SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
ALBERTUS CAHYO BINAR WIDODO 031114026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN
TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun oleh:
ALBERTUS CAHYO BINAR WIDODO 031114026
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2008
AKU. Sekiranya kamu mengenal AKU, pasti kamu juga mengenal BapaKU. Sekarang ini kamu mengenal DIA dan kamu telah melihat
DIA.” ( YOH 14: 6-7 )
“Karena TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulutNYA datang pengetahuan dan kepandaian.”
( AMSAL 2: 6 )
“Sebab itu apakah yang akan kita katakan tentang semuanya itu? Jika ALLAH di pihak kita, siapakah yang akan melawan kita?”
( ROMA 8: 31 )
“Sebab segala sesuatu adalah dari DIA, dan oleh DIA, dan kepada DIA; Bagi DIA-lah kemuliaan sampai selama-lamanya”
( ROMA 11: 36 )
“ ”
:
! " # $ % % &
$
$ ' %(%(
' ' &
ABSTRAK
PERILAKU ASERTIF PARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS XI DI SMA SANTO MIKAEL SLEMAN
TAHUN AJARAN 2007/2008
Albertus Cahyo Binar Widodo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Masalah pertama yang akan diteliti adalah bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008? Masalah kedua adalah bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008?
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian adalah para siswa kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 yang berjumlah 62 siswa dan populasi yang berhasil digali datanya berjumlah 55 siswa yang terdiri atas 31 siswa putra dan 24 siswa putri. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner perilaku asertif yang disusun oleh peneliti. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif dengan Mean.
Hasil penelitian ini adalah: (1) Jumlah siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 yang memiliki tingkat perilaku asertif rendah lebih banyak daripada jumlah para siswa putra yang memiliki tingkat perilaku asertif tinggi; (2) Semua siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 memiliki tingkat perilaku asertif tinggi.
OF ACADEMIC YEAR 2007/2008
Albertus Cahyo Binar Widodo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The first problem researched was level of assertive behavior’s of eleventh grade of male students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008. The second problem was the level of assertive behavior’s of eleventh grade of female students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008.
This was a descriptive research using survey method. The research population was the eleventh grade students in Santo Mikael Senior High School Sleman of Academic Year 2007/2008. The population of this research was 55 students. The real populations of the researched were 55 students of 62 students, consisted of 31 male students and 24 female students. The research instrument was an assertive behavior questionnaire developed by researcher himself. The data were analyzed by descriptive statistic (Mean).
Results of this research were: (1) There were more male students of 23 who had lower assertive behavior than high assertive behavior; (2) All female students had high assertive behavior.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH BAPA di SURGA, TUHAN JESUS KRISTUS, dan ROH KUDUS atas segala bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari
bahwa penyusunan skripsi ini membutuhkan bantuan dari banyak pihak sehingga
dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada:
1. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dr. M. M. Sri Hastuti, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Fajar Santoadi, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah
mendampingi dan memberikan masukan serta saran yang positif dan
membangun selama penulisan skripsi.
5. Drs. Wens Tanlain, M.Pd yang telah memberikan bantuan dan saran dalam
penulisan skripsi.
6. Drs. Y.B. Adimasana, M.A. Terima kasih atas saran dan dukungannya.
7. A. Setyandari, S.Pd., Psi., M.A. Terima kasih atas bantuannya.
8. Mas Moko selaku staf sekretariat Prodi BK yang telah banyak membantu, dan
memberikan informasi bagi penulis.
St. Mikael Sleman.
10. Ibu Siti Hartini, B.A, selaku koordinator bimbingan dan konseling SMA St.
Mikael Sleman atas segala bantuan dan dukungannya.
11. Siswa-siswi kelas XI SMA St. Mikael Sleman, terima kasih atas bantuan dan
kerjasama yang baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar. 12. Bapak dan Ibu guru beserta segenap karyawan / karyawati SMA Santo Mikael
Sleman atas kerjasamanya.
13. Untuk (†) Ayah tercinta di sisi Bapa di Surga, yang selalu menyertai aku
dalam doa. REST IN PEACE.
14. Kepada keluargaku yang terkasih Ibuku, kakakku Titi, istriku tercinta
Elin Widodo, mbak Narti, mbak Shinta, dek Artha, dek Nenty, abangku
Manahan Butar Butar dan keluargaku Ambarawa, yang selalu setia
mendukungku dan memberiku motivasi. Terima kasih banyak dan Tuhan
Jesus memberkati selalu. I LOVE YOU ALL SO MUCH!!!
15. Keluarga besar Underground United, UNDERGOD SOCIETY (Bison, Denis,
Anang, Andreas, Catur, Mita, Nando, Yogi, Dimas, Vito, Christy, Ayu, etc),
JOGJAKARTA CORPSE GRINDER, BLOODLAMB “Bandung” (bang
Winner, abbah Gibson, bang Ocep, bang Aan, bang Erwin, bang Binsar, mr.
Brake, mr. Wahyu, brotha Nadi, n others), SHAKA Studio Crew, SWA Studio
Crew, STIQMA “Oriental ThrashMetal” Band, tempatku berkreasi dan berkarya bersama mr. Herihell Inc., mr. Johan, yang mengerti, mendukung
dan memberikan waktu untuk aku dalam menyelesaikan skripsi ini. Kang
Bison “Black Metal” n mbakyu Hana, for your pray and rituals. Matur
Nuwun. Gusti JESUS Blez u all.
16. Untuk motorku, The Supre, yang selalu mengantarku kemanapun, dimanapun,
dan kapanpun aku pergi. Thanks a lot, my friend.
17. Untuk para dedengkot BK Agus Setyawan ’99, Chimenk ’99, Baba ’99,
Gandhi ’99, Bernardus Wahyu ’00, Tunggul Crabb ‘01. Makasih untuk
bantuan dan sharing-sharingnya. Gusti Jesus memberkati.
18. Untuk temen-temenku Arjuna n Sari, Mandus, mba’ Surmi, Tutus, Wicha,
Andang, Alel, Angga, Vera, Acha, Ria, Sepri, Pikal, Anton, Yunar, Wawan “Ribut” rental dan teman-teman dekatku yang telah bersedia untuk sharing.
Terima kasih teman-teman. Keep fighting ya guys... Jah Bless u all !!!
19. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih. Tuhan Jesus memberkati.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan dalam penyusunan skripsi yang akan datang.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
d. Menyatakan Pesan “Aku” atau I-Messages ... 11
6. Hambatan Yang Dialami Dalam Berperilaku Asertif ... 18
B. Perilaku Agresif ... 18
C. Perilaku Non-Asertif ... 20
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif ... 22
1. Jenis Kelamin ... 22
2. Pola Pengasuhan Orang Tua Dalam Keluarga ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 25
B. Instrumen Pengumpul Data ... 25
1. Kuesioner ... 25
2. Pemberian Skor – skor Kuesioner ... 26
3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner ... 27
C. Populasi Penelitian ... 31
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 31
E. Teknik Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33
1. Tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 ... 34
2. Tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 ... 34
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 34
DAFTAR PUSTAKA . ... 43 LAMPIRAN ... 45
DAFTAR TABEL
Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif ... 26 Tabel III.2 Kualifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur... 29 Tabel IV.I Perilaku Asertif Para Siswa Putra dan Siswa Putri
Kelas XI SMA MIKAEL Sleman Tahun Ajaran 2007/2008... 35
Tabel Skor Mean ... 62
Kuesioner Penelitian ... 63
Surat Keterangan Penelitian ... 71
Surat Ijin Uji Coba Penelitian ... 72
Surat Ijin Penelitian ... 73
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Selama Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling I (PLBK I) di
SMA Santo Mikael Sleman, peneliti mengamati bahwa terdapat kelompok
siswa yang anggotanya terdiri dari berbagai macam latar belakang budaya, sosial-ekonomi, dan agama. Pengelompokan tersebut terbentuk secara sadar
oleh masing-masing anggota kelompok. Secara umum bila siswa berada di
dalam kelompok yang terdiri dari latar belakang yang sama, siswa tersebut
akan merasa aman dan diterima oleh kelompok tersebut.
