN UNAIR 20
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
2.6. Rifampisin dan Isoniazid
Rifampisin dan isoniazid merupakan obat lini pertama untuk terapi anti
tuberkulosis, tetapi hepatotoksisitas yang dihasilkan dari penggunaan obat ini tetap
menjadi masalah yang signifikan untuk pengobatan klinis. Rifampisin adalah
makrosiklik antibiotik kompleks yang menghambat sintesis asam ribonukleat dalam
berbagai mikroba patogen. Rifampisin memiliki efek bakterisida yang efektif
melawan bakteriMycobacterium tuberculosis(Saraswati,et,.al, 2014).
Penggunaan kombinasi rifampisin dan isoniazid potensial meningkatkan
resiko kejadian kerusakan hepar. Isoniazid menyebabkan kerusakan hepar berupa
degenerasi vakouler dan nekrosis fokal. Isoniazid menimbulkan kerusakan hepar
melalui jalur idionsinkratik (Sulistyoningrum dan Pribadi, 2012).
Efek samping rifampisin yang terpenting tetapi tidak sering terjadi adalah
penyakit kuning (ikterus), terutama bila dikombinasi dengan INH yang juga agak
toksik bagi hati. Pada penggunaan lama dianjurkan untuk memantau fungsi hati
secara periodik. Dosis pada TBC oral sehari 450-600 mg sekaligus tiap pagi sebelum
makan, karena kecepatan dan kadar resorpsinya dihambat oleh isi lambung. Selalu
dikombinasi dengan INH 100-300 mg. Efek samping isoniazid pada dosis normal
(200-300 mg sehari) jarang dan ringan seperti, gatal-gatal, ikterus, tetapi lebih sering
terjadi bila dosis melebihi 400 mg menimbulkan polyneuritis, kerusakan hati dengan
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F bahwa terbentuk radikal NO2 selama proses metabolisme hidrazin secara oksidasi,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
22
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F BAB 3 MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian tentang pengaruh ekstrak meniran (Phyllanthus niruri Linn)
terhadap gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) yang telah
diinduksi dengan rifampisin dan isoniazid dilakukan pada bulan Agustus hingga
Desember 2014. Pemeliharan hewan coba dilakukan dikandang hewan coba Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Pembuatan preparat patologi dan pemeriksaan
preparat patologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) akan dilakukan di
laboratorium patologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
3.2. Bahan dan Materi Penelitian 3.2.1 Bahan penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus jantan galur wistar
berumur tiga bulan rata-rata berat badan 175-200 gram dengan jumlah 25 ekor
(berdasarkan rumus besar sampel), ekstrak meniran (Xian BIO F Biotechnology Co),
rifampisin 450 mg kimia farma dan isoniazid 100 mg, pelarut CMC Na, pelet ayam,
sekam untuk alas kandang, tisu steril, akuades, untuk pembuatan preparat
histopatologi alkohol (70%, 80%, 90%, dan 96%), alkohol absolute (I, II dan III),
alkohol asam, ammonia, xylol (I dan II), paraffin (I dan II), paraffin cair,
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Maka untuk mengetahui jumlah ulangan minimal yang digunakan dengan
Rumus : (t-1) (n-1)≥ 15
Keterangan :
n : ulangan
t : banyaknya perlakuan
(Sumber : Kusriningrum, 2009)
Perhitungan :
(t-1) (n-1) ≥ 15 4n – 4 ≥ 15
4n ≥ 15 + 4 n ≥ 19/4
≥ 5
Jadi ulangan minimal yang digunakan adalah 5
3.2.2 Alat penelitian
Peralatan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kandang untuk tikus,
kawat jala sebagai tutup kandang, tempat minum dari botol plastik, spuit 10cc,
feeding tube, masker, glove, gunting, pinset,object glassdancover glass, mikroskop,
alat pembuatan preparat histopatologi.
