• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Nk Zahroh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU MELALUI SUPERVISI AKADEMIK. Nk Zahroh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Nk Zahroh

(IAI Nurul Jadid Paiton Probolinggo, Email: zahrohnk@gmail.com) Abstract : Professional teachers are teachers who have the compe-tencies required to perform the task of education and teaching. This study uses a rationalistic qualitative approach and data collection techniques apply observation, interviews, and documentation, which are enhanced by triangulation to test its validity. The data then are processed and analyzed using the method of data reduction, data presentation, and verification. Once the data is processed and ana-lyzed, then produced several research findings.

Keywords : Competency, Teacher professionalism and Academic Supervision

Pendahuluan

Guru adalah salah satu unsur yang berperan sangat penting demi tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan nasional dimaksud. Guru merupakan suatu pekerjaan profesional, yang memerlukan suatu keahlian khusus. Karena keahliannya bersifat khusus, guru memiliki peranan yang sangat penting dan strategis dalam kegiatan pembelajaran, yang akan menentukan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam sistem pendidikan dan pembelajaran dewasa ini kedudukan guru dalam proses pembelajaran di sekolah belum dapat digantikan oleh alat atau mesin secanggih apapun. Keahlian khusus itu pula yang membedakan profesi guru dengan profesi yang lainnya. Dalam kasus profesi yang berubah perlahan-lahan yaitu mengajar, pendidik terus berjuang menemukan jalan untuk menyeimbangkan kemampuan dengan

(2)

tanggung jawab moral, dan untuk menyakini bahwa mereka dapat mendidik semua anak.

Dalam upaya mengembangkan profesi dan kompetensi guru dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional, dapat dilakukan melalui beberapa strategi atau model. Pengembangan tenaga kependidikan (guru) “dapat dilakukan dengan cara on the job training dan in service training”.

Pengembangan profesionalisasi guru dilakukan berdasarkan kebutuhan institusi, kelompok guru, maupun individu guru sendiri. Dari perspektif institusi, pengembangan guru dimaksudkan untuk merangsang, memelihara, dan meningkatkan kualitas staf dalam memecahkan masalah-masalah keorganisasian. Pengembangan guru berdasarkan kebutuhan institusi adalah penting, namun yang paling berperan penting adalah berdasar kebutuhan individu guru untuk menjalani proses profesionalisasi.1 Tuntutan untuk meningkatkan

kompetensi guru bila tidak dibarengi dengan kemauan, tekad dan kreativitas yang tumbuh dari diri sendiri, maka akan sia-sia, tidak bermanfaat.

Kompetensi Profesional

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen tertulis bahwa kompetensi adalah seperangkat pengeta-huan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, diku-asai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas ke-profesionalan. Pada Undang-Undang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh mela-lui pendidikan profesi.2

Melalui penjabaran dalam Undang-Undang Guru dan Dosen dalam pasal 10 ayat (1) yang menjelaskan tentang penguasaan materi

1Udin, Saud, Pengembangan Profesi. 98.

(3)

saan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keil-muan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.

Demikian halnya dengan Peraturan Pemerintah tentang Guru yang lebih menjelaskan secara detail tentang UU 14 tahun 2005 ten-tang Guru dan Dosen yaitu PP No. 74 tahun 2008 Pasal 3 ayat (7) se-bagai berikut:

Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kemampuan Guru dalam menguasai pengeta-huan bidang ilmu pengetapengeta-huan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:

a. materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan

b. konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau ko-heren dengan program satuan pendidikan, mata pelaja-ran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diam-pu.3

Istilah kompetensi menurut Broke dan Stone adalah Kompe-tensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.4 Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, kompetensi berarti kewenangan (kekuasaan) untuk me-nentukan (memutuskan sesuatu).5

Seperti dalam penjelasan Undang-Undang 14 tahun 2005 ten-tang Guru dan Dosen Pasal 10 ayat (1) yang dimaksud dengan

kom-3PP 74 tahun 2008 tentang Guru Pasal 3 ayat (7)

4Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998).

Hlm. 14

5 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(4)

petensi professional kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, sedang dalam PP No. 74 tahun 2008 tentang Guru Pasal 7 memaparkan kompetensi professional yaitu penguasaan materi, konsep dan metode disiplin keilmuan, tetapi pembahasan hanya dibatasi pada penguasaan materi. Dan hal ini sesuai dengan fokus penelitian yang terdapat dua materi yang harus dikuasai, yaitu materi mata pelajaran pendidikan agama Islam dan materi mata pela-jaran umum, yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi men-jadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

2. Mata Pelajaran Umum

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Un-dang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfung-si mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta pera-daban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehi-dupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta di-dik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelengga-rakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum da-lam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidi-kan Nasional.

(5)

Ketrampilan utama dari seorang pengawas adalah melakukan penilaian dan pembinaan kepada guru untuk secara terus menerus meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas agar berdampak pada kualitas hasil belajar siswa. Untuk dapat mencapai kompetensi tersebut pengawas diharapkan dapat melaku-kan pengawasan akademik yang didasarmelaku-kan pada metode dan teknik supervisi yang tepat sesuai dengan kebutuhan guru.

