• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hemoglobin (Hb)

2.1.1. Definisi Hemoglobin (Hb)

Hemoglobin adalah protein berpigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah (Tarwoto dan Wasnidar, 2007). Hemoglobin adalah suatu protein dalam sel darah merah yang mengantarkan oksigen dari paru-paru ke jaringan di seluruh tubuh dan mengambil karbondioksida dari jaringan tersebut dibawa ke paru untuk dibuang ke udara bebas (Zacky, 2009).

Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media transport oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Fungsi dari hemoglobin adalah pengangkutan O2 dari organ respirasi ke jaringan perifer dan pengangkutan CO2

Hemoglobin terbuat dari empat molekul protein (globulin chain) yang terhubung satu sama lain. Hemoglobin normal orang dewasa (HbA) terdiri dari 2 alpha-globulin chains dan 2 beta-globulin chains. (Zacky, 2009).

, berbagai proton dari jaringan perifer ke organ respirasi untuk selanjutnya diekskresikan keluar. Hemoglobin dibentuk di dalam sel darah merah ketika sel darah merah berada pada sumsum tulang belakang. Kegagalan pembentukan dapat disebabkan kekurangan protein dalam makanan (Manuaba, 2008).

(2)

Kadar hemoglobin ialah banyak gram hemoglobin per 100 ml darah merah. Batas normal nilai hemoglobin untuk seseorang sukar ditentukan karena kadar hemoglobin bervariasi diantara setiap suku bangsa. Namun WHO telah menetapkan batas kadar hemoglobin normal berdasarkan umur dan jenis kelamin (WHO dalam Arisman, 2004).

Fungsi hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari seluruh sel ke paru-paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Mioglobin berperan sebagai reservoir oksigen: menerima, menyimpan dan melepas oksigen di dalam sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada di dalam hemoglobin (Sunita, 2011).

2.1.2. Kandungan Hemoglobin

Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem (senyawa besi protein). Pada manusia dewasa, hemoglobin berupa tetramer (mengandung 4 submit protein), yang terdiri dari masing-masing dua sub unit alfa dan beta yang terikat secara non kovalen (Rochmat, 2009).

Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro (Fe 2+) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin (HbO2) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut

deoksihemoglobin (HbCO) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat dibanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan oksigen sehingga besi

(3)

teroksidasi (Fe3+) membentuk methemoglobin (Met Hb atau Hb (Fe3+

2.1.3. Manfaat Hemoglobin

). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang (carmine tint) sedang deoksihemoglobin (Hb) berwarna kecoklatan (Rochmat, 2009).

Menurut Depkes RI (2008) adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida di dalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang, untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut anemia.

2.1.4. Metode Pemeriksaan Kadar Hemoglobin (Hb)

Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan yang paling sederhana adalah metode sahli, dan yang lebih akurat adalah metode cyanmethemoglobin (Bachyar, 2002).

(4)

Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisi dengan HCl menjadi globin ferroheme. Ferroheme oleh oksigen yang ada di udara dioksidasi menjadi ferriheme yang akan segera bereaksi dengan ion Cl membentuk ferrihemechlorid yang juga disebut hematin atau hemin yang berwarna cokelat. Warna yang terbentuk ini dibandingkan dengan warna standar (dengan mata telanjang). Untuk memudahkan perbandingan, warna standar dibuat konstan, yang diubah adalah warna hemin yang terbentuk. Perubahan warna hemin dibuat dengan cara pengenceran sedemikian rupa sehingga warnanya sama dengan warna standar. Karena yang membandingkan adalah dengan mata telanjang, maka subjektivitas sangat berpengaruh (Depkes, 2001)

Di samping faktor mata, faktor lain, misalnya ketajaman, penyinaran dapat memengaruhi hasil pembacaan. Meskipun demikian untuk pemeriksaan di daerah yang belum mempunyai peralatan canggih atau pemeriksaan di lapangan, metode sahli ini masih memadai dan bila pemeriksaannya telat terlatih hasilnya dapat diandalkan (Depkes, 2001)

Metode yang lebih akurat adalah metode cyanmethemoglobin. Pada metode ini hemoglobin dioksidasi oleh kalium ferrosianida menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan ion sianida membentuk cyanmethemoglobin yang berwarna merah. Intensitas warna dibaca dengan fotometer dan dibandingkan dengan standar. Karena yang membandingkan alat elektronik, maka hasilnya lebih objektif. Namun, fotometer saat ini masih cukup mahal, sehingga belum semua laboratorium memilikinya (Depkes, 2001).

