BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1. Evaluasi Pembelajaran
a. Evaluasi
Arikunto (1999: 3) menyatakan bahwa kata evaluation ini dengan Bahasa Indonesia evaluasi memiliki arti menilai (tetapi
dilakukan dengan mengukur terlebih dahulu). Evaluasi dilakukan
melalui dua tahap yaitu mengukur dan menilai.
Evaluasi berdasarkan pengertian dari ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa evaluasi merupakan kegiatan untuk memperoleh
informasi berupa umpan balik untuk melengkapi materi yang belum
dapat maksimal dipelajari. Evaluasi sebagai acuan untuk melangkah ke
tujuan yang ingin dicapai berikutnya.
b. Pembelajaran
Slameto (2010: 2) menyatakan bahwa pembelajaran berasal dari
kata belajar, belajar secara psikologis dapat diartikan sebagai suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah
didalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan sangat
mempengaruhi hasil yang menjadi tujuan seorang pendidik. Melalui
proses pembelajaran diharapkan bisa menciptakan pengetahuan yang
bisa dimanfaatkan oleh manusia.
Pengertian pembelajaran jika melihat dari para ahli dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan aktivitas yang nyata serta
sadar yang dilakukan oleh individu dengan berinteraksi dengan
lingkungannya dimana nantinya akan mendapatkan hasil atau
perubahan tingkah laku.
c. Evaluasi Pembelajaran
Groundlund (1985) (Ali Hamzah, 2014: 12), menyatakan bahwa
kata evaluasi yang dalam istilah evaluation adalah suatu proes yang sistimatis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh
mana tujuan program telah dicapai. Evaluasi dilakukan dengan
memperhatikan tujuan utama yang akan dicapai.
Evaluasi pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dan
menjadi komponen wajib dilakukan oleh guru dalam melakukan
pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa
dalam menguasai materi, dengan demikian evaluasi dapat dijadikan
menganalisis seberapa kemampuan yang sudah kita miliki dan
sebagaimana kita dekat dengan tujuan yang sudah diharapkan.
d. Fungsi Evaluasi Pembelajaran
Berangkat dari pemberian instrumen jenis tes sebagai suatu alat
pengukur dan untuk melakukan penilaian maka fungsi evaluasi dengan
tes ini menurut Ali Hamzah (2014: 56-57) adalah penempatan, formatif,
diagnostik, sumatif, disamping itu, fungsi evaluasi adalah sebagai proes
selektif. Selektif adalah evaluasi dalam bentuk tes matematika berfungsi
menyeleksi antara siswa yang pintar, kurang pintar, dan kepintaranya
diatas rata-rata. Diagnostik adalah pemeriksaan terhadap suatu hal.
Guru sebelum memberikan pembelajaran/remidi perlu terlebih dahulu
mencari penyebab kesulitan belajar siswanya dengan istilah
mendiagnosis.
Fungsi evaluasi memang cukup luas, bergantung dari sudut
mana kita melihatnya. Fungsi evaluasi menurut Zaenal Arifin (2011:
16–18) adalah sebagai berikut :
1) Secara psikologis, siswa selalu butuh untuk mengetahui sejauh mana
kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan tujuan yang hendak
dicapai. Siswa merupakan manusia yang belum dewasa. Siswa masih
mempunyai sikap dan moral yang heteronom, membutuhkan
pendapat orang-orang dewasa (seperti orang tua dan guru) sebagai
pedoman baginya untuk mengadakan orientasi pada situasi tertentu,
berpegang kepada pedoman yang berasal dari dalam dirinya,
melainkan mengacu kepada norma-norma yang berasal dari luar
dirinya. Pembelajaran mereka perlu mengetahui prestasi belajarnya
sehingga ia merasakan kepuasan dan ketenangan. Guru melakukan
evaluasi pembelajaran, termasuk penilaian prestasi belajar siswa.
2) Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah siswa
sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Siswa mampu
dalam arti bahwa mereka dapat berkomunikasi dan beradaptasi
terhadap seluruh lapisan masyarakat dengan segala karakteristiknya.
Siswa diharapkan dapat membina mengembangkan semua potensi
yang ada dalam masyarakat, hal ini penting karena mampu-tidaknya
siswa terjun kemasyarakat akan memberikan ukuran tersendiri
terhadap institusi pendidikan yang bersangkutan. Implikasinya
adalah bahwa kurikulum dan pembelajaran harus sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3) Secara didaktis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru
dalam menempatkan siswa pada kelompok tertentu sesuai dengan
kemampuan dan kecakapannya masing-masing serta membantu guru
dalam usaha memperbaiki proses pembelajarannya.
4) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kedudukan siswa dalam
kelompok, mereka termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang
pandai, hal ini berhubungan bengan sikap dan tanggung jawab orang
Orang tua perlu mengetahui kemajuan anak-anaknya untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.
5) Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan siswa dalam
menempuh program pendidikannya, jika siswa sudah diangap siap
(fisik dan non fisik), maka program pendidikan dapat dilaksanakan,
sebaliknya jika siswa belum siap, maka hendaknya program
pendidikan tersebut jangan dulu diberikan, karena akan
mengakibatkan hasil yang kurang memuaskan.
6) Evaluasi berfungsi membantu guru dalam memberikan bimbingan
dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan,
jurusan, maupun kenaikan kelas, melalui evaluasi kita dapat
mengetahui potensi siswa sehingga kitapun dapat memberikan
bimbingan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, begitu juga
tentang kenaikan kelas, jika siswa belum menguasai kompetensi
yang ditentukan, maka siswa tersebut jangan dinaikan ke kelas
berikutnya atau yang lebih tinggi. Kegagalan ini merupakan hasil
keputusan evaluasi, karena itu guru perlu mengadakan bimbingan
yang lebih profesional.
7) Secara administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan
tentang kemajuan siswa kepada orang tua, pejabat pemerintah yang
berwenang, kepala sekolah, guru-guru dan siswa itu sendiri. Hasil
evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua
Berdasarkan penjelasan di atas, maka fungsi evaluasi
pembelajaran menurut Zaenal Arifin (2011: 18 – 20) adalah untuk
perbaikan dan pengembangan sistem pembelajaran., sebagaimana kita
ketahui bahwa pembelajaran sebagai suatu sistem memiliki berbagai
komponen, seperti tujuan, materi, metoda, media, sumber belajar,
lingkungan, guru dan peserta. Perbaikan dan pengembangan
pembelajaran bukan hanya terhadap proses dan hasil belajar melainkan
harus diarahkan pada semua komponen pembelajaran tersebut.
Fungsi penilaian menurut Arikunto (1999: 10–11) ada beberapa
hal :
1) Penilaian berfungsi selektif
Guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau
penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai
berbagai tujuan, antara lain:
a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.
b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat
berikutnya.
c) Untuk memilih siswa yang dapat beasiswa.
d) Untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah
2) Penilaian berfungsi diagnostik
Alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi
persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui
kelemahan siswa. Pengadaan penilaian ini sebenarnya guru
mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya, dengan diketahuinya sebeb-sebab kelemahan ini,
akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasi.
3) Penilaian berfungsi sebagai penempatan
Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat,
adalah sistem belajar sendiri. Belajar sendiri dapat dilakukan dengan
cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul
maupun paket belajar, yang lain, sebagai alasan dari timbulnya
sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap
kemampuan individual. Siswa sejak lahirnya telah membawa bakat
sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila
disesuaikan dengan pembawaan yang ada.
Pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar
sekali dilaksanakan. Pendekatan yang bersifat melayani perbedaan
kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok, untuk dapat
menentukan dengan pasti dikelompok mana seorang siswa harus
ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok siswa yang
mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok
4) Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan
Fungsi keempat dari penilaian ini dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor
guru, metode mengajar, kurikulum, sarana, dan sistem administrasi.
Evaluasi ini sangat penting dilaksanakan, karena dapat
mengukur siswa dalam proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Evaluasi juga bisa membantu seorang guru untuk
mengetahui cara guru mengajar bisa dipahami oleh siswa. Guru bisa
memperbaiki pembelajaran sesuai dengan hasil evaluasi dan kondisi
yang tepat, jika guru dan siswa bisa berjalan seiringan maka tujuan
yang akan dicapai akan lebih cepat terlaksana.
Evaluasi bukan hanya dilakukan oleh guru dan siswa, harus
ada pendampingan dari orang tua sebagai pihak keluarga. Dukungan
yang diberikan oleh orang tua akan menjadikan semangat tersendiri
bagi siswa, sehingga dapat memberikan efek positif dalam
pembelajaran dan dapat membantu mencapai tujuan pembelajaran
yang sedang dicapai.
