C - 7
Pencegahan Banjir
dengan Penerapan Teknologi Biopori
pada SDN 07 dan SDN 13 Pagi Cawang
Posma Sariguna J.K. Hutasoit 1, Suzanna Josephine L.Tobing2, Rutman L.Toruan 3 1
Jurusan Manajemen, Universitas Kristen Indonesia Jl. Mayjen Sutoyo No.2, Cawang Jakarta 13630
rutman.toruan@uki.ac.id yosephine.tobing@uki.ac.id
posmahutasoit@gmail.com
Abstrak
—
Banjir di sekolah-sekolah dasar daerah Cawang terjadi setiap musim penghujan. Ketinggian banjir dapat mencapai lutut orang dewasa. Banjir ini merupakan kelanjutan dari banjir-banjir yang terjadi sebelumnya dan telah menyebabkan kerugian materi yang cukup besar. Aktivitas sekolah menjadi lumpuh, juga melumpuhkan ekonomi masyarakat di lingkungannya. Penyebab banjir tersebut antara lain disebabkan oleh tersumbatnya saluran air dan tidak tersedianya ruang terbuka hijau. Selain itu, banjir juga disebabkan oleh dangkalnya sungai akibat tumpukan sampah karena memiliki daerah geografis dan tata letak lingkungan yang rendah. Tujuan khusus dari terlaksananya kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah menerpkan teknologi biopori yang diharapkan menjadi solusi atas permasalahan banjir di lingkungan SDN 07 dan SDN 13 Cawang. Kegiatan yang dilakukan adalah penanaman sebanyak 70+70 biopori untuk setiap sekolah-sekolah tersebut. Kemudian setiap bulan dievaluasi apakah lubang-lubang biopori tersebut masih dapat berfungsi dan dibersihkan. Kegiatan merawat lubang biopori ini diajarkan kepada siswa-siswi SDN 07 dan SDN 13 Cawang, dan perawatan selanjutnya diteruskan oleh petugas penjaga taman sekolah. Saat ini, hasil yang dirasakan adalah teratasi dan berkurangnya banjir di lingkungan sekolah.Kata Kunci: Lingkungan, banjir, biopori
I.PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
Banjir dapat menyebabkan kerugian materi yang cukup besar karena dapat mengakibatkan lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat. Jika itu terjadi di lingkungan sekolah, maka banyak pelajar yang kehilangan kesempatan untuk belajar karena gedung sekolahnya terendam oleh banjir. Beberapa upayadilakukan masyarakat dan pemerintah, baik berupa upaya prefentif maupun penanganan langsung. Upaya tersebut misalnya dengan memperbaiki saluran air dan aliran sungai. Akan tetapi, upaya tersebut sepertinya
masih kurang karena pada kenyataannya banjir merupakan masalah lingkungan yang kompleks.
Untuk itu teknologi dimanfaatkan dalam pelestarian lingkungan ini, yaitu mengatasi air meluap diwaktu musim hujuan. Teknologi yang dapat diterapkan masyarakat sebaik-baiknya adalah teknologi yang sederhana dan ramah lingkungan sehingga mudah diaplikasikan. Teknologi yang ditawarkan untuk dapat mengatasi ketersediaan air tanah adalah dengan memanfaatkan lubang kecil dalam tanah yang diisi dengan sampah organik.
Air dan sampah merupakan dua hal yang tidak akan lepas dari kehidupan makhluk hidup. Setiap harinya setiap mahluk hidup dalam melakukan aktivitas rutin akan selalu menghasilkan sampah. Sampah dapat menjadi sumber masalah dalam pencemaran lingkungan. Namun sampah mempunyai bisa saja memiliki potensi besar dalam menyelamatkan lingkungan jika diperlakukan secara arif dan bijaksana. Air merupakan benda yang sangat penting bagi makhluk hidup. Namun peristiwa banjir dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengolahan air dan sampah agar tidak mengganggu kelangsungan kehidupan.
B. Permasalahan Mitra
Ketika curah hujan yang terjadi adalah sedang atau tinggi, di beberapa kawasan lingkungan sekolah dasar daerah Cawang mengalami banjir di lingkungannya. Apabila permasalahan lingkungan ini tidak segera diselesaikan, maka kerugian fisik, materi, dan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah dapat terganggu. Murid-murid akan tertinggal dari materi–materi yang sudah ditargetkan. Murid-murid merupakan penerima dampak langsung dari permasalahan lingkungan ini.
