YANG BERBEDA
Oleh :
M. SANDI FACHRISAL
NIM. 100 500 111
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO
(Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI
YANG BERBEDA
Oleh
M. SANDI FACHRISAL
NIM. 100 500 111
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
YANG BERBEDA
Oleh
M. SANDI FACHRISAL
NIM. 100 500 111
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk memperoleh Sebutan
Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN
JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah : PERSENTASE PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L) DENGAN KEDALAMAN SEMAI YANG BERBEDA.
Nama : M. Sandi Fachrisal
NIM : 100 500 111
Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian
Lulus ujian pada tanggal : Juli 2013
Pembimbing, Yuanita, SP, MP NIP. 19661125 200112 2 001 Penguji II, Roby, SP, MP NIP. 19730517 200501 1 009 Mengesahkan,Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP. 19630805 198903 1 005 Penguji I, Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001 Menyetujui,
Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
Ir. Syarifuddin, MP NIP. 19650706 200112 1 001
M. SANDI FACHRISAL. Persentase Perkecambahan Benih Kakao
(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda (di
bawah bimbingan Yuanita).
Penelitian ini dilatar belakangi karena belum maksimalnya
kedalaman semai yang baik pada benih kakao, oleh karena itu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji kecepatan dan keberhasilan benih
kakao pada saat menyemai.
Dari hasil penelitian menunjukkan dengan penyemaian di atas
media saja (P0), kedalaman semai 2 cm (P
1), dan kedalaman semai 4 cm(P2) memberikan nilai persentase perkecambahan tinggi dengan
persentase perkecambahan 100% dengan jumlah benih yang
bekecambah 20 benih. Pada perlakuan (P1) benih berkecambah hanya
membutuhkan waktu 2 hari sedangkan (P0) membutuhkan waktu 3 hari
dan (P2) membutuhkan 4 hari untuk berkecambah. Jadi perbedaan
penelitian hanya pada waktu tumbuh saja di setiap perlakuan dan hasil
persentasenya di kategorikan baik.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
memadai untuk memastikan kedalaman semai yang baik pada benih
kakao.
RIWAYAT HIDUP
M. Sandi Fachrisal lahir pada tanggal 6 Januari 1992 di
Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak
kelima dari tujuh bersaudara pasangan Bapak Suriyadi
dan Ibu Jamaliah.
Tahun 1998 memulai pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 14 kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri
24 tahun 2004, melanjutkan Sekolah Menengah Atas Negeri 5 tahun
2007, dan lulus tahun 2010 di Samarinda. Pendidikan Tinggi dimulai pada
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Budidaya Tanaman
Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian tahun 2010.
Pada tanggal 1 Maret 2013 sampai dengan 1 Mei 2013 mengikuti
program praktek kerja lapang (PKL) di PT.Tritunggal Sentra Buana, Desa
Saliki, Kecamatan Muara Badak, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi
Kalimantan Timur.
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas
berkat Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di belakang Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya
Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian
dan penyusunan Karya Ilmiah ini dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu dari
bulan 1 Juni sampai dengan 1 Juli 2013, yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan
mendapat sebutan Ahli Madya.
Pada Kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
dan penghargaan kepada :
1. Ibu Yuanita, SP, MP selaku Dosen Pembimbing
2. Bapak Ir. Syarifuddin, MP selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan dan Dosen Penguji I
3. Bapak Roby, SP, MP selaku Dosen Penguji II
4. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
6. Seluruh staf pengajar, administrasi, dan teknisi yang ada di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan
7. Seluruh anggota keluarga yang telah memberikan dukungan motivasi serta semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu – persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Amin.
DAFTAR ISI
HalamanKATA PENGANTAR………vii
DAFTAR ISI………viii
DAFTAR TABEL………x
DAFTAR GAMBAR………xi
DAFTAR LAMPIRAN………xii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang……… 1 B. Tujuan……….. 3C. Hasil Yang Diharapkan………. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tanaman kakao……….4
1. Sistematika Tanaman Kakao………. 4
2. Morfologi Tanaman Kakao………. 5
3. Varietas Tanaman Kakao………... 9
4. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao……….. 11
B. Perkecambahan Benih ………. 15
1. Tingkat Kemasakan Benih………. 15
2. Ukuran Benih……… 16
3. Dormansi………... 16
4. Pembibitan……… 16
C. Media Perkecambahan………. 17
1. Pasir………... 17
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu………. 19
B. Alat dan Bahan………... 19
C. Perlakuan……….19
D. Prosedur Penelitian……… 20
1. Persiapan Media Tanam……….20
2. Persiapan Benih……….. 20
3. Pengambilan Benih………. 20
4. Seleksi Benih ……….. 21
5. Penanaman Benih………... 21
6. Pemeliharaan………21
E. Pengamatan dan Pengambilan Data……….. 21
1. Munculnya Kecambah……….21
F. Persentase Perkecambahan……… 22
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil………. 23
B. Pembahasan……….. 27
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan………. 29
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
No.
