STUD I KORELASI ANTARA EFEKTIVITAS BIMBiNGAN CEAGAMAAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN S1SWA
PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS II SMK DIPONEGORO SALAT1GA
TAHUN 2005/2006
S K R I P S I
Disusun Guna Memenuhi Kewajiban dan Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah.
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH T1NGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) SALATIGA
DEPARTEMEN AGAMA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGE RI (STAIN) SALATIGA
Jl. Tcntara Pelajar 02 Te)p.(0298) 323706,323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id E-mail: administrasi@stainsa!atiga.ac.id
DEKLARASI
Bismillahirrahmanirrahim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penelhi menyalakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pemah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi : atupun pikiran-pikiran orang lain,
kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yar g dijadikan bahan rujukan.
Apabila dikemudian hari temyata terdapai materi atau pikiran-pikiran orang
lain diluar referensi yang peneliti cantumkan, naka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian ini di hadapan sidang munaqosyah
skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 3 Juli 2006
Peneliti
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706
P E N G E S A H A N
Skripsi Saudari : NUR AZIZAH dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 02 028
yang berjudul STUD1 KORELASI ANTARA EFEKTIVITAS BIMBINGAN
KEAGAMAAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN SISWA PADA
MATA PELAJARAN PEND1D1KAN AGAMA ISLAM PADA SISWA
KELAS II SMK DIPONEGORO SALATIGA TAHLN 2005/2006 telah
dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi
Agama Islam Ncgeri Salatiga, pada hari Sabtu, 5 Agustus 2006 yang bertepatan
dengan tanggal 10 Rajab 1427 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.
_ . . 5 Agustus 2006 M Salatiga, ---- - ---10 Rajab 1427 H
Panitia Ujian
Drs. H.M Banany
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari:
Nama : NUR A7JZAH
NIM : 111 02 028
Jurusan/program Studi : Tarbiyah/Pendidikan A gam Islam
Judul : STUDI KORELAS1 ANTARA EFEKTIVITAS
BIMB1NGAN KEAGAMAAN TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA KELAS II SMK
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb
Salatiga, 20 April 2006
ibimbing
Banany
MOTTO
(Do’a mrmSen^an ^e^uatan 6agiyang CemaH,
!MemSuat orang tiifaf^percaya jacfipercaya,
PERSEMBAHAN
(persemoafiank'i
<Buat JAyafi dan ib u C ii y a n g te rc in ta
S erta 6 u a t d a n a d t ^ u se m m n n ya
y a n g dengan segaCa ^etuCusan dan
Serendafiar. f ia t i teCab Sanya
£
m emberibgnsema -igat d a n du b u n g a n y a n g t id a ^ tcmiCai
Sarg, m y a baif^secara moriC m aupun s p iritu iC
dem i CeCancaran d a n terseCesainya s tu d i d a ri
awaCCiingga a k fiir.
TVtVR MATVR NVWVN
1. <duat W apal^tDrs. ‘H.CM (Banany S erta CeCuarga 6esar
J/lC-TJAdJA te rim a ka sifi a tas segaCa 6 a n tu a n n ya
Sefiingga terseCesainya pen uCisan s firip s i in i
2. (Buat semua tem en-tem en seperfuangan y a n g
senantiasa m em beribgn in s p ira s i d i seCa-seCa
CcCemafianbjx daCam p enyusuna n s fy ip s i d a n maCgsih
a ta s m o tiv a s i da n dorongannya
3. T a ll Cupa Suat { eCuarga 6e.;ar JisQ s.C om , ‘M a S g sih
Sanget a tas semua S antuaiiya.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas
segala limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapa. menyelesaikan skripsi
ini. Tak lupa shoiawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman
terang-benderang. Berkat anugerah dan petunjuk d iri Allah SWT, penulisan skripsi
ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyarata i guna memperoleh gelar saijana
dalam Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga.
Juga tak lupa penulis sampaikan teriraa kasih ini, serta penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Drs Sa’adi M.Ag, selaku ketua jurusan Tarbiyah
3. Nur Hasanah M.Ag, Sciaku Ketua Progdi PAI
4. Drs. H.M Banany, selaku pembimbing skripsi yang dengan sabar dan
ikhlas telah meluangkan waktunya untuk membiinbing dan mengarahkan
dalam penilisan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga.
6. Segcnap Civitas Akademik STAIN Salatiga.
7. Teman sejawat dan semua pihak yang telah membantu dan memberi
molivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini mash jauh dari kata sempuma,
oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang
bcrsifat membangun dan oerrr.anfaat bagi penulis, scmoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.
Amin Yarobbal alamin
DAFTAR IS1
HALAMAN JUDUL... i
DEKLARASI... ii
NOTA PEMB1MBING...iii
HALAMAN PENGESA11AN...iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN...vi
>igr KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR IS1...ix
DAFTAR TABEL... xii
BAB IPENDAHULUAN A. Latur Belakang Masalah...'! B. Pokok Permasalahan... 3
C. l ujuan Pcnclitian... 3
D. Manfaat Hasil Penelitian...4
E. Hipotesis...5
F. Metodc penelitian...5
G. Tchnik Analysis Data...]2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Biinbingan Keagamaan... 15
). Pengertian Bimbingan...15
2. Pengertian Bimbingan Keagamaan... ... 16
3. Prinsip-prinsip Bimbingan...18
4. Tujuan Bimbingan...20
5. Peran Guru Terhadap Bimbingan Keagamaan Siswa...21
B. Tingkat Keberhasilan Siswa...24
1. Pengertian Keberhasilan... ... 24
2. Indikator Keberhasilan... 25
3. Tingkat Keberhasilan... 25
4. Penilaian Keberhasilan...26
5. Motif ikeberhasilan... 27
C. Pendidikan Agama Islam... 27
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 27
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam... 29
3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam...34
4. Faktor yanng Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam... ...35
5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam...36
6. Faktor-faklor Pendidikan Agama Islam...38
BAB III LABOR AN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMK. Diponegoro Salatiga...49
B. Daftar N ama Responden...58
C. Penyajian Hasil Data... ...63
BAB IV ANALISIS DATA
A. Analisis Pendahuluan...67
B. Analisis Lanjutan... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...79
B. Saran-saran... 80
C. Penutup... 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
TABEL I : SARANA DAN PRASARANA...53
TABEL II : KEADAAN GURU...54
TABEL III : KEADAAN KARYAWA...56
TABEL IV : JUMLAH SISWA...56
TABEL V : KEGIATAN EKSTRAKURIKULER... 57
TABEL VI : DAFTAR NAMA RESPONDEN...58
TABEL VII : DAFTAR NILAI ANGKET EFEKTIFITAS BIMBINGAN KEAGAMAAN...60
TABEL VIII : DAFTAR NILAI ANGKET KEBERHASILAN SISWA...61
TABEL IX : NILAI HASIL ANGKET EFEKTIFITAS BIMBINGAN KEAGAMAAN SISWA...64
TABEL X : NILAI HASIL ANGKET KEBERHASILAN SISWA...65
TABEL XI : TABULASI NILAI EFEKTIFITAS BIMBINGAN KEAGAMAAN SISWA...68
TABEL XII : TABEL KLAS1FIKAS1 PRESTASJ... 69
TABEL XIII : TABULASI NILAI TINGKAT KEBERHASILAN SISWA...70
TABEL XIV : TABEL KLASIFIKASI PRESTASI... 72
TABEL XV : INTERPRETASI EFEKTIFITAS BIMBINGAN KEAGAMAAN SISWA...73
TABEL XVI : INTERPRESTASI TINGKAT KEBERHASILAN SISWA...74
TABEL XVII : TABEL TENTANG ANALISIS LANJUTAN...75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu proses pendidikan bagi siswa yang
bertujuan membentuk pribadi siswa dewasa dan dapat mengebangkan daya
fiimya. Hal ini menunjuk;ui bahwa aktivitas siswa dalam belajar merupakan
perpaduan antar kemampuan akademik dan efektivitas bimbingan guru
sekolah, kesemuanya akan mcngantarkan sis va kctiugkat kebcrhasilan yang
sesuai dengan standar kompetensi yang telah i litetapkan.