(5)

a. Prosedur pemeriksaan dengan metode sahli Reagensia : 1. HCl 0,1 N 2. Aquadest Alat/sarana : 1. Pipet hemoglobin 2. Alat sahli 3. Pipet pastur 4. Pengaduk Prosedur kerja :

1. Masukkan HCl 0,1 N ke dalam tabung Sahli sampai angka 2

2. Bersihkan ujung jari yang akan diambil darahnya dengan larutan desinfektan (alkohol 70%, betadin dan sebagainya), kemudian tusuk dengan lancet atau alat lain

3. Isap dengan pipet hemoglobin sampai melewati batas, bersihkan ujung pipet, kemudian teteskan darah sampai ke tanda batas dengan cara menggeserkan ujung pipet ke kertas saring/kertas tisu.

4. Masukkan pipet yang berisi darah ke dalam tabung hemoglobin, sampai ujung pipet menempel pada dasar tabung, kemudian tiup pelan-pelan. Usahakan agar tidak timbul gelembung udara. Bilas sisa darah yang menempel pada dinding pipet dengan cara menghisap HCl dan meniupnya lagi sebanyak 3-4 kali. 5. Campur sampai rata dan diamkan selama kurang lebih 10 menit.

(6)

6. Masukkan ke dalam alat pembanding, encerkan dengan aquadest tetes demi tetes sampai warna larutan (setelah diaduk sampai homogen) sama dengan warna gelas dari alat pembanding. Bila sudah sama, baca kadar hemoglobin pada skala tabung.

b. Prosedur pemeriksaan dengan metode cyanmethemoglobin Reagnesia :

1. Larutan kalium ferrosianida (K3Fe(CN)6 0.6 mmol/l 2. Larutan kalium sianida (KCN) 1.0 mmol/l

Alat/sarana : 1. Pipet darah 2. Tabung cuvet 3. Kolorimeter Prosedur kerja :

1. Masukkan campuran reagen sebanyak 5 ml ke dalam cuvet

2. Ambil darah kapiler seperti pada metode sahli sebanyak 0,02 ml dan masukkan ke dalam cuvet di atas, kocok dan diamkan selama 3 menit

3. Baca dengan kolorimeter pada lambda 546. Perhitungan :

1. Kadar Hb = absorbs x 36,8 gr/dl/100 ml 2. Kadar Hb = absorbs x 22,8 mmol/l

2.1.5. Waktu Pemeriksaan Hemoglobin pada Ibu Hamil

Pemeriksaan hemoglobin dapat dilakukan dengan menggunakan cara / metode Sahli dan Sianmethemoglobin, dilakukan 2 kali selama kehamilan yaitu

(7)

trimester I (umur kehamilan sebelum 12 minggu dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu). Bila kadar Hb <11gr% pada kehamilan, dinyatakan termasuk anemia dan harus diberi suplemen tablet zat besi yang berisi 60 mg zat besi dan 0,5 mg asam folat, diminum secara teratur 1 tablet/hari selama 90 hari berturut-turut, bila kadar Hb masih <11 gr% pemberian tablet Fe dilanjutkan (Manuaba, 2008).

2.1.6. Akibat Kurangnya Kadar Hemoglobin pada Ibu Hamil

Kurangnya kadar hemoglobin dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya :

1. Abortus (keguguran)

2. Partus imatur / prematur (kelahiran belum cukup bulan) 3. Kelainan kongenital (kelainan bentuk tubuh bayi) 4. Perdarahan anterpartum.

5. Gangguan pertumbuhan janin dalam rahim 6. Menurunnya kecerdasan setelah bayi dilahirkan 7. Kematian perinatal (Wiknjosastro, 2005).

