• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES

ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER KREATIF DAN KARAKTER INOVATIF BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP

(Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yustinus Dasilva Moron

141114026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(2)

i

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES

ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER KREATIF DAN KARAKTER INOVATIF BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP

(Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Yustinus Dasilva Moron

141114026

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2018

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO

“Kasih”

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”1 Korintus 13:4-6

“Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih,

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya skripsi ini saya persembahkan kepada: Bunda Maria sumber kekuatanku

Bapak Bernadus Samaraya Moron, ibu Monika Mei dan keenam saudara-saudariku yang selalu memberi dukungan dan doa Kristina Putri Pratiwi Yuliana Bertin yang selalu memberi

dukungan bagiku

Serta semua dosen BK, dan semua sahabat Prodi BK angkatan 2014, Universitas Sanata Dharma.

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SOAL TES

ASESMEN HASIL PENDIDIKAN KARAKTER KREATIF DAN KARAKTER INOVATIF BERBASIS FILM KARAKTER DI SMP

(Uji Coba Terbatas pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda Tahun Ajaran 2016/2017)

Yustinus Dasilva Moron Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengembangkan prototipe Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter berbasis film karakter untuk mengukur, mendeskripsikan Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif; 2) menguji kualitas Tes Karakter (validitas, reliabilitas daya beda dan tingkat kesulitan) Soal Tes Pendidikan Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif berbasis film; 3) mengukur gambaran capaian hasil pendidikan Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif; 4) menganalisis efektivitas penggunaan prototipe Soal Tes Pendidikan Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif berdasarkan penilaian peserta didik.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and

development) menggunakan Model Borg and Gall. Subjek pada penelitian ini adalah

siswa kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 66 siswa. Objek penelitian ini adalah prototipe Soal Tes Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Soal Tes Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif yang dikembangkan dan Kuesioner Validasi Efektivitas Model. Reliabilitas Soal Tes Karakter Kreatif sebesar (0,92) dan Soal Tes Karakter Inovatif sebesar (0,92) termasuk kategori bagus sekali, yang diukur menggunakan pendekatan IRT Rasch model. Sedangkan Efektivitas model diukur secara deskriptif prersentase PAP.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) 20 butir Soal Tes Karakter Kreatif dan 20 butir Soal Tes Karakter Inovatif berbasis film karakter; 2) hasil uji kualitas soal tes menunjukkan validitas soal tes seluruhnya fit dengan model Rasch dengan kisaran INFIT MNSQ 0,80-1,0, tingkat kesulitan butir soal yang relatif sedang (-1 s.d 1) menurut kategori model Rasch (-2 s.d +2), dan menunjukan daya beda yang baik; 3) Tingkat karakter Kreatif siswa sebagian besar berada pada kategori sedang sampai tinggi sedangkan tingkat Karakter Inovatif siswa sebagian besar berada pada kategori sedang sampai tinggi; 4) Tes Karater Kreatif dan Karakter Inovatif dipandang efektif untuk mengukur karakter Kreatif dan Karakter Inovatif, khususnya pada nilai-nilai pemahaman (knowing) dan nilai perasaan (afeksion).

Kata kunci: prototipe, soal tes asesmen, pendidikan karakter, kreatif, inovatif, film karakter.

(10)

ix ABSTRACT

THE ASSESSMENT RESULT TEST QUESTION PROTOTYPE DEVELOPMENT OF CREATIVE AND INNOVATIVE CHARACTER EDUCATION BASED ON CHARACTER MOVIE IN JUNIOR HIGH SCHOOL

(Limited Trial in 7th and 8th grade students of SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda Year 2016/2017)

Yustinus Dasilva Moron

Sanata Dharma University

The research was aimed to: 1) develop The Assessment Result Test Prototype of Character Education Based on character movie to measure, describe, the creative and innovative character; 2) check the quality (validity, reliability, appropriateness and difficulty level) of Test of Creative and Innovative Charactyer Education based on film; 3) measure the achievement of Creative and Innovative Character Education result; 4) analyze the effectiveness of the use of Creative and Innovative Character Education Test prototype based on students’ judgement.