Berkaitan dengan itu, pengajaran di sekolah sangat penting. Pengajaran
menuntut adanya perpaduan dari aktivitas, yaitu aktivitas belajar.1 Dalam
'T0~'
aktivitas mengajar peranan guru untuk dapat menciptakan jalinan
komusikasi yang harmonis antara guru dan siswa. J ilinan komunikasi yang
harmonis dan adanya ct'cktvitas bimbingan guru dapat dijadikanlar.dasan
proses pengajran itu akan berjalan dengan baik.
Mengajar, bukanlah tugas yang sederhana, sebab dalam pengajaran
seorang guru dituntut untuk mempunyai profesionalitas yang tinggi. Guru
tidak hanya berperan sebagai penyampaian materi pelajaran saja. namun
1 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, Hdisi Rcflsi, PT R ncka Cipla, Jakarta, 2004, H lu. 4.
2
diharapkan dapat memberikan praktek yang nyata dari materi yang diajarkan.
Sehingga siswa tidak hanya mengetahui materi pelajaran secara teoritis, tetapi
ia juga dapat mengetahui dengan praktiknya (yang dalam ha! ini guru bidang
studi PAI).
Bukti empirik menunjukkan kepada kita, bahwa selama ini siswa
kurang termotivasi untuk mengikuti mata pelajaran PAI. Hal ini dikarenakan
kurangnya stimulus yang diberikan oleh guru, dan kurangnya variasi, inovasi
dalam hal metode pengajaran PAI. Sehingga siswa merasa boson, karena
penyampaian pengajaran didominasi dengan satu metode saja. Walaupun nilai
siswa mencapai nilai delapan, namun siswa belum cukup menunjukkan
memiliki kecakapan efektif yang tinggi sebagaimana yang ditetapkan dalam
standar kompetensi PAI, seperti membaca, menulis dan memahami ayat-ayat
al-Qur’an, berperilaku dengan sifat-sifat terpuji dan menghindarkan sifat
tercela, beribadah sesuai dengan keteniuan syari’at Islam dan sebageinya.
Dengan demikian, maka pengajaran Pendidikan Agama Islam di
sekolah yang menjadi titik berat adalah mewujudkan sikap dan perilaku siswa
yang mengacu pada hasil pengajaran yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan, yang mampu mengembangkan dan mendewasakan insan didiknya.
Hal tersebut menunjukkan, bahwa tujuan dari pengajaran itu tidak
hanya sebatas pengetahuan saja, namun dapat diwujudkan dalam bentuk
perilaku kehidupan. Perilaku merupakan gambaran dan wujud dari pengajaran
pendidikan agama yang telah diberikan guru dalam proses mengajar di
Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti bermaksud mengadakan
penelitian ilmiah yang membahas tentang korelasi antara efektivitas
bimbingan keagamaan di sekolah terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam
bidang studi PAI. Melalui penelitian ini, peneliti mengambil judul “Studi
Korelasi Antara Efektivitas Bimbingan Keagamaan Terhadap Tingkat
Keberhasilan Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Pada
Siswa Kelas II SMK Diponegoro Salatiga Tahun 2005/2006”.
B. Pokok Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahannya yang
dapat diteliti adalah:
T Bagaimana variasi efektivitas bimbingan keagamaan pada siswa SMK
Diponegoro Salatiga tahun 2005 ?
I
2. Bagaimana variasi tingkat keberhasilan siswa SMK Diponegoro Salatiga
dalam mata pelajaran PAI tahun 2005 ?
3. Sejauhmana tingkat hubungan antara efektivitas bimbingan keagamaan
dengan tingkat keberhasilan siswa dalam mata pelajaran PAI pada siswa
SMK Diponegoro Salatiga tahun 2005/2006
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, peneliti bertujuan untuk:
1. Mengetahui variasi efektifitas bimbingan keagamaan pada siswa SMK
2. Mengetahui variasi tingkal keberhasilan siswa SMK. Diponegoro dalam
bidang studi PAI tahun 2005/20Q6
3. Mengetahui tingkat hubungan antara efektivitas bimbingan keagamaan
dengan tingkat keberhasilan siswa dalam mata pelajaran pendidikan
agama Islam SMK Diponegoro tahun 2005/2006
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi informasi
yang jelas tentang adanya hubungan antara efektivitas bimbingan keagamaan
dengan tingkat keberhasilan siswa dalam mata pelajaran PAI. Dari informasi
tersebut dapat memberikan manfaat secara praktis maupun secara teoritis
yaitu:
1. Secara praktis, apabila temyata ada hubungan, hal ini berarti bagi guru
PAI khususnya dapat memperoleh pemahaman tentang arti pentingnya
efektivitas bimbingan keagamaan terhadap tingkat keberhasilan siswar
dalam mata pelajaran PAI. Selanjutnya pemahaman tersebut guru agama
dapat memberikan bimbingan dan pembinaan dalam membangkitkan
sikap positif pada peserta didik.
2. Secara teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pengembangan pendidik pada umumnya, khususnya dapat memperkaya
5
E. Hipotesis
Hipotesis adalah “jawaban semontara atau kesimpulan yang diambil
• • 2
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam penelitian. I
Hipotesis adalah “Jawaban sementara terhadap masalah penelitian,
yang kebenarannya harus diuji secara empiris.2 3
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis altematif (Ha)
“Ada hubungan positif antara efektivitas bimbingan keagamaan dengan
tingkat keberhasilan siswa mata pelajaran PAI pada siswa kelas II SMK
Diponegoro Salatiga tahun pelajaran 2005/2006
2. Hipotesis Nol (Ho)
“Tidak ada hubungan antara efektivitas bimbingan keagamaan dengan
tingkat keberhasilan siswa mata pelajaran PAI pada siswa kelas II SMK
Diponegoro Salatiga tahun 2005/2006
F. Metode Penelitian
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah kenyataan yang hendak digenaralisasikan.4
Sedangkan populasi menurut Suharsimi Arikunto yaitu “keseluruhan
2 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, PT Bumi Aksara, Jakarta 2004, him. 48
3 Moh Hazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1985, him. 182
f
6
subyek penelitian.”5 Pupolasi dalam penelitian ini adalah para siswa kelas
II SMK Diponegoro Salatiga tahun 2005/2006.
Sampel adalah bagian dari populasi yang dijadikan sasaran
penelitian yang dianggap dapat mewakili populasi.”6.
-Mengenai teknik pengambilan sampel tidak ada ketentuan yang
pasti berapa banyaknya. Menurut Suharsimi Arikunto, “...sekedar sebagai
ancer-ancer bila populasinya besar bisa diambil antara 10-20% atau 20-
25%.7
Untuk menghemat waktu, tenaga, biaya, maka penulis menetapkan
besamya sampel kurang lebih 30% dari besamya populasi.
Menurut hemat peneliti, populasi yang diambil termasuk populasi
besar, maka sampel diambil sebanyak 30%. Jadi dari 159 siswa diambil
f
2. Variabel penelitian
Penelitian ini melengkapi dua veriabcl yaitu efektivitas bimbingan
keagamaan variabel pertama (x) dan tingkat keberhasilan siswa mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam sebagai variabel (y).
Asumsi yang dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini bahwa
efektivitas bimbingan keagamaan dengan tingkat keberhasilan siswa mata
pelajaran PAI bervariasi dan veriabel peitama diduga berpengaruh
terhadap veriabel kedua.