2.1.7. Faktor yang Memengaruhi Kadar Hemoglobin Kadar hemoglobin dalam tubuh dapat dipengaruhi oleh: 1. Kekurangan Besi dalam Tubuh

Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin, sehingga anemia gizi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dan kandungan hemoglobin yang rendah. Besi juga merupakan mikronutrien essensil dalam memproduksi hemoglobin yang berfungsi mengantar oksigen dari paru-paru ke

(8)

jaringan tubuh, untuk dieksresikan ke dalam udara pernafasan, sitokrom, dan komponen lain pada sistem enzim pernafasan seperti sitokrom oksidase, katalase, dan peroksidase. Besi berperan dalam sintesis hemoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam sel otot. Kandungan ± 0,004% berat tubuh (60-70%) terdapat dalam hemoglobin yang disimpan sebagai ferritin di dalam hati, hemosiderin di dalam limpa dan sumsum tulang (Zarianis, 2006).

Kurang lebih 4% besi di dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa-senyawa besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Walaupun jumlahnya sangat kecil namun mempunyai peranan yang sangat penting. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos sel-sel membran masuk kedalam sel-sel otot. Sitokrom, flavoprotein, dan senyawa-senyawa mitokondria yang mengandung besi lainnya, memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan Adenosin Tri Phosphat (ATP) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Sehingga apabila tubuh mengalami anemia gizi besi maka terjadi penurunan kemampuan bekerja. (Zarianis, 2006).

Menurut Kartono J dan Soekatri M dalam Zarianis (2006), kecukupan besi yang direkomendasikan adalah jumlah minimum besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar kemungkinan anemia kekurangan besi.

2. Metabolisme Besi dalam Tubuh

Menurut Wirakusumah, besi yang terdapat di dalam tubuh orang dewasa sehat berjumlah lebih dari 4 gram. Besi tersebut berada di dalam sel-sel darah

(9)

merah atau hemoglobin (lebih dari 2,5 g), myoglobin (150 mg), phorphyrin cytochrome, hati, limpa sumsum tulang (> 200-1500 mg). Ada dua bagian besi dalam tubuh, yaitu bagian fungsional yang dipakai untuk keperluan metabolik dan bagian yang merupakan cadangan. Hemoglobin, mioglobin, sitokrom, serta enzim hem dan nonhem adalah bentuk besi fungsional dan berjumlah antara 25-55 mg/kg berat badan. Sedangkan besi cadangan apabila dibutuhkan untuk fungsi-fungsi fisiologis dan jumlahnya 5-25 mg/kg berat badan. Ferritin dan hemosiderin adalah bentuk besi cadangan yang biasanya terdapat dalam hati, limpa dan sumsum tulang. Metabolisme besi dalam tubuh terdiri dari proses absorpsi, pengangkutan, pemanfaatan, penyimpanan dan pengeluaran (Zarianis, 2006). 3. Kehilangan banyak darah baik akut maupun kronis

Banyaknya darah yang keluar berperan pada kejadian anemia karena wanita tidak mempunyai persediaan Fe yang cukup dan absorbsi Fe ke dalam tubuh tidak dapat menggantikan hilangnya Fe saat menstruasi. Perdarahan patologis akibat penyakit/infeksi parasit dan saluran pencernaan berhubungan positif terhadap terjadinya anemia (Manuaba, 2002).

4. Peningkatan kebutuhan fisiologi akan zat besi

Peningkatan kebutuhan akan zat besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada masa pertumbuhan bayi, masa pubertas, masa kehamilan dan menyusui. Kebutuhan Fe meningkat selama hamil untuk memenuhi kebutuh-an Fe akibat peningkatkebutuh-an volume darah, untuk menyediakkebutuh-an Fe bagi jkebutuh-anin dkebutuh-an plasenta dan untuk menggantikan kehilangan darah saat bersalin (Arisman, 2004).

(10)

2.2. Tablet Fe

Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari makanan, kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan npenyakit anemia gizi atau yang dikenal masyarakat sebagai penyakit kurang darah (Depkes RI, 2001).

Zat besi (Fe) merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh, zat ini terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam sintesa haemoglobin (Hb). Seorang ibu yang pada masa hamil menderita kekurangan zat besi tidak dapat memberi cadangan zat besi kepada bayinya dalam jumlah yang cukup untuk beberapa bulan pertama. Meskipun bayi itu mendapat air susu dari ibunya, tetapi susu bukanlah bahan makanan yang banyak mengandung zat besi karena itu diperlukan zat besi untuk mencegah anak menderita anemia (Moehji, 2007).