Tubuh Utama
Halaman
1. Gambar 1. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
Yang Berbeda Pada Hari Ke – 4……… 24
2. Gambar 2. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
Yang Berbeda Pada Hari Ke – 5……… 24 3. Gambar 3. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao
(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
Yang Berbeda Pada Hari Ke – 6……… 25 4. Gambar 4. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao
(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
Yang Berbeda Pada Hari Ke – 7……… 25 5. Gambar 5. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao
(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
No.
Halaman
1. Lampiran 1. Tabel 2 Data Harian PerkecambahanBenih Kakao (Theobroma cacao L) Selama 12
Hari... 31
2. Lampiran 2. Perhitungan Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L)………. 32
3. .Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian
a. Media pasir……….... 33b. Benih kakao………... 33
c. Penanaman benih kakao ( P0 )……….. 34
d. Penanaman benih kakao ( P1 )……….. 34
e. Penanaman benih kakao ( P2 )……….. 35
f. Pengecekan hari ke 4 ( P0 )……… 35 g. Pengecekan hari ke 4 ( P1 )………... 36 h. Pengecekan hari ke 4 ( P2 )……… 36 i. Pengecekan hari ke 5 ( P0)………. 37 j. Pengecekan hari ke 5 ( P1 )……… 37 k. Pengecekan hari ke 5 ( P2 )……… 38 l. Pengecekan hari ke 6 ( P0 )……… 38 m. Pengecekan hari ke 6 ( P1 )……… 39 n. Pengecekan hari ke 6 ( P2 )……… 39
o. Hasil pertumbuhan benih kakao ( P0, P1, P2 )………. 40
DAFTAR TABEL
No.
Tubuh Utama
Halaman
1. Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Kakao(Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai
I. PENDAHULUAN
Perkebunan kakao dewasa ini di Indonesia berkembang sangat pesat terutama pada perkebunan rakyat, hal ini diharapkan perkebunan kakao menempati tempat yang sama dengan komoditi perkebunan lainnya. Tanaman kakao merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan lapangan kerja, sumber pendapatan petani, dan sumber devisa bagi Negara. Karena itu tidak mengherankan bahwa sejak awal tahun 1980-an perkembangan kakao di Indonesia sangat pesat. Keadaan iklim dan kondisi lahan yang sesuai untuk pertumbuhan kakao akan mendorong pengembangan pembangunan perkebunan kakao di Indonesia. Dengan meningkatnya kemakmuran masyarakat, maka diharapkan masyarakat untuk melengkapi gizi agar lebih baik, dengan demikian kakao yang diolah menjadi sebuah produk akan memberikan harapan cerah karena kandungan yang terdapat dalam kakao seperti lemak nabati sangat tinggi yaitu 50%, karbohidrat 15%, terdiri dari 6% pati dan 1% gula, sebagian besar industri farmasi mempergunakan sebagai obat – obatan disamping itu pula diperlukan sebagai bahan pembuat kembang gula (Susanto, 1994)
Perkebunan kakao di Indonesia banyak diusahakan dengan produksi yang tinggi, namun kendala utamanya mutu yang kurang baik, terutama dari kakao rakyat. Hal ini terutama petani belum juga dapat memahami budidaya tanaman kakao sepenuhnya. Tanaman kakao memerlukan perlakuan yang agak berbeda dengan tanaman perkebunan lainnya, terutama dalam hal perkecambahan, untuk mendapatkan bahan tanaman biji yang kelak dapat
3
berproduksi tinggi, sebaiknya diperoleh dari kebun benih kakao yang telah teruji kualitasnya. Tidak hanya tinggi produksinya, tetapi juga resisten terhadap hama dan penyakit. Jika tidak terdapat kebun benih kakao, maka bahan tanaman biji dapat diperoleh dari pohon – pohon terpilih diareal pertanaman kakao yang pohonnya berproduksi tinggi, bebas dari serangan hama dan penyakit, dan dapat berbuah sepanjang tahun (Sunanto, 1992).
Mutu biji sangat dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya tingkat produsen, jenis kakao, keadaan tanah, tinggi tempat, suhu, kelembaban udara, dan curah hujan. Oleh karena itu meskipun pertumbuhan dan produksi tanaman sangat di pengaruhi oleh keadaan iklim dan cara bercocok tanam, tetapi harus diingat pentingnya pemilihan mutu biji yang akan di gunakan. Salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan perkecambahan melalui benih. Pengertian perkecambahan adalah pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrionik axis di dalam yang terhenti untuk selanjutnya membentuk bibit (Kamil, 1979).