3.2.3 Sampel penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah hepar dari 25 ekor tikus
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 24
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Pembuatan hewan model kerusakan hepar tikus dengan rifampisin dan isoniazid
Pembuatan kerusakan hepar tikus dengan induksi rifampisin dan isoniazid,
dilakukan dengan pemberian per oral rifampisin 25 mg/kgbb dan isoniazid 25mg/kg
bb, sehingga ditemukan dosis total 50 mg/kg BB (Sulistyoningrum dan Pribadi, 2010).
Pemberian rifampisin dan isoniazid dilakukan secara per oral selama 28 hari, dan pada hari 29 dilakukan pembedahan untuk melihat kondisi histopatologi hepar tikus.
3.3.2 Dosis meniran
Dosis pemberian ekstrak Phyllanthus niruri L didasarkan pada konversi dosis
manusia dewasa ke mencit menurut Laurence dan Bacharach (1993) yaitu dosis
manusia dikali 0,018. Sementara itu dosis Phyllanthus niruri L pada orang dewasa
adalah 150 mg/hari sehingga didapatkan dosis untuk tikus putih 2,7 mg/hari. Untuk
mengetahui efek terbaik dibuat rentang dosis yaitu 2 mg/hari; 2,7 mg/hari dan 3,4
mg/hari.
3.3.3 Pemberian Ekstrak Meniran
a. Adaptasi tikus putih
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
b. Cara pemberian
Sebanyak 25 ekor tikus yang sudah dibagi dan diadaptasi menjadi 5
kelompok. Perlakuan terhadap tiap kelompok adalah sebagai berikut :
1. Kelompok P0 sebagai kontrol negatif diberi makan, minum dan CMC Na 1%
tetapi tidak diberi perlakuan dengan rifampisin, isoniazid, dan ekstrak
meniran.
2. Kelompok P1 sebagai kontrol positif diberikan perlakuan dengan rifampisin
dan isoniazid 50 mg/kgbb tetapi tidak diberi perlakuan dengan ekstrak
meniran selama 28 hari secara per oral.
3. Kelompok P2 diberikan perlakuan rifampisin dan isoniazid dosis 50 mg/kgbb
setelah itu 1 jam kemudian diberikan ekstrak meniran dengan dosis 2
mg/kgbb per tikus dan CMC Na 1% selama 28 hari secara per oral.
4. Kelompok P3 diberikan perlakuan pamberian rifampisin dan isoniazid dosis
50 mg/kg bb setelah itu 1 jam kemudian diberikan ekstrak meniran dengan
dosis 2,7 mg/kgbb per tikus dan CMC Na 1% selama 28 hari secara per oral.
5. Kelompok P4 diberikan perlakuan pemberian rifampisin dan isoniazid dosis
50 mg/kgbb setelah itu 1 jam kemudian diberikan ekstrak meniran dengan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 26
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
3.3.4 Pengambilan sampel
Pengambilan 25 sampel hepar tikus putih jantan dilakukan dihari ke-29
dengan cara dieuthanasi dengan diberi ether. Setelah itu tikus dibedah lalu diambil
organ heparnya dan dimasukkan ke dalam botol yang berisi formalin.
3.3.5 Prosedur pembuatan preparat histopatologi
Sampel organ hepar tikus yang telah diperoleh selanjutnya dibuat preparat
histopatologi. Pembuatan preparat histopatologi di Laboratorium Patologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. Pembuatan preparat histopatologi dilakukan
dengan 10 tahap.
Tahap (1) dilakukan fiksasi, kemudian tahap (2) pencucian sampel hati yang
sudah disimpan dalam larutan buffer. Tahap (3) yaitu proses infiltrasi, yang
selanjutnya dilakukan tahap (4) pembuatan blok parafin yang bertujuan agar mudah
dipotong menggunakan mikrotom. Sesudah tahap pembuatan blok parafin dilakukan
selanjutnya tahap (5) pemotongan dengan mikrotom, untuk preparat hati dipotong
5µm. Tahap (6) yaitu, deperafinisasi yang bertujuan melarutkan atau melepaskan
paraffin yang melekat pada preparat. Tahap selanjutnya tahap (7) rehidrasi berfungsi
menghilangkan xylol yang terbawa oleh preparat dan memasukan air kedalam
jaringan. Tahap (8) pewarnaan dilakukan dua kali dengan pewarnaan Haematoxillin
Eosin (HE). Setelah pewarnaan dilakukan tahap berikutnya tahap (9) dehidrasi
bertujuan untuk melepaskan air yang terbawa preparat. Tahap yang terakhir tahap
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F dan memberi warna bening pada preparat, dilanjutkan dengan mounting yang
bertujuan memberi warna cerah dan sebagai pelindung dan pengawet jaringan dari
mikroba.