Perilaku memilih teman yang berasal dari latar belakang yang sama
dan enggan bergaul dengan teman yang berasal dari latar belakang yang
berbeda akan menjadi suatu hambatan dalam menjalin hubungan persahabatan
dengan siswa yang berasal dari latar belakang lain. Hal ini akan membuka
peluang munculnya prasangka yang buruk terhadap kelompok lain. Masalah,
konflik atau pertentangan akan muncul dalam kelompok dan antar kelompok
tersebut sehingga suasana dalam kelompok akan menjadi tidak aman bagi
anggota yang berada di dalamnya.
Persahabatan dapat diwujudkan bila terdapat sikap terbuka satu sama
lain dan kejujuran di antara anggota kelompok tersebut. Sikap saling
mengasihi dan saling terbuka ini dapat dilakukan bila ada kesediaan dari
masing-masing anggota untuk saling mengungkapkan perasaannya.
Sebaliknya, bila anggota bersikap tertutup dan tidak jujur maka persahabatan
akan hancur dan sikap ini merugikan. Alangkah baiknya bila anggota
kelompok saling mengatakan apa yang dirasakan sehingga kelompok tersebut
tidak hidup dalam kepura-puraan selama menjalin hubungan. Hal ini untuk
menghindari hubungan yang semu di dalam persahabatan.
Persahabatan sejati dapat terwujud bila di dalamnya terdapat sikap saling terbuka dan jujur satu sama lain. Kenyataannya adalah masih ada siswa
yang mengalami kesulitan dalam menyatakan perasaannya secara terbuka.
Mereka berpandangan bahwa mengungkapkan perasaan tidak enak kepada
siswa lain akan membuat hubungan persahabatan menjadi tidak baik. Ada
anggapan bahwa diam tidak mengungkapkan perasaan yang sebenarnya dan
menampilkan perilaku agresi akan membuat hubungan menjadi tetap aman,
baik, dan tidak terganggu. Pertanyaan yang timbul berkaitan dengan perilaku
asertif para siswa adalah: Sejauh manakah perilaku asertif para siswa putra
kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008? Sejauh
manakah perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael
Sleman tahun ajaran 2007/2008? Penelitian ini terpusat pada para siswa putra
transisi atau peralihan dalam mencari jati diri termasuk dalam hal berperilaku
asertif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA
Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008?
2. Bagaimanakah tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA
Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran tentang tingkat perilaku
asertif para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman
tahun ajaran 2007/2008.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru pembimbing sebagai bahan
pertimbangan dalam menyusun program bimbingan pribadi sosial kelas
XI SMA Santo Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008.
2. Hasil penelitian dapat digunakan oleh guru BK untuk membantu para
siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman tahun
memberikan informasi pada saat memberikan bimbingan pribadi-sosial
dengan topik layanan bimbingan perilaku asertif.
E. Definisi Operasional
Perilaku Asertif Para Siswa Putra dan Siswa Putri Kelas XI SMA Santo
Mikael Sleman tahun ajaran 2007/2008
Kemampuan para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael
Sleman tahun ajaran 2007/2008 dalam memberikan informasi, memberikan
opini atau sudut pandang, menyatakan kebutuhan dan perasaan, memberikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab kajian pustaka ini memuat landasan teori yang berkaitan dengan
masalah dalam penelitian ini, yaitu perilaku asertif, agresif, dan non-asertif para
siswa putra dan siswa putri.
A. Perilaku Asertif
1. Pengertian Perilaku Asertif Siswa
Perilaku asertif siswa adalah kemampuan siswa dalam mengungkapkan pendapat, gagasan, pikiran, maupun perasaannya dengan
jujur dan terbuka, tanpa ada keraguan dalam menjelaskan kepada siswa
lain; tidak berbelit-belit dalam mengungkapkan pendapat kepada siswa
lain, langsung membicarakan pokok persoalan sehingga siswa lain yang
mendengarkan mengalami juga persoalan yang dibicarakan; tidak
memutar-balikkan persoalan yang sebenarnya; tidak menutup-nutupi
masalah yang hendak disampaikan kepada siswa lain.
Lloyd (1991: 1) mendefinisikan perilaku asertif sebagai suatu
gaya atau bentuk wajar yang tidak lebih dari sikap langsung, jujur, dan
penuh respek pada saat berinteraksi dengan orang lain. Asertivitas
diperlukan agar hubungan menjadi sehat. Perilaku asertif adalah perilaku
yang disyaratkan untuk hasil “Sama-Sama Menang” (Win-Win Solution)
dalam negoisasi, pemecahan konflik, kehidupan keluarga, dan transaksi
bisnis yang normal.
Cawood (1997) menjelaskan bahwa perilaku asertif adalah suatu
ungkapan atau ekspresi yang langsung, jujur, dan pada tempatnya dari
pikiran, perasaan, kebutuhan, atau hak-hak anda tanpa kecemasan yang
tidak beralasan. Langsung berarti perilaku yang ditampilkan tidak
berputar-putar. Pesan yang disampaikan kepada orang lain jelas dan tidak
bersifat menghakimi. Mereka tidak berputar-putar dalam menyampaikan
sesuatu, serta tidak memanipulasi orang lain dalam menyampaikan pesan.
Perilaku yang jujur berarti perilaku yang laras. Semua isyarat yang terlihat seperti kata-kata yang diucapkan, gerak-gerik tubuh, dan perasaan
individu semuanya mengatakan hal yang sama. Perilaku pada tempatnya
berarti perilaku yang muncul dengan memperhitungkan hak-hak dan
perasaan orang lain maupun diri sendiri sesuai, suasana, waktu dan
tempat.
Menurut Adams dan Lenz (1995: 28), berperilaku asertif berarti
mengerti apa yang anda perlukan dan inginkan, dan dapat menjelaskannya
pada orang lain, bekerja dengan cara sendiri sambil tetap menunjukkan
hormat kepada orang lain. Lebih lanjut Adams dan Lenz menjelaskan
bahwa dalam berperilaku asertif individu membutuhkan kejujuran dan
2. Ciri-ciri Perilaku Asertif
Ciri-ciri orang yang memiliki perilaku asertif menurut Adams dan
Lenz (1995) ada enam ciri yaitu: (1) Orang yang asertif dapat bergaul
dengan jujur dan langsung menyatakan perasaan, kebutuhan-kebutuhan,
ide dan mempertahankan hak-haknya dengan cara yang tidak melanggar
hak dan kebutuhan orang lain. (2) Orang yang asertif tampak apa adanya,
terbuka, otentik, dan langsung dalam menyampaikan pikiran dan
perasaannya. (3) Orang yang asertif mampu bertindak demi kepentingan
diri sendiri dan mengambil inisiatif demi memenuhi kebutuhannya. (4)
Orang yang asertif berani untuk meminta informasi dan bantuan dari orang lain jika membutuhkan. (5) Bila mengalami konflik dengan orang
lain, orang yang asertif bersedia mencari penyelesaian yang memuaskan
kedua belah pihak, karena orang yang asertif memerlukan dan
menginginkan kerja sama dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya, orang yang asertif bersedia untuk bekerja sama dengan
orang lain dan berusaha membantu memenuhi kebutuhan orang tersebut.
(6) Orang yang bersikap asertif kecemasannya akan berkurang dan
semakin merasakan suatu kepuasan, meningkatkan harga diri dan
kepercayaan diri, sehingga kebutuhan yang penting akan semakin dapat
terpenuhi. Perilaku seperti ini membuat orang lain akan bereaksi lebih
positif sehingga hubungan akan menjadi lebih memuaskan.