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan – perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan – kegiatan sel dan enzim serta naiknya tingkat respirasi benih dan tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan – bahan seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik – titik tumbuh (Sutopo, 1985).
Adapun tujuan dari penelitian ini untuk menguji sejauh mana kecepatan perkecambahan benih kakao dengan kedalaman semai yang berbeda.
Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan informasi kepada pembaca tentang kedalaman semai yang baik untuk benih kakao pada media pasir.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tanaman kakao
Beberapa literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk yang pertama kali mengusahakan tanaman kakao serta menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan Astek. Mereka memanfaatkan kakao sebelum orang-orang kulit putih dibawah pimpinan Christopher Columbus (Susanto, 1994).
1. Sistematika Tanaman Kakao
Kakao merupakan satu-satunya diantara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (2000) sistematika tanaman ini sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Anak Kelas : Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
2. Morfologi Tanaman Kakao
Menurut Susanto (1994), morfologi tanaman kakao adalah sebagai berikut:
Kakao adalah tanaman dengan surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah 0 - 30 cm. Ujungnya membentuk cabang kecil yang susunannya ruwet. Akar tanaman kakao adalah akar tunggang. Pertumbuhan akar kakao bisa sampai 8 m ke arah samping dan 15 m ke arah bawah.
b. Batang dan Cabang
Tinggi batang kakao pada umur tiga tahun mencapai 1,8 - 3 m dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 - 7 m. Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan dan faktor tumbuh yang tersedia. Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya keatas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya kesamping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas).
Tanaman kakao yang berasal dari biji (generatif), setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 m akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket. Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao. Tinggi batang sampai terbentuk jorket pada umumnya sekitar 1 - 2 meter dari permukaan tanah. Pembentukan jorket didahului dengan berhentinya pertumbuhan tunas ortotrop karena ruasnya tidak memanjang. Dari ujung perhentian tersebut selanjutnya tumbuh 3 – 6 cabang yang arah
pertumbuhannya condong kesamping membentuk sudut 0 – 60o
7
primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh cabang lateral sehingga tanaman membentuk tajuk yang rimbun.
c. Daun
Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat
dimorfisme, Pada tunas ortotrop tangkai daunnya yaitu 7,5 - 10 cm,
sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, tergantung pada tipenya. Salah satu sifat khusus daun kakao yaitu adanya dua persendian yang terletak dipangkal dan ujung tangkai daun, dengan persendian ini daun mampu membuat gerakan untuk menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari.
Bentuk helai daun bulat memanjang, ujung daun meruncing, dan pangkal daun runcing. Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol kepermukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen, warna daun dewasa hijau tua, panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm, Permukaan daun licin dan mengkilap.
d. Bunga
Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion).
Bunga kakao mempunyai rumus K5C5A5+5G(5).Artinya, bunga
tersusun dalam 2 lingkaran, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu, atau kemerahan, warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Tangkai bunga kecil tetapi panjang ( 1 – 1,5 cm ) , daun mahkota panjangnya 6 – 8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang dan biasanya terdapat dua garis merah, bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel, dan berwarna putih.
e. Buah
Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga. Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselang – seling, pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas, kulit buahnya tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya pada tipe forastero permukaan kulit buah pada umumnya halus , kulitnya tipis tetapi keras. Buah akan masak setelah berumur enam bulan. Saat itu, ukurannya beragam, dari panjang 10 - 30 cm, bergantung pada faktor lingkungan selama perkembangan buah.
f. Biji
Biji tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah, jumlahnya beragam yaitu 20 – 50 butir per buah, jika dipotong melintang tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling
9
melipat dan bagian pangkalnya menempel diporos, warna kotiledon putih untuk tipe criollo dan ungu untuk tipe forastero.
Biji dibungkus oleh daging buah yang berwarna putih dan rasanya manis yang diduga mengandung zat penghambat perkecambahan. Disebelah dalam daging buah terdapat kulit biji (testa) yang membungkus dua kotiledon dan poros embrio. Biji kakao tidak memiliki masa dorman. Meskipun daging buahnya mengandung zat penghambat perkecambahan, tetapi kadang – kadang biji berkecambah didalam buah yang terlambat dipanen karena daging buahnya telah kering.
Saat berkecambah, hipokotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup keatas permukaan tanah. Fase ini di sebut dengan fase serdadu, fase kedua ditandai dengan membukanya kotiledon diikuti dengan memanjangnya epikotil dan tumbuhnya empat lembar daun pertama. Keempat daun tersebut sebetulnya tumbuh dari setiap ruasnya, tetapi buku – bukunya sangat pendek sehingga tampak tumbuh dari satu ruas, pertumbuhan berikutnya berlangsung secara periodik dengan interval waktu tertentu.