The research was a research and development type using Borg and Gall model. The research subject was 7th and 8th grade students of SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda year 2016/2017 with total 66 students. The research object was the Creative and Innovative Character Test prototype. The data gathering used yhe developed Creative and Innovative Character Test and Model Effectiveness Validity Questionnaire. The reliability of the Creative Character Test was (0,92) and the Innovative Character test was (0,92), those was considered very good category that measured using IRT Rasch model approach. In the other hand the effectiveness of the model was measured using PAP descriptive percentage.

The research results shows: 1) 20 items of the Creative Character and 20 items of Innovative Test was based on character movie; 2) the test quality check shows the validity of the test is match with the Rasch model with INFIT MNSQ range was 0,80 - 1,0, the difficulty level is medium 1 up to 1) according to Rasch model (-2 up to +(-2), and shows good appropriateness; 3) The students creative character level is on medium and high category and the students Innovative Character is on medium and high category; 4) Creative and Innovative Character Test is considered effective to measure the Innovative and Creative Character especially on knowing and affection value.

Keywords: prototype, assessment test question, character education, creative,

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala kasih dan karuniaNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Kreatif dan karakter Inovatif Berbasis Film Karakter (Uji Coba Terbatas Pada Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda Tahun Ajaran 2016/2017)”.

Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing peneliti. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang selalu memberikan semangat dan motivasi untuk terus berjuang dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti, yang dengan penuh bijaksana, sabar, dan sangat cermat telah mendampingi peneliti dalam penulisan skripsi ini.

4. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Retno, Ibu Reta, Ibu Indah, Ibu Hayu, Pak Sinurat, yang selalu setia mendampingi dalam lokakarya. 5. Mas Moko, yang selalu setia memberikan pelayanan administrasi di Sekertariat

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PIBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR. ... x

DAFTAR ISI. ... xii

DAFRAT TABEL ... xv

DAFRAT GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ...xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5 C. Pembatasan Masalah ... 6 D. Rumusan Masalah ... 6 E. Tujuan Penelitian ... 7 F. Spesifikasi Produk ... 8 G. Manfaat Penelitian ... 9

H. Asumsi dan Keterbatasan Pengembangan. ... 10

I. Definisi Istilah ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

(14)

xiii

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes ... 14

2. Tujuan dan Fungsi Asesmen ... 17

3. Prinsip-prinsip Asesmen ... 18

4. Jenis-jenis Asesmen ... 21

B. Hakikat Pendidikan Karakter ... 22

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 22

2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ... 24

C. Hakikat Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif ... 27

1. Pengertian Karakter Kreatif ... 27

2. Aspek-aspek Karakter Kreatif ... 27

3. Karakteristik Individu Berkarakter Kreatif ... 30

4. Pengertian Karakter Inovatif ... 31

5. Aspek-aspek Karakter Inovatif ... 32

6. Karakteristik Individu berkarakter inovatif ... 33

7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif... 34

D. Asesmen Pendidikan Karakter ... 35

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter ... 35

2. Teknik-teknik Asesmen Pendidikan Karakter ... 35

3. Tes: Kekuatan dan Kelemahannya Dalam Pendidikan Karakter ... 36

4. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes Dalam Pendidikan Karakter ... 37

E. Media Film dan Pendidikan Karakter ... 45

1. Karakteristik Media Film Karakter ... 45

2. Kekuatan-kekuatan Media Film Dalam Pendidika Karakter... 46

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 47

G. Kerangka Pikir ... 48

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

(15)

xiv

B. Prosedur Pengembangan ... 52

1. Potensi dan Masalah ... 54

2. Pengumpulan Informasi ... 54

3. Desain Produk ... 55

4. Validasi Desain ... 55

5. Revisi Desain ... 56

6. Uji Coba Produk ... 56

C. Uji Coba Produk ... 56

1. Desain Uji Coba ... 56

2. Tempat Penelitian dan Subjek Uji Coba Produk ... 57

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

1. Teknik Pengumpulan Data ... 58

2. Instrumen Pengumpulan Data ... 59

E. Teknik Analisis Data ... 63

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 76

A. Hasil penelitian ... 76 B. Pembahasan ... 105 BAB V PENUTUP ... 111 A. Kesimpulan ... 111 B. Keterbatasan Penelitian ... 112 C. Sasaran ... 113 DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN... 116

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Spesifikasi Produk ... 8

Tabel 3.1 Jumlah Subjek Penelitian ... 57

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Tes Karakter Kreatif ... 61

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Tes Karakter Inovatif ... 63