3.4 Variabel Penelitian
Terdapat tiga variabel dalam penelitian ini yaitu, variabel bebas pada
penelitian ini adalah dosis ekstrak meniran.Variabel terikat pada penelitian ini adalah
gambaran histopatologis hepar tikus.Variabel terkendali pada penelitian ini adalah
kandang hewan coba, ruang penelitian, pemilihan alat ukur, dan bahan yang
digunakan pada penelitian, jenis kelamin, umur, dan strain.
3.5. Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap karena
kondisi homogen serta pemilihan sampel dilakukan secara acak dengan lima
kelompok perlakuan dimana satu merupakan kelompok sebagai kontrol dan terdiri
dari lima ulangan (Kusriningrum, 2006).
3.6. Metode Skoring
Nilai skoring derajat kerusakan atau Indeks Histopatologi pada setiap sampel
merupakan jumlah skor dari semua bentuk lesi yang terjadi. Teknik skoring yang
dilakukan merupakan modifikasi dari metode Knodell (Virgiawati, 2013), dimana
derajat kerusakan dari setiap sampel ditentukan dengan cara menjumlah seluruh skor
lesi histopatologik yang telah ditentukan. Bentuk-bentuk lesi yang diamati dan skor
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 28
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F
Tabel 3.6.Skoring Histopatologi Hepar
BENTUK LESI SKOR KETERANGAN
A.
NEKROSIS
0 Tidak terjadi nekrosis
1 Nekrosis terjadi pada <25% seluruh Lapangan Pandang
3 Nekrosis terjadi antara 25-50% seluruh Lapangan Pandang
4 Nekrosis terjadi antara >50% seluruh Lapangan Pandang
5 Nekrosis terjadi pada 25-50% seluruh Lapangan Pandang disertai dengan bridging nekrosis
6 Nekrosis terjadi pada >50% seluruh Lapangan Pandang disertai dengan bridging nekrosis
10 Multilobular nekrosis
B.
Degenerasi
0 Tidak terjadi degenerasi
1 Jika perubahan degenerative terjadi pada <1/3 dari seluruh Lapangan Pandang
3 Jika perubahan degeneratif terjadi pada 1/3-2/3 dari seluruh Lapangan Pandang
4 Jika perubahan degeneratif terjadi pada >2/3 dari seluruh Lapangan Pandang
C.
Kongesti
0 Tidak terjadi kongesti
1 Kongesti ringan bila kongesti Nampak pada <25%
2 Kongesti sedang bila kongesti nampak pada antara 26-50%
3 Kongesti berat bila kongesti nampak pada >50%
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 3.7. Analisis Data
Data yang diperoleh dari skoring gambaran patologi hati dianalisis dengan uji
Kruskall-Wallis. Apabila hasil uji Kruskall-Wallis terdapat perbedaan yang nyata
diantara kelompok perlakuan (p<0,05), maka dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney.
Analisis statistika dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows 18
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
31
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F BAB 4 HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini, terdapat lima perlakuan yaitu: P0 (tanpa diberi perlakuan
induksi obat anti tuberkulosis dan ekstrak meniran), P1 (obat anti tuberkulosis
(rifampisin dan isoniazid) 50 mg/kgbb) dan P2 (obat anti tuberkulosis (rifampisin dan
isoniazid) 50 mg/kgbb dan ekstrak meniran 2 mg/kgbb), P3 (obat anti tuberkulosis
(rifampisin dan isoniazid) 50 mg/kgbb dan ekstrak meniran 2,7 mg/kgbb), P4 (obat
anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid) 50 mg/kgbb dan ekstrak meniran 3,4
mg/kgbb). Secara mikroskopis pengamatan degenerasi, nekrosis, dan kongesti vena
centralis dilakukan menggunakan preparat histopatologi dengan pewarnaan H.E dari
hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan. Penilaian dilakukan pada lobulus hepar
dan diamati pada lima lapang pandang yang berbeda dengan menggunakan
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 4.1 Pengamatan Terhadap Degenerasi
Pengamatan degenerasi pada hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
yang telah diinduksi dengan obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid) lalu di
beri ekstrak meniran dengan dosis yang berbeda.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 33
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F degenerasi. (Pewarnaan HE; perbesaran 400x; Mikroskop Olympus®
CX-41).