3. Varietas Tanaman Kakao
Menurut Susanto (1994), varietas kakao dapat di bagi menjadi tiga tipe yaitu :
a. Criollo, termasuk kakao bermutu tinggi atau kakao mulia. Criollo mempunyai ciri – ciri sebagai berikut :
1) Pertumbuhan tanaman kurang kuat dan produksinya relatif rendah, tunas – tunasnya muda umumnya berbulu.
2) Masa berbuah lambat.
3) Agak peka terhadap serangan hama dan penyakit. 4) Kulit buah tipis mudah diiris.
5) Ujung buah umumnya berbentuk tumpul, sedikit bengkok.
6) Tiap buah berisi 30 – 40 biji, yang bentuknya agak bulat sampai bulat.
7) Endospermanya berwarna putih.
8) Proses fermentasinya lebih cepat. 9) Rasa biji tidak begitu pahit.
10) Warna buah umumnya merah dan bila sudah masak menjadi oranye.
b. Forastero, umumnya termasuk kakao bermutu rendah atau disebut kakao lindak. Tipe Forastero memiliki ciri – ciri sebagai berikut :
1) Pertumbuhan tanaman kuat dan produksinya lebih tinggi. 2) Masa berbuah lebih awal.
3) Umumnya di perbanyak dengan semaian hibrida.
4) Relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. 5) Kulit buah agak keras tetapi permukaannya halus.
6) Alur – alur pada kulit buah agak dalam.
7) Endospermanya berwarna ungu tua dan berbentuk gepeng. 8) Proses fermentasinya lebih lama.
9) Rasa biji lebih pahit.
10) Kulit buah berwarna hijau terutama yang berasal dari Amazone dan merah yang berasal dari daerah lain.
11
c. Trinitario, merupakan hasil persilangan antara criollo dan Forastero, dari hasil persilangan ini mutunya baik, buah dan bijinya besar, sebagai contoh adalah klon Jati Runggo. Walaupun ciri – ciri bijinya seperti Criollo namun merupakan hasil persilangan. Jenis Trinitario dapat dibedakan menjadi empat golongan , yaitu :
1) Angoleta, dengan ciri – ciri sebagai berikut : a) Bentuk luar mendekati Criollo.
b) Kulit luar sangat kasar, buah besar, beralur dalam. c) Biji bulat, mutu superior.
d) Endospermanya berwarna ungu. 2) Cundeamor, dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a) Bentuk buah seperti Angoleta.
b) Kulit buah kasar, dan alur tidak dalam. c) Bijinya gepeng dan mutu superior d) Endospermanya berwarna ungu gelap 3) Amelonado, dengan ciri – ciri sebagai berikut :
a) Bentuk buah bulat telur.
b) Kulit sedikit halus dan alurnya jelas
c) Bijinya gepeng, mutu ada yang sedang dan ada yang superior.
d) Endospermanya berwarna ungu 4) Calaba cillo, dengan ciri – ciri sebagai barikut :
a) Buahnya pendek dan bulat.
b) Kulitnya sangat halus dan licin, sedangkan alur buahnya dangkal
c) Biji gepeng dan rasanya pahit. d) Endospermanya berwarna ungu. 4. Syarat Tumbuh Tanaman Kakao
Di daerah asalnya tanaman kakao tumbuh subur di hutan-hutan dataran rendah dan hidup di bawah naungan pohon-pohon yang tinggi. Kesuburan tanah, kelembaban udara, suhu dan curah hujan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao. Sedangkan angin, musim kering, dan perubahan iklim sangat berpengaruh terhadap proses pembuahan tanaman kakao.
Tanaman kakao dapat tumbuh subur pada ketinggian 1-600 m dari permukaan air laut. Tanaman kakao tidak tahan terhadap cendawan, air pada musim hujan dan juga kekeringan pada musim kemarau, sifat tanah yang baik untuk tanaman kakao yaitu memiliki unsur hara yang tinggi (Susanto, 1994). a. Faktor Iklim
Iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman kakao meliputi curah hujan, suhu, kelembaban udara, sinar matahari, dan angin.
1) Curah Hujan
Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1.250 sampai dengan 3.000 mm tiap tahun, curah hujan yang melebihi dari 3.000 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah. Di samping itu, akan terjadi pencucian air yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, dan pH turun.
13
2) Suhu
Faktor suhu sangat berhubungan dengan tinggi tempat. Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dari permukaan air laut. Suhu maksimal untuk tanaman kakao sekitar
300 sampai dengan 320 C. Suhu yang tinggi memacu pembungaan,
namun kemudian gugur, suhu yang baik pada saat pembungaan adalah
sekitar 300 C pada siang hari dan sekitar 260 C pada malam hari.
3) Kelembaban Udara
Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100%, pada siang hari 70% dan 80% pada malam hari. Kelembaban yang rendah akan mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen.