Tabel 3.4 Norma Kategori Nilai Reliabilitas Item Model Rasch ... 70

Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesulitan Item ... 74

Tabel 3.6 Contoh Hasil Hitung Daya Beda Butir Soal ... 73

Tabel 4.1 Contoh Soal Tes Karakter Kreatif ... 77

Tabel 4.2 Contoh Soal Tes Karakter Inovatif ... 78

Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Tes Karakter Kreatif ... 80

Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Soal Tes Karakter Inovatif ... 82

Tabel 4.5 Reliabilitas Item Karakter Kreatif ... 84

Tabel 4.6 Reliabilitas Item Karakter Inovatif ... 84

Tabel 4.7 Daya Beda Butir Soal Tes Karakter Kreatif dengan Tingkat Kesulitan Tinggi ...90

Tabel 4.8 Daya Beda Butir Soal Tes Karakter Kreatif dengan Tingkat Kesulitan Sedang ... 91

Tabel 4.9 Daya Beda Butir Soal Tes Karakter Inovatif dengan Tingkat Kesulitan Rendah ... 92

Tabel 4.10 Daya Beda Butir Soal Tes Karakter Inovatif dengan Tingkat Kesulitan Sedang ... 93

Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Hitung Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesulitan dan Daya Beda Soal Tes Karakter Kreatif ... 94

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Hitung Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesulitan dan Daya Beda Soal Tes Karakter Inovatif ... 95

Tabel 4.13 Capaian Skor Karakter Kreatif Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda ... 96

(17)

xvi

Tabel 4.14 Capaian Skor Karakter Inovatif Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda ... 98 Tabel 4.15 Rekepitulasi Hasil Validasi Efektivitas Penggunaan Soal Tes ... 102 Tabel 4.16 Kriteria Efektivitas Model yang Dikembangkan... 104

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Krangka Pikir ... 50

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Menurut Sugiyono ... 52

Gambar 3.2 Bagan Porosedur Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen ... 53

Gambar 4.1 Item Fit Karakter Kreatif ... 81

Gambar 4.2 Item Fit Karakter Inovatif ... 83

Gambar 4.3 Tingkat Kesulitan Item Karakter Kreatif ... 86

Gambar 4.4 Tingkat Kesulitan Item Karakter Inovatif... 88

Gambar 4.5 Grafik Kategori Capaian Skor Karakter Kreatif Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda ... 97

Gambar 4.6 Grafik Profile Capaian Skor Karakter Kreatif Pada Subjek Penelitian ... 97

Gambar 4.7 Grafik Kategori Capaian Skor Karakter Inovatif Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda ... 99

Gambar 4.8 Grafik Profile Capaian Skor Karakter Inovatif Pada Subjek Penelitian ... 100

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1

Tabulasi Data Karakter Kreatif ... 116

Lampiran 2 Tabulasi Data Karakter Inovatif ... 118

Lampiran 3 Skala Validasi Efektivitas Model ... 120

Lampiran 4 Reliabilitas Kuesioner Valididasi Efektivitas Model ... 121

Lampiran 5 Reliabilitas Karakter Kreatif ... 122

Lampiran 6 Reliabilitas Karakter Inovatif... 123

Lampiran 7 Hasil Uji Kuesioner Validasi Efektivitas Penggunaan soal Tes ... 124

Lampiran 8 Uji Validitas dan Tingkat Kesulitan Karakter Kreatif ... 125

Lampiran 9 Uji Validitas dan Tingkat Kesulitan Karakter Inovatif ... 126

Lampiran 10 Indeks Daya Beda Karakter Kreatif ... 127

Lampiran 11 Indeks Daya Beda Karakter Inovatif ... 131

Lampiran 12 Dokumentasi ... 135

Lampiran 13 Absensi ... 136

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah atau fokus penelitian, rumusan masalah tujuan penelitian, spesifikasi produk yang dikembangkan, manfaat penelitian, asumsi dan keterbatasan pengembangan serta definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sesungguhnya merupakan suatu usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan tersebut tentunya sejalan dengan undang-undang nomor. 20 tahun 2003 pasal 3 tentang pendidikan nasional menyatakan bahwa “pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” Kemendiknas, (2010).

