• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB Vasektomi di Kecamatan Johar Baru Kodya Jakarta Pusat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB Vasektomi di Kecamatan Johar Baru Kodya Jakarta Pusat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor – faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB Vasektomi di Kecamatan Johar Baru Kodya Jakarta Pusat

Retno Puji Astuti

Abstrak

Latar belakang. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam program KB

yang dilihat dari berbagai aspek yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang dinginkan), faktor lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga / istri, keterbatasan informasi dan aksesbilitas terhadap pelayanan jenis kontrasepsi pria. Sementara persepsi yang ada di masyarakat masih kurang menguntungkan. Studi pendahuluan yang telah dilakukan, di Kecamatan Johar Baru jumlah peserta KB aktif sebanyak 5045 akseptor KB, keikutsertaan pria dalam KB dapat terlihat pada data peserta vasektomi sebanyak 97 akseptor atau 1,36 % dari keseluruhan peserta KB. Sedangkan menurut SDKI (2003) partisipasi pria hanya 1,3 %, berarti angka tersebut tidak berbeda jauh dengan pencapaian di Kecamatan Johar Baru. Data selengkapnya yaitu IUD sebesar 7,61 %, MOW/tubektomi sebesar 0,65 %, implant sebesar 3,8 %, suntik sebesar 45,58 %, pil sebesar 39,36 %.

Metode penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan pendekatan

cross sectional yaitu pengumpulan data pada saat yang bersamaan. Pada satu saat yang artinya subyek hanya diobservasi 1x saja. Untuk mengetahui hubungan antar variable (variable bebas dan variable terikat) maka pengukurannya dilakukan bersamaan pada saat penelitian dengan menggunakan kuesioner. Populasi ini adalah semua peserta KB pria yang berdomisili di kecamatan Johar Baru kodya Jakarta Selatan provinsi DKI Jakarta tahun 2007. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 97 akseptor KB pria.

Hasil penelitian. Hasil yang diperoleh prosentase kontrasepsi vasektomi berdasarkan usia > 40

tahun yaitu 72 %. Prosentase akseptor vasektomi berdasarkan pendidikan rendah yaitu 73 % dan pendidkan tinggi 25 %. Prosentase akseptor vasektomi berdasarkan status pekerjaan yang bekerja yaitu 67 % dan yang tidak bekerja yaitu 12 %. Prosentase akseptor vasektomi berdasarkan tingkat pengetahuan rendah 70,6 % dan tingkat pengetahuan tinggi 23 %.

Kesimpulan dan saran. Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna

antara umur dengan akseptor vasektomi, adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan akseptor vasektomi. Ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan reponden dengan akseptor vasektomi. Ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang dimiliki responden dengan akseptor vasektomi. Tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan pengguna vasektomi. Tidak ada hubungan yang antara dorongan keluarga responden dengan akseptor vasektomi. Ada hubungan yang bermakna antara sumber informasi dengan akseptor vasektomi. Saran bagi perencana program KB untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dalam menyebarluaskan media promosi tentang vasektomi di temapt-tempat yang banyak dikunjungi orang misalnya kantor kelurahan, puskesmas. Penyebaran informasi tentang vasektomi perlu dilakukan pada istri / keluarga.

(2)

Pendahuluan

Era baru program KB (Keluarga Berencana) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1999, telah disepakati suatu paradigma dari aspek demografis (pengendalian populasi dan penurunan fertilitas) menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak reproduksi dan kesetaraan gender. Dalam era ini telah terjadi pergeseran visi program KB yaitu dari NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) menjadi keluarga yang berkualitas 2015, yaitu keluarga yang maju, mandiri, sejahtera dan berketahanan. Dengan demikian cakupan program KB semakin cukup luas antara lain meliputi pemenuhan kebutuhan kesehatan reproduksi setiap individu baik pria maupun perempuan sepanjang siklus hidupnya, termasuk pemenuhan hak – hak reproduksi, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan serta tanggung jawab pria dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi. ( Asih Leli, 2001)