3. Tujuan Perilaku Asertif
Perilaku asertif bertujuan untuk membina suatu hubungan atau
interaksi sosial yang baik dengan orang lain, tanpa ada pikiran dan
perasaan yang buruk terhadap orang lain pada saat melakukan percakapan
atau pembicaraan. Ada dua tujuan utama dari berperilaku asertif menurut
Cawood (1997), yaitu:
a. Perilaku asertif digunakan dengan tujuan supaya dialog tetap terbuka
dan berjalan hingga mencapai suatu tujuan yang masuk akal dan
dapat diwujudkan, membiarkan informasi baru dan pikiran-pikiran
serta perasaan-perasaan yang jujur mengalir secara timbal balik. Diharapkan dengan sikap ini tidak ada maksud dari pihak lain untuk
mengintimidasi, untuk mengesampingkan, untuk memaksa, atau
untuk mendapatkan apa yang diinginkan atau sebaliknya
menge-sampingkan hak-haknya.
b. Membangun sikap saling menghormati individu akan
mengembangkan harga diri orang lain dan diri sendiri. Perilaku asertif
individu diharapkan dapat membina dan meningkatkan perasaan
hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga dari
membangun sikap saling menghormati tersebut dapat membuat suatu
keputusan dan tindakan yang inovatif berdasarkan informasi yang
4. Unsur-unsur Perilaku Asertif
Peneliti merumuskan delapan unsur yang membentuk perilaku
asertif yang dapat dilatih berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Cawood (1997), Lloyd (1991), dan Adams dan Lenz (1995). Unsur-unsur
perilaku asertif yang dimaksud yaitu: a. Memberikan Informasi.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan informasi: 1) Bersikap lugas: memberikan informasi seperti apa adanya dengan
tidak menambah atau mengurangi isi pesan yang disampaikan
dan pengungkapannya menggunakan kalimat yang jelas dan mudah, supaya dapat ditangkap oleh lawan bicara. Hal ini
dilakukan agar lawan bicara mengambil kesimpulan sendiri
dengan bertanggung jawab tentang informasi yang diterima.
2) Memberikan informasi secara deskriptif: informasi yang
diberikan mencakup semua isi secara lengkap dan detail. Hal ini
dilakukan untuk menghindari penafsiran yang salah dari lawan
bicara bila informasi yang di berikan tidak lengkap dan bersifat
umum.
3) Mengemukakan pendapat secara jujur dan terbuka. Orang yang
asertif menghindari pengaruh kesan memaksa atau mengancam
lawan bicara karena dapat menghambat penyelesaian suatu
masalah yang dihadapi.
4) Memberikan kesempatan bagi orang lain untuk menggunakan
pikiran dan perasaannya dalam menyelesaikan suatu masalah dan
mampu menganalisis setiap situasi yang dihadapi dengan harapan
dapat mengambil kesimpulan sendiri.
b. Memberikan Opini atau Sudut Pandang.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan opini atau
sudut pandang:
1) Mempertahankan opini dari sudut pandang diri sendiri, dengan
memberikan opini atau sudut pandang yang berasal dari
pemikirannya sendiri.
2) Memiliki pemahaman yang jelas mengenai pandangan pendapat
diri sendiri dan mampu menjelaskan pandangan tersebut apa
adanya.
3) Mengutamakan kata “aku” dalam memberikan opini, pikiran,
atau wawasan sehingga menjadi lebih personal.
4) Menghindari kata “maaf” dalam menyampaikan pendapat atau
sudut pandang.
5) Menghindari memberikan informasi yang berbelit-belit.
Hendaknya informasi diberikan secara langsung dan jelas supaya
c. Menyatakan Kebutuhan atau Harapan.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyatakan kebutuhan
atau harapan:
1) Mengetahui secara jelas dan usahakan fokus pada apa yang
diinginkan saat ini.
2) Mengeksplisitkan asumsi-asumsi yang dimiliki secara jelas dan
tegas sehingga orang lain tidak salah menafsirkan kebutuhan atau
harapannya.
3) Mengundang reaksi orang lain dengan berhenti sejenak setelah
menyatakan kebutuhan dengan jelas dan ringkas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah orang lain sudah mendengar
dan menerima permintaan atau harapan yang disampaikan.
4) Menyampaikan kebutuhan dengan bahasa yang tegas dan mantap
tanpa mengesampingkan diri atau harapan sendiri. Hindari
pemakaian bahasa seperti berikut: “Aku tahu kamu barangkali
belum...”.
d. Menyatakan Pesan “Aku” atau I-Messages.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyatakan “pesan aku”
atau “I- Messages”:
1) Mengenali dan mengakui perasaan diri sendiri yang muncul saat
ini.
2) Mengakui perasaan dengan menggunakan “pesan aku” atau “I-
Messages”.
3) Menjabarkan atau menguraikan perasaan terhadap orang lain
secara jujur.
4) Tidak mengorbankan diri sebagai martir dan menghargai diri
sendiri.
e. Memberikan Keputusan Ya atau Tidak.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam memberikan keputusan ya
atau tidak:
1) Bersikap tegas dalam menentukan tujuan atau kebutuhan yang
ingin dicapai pada situasi saat ini. Tidak bersikap mendua atau
hanya ikut-ikutan saja tanpa memiliki prinsip yang jelas terhadap suatu masalah.
2) Menggunakan bahasa yang jelas dan tegas jika ingin atau
bermaksud mengatakan “Tidak”, tidak perlu menggunakan
perkataan yang bertele-tele.
3) Mempertahankan keputusan yang telah dibuat dan
mempertahankan pendapatnya.
4) Menggunakan bahasa yang halus jika menolak suatu permintaan.
Orang bisa menyampaikan perasaannya terhadap permintaan dan
memberikan informasi terhadap pertanyaan yang sifatnya minta
ijin. Misalnya: “Bolehkah saya pulang lebih awal?”. Terhadap
pertanyaan tersebut jika orang hendak menolak maka orang
informasi terhadap pertanyaan di atas untuk menolak dengan
menjawab: “Laporannya akan di ambil setengah jam lagi”.
f. Menyampaikan Kritik atau Pujian.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menyampaikan kritik atau
pujian:
1) Memberikan krtikan atau pujian secara jelas.
2) Menjelaskan konsekuensi yang dapat terjadi dari perilaku pada
orang-orang yang relevan.
3) Mengambil saat yang tepat dalam menyampaikan kritikan atau
pujian kepada orang lain sehingga pujian atau kritikan tersebut dapat diterima dengan baik.
4) Memberikan pujian atau kritikan secara obyektif dan sesuai
dengan keadaan orang yang diberikan kritikan atau pujian.
5) Pujian yang diberikan sebaiknya jujur dan tulus, bukan untuk
menyelubungi rencana-rencana yang tidak bisa ditangani sendiri
secara langsung. Pujian diberikan karena layak untuk dipuji.
Pujian merupakan ekspresi kesenangan atau keinginan atau
kekaguman yang langsung dan selaras yang diberikan pada waktu
dan tempat yang tepat. g. Merefleksi Kembali Isi Pesan.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam merefleksi kembali isi
pesan:
1) Mendengarkan dengan seksama pesan atau pertanyaan yang
diungkapkan dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan evaluasi
atau kesimpulan terhadap sesuatu yang didengar.
2) Merefleksikan atau memantulkan kembali isi pernyataan atau
pertanyaan dengan kata-kata sendiri atau menggunakan bahasa
tubuh yang menggambarkan penerimaan sehingga ada kesan
bahwa pernyataan atau pertanyaan yang diungkapkan orang lain
sungguh-sungguh didengarkan.
