• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi - PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MENGGUNAKAN ANDROID DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION S (STAD) UNTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Evaluasi Pembelajaran a. Evaluasi - PENGEMBANGAN ALAT EVALUASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG MENGGUNAKAN ANDROID DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION S (STAD) UNTU"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Evaluasi Pembelajaran

a. Evaluasi

Arikunto (1999: 3) menyatakan bahwa kata evaluation ini dengan Bahasa Indonesia evaluasi memiliki arti menilai (tetapi

dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Evaluasi dilakukan

melalui dua tahap yaitu mengukur dan menilai.

Evaluasi berdasarkan pengertian dari ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk memperoleh

informasi berupa umpan balik untuk melengkapi materi yang belum

dapat maksimal dipelajari. Evaluasi sebagai acuan untuk melangkah ke

tujuan yang ingin dicapai berikutnya.

b. Pembelajaran

Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa pembelajaran berasal dari

kata belajar, belajar secara psikologis dapat diartikan sebagai suatu

proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah

(2)

didalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.

Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat

mempengaruhi hasil yang menjadi tujuan seorang pendidik. Melalui

proses pembelajaran diharapkan bisa menciptakan pengetahuan yang

bisa dimanfaatkan oleh manusia.

Pengertian pembelajaran jika melihat dari para ahli dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang nyata serta

sadar yang dilakukan oleh individu dengan berinteraksi dengan

lingkungannya dimana nantinya akan mendapatkan hasil atau

perubahan tingkah laku.

c. Evaluasi Pembelajaran

Groundlund (1985) (Ali Hamzah, 2014: 12), menyatakan bahwa

kata evaluasi yang dalam istilah evaluation adalah suatu proes yang sistimatis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh

mana tujuan program telah dicapai. Evaluasi dilakukan dengan

memperhatikan tujuan utama yang akan dicapai.

Evaluasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan

menjadi komponen wajib dilakukan oleh guru dalam melakukan

pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa

dalam menguasai materi, dengan demikian evaluasi dapat dijadikan

(3)

menganalisis seberapa kemampuan yang sudah kita miliki dan

sebagaimana kita dekat dengan tujuan yang sudah diharapkan.

d. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Berangkat dari pemberian instrumen jenis tes sebagai suatu alat

pengukur dan untuk melakukan penilaian maka fungsi evaluasi dengan

tes ini menurut Ali Hamzah (2014: 56-57) adalah penempatan, formatif,

diagnostik, sumatif, disamping itu, fungsi evaluasi adalah sebagai proes

selektif. Selektif adalah evaluasi dalam bentuk tes matematika berfungsi

menyeleksi antara siswa yang pintar, kurang pintar, dan kepintaranya

diatas rata-rata. Diagnostik adalah pemeriksaan terhadap suatu hal.

Guru sebelum memberikan pembelajaran/remidi perlu terlebih dahulu

mencari penyebab kesulitan belajar siswanya dengan istilah

mendiagnosis.

Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut

mana kita melihatnya. Fungsi evaluasi menurut Zaenal Arifin (2011:

16–18) adalah sebagai berikut :

1) Secara psikologis, siswa selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana

kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak

dicapai. Siswa merupakan manusia yang belum dewasa. Siswa masih

mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan

pendapat orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru) sebagai

pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu,

(4)

berpegang kepada pedoman yang berasal dari dalam dirinya,

melainkan mengacu kepada norma-norma yang berasal dari luar

dirinya. Pembelajaran mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya

sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan. Guru melakukan

evaluasi pembelajaran, termasuk penilaian prestasi belajar siswa.

2) Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah siswa

sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Siswa mampu

dalam arti bahwa mereka dapat berkomunikasi dan beradaptasi

terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.

Siswa diharapkan dapat membina mengembangkan semua potensi

yang ada dalam masyarakat, hal ini penting karena mampu-tidaknya

siswa terjun kemasyarakat akan memberikan ukuran tersendiri

terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan. Implikasinya

adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai dengan

kebutuhan masyarakat.

3) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru

dalam menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan

kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru

dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.

4) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan siswa dalam

kelompok, mereka termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang

pandai, hal ini berhubungan bengan sikap dan tanggung jawab orang

(5)

Orang tua perlu mengetahui kemajuan anak-anaknya untuk

menentukan langkah-langkah selanjutnya.

5) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam

menempuh program pendidikannya, jika siswa sudah diangap siap

(fisik dan non fisik), maka program pendidikan dapat dilaksanakan,

sebaliknya jika siswa belum siap, maka hendaknya program

pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan

mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.

6) Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan

dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan,

jurusan, maupun kenaikan kelas, melalui evaluasi kita dapat

mengetahui potensi siswa sehingga kitapun dapat memberikan

bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, begitu juga

tentang kenaikan kelas, jika siswa belum menguasai kompetensi

yang ditentukan, maka siswa tersebut jangan dinaikan ke kelas

berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil

keputusan evaluasi, karena itu guru perlu mengadakan bimbingan

yang lebih profesional.

7) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan

tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat pemerintah yang

berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan siswa itu sendiri. Hasil

evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua

(6)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi

pembelajaran menurut Zaenal Arifin (2011: 18 – 20) adalah untuk

perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran., sebagaimana kita

ketahui bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai

komponen, seperti tujuan, materi, metoda, media, sumber belajar,

lingkungan, guru dan peserta. Perbaikan dan pengembangan

pembelajaran bukan hanya terhadap proses dan hasil belajar melainkan

harus diarahkan pada semua komponen pembelajaran tersebut.

Fungsi penilaian menurut Arikunto (1999: 10–11) ada beberapa

hal :

1) Penilaian berfungsi selektif

Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau

penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai

berbagai tujuan, antara lain:

a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.

b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat

berikutnya.

c) Untuk memilih siswa yang dapat beasiswa.

d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah

(7)

2) Penilaian berfungsi diagnostik

Alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi

persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui

kelemahan siswa. Pengadaan penilaian ini sebenarnya guru

mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, dengan diketahuinya sebeb-sebab kelemahan ini,

akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.

3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan

Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat,

adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan

cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul

maupun paket belajar, yang lain, sebagai alasan dari timbulnya

sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap

kemampuan individual. Siswa sejak lahirnya telah membawa bakat

sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila

disesuaikan dengan pembawaan yang ada.

Pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar

sekali dilaksanakan. Pendekatan yang bersifat melayani perbedaan

kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok, untuk dapat

menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus

ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang

mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok

(8)

4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor

guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.

Evaluasi ini sangat penting dilaksanakan, karena dapat

mengukur siswa dalam proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Evaluasi juga bisa membantu seorang guru untuk

mengetahui cara guru mengajar bisa dipahami oleh siswa. Guru bisa

memperbaiki pembelajaran sesuai dengan hasil evaluasi dan kondisi

yang tepat, jika guru dan siswa bisa berjalan seiringan maka tujuan

yang akan dicapai akan lebih cepat terlaksana.

Evaluasi bukan hanya dilakukan oleh guru dan siswa, harus

ada pendampingan dari orang tua sebagai pihak keluarga. Dukungan

yang diberikan oleh orang tua akan menjadikan semangat tersendiri

bagi siswa, sehingga dapat memberikan efek positif dalam

pembelajaran dan dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran

yang sedang dicapai.

Evaluasi sangat terkait dengan pembelajaran yang dilakukan

oleh guru. Evaluasi dilakukan sebagai kontrol guru dalam melakukan

pembelajaran berikutnya. Guru dapat menjadikan evaluasi sebagai

(9)

Keterkaitan alat evaluasi dengan proses pembelajaran menurut Ali

Hamzah (2014: 67) dapat dilihat pada skema atau bagan berikut:

Gambar 2.1 Hubungan Umpan Balik dan Proses Belajar

Gambar 2.1 dapat dibaca bahwa evaluasi sangat berkaitan

dengan pembelajaran untuk menghasilkan umpan balik dan prestasi

yang baik.