3. Devinisi operasional
Untuk menghindari salah tafsir dan sekaligus penyamaan persepsi
antar pembaca, peneliti menjelaskan setiap istilah yang terdapat dalam
judul diatas dengan interpretasi yang dimaksud.
a. Studi korelasi
Korelasi adalah hubungan dua variabel atau lebih....”8 Adapun
yang dimaksud dalam skripsi ini adalah hubungan antara dua variabel
yaitu efektivitas bimbingan keagamaan dengan tingkat keberhasilan
siswa mata pelajaran PAI
b. Efektivitas bimbingan keagamaan
7
r
1) Efektivitas
Efektivitas adalah “Usaha atau tindakan yang dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil ur tuk memperoleh hasil yang
baik”.9
Sementara menurut Nana Sudjana efektivitas adalah
“Berkenaan dengan pemilihan atau penggunaan ca/a atau jalan
utama yang paling tepat dalam mencapai suatu tujuan.1''
2) Bimbingan keagamaan
Bimbingan berasal dari Bahasa Inggris Guidance, yang
artinya bantuan atau tuntunan. Adapan menurut Bimo Walgito,
pengertian bimbingan adalah “Bantuan atau pertolongan yang
diberikan kepada individu dan sekumpulan individu-individu
dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam
kehidupan, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya”.11
Sementara menurut Drs. H.M. Arifin, M.Ed dikatakan
dengan istilah bimbingan dan penyuluhan agama, yaitu:
“Usaha pemberian bantuan terhadap seseorang yang
mengalami kesulitan baik lahiriah maupun batiniah, yang
menyangkut tentang kehidupan dimasa dini dan masa
9 Purwadarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Pengembangan dan Pembinaan Sahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, PN Balai Pustaka, Jakarta, 1982, him.
10 Dr. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, Sinar Baru, Bandung, 1991, him. 49
" Drs. Bimo Wakgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Andi Offset, Yogyakarta, 1989, him. 4
r
mendatang. Bantuan tersebut berupa pertolongan dibidang
mental dan spiritual. Dcngan maksud orang yang
bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan
k.emampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan
dari kekuatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa”.12
Da-i pengertian diatas yang dimaksud efektivitas
bimbingan keagamaan adalah kecenderungan seorang guru untuk
berusaha dan membimbing terhadap suatu objek. Sehubungan
dengan penelitian ini, objek yang dimaksud adalah siswa SMK
Diponegoro Salatiga.
Indikator efektivitas bimbingan keagamaan dapat diukur dengan:
a) Memberikan bimbingan dan contoh konkret terhadap semua
siswa
b) Adanya bimbingan setiap hari baik di sekolah maupun diluar
sekolah
c) Menegur siswa yang melakukan kesalahan dalam hal agama
d) Menghukum siswa yang melakukan perbuatan melanggar I
agama
e) Mendorong anak untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
keagamaan
9
I
f) Memberikan bimbingan agar anak melakukan amal yang
shaleh dan berakhlak mulia
g) Membiasakan berdo’a kepada Allah
c. Tingkat keberhasilan siswa
Keberhasilan ini penulis artikan sesuatu hasil yang diperoleh
dari usaha atau kerja keras yang dilakukan untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan.
Keberhasilan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
keberhasilan siswa SMK Diponegoro dalam bidang stud! PAI baik
dari aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik.
d. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah suatu pendidikan yang
diselenggarakan dengan niat untuk mengejawantahkan ajaran dan
nilai-nilai Islam dalam kegiatan pendidikan.13
Sementara menurut Achmadi Pendidikan Agama Islam adalah
“Usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah
keagamaan subjek didik agar lebih memahami, menghayati, dan
mengamalkan ajaran-ajaran Islam.”14
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu pendidikan yang
bertujuan untuk membimbing dan membina perilaku individu dalam
kehidupan sehari-hari.
13 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah Madrasah Perguruan Tinggi, Edisi IV, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, him. 8
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma lim a Pendidikan, Aditya Media, Yogyakarta, 1992, him. 18
I
II
Adapun indikator tingkat keberhasilan siswa mala pelajaran
Pendidikan Agama Islam adalah:
1) Kemampuan membaca al-Qur’an dengan tartil sesuai makharijul
khuruf dan kaidah ilmu tajwid.
2) Kemampuan menulis ayat-ayat al-Qur’an dengan baik dan benar
3) Memahami hukum-hukum Islam dan mengamalkan dalam
kehidupan sehari-hari
4) Menghindarkan sifat-sifat tercela ,
5) Berperilaku dengan sifat-sifat terpuji
6) Beribadah sesuai dengan ketentuan syariat Islam
7) Meneladani sifat-sifat dan kepribadian Rasul
4. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Metode angket
Angket atau kuisioner adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis
yang digunakan untuk memperoleh infor nasi dari responden dalam
arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui.”15 Angket
disini digunakan sebagai metode pokok untuk memperoleh informasi
tentang efektivitas bimbingan keagamaan dengan tingkat keberhasilan
siswa mata pelajaran PAI pada siswa kelas II SMK Diponegoro
Salatiga.
12
b. Metode observasi
Observasi adalah “Sebagai pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik fenomena-fenaomena yang diselidiki.”16 Metode ini
digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif, yaitu gambaran
umum SMK Diponegoro Salatiga, sejarah singkat berdirinya, letak
geografis, struktur organisasi, dan lain-lain.
c. Metode dokumentasi dan wawancara
Dokumentasi yaitu mencari data-data mengenai hal-hal yang
berup." catat".n buku, surat kabar, notulen, agenda, dan sebagainya.17
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan
sekolah dengan mengambil dari dokumentasi yang tersedia di sekolah.
Sedang wawancara digunakan untuk memperoleh data
penunjang yang menguraikan sekilas gambaran global, latar belakang
siswa SMK Diponegoro Salatiga tahun 2005/2006.
G. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui distribusi frecuensi efektivitas bimbingan
keagamaan SMK Diponegoro Salatiga digunakan analisis prosentase dengan
rumus:
F
P = --- x 100% N
r
13Keterangan:
P = Prosentase pcrolehan
F = Frcquensi mentah
N = Jumlah total responden
Untuk mengetahui hubungan antara efektivitas bimbingan keagamaan
dengan tingkat keberhasilan siswa kelas II SMK Diponegoro Salatiga
menggunakan rumus produk moment:
NEXy-(EX)(Ey)
rxy =
---V«N.Ex2 - (E X2} {NEy* - (E y)2}
Keterangan:
Txy = Koefesien Korelasi antara x dan y
N = Jumlah responden
EX = Nilai hasil variabel efektivitas bimbingan keagamaan
Ey = Nilai hasil variabel tingkat keberhasilan siswa mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam
1 Ji
Exy = Jumlah hasil perkalian antara skor x dan skor y.
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini membuat lima bab yaitu:
14
Bab I
Bab II
B a b in
Bab IV
Bab V
: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, maniaat hasil penelitian, hipoteisis, metode
penelitian, teknik analisis data, sistematika penulisan skripsi
: Landasan teori
Bab ini berisi pengertian efektivitas bimbingan keagamaan dan
tingkat keberhasilan siswa
: Gambaran umum SMK Diponegoro Salatiga
Bab ini berisi tentang latar belakang geografis, sejarah
berdirinya, struktur organisasi sekolah, keadaan siswa, guru dan
karyawan, keadaan fasilitas, dan hasil angket siswa
: Analisis data
Dalam bab ini meliputi adanya pengelolaan data yang telah
diperoleh dari hasil penelitian lapangan.
: Penutup
LANDASAN TEORI
BAB II
A. Bimbingan Keagamaan
1. Pengertian Bimbingan
Sebagai bahan acuan pembahasan tenang bimbingan keagamaan,
serta kaitannya dengan tingkat keberhasilan siswa dalam bidang studi
pendidikan agama islam perlu penulis kemukakan beberapa batasan
pengertiannya.