3) Merefleksikan kembali perasaan yang terlibat. Mereka mengakui
perasaan orang lain dengan membiarkan perasaan orang tersebut muncul tanpa menilai hal tersebut boleh atau tidak boleh. Mereka
mengakui perasaan orang lain berarti memahami perasaan orang
lain dan membiarkan orang yang bersangkutan merasakannya.
h. Menerima Kritik dan Pujian.
Berikut ini adalah cara orang asertif dalam menerima kritik dan
pujian:
1) Menyelidiki terlebih dahulu kritik yang disampaikan orang lain
dengan tetap bersikap tenang. Kritikan yang positif merupakan
kritikan yang bersifat membangun, bukan menjatuhkan.
2) Mencari alternatif dan saran-saran yang diperlukan untuk
membuka wawasan.
3) Mengakui kesalahan sendiri secara jelas dan tidak membuat
membuat kesalahan asalkan bersedia untuk bertanggung jawab
atas konsekuensi dari kesalahan yang dilakukan.
4) Mengabaikan kritik. Bila kritik yang disampaikan tidak relevan
dan bersikap memusuhi, orang yang asertif tidak menelusuri lagi
untuk mendapatkan informasi yang lebih baik.
5) Meresapkan pujian yang diterima, mengakui dan menghargai
pujian itu dengan jujur.
6) Tidak tergesa-gesa dalam membalas suatu pujian setelah
menerima pujian.
5. Manfaat Perilaku Asertif.
Perilaku asertif memiliki banyak manfaatnya bagi individu,
terutama dalam hal membangun interaksi sosial, supaya dapat menghargai,
menerima dan menghormati kehadiran orang lain. Menurut Cawood
(1997: 26) perilaku asertif sangat banyak manfaatnya khususnya dalam
menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain, sehingga kehadiran
seseorang sungguh-sungguh dihargai dan diakui sebagai pribadi. Hasil
yang tampak bila orang berperilaku asertif adalah sebagai berikut:
a. Bila orang bersikap asertif, maka orang tersebut akan berurusan
dengan pikiran yang nyata, perasaan nyata, dan kebutuhan nyata
untuk memecahkan masalah yang nyata. Orang tersebut akan terpusat
pada masalah masa kini, proses masa kini dan tidak terkekang oleh berbagai kekhawatiran masa lampau atau masa mendatang.
b. Rasa percaya diri akan meningkat. Orang menjadi lebih kreatif dan
lebih terbuka terhadap usaha mengambil resiko dari
tindakan-tindakan yang dipilih, karena pilihan yang diambil merupakan
penegasan akan hak, pikiran, dan perasaan seseorang dalam
meningkatkan penghargaan diri dan rasa percaya diri.
c. Hubungan diperkaya oleh perilaku asertif. Keterampilan dalam
berperilaku asertif dapat membangun sikap saling mempercayai dan
saling menghormati orang lain. Kepercayaan didasarkan antara lain
pada pengalaman bekerja bersama dan pada kemampuan mengelola
konflik, sehingga memunculkan keberanian dan kompetensi untuk mengawali kegiatan-kegiatan dan untuk mengatasi berbagai kesulitan
bersama orang lain.
Sedangkan manfaat perilaku asertif menurut Adams dan Lenz
(1995) antara lain:
a. Orang akan mampu memahami diri sendiri sepenuhnya. Orang dapat
mengenal dirinya dengan baik bila mengungkapkan diri kepada orang
lain.
b. Orang asertif menyadari kebutuhan masa kini dan berusaha untuk
mendapatkannya dengan berani mengungkapkan pendapat dan
kebutuhannya secara jujur, sehingga orang yang asertif akan selalu
hidup dalam kekinian. Mereka tidak hidup di masa lampau dan masa
c. Orang asertif memenuhi kebutuhan pokok pada saat bantuan dan
kerja sama dengan orang lain diperlukan. Mereka berani untuk
menyatakan kebutuhan dan keinginan yang diperlukan kepada orang
lain, sehingga orang lain mengetahui kebutuhan dan keinginan yang
diperlukan.
d. Orang asertif memiliki pribadi yang lebih menarik dengan berani
untuk mengungkapkan diri secara jujur, apa adanya, tanpa topeng dan
kepura-puraan, mencerminkan keadaan diri yang sesungguhnya. e. Perilaku asertif menambah rasa harga diri. Harga diri dan
kepercayaan diri akan semakin bertambah bila berani bersikap terbuka dan jujur terhadap orang lain, karena pengungkapan diri
menjadi lebih mudah setiap kali berhasil melakukannya.
f. Orang asertif mampu mengungkapkan diri secara timbal balik.
Mereka memiliki kesediaan untuk mengungkapkan diri dapat
membuka jalan bagi orang lain untuk mengungkapkan dirinya.
Kesalahpahaman yang terjadi dapat dijernihkan dan dapat dicegah.
Frustasi dan kebencian dapat berkurang, sehingga hubungan
persahabatan akan menjadi lebih dalam dan kaya. Aktivitas dapat
diperluas. Semakin orang terbuka dan mengenal diri sendiri, maka
orang lebih bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhannya dan
hidupnya.
g. Perilaku asertif dapat mencegah terjadinya keretakan hubungan.
rusaknya suatu hubungan, dan menjadi faktor utama dalam banyak
kasus perceraian.
6. Hambatan yang Dialami dalam Berperilaku Asertif
Orang cenderung memenuhi permintaan orang lain, karena orang
sulit untuk mengatakan “Tidak” kepada orang lain. Hal ini sering sekali
terjadi supaya hubungan dapat terus terjalin dengan orang lain. Adams dan
Lenz (1995) menyebutkan beberapa alasan orang tidak dapat menjawab
atau mengatakan “Tidak” terhadap pernyataan orang lain. Beberapa alasan
orang sulit mengatakan “Tidak” kepada orang lain antara lain:
a. Tidak menyangka akan tawaran mendadak yang diajukan oleh orang
lain.
b. Ingin menyenangkan orang lain yang membutuhkan persetujuan atau
dukungan.
c. Perasaan takut bila pernyataannya menyinggung perasaan orang lain.
d. Perasaan takut kehilangan teman dan hukuman yang diterima. e. Perasaan bersalah.
f. Keinginan untuk membela otoritas.
g. Harapan adanya timbal balik dari orang lain.
h. Kompromi dengan harapan masyarakat.
i. Ingin mengidentifikasi diri sendiri dengan orang lain.
j. Terbebani perasaan kewajiban atau tugas yang harus dijalankan.
l. Ada suatu kebutuhan akan kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Perilaku asertif individu perlu ditingkatkan supaya dapat
berkomunikasi dengan orang lain dan dapat bereaksi secara tepat terhadap
situasi yang sedang dihadapi. Individu mampu untuk bereaksi secara tepat
terhadap situasi yang dihadapi bila individu tersebut bersedia untuk
menjadi asertif.
B. Perilaku Agresif
Cawood (1997: 36) menulis bahwa perilaku agresif berarti hanya
memberikan pandangan-pandangan dan harapan-harapan anda sendiri pada tiap orang tanpa menerima sama sekali, tanpa memperhitungkan hak,
kebutuhan, perasaan, atau opini mereka. Sedangkan Adams dan Lenz (1995:
27) menjelaskan bahwa perilaku agresif berarti memenuhi keperluan sendiri
tetapi bertindak demikian dengan mengorbankan orang lain; bersikap tidak
peka (tidak acuh) atau berlawanan sama sekali dengan perasaan, ide, dan
kebutuhan orang lain. Lloyd (1991) mendefinisikan perilaku agresif sebagai
tindakan yang melanggar hak orang lain, menempatkan keinginan dan
kebutuhan pribadi di atas orang lain.