Suharsimi Arikunto (1999: 10-11) menyatakan bahwa

penilain berfungsi sebagai penempatan, sistem baru yang kini

banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri.

Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah

paket belajar yang lain, sebagai alasan dari timbulnya sistem ini

adalah adanya pengakuan yang besar terhadap pengakuan yang besar

terhadap kemampuan individual. Fungsi yang lain yaitu penilaian

berfungsi sebagai pengukur keberhasilan dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

e. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui

keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut

Prestasi Belajar Prestasi Belajar II

Informasi tentang hasil

penilaian/ UMPAN

BALIK

Hasil Penilaian

(10)

tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan

maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus evaluasi

pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu

sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi

monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi

program komprehensif.

Gilbert Sax (1980) (Arifin, Z., 2011: 14) mengemukakan tujuan

evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis and remediation, feedback: norm-referenced and criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum improvement: formative and summative evaluations, and

theory development”.

Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,

antara lain dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, supervisi,

seleksi, dan pembelajaran, setiap bidang atau kegiatan tersebut

mempunyai tujuan yang berbeda. Kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi

adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai

karakteristik siswa, sehingga dapat diberikan bimbingan dengan

sebaik-baiknya. Kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan

keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat

diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah. Kegiatan seleksi tujuan evaluasi adalah untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai

siswa untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu. (Arifin,

(11)

Anas Sudijono (2011: 16–17) menyatakan bahwa tujuan

evaluasi ada dua yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan evaluasi dalam

bidang pendidikan ada dua, yang pertama, untuk menghimpun

bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf

perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para siswa,

setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu

tertentu. Tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk

memeperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai

dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan siswa dalam

pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses

pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Tujuan umum evaluasi yang kedua adalah untuk mengetahui

tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah

dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu,

jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk

mengukur dan menilai sampai dimanakah efektifitas mengajar dan

metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh

pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Tujuan

khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan juga ada dua,

pertama adalah untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh

program pendidikan. Evaluasi apabila tidak diadakan maka tidak

mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk

(12)

untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan

dan ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan,

sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara

perbaikannya.

f. Alat Evaluasi Pembelajaran

Alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah

seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih

efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah

“instrumen”, dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan

instrumen evaluasi. (Suharsimi Arikunto, 1999: 25-26).

Tes formatif sebagai salah satu alat evaluasi, tes formatif ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk

setelah mengikuti sesuatu program tertentu, dalam kedudukannya

seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada

akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir

setiap program.

2. Matematika

a. Matematika

Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari

kehidupan manusia. Matematika memiliki objek yang abstrak tetapi

memiliki penemuan yang logis, namum matematika merupakan ilmu

(13)

banyak yang mengartikan tentang matematika sesuai dengan

pengetahuan mereka masing-masing.

Ruseffendi (1991) (Heruman 2007: 1) menyatakan bahwa

matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima

pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur

yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur

yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Soedjadi (2000) (Heruman 2007: 1)menyatakan bahwa hakekat

matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, yang bertumpu pada

kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

Suwangsih (2006: 3) menyatakan bahwa matematika berasal

dari perkataan latin mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubung pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein yang artinya belajar (berpikir), jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika

berarti ilmu pengetahuan yang dapat dengan berpikir (bernalar).

Matematik lebih menekankan kegiatan kegiatan dalam dunia rasio

(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil

observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang

(14)

b. Langkah Pembelajaran Matematika

Langkah pembelajaran matematika terdiri dari 4 tahapan

aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di

dalam pembelajaran. Depdikas (2009: 1) menyatakan empat tahap

aktivitas yaitu sebagai berikut:

1) Penanaman Konsep

Penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal

tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap ini, pengajaran

memerlukan penggunaan benda konkret sebagai alat peraga.

2) Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah

konsep ditanamkan. Tahap ini penggunaan alat peraga mulai

dikurangi dan bentuknya semi konkret sampai pada akhirnya tidak

diperlukan lagi.