Berdasarkan rekomendasi dari hasil Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1994 di Kairo dan Convention on the Elimination of all Forms of Discrimination Againts Women ( CEDAW ), saat ini Indonesia telah melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam program KB. Kondisi pada saat ini, partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB dan kesehatan reproduksi, masih sangat rendah yaitu baru mencapai sekitar 1,1 % yakni kondom (0,7 %), vasektomi (0,4 %) (SDKI, 1997). Angka – angka ini bila dibandingkan dengan Negara – Negara Islam lainnya seperti Pakistan, Bangladesh, Malaysia adalah yang terendah yakni sebesar 5,2 % tahun1999, 13,9 % tahun 1997, 16,8 % tahun 1988. (BKKBN, 2001)

Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam program KB yang dilihat dari berbagai aspek yaitu dari sisi klien pria itu sendiri (pengetahuan, sikap dan praktek serta kebutuhan yang diinginkan), faktor lingkungan yaitu social, budaya, masyarakat dan keluarga / istri, keterbatasan informasi dan aksesbilitas terhadap pelayanan jenis kontrasepsi pria, sementara persepsi yang ada di masyarakat masih kurang menguntungkan.

Selama ini masih belum banyak data tersedia, yang mengungkapkan tentang pengetahuan, sikap maupun praktek KB bagi pria, sampai sejauh mana keterlibatannya, dan apa yang diinginkan pria dalam hal perannya dalam KB. Oleh sebab itu guna meningkatkan partisipasi pria dalam KB diperlukan base line yaitu berupa identifikasi dalam rangka menyusun program intervensi. Di samping itu, dalam rangka merancang program intervensi tersebut, perlu kiranya digali kebutuhan pria terhadap KB

Vasektomi atau MOP (Medis Operatif Pria) adalah tindakan operatif pada pria dengan melakukan tindakan penutupan (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria / suami sebelah kanan / kiri, sehingga pada waktu senggama sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur, sehingga tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan daripada sunat / khitan pada pria dan pada umumnya dilakukan sekitar 15 – 45 menit dengan cara mengikat / memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantung buah zakar (BKKBN, 2001). Syarat – syarat menjadi akseptor KB vasektomi : a. Sukarela dan telah mendapatkan penjelasan tentang vasektomi, b. Mendapat persetujuan istri, c. Mempunyai jumlah anak yang ideal, d. Sehat jasmani dan rohani, e. Umur istri sekurang-kurangnya 25 tahun, f. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya, g. Menandatangani formulir persetujuan.

Vasektomi tidak dapat dilakukan jika : masih ingin punya anak, menderita penyakit kelainana pembekuan darah, keadaan jiwa tidak stabil, ada tanda-tanda radang pada buah zakar (epididimis), hernia dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol.

Studi pendahuluan yang telah dilakukan, di kecamatan Johar Baru jumlah peserta KB aktif sebanyak 5045 akseptor KB, keikutsertaan pria dalam KB dapat terlihat pada data peserta vasektomi hanya 1,36 % dari keseluruhan peserta KB sedangkan menurut SDKI (2002) partisipasi pria hanya 1,3 %, berarti angka tersebut tidak berbeda jauh dengan pencapaian di kecamatan johar baru. Data selengkapnya yaitu IUD sebesar 7,61 %, MOW/Tubektomi sebesar 0,65 %, Implant sebesar 3,80 %, suntik sebesar 46,58 %, pil sebesar 39,36 %. (PLKB,2006)

(3)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran umum yang hubungan antara factor – factor pendorong dan penguat dengan keikutsertaan KB vasektomi dan mengetahui informasi tentang hubungan antara karakteristik PUS : umur, pendidikan, status pekerjaan, jumlah anak, dan tingkat pengetahuan dengan keikutsertaan KB vasektomi di kecamatan Johar Baru Kotamadya Jakarta Pusat Propinsi DKI Jakarta Tahun 2007.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu pengumpulan data pada saat yang bersamaan, pada satu saat yang artinya subyek hanya diobservasi 1 x saja.