Perilaku agresif memiliki kaitan yang erat dengan kekuatan fisik
seseorang dalam menyerang orang lain. Bentuk serangan dari perilaku agresif
selain berupa perbuatan (kontak fisik) juga dapat berupa perkataan atau
ungkapan kalimat yang tajam dan dapat menyinggung perasaan orang lain (perilaku agresif verbal). Bagian dari perilaku agresif non-verbal dapat berupa
gerak tubuh, mimik wajah, dan volume suara. Seorang siswi yang membenci
temannya, memiliki kecenderungan untuk mencibirkan bibirnya setiap kali
ketemu dan membuang muka bila berpapasan dengan temannya tanpa
mengucapkan sepatah kata pun. Temannya yang mendapat perlakuan seperti
itu akan merasa tersinggung dan tertekan dengan perilaku siswi tersebut
merupakan contoh perilaku agresif. Perilaku agresif yang tampak seperti
contoh di atas termasuk cara untuk memenuhi kebutuhan mengungkapkan
perasaan marah dengan membuat orang lain menjadi tersinggung dan tertekan.
Usaha mengurangi agresivitas dapat dilakukan dengan menggunakan
salah satu cara yaitu dengan mengungkapkan perasaan melalui proses yang dikenal dengan istilah katarsis yaitu pelepasan energi yang berlebihan akibat
emosi.
Agresivitas dapat diungkapkan secara langsung dan tidak langsung.
Pengungkapan perilaku agresif secara langsung artinya dalam
mengekspresikan perasaan atau pikirannya disampaikan secara langsung
kepada orang lain atau benda yang menyebabkan frustasi. Pengungkapan
perilaku agresif secara tidak langsung artinya dalam mengekspresikan
perasaan atau pikirannya disalurkan secara tidak langsung kepada orang lain
atau benda yang menyebabkan frustasi. Contohnya: siswa yang marah kepada
temannya, melampiaskan amarahnya dengan menuliskan perasaan marahnya
C. Perilaku Non-Asertif
Menurut Adams dan Lenz (1995: 25) perilaku non-asertif berarti tidak
menyatakan perasaan, pikiran, kebutuhan, keinginan, pendapat anda kepada
orang lain kurang bertindak demi diri sendiri untuk memenuhi kebutuhan
penting anda. Dengan tidak menjadi asertif maka orang akan membiarkan
keinginan dan kebutuhan serta hak orang lain menjadi lebih penting daripada
keinginan, kebutuhan dan haknya sendiri. Cawood (1997) menerangkan
perilaku non-asertif sebagai perilaku yang pasif, yaitu perilaku yang hanya
bisa menerima (menerima pandangan-pandangan dan harapan-harapan setiap
orang) tanpa memberikan pendapatnya sendiri (tidak menegaskan opini-opini, kebutuhan-kebutuhan, dan hak-hak diri sendiri).
Perilaku non-asertif dapat dilihat bila seseorang selalu berusaha
menghindari konflik, bahkan mendiamkan orang lain yang menyebabkan
konflik dengan perasaan benci, takut, marah, rasa tidak puas dan bahkan
dendam yang berkepanjangan bila diperlukan. Kecenderungan perilaku
non-asertif adalah memenangkan harapan orang lain dan menjunjung tinggi
pandangan serta kebutuhan orang lain dan menekan kebutuhan serta
pandangannya sendiri.
Orang yang memiliki perilaku non-asertif cenderung kurang
menghargai dirinya sendiri. Kurang menghargai diri sendiri merupakan salah
satu ciri yang negatif dari perilaku non-asertif. Perilaku yang ideal adalah
perilaku asertif, yaitu perilaku yang mendorong hubungan yang jujur dan terbuka.
Menurut Adams dan Lenz (1995), ciri-ciri perilaku non-asertif ada
empat, antara lain:
1. Orang yang berperilaku non-asertif cenderung untuk menghindari konflik.
2. Orang yang berperilaku non-asertif lebih mengutamakan reaksi daripada
melakukan aksi.
3. Orang yang berperilaku non-asertif menggunakan lebih banyak waktu dan
energi untuk menanggapi yang dikatakan dan dilakukan orang lain
daripada mengambil inisiatif untuk berkomunikasi dan bertindak atas
kemauan sendiri.
4. Orang yang berperilaku non-asertif sering menangguhkan kebutuhannya
daripada kebutuhan orang lain, mereka lebih mendahulukan kebutuhan
orang lain daripada kebutuhannya sendiri.
Ciri-ciri perilaku non-asertif menurut Cawood (1997: 31) yaitu:
1. Orang cenderung untuk bersikap manis (berpura-pura). Sikap manis yang
ditunjukkan ini bukanlah sikap manis yang sebenarnya yang
mengekspresikan perasaannya, melainkan sikap pura-pura yang
disebabkan tidak berani untuk mengungkapkan opini, ide, kebutuhan, dan
haknya kepada orang lain.
2. Orang non-asertif merasa bertanggung jawab atas perasaan-perasaan
orang lain yang tersinggung, kecewa, atau marah.
3. Perilaku non-asertif dapat menghalangi tindakan nyata dan kemajuan
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Asertif
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
asertif yaitu jenis kelamin dan pola pengasuhan orang tua dalam keluarga.
1. Jenis Kelamin
Menurut Adams dan Lenz (1995) kaum pria sering tidak bebas
dalam mengungkapkan pikiran dan kebutuhannya. Hal ini disebabkan pria
tidak ingin menunjukkan kelemahannya akibatnya anak-anak lelaki sering
menggunakan kekerasan (agresif) daripada anak perempuan dalam
menangani permasalahan. Pria lebih agresif daripada wanita (Sears, dkk;
1985: 212).
Pendapat di atas menunjukkan bahwa kaum pria lebih
menunjukkan perilaku agresif daripada kaum perempuan. Hal tersebut
dapat diartikan bahwa kaum perempuan lebih asertif daripada kaum pria.
2. Pola Pengasuhan Orang Tua dalam Keluarga
Menurut Hurlock (1992) terdapat tiga pola pengasuhan orang tua
terhadap anak, yaitu otoriter, demokratis, dan permisif. a. Otoriter
Anak diharapkan patuh terhadap perintah orang tua tanpa
menjelaskan alasan yang tepat. Apabila anak tidak mengikuti perintah
orang tua (disengaja atau tidak), maka anak akan diberi hukuman
fisik.
b. Demokratis
Orang tua ini menjelaskan bahwa mereka telah membuat
peraturan beserta alasannya. Apabila anak bertingkah laku tidak
sesuai dengan yang diharapkan orang tua, maka orang tua masih
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan
alasannya, sebelum orang tua memberikan hukuman. c. Permisif
Orang tua kurang terlibat dalam menetapkan aturan dan
membimbing anak. Orang tua jarang bahkan tidak pernah memberi
hukuman kepada anak dengan harapan anak dapat mengambil pelajaran dari pengalamannya.
Pola pengasuhan yang dapat membentuk siswa berperilaku asertif
adalah pola pengasuhan demokratis, sedangkan pola pengasuhan yang
tidak membentuk perilaku asertif siswa adalah pola pengasuhan otoriter
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis penelitian, instrumen pengumpul data, populasi
penelitian, pelaksanaan dalam pengumpulan data, dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan menggunakan
metode survei, yang bertujuan menggambarkan suatu gejala pada saat
penelitian dilakukan (Furchan, 2005: 447). Survei dapat digunakan bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan
kondisi-kondisi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk
menilai keefektifan program (Furchan, 2005: 457). Penelitian ini
dimaksudkan untuk menggambarkan perilaku asertif para siswa putra dan
putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008.