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Krukall-Wallis, menunjukkan
bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata diantara kelompok perlakuan (p<0,05). Pada
uji Mann-Whitney didapatkan bahwa P0 berbeda nyata dengan P2 dan P1 (p<0,05)
tetapi tidak berbeda nyata dengan P3 dan P4 (P>0,05). Hasil pengamatan dan
penilaian degenerasi disajikan seperti pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1.Rata-rata skor degenerasi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diberi ekstrak meniran setelah diinduksi rifampisin dan isoniazid.
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 4.2 Pengamatan Terhadap Nekrosis
Hasil gambaran histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan
yang diinduksi dengan obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid) dan di beri
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 35
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Gambar 4.2 Gambaran histopatologi sel hepatosit hepar tikus putih (Rattus
norvegicus). (a) Hepatosit Normal, (b) Hepatosit yang mengalami
nekrosis. (Pewarnaan HE; perbesaran 400x; Mikroskop Olympus®
CX-41).
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Kruskall-Wallis, menunjukkan
bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata diantara kelompok perlakuan (p<0,05). Pada
uji Mann-Whitney didapatkan bahwa P0 berbeda nyata dengan P1 dan P2 (p<0,05)
tetapi tidak berbeda nyata dengan P3 dan P4 (p>0,05).
Tabel 4.2.Rata-rata skor nekrosis hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diberi ekstrak meniran setelah diinduksi rifampisin dan isoniazid.
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 4.3 Pengamatan Kongesti Vena centralis
Gambaran hasil dari pengamatan kongesti pada vena centralis hepar tikus
putih (Rattus norvegicus) jantan pada setiap kelompok perlakuan yang telah
diinduksi dengan obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid), lalu diberi ekstrak
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 37
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Gambar 4.3 Gambaran histopatologi kongesti pada vena centralis Tikus Putih
(Rattus norvegicus). (a) Vena centralis normal, (b) Dilatasi vena centralis, (c) Kongesti vena centralis. (Pewarnaan HE; perbesaran 400x; Mikroskop Olympus® CX-41).
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan uji Kruskall-Wallis, menunjukkan
bahwa terdapat hasil yang berbeda nyata diantara kelompok perlakuan (p<0,05). Pada
uji Mann-Whitney didapatkan bahwa P0 berbeda nyata dengan P1 (p<0,05) tetapi
tidak berbeda nyata dengan P2, P3, dan P4 (p>0,05). Skor kongesti rata-rata pada
kelompok P0 sampai dengan P4 masing-masing adalah : 1,20a 0,45, 2,16b 0,75,
1,83ab 0,75, 1,50ab 0,84, 1,33ab 0,52.
Tabel 4.3.Rata-rata skor kongesti hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan yang diberi ekstrak meniran setelah diinduksi rifampisin dan isoniazid.
Perlakuan Rata-rata Skor Kongesti
(Mean±SD)
P0
(kontrol -)
1,20a 0,45
P1
(kontrol +)
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Keterangan: superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
berbeda nyata (p<0,05).
P2 1,83ab 0,75
P3 1,50ab 0,84
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
38
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan penilaian pada kelompok P3 dan P4 sediaan preparat
histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan menunjukkan adanya
perbaikan sel hepatosit yang sudah mengalami kerusakan degenerasi, nekrosis, dan
kongesti pada vena centralis yang disebabkan induksi obat anti tuberkulosis
(rifampisin dan isoniazid).