Evaluasi sangat terkait dengan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Evaluasi dilakukan sebagai kontrol guru dalam melakukan
pembelajaran berikutnya. Guru dapat menjadikan evaluasi sebagai
Keterkaitan alat evaluasi dengan proses pembelajaran menurut Ali
Hamzah (2014: 67) dapat dilihat pada skema atau bagan berikut:
Gambar 2.1 Hubungan Umpan Balik dan Proses Belajar
Gambar 2.1 dapat dibaca bahwa evaluasi sangat berkaitan
dengan pembelajaran untuk menghasilkan umpan balik dan prestasi
yang baik.
Suharsimi Arikunto (1999: 10-11) menyatakan bahwa
penilain berfungsi sebagai penempatan, sistem baru yang kini
banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri.
Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah
paket belajar yang lain, sebagai alasan dari timbulnya sistem ini
adalah adanya pengakuan yang besar terhadap pengakuan yang besar
terhadap kemampuan individual. Fungsi yang lain yaitu penilaian
berfungsi sebagai pengukur keberhasilan dimaksudkan untuk
mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.
e. Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui
keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut
Prestasi Belajar Prestasi Belajar II
Informasi tentang hasil
penilaian/ UMPAN
BALIK
Hasil Penilaian
tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan
maupun sistem penilaian itu sendiri. Tujuan khusus evaluasi
pembelajaran disesuaikan dengan jenis evaluasi pembelajaran itu
sendiri, seperti evaluasi perencanaan dan pengembangan, evaluasi
monitoring, evaluasi dampak, evaluasi efisiensi-ekonomis, dan evaluasi
program komprehensif.
Gilbert Sax (1980) (Arifin, Z., 2011: 14) mengemukakan tujuan
evaluasi dan pengukuran adalah untuk “selection, placement, diagnosis and remediation, feedback: norm-referenced and criterion-referenced interpretation, motivation and guidance of learning, program and curriculum improvement: formative and summative evaluations, and
theory development”.
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan,
antara lain dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan, supervisi,
seleksi, dan pembelajaran, setiap bidang atau kegiatan tersebut
mempunyai tujuan yang berbeda. Kegiatan bimbingan, tujuan evaluasi
adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai
karakteristik siswa, sehingga dapat diberikan bimbingan dengan
sebaik-baiknya. Kegiatan supervisi, tujuan evaluasi adalah untuk menentukan
keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran, sehingga dapat
diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah. Kegiatan seleksi tujuan evaluasi adalah untuk
mengetahui tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai
siswa untuk jenis pekerjaan, jabatan atau pendidikan tertentu. (Arifin,
Anas Sudijono (2011: 16–17) menyatakan bahwa tujuan
evaluasi ada dua yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan evaluasi dalam
bidang pendidikan ada dua, yang pertama, untuk menghimpun
bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para siswa,
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah untuk
memeperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai
dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan siswa dalam
pencapaian tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
Tujuan umum evaluasi yang kedua adalah untuk mengetahui
tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu,
jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk
mengukur dan menilai sampai dimanakah efektifitas mengajar dan
metode-metode mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh
pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh siswa. Tujuan
khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan juga ada dua,
pertama adalah untuk merangsang kegiatan siswa dalam menempuh
program pendidikan. Evaluasi apabila tidak diadakan maka tidak
mungkin timbul kegairahan atau rangsangan pada diri siswa untuk
untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan
dan ketidakberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara
perbaikannya.
f. Alat Evaluasi Pembelajaran
Alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah
seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih
efektif dan efisien. Kata “alat” biasa disebut juga dengan istilah
“instrumen”, dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan
instrumen evaluasi. (Suharsimi Arikunto, 1999: 25-26).
Tes formatif sebagai salah satu alat evaluasi, tes formatif ini
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk
setelah mengikuti sesuatu program tertentu, dalam kedudukannya
seperti ini tes formatif dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada
akhir pelajaran. Evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada akhir
setiap program.
2. Matematika
a. Matematika
Matematika merupakan salah satu ilmu yang mendasari
kehidupan manusia. Matematika memiliki objek yang abstrak tetapi
memiliki penemuan yang logis, namum matematika merupakan ilmu
banyak yang mengartikan tentang matematika sesuai dengan
pengetahuan mereka masing-masing.
Ruseffendi (1991) (Heruman 2007: 1) menyatakan bahwa
matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima
pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur
yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur
yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Soedjadi (2000) (Heruman 2007: 1)menyatakan bahwa hakekat
matematika yaitu memiliki objek tujuan abstrak, yang bertumpu pada
kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.