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk sekolah menengah pertama (SMP) harus diselenggarakan secara sistematis agar mencapai fungsi dan tujuan yang diharapkan yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan karakter sangatlah penting

(21)

2

bagi peserta didik di Indonesia, sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, kementrian pendidikan nasional mengembangkan

grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur dan jenjang pendidikan. Grand design tersebut menjadi rujukan konseptual dan pengembangan,

pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan yang meliputi: Kemendiknas, (2010) “Olah Hati (spiritual dan development) Olah Pikir (intellectual development) Olah Raga dan Kinestetik (Physical and cinestetic

development) dan Olah Rasa dan karsa (Affective and Creativity development)”.

Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut, yang selama ini telah diimplementasikan melalui materi pelajaran agama, budi pekerti dan juga kewarganegaraan, pendidikan jasmani dan pelajaran lainnya yang berkaitan erat dengan pendidikan karakter. Tetapi realitanya dalam dunia pendidikan di Indonesia terutama di jenjang SMP, pendidikan karakter selama ini baru menyentuh pada tingkat pengenalan norma/nilai-nilai atau baru menyentuh pada ranah kognitif dari para peserta didik, dan belum sampai pada tingkat internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan karakter terkait dengan moral, dan selama ini siswa hidup pada dilema moral. Maka tidak heran masih terjadi penyimpangan prilaku di kalangan pelajar, (Barus, 2016) benih-benih kegagalan implementasi pendidikan karakter di SMP dapat ditunjukan antara lain, meningkatnya kenakalan, tindakan kriminalitas maupun kemerosotan nilai moral yang terjadi di kalangan remaja. (Barus, 2016) mengatakan bahwa

(22)

3

“perlu dilakukan evaluasi komperhensif tentang keterlaksanan, hambatan-hambatan, dan efektivitas pendidikan karakter yang telah berlangsung”. Untuk melakukan evaluasi maka dibutuhkan juga proses penilaian (asesmen) dan hasil tes, untuk memperoleh hasil tes tentunya dibutuhkan suatu alat pendukung berupa alat tes atau alat ukur yang memadai agar dapat mengetahui sejauh mana pendidikan karakter sudah berjalan secara efektif di sekolah. Sayangnya dalam pendidikan karakter di Indonesia, masih minimnya perhatian yang lebih dari pemerintah tentang alat tes penilaian karakter peserta didik, hal itu nampak dari belum tersediannya model evaluasi yang digunakan untuk menilai pendidikan karakter peserta didik. Kalaupun ada, model evaluasi yang digunakan hanya mengukur sebatas pada skala sikap dan berhenti pada skal kognitif saja, mestinya capaian pendidikan diukur sampai pada tataran tindakan.

Selama ini model evaluasi hanya dalam bentuk observasi, skala sikap, dan penerapan sistem poin, yang tentunya memiliki kelemahan dan subjektifitas. Barus, (2016) mengungkapkan bahwa :

“Penerapan sistem poin yang berasumsi bahwa pelanggaran-pelanggaran ‘kejahatan’ siswa harus dihitung, dicatat, dan ditakar sanggat tidak berakar dan tidak memanusiakan. Mengambil pandangan yang sepenuhnya negatif pada anak dengan menganggap bahwa anak dilahirkan berdosa dan jahat dan bahwa adalah tugas pendidikan untuk memperbaiki ini melalui hukuman dan melatih ketaatan, merupakan langkah awal kekeliruan dalam penerapan sistem poin”.

Maka untuk itu, tim penelitian sosial, humaniora dan pendidikan (PSHP) Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma merancang suatu model evaluasi dalam bentuk tes. Model evaluasi dalam bentuk tes tersebut akan

(23)

4

diaplikasikan menjadi bentuk soal-soal asesmen pendidikan karakter berbasis film, yang memvisualisasikan dilema moral kreatif dan inovatif melalui potongan film karakter dengan durasi 1-2 menit, kemudian berdasarkan isi potongan film tersebut, siswa diminta menjawab soal-soal yang menyertainya. Penggunaan evaluasi berbasis film dirasa efektif karena langsung menyentuh pada dilema-dilema moral remaja. Film-film yang akan ditampilkan disesuaikan dengan nilai-nilai karakter peserta didik, yang diharapkan dapat menghantar para peserta didik di SMP untuk lebih secara nyata merasakan dan memahami dilema moral yang terjadi.