Menurut Failor yang dikutip Arifin sebagai berikut:
Guidance servise assit the individual in the proses of self understnding and self acceptence, appraisal of his present and posible future socio economic enviroment and adjuments that futhur both personal satisfaction and socio economic effectiveness.1
Jadi arti bimbingan menurut Failor adalah bantuan kepada
seseorang dalam proses pemahaman dan penerimaan terhadap dirinya sendiri
serta perhitungan (penilaian) terhadap lingkungan socio ekonomisnya masa
sekarang dan kemungkinan masa mendatang dan bagaimana
mengintregrasikan dua hal tersebut melalui penilaian-penilaian serta
penyesuaian-penyesuaian diri yang membawa kepada kepuasan hidup pribadi
dan pendayagunaan socio ekonomisnya.
1 Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan Penyuluhan Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, him 20-21
f
16Menurut Miller per per1 i an bimbingan:
Bimbingan merupakan proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara rnaksimal kepada sekolah, keluarga. serta masyarakat.2
Bimbingan dalam kontek diatas lebih merujuk kepada upaya
mebantu anak untuk menjadi manusia dewasa dalam pengertian luas, dalam
arti tidak dibatasi dalam bidang-bidang tertentu dan tidak didasarkan
timbulnya kesulitan pada diri anak.
Menurut Bimo Walgito
Bimbingan adalah pemberian pertolongan dan pertolongan inilah nerupakan hal yang prinsipul .3
Peranan bimbingan sebagimana yang diungkapkan Bimo Walgito
diatas membcri pertolongan tctapi walaupun bimbingan memberikan
pertolongan, namun tidak semua pertolongan merupakan bimbirgan. Misal
orang memberikan pertolongan kepada orang yang jaiuh untuk berdiri, tetapi
ini bukan merupakan pertolongan dalam arti bimbingan.
2. Pengertian Bimbingan Agama
Bila kita menengok sejenak kepada sejarah agama islam maka
bimbiirngan keagamaan telah dilaksanakan para Nabi dan Rasul, para
Sahabat Nabi, para ulama dan para Pendidik atau pcngajar dilingkungan
masyarakat dari zaman ke zaman.
i
2 Miller, dikutip Djuinhur M Suryu, Kimhinf’an danPenyuluhan diSekolah, C.V llmu, Bandung, 1008. him 26.
f
17Dikalangan masyarakat Islam telah pula dikenal prinsip-prinsip yang
bersumber dari firman Allah serta Sunnah Nabi, sebagaimana firman Allah
dibawah ini:
“ bahwa (yang Kami perintchkan) ini jalan-K u yang lurus, maka ilulah
dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan (yang lain), karena dengan ja la n itu mencerai bcraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa”. (Al-An ’anm:152)
Disamping itu tcrdapat pula sabda Nabi yang menjelaskan bahwa
nasihat itu kewajiban agama. Seperti sabda Nabi yang menyatakan (agama itu
adalah nasihat). Meskipun secara ilmiyah bimhingan keagamaan belum
dikenal baik di masyarakat maupun dilingkungan dunia pendidikan, namun
pengcrtiannya dapat juga dibcrikan secara scdcrhana.
Menurut Drs. H.M. Arifin M. Ed, memberikan istilah dengan bimbingan dan penyuluhan agama yaitu “usaha memberikan bantuan kepada seseorang yang mengalami 1 esulitan, baik lahiriyah .naupun batiniyah yang menyangkut kehidupan masa kini maupun masa mendatang. Bantuan tersebut merupakan pertolongan dalam bidang mental spritual. Dengan malcsud orang bersangkutai mampu emngatasi kesulitamiya dengan kemampuan yang ada dalam dirinya sendiri, melalui dorongan dan kekuatan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maba Esa. Sehingga timbul pada diri pribadinya, suatu cahaya harapan kebahagiaan hidup saat sekarang dan masa depan.4
18
Jadi bimbingan terscbut baik pengertian agama nampak jelas
tekanannya pada pemberian bantuan ats pertolongan dalam berbagai masalah
seseorang dimasa mendatang. Semua aspek yang ada merupakan lahan yang
perlu mendapatkan bimbingan yang ruang lingkupnya menuntut tujuan
masing-masing. Sehingga diharpakan dari itu mmepunyai ruang lingkup
menurut tujuan masing-masing seperti jabatan, bimbingan yang menyangkut
kesejahteraan keluarga, namun dalam bimbingan penulis maksud adalah
bimbingan yang menyangkut pendidikan keagamaan anak.
3. Prinsip-Prinsip Bimbingan
Suatu usaha yang tidak mempunyai tujuan ataupun prinsip tidaklah
mempunyai apa-apa. Oleh karena itu kiranya sukar lah bagi kita untuk
mendapatkan contoh-contoh usaha yang tidak bertujuan dan berprinsip.
Dapat dikatakan bahwa tidak ada suatu usaha yang tidak bertujuan atau
. berprinsip. Oleh karena itu dalam suatu kegiatan bimbingan hams dilandasi
dengan pandangan filosofis yang dijadikan pedoman pelaksanaannya oleh
para pembimbing.
Prinsp-prinsip bimbingan agam menurut Arifin sebagai berikut:
a. Setiap individu adalah mahkluk yang dinamis dengan kegiatan-
kegiatan yang bersifat individual, serta msing-masing mempunyai
r
19
b. Suatu kepribadian yang bersifat individual tersebut terbetuk dari dua
faktor. Pcngaruh dari dalam bakat dan ciri keturunan baik jasmani
maupun rohaninya, dan faktor pcngaruh yang dipengaruhi oleh
lingkungan baik mas sekarang maupun masa lampau.
c. Setiap individu adalah oiganisme yang berkcmbang atau tumbuh, yang
senantiasa pengekspresiannya dapat dibimbing kearah pokok hidup
yang menyangkut masyarakat sekitar.
d. Setiap individu dapat meperoleh keuntungan dengan pemberian
bantuan dalam hal melakukan pilihan-pilihan, dalam hal mamajukan
penyesuaian diri serta dalam mengarahkan kepada kehidupan yang
sukses.
e. Sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan program
bimbingan dan penyuluhan yang diperlukan bagi setiap murid guna
mencapai pcrkcmbanan yang maksimal baginya.
f. Masyarakat dapat memperoleh kemajuan karena adanya
perkembangan serta kemampuan penyesuaian diri pada anggota-
anggotanya secara individual.
g. Setiap individu harus diberi hale yang sama serta kesempatan dalam
mengembangkan pribadinya tanpa memandang perbedaan suku,
f
20h. Setiap individu memiliki sifat (kemampuan dasar) beragania yang
dapat bcrkembang dengan baik, bila mana diberi kesempatan melalui
bimbingan yang baik.5
Pandangan diatas sebagaimana sabdaNabi Muhammad Saw:
“Setiap anak dilahirkan di atas Fitrahnya, maka orang tua keduanya dapat menjadikan anak pemeluk agama yahudi aiau agama nasram atau agama majusi(HR Bukhari) ”6
4. Tujuan bimbingan agama
Apabila mer.gamati secara dalam tentang arti bimbingan kita dapat
mcmpcrsiapkan scdini mungkin masa dcpan si tcrbimbing, sesuai dengan arah
kepada tujuan ya.tg hendak dicapai.
Pelaksanaan bimbingan agama dapat berjalan dengan sukses, apabila
memahami bahwa individu mempunyai suatu kepribadian yang sangat
individunl. I Ini tcrsebut tcrhctuk dnri pcngnruh baik dnri dalam yang berupa
bakat bawaan mai pun pangaruh dari lingan masyarakat, ia bertempat tinggal.