Suwangsih (2006: 3) menyatakan bahwa matematika berasal
dari perkataan latin mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge, science). Kata mathematike berhubung pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein yang artinya belajar (berpikir), jadi berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika
berarti ilmu pengetahuan yang dapat dengan berpikir (bernalar).
Matematik lebih menekankan kegiatan kegiatan dalam dunia rasio
(penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil
observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang
b. Langkah Pembelajaran Matematika
Langkah pembelajaran matematika terdiri dari 4 tahapan
aktivitas dalam rangka penguasaan materi pelajaran matematika di
dalam pembelajaran. Depdikas (2009: 1) menyatakan empat tahap
aktivitas yaitu sebagai berikut:
1) Penanaman Konsep
Penanaman konsep merupakan tahap pengenalan awal
tentang konsep yang akan dipelajari siswa. Tahap ini, pengajaran
memerlukan penggunaan benda konkret sebagai alat peraga.
2) Pemahaman Konsep
Pemahaman konsep merupakan tahap lanjutan setelah
konsep ditanamkan. Tahap ini penggunaan alat peraga mulai
dikurangi dan bentuknya semi konkret sampai pada akhirnya tidak
diperlukan lagi.
3) Pembinaan Keterampilan
Pembinaan Keterampilan merupakan tahap yang tidak boleh
dilupakan dalam rangka membina pengetahuan siap bagi siswa.
Tahap ini diwarnai dengan latihan-latihan seperti mencongak dan
berlomba. Tahap pengajaran ini alat peraga sudah tidak boleh
digunakan lagi.
4) Penerapan Konsep
Penerapan konsep yang sudah dipelajari ke dalam bentuk
sehari-hari. Tahap ini disebut juga sebagai pembinaan kemampuan
memecahkan masalah.
c. Materi Matematika
Dapat dilihat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata
pelajaran matematika berikut ini:
Standar Kompetensi yang digunakan:
8. Memahami sifat-sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar
bangun datar.
Kompetensi Dasar yang digunakan:
8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana.
Materi dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di atas
yaitu bahwa siswa harus dapat menentukan sifat-sifat bangun ruang
sederhana. Bangun ruang tersebut yaitu balok dan kubus. Siswa dituntut
untuk dapat menjelaskan sisi, rusuk, dan titik sudut pada bangun ruang
tersebut. Siswa juga harus dapat memberikan pendapat dan
menyebutkan beberapa benda di sekitarnya yang termasuk bangun
ruang kubus atau balok.
Siswa dapat mengetahui benda apa saja yang merupakan bangun
ruang sederhana yang ada pada disekitar mereka. Pembelajaran ini
merupakan penanaman konsep kepada siswa agar dapat memahami
secaranyata perbedaan antara bangu ruang dengan bangun datar.
Pembelajaran materi bangun ruang dapat merangsang siswa untuk
3. Android
a. Android
Android merupakan sistem operasi mobile yang sekarang ini sedang populer di dunia.Masyarakat saat ini, hampir semua
memanfaatkan oprasi android yang semakin canggih, terbukti dari banyaknya smartphone yang berbasis OS android beredar dikalangan masyarakat, namun masih banyak orang belum tahu apa itu android.
Kasman (2015: 2) menyatakan bahwa android merupakan sebuah sistem operasi telepon seluler dan komputer tablet layar sentuh
(touch screen) yang berbasis Linux. Android berubah menjadi platform
yang begitu cepat dalam melakukan inovasi. Platform android terdiri dari sistem operasi berbasis Linux, sebuah GUI (Graphic User Interface), sebuah web browser dan aplikasi End-User yang dapat di download dan juga para pengembang bisa dengan leluasa berkarya serta
menciptakan aplikasi yang terbaik dan terbuka untuk digunakan oleh
berbagai macam perangkat.
Perangkat android pertama pada tahun 2008, yaitu HTC Dream. Perangkat ini menggunakan sistem operasi android versi 1.0. Android
menjadi pilihan yang menguntungkan bagi banyak vendor smartphone,
karena biaya yang lebih murah dan sifatnya yang semi open source. Kasman (2015: 5-7) menyatakan bahwa perkembangan versi
(dessert). Android memiliki nama huruf awal berurutan sesuai abjad seperti yang dinyatakan oleh Kasman (2015: 5-7) berikut ini:
1) Android 1.0 Astro
Pertama kali dirilis pada 23 September 2008. Android versi
pertama akan dinamai dengan nama “Astro” tetapi karena alasan hak
cipta tidak jadi disematkan pada versi pertama dari operasi sistem
(OS) android ini. HTC Dream adalah ponsel pertama yang menggunakan OS android.