Untuk mengetahui hubungan antar variable ( variabel bebas dan variabel terikat) maka pengukurannya dilakukan bersamaan pada saat penelitian dengan menggunakan kuisioner. Populasi ini adalah semua peserta KB pria yang berdomisili di kecamatan Johar Baru Kotamadya Jakarta Pusat Propinsi DKI Jakarta tahun 2007. Sampel pada penelitian ini adalah total populasi yang berjumlah 97 akseptor KB.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer. Pada saat mengajukan kuisioner, penulis dibantu oleh petugas PLKB kelurahan yaitu kampung rawa, galur, johar baru dan tanah tinggi. Pengumpulan data melalui self administered kuesioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan berdasarkan variable – variable yang berhubungan dengan pengguna kontrasepsi. Analisis Data; Univariat Untuk menjelaskan / mendeskripsikan karakteristik masing-masing variable yang diteliti. Penyajian analisis univariat berupa tabel.

Bivariat, Setelah diketahui karakteristik masing-masing variable dilanjutkan dengan menganalisis hubungan variable dependen dengan variable independent. Alat uji yang digunakan adalah : Chi Square ( X² ) Digunakan untuk membandingkan frekuensi yang terjadi (observasi) dengan frekuensi harapan (ekspektasi).

Hasil dan Pembahasan

Tabel 1

Distribusi responden menurut umur terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

N o Umur (tahun) Kontrasepsi Total α X2 tabel vasektomi Non V % % % 1. 2. 3. < 30 30–40 > 40 - - 69 0 0 72 0 2 26 0 100 28 0 2 95 100 100 100 0,05 5,991 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian besar berumur > 40 tahun yaitu sebanyak 69 orang (95%). Dari hasil uji statistik menunjukkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan pengguna vasektomi. Penelitian lain pun menjukkan hal yang sama yaitu Setiani Mida, 1997 antara umur dengan praktek KB tidak ada hubungan yang bermakna.

Tabel 2

Distribusi responden menurut pendidikan terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

N o

Pendidikan Kontrasepsi Total α X2

tabel Vasektomi Non V % % % 1. 2. Rendah Tinggi 68 1 73 25 25 3 27 75 93 4 100 100 0,05 3,841 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian besar pendidikan rendah artinya responden menyelesaikan pendidikan sampai dengan SD dan SMP sebanyak 93

(4)

orang (96 %). Hasil penelitian sama dengan penelitian yang dikemukakan oleh Erlaini (1991), pendidikan terbanyak tamat SD (71,1 %) dari 118 responden. Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pendidikan responden dengan pengguna vasektomi.

Tabel 3

Distribusi responden menurut status pekerjaan terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

N o

Status pekerjaan

Kontrasepsi Total α X2 tabel

Vasektomi Non V % % % 1. 2. Bekerja Tdk bekerja 57 12 67 100 28 0 33 0 85 12 100 100 0,05 3,841 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian besar status pekerjaan responden adalah bekerja sebanyak 85 orang, adapun pekerjaan mereka mulai dari supir bajaj, mikrolet, pedagang, dan rata – rata buruh di pasar. Sesuai dengan studi pengembangan model pemakai vasektomi (2001) yang menyatakan vasektomi dapat diterima oleh berbagai jenis pekerjaan (BKKBN, 2001). Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara status pekerjaan responden dengan pengguna vasektomi.

Tabel 4

Distribusi responden menurut jumlah anak terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

No Jumlah anak Kontrasepsi Total α X2 tabel Vasektomi Non V % % % 1. 2. 3. 1 – 3 4 – 6 > 6 24 43 2 51 89 100 23 5 0 49 11 47 48 2 100 100 0,05 5,991 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian besar jumlah anak yang dimiliki responden sekitar 4 – 6 sebanyak 60 responden, Jumlah anak hidup yang ada dalam keluarga mempengaruhi keikutsertaan vasektomi, ini dapat dilihat pada hasil penelitian Lusi (1994) dari 1465 responden 67,7 % mempunyai anak 3 – 5 orang, diikuti jumlah anak sebanyak lebih dari 6 adalah 16 %. Dalam jumlah anak alasan menggunakan vasektomi karena merasa sudah cukup anak sehingga tidak ingin menambah anak lagi dan ingin mempunyai kesempatan mendidik anak. Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jumlah anak yang dimiliki responden dengan pengguna vasektomi.