5.1 Degenerasi
Hasil pengamatan dan penilaian pada keseluruhan sediaan preparat
histopatologi hepar tikus putih (Rattus norvegicus) jantan menunjukkan terjadi
kerusakan berupa degenerasi dikarenakan induksi obat antituberkulosis (rifampisin
dan isoniazid). Degenerasi merupakan perubahan morfologik sel yang bersifat
reversible. Perubahan ini ditandai dengan adanya akumulasi beberapa produk dari
hasil metabolisme sel seperti air, lemak, protein, glikogen dan sebagainya (Robbinset
al.,2001).
Bentuk degenerasi pada penelitian ini adalah degenerasi hidropik. Terjadinya
degenerasi hidropik dikarenakan sel harus menjaga kestabilan lingkungan interna,
untuk itu sel harus mengeluarkan energi metabolik untuk memompa ion natrium
keluar dari sel sehingga senyawa-senyawa toksik yang melukai membrane sel.
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F diikuti dengan masuknya air ke dalam sel sehingga sel membengkak dan sitoplasma
tampak jernih.
Degenerasi sel hepar pada penelitian ini akibat rifampisin dan isoniazid yang
di metabolisme dihepar menyebabkan adanya pembentukan radikal bebas melalui
meningkatnya reaksi peroksidasi lipid yang akan menghasilkan lipid peroksida.
Radikal bebas didefinisikan sebagai molekul atau senyawa yang mempunyai satu atau
lebih elektron bebas yang tidak berpasangan. Elektron dari radikal bebas yang tidak
berpasangan ini sangat reaktif dan mudah menarik elektron dari molekul lainnya.
Radikal bebas sangat mudah menyerang sel-sel sehat dalam tubuh karena radikal
bebas tersebut sangat reaktif. Radikal bebas tidak hanya menyerang bakteri penyakit,
tetapi juga tubuh sendiri bila radikal bebas dalam tubuh berlebihan. Radikal bebas
dapat dinetralisir oleh antioksidan.
5.2 Nekrosis
Gangguan degenerasi sel yang berlangsung cukup lama dan apabila pengaruh
zat toksik cukup hebat maka sel akan melampaui nilai ambang batas dalam
mengkompensasi gangguan tersebut, sehingga menyebabkan nekrosis. Nekrosis
ditandai dengan adanya perubahan morfologi pada inti sel yaitu piknotis, karioreksis,
dan kariolisis. Piknotis yaitu proses terjadinya penyusutan dan pemadatan inti sel
sehingga menjadi lebih basofilik dimana warna sel terlihat lebih biru dengan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 40
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F padat dan berwarna gelap. Karioreksis ditandai dengan inti hancur dan membentuk
fragmen kromatin yang menyebar. Sedangkan kariolisis ditandai dengan inti sel yang
mulai menghilang (Robbinset al.,2001).
Nekrosis adalah hasil akhir perubahan-perubahan morfologis akibat kerja
degradatif progresif enzim yang mengindikasikan kematian sel. Hal ini dapat
mengenai kelompok sel atau bagian suatu struktur atau suatu organ (Dorland, 2005).
Konsep hepatotoksisitas yang dikemukakan dalam Russmann et al. (2009)
menunjukkan bahwa suatu metabolit reaktif obat dapat menyebabkan peninggian dari
stres sel, penghambatan dari kerja mitokondria sel ataupun memicu suatu reaksi
imunologi spesifik yang nanti melalui berbagai mekanismenya menyebabkan
suatu kematian sel.