Supervisi akademik merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan teknis kepada guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pro-fesional guru dan meningkatkan kualitas pembelajaran.

Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diper-lukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal.6Oleh

se-bab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus memiliki dan mengua-sai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi aka-demik.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecen-derungan perkembangan tiap bidang pengembangan mata pela-jaran di sekolah/madrasah.

2. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah. 3. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang

pen-gembangan mata pelajaran di SMP/MTs berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.

4. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strate-gi/metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat

(6)

bangkan berbagai potensi siswa melalui bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

5. Membimbing guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pem-belajaran (RPP) untuk tiap bidang pengembangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

6. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelaja-ran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) un-tuk mengembangkan potensi siswa pada tiap bidang pengem-bangan mata pelajaran di sekolah/madrasah.

7. Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelaja-ran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelajaran di se-kolah/madrasah.

Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi un-tuk pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan mata pelaja-ran sekolah/madrasah.

Pengembangan kompetensi profesional guru melalui supervisi akademik dalam penguasaan materi pendidikan agama di Madra-sah Tsanawiyah Negeri Kalibaru Kabupaten Banyuwangi

Aktifitas kepala sekolah tersebut sesuai dengan teori yang di-kemukakan oleh Ametembun yang merumuskan definisi supervisi pendidikan sebagai suatu pembinaan kearah perbaikan situasi pen-didikan. Pendidikan yang dimaksudkan berupa bimbingan atau tun-tutan kearah perbaikan situasi pendidikan pada umumnya, dan pe-ningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.7

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan Lantip, bahwa Salah satu tugas kepala sekolah adalah merencanakan super-visi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, kepala sekolah perlu memiliki kompetensi membuat perencanaan program supervisi akademik. Selain itu pengawas

seko-7Cicih Sutarsih dalam Tim dosen, Manajemen pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010),

(7)

canaan supervisi akademik. Karena mereka terlibat juga dalam pelak-sanaan supervisi akademik.8

Dalam kaitannya dengan prinsip kooperatif dalam pelaksa-naan supervisi akademik secara lebih spesifik menurut Pidarta dalam pelaksanaan supervisi sebenarnya sangat perlu melibatkan guru yang akan disupervisi. Karena dalam pelaksanaan supervisi yang dilaku-kan oleh supervisor perlu bersama guru, adapun pelaksanaan yang dimaksud terdiri dari: materi yang akan diajarkan, alat-alat yang akan dipakai mencatat hasil supervisi, cara menentukan waktu di-beritahukan sebelumnya, datang tiba-tiba, atau hanya diberitahu bu-lan kedatangannya saja.

Pada intinya, pengembangan kompetensi professional guru melalui supervisi akademik dalam penguasaan mata pelajaran pen-didikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kalibaru Ka-bupaten Banyuwangi sudah tergolong baik, namun masih perlu dis-empurnakan dan diperbaiki lagi agar guru memiliki kompetensi da-lam mengemban tugasnya sebagai pendidik yang professional karena mata pelajaran pendidikan Agama Islam sangatlah erat kaitannya dengan aktifitas sehari-hari.

Pengembangan kompetensi profesional guru melalui supervisi akademik dalam penguasaan materi mata pelajaran umum di Ma-drasah Tsanawiyah Negeri Kalibaru Kabupaten Banyuwangi

Dari keseluruhan temuan sebagaimana dikemukakan dapat ditarik sebuah teori bahwa pelaksanaan supervisi akademik dalam mengembangkan kompetensi professional guru melalui mata pelaja-ran umum, pertama memahami konsep, prinsip, dan lain sebagainya tiap bidang pengembangan mata pelajaran umum dan proses pen-gembangan mata pelajaran umum. Kedua, membimbing langsung guru dalam menyusun silabus tiap bidang mata pelajaran. Ketiga, membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi dan

(8)

lain-lain, memberikan bimbingan menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa melalui bidang pengembangan mata pelajaran umum. Keempat, membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, membimbing guru dalam mengelola, dan menggunakan media pendidikan serta fasilitas pembelajaran. Maka terlihat kesiapan guru dalam mengajar. Dan Kelima, memotivasi guru untuk memanfaatkan perkembangan teknologi informasi untuk mendukung pembelajaran.

Dan yang tidak kalah pentingnya, keterangan dari murid atau siswa tentang sejauhmana seorang guru tersebut menguasai materi mata pelajaran. Ini terbukti dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa murid yang dimintai keterangannya.

Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh made Pidarta bahwa dari berbagai teknik dan metode supervisi yang ada, ada tiga teknik supervisi yang sering dipakai supervisor dalam melaksanakan tugasnya mensupervisi guru-guru diantaranya: teknik observasi kelas, teknik kunjungan kelas, dan teknik supervisi klinis.9

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sagala memang beragamnya problem dan tantangan yang dihadapi oleh para guru hendaknya para supervisor harus menggunakan beragam teknik supervisi yang sesuai dengan permasalahan pengajaran yang dialami para pendidik. Agar dapat membantu mengatasi kesulitan guru melaksanakan pengajaran. Supervisor dalam melaksanakan su-pervisi mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Sebelum menen-tukan teknik supervisi yang akan digunakan tentu saja supervisor lebih dulu melakukan diagnosa atau menelusuri apa sebenarnya permasalahan mendasar yang dihadapi guru. Setelah ditemukan permasalahannya, kemudian supervisor menetukan teknik supervisi yang digunakan. Teknik supervisi yang digunakan akan selalu mem-perhatikan dan terkait dengan problem mengajar yang dilakukan

(9)

gung jawab guru yang dibimbing.10

Supervisi pendidikan mempunyai fungsi penilaian

(evalua-tion) yaitu penilaian kinerja guru dengan jalan penelitian yaitu

pen-gumpulan informasi dan fakta-fakta mengenai kinerja guru dengan cara melakukan penelitian. Kegiatan evaluasi dan research ini meru-pakan usaha perbaikan (improvement), sehingga berdasarkan data dan informasi yang diperoleh oleh supervisor dapat dilakukan perbaikan kinerja guru sebagaimana mestinya dan ahirnya dapat meningkatkan kualitas kinerja guru dalam melaksanakan tugas mengajar.11

Dari pembahasan di atas, ditarik kesimpulan awal yakni pen-gembangan kompetensi professional guru melalui supervisi akade-mik dalam penguasaan mata pelajaran umum di Madrasah Tsana-wiyah Negeri Kalibaru Kabupaten Banyuwangi termasuk baik, tetapi perlu perbaikan dan dikoreksi agar guru menjadi pendidik yang kompeten dan professional dibidangnya.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan data, temuan penelitian dan pemba-hasan temuan penelitian yang mengacu pada fokus dan tujuan pene-litian tersebut sebelumnya, maka dapatlah dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam proses pelaksanaan pengembangan kompetensi profesion-al guru melprofesion-alui supervisi akademik dprofesion-alam penguasaan materi pendidikan agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kaliba-ru Kabupaten Banyuwangi sudah tergolong baik, namun masih perlu penyempurnaan dan perbaikan lagi agar guru memiliki kompetensi professional karena mata pelajaran pendidikan Aga-ma Islam bukan hanya pada teori, melainkan juga praktiknya yang terlihat pada aktifitas sehari-hari.

10Sagala, Manajemen Supervisi Pembelajaran Dalam Profesi Pendidikan, 172-173. 11Sagala, Supervisi Pendidikan, 106.

(10)

2. Dalam proses pelaksanaan pengembangan kompetensi profesion-al guru melprofesion-alui supervisi akademik dprofesion-alam penguasaan materi mata pelajaran umum di Madrasah Tsanawiyah Negeri Kalibaru Kabupaten Banyuwangi tidak jauh berbeda dengan mata pelaja-ran agama yakni termasuk baik, tetapi perlu perbaikan dan diko-reksi agar guru menjadi pendidik yang kompeten dan profession-al dibidangnya.

Daftar Pustaka

Glickman, Carl D. 1981. Development Supervision. Virginia: ASCD. Pidarta. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta. PP 74 tahun 2008 tentang Guru Pasal 3 ayat (7)

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)

Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: CV. Alfabeta.

Saud, Udin Syaifuddin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: CV. Alfabeta.

Tim dosen. Manajemen pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), 312. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal

10 ayat (1).

Usman, Uzer. 1998. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

10,800,31 µg/mL).Hal ini disebabkan karena fraksi etil asetat buah apel beludru masih merupakan campuran berbagai senyawa fenolat yang tidak semuanya memiliki

Bila SRPM didesain dengan 25% distribusi beban lateral, maka pada desain kapasitas, profil yang dihasilkan menjadi lebih besar sehingga sistem ganda ini tidak efisien, karena

Perseteruan antara Cicak lawan Buaya dan kasus Mafia Pajak menjadi contoh bagaimana persoalan korupsi tidak sekedar berada dalam ranah hukum, melainkan telah masuk menjadi

Penggunaan prototipe yang didasarkan pada spesifikasi dialog formal yang disusun secara bersama-sama antara (calon) pengguna dan perancang sistem, serta peranti

menentukan menyunting informasi iklan, slogan, dan poster sesuai bahasa yang baik dan benar.. Pertemuan Kedua

Permasalahan yang dihadapi oleh unit procurement UNDP Indonesia adalah proses procurement yang masih bersifat manual dimana dalama kegiatan pembuatan dokumen seperti

Sedangkan R Square diketahui sebesar 0.576 hal ini mengandung arti bahwa pengaruh variabel bebas (X) yang terdiri dari pengetahuan, religiusitas dan pendapatan

Kesimpulan penelitian setelah pemanfaatan media TIK tutorial sebagai subtitute eksperimen terdapat perbedaan hasil belajar ranah kognitif berdasarkan nilai pretest