Berdasarkan situasi yang terjadi, Peneliti sebagai anggota tim penelitian sosial, humaniora dan pendidikan (PSHP) Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma, di mana pada penelitian ini mengangkat topik tentang pengembangan soal tes asesmen pendidikan karakter di SMP, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul berikut “Pengembangan Prototipe Soal Tes Asesmen Hasil Pendidikan Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif Berbasis Film Karakter pada Siswa Kelas VII dan VIII di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarimda Tahun Ajaran 2016/2017”. Nilai pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif menjadi bahan dalam soal-soal penilaian pendidikan karakter berasis film. Alasan kuat mengapa peneliti tertarik untuk mengangkat judul tentang karakter kreatif dan karakter inovatif, karena semakin hari semakin banyak orang yang terus-menerus menciptakan sesuatu yang baru, berupa

(24)

karya-5

karya, baik dalam bentuk objek maupun pemikiran. Untuk menciptakan suatu karya, baik dalam bentuk objek maupun pemikiran yang baru, maka dibutuhkan pribadi yang memiliki karakter kreatif dan karakter inovatif yang baik, agar karya-karya baru yang diciptakan dapat bermanfaat bagi kemajuan dan perkembangan bersama.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah antara lain sebagai berikut :

1. Pendidikan karakter bagi siswa di SMP belum terlaksana secara optimal. 2. Pendidikan karakter penekanannya hanya sampai pada taraf kognitif

belum sampai pada internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

3. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam mengevaluasi pendidikan karakter di SMP.

4. Belum pernah diterapkan evaluasi pendidikan karakter terkait dengan nilai kreatif dan inovatif berbasis film di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda.

(25)

6

C. Pembatasan Masalah atau Fokus Penelitian Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah, maka peneliti membatasi penelitian ini pada poin 3 (Tidak tersedia alat dan cara evaluasi yang efektif digunakan dalam mengevaluasi pendidikan karakter di SMP) dan 4 (Belum pernah diterapkan evaluasi pendidikan karakter terkait dengan nilai kreatif dan inovatif berbasis film di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda). Fokus penelitian ini diarahkan pada pengembangan dan pengunaan alat dan cara evaluasi pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif siswa, berbasis film.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah yang telah dibuat dan dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Seperti apakah pengembangan protoripe soal tes asesmen pendidikan karakter yang efektif dikembangkan di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII ?

2. Seberapa baik kualitas soal tes yang dikembangkan berdasarkan nilai validitas, reliabilitas, daya beda dan Tingkat Kesulitan di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII ?

(26)

7

3. Seperti apakah gambaran capaian hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berdasarkan hasil uji coba prototipe soal tes di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII ?

4. Seberapa efektif penggunaan prototipe tes pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berdasarkan penilaian dari peserta didik di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarindapada siswa kelasVII dan VIII?

E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

1. Menghasilkan prototipe soal tes asesmen pendidikan katrakter kreatif dan karakter inovatif berbasis film yang efektif untuk dikembangkan di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII tahun ajaran 2016/2017.

2. Memperoleh informasi awal kualitas tes pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif mengenai validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesulitan di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII tahun ajaran 2016/2017.

3. Memperoleh gambaran capaian hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berdasarkan hasil uji coba prototipe soal tes di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII tahun ajaran 2016/2017. 4. Menganalisis efektivitas penggunaan prototipe soal tes asesmen pendidikan

(27)

8

didik di SMP Santo Fransiskus Asisi Samarinda pada siswa kelas VII dan VIII tahun ajaran 2016/2017.

F. Spesifikasi Produk yang Dikembangkan

Berikut disajikan spesifikasi produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini:

Tabel 1.1 Spesifikasi Produk

1. Nama Produk Prototipe soal tes asesmen hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berbasis film karakter.

2. Bentuk Produk Soal-soal tes asesmen hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif, prototipe berbasis film dalam bentuk potongan file dan pertanyaan serta pilihan jawaban dalam bentuk file film.

3. Fungsi Produk Alat tes untuk melakukan asesmen hasil pendidikan karakter di SMP yang berdampak implikatif pada manajemen pengembangan program (merencanakan, mendisain, mengimplementasikan, dan mengevaluasi program) pendidikan karakter di SMP.