4) Sinar Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesis, namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. Tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25% sampai dengan 35% dari sinar matahari penuh, sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari semakin besar yaitu 65% sampai dengan 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengatur tanaman penaung.
5) Angin
Daun kakao umumnya lebih besar dibanding dengan daun kopi, sehingga lebih mudah rusak bila diterpa angin kencang. Terutama daun
yang muda akan mudah robek, hal ini akan lebih berat bila sifat angin itu kering dan kencang, kecepatan angin mulai merusak dan merugikan tanaman apabila lebih dari 4 m per detik atau sekitar 15 km per tahun. b. Faktor Tanah
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kakao yaitu tebal lapisan tanah (solum) minimum 90 cm dan cukup gembur, mengandung humus atau bahan organik, terutama pada lapisan tanah bagian atas (sampai kedalaman 25 cm dari permukaan tanah), memiliki kadar hara yang tinggi dan dalam keseimbangan yang baik, dan mengandung cukup
udara dan air, kemiringan tanah maksimum 40o, permukaan tanah yang
miring perlu di buat teras - teras atau sengkedan. 1) Sifat Kimia Tanah
Tanaman kakao tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6 – 7,5 tidak lebih tinggi dari 8 serta tidak lebih rendah dari 4. Hal ini disebabkan terbatasnya ketersediaan hara pada pH tinggi dan efek racun dari Al, Mn, dan Fe pada pH rendah.
Disamping faktor keasaman sifat kimia tanah yang juga turut perperan adalah kadar zat organik. Kadar zat organik yang tinggi akan meningkatkan laju pertumbuhan pada masa sebelum panen, untuk itu zat pada lapisan tanah setebal 0 – 15 cm sebaiknya lebih dari 3 persen. Kadar tersebut setara dengan 1,75 persen unsur karbon yang dapat menyediakan hara dan air serta struktur tanah yang gembur.
Usaha meningkatkan kadar organik dapat dilakukan dengan memanfaatkan seresah sisa pemangkasan maupun pembenaman kulit buah kakao. Sebanyak 1.990 kg/ha/tahun daun gliricida yang jatuh
15
memberikan hara nitrogen sebesar 40,8 kg/ha, fosfor 1,6 kg/ha, kalium 25 kg/ha, dan magnesium 9,1 kg/ha. Kulit buah kakao sebagai zat organik sebanyak 900 kg/hamemberikan hara yang setara dengan 29 kg urea, 9 kg Rp, 56,6 kg MoP, dan 8 kg kieserite, sebaiknya tanah yang hendak ditanami kakao paling tidak juga mengandung kalsium lebih besar dari 8 Me/100 g contoh tanah dan kalium sebesar 0,24 Me/100 g pada kedalaman 0 - 15 cm (Susanto, 1994).
2) Sifat Fisik Tanah
Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30 – 40 % fraksi liat, 50 % pasir, dan 10 – 20 % tanah. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah, struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara didalam tanah baik sehingga menguntungkan bagi akar. Tanah tipe latosol dengan fraksi liat yang tinggi ternyata sangat kurang menguntungkan tanaman kakao, sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung berliat walaupun mengandung kerikil masih baik bagi tanaman kakao.
Tanaman kakao menginginkan solum tanah minimal 90 cm, walaupun ketebalan solum tidak selalu mendukung pertumbuhan tetapi solum tanah setebal itu dapat dijadikan pedoman umum untuk mendukung pertumbuhan kakao. Kedalaman tanam efektif terutama ditentukan oleh sifat tanah, apakah mampu menciptakan kondisi yang menjadikan akar bebas untuk berkembang. Karena itu kedalaman efektif berkaitan dengan air tanah yang mempengaruhi aerasi dalam
rangka pertumbuhan dan serapan unsur hara yang baik (Susanto, 1994).
B. Perkecambahan Benih
Perkecambahan ini tidak hanya dipakai khusus untuk biji tetapi juga dipakai untuk bagian tumbuhan lainnya. Secara visual dan morfologis suatu biji yang berkecambah umumnya ditandai dengan terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari benih (Kamil, 1979).
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah : 1. Tingkat kemasakan benih
Benih dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkat tersebut belum memilki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna.
2. Ukuran benih
Di dalam penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi embrio pada saat perkecambahan. Di duga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak di bandingkan dengan benih yang kecil, mungkin embrionya lebih besar. 3. Dormansi
Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya hidup tetapi tidak mau berkacambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkacambahannya. Periode
17
dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya.
4. Pembibitan
Tempat pembibitan kakao perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu :
a. Dekat dengan sumber air, mudah diawasi, tempatnya datar,
drainasenya baik, terlindung dari angin yang kencang dan sinar matahari langsung, dan tidak terganggu oleh hama.
b. Tempat pembibitan perlu naungan untuk menahan sinar matahari dan angin yang kencang, naungan dapat berupa tanaman hidup misalnya lamtaro dan kelapa.