Kerusakan sel hati akibat rifampisin dan isoniazid ini karena adanya
pembentukan radikal bebas melalui reaksi peroksidasi lipid yang akan menghasilkan
lipid peroksida. Reactive Oxygen Species (ROS) akan meningkat melalui dua
mekanisme, yaitu deplesi GSH melalui promoting eksportasinya dan menghambat
aktivitas enzim Gluthatione Peroxidase (GPx), yang bersamaan secara efektif
menghentikan sistem antioksidan GSH. Stres oksidatif dapat dipandang sebagai
gangguan keseimbangan antara produksi oksidan dan antioxidan defence atau
destruksi ROS menyebabkan terjadinya inflamasi, stress oksidatif, dan kerusakan sel
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 5.3 Kongesti
Kongesti merupakan istilah yang dipakai untuk menunjukkan terjadinya
peningkatan volume darah setempat pada jaringan tertentu. Terjadinya kongesti
disebabkan oleh bendung darah yang berada pada sinusoid, berasal dari percampuran
darah yang dibawa oleh arteri hepatika dan vena porta. Darah yang dibawa oleh arteri
hepatika berisi darah kotor. Gangguan pada kutub trikuspidalis akan menyebabkan
hambatan aliran darah dari vena cranial atau vena caudal menuju atrium kanan
selanjutnya menuju ventrikel kanan. Akibatnya terjadi bendung darah pada vena cava
superior atau vena cava inferior (Arimbi, 2010).
Secara visual maka daerah jaringan atau organ yang mengalami kongesti akan
berwarna lebih merah (ungu) dan secara mikroskopis kaliper-kapiler dalam jaringan
melebar penuh berisi darah. Hal ini terjadi akibat peningkatan cairan pada suatu
tempat yang terjadi karena proses pasif yang disebabkan kegagalan aliran cairan
keluar dari jaringan (Greaves, 2000).
Kongesti pada penelitian ini terjadi akibat adanya inflamasi yang disebabkan
adanya stres oksidatif karena tidak adanya keseimbangan antara produksi oksidan
dan antioxidan defence atau destruksi ROS.
Pemberian ekstrak meniran dapat mengurangi frekuensi hepar yang
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 42
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F Hal ini menunjukkan bahwa meniran memiliki efek melindungi hati terhadap
kerusakan akibat Isoniazid dan Rifampisin. Kandungan Phyllanthus yang bersifat
anti-hepatotoksik adalah hypophyllanthin dan phyllanthin. Phyllanthin dan
hypophyllanthin dapat memberikan efek hepatoprotektor pada hepar karena
memiliki aktivitas antioksidan dan kandungan antioksidan yang dimiliki meniran ini
juga mampu menyeimbangkan jumlah Reactive Oxygen Species (ROS) dan radikal
bebas yang dihasilkan dari metabolisme rifampisin dan isoniazid sehingga
menurunkan reaksi oksidasi lipid, menurunkan stress sel, dan membantu mekanisme
43
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan
bahwa ekstrak meniran (Phyllantus niruri Linn.) dapat mengurangi kerusakan sel
hepar yang mengalamai degenerasi, nekrosis, dan kongesti vena centralis akibat
diinduksi obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid)
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diuraikan
sebagai berikut :
1. Dapat dilakukan penelitian pengaruh meniran untuk organ yang lainnya.
2. Penggunaan meniran sebagai pencegahan dan pengobatan untuk kerusakan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR
44
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F RINGKASAN
MARTA VALEN FEBRIANA. Pengaruh Pemberian Ekstrak Meniran (Phyllanthus niruri Linn.) Terhadap Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan Yang Diinduksi Obat Anti Tuberkulosis (Rifampisin dan Isoniazid). Penelitian ini dilaksanakan dibawah bimbingan Ibu DR. Nenny Harijani, M. Si, drh , selaku dosen pembimbing utama dan Ibu Dr. Wiwik
Misaco Yuniarti, M. Kes., Drh. , selaku dosen pembimbing serta. Pemanfaatan
tanaman (herbal) sebagai pengobatan saat ini sudah semakin banyak dilakukan oleh
masyrakat diseluruh dunia. Hal ini dikarenakan efek samping dari pemakaian obat
herbal yang lebih kecil dibandingkan dengan pemakaian obat sintetik, selain itu harga
obat asal tanaman juga lebih murah jika dibandingkan dengan obat sintetik, dan juga
obat asal tanaman bisa mudah didapatkan. Salah satu jenis obat asal tanaman yang
banyak dimanfaatkan dan diteliti karena khasiat biologisnya adalah meniran
(Phyllanthus niruri linn). KandunganPhyllanthin danHypophyllanthin pada meniran
sangat efektif melawan radikal bebas.