2) Android 1.1 Bender
Pertama kali dirilis pada 9 Februari 2009. Versi android
kedua ini juga mengalami masalah penamaan yang sama dengan
versi pertamanya, pada awalnya akan diberi nama “Bender”, akan
tetapi karena alasan melanggar trademark, nama “Bender” tidak jadi
disematkan pada versi android ini. Versi android ini dirilis untuk perangkat T-Mobile G1 saja.Versi ini merupakan update untuk memperbaiki beberapa bugs, mengganti API dan menambahkan beberapa fitur.
3) Android 1.5 Cupcake
Pertama dirilis pada 30 April 2009. Versi android ini mulai menggunakan nama makanan pencuci mulut (dessert), karena ini merupakan versi yang ketiga maka penamaan diawali dengan huruf
beberapa update serta user interface (UI) baru dari versi android
sebelumnya, mulai terdapat widget yang dapat dibesar kecilkan, kemudian ditambah kemampuan untuk mengupload video dan
gambar ke youtube dan picasa.
4) Android 1.6 Donut
Dirilis pertama kali pada 15 September 2009, terdapat
peningkatan pada fitur pencarian dan user interface (UI) yang lebih
user friendly. Versi ini juga sudah didukung teknologi CDMS/EVDO, 802.1x, VPNs, kemudian support layar dengan
resolusi WVGA.
5) Android 2.0/2.1 Eclair
Dirilis pertama kali pada 9 Desember 2009, terjadi
penambahan fitur untuk pengoptimalan hardware, peningkatan
google maps 3.1.2, perubahan user interface (UI) dengan browser baru dan dukungan HTML5, daftar kontak yang baru, dukungan
flash untuk kamera 3,2 MP, digital zoom, dan bluetooth 2.1. Beberapa versi updatenya antara android v.2.0 kemudian v.2.0.2 dan terakhir v.2.1.
6) Android 2.2 Froyo (Froze Youghurt)
Dirilis pertama kali pada 20 Mei 2010 pada smartphone
google nexus one. Versi ini sudah support terhadap adobe fash
player 10.1. Peningkatan pada kecepatan membuka dan menutup
aplikasi, ketika android froyo hadir mulai muncul banyak akan semakin ketat dimasa yang akan datang, beberapa versi update yang
dirilis antara lain android v.2.2.1 hingga v.2.2.3. 7) Android 2.3 Gingerbread
Pertama kali diperkenalkan pada 6 Desember 2010, terjadi
banyak peningkatan pada versi android yang satu ini dibandingkan dengan versi sebelumnya, dirancang untuk memaksimalkan
kemampuan aplikasi dan game, serta mulai digunakannya near field
communication (NFC). Perbaikan terhadap dukungan layar resolusi
WXGA dan diatasnya. Beberapa versi update yang dirilis antara lain
v.2.3.3 hingga v.2.3.7, sampai saat ini android gingerbread merupakan versi android yang memiliki pengguna terbanyak dibandingkan dengan seri android laninya, yaitu mencapai 65% dari seluruh versi android yang dirilis.
8) Android 3.0/3.1 Honeycomb
Pertama kali dikenalkan pada 22 Februari 2011 dan motorola
xoom adalah yang pertama kali menggunakannya. Android versi ini merupakan OS yang didesain khusus untuk pengoptimalan
penggunaan tablet PC.
9) Android 4.0 ICS (ice cream sandwidch)
versi android sebelumnya, gingerbread, dapat diupdate ke android
ice cream sandwich.
10) Android versi 4.1 (Jelly Bean)
Android Jelly Bean yang diluncurkan pada acara google I/O lalu membawa sejumlah keunggulan dan fitur baru. Penambahan
baru diantaranya meningkatkan input keyboard, desain baru fitur
pencarian, UI yang baru dan pencarian melalui voice search yang
lebih cepat, tidak ketinggalan google now juga menjadi bagian yang
diperbarui. Google now memberikan informasi yang tepat pada
waktu yang tepat pula, salah satu kemampuannya adalah dapat
mengetahui informasi cuaca, lalulintas, ataupun hasil pertandingan
olahraga. Sistem oprasi android jelly bean 4.1 muncul pertama kali dalam produk tablet Asus, yakni google nexus 7.