3) Pembinaan Keterampilan

Pembinaan Keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh

dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa.

Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan

berlomba. Tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh

digunakan lagi.

4) Penerapan Konsep

Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk

(15)

sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan

memecahkan masalah.

c. Materi Matematika

Dapat dilihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata

pelajaran matematika berikut ini:

Standar Kompetensi yang digunakan:

8. Memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar

bangun datar.

Kompetensi Dasar yang digunakan:

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.

Materi dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas

yaitu bahwa siswa harus dapat menentukan sifat-sifat bangun ruang

sederhana. Bangun ruang tersebut yaitu balok dan kubus. Siswa dituntut

untuk dapat menjelaskan sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang

tersebut. Siswa juga harus dapat memberikan pendapat dan

menyebutkan beberapa benda di sekitarnya yang termasuk bangun

ruang kubus atau balok.

Siswa dapat mengetahui benda apa saja yang merupakan bangun

ruang sederhana yang ada pada disekitar mereka. Pembelajaran ini

merupakan penanaman konsep kepada siswa agar dapat memahami

secaranyata perbedaan antara bangu ruang dengan bangun datar.

Pembelajaran materi bangun ruang dapat merangsang siswa untuk

(16)

3. Android

a. Android

Android merupakan sistem operasi mobile yang sekarang ini sedang populer di dunia.Masyarakat saat ini, hampir semua

memanfaatkan oprasi android yang semakin canggih, terbukti dari banyaknya smartphone yang berbasis OS android beredar dikalangan masyarakat, namun masih banyak orang belum tahu apa itu android.

Kasman (2015: 2) menyatakan bahwa android merupakan sebuah sistem operasi telepon seluler dan komputer tablet layar sentuh

(touch screen) yang berbasis Linux. Android berubah menjadi platform

yang begitu cepat dalam melakukan inovasi. Platform android terdiri dari sistem operasi berbasis Linux, sebuah GUI (Graphic User Interface), sebuah web browser dan aplikasi End-User yang dapat di download dan juga para pengembang bisa dengan leluasa berkarya serta

menciptakan aplikasi yang terbaik dan terbuka untuk digunakan oleh

berbagai macam perangkat.

Perangkat android pertama pada tahun 2008, yaitu HTC Dream. Perangkat ini menggunakan sistem operasi android versi 1.0. Android

menjadi pilihan yang menguntungkan bagi banyak vendor smartphone,

karena biaya yang lebih murah dan sifatnya yang semi open source. Kasman (2015: 5-7) menyatakan bahwa perkembangan versi

(17)

(dessert). Android memiliki nama huruf awal berurutan sesuai abjad seperti yang dinyatakan oleh Kasman (2015: 5-7) berikut ini:

1) Android 1.0 Astro

Pertama kali dirilis pada 23 September 2008. Android versi

pertama akan dinamai dengan nama “Astro” tetapi karena alasan hak

cipta tidak jadi disematkan pada versi pertama dari operasi sistem

(OS) android ini. HTC Dream adalah ponsel pertama yang menggunakan OS android.

2) Android 1.1 Bender

Pertama kali dirilis pada 9 Februari 2009. Versi android

kedua ini juga mengalami masalah penamaan yang sama dengan

versi pertamanya, pada awalnya akan diberi nama “Bender”, akan

tetapi karena alasan melanggar trademark, nama “Bender” tidak jadi

disematkan pada versi android ini. Versi android ini dirilis untuk perangkat T-Mobile G1 saja.Versi ini merupakan update untuk memperbaiki beberapa bugs, mengganti API dan menambahkan beberapa fitur.

3) Android 1.5 Cupcake

Pertama dirilis pada 30 April 2009. Versi android ini mulai menggunakan nama makanan pencuci mulut (dessert), karena ini merupakan versi yang ketiga maka penamaan diawali dengan huruf

(18)

beberapa update serta user interface (UI) baru dari versi android

sebelumnya, mulai terdapat widget yang dapat dibesar kecilkan, kemudian ditambah kemampuan untuk mengupload video dan

gambar ke youtube dan picasa.