Untuk menyelesaikan masalah lingkungan tersebut, ditawarkan penggunaan teknologi biopori pada sekolah-sekolah dasar di wilayah Cawang. Untuk itu dijalin kerjasama antara Universitas Kristen Indonesia (UKI) dengan sekolah dasar sebagai mitra di lingkungan wilayah cawang. Dengan melibatkan guru-guru sekolah dasar, dosen, murid-murid, serta mahasiswa UKI, pembuatan dan pemeliharaan lubang biopori akan dilakukan. Dengan demikian masalah lingkungan sekolah tergenang banjir di
C - 8 sekolah dasar diharapkan dapat terselesaikan. Untuk itu dilaksanakan “Pencegah Banjir dengan Penerapan Teknologi Biopori pada SDN 07 Pagi dan SDN 13 Pagi di Wilayah Cawang”, yang merupakan lanjutan dari pogram-program pengendalian banjir yang telah dilakukan Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Alam (PALAMA) di Lingkungan UKI.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Teknologi yang ditawarkan dalam mengatasi banjir adalah penggalian lubang dengan teknik biopori. Teknologi ini dikemukakan oleh Kamir R. Brata. Sebagai penemu, ia meneliti mengenai biopori sejak mendalami bidang studi Soil Physics di University of Western Australia mulai tahun 1992. Awalnya, istilah yang dipakai untuk biopori adalah mulsa vertikal (vertical mulch). Beberapa penelitian yang dilakukannya antara lain: pada tahun 1993 berjudul “Pemanfaatan Sisa Tanaman Sebagai Mulsa Vertikal dalam Usaha Konservasi Tanah dan Air pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga”; tahun 1994 “Efektivitas Mulsa Vertikal dalam Pengendalian Aliran Permukaan, Erosi, dan Kehilangan Unsur Hara Pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga”; dan tahun 1995 “Penggunaan Cacing Tanah Untuk Peningkatan Efektivitas Mulsa Vertikal Sebagai Tindakan Konservasi Tanah dan Air Terpadu pada Pertanian Lahan Kering di Latosol Darmaga”. Berdasarkan temuannya, mulsa vertikal yang semula digunakan terutama untuk penyehatan pohon dan tumbuhan lain, bertambah manfaatnya untuk penyerapan air, kesehatan tanah, dan penanganan limbah organik.[1]
Pembuatan biopori dapat dilakukan dengan ketersediaan tanah yang tidak terlalu luas. Teknologi yang dikembangkan oleh Kamir ini sangat cocok diterapkan di wilayah perkotaan yang tanahnya penuh gedung, mengakibatkan penyerapan air ke tanah di musim hujan sangat terbatas. Dengan menggunakan biopori melalui pemanfaatan lubang kecil dan sampah organic, maka wilayah perkotaan yang terlihat kering dan gersang diharapkan akan berubah menjadi wilayah yang ramah lingkungan. Disamping itu, sampah organik yang tersimpan didalam lubang, dapat dijadikan sebagai sumber penghasil kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman.[2]
Terdapat dua jenis biopori, yaitu biopori alam dan biopori buatan. Biopori alam merupakan lubang-lubang kecil pada tanah yang terbentuk karena aktivitas organisme yang hidup dalam tanah seperti cacing, rayap atau pergerakan akar-akar tanaman yang dalam tanah. Lubang tersebut akan berisi udara dan menjadi jalur mengalirnya air. Sehingga air hujan tidak langsung masuk ke saluran pembuangan air, akan tetapi meresap ke dalam tanah melalui lubang tersebut sehingga bisa menjadi air tanah. Namun, karena lahan terbuka di bumi sudah sangat berkurang, maka biopori yang terbentuk secara alami pun semakin berkurang. [3]
Gambar 1. Foto Lubang Biopori Alam
Biopori buatan mengadopsi teknologi biopori alami dengan kawasan/lahan sempit. Biopori buatan yang selanjutnya disebut lubang resapan biopori adalah lubang silindris yang dibuat secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10-30 cm, kedalaman sekitar 100 cm atau tidak melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang dibuat, kemudian diberi sampah organik yang akan memicu biota tanah seperti cacing dan semut dan akar tanaman untuk membuat rongga-rongga (lubang) di dalam tanah yang disebut biopori. Rongga-rongga (biopori) ini menjadi saluran bagi air untuk meresap ke dalam tanah. [3]
Dengan membuat biopori, bersama tanah dapat berfungsi sebagai penyerap air lebih cepat. Lubang resapan biopori akan memicu munculnya biopori secara alami di dalam tanah. Prinsip kerja lubang peresapan biopori sangat sederhana.