2.2.1. Kebutuhan Zat Besi pada Ibu Hamil

Kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin tunggal adalah 200-600 mg untuk memenuhi masa sel darah merah, 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahir, 150-200 mg untuk kehilangan eksternal, 30-170 mg untuk tali pusat dan plasenta, 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat persalinan. Kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara 580-1.340 mg dan 440-1.050 mg diantaranya akan hilang dalam tubuh ibu saat melahirkan (Jordan, 2003).

Untuk mengatasi kehilangan ini, ibu hamil memerlukan rata-rata 3,5-4 mg zat besi per hari. Kebutuhan ini akan meningkat secara signifikan dalam trimester terakhir yaitu rata-rata 2,5 mg/hari pada awal kehamilan menjadi 6,6 mg/hari. Zat besi yang tersedia dalam makanan berkisar dari 0,9 hingga 1,8 mg/hari dan

(11)

ketersediaan ini bergantung pada kecukupan dietnya. Karena itu, pemenuhan kebutuhan pada kehamilan memerlukan simpanan zat besi dan peningkatan absorbsi zat besi. Meskipun absorbsi zat besi meningkat cukup besar selama kehamilan, namun bila simpanan zat besinya rendah, maka asupan zat besi yang cukup hanya dapat dipenuhi lewat suplemen. Wanita dengan simpanan zat besi yang tidak memadai harus menyerap tambahan 2-5 mg zat besi per hari. Penyerapan tambahan ini memerlukan suplemen 15-30 mg zat besi per hari atau suplemen 65 mg/hari sejak kehamilan berusia 20 minggu (Jordan, 2003).

2.2.2. Dampak Kekurangan Zat Besi pada Ibu dan Janin

Anemia defenisi besi pada wanita hamil mempunyai dampak yang jelek, baik pada ibunya maupun terhadap janinnya. Ibu hamil dengan anemia berat lebih memungkinkan terjadinya partus-fermaturus dan memiliki bayi dengan berat badan lahir rendah serta dapat meningkatkan kematian perinatal.

1. Bahaya pada ibu

Dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin dan rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%), molahidatidosa, hiperemesis gravidarum, perdarahan antepartum.

2. Bahaya pada janin

Bahaya anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim sehingga dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus, terjadi kematian intrauterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah, kelahiran

(12)

dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal, inteligensi rendah.(Manuaba 2008).

2.2.3. Tujuan Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil

Tujuan pemberian zat besi selama kehamilan adalah selain untuk meningkatkan atau menjaga konsentrasi ibu tetapi juga untuk mencegah kehilangan atau kekurangan zat besi pada ibu hamil. Diperkirakan bahwa ibu yang mengalami kekurangan zat besi pada awal kehamilan dan tidak mendapat suplemen memerlukan 2 tahun mengisi kembali simpanan zat besi mereka dari sumber-sumber makanan. Banyak wanita di Indonesia mempunyai jarak kehamilan kurang dari dua tahun dan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi tinggi. Suplemen zat besi direkomendasikan sebagai dasar yang rutin (JHPIEGO, 2003).

Sebaiknya ibu mengkonsumsi zat besi diantara waktu makan malam menjelang tidur bersama dengan jus jeruk dan air putih serta menghindari meminum zat besi dengan teh, kopi susu karena akan mengurangi absorbsi zat besi (Varney, 2002). 2.2.4. Makanan yang Banyak Mengandung Zat Besi

Sejumlah makanan yang banyak mengandung zat besi ditemukan pada buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian dan daging yang dimakan sehari-hari. Disamping tablet zat besi ada tambahan makanan yang mengandung zat besi diantaranya : dedaunan hijau seperti kangkung, bayam, lobak, labu air, labu kuning, kentang bersama kulitnya, rumput laut, kadang kedelai dan buah-buahan kering (Kompas, 2005).

(13)

2.2.5. Cara Pemberian Zat Besi pada Ibu Hamil

Dosis pemberian zat besi dibedakan atas dosis pencegahan dan dosis pengobatan. Dosis pencegahan diberikan kepada kelompok sasaran tanpa pemeriksaan kadar Hb. Dosis yang dianjurkan untuk ibu hamil sampai masa nifas adalah sehari satu tablet (60 mg besi elemental) dan 0,25 mg asam folat. Berturut-turut selama 90 hari masa kehamilannya dan sampai 42 hari setelah melahirkan. Mulai pemberian pada waktu pertama kali ibu hamil memeriksakan kehamilannya (Kunjungan pertama atau K1) (Depkes RI, 1999).