Keadaan yang scnantiasa bcnibah pada individu itulah yang perlu
mendapat perhatian bimbingan, sehingga dapat terarahkan untuk menetukan
pilihan-pilihan dari bcntuk menyesu likan diri dan mempengaruhi pandangan
kepada kehidupan yang telali sukses. Demikian ini merupskan suatu
5 Ibid, hln.31-32
6 Ahmad xunarlo, Terjemah Shnhih Bukhari IV, CV Asy Syit'a, Semarang, 1993
22
siswa boleh jadi bertentangan dengan apa yang di harapkan guru, karena anak
tidak mau menerima keadaan yang tidak mcnyenangkan.7
Agar siswa berbuat baik, niaka biasakanlah dalam pclaksaannya * 5
21
gambaran sekilas tentang kondisi individu y ing perlu dipcrhatiakan sebelum
kita memberikan bimbingan
Bcrdasarkan pcngcrtian bimbingan dan tuntunan yang hendak dicapai
dalam megarahkan dan membim’oing, maka pcuulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa tujuan bimbingan adalah mengarahkan individu kepada
hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan yang berhubungan masa
sekarang, masa mendatang dengan cara tanggung jawab, sehingga diharapkan
dapat menerapkan ke dalam situasai kehidupan yang sesuai lingkungan yang
ada.
5. Peran guru terhadap bimbingan keagamaan siswa
Scorang pendidik atau guru mempunyai tanggung jawab yang sangat
berat, ddam membimbing anak didiknya agar selalu melakukan perbuatan-
perbuatan yang baik, bersikap sopan dan hormat kepada yang lebih tua,
sayang yang muda, menhargai orang lain dan lain sebagainya. Ini bergantung
bagaimanu seorang guru bersikap. Sikap siswa lerhadap guru bergantung u
bagaimana scorang guru bersikap kepada sisrvanya. Apabila siswa merasa
terpenuhi akan kebutuhan, hak dan kewajibannya maka siswa akan
menghargai dan menghormati gurunya, tetapi siswa yang meras tehalang akan
pemenuhan kebutuhan hak dan kewajibannya, seringkali siswa akan merasa
23
Masalah yang sudah mcnjad* kctetapan dalam syariat islam
bahwa anak diciptakan dalam lint a tauhid yang murni, agama yang lurus
dan iman kepada Allah. Dari sini peran pemoiasan pengrjaran dan
pendidikan dalam pertumbuhan dan pcrkembang'an anak dalam
menemukan tauhid yang murni.
Keutamaan budipekerti spiritual, serta nama agama yang lurus
maka pembiasaan merupakan upaya yang praktis dalam membentuk dan
pengembangan pribadi anak.
c. Metode nasihat.
Metode yang lain yang lebih penting adalah pendidikan mental
spiritul. Dengan nasihat dapat membuka mata anak untuk memahami
hakikat sesuatu, sehingga memudahkan untuk memahami ajaran-ajaran
prinsip islam.
d. Metode perhatian
Mencurahkan perhatian terhadap kebiasaan perkembangan anak
didik akan dapat membantu menumbuhkan akidah moral dan merupakan
persiapan moral spiritual, dan tidak diragukan lagi bahwa dengan
perhatian pendidikan ini dianggap masa yang kuat untuk membantu
manusia secara utuh dalam menunaikan hak-hak kehidupan dan
24
Mclalui upaya tcrscbut diharapkan dapat menjadikannya sebagai muslim
hakiki dan juga pondasi keimanan yang kuat.
e. Metode hadiah dan hukuman
Dengan hukuman anak akan jera, berhenti dari perbuatan dan
peka dalam menolak hawa nafsu, dengan ini anak akan terhindar dari
kenistaan dan kemungkaran.
Tetapi perlu diingat bahwa dan memberi hukuman kepada anak
bukan berarti menyakiti, menganiaya dan balas dendam, tetapi
merupakan peringatan yang halus. Kalau itu tidak bisa berubah sikap
anak, maka perlu dengan pukulan yang tidak menciderai. (
Dengan demikian jelaslah bahwa guru hams menjadikan siswa-
siswanya terpelihara dan memiliki sifat-sifat utama memberikan
tealadan yang baik. Sehingga siswa-siswanya mengikuti melaksanakan
aj aran-aj arannya dan menim akhlak yang baik.
B. Tingkat Keberhasilan
1. Pengertian Keberhasilan
Keberhasilan pada dasamya sulit didefmisikan secara tegas,
karena pada dasamya proses belajar mengajar itu bisa dikatakan berhasil
apabila tujuan pembelajaran khusus itu dapat dicapai oleh peserta didik.8 9
8 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Semarang, Asy Syifa, 1993, him. 174
25
I
Dalam kamus besar bahasa Indonesia menyatakan bahwa keberhasilan
adalah perihal (keadaan) berhasil.10
2. Indikator Keberhasilan
Indikator yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menyatakan
bahwa suatu proses balajar mengajar dapat dikatakan berhasil, berdasarkan
ketentuan kurikulum yang disempumakan yang saat ini digunakan adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tingkat tinggi, baik individual atau kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau interaksional
khusus (TIK) telah dicapai siswa baik secara individu maupun klasikal.11
3. Tingkat Keberhasilan
Untuk mengetahui sampai dimana tingkat keberhasilan belajar siswa
terhadap proses belajar yang telah dilakukannya sekaligus juga untuk
mengetahui keberhasilan guru, kita dapat mengunakan acuan tingkat
kebarhasialan tersebut, sejalan dengan kurikulum yang berlaku saat ini adalah
sebagai berikut:
a. Isumewa/ maksimal :Apabila seluruh bahan pelajaran yang
dianjurkan itu dapat dikuasai siswa
b. Baik sekali/ optimal : Apabila sebagian besar (8:5% s/d 94%) bahan
pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai
26
c. Baik/ maksiamal : Apabila bahan pelajann yang diajarkan hanya
75% s/d 84% dikuasai siswa.
d. Kurang : Apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang
dari 75% d'kuasai siswa.12
4. Penilaian Keberhasilan
I
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.13 Berdasarkan tujuan dan
ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat digolongkan kedalam jenis
penilaian sebagai berikut:
a. Tes Formatif
Penilaian ini digunakan untuk mengukur setiap suatu bahasan tertentu dan
bertujuan hanya untuk memperoleh gambaran tentang daya serap siswa
terhadap satuan bahasa tersebut.
b. Tes Sub Sumatif
Penilaian ini meliputi sejumlah bahan pengajaran atau satuan bahasan
yang telah diajarkan dalam waktu tertentu..
c. Tes Sumatif
Penilaian ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap pokok-
pokok pembahasan yang telah diajarkan selama satu semester.
27
5. M otif Keberhasilan
Motif keberhasilan (achievment motivation) terdiri dari tiga
komponen:
a. Dorongar Kognitif
Yang termasuk dorongan kognitif adalah kebutuhan untuk mengetahui, untuk mengerti dan untuk memecahkan masalah. Dorongan ini timbul didalam proses intcraksi antara siswa dengan tugas atau masalah
b. Harga Diri
Ada F:swa t^rtentu yang tekun belajar melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk memperoleh pengetahuan dan kecakapan,melainkan untuk memeperoleh status harga diri.
c. Kebutuhan Beraplikasi
Kebutuhan beraplikasi sukar dipisahkan dari harga diri. Ada siswa akan berusaha menguasai bahan pelajaran atau belajar dengan giat untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan dari temen-temannya atau dari orang lain ( atasan ) yang dapat memberikan status kepadanya.14 15
C. Pendidikan Agama Islam
1. Pergertian Pendidikan Agama Islam
Abd Rahman Saleh memberikan pengert'.an Pendidikan Agama
Islam sebagai berikut, Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai
pendidikan dapat memahami dan mengenal ajaran islam serta menjadikan.
pegangan hidup (Way o f life)}5
I
Drs. Achmadi merjelaskan pendidikan agama islam adalah usaha
yang lebih khusus ditujukan untuk pengembangan fitrah keberagaman subjek
l4Slamento, Belajar dan Faktor-Faktoryang Memprengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta, 1995 hlm.26
I 28
didik agar lebih mampu memabami, menj.hayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran agama Islam. 16
Sedang menurut Zuhairi pengertian pendidikan Agama Islam
diartikan sebagai usaha secara sistematis dan praktis dalam membantu anak
didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan agama Islam.17
Didalam GBPP PA1 di sekolah umum, dijelaskan bahwa pendidikan
agama islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan siswa dalam menyakini,
mcmahami, dan mengamalkan ajaran >slam melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan dengan perhatian tuntutan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.18
Dalam pengertian tersebut dalam ditemukan beberapa hat yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam sebagai berikut:
a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadai, yakni sualu kegiatan,
bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara bcrcncana
dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai
b. Peserta didik yang hendak disapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
ada yang dibimbing, diajari, dan dilatih dalam peningkatan keyakinan,
pemahaman, penghayatan, pengamalan terhadap ajaran Islam.