4) Android 1.6 Donut

Dirilis pertama kali pada 15 September 2009, terdapat

peningkatan pada fitur pencarian dan user interface (UI) yang lebih

user friendly. Versi ini juga sudah didukung teknologi CDMS/EVDO, 802.1x, VPNs, kemudian support layar dengan

resolusi WVGA.

5) Android 2.0/2.1 Eclair

Dirilis pertama kali pada 9 Desember 2009, terjadi

penambahan fitur untuk pengoptimalan hardware, peningkatan

google maps 3.1.2, perubahan user interface (UI) dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan

flash untuk kamera 3,2 MP, digital zoom, dan bluetooth 2.1. Beberapa versi updatenya antara android v.2.0 kemudian v.2.0.2 dan terakhir v.2.1.

6) Android 2.2 Froyo (Froze Youghurt)

Dirilis pertama kali pada 20 Mei 2010 pada smartphone

google nexus one. Versi ini sudah support terhadap adobe fash

player 10.1. Peningkatan pada kecepatan membuka dan menutup

(19)

aplikasi, ketika android froyo hadir mulai muncul banyak akan semakin ketat dimasa yang akan datang, beberapa versi update yang

dirilis antara lain android v.2.2.1 hingga v.2.2.3. 7) Android 2.3 Gingerbread

Pertama kali diperkenalkan pada 6 Desember 2010, terjadi

banyak peningkatan pada versi android yang satu ini dibandingkan dengan versi sebelumnya, dirancang untuk memaksimalkan

kemampuan aplikasi dan game, serta mulai digunakannya near field

communication (NFC). Perbaikan terhadap dukungan layar resolusi

WXGA dan diatasnya. Beberapa versi update yang dirilis antara lain

v.2.3.3 hingga v.2.3.7, sampai saat ini android gingerbread merupakan versi android yang memiliki pengguna terbanyak dibandingkan dengan seri android laninya, yaitu mencapai 65% dari seluruh versi android yang dirilis.

8) Android 3.0/3.1 Honeycomb

Pertama kali dikenalkan pada 22 Februari 2011 dan motorola

xoom adalah yang pertama kali menggunakannya. Android versi ini merupakan OS yang didesain khusus untuk pengoptimalan

penggunaan tablet PC.

9) Android 4.0 ICS (ice cream sandwidch)

(20)

versi android sebelumnya, gingerbread, dapat diupdate ke android

ice cream sandwich.

10) Android versi 4.1 (Jelly Bean)

Android Jelly Bean yang diluncurkan pada acara google I/O lalu membawa sejumlah keunggulan dan fitur baru. Penambahan

baru diantaranya meningkatkan input keyboard, desain baru fitur

pencarian, UI yang baru dan pencarian melalui voice search yang

lebih cepat, tidak ketinggalan google now juga menjadi bagian yang

diperbarui. Google now memberikan informasi yang tepat pada

waktu yang tepat pula, salah satu kemampuannya adalah dapat

mengetahui informasi cuaca, lalulintas, ataupun hasil pertandingan

olahraga. Sistem oprasi android jelly bean 4.1 muncul pertama kali dalam produk tablet Asus, yakni google nexus 7.

Alat evaluasi ini bisa dijalankan dalam perangkat mobile

dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Sistem Operasi Android 2.2 (froyo:frozen Youghurt), Gingerbread (2.3), Honeycomb (3.0, 3.1 dan 3.2), Ice Cream

Sandwich (2.4 atau 4.0) Jelly Bean (4.1–4.3), dan Kitkat (4.4.0–

4.4.4).

2. RAM 225 atau lebih besar.

(21)

b. Fitur Android

Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa android memiliki banyak fitur, diantaranya yaitu:

1) Kerangka aplikasi: itu memungkinkan penggunaan dan

penghapusan komponen yang tersedia.

2) Dalvik mesin virtual: mesin virtual dioptimalkan untuk perangkat

mobile.

3) Grafik: grafik di 2D dan grafis 3D berdasarkan pustaka OpenGL.

4) SQLite: untuk menyimpan data.