Dengan pertimbangan bahwa sebagian besar ibu hamil mengalami anemia, maka dilakukan pemberian preparat Fe sebanyak 90 tablet pada ibu-ibu hamil di Puskesmas (Manuaba, 2008). Beri tablet Fe pada semua ibu hamil 1 tablet selama 90 hari berturut-turut. Bila Hb kurang dari 11 gram/dl teruskan pemberian tablet Fe (IBI, 2005).

Untuk menghindari akibat yang tidak diinginkan, maka ibu hamil dengan anemia perlu ditangani segera dengan asupan nutrisi yang baik sesuai dengan kebutuhan antara lain makanan yang mengandung zat besi dan protein cukup (bahan pangan hewani dan nabati seperti daging, ikan, telur, kacang-kacangan) dan sayuran berwarna hijau yang mengandung mineral dan vitamin (Paath, 2005).

Kebutuhan suplemen zat besi pada ibu hamil menurut Hilman et.al dalam Mandriwati (2008) adalah 65 mg perhari sejak umur kehamilan 20 minggu. Dalam kemasan suplemen zat besi mengandung tablet sulfat ferosis. Penyerapan zat besi bisa meningkat bila ada zat asam dalam lambung dan bisa terhambat bila diminum

(14)

bersamaan dengan minuman yang mengandung teh, kopi. Cara minum yang baik adalah bersamaan dengan minum vitamin C, air putih atau jus buah.

Biasanya ibu hamil diberikan tablet zat besi untuk mencukupi kebutuhan zat besi, untuk perkembangan otak janin dan pembentukan sel darah merah. Namun sebaiknya ibu hamil tidak berlebihan dalam mengkonsumsi zat besi, sebab hal itu akan menyebabkan peningkatan tekanan darah, padahal tekanan darah yang tinggi akan menyulitkan proses persalinan. Kelebihan zat besi berpengaruh buruk pada janin dan ibunya. Anemia memang menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah atau lahir prematur, tapi bukan berarti wanita hamil mengkonsumsi pil vitamin secara membabi buta atau sembarangan (Sunita, 2011).

2.3. Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe

Sarfino (1990) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain. Menurut Degrest, et.al, (1998) kepatuhan adalah prilaku positif penderita dalam mencapai tujuan terapi.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang

(15)

dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004).

Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali et al, 1999).

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan merupakan respon seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya (Notoatmojo, 2007).

Perilaku manusia merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Gejala kejiwaan yang yang dimaksud dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosial budaya, masyarakat dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Perilaku mengonsumsi obat merupakan perilaku peran sakit yaitu tindakan atau kegiatan yang dilakukan penderita agar dapat sembuh. Kepatuhan menjalankan aturan pengobatan sangat penting untuk mencapai kesehatan secara optimal. Perilaku kepatuhan dapat berupa perilaku patuh dan tidak patuh yang dapat diukur melalui

(16)

dimensi kemudahan, lama pengobatan, mutu, jarak dan keteraturan pengobatan. Kepatuhan akan meningkat bila instruksi pengobatan jelas, hubungan obat terhadap penyakit jelas dan pengobatan teratur serta adanya keyakinan bahwa kesehatan akan pulih, petugas kesehatan yang menyenangkan dan berwibawa, dukungan sosial keluarga pasien dan lain sebagainya (Medicastore, 2007).

Menurut Kelman dalam Sarwono (2007) perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi, kemudian baru internalisasi. Kepatuhan individu yang berdasarkan rasa terpaksa atau ketidakpahaman tentang pentingnya perilaku yang baru itu, dapat disusul dengan kepatuhan yang berbeda jenisnya yaitu kepatuhan demi menjaga hubungan baik dengan petugas kesehatan atau tokoh yang menganjurkan perubahan tersebut.