4. Kriteria efekti-vitas model

Aplikatif, fisibel, realistik, akurat, komperhensif, praktis, ekonomis, dan mudah digunakan konselor/guru BK berkolaborasi dengan guru mata pelajaran di SMP.

5. Komponen model

1. Identifikasi nilai dalam program pendidikan karakter. 2. Identifikasi dan pemilihan film yang bermuatan karakter. 3. Perancangan (designing) pemotongan film bermuatan

karakter dan soal tes yang relevan.

4. Penentuan karakter, norma scoring, dan penyusunan rubric penilaian.

5. Implementasi asesmen dan evaluasi hasil pendidikan karakter di SMP.

6. Pengguna produk/model

Pembuat kebijakan, Pengembang dan pelaksana pendidikan karakter di SMP (pemerintah, kepala sekolah, konselor/guru BK, dan guru mata pelajaran di SMP).

(28)

9 G. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan bahan kajian tentang efektivitas penilaian karakter kreatif dan karakter inovatif siswa di SMP serta diharapkan mampu menambah wawasan dan pengembangan penelitian serupa terutama pada ranah pendidikan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kepala sekolah dan para guru

Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan bagi kepala sekolah dalam mengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan pendidikan karakter di sekolah. Bagi guru pendidik karakter (konselor sekolah/guru BK dan guru mata pelajaran) di SMP, proses dan produk penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memberikan suatu model asesmen pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berbasis media film yang lebih efektif (fisibel, realistik, ekonomis, relatif praktis dan mudah digunakan) untuk mengukur hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif di sekolah.

(29)

10 b. Bagi lembaga pendidikan

prosedur dan hasil penelitian pengembangan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi alternatif untuk pengembangan konsep bimbingan dan konseling karakter kreatif dan karakter inovatif di sekolah, kususnya di SMP.

c. Bagi peneliti

Peneliti dapat mengetahui, memahami efektivitas model penilaian pendidikan karakter melalui pengembangan prototipe soal tes asesmen pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif. Selain itu peneliti juga berkesempatan untuk membuat dan mengaplikasikan soal tes asesmen pendidikan karakter berbasis media film di sekolah.

d. Bagi peneliti lain

Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh penelitia lain sebagai refrensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik pendidikan karakter di sekolah. Selain itu penelitian ini juga dapat digunakan peneliti lain sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi peneliti yang berminat meneliti pengembangan prototipe soal tes hasil pendidikan karakter kreatif dan karakter inovatif berbasis media film guna meningkatkan karakter kreatif dan karakter inovatif peserta didik.

(30)

11

Hasil penelitian ini juga memiliki keterbatasan, asumsi dari keterbatasan alat asesmen ini ialah :

1. Sekolah yang dipakai diujicobakan sudah menerapkan pendidikan karakter terintergrasi, namun bisa jadi belum menyelenggarakan assesmen hasil pendidikan karakter dengan cara tes.

2. Subjek ujicoba produk penelitian ini diasumsikan dapat dengan cermat menonton tayangan film dan dapat membaca soal dari LCD.

3. Penanyangan film dan soal tes ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat terlihat dengan jelas oleh testi (tidak silau, faktor pencahayaan yang baik, siswa tidak bisu, buta dan tuli).

4. Sekolah tempat implementasi model memiliki fasilitas penayangan video dan speaker yang berkualitas baik.

5. Ada film atau video mencerminkan karakter yang cocok dengan soal yang ingin disajikan.

6. Rumusan penyusunan soal dan distraktor (opsi jawaban) diformulasikan sedemikian rupa sehingga memuat pertimbangan moral dan dilema moral sejauh mungkin pada level moral action.

Keterbatasan yang timbul dalam penelitian dan pengembangan (Research

and Development) yaitu:

1. Dalam mencari film karakter peneliti tidak mudah menemukan film yang tepat dengan judul penelitian tes hasil asesmen.

(31)

12

2. Keterbatasan waktu peserta didik saat membaca dan menjawab pertanyaan yang ditampilkan setelah penanyangan film.

3. Keterbatasan peneliti dalam membuat pertanyaan dengan kata-kata sederhana dan mudah dipahami oleh siswa SMP.

4. Peserta didik tidak mau membaca dengan cepat pertanyaan yang ditampilkan setelah penanyangan potongan film sehingga kekurangan waktu untuk menjawab.

5. Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti apakah benar-benar memuat upaya peningkatan dilema moral karakter kedisiplinan dan karakter kemandirian. 6. Peserta didik kurang serius, mengantuk, kurang antusias dalam

mengerjakan tes asesmen pendidikan karakter. I. Definisi Istilah

1. Prototipe dalam penelitian ini adalah bentuk fisik pertama dari suatu objek yang direncanakan, dibuat dalam suatu proses produksi, mewakili bentuk dan dimensi dari objek yang asli dan digunakan untuk objek penelitian dan pengembangan lebih lanjut.

2. Asesmen dalam penelitian ini adalah proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang ditetapkan.

3. Pendidikan karakter dalam penelitian ini adalah upaya untuk membantu peserta didik memahami, peduli, dan bertindak sesuai dengan landasan inti nilai-nilai etis.

(32)

13

4. Kreatif dalam penelitian ini adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

5. Inovatif dalam penelitian ini adalah kemampuan manusia dalam mendayagunakan pikiran dan sumber daya yang ada di sekelilinya untuk menghasilkan suatu karya yang benar-benar baru yang orisinil, serta bermanfaat bagi banyak orang.

6. Film dalam penelitian ini adalah potongan-potongan video yang bisa menghasilkan suara pandang dan dengar yang ditayangkan dengan media elektronik.

(33)

14 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes, Hakikat Karakter kreatif dan karakter inovatif, Asesmen pendidikan karakter, Media film dan pendidikan karakter, Kajian Penelitian yang Relevan, Kerangka Pikir, Pertanyaan Penelitian.

A. Hakikat Evaluasi, Asesmen, dan Tes

1. Pengertian Evaluasi, Asesmen, dan Tes a. Evaluasi

Menurut Echols dan Shadily, (Putra, 2013: 71) sacara harafiah, evaluasi berasal dari Bahas Inggris, yakni evaluation, yang berarti penilaian atau penaksiran. Stufflebeam, (Putra, 2013: 72) mendefinisikan Evaluasi sebagai the process of delineating, btaining, and providing

useful information for judging decision alternatives. Evaluasi merupakan

proses penggambaran, memperoleh dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Menurut para ahli lain dalam (Putra, 2013) terdapat beberapa pengertian tentang evaluasi: menurut Kumano, evaluasi merupakan penilaian terhadap data yang dikumpulkan melalui kegiatan asesmen; menurut Calongesi, evaluasi adalah suatu keputusan tentang nilai berdasarkan hasil pengukuran; menurut Zainul dan Nasution, menyatakan bahwa evaluasi dapat

(34)

15

dinyatakan sebagai suatu proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan istrumen tes maupun non-tes; menurut Bloom, evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematik untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa; menurut Stufflebeam, evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk menilai alternatif keputusan.

Dari semua pengertian tentang evaluasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu tindakan proses penilaian untuk mengetahui mutu atau hasil dari suatu objek.

b. Penilaian (Asesmen)

Menurut Suwandi (2010: 7) penilaian (asesmen) adalah “suatu proses untuk mengatahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan”. Sedangkan menurut Suprananto dan Kusaeri (2013: 8) penilaian (asesmen) adalah “suatu prosedur sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi yang dapat digunakan untuk membuat kesimpulan tentang karakteristik seseorang atau objek”. Secara khusus dalam dunia pendidikan Gronlund dan Linn (Suprananto, 2013: 7) mendefinisikan penilaian (asesmen)

(35)

16

sebagai “suatu proses yang sistemis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keretampilan”.

Dari pendapat para ahli di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian (asesmen) merupakan suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasi informasi untuk mengatahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Dimana penilaian (asesmen) tidak terpisah dari proses pengukuran. c. Tes

Menurut Suprananto, (2013: 16) tes atau pengujian adalah “Suatu prosedur sistemis yang dilakukan berdasarkan tujuan dan tata cara yang jelas”. Tes dalam dunia pendidikan dipandang sebagai salah satu alat pengukuran. Oleh karena itu, dalam penyususnan tes harus menggunakan aturan-aturan seperti petunjuk pelaksanaan dan kriteria penskoran, untuk menetapkan bilangan-bilangan yang menggambarkan kemampuan seseorang. Sehingga bilangan tersebut dapat diartikan sebagai gambaran karakteristik peserta tes.