C. Media Perkecambahan
Media yang baik untuk perkecambahan benih tanaman kakao harus mempunyai sifat fisik yang baik, kondisi fisik sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tekstur yang padat karena benih berusaha keras untuk dapat menembus ke permukaan tanah. Media yang digunakan adalah :
1. Pasir
Pasir adalah butiran tanah yang lebih kecil dari kerikil juga dari batu yang beraneka ragam bentuknya. Umumnya butiran pasir terbawa air ke sungai berwarna putih, kuning dan mengkilap karena bercampur air tanah atau butiran – butiran lain. Pasir mempunyai sifat antara butiran pasir yang satu dengan yang lain tidak terikat, sehingga pasir dengan mudah terbawa oleh air atau angin. Pasir mempunyai kandungan unsur hara yang cukup
kecil dan tidak sepenuhnya mampu untuk menahan air dan unsur hara ( Rismunandar, 1994).
Pasir sering kali digunakan sebagai media tanam alternatif untuk menggantikan fungsi tanah. Sejauh ini pasir dianggap memedai dan sesuai jika digunakan sebagai media untuk penyemaian benih dan pertumbuhan bibit tanaman kakao. Sifatnya yang mudah kering akan memudahkan pengangkatan bibit tanaman ke lapangan, selain itu keunggulan media pasir adalah kemudahan dalam penggunaan.
Pasir dapat dipilih sebagai media tanam karena mempunyai pori – pori yang lebih banyak, dimana pori – pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur hara. Pori – pori pasir yang lebih banyak dibandingkan tanah liat mudah menjadi basah dan cepat pula kering karena proses penguapan dan konsisten (ketahanan partikel terhadap proses pemisahan) pasir sangat kecil sehingga mudah terkikis oleh air dan angin ( Dina, 1994 ).
19
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
Penelitian dilaksanakan di areal Laboratorium Agronomi Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan Manajemen Pertanian selama 1 bulan, mulai dari tanggal 1 Juni sampai dengan 1 Juli 2013.
B. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Alat tulis
2. Baskom dengan ukuran 25 x 30 cm, ketebalan 25 cm
3. Cangkul
4. Ayakan 5. Kamera 6. Penggaris
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Buah kakao varietas Forestero (F1)
2. Pasir 3. Air C. Perlakuan
Penelitian ini disusun dalam 3 perlakuan dan terdiri dari 20 ulangan jadi jumlah benih yang di tanam adalah 60 tanaman, adapun perlakuan dalam penelitian ini adalah :
P0 = Pelakuan benih ditaruh diatas media saja
P1 = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 2 cm
D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan adalah pasir karena mempunyai pori – pori yang lebih banyak, dimana pori – pori tersebut sangat baik untuk aerasi dan draenase serta mempermudah akar menyerap unsur hara.
2. Persiapan Benih Kakao
Benih kakao berasal dari Desa Berambai dengan jenis kakao Forastero (F1). Benih kakao yang baik adalah benih yang berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang di pohon). Benih yang cukup tua mempunyai tanda - tanda sebagai berikut : a. Warnanya kuning. Pada jenis kakao yang kulit buahnya merah, yang
kuning adalah alurnya. Sedangkan jenis kakao yang kulit buahnya hijau berubah menjadi kekuning - kuningan atau oranye.
b. Jika buah di guncang - guncang timbul suara, yang menandakan bahwa biji-biji kakao tersebut sudah lepas dari rekatan daging buah. c. Jika buah di ketuk - ketuk dengan tangan, suaranya bergema. 3. Pengambilan Benih Kakao
Buah yang sudah cukup tua dibuka dengan cara dipukul dengan alat pemukul sampai terbelah, pemukulan buah dilakukan secara hati - hati agar tidak merusak benih. Kemudian benih di keluarkan, untuk mendapatkan benih yang baik hanya pada bagian tengah atau poros buah. 4. Seleksi Benih Kakao
Dari satu buah kakao pada umumnya hanya diambil 20 - 25 butir biji, dan dipilih biji - biji yang sehat. Biji yang terpilih kemudian dibersihkan lendirnya (pulp) dengan cara meremas - remas biji dengan serbuk gergaji.
21
Kemudian biji tersebut dicuci dengan air, selanjutnya pembukaan kulit ari menggunakan pisau secara hati – hati agar benih tidak rusak, lalu biji dicuci sampai bersih, kemudian biji siap untuk disemaikan.