B. Instrumen Pengumpul Data 1. Kuesioner
Alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti adalah
kuesioner perilaku asertif yang disusun oleh peneliti. Kuesioner ini
mengukur perilaku asertif yang terdiri dari memberikan informasi,
memberikan opini atau sudut pandang, menyatakan kebutuhan dan perasaan, memberikan keputusan ya atau tidak, memberikan pertanyaan,
menyatakan “pesan aku”, memberikan kritik dan pujian, menerima kritik
dan pujian.
Kuesioner perilaku asertif dikembangkan dari teori yang tersaji
dalam bab II. Kisi-kisi kuesioner perilaku asertif digambarkan pada tabel
berikut ini:
Tabel III.1 Kisi-Kisi Kuesioner Perilaku Asertif No Aspek Perilaku Asertif No Item
Favourable
a. Kuesioner perilaku asertif dengan item pernyataan positif: skor untuk
jawaban jarang memiliki skor 2, dan jawaban tidak pernah memiliki
skor 1.
b. Kuesioner perilaku asertif dengan item pernyataan negatif: skor untuk
jawaban selalu memiliki skor 1, jawaban sering memiliki skor 2,
jawaban jarang memiliki skor 3, dan jawaban tidak pernah memiliki
skor 4.
c. Kuesioner item pernyataan pilihan ganda: skor untuk jawaban A
memiliki skor 4, jawaban B memiliki skor 3, jawaban C memiliki
skor 2, dan jawaban D memiliki skor 1. 3. Reliabilitas dan Validitas Kuesioner
a. Reliabilitas Kuesioner
Reliabilitas kuesioner adalah derajat keajegan alat tersebut
dalam mengukur apa saja yang diukurnya (Furchan, 2005: 310).
Pendekatan yang digunakan untuk memeriksa reliabilitas kuesioner
adalah teknik belah dua gasal-genap (Split Half Method). Teknik
belah dua membagi instrumen menjadi dua bagian yaitu bagian
pertama berupa item-item yang bernomor gasal, dan bagian kedua
berupa item-item yang bernomor genap. Koefisien korelasi skor item
Keterangan rumus:
XY
r = korelasi skor-skor belahan gasal dan genap
N = jumlah subyek
X = skor item belahan gasal
Y = skor item belahan genap
XY = hasil perkalian antara skor X dan skor Y
Hasil penghitungan korelasi skor gasal-genap adalah:
(
)( )
{
132509245 131125401}{
132233530 130873600}
130999440Koefisien reliabilitas kuesioner perilaku asertif para siswa putra dan
putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008
menggunakan rumus Spearman-Brown:
Keterangan rumus:
Hasil penghitungan reliabilitas kuesioner perilaku asertif para siswa
putra dan putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran
2007/2008 adalah:
Tabel III.2 Kualifikasi Koefisien Korelasi Suatu Alat Ukur Koefisien Korelasi Kualifikasi Sumber: Masidjo, 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
Yogyakarta: Kanisius. Hal 209
Hasil penghitungan reliabilitas yang diperoleh rtt =0.97. Reliabilitas
Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 dalam penelitian ini
termasuk sangat tinggi.
b. Validitas Kuesioner
Validitas suatu alat pengukur adalah derajat ketepatan dan
ketelitian alat tersebut dalam mengukur apa yang seharusnya diukur.
Validitas menunjukan sejauh mana alat pengukur mampu mengukur
apa yang seharusnya diukur (Furchan, 2005 : 293). Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity)
sebab item-item pernyataan dari kuesioner perilaku asertif
mencerminkan isi yang dikehendaki dan tujuan yang terdapat di
dalam wilayah isi. Pengesahan validitas isi didasarkan pada pertimbangan dari para ahli (expert judgement). Peneliti meminta
pendapat dan mengkonsultasikan kuesioner perilaku asertif kepada
dosen pembimbing untuk memeriksa setiap butir item pernyataan
kuesioner perilaku asertif tersebut, supaya setiap item pernyataan
yang dibuat tepat dengan rumusan masalah, definisi operasional,
konsep aspek dan sub-aspek, sesuai dengan tujuan penelitian perilaku
asertif para siswa putra dan putri di SMA Santo Mikael Sleman
Tahun Ajaran 2007/2008.
C. Populasi Penelitian
penelitian ini yaitu para siswa kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun
Ajaran 2007/2008 terdiri dari dua kelas yaitu kelas XI IA dan XI IS, dengan
jumlah siswa 62 siswa, yang terdiri atas 31 orang siswa putra dan 31 orang
siswa putri. Ada tujuh siswa yang tidak masuk, sehingga populasi penelitian
berjumlah 55 siswa.
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
Peneliti menghubungi pihak sekolah SMA Santo Mikael Sleman
sebelum melaksanakan pengumpulan data pada hari Kamis jam 09.00 WIB,
tanggal 28 Februari 2008.
Peneliti menemui oleh Ibu Siti Hartini, B.A., selaku Koordinator Bimbingan dan Konseling, untuk meminta ijin melakukan pengumpulan
data, dan pada hari Kamis jam 09.00 WIB, tanggal 28 Februari 2008,
peneliti menyerahkan surat ijin penelitian kepada pihak sekolah serta
membuat kesepakatan mengenai hari dan jam yang akan digunakan oleh
peneliti untuk pengumpulan data.
Pada akhirnya peneliti dapat melakukan pengumpulan data pada hari
Senin, tanggal 03 Maret 2008 pukul 09.15-10.00 WIB di kelas XI IS 2 dan
pada hari Kamis, tanggal 07 Maret 2008 pukul 09.30-10.10 WIB di kelas XI
IS 1, dan pada pukul 10.15-11.00 WIB di kelas XI IA.
E. Teknik Analisis Data
Mean berarti angka rata-rata. Ukuran kecenderungan memusat yang
paling banyak dipakai adalah mean, yang terkenal dengan rata atau
rata-rata hitung (Furchan, 2005: 158). Penentuan kategori rendah dan kategori
tinggi berdasarkan Mean, dikarenakan Mean mempunyai stabilitas yang
terbesar (Hadi, 2004: 59). Penghitungan mean adalah “Jumlah nilai-nilai
dibagi dengan jumlah individu” (Hadi, 2004: 40). Skor > Mean termasuk
kategori tinggi. Skor < Mean termasuk kategori rendah. Penghitungan Mean
menggunakan rumus:
Hasil dari penghitungan Mean adalah:
55
perilaku asertif dan siswa yang memperoleh skor < 416 termasuk rendah
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil penelitian mengenai tingkat perilaku asertif siswa
putra, tingkat perilaku asertif siswa putri dan pembahasan hasil penelitian.
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah
penelitian. Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah : (1) bagaimana
tingkat perilaku asertif para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael
Sleman Tahun Ajaran 2007/2008, dan (2) bagaimana tingkat perilaku asertif para siswa putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran
2007/2008.
Ada dua kategori tingkat perilaku asertif para siswa putra dan siswa
putri kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman yaitu kategori rendah (R) dan
kategori tinggi (T). Penentuan kategori rendah dan kategori tinggi
berdasarkan Mean. Siswa yang memperoleh skor > Mean termasuk kategori
tinggi (T) sedangkan siswa yang memperoleh skor < Mean termasuk kategori
rendah (R).
Hasil penghitungan data disajikan dalam tabel di bawah ini:
Tabel IV.I Perilaku Asertif Para Siswa Putra dan Siswa Putri Kelas XI SMA MIKAEL Sleman Tahun Ajaran 2007/2008
Perilaku Asertif Total
Jenis Kelamin
R % T % ∑ %
Putra 23 74.19 8 25.81 31 100
Putri 0 100 24 100 24 100
Total 23 41.81 32 58.18 55 100
Sumber: Data Penelitian, Maret 2008
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan:
1. Tingkat perilaku asertif mayoritas para siswa putra kelas XI SMA Santo
Mikael tahun ajaran 2007/2008 rendah (23 siswa; 74,19%). Siswa putra
yang memiliki tingkat perilaku asertif tinggi hanya sebanyak 8 siswa
(25,81%).