Alat evaluasi ini bisa dijalankan dalam perangkat mobile
dengan spesifikasi sebagai berikut:
1. Sistem Operasi Android 2.2 (froyo:frozen Youghurt), Gingerbread (2.3), Honeycomb (3.0, 3.1 dan 3.2), Ice Cream
Sandwich (2.4 atau 4.0) Jelly Bean (4.1–4.3), dan Kitkat (4.4.0–
4.4.4).
2. RAM 225 atau lebih besar.
b. Fitur Android
Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa android memiliki banyak fitur, diantaranya yaitu:
1) Kerangka aplikasi: itu memungkinkan penggunaan dan
penghapusan komponen yang tersedia.
2) Dalvik mesin virtual: mesin virtual dioptimalkan untuk perangkat
mobile.
3) Grafik: grafik di 2D dan grafis 3D berdasarkan pustaka OpenGL.
4) SQLite: untuk menyimpan data.
5) Mendukung media: audio, video, dan berbagai format gambar
(MPEG4, H.264, MP3, AAC, AMR, JPG PNG, GIF).
6) GSM, Bluethoot, EDGE, 3G, dan WiFi (hardware dependent).
7) Kamera, Global Positioning System (GPS), kompas, dan
accSelerometer (tergantung hardware).
c. Kelebihan dan Kelemahan Android
Aziz (2012: 11) menyatakan bahwa kelebihan dan kelemahan Android
sebagai berikut:
1) Kelebihan Android
a) Android bersifat terbuka, karena berbasis linux yang memang open source jadi bisa dikembangkan oleh siapa saja.
App Market anda bisa mendownload berbagai aplikasi dengan
grafis.
c) Sistem Operasi Merakyat: Ponsel Android, beda sekali dengan iOS yang terbatas pada iphone dari Apple, maka Android punya banyak produsen, dengan gedget andalan masing-masing mulai
HTC hingga Samsung.
d) Fasilitas penuh USB. Anda bisa mengganti baterai, mass
storage, diskdrive, dan USB tethering.
e) Mudah dalam hal notifikasi: sistem operasi ini bisa
memberitahukan Anda tentang adanya SMS, Email, atau bahkan
artikel terbaru dari RSS Reader, bahkan anda tidak akan
terlewat dalam hal misscall sekalipun.
f) Mendukung semua layanan Google: sistem operasi Android
mendukung semua layanan dari google mulai dari Gmail sampai
Google reader, semua layanan google bisa anda miliki dengan
satu sistem operasi yaitu Android.
g) Install ROM modifikasi: kita kadang mendapati ROM yang
tidak resmi, maksudnya adalah versi yang telah rilis tidak sesuai
dengan spesifikasi ponsel kita, jalan terakhir kita adalah
modifikasi. jangan khawatir ada banyak custom ROM yang bisa
2) Kelemahan android
a) Terhubung dengan internet: Android bisa dibilang sangat memerlukan koneksi internet yang aktif, setidaknya harus ada
koneksi internet GPRS di daerah anda, agar perangkat siap
untuk online sesuai dengan kebutuhan kita.
b) Perusahaan perangkat kadang lambat mengeluarkan versi resmi
dari Android milik anda, meskipun kadang tidak ada perbedaan mencolok dalam hal UI.
c) Android Market kurang kontrol dari pengelola, kadang masih
terdapat malware.
d) Sebagai penyedia layanan langsung, terkadang pengguna sangat
sulit sekali terhubung dengan pihak Google.
e) Kadang sering terdapat iklan: karena mudah dan gratis, kadang
banyak iklan yang ikut di dalamnya, secara tampilan memang
tidak mengganggu kinerja aplikasi itu sendiri, karena memang
kadang berada di bagian atas atau bahwa aplikasi.
Kelemahan yang terdapat pada sistem android untuk sekarang sudah bisa ditangani dengan perkembangan yang
semakin maju. Aplikasi yang lebih memudahkan dalam
mengakses android, aplikasi yang terdapat di play store bisa di
4. Pembelajaran Kooperatif
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2005: 4-5) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran
dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk
saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi
pembelajaran. Kelas kooperatif siswa diharapkan dapat saling
membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk
mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup
kesenjangan dalam pemahaman masing-masing.
Pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan yang sangat
besar untuk mengembangkan hubungan antara siswa dari latar
belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa pendidikan
khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas
mereka, ini jelas melengkapai alasan pentingnya untuk
menggunakan pembelajaran kooperatif dalam kelas-kelas yang
berbeda.