Pada tahap identifikasi, kepatuhan timbul karena individu merasa tertarik atau mengagumi petugas kesehatan atau tokoh tersebut. Pada tahap ini belum dapat menjamin kelestarian perilaku itu karena individu belum dapat mengkaitkan perilaku tersebut dengan nilai-nilai lain dalam hidupnya, sehingga jika ia ditinggalkan oleh tokohnya idolanya, maka ia tidak merasa perlu lagi melanjutkan perilaku tersebut. Sedangkan pada tahap internalisasi, perubahan perilaku baru dapat optimal dimana perilaku yang baru tersebut dianggap bernilai positif bagi diri individu itu sendiri dan diintegrasikan dengan nilai-nilai lain dari hidupnya (Sarwono, 2007).

Menurut Medicastore (2007), medication compliance (kepatuhan pengobatan) adalah mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lain sesuai dengan waktu dan dosis yang tepat. Pengobatan hanya akan efektif apabila

(17)

pasien mematuhi aturan dalam penggunaan obat. Apabila ada anjuran untuk menghabiskan obat tersebut, maka harus mengkonsumsi obat tersebut sampai habis.

Lebih lanjut Medicastore (2007) menjelaskan ada beberapa tips untuk membantu ibu hamil atau pasien mengkonsumsi obat tepat pada waktunya, seperti: 1. Menyesuaikan waktu minum obat dengan rutinitas sehari-hari, misalnya pada

pagi hari saat sarapan, siang hari saat makan siang, malam hari saat makan malam atau sebelum tidur.

2. Pasang alarm pada jam-jam yang sama untuk mengingatkan waktu minum obat. 3. Gunakan pot-pot obat atau kantung-kantung obat dan isi dengan obat-obat yang

harus diminum pada waktu yang tertentu, lalu beri label dan simpan kantung-kantung tersebut dalam wadah yang mudah dijangkau.

4. Penting untuk menyimpan obat-obatan di tempat yang diketahui secara pasti, supaya tidak harus menghabiskan waktu mencari-cari saat datangnya waktu minum obat.

5. Yang terpenting adalah jangan pernah menghentikan penggunaan obat atas keinginan sendiri karena merasa lebih sembuh dan jangan pernah menyembunyikan ketidakpatuhan dari petugas kesehatan.

Ada beberapa faktor yang mendukung kepatuhan pasien dalam pengobatan yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh pasien, misalkan membaca buku-buku, mendengarkan kaset tentang kesehatan; (2) memahami kepribadian pasien, sehingga menimbulkan empati perasaan pasien; (3) adanya dukungan sosial dari keluarga atau

(18)

teman-teman; (4) perawatan dibuat sederhana; dan (5) meningkatkan interaksi profesional antara pasien dengan petugas kesehatan (Medicastore, 2007).

Untuk monitoring kepatuhan konsumsi tablet Fe dapat diukur dengan cara : (1) terjadinya perubahan warna hitam pada tinja menunjukkan bahwa sasaran minum tablet Fe. Adanya Fe dalam tinja juga dapat diketahui dengan tes Afifi; (2) melihat kemasan bungkus tablet Fe, untuk memantau jumlah tablet Fe yang telah di konsumsi; (3) supervisi dan monitoring untuk melihat apakah tablet Fe benar-benar di konsumsi oleh ibu hamil; (4) melihat perkembangan kesehatan ibu hamil apakah sasaran mengkonsumsi tablet Fe (Depkes RI, 1999).

2.4. Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi. Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat. Anemia pada kehamilan juga disebut sebagai “potensial yang membahayakan ibu dan anak (potensial danger to mother and child). Oleh karena itu anemia memerlukan perhatian serius dari semua pihak baik ibu dan keluarga serta pelayanan kesehatan (Prawiroharjo, 2002)

Anemia kebanyakan diderita karena masyarakat kekurangan zat besi tapi dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. Anemia juga dapat terjadi :

1. Karena kekurangan gizi (malnutrisi) Hb menurun

(19)

3. Ibu hamil dengan pendidikan dan tingkat sosial ekonomi rendah (Widjaya, 2000).

Menurut Depkes RI (1999) ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menanggulangi anemia akibat kekurangan zat besi yaitu :

1. Meningkatkan program penyuluhan tentang konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani (heme-iron) yang mudah diserap seperti hati, daging, ikan dan lain-lain. Selain itu juga perlu ditingkatkan makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayur-sayuran) untuk membantu penyerapan zat besi dan membantu proses pembentukan haemoglobin.