2. Tingkat perilaku asertif semua siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael
tahun ajaran 2007/2008 tinggi (24 siswa; 100%).
B. Pembahasan
Hasil dari penelitian ini adalah siswa putra yang memiliki perilaku
asertif yang rendah lebih banyak daripada jumlah siswa putra yang memiliki
perilaku asertif yang tinggi, sedangkan semua siswa putri memiliki tingkat
perilaku asertif tinggi.
Tingginya perilaku asertif siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael
1. Bersikap Lugas Dalam Memberikan Informasi
Siswa putri sudah dapat bersikap lugas dalam memberikan informasi atau
mengungkapkan pendapat kepada guru dan teman-temannya di sekolah
dengan tidak menambah atau mengurangi isi pesan yang disampaikan,
dan informasi tersebut diungkapkan dengan menggunakan kalimat yang
jelas dan mudah, sehingga informasi tersebut dapat ditangkap oleh orang
lain dengan baik. Informasi yang diberikan oleh siswa putri mencakup
semua isi secara lengkap dan jelas, sehingga orang lain dapat mengerti
maksud dari informasi yang disampaikan. 2. Memberikan Opini atau Sudut Pandang
Siswa putri sudah dapat memberikan opini atau sudut pandang kepada guru atau teman-temannya di sekolah secara langsung disertai
pemahaman yang jelas dan menghindari memberikan informasi yang
berbelit-belit kepada orang lain, sehingga proses komunikasi dapat
berjalan dengan lancar.
3. Menyatakan Kebutuhan atau Harapan
Siswa putri sudah mengetahui keinginan atau kebutuhan untuk
memperoleh informasi secara jelas sehingga informasi yang diperoleh
tidak menimbulkan salah penafsiran. Siswa menyampaikan keinginan
atau kebutuhannya dengan bahasa yang tegas dan mantap tanpa
mengesampingkan diri atau harapan sendiri.
4. Menyatakan Pesan “Aku” I-Messages
Siswa putri sudah dapat mengakui dan mengutarakan perasaan yang
dialami kepada guru dan teman-temannya secara jujur dengan
menggunakan “I-Message” atau “pesan aku”.
5. Memberikan Keputusan Ya atau Tidak
Siswa putri sudah berani memberikan dan mempertahankan keputusan
“YA” atau “TIDAK” secara tegas dan tidak berbelit-belit dalam
memberikan keputusan kepada guru dan teman-temannya. 6. Menyampaikan Kritik atau Pujian
Siswa putri sudah dapat memberikan kritikan dan pujian kepada guru
maupun teman-temannya secara jelas, jujur, tulus, dan objektif, sesuai dengan keadaan orang yang diberikan kritikan atau pujian agar tidak
menimbulkan sikap permusuhan.
7. Merefleksi Kembali Isi Pesan
Siswa putri sudah dapat mendengarkan dengan seksama pesan yang
diungkapkan dan tidak tergesa-gesa dalam memberikan kesimpulan.
Siswa memberikan pertanyaan dengan kata-kata sendiri dan mengakui
perasaan yang dialami. 8. Menerima Kritik dan Pujian
Siswa putri sudah dapat menyelidiki kritikan yang ditujukan kepada
dirinya agar tidak menimbulkan kesalah-pahaman dengan orang lain.
kritikan tersebut memang benar dan bermaksud baik untuk mengingatkan
agar tidak mengulangi kesalahan kembali. Pujian yang diterima dari guru
atau teman-temannya direspon dengan baik dan mengakui bahwa pujian
tersebut tulus dan jujur.
Siswa putri SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007 / 2008
lebih asertif daripada siswa putra. Perilaku asertif siwa putri SMA Santo
Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007 / 2008 yang tinggi tersebut dapat
diduga berhubungan dengan lingkungan keluarga yang baik dan
kepercayaan diri yang tinggi.
Keluarga yang memberikan kesempatan kepada anggota
keluarganya untuk menyatakan perasaan, kebutuhan-kebutuhan, ide, dan pendapatnya secara terbuka, bebas, tanpa rasa takut, cemas, maupun
terpaksa, membantu individu tersebut menghargai ungkapan pikiran dan
perasaan orang lain. Keluarga yang saling menghargai keberadaan setiap
anggota keluarganya, dapat mempengaruhi setiap anggota keluarga untuk
menghargai keberadaan orang lain ketika berada di luar rumah. Perilaku
asertif tersebut dapat memberikan dampak positif pada individu tersebut,
yaitu mengurangi perasaan malu, cemas, dan takut, mampu menghargai
dirinya sendiri, lebih percaya diri, kepuasan diri, serta membuat hubungan
dengan orang lain akan lebih memuaskan.
Siswa putri SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007 / 2008
yang memiliki kepercayaan diri sudah dapat menghargai dirinya sendiri, memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan,
kebutuhan, ide, dan pendapatnya kepada orang lain secara jujur, langsung,
terbuka, dan lugas. Siswa memiliki keberanian dikarenakan siswa
memiliki kepercayaan bahwa orang lain bersedia memenuhi
kebutuhannya. Kepercayaan diri juga mempengaruhi hubungannya ketika
bergaul dengan orang lain.
Sebagian besar siswa putra kelas XI SMA Santo Mikael Tahun Ajaran
2007/2008 masih memiliki perilaku asertif rendah. Perilaku asertif para siswa
putra kelas XI SMA Santo Mikael Tahun Ajaran 2007/2008 yang rendah
tersebut nampak dalam beberapa hal berikut ini: (1) Siswa putra kurang
paham terhadap dirinya sendiri. (2) Siswa tidak berani mengungkapkan
pikiran dan perasaannya terhadap guru atau teman-temannya karena takut menyinggung guru atau teman-temannya. (3) Siswa mengalami kesulitan
dalam bekerja sama dengan teman-temannya di dalam kelas dan di luar kelas
dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah karena merasa terbebani oleh tugas
yang harus dikerjakan. (4) Siswa tidak berani menolak tawaran atau ajakan
orang lain. Siswa kesulitan berkata “Tidak”, karena ingin menyenangkan
orang lain dan mendapat teman. (5) Siswa tidak bersedia mendengarkan
pendapat, informasi, gagasan, atau ide dari orang lain karena takut salah
paham.
Para siswa putra kelas XI SMA Santo Mikael Tahun Ajaran
2007/2008 yang masih memiliki perilaku asertif rendah, perlu mendapatkan
1. Meningkatkan Pemahaman Diri Siswa
Siswa menemukan kekurangan dan kelebihan yang terdapat dalam
dirinya sehingga siswa dapat mengoptimalkan kelebihan-kelebihan yang
dimiliki. Siswa memiliki wawasan tentang dirinya sendiri sehingga dapat
menerima atau memberikan kritik dan pujian dengan terbuka tanpa
perasaan cemas atau bersalah.
2. Meningkatkan Kepercayaan Diri Siswa
Siswa diajak untuk lebih aktif dalam mengikuti setiap kegiatan
belajar di dalam kelas. Guru pembimbing memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya menggunakan kalimat yang mudah
dimengerti, atau menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru menggunakan kalimat yang tidak berbelit-belit. Guru memberikan tugas
kepada siswa sebagai pemimpin atau ketua kelompok dalam diskusi
kelompok agar siswa berlatih untuk membuat keputusan dan konsisten
dengan keputusan yang dibuatnya. Siswa menjadi pembicara dalam suatu
pertemuan atau rapat kegiatan sekolah agar siswa berlatih memberikan
penjelasan atau informasi dengan kata-kata yang tegas, singkat dan
langsung pada pokok permasalahan. Siswa berlatih menggunakan
kata-kata “Saya...” atau I-Messages ketika memberikan informasi, menerima
pendapat orang lain, mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
guru atau teman-temannya atau ketika menolak pendapat atau gagasan
orang lain dengan ekspresi dan bahasa yang tegas.