5) Mendukung media: audio, video, dan berbagai format gambar

(MPEG4, H.264, MP3, AAC, AMR, JPG PNG, GIF).

6) GSM, Bluethoot, EDGE, 3G, dan WiFi (hardware dependent).

7) Kamera, Global Positioning System (GPS), kompas, dan

accSelerometer (tergantung hardware).

c. Kelebihan dan Kelemahan Android

Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan Android

sebagai berikut:

1) Kelebihan Android

a) Android bersifat terbuka, karena berbasis linux yang memang open source jadi bisa dikembangkan oleh siapa saja.

(22)

App Market anda bisa mendownload berbagai aplikasi dengan

grafis.

c) Sistem Operasi Merakyat: Ponsel Android, beda sekali dengan iOS yang terbatas pada iphone dari Apple, maka Android punya banyak produsen, dengan gedget andalan masing-masing mulai

HTC hingga Samsung.

d) Fasilitas penuh USB. Anda bisa mengganti baterai, mass

storage, diskdrive, dan USB tethering.

e) Mudah dalam hal notifikasi: sistem operasi ini bisa

memberitahukan Anda tentang adanya SMS, Email, atau bahkan

artikel terbaru dari RSS Reader, bahkan anda tidak akan

terlewat dalam hal misscall sekalipun.

f) Mendukung semua layanan Google: sistem operasi Android

mendukung semua layanan dari google mulai dari Gmail sampai

Google reader, semua layanan google bisa anda miliki dengan

satu sistem operasi yaitu Android.

g) Install ROM modifikasi: kita kadang mendapati ROM yang

tidak resmi, maksudnya adalah versi yang telah rilis tidak sesuai

dengan spesifikasi ponsel kita, jalan terakhir kita adalah

modifikasi. jangan khawatir ada banyak custom ROM yang bisa

(23)

2) Kelemahan android

a) Terhubung dengan internet: Android bisa dibilang sangat memerlukan koneksi internet yang aktif, setidaknya harus ada

koneksi internet GPRS di daerah anda, agar perangkat siap

untuk online sesuai dengan kebutuhan kita.

b) Perusahaan perangkat kadang lambat mengeluarkan versi resmi

dari Android milik anda, meskipun kadang tidak ada perbedaan mencolok dalam hal UI.

c) Android Market kurang kontrol dari pengelola, kadang masih

terdapat malware.

d) Sebagai penyedia layanan langsung, terkadang pengguna sangat

sulit sekali terhubung dengan pihak Google.

e) Kadang sering terdapat iklan: karena mudah dan gratis, kadang

banyak iklan yang ikut di dalamnya, secara tampilan memang

tidak mengganggu kinerja aplikasi itu sendiri, karena memang

kadang berada di bagian atas atau bahwa aplikasi.

Kelemahan yang terdapat pada sistem android untuk sekarang sudah bisa ditangani dengan perkembangan yang

semakin maju. Aplikasi yang lebih memudahkan dalam

mengakses android, aplikasi yang terdapat di play store bisa di

(24)

4. Pembelajaran Kooperatif

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (2005: 4-5) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran

dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi

pembelajaran. Kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling

membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk

mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup

kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.

Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat

besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar

belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan

khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas

mereka, ini jelas melengkapai alasan pentingnya untuk

menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang

berbeda.

Model pembelajaran yang berkembang di Indonesia saat

ini sudah berbagai macam model yang berkembang, salah satunya

model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif

guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai

jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi,

(25)

dari Rusman (2014: 203) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan

partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi. Suprijono (2013: 54) menyatakan bahwa model

pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh

para ahli pendidikan. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang

lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk

bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.

Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa

mengemukakan cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk

memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama

proses pembelajaran.

Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk

mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga

berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Hasil penelitian

Suryadi (1999) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa pada

pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model

pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan

(26)

pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2011: 11) terdiri dari 6

(enam) fase.

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Koopertaif

FASE-FASE PERILAKU GURU

Fase 1: Present goals and set

Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik setiap belajar

Fase 2: Present information

Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3: Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4: Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5: Test on the materials

Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6: Provide recognition

Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Isjoni (2011: 16) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan

kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan

orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.

Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam

(27)

Slavin (1995) (Rusman (2014: 205) dinyatakan bahwa: (1)

penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi

belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,

menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang

lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan

siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan

mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman, dengan

harapan pembelajaran kooperatif dapat mampu meningkatkan

kualitas pembelajaran.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa STAD (student teams achievement devisions) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan

model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru

menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri dari lima

komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan

individual, rekognisi tim.

Trianto (2014: 143) menyatakan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap

kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen, diawali dengan

(28)

kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (2007) dalam

Rusman (2014: 213) menyatakan bahwa model STAD (Student Teams Achievment Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat

mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS,

bahasa inggris, teknik dan banyak sunjek lainnya, dan pada tingkat

Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.

Model pembelajaran STAD siswa ditempatkan dalam tim

belajar beranggotakan 4-5 orang siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras

dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa

semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi,

adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan

kuis dengan baik. STAD adalah yang paling tepat untuk

mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti

perhitungan dan penerapan matematika.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD

menurut Slavin (2007) Rusman(2014: 213) sebagai berikut:

1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

(29)

Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap

kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,

gender/ jenis kelamin, rasa atau etnik.

3) Presentasi dari Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih

dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada

pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut

dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar

dengan aktif dan kreatif, dalam proses pembelajaran guru

dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah

nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Guru

menjelaskan soal keterampilan dan kemampuan yang

diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus

dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.

4) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk

sebelumnya bersama guru. Guru menyiapkan lembaran kerja

sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua

anggota menguasai dan masing-masing memberikan

kontribusi. Guru melakukan pengamatan selama tim bekerja

(30)

diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari

STAD.

5) Kuis (Evaluasi)

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis

tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian

terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa

diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja

sama, ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu

bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan

ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk

setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan

tingkat kesulitan siswa.

6) Penghargaan Prestasi Tim

Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja

siswa dan diberikan angka rentangan 0-100. Pemberian

penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh

guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:

a) Menghitung Skor Individu

Slavin (Trianto, 2007: 55) dalam Rusman (2014:

216) menyatakan bahwa untuk menghitung perkembangan

skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel

(31)

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu

No. Nilai Tes Skor Perkembangan

1. 2. 3. 4. 5.

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0-10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar

Pekerjaan sempurna (tanpa

memeprhatikan skor dasar)

b) Menghitung Skor Kelompok

Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor

perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan

semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan

membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Skor kelompok

diperoleh sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,

sebagaimana dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

No. Rata-rata Skor Kualifikasi

1. Tim yang Istimewa (Super Team)

c) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok

Hadiah diberikan kepada masing-masing kelompok atau tim

yang memperoleh predikat. Guru memberikan hadiah atau

pengahargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan

(32)

B.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Ima Nurjayanti dengan judul

Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. (2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa

validator menyatakan baik sesuai content (kurikulum dan materi), kontruk (sesuai kemampuan siswa), dan bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa), dari

hasil uji coba siswa dapat menggunakan media dengan baik. Media yang sudah

valid diberikan pembelajaran dengan baik. Hasil media yang sudah valid

diberikan pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil menunjukan bahwa

media yang dikembangkan efektif meningkatkan aktifitas belajar siswa. Media

yang dikembangkan memiliki potensial efek terhadap hasil belajar siswa.

Penelitian lain dilakukan oleh Rohmi Julia Purbasari, dengan judul

Pengembangan Aplikasi Android sebagai Media Pembelajaran Matematika pada Materi Dimensi Tiga untuk Siswa SMA Kelas X. (2013). Hasil uji

kelayakan diperoleh 96,43% untuk ahli media, 89,28% untuk ahli materi,

81,52% untuk praktisi lapangan, 83,34% untuk sasaran pengguna. Aplikasi

yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran pada

dimensi tiga.