Gambar 2. Biopori Buatan
Lubang resapan biopori buatan ini merupakan teknologi sederhana yang tepat guna dan ramah lingkungan. Lubang biopori ini mampu meningkatkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah sehingga mampu mengurangi risiko banjir
C - 9 akibat meluapnya air hujan. Selain itu, teknologi ini juga mampu meningkatkan jumlah cadangan air bersih di dalam tanah.
III.TARGET DAN LUARAN
Bencana banjir merupakan salah satu bencana alam yang paling sering terjadi di musim hujan. Luaran dan manfaat yang dapat diperoleh pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah :
Bagi sekolah, meningkatkan kesadaran warga sekolah secara khusus dan masyarakat pada umumnya untuk menjaga kebersihan lingkungan serta menggunakan teknologi baru yang bermanfaat dalam menjaga/mencegah/mengurangi banjir di lingkungan sekolah.
Bagi siswa sekolah dasar, mendapatkan wawasan baru tentang pentingnya menjaga lingkungan, dan penggunaan teknologi bipori untuk pencegahan/mengurangi banjir di lingkungan.
Dalam mengurangi permasalahan banjir di Sekolah Dasar SDN 07 dan SDN 13 adalah melaksanakan sistem terpadu dengan menekankan pada keterlibatan masyarakat lingkungan sekolah dan murid–murid dalam kebersihan lingkungan dan pemanfaatan Teknologi Bipori untuk mencegah/mengurangi banjir dengan menyerap air-air yang tergenang langsung ke dalam tanah. Target luaran dalam pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada tabel 1.
TABEL I
PERMASALAHAN,PEMECAHAN,LUARAN SERTA INDIKATOR
KEBERHASILAN
Permasalah-an
Pemecahan Luaran Indikator Keberhasilan 1. Banjir di lingkunga n sekolah Dasar di Cawang Jakarta Timur 2. Sampah yang di hasilkan masyarak at, sampah daun-daun pohon 1. Pembuatan Lubang Biopori , menjadi sesapan air kedalaman 80 cm, diameter 20 cm 2. Pengumpula n sampah daun-daunan 3. Pengumpula n sampah-sampah sekolah Resepan Lubang Air (biopori ) 1. Tidak banjir 2. Tanaman menjadi subur di sekitar Lubang Biopori 3. Kebersihan Lingkungan 4. Murid-murid tidak terkendala proses belajar di waktu musim hujan
III.METODE PELAKSANAAN
Menurut diskusi yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Kristen Indonesia dengan pihak mitra dari sekolah dasar SDN 07 dan SDN 13 Cawang, terdapat permasalahan-permasalahan yang terjadi lingkungan sekolah dasar di Cawang pada musim penghujan. Permasalahan tersebut diantaranya adalah masalah sekolah
terendam sehingga guru dan siswa tidak dapat mengikuti proses belajar mengaja. Masalah yang paling krusial untuk ditangani adalah tergenangnya banjir di musim penghujan, tetapi memakan waktu lama airnya surut. Dengan demikian perlu dilakukan pemecahan dengan luaran yang diharapkan adalah bebas dari genangan air atau banjir.
Berdasarkan hal tersebut, sebagai langkah awal dilakukan kegiatan survei oleh Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Lingkungan dari Fakultas Ekonomi (PALAMA) dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BIOLOGI. Dilakukan analisa masalah dan diambil kesimpulan perlu digunakan teknologi biopori untuk mengatasi banjir yang dialami oleh mitra. Keputusan menggunakan teknologi biopori ini untuk menyerap air-air tergenang di lingkungan sekolah mitra, sehingga ketika terjadi hujan air langsung terserap ke dalam tanah.