5. Penyemaian Benih Kakao
Masing – masing baskom yang telah diisi pasir akan disemai dengan kedalaman yang berbeda yaitu benih ditaruh diatas media saja, benih disemai dengan kedalaman 2 cm, benih disemai dengan kedalaman 4 cm dengan posisi benih berdiri yaitu radikula menghadap ke bawah. 6. Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi penyiraman dan pemberantasan gulma. Penyiraman dilakukan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, kecuali jika turun hujan penyiraman hanya sekali saja. Penyiraman hingga media menjadi lembab.
E. Pengamatan dan Pengambilan Data 1. Munculnya Kecambah.
Tanda bahwa benih sudah berkecambah adalah hipokotil memanjang dan mengangkat kotiledon yang masih menutup keatas permukaan tanah. Pengambilan data dilakukan setiap hari selama 12 hari. F. Persentase Perkecambahan
Untuk mencari persentase perkecambahan menggunakan rumus menurut Kartasapoetra (2004).
Persentase Perkecambahan = ∑ BYB X 100 %
∑ BYD Keterangan :
∑ BYD = Jumlah benih yang di semai
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan untuk persentase
perkecambahan benih kakao dengan 3 perlakuan yaitu, P0, P1, dan P2 dapat
dilihat pada tabel 1, sebagai berikut :
Tabel 1. Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda.
No Perlakuan ∑ BYD ∑ BYB Persentase Perkecambahan (%)
1 P0 20 20 100 %
2 P1 20 20 100 %
3 P2 20 20 100 %
Keterangan :
P0 = Benih ditaruh diatas media saja.
P1 = Benih disemai dengan kedalaman 2 cm
P2 = Benih disemai dengan kedalaman 4 cm
∑ BYD = Jumlah benih yang disemai
∑ BYB = Jumlah benih yang berkecambah
Pada tabel menunjukkan bahwa benih disemai dengan kedalaman yang berbeda mempunyai persentase perkecambahan baik yaitu 100 %.
Hasil pengamatan yang dilaksanakan untuk persentase
perkecambahan benih kakao dengan 3 perlakuan yaitu, P0, P1, dan P2 dapat
Gambar 1. Diagram Per
L) Dengan
Gambar 2. Diagram Per
L) Dengan P0 H‐4 45% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% P e rsen tase ( % ) P0 H‐5 35% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% 40% Persen ta se ( % )
rsentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobro Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari K
rsentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobro Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari K
0 P1 P2
% 75% 25%
Perkecambahan Benih Kakao
0 P1 P2
% 25% 35%
Perkecambahan Benih Kakao
23
oma cacao
Ke – 4
oma cacao
Gambar 3. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma
cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke
– 6
Gambar 4. Diagram Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao
L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Pada Hari Ke - 7
P0 P1 P2 H‐6 20% 0% 30% 0% 5% 10% 15% 20% 25% 30% 35% P e rsen tase ( % )
Perkecambahan Benih Kakao
P0 P1 P2 H‐7 0% 0% 10% 0% 2% 4% 6% 8% 10% 12% P e rsen tase ( % )
Gambar 5. Diagram Per L) Dengan K Keterangan: H4= Hari ke 4 H5= Hari ke 5 H6= Hari ke 6 H7= Hari ke 7 P0= Benih ditaru P1= Benih disem P2= Benih disem B. Pembahasan Dari hasil p (Theobroma cacao
media saja (P0), keda
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% P0 H7 0% H6 20% H5 35% H4 45% P e rs en tas e (%) P
rsentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobro Kedalaman Semai Yang Berbeda
h diatas media saja
mai dengan kedalaman 2 cm mai dengan kedalaman 4 cm
penelitian persentase perkecambahan ben
L) dengan kedalaman semai yang berbeda ya
alaman semai 2 cm (P1), dan kedalaman sema
P1 P2
0% 10%
0% 30%
25% 35%
75% 25%
Perkecambahan Benih Kakao
25
oma cacao
nih kakao aitu di atas
memberikan nilai persentase perkecambahan baik dengan persentase perkecambahan 100% dengan jumlah benih yang bekecambah 20 benih.
Pada perlakuan (P0) benih berkecambah membutuhkan waktu 6 hari
sedangkan perlakuan (P1) lebih cepat berkecambah karena benih tidak
terhambat oleh pasir untuk tumbuh sehingga hanya membutuhkan waktu 5
hari dan perlakuan (P2) membutuhkan 7 hari untuk berkecambah karena benih
sulit untuk menembus pasir. Jadi perbedaan hanya pada waktu tumbuh saja di setiap perlakuan dan hasil persentasenya di kategorikan baik. Pada semua perlakuan memberikan nilai persentase perkecambahan tinggi dengan rata - rata persentase perkecambahan 100%. Air dapat menembus masuk kedalam pasir, sehingga terjadi perombakan oleh enzim - enzim di dalam benih yang sebagian digunakan sebagai bahan penyusun pertumbuhan di daerah titik tumbuh dan sebagian lagi digunakan sebagai bahan bakar respirasi. Maka disaat itulah radikula dan plumula akan muncul ke permukaan tanah dengan cepat (Sutopo, 1985).