Penelitian ini menggunakan objek android sebagai alat evaluasi dan subjek penelitian siswa kelas IV Sekolah Dasar, sedangkan peneliti

(33)

SMA Kelas X.Perbedaanya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada

objek dan subjek penelitian yang digunakan.

Penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan

android sebagai sumber data penelitian, persamaanya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada sumber data yang digunakan. Berdasarkan

uraiantersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti

dengan kedua peneliti sebelumnya memiliki perbedaan dan persamaan, maka

dari itu penelitian ini layak untuk dilaksanakan.

C.Kerangka Berpikir

Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses

pembelajaran. Alat evaluasi dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih

tertarik pada materi yang dipelajari dan semangat mengerjakan soal-soal yang

ada. Guru juga mempunyai tugas untuk membuat pembelajaran yang menarik

dan menyenangkan sehingga membuat siswa lebih aktif dan akan terjalin

interaksi yang baik antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa,

sehubungan dengan itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam

memilih model maupun evaluasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi

yang diajarkan.

Pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib yang

diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika memiliki tujuan yang

dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun mata pelajaran

(34)

pembelajaran yang masih kurang menarik minat siswa. Pembelajaran

matematika dianggap siswa sebagai pembelajaran yang menakutkan, siswa

beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sulit

dipelajari dan memiliki banyak rumus yang harus dipahami oleh siswa.

Penggunaan alat evaluasi yang masih kurang menarik ini juga sebagai salah

satu faktor siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika, untuk itu

diperlukan alat evaluasi yang lebih menarik untuk mengajak siswa lebih

tertarik pada pembelajaran yang akan dicapai.

Alat evaluasi dengan memanfaatkan smartphone untuk menunjang proses belajar siswa dapat digunakan oleh guru dalam menyediakan alat

evaluasi mata pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika materi bangun

ruang yang masih menggunakan lembaran kertas sehingga siswa kurang minat

untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada alat evaluasi. Pengembangan alat

evaluasi menggunakan andoid dalam pembelajaran diharapkan berpengaruh pada proses pembelajaran dan siswa akan lebih tertarik, semangat serta

termotivasi karena penyajian soal ini berbentuk aplikasi game (permainan) dan

diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Fakta yang ditemukan

• Alat evaluasi dijadiakan acuan guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa

• Alat evaluasi kurang menarik

• Kurangnya ketertarikan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi • Peserta didik belum mampu menyelesaikan soal dengan baik.

Alat evaluasi harus menarik agar dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi

Pengembangan alat evaluasi pembelajaran matematika materi bangun ruang menggunakan

android dan model pembelajaran kooperatif tipe

student teams achievement devisions (STAD) untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar

(35)

D.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

1. Pengembangan alat evaluasi pembelajaran menggunakan android pada materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima.

2. Respon guru terhadap pengembangan alat evaluasi dengan menggunakan

android materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima. 3. Respon siswa terhadap terhadap pengembangan alat evaluasi dengan

menggunakan android materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima.

Gambar

Gambar 2.1 Hubungan Umpan Balik dan Proses Belajar
gambar ke youtube dan picasa.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Koopertaif
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
+2

Referensi

Dokumen terkait

Doing arithmetic operations (addition, subtraction, multiplication, division and.. exponential)

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

difasilitasi oleh dua orang instruktur yang memiliki Nomor Induk Asesor yang relevan, termasuk pada saat ujian. Rayon LPTK merancang strategi pelaksanaan PLPG, materi

Setelah IPR diperoleh, untuk pemanfaatan ruang yang peruntukannya hunian perumahan lebih dari 3 (tiga) bangunan, komersial, jasa, perkantoran, pendidikan, industri,

Pendapat tersebut dapat dilihat melalui penelitian ini dimana terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi masyarakat tentang menguras, mengubur, dan menutup (3M)

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (3) dan Pasal 19 ayat (1) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 03 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Perparkiran, Pengelolaan tempat

Hasil uji statistik menyimpulkan bahwa ada kontribusi fungsi sosial keluarga terhadap perilaku remaja merokok p=0,000, dengan nilai OR=3,7 , artinya keluarga

[r]