Penerapan Metode yang dilaksanakan pada Program Pengabdian Masyarakat ini adalah dengan transfer pengetahuan melalui pelatihan bagaimana cara membuat lubang resapan biopori dan bagaimana melakukan perawatan lubang resapan biopori. Pengabdian Masyarakat ini terbagi menjadi empat tahap, yaitu (1) Tahap Persiapan, (2) Tahap Pelaksanaan dan (3) Tahap Perawatan, dan (4) Tahap Evaluasi Hasil. Berikut tabel tahap-tahap kegiatan yang dilaksanakan dan luaran yang diharapkan akan dihasilkan.
TABEL II
TAHAP-TAHAP KEGIATAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT PENERAPAN
TEKNOLOGI BIOPORI Kegiatan Rincian Kegiatan Luaran yang Diharapkan Tahap Pertama Tahap Persiapan Pembuatan MoU Rencana Waktu dan Kegiatan Pembuatan alat biopori Pelatihan bagi Mahasiswa yang Ikut Serta Tersedianya alat biopori yang siap ditanam Tersedianya alat-alat untuk menanam biopori Kesiapan tenaga dan pengetahuan dan para mahasiswa pelaksana Tahap Kedua Tahap Pelaksanaan Pembukaan Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan dan penyuluhan teknologi biopori dan penanamann ya kepada mitra Pelaksanaa kegiatan penanaman Mitra mengetahui manfaat, penggunaa n, dan penanaman dari biopori Biopori telah tertanam di lubang-lubang yang telah ditentukan.
C - 10 Kegiatan Rincian Kegiatan Luaran yang Diharapkan biopori Tahap Ketiga Tahap Perawatan Tim dan sekolah mitra bersama-sama memeriksa lubang bipori seminggu sekali. Perbaikan lubang biopori yang rusak Pengisian daun-daunan jika lubang sudah kosong Lubang biopori yang tetap prima untuk berfungsi untuk menyerap air-air tergenang. Tahap Keempat Tahap Evaluasi Mengevaluas i apakah biopori mampu mengurangi genangan air/banjir. Membuat laporan dan paper Laporan Hasil Kegiatan Paper untuk Jurnal Anggaran Biaya
Anggaran biaya pelaksanaan kegiatan ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL III
ANGGARAN BIAYA PROGRAM IBM
No Komponen (Rp) Biaya yang Diusulkan (Rp)
1. Honorarium pelaksana dan pembuat lubang biopori
1.992.000 2. Bahan habis pakai dan peralatan
biopori
18.370.000
3. Pelaksanaan 6.250.000
4. Lain-lain :
Laporan, perjalanan dan seminar hasil, publikasi
4.050.000
Jumlah 30.662.000
IV.KELAYAKAN PERGURUAN TINGGI
Untuk mengatasi tergenangnya banjir di musim penghujan dimana airnya lama surut, perlu dilakukan pemecahan masalah tersebut agar lingkungan SDN 07 Pagi dan SDN 13 Pagi terbebas dari banjir dan genangan air. Universitas Kristen Indonesia memiliki tim dan dana untuk melakukan kegiatan tersebut, yaitu dosen bersama dengan Unit Kegiatan Mahasiswa Pencinta Lingkungan dari
Fakultas Ekonomi PALAMA dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan BIOLOGI. Tim melakukan analisa masalah dan membuat pipa-pipa dari paralon untuk digunakan teknologi sebagai lubang biopori.
VI.HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Pada tahap persiapan meliputi pembuatan MoU, Rencana Waktu dan Kegiatan, pembuatan alat biopori, pelatihan bagi mahasiswa yang ikut serta. Berikut alat dan prosedur kerja dari bipori :
1. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang di perlukan kami dalam membuat Lubang resapan biopori ini adalah:
Pipa paralon sebanyak 100 dengan ukuran 35 cm/paralon dan dengan diameter 3 inch.
Dob (penutup pipa paralon yang berlubang sesuai dengan pipa paralon dan berjumlah 100 buah).