16 Achmadi, Islam Sebagai Paradigma limit Pendidikan, Aditya Media, hlm.20 l7Zishniri dan kawan-kawan, Meoldik Khusus Pendidikan Agama, Biro lliniah l alkutas Tnrhiynh IAIN Sunan Ampcl, Malang. 1983, hlm.27
f
29c. Pendidik atau Guru Pendidikan Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajarau dan latihan secara sadar terhadap peserta
didiknya untuk mcncapaUujuan pendidikan agama Islam.
d. Kegiatan pembelajaran pendidikan agama [slam diarahkan untuk
menungkatkan keyakinan pemahaman, penghayatan dan pengamalan
agama Islam dari peserta didik yang disampaikan untuk membentuk
kcsalehan, kualitas pribadi, juga untuk membentuk kesalehan sosial.19
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
Islam adalah suatu bidang studi yang berisi tentang ajaran Islam yang harus
disampaikan guru kcpada murid dengan melalui bimbingan, pembinaan,
dengan tujuan agar siswa dapat memahami, menghayau, dan mengamalkan
dalam kehidupan individu bermasyarakat, berbangsa dan bemegara.
Pembentukan kepribadian anak didik yang sesuai dengan ajaran
Islam supaya hendak menjadi manusia yang cakap dalam menyes'laikan tugas
hidup yang diridhoi Allah SWT.
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam
Adapun dasar atau landasan penyelenggaraan pendidikan agama
Islam ditinjau dari beberapa aspek:
a. Aspek Normatif
b. Aspek Psikologis
c. Aspek Historis
30
d. Aspek Yuridis20 21
1. Aspek Normatif
Banyak Al-Qur’an atau Sunnah Nabi yang secara langsung atau
tidak langsung mewajibkan umat Islam melaksanakan pendidikan
khususnya pendidikan agama. Itulah yang dimaksud dasar normatif
pelaksanaan pendidikan agama Islam, adapun kewajiban pelaksanaan
pendidikan agama Islam itu ditujukan kepada:
a. Kewajiban orang tua mendidik anaknya
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat At-Tahrim ayat 6
J-
a
I
j
s l j
3—11L
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharclah dirimu dan iceluargamu dari api neraka (Q.S At-Tahrim:6)”2'
Sabda Nabi Muhammad SAW sebagai bcrikut:
“Sesungguhnya rebagian dari tanda-ianda hari kiamat adalah hilangnya ilmu, dHetapkannya kebodohan, diminumnya khamer dan
nampaknya perzinaan2”
20 Chabib Tlioha, PBM-PA1 Di Sekolah Ekstensi dan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam, Falkutas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang, 1998, him.33
21 Departemen Agama Rl, op.cit, him
31
Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist diatas pendidikan agama
scpenuhnya menjadi tanggung jawab orang tua, akan tetapi
keterbatasan kemampuan orang tua, maka orang tua dapat
melimpahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yaitu
guru dan sekolah.
b. Kewajiban bagi setiap muslim untuk belajar
Firman Allah dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 122:
£
j j - o *4l*J
Artinya:
“Tiu la sepatutnya bagi orang-orang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Megapa tidak pergi dari tiap-tiap golongiin diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya
apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat v menjaga dirinya(At-Taubah: 122) ”23
2. Aspck Psikologis
Ilmu jiwa agama (Psikologi Agama) meneliti dan menelaah
kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari seberapa besar
pcngaruh kcyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan
32
hidup pada umumnya. Disamping itu ilmu jiwa agama mempelajari pola
pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak pada seseorang dan faktor-
faktor yang mempengaruhi keyakinan tersebut.
3. Aspek Historis
Dalam sejarah yang panjang, dimana dunia Islam semakin luas
terjadilah proses islamisasi dan sekaligus pendidikan agama Islam bagi
bangsa-bangsa non Arab. Diantaranya para sejarahwan membagi
periodesasi sejarah perkembangan pendidikan agama Islam menjadi lima
periode antara lain:
a. Periode pembinaan pendidikan Islam, yang berlangsung pada zaman
Nabi Muhammad SAW.
b. Periode pertumbuhan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak Nabi
Muhammad wafat sampai Bani Umaiah yang diwamai dengan
perkembangan ilmu naqli.
c. Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam, yang
berlangsung sejak permulaan daulad Abbas yah sampai jatuhnya
Bagdad dan diwamai dengan perkembangan ilmu aqli dan tumbuhnya
madrasah serta munculnya perkembangan kebudayaan Islam.
d. Periode kemunduran pendidikan Islam, sejak jatuhnya Bagdad sampai
33
sendi-sendi kebudayaan Islam dan berpindahnya pusat-pusat
perkembangan kebudayaan kedunia barat.
e. Periode pembaharuan pendidikan Islam, yang berlangsung sejak
pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai
gejala-gejala bangkitnya kembali umat dan kebudayaan Islam.
4. Aspek Yuridis
Disini yang dimaksud aspek yuridis ialah ketentuan hukum
dalam melaksanakan pendidikan agama. Untuk itu perlu ditinjau hal-hal
yang berkaitan dengan hukum yang menlandasi pelaksanaan pendidikan
agama. Dalam hal ini ada dua pedoman yakni landasan idiil dan landasan
operasional.
a. Landasan Idiil
Terwujudnya kehidupan beragama bagi seluruh rakyat
Indonesia menjadi suafu cita-cita (idiil) pada pendiri Republik. Cita-
cita inilah yang kemudian dituangkan dalam Pancasila dan UUD 45.
b. Landasan Operasional
Kewajiban mengajarkan agama kepada orang lain. Firman
34
Artinya;
'Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada kebaikan (makruf) dan mencegah dari yang mungkar, karena itulah orang-orang yang beruntung (Ali Imron:104ya 4
3. Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Secara umum tujuan pendidikan agama Islam untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, pengamalan peserta didik tentang
agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang bcriman dan bertakwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dari tujuan GBPP PAI, 1994. Muhaimin menjelaskan dimensi yang
hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam yaitu:
a. Dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam
b. Dimensi pemahaman, penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam
c. Dimensi penghayatan atau pengamalan batin yang dirasakan peserta didik dalam pengamalan ajaran agama Islam
d. Dimensi pengamalan dalam arti ajaran yang telah diimani, dipahami dan dihayati serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.25
Dari penyempunaan tujuan pendidikan agama Islam mengandung
pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dialami siswa
mengalami beberapa tahap antara la'n:
24 Ibid, hlm.93
35
a. Tahap kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung didalam ajaran agama Islam
b. Tahap afeksi, yakni terjadinya proses lntemalisasi ajaran dan nilai-nilai agama dalam hati, dalam arti menghayati dan menyakiri. Tahap afeksi ini terkait erat dengan tahap kognisi, dalam arti penghayatan dan pemahaman terhadap ajaran dan nilai agama Islam
c. Tahap Psikomotorik, tahap ini situasi bergerak untuk mengamalkan ajaran agama yang telah diyakini, sehingga terbentuk manusia Muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka ruang lingkup materi
pendidikan Islam, (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur
pokok yaitu Al-Qur’an dan Hadist, Keimanan, Syariah, Ibadah, Muamalat,
Akhlak, dan Tarikh (sejarah Islam) yang mcnekankan pada pengcmbangan
politik.
4. Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Makmun Yunus mengklasifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
pendidikan agama Islam sebagai berikut:
a. Pengajaran agama disusun dalam rencana pengajaran yang ditetapkan di sekolah yang mempengaruhi pendidikan agama anak.
b. Contoh dan keteladanan yang baik oleh orang dewasa seperti orang tua, saudara dan guru.
c. Pengadaan iklim/ atmosfer keagamaan yang baik pada lingkungan anak, seperti keluarga, sekolah dan pergaulan sehari-hari.
d. Dukungan masyarakat yang baik dan senang hidup yang agamis dan menghargai akhlak.26 27
26 Ibid, him. 79
36
Berdasarkan keberhasilan pendidikan agama akan menghasilkan
anak-anak bahkan masyarakat yang hidup agamis. Pendidikan agama
diperoleh tidak hanya di sekolah, tetapi juga di keluarga, lingkungan
masyarakat dan keteladanan-keteladanan yang diperoleh anak dalam hidup.
5. Pentingnya Pendidikan Agama Islam
Proses pembentukan kepribadian anak sudah dimulai sejak proses
kahamilan anak tersebut didalam kandungan ibunya. Ketika anak lahir
mulailah ia menerima didikan dan perlakuan-perlakuan yang mula-mula dari
ibunya, kemudian dari anggota keluarga yang lain, semuanya itu akan ikut
ambil bagian didalam memberikan dasar-dasar pembentukan kepribadian
I
anak.
Pendidikan agama harus diberikan kapada anak sejak kecil, sebab
sukar bagi anak untuk menerima pendidikan agama bila sudah besar atau
dewasa. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur agama tidak terdapat dalam
kepribadiannya yang terbentuk sejak kecil. Segala keinginannya akan dapat
terpenuhi dengan cara yang tidak melanggar hukum-hukum agama, karena
dengan melanggar ia akan mengalami kegoncangan jiwa, sebab tindakannya
tidak sesuai dengan kepribadiannya.
Juga pendidikan agama tidak mungkin terlepas dari pengajaran
agama. Jika penanaman jiwa agama tidak dapat dilakukan oleh orang tua di
37
profcsional dalam bidangnya. Mengingat pentingnya pcndidikan agama bagi
pembinaan mental dan akhlak anak-anak, maka pendidikan agama harus
dianjnrkan di sekolah dan tidak cukup diberikan oleh orang tua saja.
Pendidikan agama di sekolah memiliki peranan yang penting dalam
pembinaan dan penyempumaan pertumbuhan anak didik, karena pendidikan
agama mempunyai dua aspek.
Aspek pertama, pendidikan agama ditujukan kepada jiwa atau
pembentukan kepribadian. Anak didik diberi kesadaran kepada adanya Tuhan,
lalu dibiasakan melaksanakan perintah-perintah Tuhan dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya.
Aspek kedua, pendidikan agama adalah ditujukan kepada pikiran
yaitu pengajaran itu sendiri, kepcrcayaan kepada Tuhan tidak akan sempuma
bila isi dari ajaran-ajaran Tuhan itu tidak diketahui betul-betul sikap dan
prilaku siswa harus mencerminkan ajaran agamanyu.*8 Maka dari sini perlu
seorang guru agama yang profcsional dalam bidangnya , karena pendidikan
agama tidak bisa diberikan sambil lalu saja, tetapi perlu adanya perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang sesuai dengan kaidah ilmu pendidikan modem.
Pendidikan itu tidak boleh lepas dari pengajaran agama, yaitu
pengetahuan yang ditujukan kepada pemahaman hukum-hukum, syariai-
syariat, kewajiban-kewajiban, batasan-batasan dan norma-norma yang berlaku l
dan diindahkan. Pendidikan agama harus memberikan nilai-nilai yang aapat 28
38
dimiliki dan diamalkan anak didik, supaya semua pcrbuatan dalam hidupnya
mempunyai nilai-nilai agama a1au tidak keluar dari norma agama.
6. Faktor-faktor Pendidikan Agama
Dalam melaksanakan pcndidikan agama, pcrlu dipcrhatikan adanya
faktor pendidikan yang ikut dalam mcncntukan berhasil atau tidaknya
pendidikan agama tersebut. Menurut Sutari imam Bamadid, bahwa faktor-
faktor pendidikan itu diantaranya:
a. Tujuan Pendidikan
b. Pendidik
c. Anak Didik
d. Alat-alat Pendidikan
e. Millieu/ Lingkungan
Walaupun ada sementara ahli yang tidak melibatkan faktor alam,
akan tetapi yang jelas kelima faktor tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Faktor Tujuan Pendidikan
Pendidikan adalah usaha yang membutuhkan proses setahap demi
setahap secara kontiyu dan akan berakhir dengan tercapainya tujuan akhir dari
pendidikan. Mengenai tujuan pendidikan ini M.J Langevold membedakan
enam macam tujuan dalam pendidikan.29
39
1. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan ini mengupayakan bentuk manusia kamil,
manusia yang dapat menjukkan kesclarasan dan kehomiatan antara
jasmani dan rohani.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan perjalanan dari tujuan umum
3. Tujuan Insidental (seketika)
Tujuan insidental merupakan tujuan tersendiri yang bersifat seketika
I
4. Tujuan Sementara
Tujuan sementara ini seolah-olah merupakan tempat berhenti atau
tempat istirahat didalam perjalanannya ke tujuan umum.
5. Tujuan Tidak Lengkap
Tujuan ini mempunyai hubungan dengan aspek kepribadian manusia,
sebagai fungsi kerohanian pada bidang-bidang etika, keagamaan,
estetika, dan sikap sosial daripada orang itu
6. Tujuan Pranatara
Tujuan ini sama dengan tujuan sementara, tetapi khusus mengenai
pelaksanaan tehnis daripada tugas belajar.
Tujuan pendidikan agama pada lembaga pendidikan formal di
Indonesia ini dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
40
Tujuan umum ini ialah membimbing anak agar mercka menjadi orang
muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh, dan berakhlak mulia serta
berguna bagi masyarakat agama dan negara.
b. Tujuan Khusus Pendidikan Agama
Ialah tujuan pendidikan agama pada setiap tahap atua tingkat yang dilalui
seperti, tujuan pendidikan Agama untuk SD, berbeda dengan tujuan
pendidikan Agama untuk Sekolah Menengah, dan berbeda pula untuk
Perguruan Tinggi.30
Faktor Pendidik
Pendidik adalah salah satu faktor yang sangat penting, karena
pcndidik itulah yang bcrtanggung juwab dalam pembcntukan kepribadian
anak didiknya, terutama pendidikan agama, ia mcmpunyai pcrtanggung
jawaban yang lebih berat bila dibanding dengan pendidikan pada umumnya,
karena selai bertanggung jawab terhadap pembcntukan kepribadian anak yang
sesuai dengan ajaran agama Islam, iajuga bertanggung jawab terhadap Allah
SWT.
Agar supaya pendidik agama dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan sebaik-baiknya, perlu adanya kriteria dan syarat-syarat khusus bagi
seorang pendidik. Adapun syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Takwa kepada Allah
Sesuai dcngan tujuan ilmu pendidikan Islam, pendidik tidak
mungkin mcndidik anak agar bcrbakti kcpada Allah jika ia scndiri tidak
bcrtakwa kcpada Allah, sebab ia adalali tauladan bagi inuridnya.