Menurut Stein (1978) dan Ermansah (1992) kriteria % perkecambahan dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Perkecambahan dikatakan gagal bila persentase berkecambah berkisar antara 0% sampai 9%.
2. Pekecambahan dikatakan rendah bila persentase berkecambah berkisar antara 10% sampai 39%.
3. Perkecambahan dikatakan sedang bila persentase berkecambah berkisar antara 40% sampai 69%.
4. Perkecambahan dikatakan baik bila persentase berkecambah berkisar antara 70% sampai 100%.
27
Dari hasil yang di dapat maka semua perlakuan tersebut dalam kriteria perkecambahan dikatakan baik. Karena persentase yang di peroleh sebesar 100%. Didalam peristiwa perkecambahan ini akan terjadi beberapa proses yang berpengaruh terhadap keberhasilan pekecambahan, yaitu penyerapan air, aktifitas enzim, pertumbuhan embrio, pecahnya kulit biji dan kemudian membentuk tanaman kecil, selanjutnya memperkuat tubuh tanaman kecil tersebut (Junianto, 1987).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dengan perlakuan menanam benih kakao dengan kedalaman semai yang berbeda tidak ada pengaruh tehadap perkecambahan benih kakao,
hanya pada waktu tumbuh saja yang berbeda. Pada perlakuan (P1) benih
berkecambah hanya membutuhkan waktu 5 hari sedangkan (P0)
membutuhkan waktu 6 hari dan (P2) membutuhkan 7 hari untuk
berkecambah. B. Saran
Untuk penelitian perkecambahan benih kakao sebaiknya
menggunakan kedalaman semai P1 (benih disemai dengan kedalaman 2 cm)
karena memberikan hasil yang baik, sebaiknya diadakan penelitian lebih lanjut menggunakan media semai yang berbeda.
29
DAFTAR PUSTAKA
Dina.1994.Aneka Jenis Media Tanah dan Penggunaannya. Penebar Swadaya. Surabaya.
Ermansah. 1992.Kriteria Persentase Perkecambahan Benih Kakao. Jakarta.
Junianto.1987.Pengaruh Suhu Terhadap Perkecambahan Buah Kakao. Surabaya.
Kamil. 1979.Teknologi Benih I. Angkasa Raya. Padang.
Kartasapoetra. 2004.Pengolahan Benih dan Praktikum. Rineka Cipta. Jakarta.
Rismunandar. 1994.Pengetahuan Dasar tentang Perabukan. Sinar Baru. Bandung
Stein. 1978.Kriteria Persentase Perkecambahan Benih Kakao. Jakarta.
Sunanto, H. 1992.Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil dan Aspek. Jakarta.
Susanto, FX. 1994. Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta.
Sutopo, L. 1985.Teknologi Benih. Rajawali Pers. Jakarta.
Lampiran 1.
Tabel 2. Data Harian Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda Selama 12 Hari. Hari Berkecambah Jenis Perlakuan P0 P1 P2 1 - - - 2 - - - 3 - - - 4 9 15 5 5 7 5 7 6 4 - 6 7 - - 2 8 - - - 9 - - - 10 - - - 11 - - - 12 - - - ? BYD 20 20 20 ? BYB 20 20 20 Persentase Perkecambahan 100 % 100 % 100 %
32
Lampiran 2.
Perhitungan Persentase Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L) Dengan Kedalaman Semai Yang Berbeda.
Persentase Perkecambahan = ? BYB x 100 % ? BYD P0 = 20 x 100 % = 100 % 20 P1 = 20 x 100 % = 100 % 20 P2 = 20 x 100 % = 100 % 20 Keterangan :
P0 = Perlakuan benih ditaruh diatas media saja
P1 = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 2 cm P2 = Perlakuan benih disemai dengan kedalaman 4 cm ? BYD = Jumlah benih yang disemai
? BYB = Jumlah benih yang berkecambah
Jadi, Persentase perkecambahan benih kakao dengan perlakuan p0, p1, dan p2 memiliki persentase perkecambahan baik yaitu 100 %.
Lampiran 3.
Dokumentasi Kegiatan Penelitian
Gambar a. Media pasir
34
Gambar c. Penanaman benih kakao ( P0 )
Gambar e. Penanaman benih kakao ( P2 )
36
Gambar g. Pengecekan hari ke 4 ( P1 )
Gambar i. Pengecekan hari ke 5 ( P0 )
38
Gambar k. Pengecekan hari ke 5 ( P2 )
Gambar m. Pengecekan hari ke 6 ( P2 )
40