Bor biopori
Sampah organik
2. Prosedur Kerja
Proses pembuatan lubang resapan biopori ini cukup sederhana yaitu dengan membuat lubang dengan menggunakan bor biopori sampai kedalaman sekitar 80-100 cm dengan diameter 10-20 cm. Setelah lubang terbentuk masukkan pipa paralon sepanjang 35 cm kedalam lubang tadi. Setelah itu masukkan sampah organik kedalam lubang yang sudah terbentuk tadi. Lalu tutup lubang tersebut dengan dob kemudian tutup daerah sekitar pipa tadi dengan tanah.
Kegiatan pelaksanaan didahului dengan pembukaan. Selanjutnya dilakukan pelatihan dan penyuluhan teknologi biopori dan penanamannya kepada mitra. Seluruh kegiatan penanaman biopori dilaksanakan bersama-sama dengan mitra. Luaran yang didapat adalah mitra mengetahui manfaat, penggunaan, dan penanaman dari biopori dan biopori telah tertanam di lubang-lubang dengan baik di tempat yang telah ditentukan.
Setelah kegiatan pembatan lubang resapan biopori, dilanjutkan dengan memelihara lubang resapan biopori yang telah dibuat agar dapat berfungsi secara optimal. Cara pemeliharan yang baik yaitu dengan selalu mengisi lubang resapan biopori dengan sampah organik. Setelah dua minggu, sampah organik dapat diambil sebagai kompos, sementara sampah kebun setelah dua bulan. Lama pembuatan kompos juga tergantung jenis tanah tempat pembuatan lubang resapan biopori. Untuk tanah lempung agak lebih lama proses kehancurannya. Pengambilan dilakukan dengan bor biopori. Bila tidak diambil maka kompos akan terserap oleh tanah, maka lubang resapan biopori harus tetap dipantau supaya terisi sampah organik. Pemeliharaan ini juga dilakukan dan diawasi oleh
C - 11 mahasiswa setiap bulan. Setelah itu dilakukan evaluasi apakah biopori mampu mengurangi genangan air/banjir.
Partisipasi mitra dalam bekerjasama menjaga lingkungan sekolah terhadap genangan air adalah :
Bersama-sama membuat lubang biopori dan memasukkan alat biopori
Siswa-siswi sekolah dasar ikut diberi pengetahuan mengenai menjaga kebersihan lingkungan, dan pengenalan pembuatan biopori.
Petugas khusus sekolah ikut merawat lubang bipori bersama dengan tim evaluasi/pendampingan perawatan biopori.
Dengan demikian jika kerjasama Pengabdian kepada Mayarakat berakhir, pihak sekolah tinggal meneruskan perawan tersebut dan lubang bipori tetap berfungsi dengan baik.
Lokasi Gambar 3. Lokasi Kegiatan
Gambar 4. Pelaksanaan Penanaman Lubang Biopori VII.KESIMPULAN DAN SARAN
Kegiatan PKM yang dilakukan bermaanfaat buat masyarakat, pihak mitra sekolah dasar, universitas, dan dosen. Khusus untuk UKI, merupakan salah satu sarana membuat citra universitas ke arah yang positif di mata masyarakat sekitarnya.
Kordinasi dan detail aktifitas dalam pembuatan pipa biopori dan kegiatan penanamannya, perlu menggunakan waktu yang terjadwal secara efektif dan efesien, sehingga kegiatan ini bermanfaat bagi semua peserta.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Kristen Indonesia (LPPKM) dan Fakultas Ekonomi UKI (FE-UKI) atas dukungan dan penyediaan dana untuk kegiatan ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Prodi Manajemen dan Biologi serta Unit Kegiatan Pencinta Alam (PALAMA) yang bekerjasama dalam pembuatan bahan-bahan biopori dan pelaksanaan kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anonim. id.wikipedia.org/wiki/Biopori. Diakses 26 Juli 2017. [2] Admin website Hubungan Alumni Institut Pertanian Bogor, 4 Oktober
2013. “Kamir R. Brata: Penemu “Lubang Resapan Biopori”. http://www. Hubunganalumni.ipb.ac.id/kamir-r-brata-penemu-lubang-resapan-biopori/. Diakses 26 Juli 2017.
[3] Karuniastuti, Nurhenu, 2014, Teknologi Biopori untuk Mengurangi Banjir dan Tumpukan Sampah Organik, Forum Teknologi Vol.04 No.2.
C - 12 LAMPIRAN