2. Berilmu
Ijazah bukanlah hanya secarik kertas, tetapi sesuatu bukti bahwa
pemiliknya tel ah mempunyai ilmu pengetahuan dan kcsanggupan tertcntu
yang diperlukan untuk suatu jabatan.
3. Sehat jasmani dan rohani
Kesehatan jasmani dan rohani kerap kali dijadiakn syarat bagi
yang melamar menjadi guru. Guru yang mengisap penyakit menular
umpamanya sangat bcrbahaya bagi kesehatan anak-anaknya.
4. Berkelakuan baik
Budi pekerti penting dalam pendidikan watak murid, guru harus
menjadi suri tauladan, karena anak-anak bcrsifat meniru/11
Disamping itu ada syarat-syarat yang lain, oleh Direktur Direkturat
Pendidikan Agama telah ditetapkan sebagai berikut:
a. Pendidik memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin
b. Taat untuk menjalankan Agama (menjalankan syariat Islam, dapat
memberi tauladan yang baik anak didiknya)
c. Memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya. 31
42
d. Memiliki dusar-dasur ilmu pcngctahuan tenlang kcguruan tcrutiuna
Ditaktik dan Methodik
e. Menguasai ilmu pengetahuan Agama
f. Tidak mcmpunyai cacat rohaniah dan jasmanian dalam dirinya.
Persyaratan-persyaratan scbagaimana tersebut diatas akan
mempengaruhi guru agama dalam melaksanakan tagas sucinya itu, terutama
berpengaruh kepada anak didiknya, ketauiadana guru dalam berkepribadian
dan bersikap scmuanya akan lurut scrta mcmcnuhi scmua pcrsyaratan
I
tersebut, hendaknya pendidik juga memiliki komitmen terhadap syari’ah,
berakhlak mulia, berbudi pengerti luhur, berjiwa bcsar dan kasih sayang
kepada semua anak didiknya lanpa pandang luilu.
Dari uraian diatas scnada dcngan pcndapat Moll Alliiyali Al-Abrasi
dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Pokok ’’endidikan Islam”
mengemukakan:
Guru adalah spiritual father atau bapuk roluuii bagi seorang murid. Ialah yang memberi santapan jiwa dcngan ilmu, pendidikan akhlak dan membenarkannya, maka menghormati guru berarli penghormatan terhadap anak-anak kita, menghargakan guru berarti penghargaan terhadap anak-anak kita, dengan guru itulah mereka hidup dan berkembang, sekiranya setiap guru itu menunaikan tugasnya dengan sebaiknya.3 32 33
32 Zuhairi, Op.cit, hlm.36
43
Faktor Anak Didik
Anak didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik
sccara fisik maupun psikologis untuk mcncapai tujuan pcndidikannya melalui
lcmbaga pendidikan. Dcfinisi ini membcrikan arti baliwa anak didik
merupakan anak didik yang belum dewasa yang membutuhkan orang lain
untuk menjadi dewasa.34 Faktor anak didik ini merupakan salah satu faktor
tersebut maka pendidikan tidak akan berlangsung oleh karena itu faktor anak.
didik tidak boleh doganti oleh faktor lain.35
Pengertian anak didik secara umum adalah setiap orang atau
kelompok orang yang menerima pengaruh dari seseorang atas sekelompok
orang yang mcnjalankan kegiatan pendidikan sedang pengertian anak didik
seeara khusus adalah anak y n a g belum d e w a s a yang diserahkan kcpada
tanggung jawab pcndidik.
Anak didik adalah anak yang sedang berkembang, didalam
perkembangannya anak memiliki lima asas perkembangan:
1. Tubuhnya selalu berkembang sehingga semakkin lama semakin menjadi
alat menyatakan kcpribadiannya.
2. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak terdaya. Keadaan ini yang
mcnyebabkan dia terikat pada pertolongan orang dewasa yang
bertanggung jawab - ,
44
3. Anak mcmbuluhkan pertolongan dan pcrlindunga, dan rncmbutuhkan
pendidikan untuk kesejahteraan anak didik
4. Anak mempunyai daya berekplorasi, anak mempunyai kekuatan untuk
menemukan hal-hal yang baru didalam lingkungannya dan menuntut
kepada pendidikan untuk diberi kesempata n
5. Anak mempunyai dorongan untuk mcncapai emansipasi dengan orang
lain.
Tinjaiian tcrhadap faklor anak didik dari berbagai segi akan
membuktikan bahwa anak dalam jiwanya telah ada kesiapan untuk menerima
pendidikan agama.
1. Tinjauan dari segi agama firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Ar-Ruum
ay at 30:
1
&
1
&
^.LUI
I ^JLII Cs^-JLa
1J
j
iiLs
?
^LUI
y J i
3
fesH
L i I jLSJ
jj.-J d .IL J
Artinya:
“Hadapkannya wajahmu dengan lurus kepada Agama Allah. Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah; itulah Agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (Ar-Ruum:30)”36
2. Tijauan dari segi Ilmu Jiwa Belajar
Para psycholog bcrpcndapat, bahwa berdasarkan hasil penelitian
mereka, menyatakan dalam jiwa anak scmcnjak kccilnya telah tumbuh
perasaan agama, kemudian akan berkembang sesuai pengaruh
lingkungannya.
Faktor Alat-alat Pendidikan
Faktor alat adalah scgala sesuatu yang sccara langsung,
dibutuhkannya untuk tcrlaksananya tujuan pendidikan. Alat pendidikan tidak l
lepas apa benda-benda yang kongkrit saja tetapi dapat pula berupa nasehat,
tuntunan contoh-contoh, hukuman, ancaman, dan sebagainya.3'
Alat pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
usaha untuk mencapai tujuan daripada pendidikan. Dengan demikian yang
dimaksud dengan alat pendidikan agama ialah segala sesuatu yang dipakai
untuk mencapai tujuan pendidikan agama.
Alat pendidikan yang dipergunakan dalam pclaksanaan pendidikan
agama itu eukup banyak, karena itu dalam uraian ini akan dikelompokkan
menjadi tiga kelompok.
1. Alat Pengajaran Agama
Alat pengajaran ini dibagi menjadi tiga macam:
a. Alat pengajaran klasikal
Yakni alat pengajaran yang dipergunakan oleh guru bersama-sama
dengan murid contoh: papan tulis, kapur dan sebagainya
•1(1
Yakni alat pcngajaran yang dipergunakan olcli guru bersama-sama
dengan murid contoh: papan tulis, kapur dan sebagainya
b. Alat pengajaran individual
Yakni alat yang dimiliki masing-masing murid dan guru, seperti alat-
alat tulis, buku pelajaran untuk murid dan lain-lain.
c. Alat peraga
lalah alat-alat pengajaran yang berfungsi untuk memperjelas ataupun
memberikan gambaran yang kongkrit tentang hal-hal yang diajarkan.
2. Alat Pengajaran yang Langsung
Adapun yang dimaksud dengan alat pendidikan agama langsung adalah
dengan menanamkan pengaruh yang positif kepada murid. Misalnya
denagn memberikan contoh, tauladan, memberi nasehat-nasehat, perintah-
perintah berbuat amal sholch, melatih dan membiasakan suatu amalan-
amalan yang baik dan lain sebagainya.
3. Alat pendidikan yang tak langsung
Alat pendidikan agama yang tidak langsung ialah yang bersifat kuratif
agar dengan demikian anak-anak menyadari perbuatannva yangs salah dan
berusaha memperbaikinya.
Faktor Millieu/ Lingkungan
Millieu atau lingkungan adalah mempunyai peranan yang sangat