Kerusakan hepar saat ini bisa disebabkan banyak faktor, selain karena dari
virus dan bakteri penyebab lainnya bisa dari efek samping pemakaian obat-obat terapi
untuk penyakit lain, contohnya kerussakan hepar yang diakibatkan oleh konsumsi
obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid). Metabolisme utama rifampisin
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F dengan menghasilkan hepatotoksik.Rifampisin dapat menginduksi mediator inflamasi
dan meningkatkan produksi sitokin yang diinduksi nitric oxide (NO) dan interleukin8
(IL-8) dalam epitel sel hati.Berbagai bentuk sitokrom, seperti CYP1A1, CYP1A2 dan
CYP2E1(cytochrome P-450 2E1), terlibat dalam generasi radikal bebas dan
rifampisin sebagai mediator generasi radikal bebas dapat berhubungan dengan
perubahan dalam ekspresi CYPs. Radikal bebas yang terbentuk ini akan berikatan
dengan makromolekul hepar yang akan menyebabkan kerusakan hepatosit yang
nantinya bisa menyebabkan sampel jaringan hati mengalami kerusakan yang dinilai
melalui peningkatan aktivitas enzim ALT.
Tanaman obat (herbal) yang sekarang ini sering digunakan adalah tanaman
obat meniran (Phyllanthus niruri linn). Flavonoid yang terdapat dalam meniran dapat
menghambat terbentuknya radikal bebas karena sifat antioksidannya, menghambat
peroksidasi lemak, dan mengubah struktur membran sel. Phyllanthus terbukti dapat
meningkatkan aktifitas berbagai enzim antioksidan, seperti superoxide dismutase
(SOD), catalase (CAT), glutathione-S-transferase (GST), glutathione peroxidase
(GPX), dan glutathione reductase (GR). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
potensi ektrak meniran (Phyllanthus niruri linn) sebagai hepatoprotektor pada tikus
putih yang diinduksi obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid).
Hewan coba penelitian ini adalah tikus putih galur wistar umur 3 bulan yang
kemudian dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu P0 (tanpa induksi obat anti
ADLN – PERPUSTAKAAN UNAIR 46
SKRIPSI PENGARUH MENIRAN TERHADAP MARTA VALEN F 50mg/kgbb/ekor/hari), P2 (diberi obat anti tuberkulosis (rifampisin dan isoniazid)
50mg/kgbb/ekor/hari dan ekstrak meniran 2mg/ekor/hari), P3 (diberi rifampisin dan
isoniazid 50mg/kgbb/ekor/hari dan ekstrak meniran 2,7 mg/ekor/hari), P4 (diberi
rifampisin dan isoniazid 50mg/kgbb/ekor/hari dan ekstrak meniran 3,4mg/ekor/hari)
dengan masa perlakuan selama 28 hari. Pengamatan nekrosis, degenerasi, dan
kongesti dilakukan secara mikroskopis dengan menggunakan mikroskop Olympus®
CX-41. Hasil dari pengamatan dan skoring seluruh preparat histopatologi hepar tikus
putih (Rattus norvegicus) dianalisis statistic dengan menggunakan uji
Kruskall-Wallis, apabila terdapat perbedaan yang nyata dilanjutkan dengan ujiMann-Whitney.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa P3 dan P4 merupakan dosis optimal yang
dapat memberikan efek sebagai hepatoprotektor sedangkan P2 merupakan dosis
rendah sehingga belum optimal jika digunakan sebagai hepatoprotektor. Kejadian
degenerasi, nekrosis, dan kongesti vena centralis yang paling parah terdapat pada P1.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diperoleh kesimpulan bahwa
pemberian ekstrak meniran dengan dosis 3 mg/ekor/hari dan 3,4 mg/ekor/hari
merupakan dosis optimal yang dapat melindungi sel-sel hepar pada tikus putih
(Rattus norvegicus) yang diinduksi rifampisin dan isoniazid.
Saran yang dapat dianjurkan agar dapat dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai potensi ekstrak meniran pada organ lainnya dan penggunaan meniran