Tabel 5

Distribusi responden menurut pengetahuan terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta tahun 2007

No pengetahuan Kontrasepsi Total α X2

tabel Vasektomi Non V % % % 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 29 37 3 91 71 23 3 15 10 9 29 77 47 48 2 100 100 0,05 5,991 Jumlah 69 28 97

(5)

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian besar tingkat pengetahuan adalah sedang (71 %). Pengetahuan tentang alat/cara KB telah meluas di kalangan pria. Hampir semua responden sedikitnya mengetahui satu jenis alat/cara KB. Dari studi kualitatif (FGD) yang dilakukan BKKBN (1999) di DKI dan DIY tahun (1999) sebagian besar pria mengetahui tujuan KB dan mengatakan KB penting. Studi di Jatim dan Jateng (2001)dari 393 responden pria kawin umumnya mempunyai pengetahuan yang baik tentang pengertian dan tujuan KB yaitu 56 %. Tetapi pengetahuan tentang alat kontrasepsi pria sangat rendah di DKI dan DIY ( 1999) yaitu hanya 1,9 % sedangkan studi di Jateng dan Jatim (2001) pengetahuan vasektomi ada 54,7 %. Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan responden dengan pengguna vasektomi.

Tabel 6

Distribusi responden menurut dorongan keluarga terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

No Dorongan keluarga Kontrasepsi Total α X2 tabel Vasektomi Non V % % % 1. 2. 3. Rendah Sedang Tinggi 19 45 5 57 86 41 14 7 7 43 14 59 33 52 12 100 100 0,05 5,991 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari hubungan dengan dorongan keluarga responden sebesar 86 % ini berarti responden selaku akseptor akseptor vaseltomi mendapat dukungan baik dari istri maupun keluarga. Selain itu ada pendapat tentang keuntungan sterilisasi pria yang umum dikemukakan pria adalah pria merasa aman (50 %), KB vasektomi merupakan metode KB yang efektif (25 %) (Winarni , 2005)

Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antra dorongan keluarga responden dengan pengguna vasektomi.

Tabel 7

Distribusi responden menurut infrmasi terhadap pengguna kontrasepsi vasektomi di kecamatan Johar Baru kotamadya Jakarta Pusat propinsi DKI Jakarta

No informasi Kontrasepsi Total α X2 tabel Vasektomi Non V % % % 1. 2. 3. Petugas Media Tidak pernah 69 0 0 96 - - 3 23 2 4 100 100 72 23 2 100 100 0,05 5,991 Jumlah 69 28 97

Bila dilihat dari distribusi responden yang menggunakan vasektomi sebagian informasi yang diperoleh responden adalah dari petugas sebesar (90 %). bekerja sebanyak 85 orang, adapun pekerjaan mereka mulai dari supir bajaj, mikrolet, pedagang, dan rata – rata buruh di pasar.Sesuai dengan studi pengembangan model pemakai vasektomi (2001) yang menyatakan vasektomi dapat diterima oleh berbagai jenis pekerjaan (BKKBN, 2001). Dari hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara status pekerjaan responden dengan pengguna vasektomi.

Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan antara umur dengan pengguna vasektomi 2. Tidak ada hubungan antara pendidikan dengan pengguna vasektomi 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pengguna vasektomi 4. Ada hubungan antara jumlah anak dengan pengguna vasektomi 5. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pengguna vasektomi 6. Ada hubungan antara dorongan keluarga dengan pengguna vasektomi 7. Ada hubungan antara sumber informasi dengan pengguna vasektomi

(6)

Saran

1. Perencana Program KB

Meningkatkan pengetahuan, sikap dalam menyebarluaskan media promosi tentang vasektomi berupa poster di tempat – tempat yang banyak dikunjungi orang misal kantor kelurahan, puskesmas.