2. Fortifikasi bahan makanan dengan zat besi yaitu menambahkan zat besi asam folat, vitamin A dan asam amino essensial pada bahan makanan yang dimakan secara luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan. Untuk mengetahui bahan makanan yang mengandung zat besi dianjurkan membaca label pada kemasannya.

3. Suplementasi besi folat secara rutin selama jangka waktu tertentu adalah untuk meningkatkan kadar haemoglobin secara cepat. Dengan demikian suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

Menurut Gibney, et.al (2009), ada empat pendekatan utama untuk pencegahan dan pengendalian anemia karena defisiensi zat besi yaitu (1) penyediaan suplemen zat

(20)

besi, (2) fortifikasi bahan pangan yang bisa dikonsumsi dengan zat besi, (3) edukasi gizi dan (4) pendekatan berbasis hortikultur untuk memperbaiki ketersediaan hayati zat besi pada bahan pangan yang umum.

Upaya Depkes lainnya seperti yang tercantum pada Amiruddin (2007) adalah (1) penggunaan Buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1999, dan poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan, (2) Buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi petugas sejak tahun 1993 sampai sekarang, (3) kemasan Fe yang tadinya menimbulkan bau kurang sedap sekarang sudah mengalami perbaikan yaitu tablet salut yang dikemas sebanyak 30 tablet per bungkus aluminium dengan komposisi yang sama. Namun program di lapangan menunjukkan bahwa belum semua ibu hamil mendapatkan tablet besi sesuai yang diharapkan program yaitu 90 tablet.

2.5. Landasan Teori

Kepatuhan akan memengaruhi hasil pengobatan. Seseorang di katakan patuh berobat bila mau datang ke petugas kesehatan yang telah di tentukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas (Lukman Ali, et.al, 1999). Gibney, et.al. (2009) memastikan bahwa distribusi suplemen zat besi dalam jumlah yang adekuat dan kepatuhan ibu hamil terhadap program pengobatan merupakan faktor yang memengaruhi keberhasilan program tersebut.

(21)

Ada beberapa faktor yang mendukung kepatuhan pasien dalam pengobatan yaitu: (1) pengetahuan yang diperoleh pasien, misalkan membaca buku-buku, mendengarkan kaset tentang kesehatan; (2) memahami kepribadian pasien, sehingga menimbulkan empati perasaan pasien; (3) adanya dukungan sosial dari keluarga atau teman-teman; (4) perawatan dibuat sederhana; dan (5) meningkatkan interaksi profesional antara pasien dengan petugas kesehatan (Medicastore, 2007).

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi konsumsi perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulagi anemia, khususnya anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Afnita, 2004).

2.6. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep di atas menunjukkan bahwa peningkatan kadar Hb ibu hamil diduga disebabkan oleh kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet Fe berdasarkan dosis / jumlah tablet Fe dan cara minum tablet Fe.

Kepatuhan Ibu Mengkon-sumsi Tablet Fe:

1. Dosis Tablet Fe

2. Cara Minum Tablet Fe

Referensi

Dokumen terkait

Maka masalah yang dihadapi adalah bagaimana menganalisis data mahasiswa periode 2014/2015 di Universitas Siliwangi untuk menentukan pengelompokan UKT dengan menggunakan

Informasi tentang pengaruh tingkat penggunaan limbah mie dalam pakan ayam pedaging pernah dilakukan di Universitas Padjajaran, disimpulkan bahwa penggunaan limbah mie

Penciptaan karya ornamen Bada Mudiak di Minangkabau merupakan ekspresi dari hasil interpretasi yang berasal dari pengamatan masyarakat terhadap alam lingkungannya

Langkah-langkah identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi dilakukan tidak hanya menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab

Pada struktur data pohon dimana setiap simpul menunjuk ke orangtua mereka, LCA dapat ditentukan dengan mudah dengan mencari lintasan dari u ke akar teratas,

Satu pemecahan untuk membatasi social discount rate adalah dengan menggunakan proses pendiskontoan, artinya biaya dan manfaat diharapkan berubah pada tingkat

Adapun metode yang dipakai untuk pendeteksian adalah dengan memakai metode Roberts. Sebenarnya ada beberapa metode lain yang dapat dipakai yaitu Canny, Prewitt, Sobel,

Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang asimtomatis.Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami spondilosis