3. Berani Menjadi Diri Sendiri
Siswa berlatih untuk menjadi diri sendiri dengan menerima
keadaan dirinya sendiri dan berusaha mengoptimalkan
kelebihan-kelebihan atau potensi yang ada di dalam dirinya. Keberanian untuk
mengungkapkan ide-ide atau pendapat secara jujur dan terbuka terhadap
orang lain akan menambah harga diri dan kepercayaan diri. Dengan
mengenal diri sendiri secara utuh, maka siswa dapat lebih bertanggung
jawab pada dirinya sendiri dan dapat bekerja sama dengan
teman-temannya di dalam kelas ataupun di luar kelas dalam mengerjakan
tugas-tugas sekolah.
4. Belajar Berkata “Tidak”
Siswa berlatih membuat keputusan secara tegas, bertanggung
jawab dan berterus terang tentang keputusan yang diambilnya sehingga
tidak menyinggung perasaan orang lain. Ketika menerima atau menolak
permintaan orang lain, siswa menggunakan kalimat yang tegas dan tidak
berbelit-belit.
5. Menjadi Pendengar Aktif
Siswa berlatih menerima atau menanggapi pendapat, informasi,
gagasan, atau ide dari orang lain dengan mendengarkan secara
sungguh-sungguh. Pesan yang disampaikan kemudian diuraikan kembali oleh
siswa dan memahami isi pesan tersebut agar tidak terjadi salah
BAB V PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dalam
meningkatkan perilaku asertif para siswa putra dan putri kelas XI di SMA
SANTO MIKAEL SLEMAN Tahun Ajaran 2007/2008.
A. Kesimpulan
Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa semua siswa putri kelas XI
SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 memiliki perilaku asertif
tinggi, sedangkan sebagian besar siswa putra kelas XI SMA Santo Mikael
Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 memiliki perilaku asertif rendah.
B. Saran
Manfaat penelitian ini dapat dirasakan oleh para siswa yang memiliki
perilaku asertif tinggi adalah para siswa putri. Kemampuan tersebut harus
dipertahankan dengan terus melatih dan mempraktekkan perilaku asertif
dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian ini akan disampaikan kepada para siswa putra dan
siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008,
sehingga para siswa putra dan siswa putri kelas XI SMA Santo Mikael
Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 dapat mengenal diri dan memperbaiki diri
dalam berperilaku asertif. Para siswa putra kelas XI di SMA Santo Mikael Sleman Tahun Ajaran 2007/2008 yang masih memiliki perilaku asertif rendah
perlu berlatih dan mempraktekkan setiap aspek perilaku asertif setiap hari,
supaya para siswa putra yang perilaku asertifnya rendah memiliki perilaku
asertif tinggi.
Bantuan dapat diberikan oleh pihak sekolah melalui pelayanan
bimbingan konseling pribadi - sosial sesuai dengan masalah perilaku asertif
siswa. Tujuan dari bimbingan perilaku asertif adalah supaya para siswa
berperilaku asertif dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat, sehingga persoalan yang terkait dengan perilaku
asertif rendah dapat diselesaikan siswa tanpa merugikan pihak lain. Salah satu
wujud perilaku asertif adalah siswa dapat membuat keputusan secara
DAFTAR PUSTAKA
Adams, Linda. (1995). Jadilah Diri Anda Sendiri. Jakarta: Gramedia.
Cawood, Diana. (1997). Manajer Yang Asertif. Jakarta: Gramedia.
Furchan, Arief. (2005). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Garret, Henri. (1967). Statistics In Psychology And Education. London, Longmans, Geen and Co.
Guilford, JP and B. Fruchter. (1965). Fundamental Statistics in Psychology and Education. New York, Mc Graw-Hill, Inc.
Hadi, Sutrisno.(1960). Statistika. Yogyakarta: Andi Offset.
Hurlock, E. B. (1992) . Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Lloyd, Sam. (1990). Mengembangkan Perilaku Asertif Yang Positif. Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Masidjo, Ignasius. (1995). Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa Di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.
Patterson, C.H. (1962). Counseling And Guidance In Schools. New York, Harper and Row, Inc.
Sears, dkk. (1985). Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
KUESIONER PERILAKU ASERTIF Kata pengantar,
Pada kesempatan ini, saya memohon kesediaan anda untuk menjawab pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini. Maksud dari kuesioner ini adalah untuk mengetahui tentang perilaku asertif anda sebagai siswa. Informasi yang anda berikan dengan menjawab kuesioner ini, akan diolah dan hasilnya akan digunakan untuk mengembangkan kegiatan bimbingan dan konseling yang akan membantu pengembangan diri anda.
Kuesioner ini bersifat rahasia, dan jawaban anda tidak akan mempengaruhi nilai rapor anda. Oleh karena itu, saya mengharapkan anda menjawabnya secara jujur, sesuai dengan pengalaman anda sendiri.
Atas bantuan anda, saya mengucapkan banyak terima kasih.
Petunjuk:
a. Isilah identitas diri terlebih dahulu dengan jelas.
b. Bacalah masing-masing pernyataan berikut dengan teliti. Kemudian tentukanlah seberapa sering anda melakukan hal-hal pada setiap butir item pernyataan ini. Alternatif jawabannya adalah sebagai berikut:
SLL : Selalu
d. Periksa kembali jawaban anda, dan pastikan semua pernyataan sudah anda isi.
Nama
Sekolah : ________________________________ No. Soal : ____________________ Kelas / Jur : ________________________________ Tgl. Pengisian : ____________________ Jenis Kelamin : Laki-laki / Perempuan
SLL : SELALU JRG : JARANG
SRG : SERING TP : TIDAK PERNAH
ALTERNATIF JAWABAN
NO PERNYATAAN
SLL SRG JRG TP
1 Saya menyampaikan informasi kepada guru apa adanya secara tegas, jelas, dan singkat
2 Saya tidak menyatakan pendapat saya dengan jujur kepada teman 3 Saya berani mengungkapkan keinginan saya kepada orang lain 4 Saya kurang tegas dibandingkan banyak orang di sekitar saya 5 Saya menyampaikan alasan yang jelas ketika memberikan pujian 6 Saya bertanya terlebih dahulu keberatan atau tidak sebelum saya
meminta bantuan orang lain
7 Saya menerima dengan tulus pujian yang diberikan kepada saya 8 Saya tidak menyampaikan informasi kepada teman apa adanya
secara tegas, jelas, dan singkat
9 Saya tidak menyatakan pendapat saya dengan jujur kepada guru 10 Saya mengambil alih tugas orang lain karena saya membutuhkan
tugas tersebut selesai hari ini juga
11 Saya mengambil keputusan ya atau tidak bila semua fakta sudah saya gabungkan terlebih dahulu
12 Saya menyampaikan alasan yang jelas ketika memberikan kritikan 13 Sebelum menerima atau menolak suatu tugas yang belum saya
pahami, saya akan menanyakan tugas itu terlebih dahulu 14 Saya tidak menerima pujian secara langsung
15 Saya berani mengingatkan teman supaya mengembalikan barang yang dipinjam
16 Saya memberikan jawaban dengan jelas bila pertanyaan yang diajukan tidak berbelit-belit
17
Saya malu menukar barang rusak yang baru saja saya beli dari toko, dan berpikir lebih baik saya menerima barang tersebut daripada membuat keributan
18 Saya menjawab YA bila saya setuju dan TIDAK bila saya tidak setuju
19 Saya menyatakan contoh hal yang saya puji dengan jelas sehingga orang lain paham bahwa pujian yang saya berikan memang pantas