2. Petugas PLKB

a. Hendaknya lebih intensif dalam memberikan penyuluhan tentang vasektomi kepada masyarakat agar pengetahuan masyarakat meningkat

b. Penyebaran informasi tentang vasektomi lebih digalakkan dengan penyuluhan – penyuluhan

c. Penyebaran informasi tentang vasektomi perlu dilakukan pada istri / keluarga karena sikap dan dorongan istri & keluarga mempengaruhi penggunaan kontrasepsi

Daftar Pustaka

Asih Leli, dkk. 2001. Studi Peran Pria dalam Penggunaan Kontrasepsi di Jawa Barat dan

Sumatera Selatan. Jakarta : Puslitbang KB & Kespro.

Anggraini Maria. 1999. Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Pelayanan Kontrasepsi

Mantap. Jakarta : Puslitbang Biomedis & Kespro Manusia BKKBN.

Deputi bid KB & Kes Pro. 2005. KB dan Kesehatan Reproduksi : Kebijakan, Program dan

Kegiatan tahun 2005 – 2009. Jakarta : BKKBN.

Iswarati, dkk. 2003. KB, Kesehatan Reproduksi, Gender dan Pembengunan

Kependudukan. Jakarta : BKKBN, STARH.

Lolita, Frida. 2004. Faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan KB pada

pekerja pria di RSPP tahun 2004. Jakarta : FKM UI Depok

Oesman Hadriah, dkk. 2002. Studi Kualitatif : Identifikasi Sasaran Khalayak Partisipasi

Pria dalam KB & Kes Pro di Provinsi Ja teng & Ja tim. Jakarta : Puslitbang KB & Kespro,

BKKBN.

Oesman Hadriah, dkk. 2002. Telaahan Hasil-hasil Penelitian Peningkatan Partisipasi Pria

dalam KB & Kes Pro di Indonesia. Jakarta : Puslitbang KB & Kespro, BKKBN.

Prihastuti, Ismay. 2005. Akseptor KB Terengah Di Otonomi Daerah. Yogyakarta : LP3Y ( Lembaga Penelitian Pendidikan & Penerbitan Yogya).

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Setia, Edi. 2006. Gema Pria Online, Penumbuhan Minat Pria

Wahid, Abdurrahman, dkk. 1996. Seksualitas, Kespro dan Ketimpangan Gender. Yogyakarta : Pustaka Sinar Harapan.

(7)
(8)
(9)

Referensi

Dokumen terkait

Rahmanti Asmarani, S.S., M.hum., thesis coordinator of English Department of Strata 1 Program, Faculty of Humanities of Dian Nuswantoro University, who gave permission to

Windyaningrum, Brigitta E. Supplementary Materials to Teach Vocabulary Based on Task Based Learning for Seventh Graders. Yogyakarta: English Language Education

Proses reuse ini pun tidak boleh dilakukan dalam hal minyak jelantah karena menggunakan kembali minyak goreng bekas sama saja membunuh secara perlahan-lahan diri kita sendiri,

Dengan demikian upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia melalui aspek ekonomi dan aspek lingkungan dapat dilakukan dengan cara

Kartu Tanda Penduduk (KTP) pimpinan perusahaan atau pererima kuasa dari pimpinan perusahaan yang namanya tercantum dalam akte pendirian atau perubahan yang menghadiri

Hubungan Pengaruh Pemberian TNF- α Dosis Rendah pada Mesenchymal Stem Cell Terhadap Kadar PDGF. Pengekspresian PDGF dapat diatur dengan cara dipicu oleh beberapa

Untuk hasil analisis Koefisien Korelasi (r) = 0,978 yang berarti terdapat hubungan erat antara biaya promosi terhadap hasil penjualan sehingga biaya promosi yang dikeluarkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekanan eksternal dan faktor politik tidak berpengaruh secara parsial hanya komitmen manajemen yang berpengaruh secara parsial terhadap