Model pembelajaran yang berkembang di Indonesia saat
ini sudah berbagai macam model yang berkembang, salah satunya
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif
guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi,
dari Rusman (2014: 203) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan
partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling
berinteraksi. Suprijono (2013: 54) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh
para ahli pendidikan. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas, meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Sunal dan Hans (2000) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa
mengemukakan cooperative learning adalah suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk
memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama
proses pembelajaran.
Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan
secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.
Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga
berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya. Hasil penelitian
Suryadi (1999) dalam Isjoni (2011: 12) menyatakan bahwa pada
pembelajaran Matematika menyimpulkan bahwa salah satu model
pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2011: 11) terdiri dari 6
(enam) fase.
Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Koopertaif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik setiap belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into learning teams
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar
Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau penghargaan
Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok
Isjoni (2011: 16) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan
kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan
orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada orang lain.
Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam
Slavin (1995) (Rusman (2014: 205) dinyatakan bahwa: (1)
penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang
lain, (2) pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan
siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan
mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman, dengan
harapan pembelajaran kooperatif dapat mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran.
b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa STAD (student teams achievement devisions) merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan
model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru
menggunakan pendekatan kooperatif. STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual, rekognisi tim.
Trianto (2014: 143) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif
dengan menggunakan kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap
kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen, diawali dengan
kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Slavin (2007) dalam
Rusman (2014: 213) menyatakan bahwa model STAD (Student Teams Achievment Divisions) merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat
mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS,
bahasa inggris, teknik dan banyak sunjek lainnya, dan pada tingkat
Sekolah Dasar sampai perguruan tinggi.
Model pembelajaran STAD siswa ditempatkan dalam tim
belajar beranggotakan 4-5 orang siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras
dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi,
adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan
kuis dengan baik. STAD adalah yang paling tepat untuk
mengajarkan materi-materi pelajaran ilmu pasti, seperti
perhitungan dan penerapan matematika.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD
menurut Slavin (2007) Rusman(2014: 213) sebagai berikut:
1) Penyampaian Tujuan dan Motivasi
Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap
kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas dalam prestasi akademik,
gender/ jenis kelamin, rasa atau etnik.
3) Presentasi dari Guru
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih
dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut
dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar
dengan aktif dan kreatif, dalam proses pembelajaran guru
dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah
nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Guru
menjelaskan soal keterampilan dan kemampuan yang
diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus
dilakukan serta cara-cara mengerjakannya.
4) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim)
Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk
sebelumnya bersama guru. Guru menyiapkan lembaran kerja
sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua
anggota menguasai dan masing-masing memberikan
kontribusi. Guru melakukan pengamatan selama tim bekerja
diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari
STAD.
5) Kuis (Evaluasi)
Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis
tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian
terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja
sama, ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu
bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan
ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk
setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan
tingkat kesulitan siswa.
6) Penghargaan Prestasi Tim
Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja
siswa dan diberikan angka rentangan 0-100. Pemberian
penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh
guru dengan melakukan tahapan-tahapan berikut:
a) Menghitung Skor Individu
Slavin (Trianto, 2007: 55) dalam Rusman (2014:
216) menyatakan bahwa untuk menghitung perkembangan
skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Individu
No. Nilai Tes Skor Perkembangan
1. 2. 3. 4. 5.
Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0-10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Pekerjaan sempurna (tanpa
memeprhatikan skor dasar)
b) Menghitung Skor Kelompok
Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan
semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan
membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Skor kelompok
diperoleh sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok,
sebagaimana dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 2.3 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
No. Rata-rata Skor Kualifikasi
1. Tim yang Istimewa (Super Team)
c) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok
Hadiah diberikan kepada masing-masing kelompok atau tim
yang memperoleh predikat. Guru memberikan hadiah atau
pengahargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan
B.Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Ima Nurjayanti dengan judul
Pengembangan Multimedia Pembelajaran Matematika Berbasis Android untuk Siswa Kelas III Sekolah Dasar. (2015). Hasil penelitian menyatakan bahwa
validator menyatakan baik sesuai content (kurikulum dan materi), kontruk (sesuai kemampuan siswa), dan bahasa (sesuai dengan kaidah bahasa), dari
hasil uji coba siswa dapat menggunakan media dengan baik. Media yang sudah
valid diberikan pembelajaran dengan baik. Hasil media yang sudah valid
diberikan pembelajaran penemuan terbimbing dan hasil menunjukan bahwa
media yang dikembangkan efektif meningkatkan aktifitas belajar siswa. Media
yang dikembangkan memiliki potensial efek terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian lain dilakukan oleh Rohmi Julia Purbasari, dengan judul
Pengembangan Aplikasi Android sebagai Media Pembelajaran Matematika pada Materi Dimensi Tiga untuk Siswa SMA Kelas X. (2013). Hasil uji
kelayakan diperoleh 96,43% untuk ahli media, 89,28% untuk ahli materi,
81,52% untuk praktisi lapangan, 83,34% untuk sasaran pengguna. Aplikasi
yang dikembangkan layak digunakan sebagai media pembelajaran pada
dimensi tiga.
Penelitian ini menggunakan objek android sebagai alat evaluasi dan subjek penelitian siswa kelas IV Sekolah Dasar, sedangkan peneliti
SMA Kelas X.Perbedaanya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada
objek dan subjek penelitian yang digunakan.
Penelitian ini dan penelitian sebelumnya sama-sama menggunakan
android sebagai sumber data penelitian, persamaanya dengan penelitian yang dilakukan terletak pada sumber data yang digunakan. Berdasarkan
uraiantersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti
dengan kedua peneliti sebelumnya memiliki perbedaan dan persamaan, maka
dari itu penelitian ini layak untuk dilaksanakan.
C.Kerangka Berpikir
Evaluasi merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran. Alat evaluasi dirancang sedemikian rupa sehingga siswa lebih
tertarik pada materi yang dipelajari dan semangat mengerjakan soal-soal yang
ada. Guru juga mempunyai tugas untuk membuat pembelajaran yang menarik
dan menyenangkan sehingga membuat siswa lebih aktif dan akan terjalin
interaksi yang baik antara siswa dan guru maupun siswa dengan siswa,
sehubungan dengan itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam
memilih model maupun evaluasi pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi
yang diajarkan.
Pelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang wajib yang
diajarkan di Sekolah Dasar. Pembelajaran matematika memiliki tujuan yang
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, namun mata pelajaran
pembelajaran yang masih kurang menarik minat siswa. Pembelajaran
matematika dianggap siswa sebagai pembelajaran yang menakutkan, siswa
beranggapan bahwa pembelajaran matematika adalah pembelajaran yang sulit
dipelajari dan memiliki banyak rumus yang harus dipahami oleh siswa.
Penggunaan alat evaluasi yang masih kurang menarik ini juga sebagai salah
satu faktor siswa kurang tertarik pada pembelajaran matematika, untuk itu
diperlukan alat evaluasi yang lebih menarik untuk mengajak siswa lebih
tertarik pada pembelajaran yang akan dicapai.
Alat evaluasi dengan memanfaatkan smartphone untuk menunjang proses belajar siswa dapat digunakan oleh guru dalam menyediakan alat
evaluasi mata pelajaran, khususnya mata pelajaran matematika materi bangun
ruang yang masih menggunakan lembaran kertas sehingga siswa kurang minat
untuk mengerjakan soal-soal yang ada pada alat evaluasi. Pengembangan alat
evaluasi menggunakan andoid dalam pembelajaran diharapkan berpengaruh pada proses pembelajaran dan siswa akan lebih tertarik, semangat serta
termotivasi karena penyajian soal ini berbentuk aplikasi game (permainan) dan
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Fakta yang ditemukan
• Alat evaluasi dijadiakan acuan guru dalam melakukan penilaian terhadap siswa
• Alat evaluasi kurang menarik
• Kurangnya ketertarikan siswa dalam mengerjakan soal evaluasi • Peserta didik belum mampu menyelesaikan soal dengan baik.
Alat evaluasi harus menarik agar dapat membantu siswa dalam menyelesaikan soal evaluasi
Pengembangan alat evaluasi pembelajaran matematika materi bangun ruang menggunakan
android dan model pembelajaran kooperatif tipe
student teams achievement devisions (STAD) untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar
D.Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Pengembangan alat evaluasi pembelajaran menggunakan android pada materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima.
2. Respon guru terhadap pengembangan alat evaluasi dengan menggunakan
android materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima. 3. Respon siswa terhadap terhadap pengembangan alat evaluasi dengan
menggunakan android materi bangun ruang di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana diterima.