(36)

17 2. Tujuan dan Fungsi Asesmen

a. Tujuan asesmen

Adapun tujuan penilaian (asesmen) menurut Depdikbud (Jihad & Haris. 2013 : 63) adalah “untuk mengetahui kemajuan belajar siswa serta sekaligus memberi umpan balik bagi perbaikan pelaksanaan kegiatan belajar”. Sedangkan Jihad & Haris (2013 : 63) menjelaskan bahwa tujuan dari penilaian (asesmen) adalah “untuk mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan atau kesulitan belajar siswa, sekaligus memberi umpan balik yang tepat”.

b. Fungsi asesmen

Menurut Nana Sudjana, (Jihad & Haris. 2013 : 56) penilaian (asesmen) berfungsi sebagai :

1) Alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional. Dengan fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada tujuan-tujuan instruksional.

2) Umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar. Perbaikan dapat dilakukan dalam hal tujuan instruksional, kegiatan belajar siswa, strategi mengajar guru.

3) Dasar dalam menyusun kemajuan siswa kepada orangtuanya. Dalam laporan tersebut dikemukakan kecakapan belajar siswa dalam bentuk nilai-nilai prestasi belajar mengajar.

(37)

18

Sedangkan menurut Jihad & Haris. (2013 : 56) penilaian (asesmen) berfungsi sebagai “pemantau kinerja komponen-komponen kegiatan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.”

3. Prinsip-Prinsip Asesmen

Menurut Jahid & Haris (2008: 63-64) sistem penilaian (asesmen) dalam pembelajaran, hendaknya dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip

sebagai berikut. a. Menyeluruh

Penguasaan kompetensi/kemampuan dalam mata pelajaran hendaknya menyeluruh, baik menyangkut standar kompetensi, kemampuan dasar serta keseluruhan indikator ketercapaian, baik menyangkut dominan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap, perilaku dan nilai), serta psikomotorik (keterampilan), maupun menyangkut evaluasi proses dan hasil belajar.

b. Berkelanjutan

Penilaian hendaknya dilakukan secara berkelanjutan (direncanakan dan dilakukan terus menerus) guna mendapatkan gambaran yang utuh menganai perkembangan hasil belajar siswa sebagai dampak langsung (dampak istruksional/pembelajaran) maupun dampak tidak langsung (dampak pengiring/nurturan effect) dari proses pembelajaran.

(38)

19

c. Berorientasi pada Indikator Ketercapaian

Sistem penilaian dalam pembelajaran harus mengacu pada indikator ketercapaian yang sudah ditetapkan berdasarkan kemampuan dasar/kemampuan minimal dan standar kompetensinya. Dengan demikian hasil penilaian akan memberikan gambaran sampai seberapa indikator kemampuan dasar dalam suatu mata pelajaran telah dikuasai oleh siswa.

d. Sesuai dengan Pengalaman Belajar

Sistem penilaian dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan pengalaman belajarnya. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas problem solving maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan proses) maupun produk/hasil melakukan

problem-solving.

Menurut Jahid & Haris terdapat empat prinsip-prinsip penilaian (asesmen) yaitu secara menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian, dan sesuai dengan pengalaman belajar. Sedangkan menurut Depdiknas, (Suwandi 2010: 21-22) prinsip-peinsip penilaian (asesmen) berbasis kelas yang perlu diperhatikan oleh guru atau penilai meliputi :

a. Valid (penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya dan sah).

b. Mendidik (penilaian harus memberi sumbangan yang positif terhadap hasil pencapaian belajar siswa : dirasakan sebagai penghargaan yang

(39)

20

memotivasi bagi siswa yang berhasil dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang kurang berhasil).

c. Berorientasi pada kompetisi (mampu menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum).

d. Adil dan objektif (Penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa).

e. Terbuka (kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan).

f. Berkesinambungan (penilaian dilakukan secara terencana, bertahap, teratur terus menerus, dan berkesinambungan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan kemajuan belajar siswa).

g. Menyeluruh (penilaian terhadap hasil belajar siswa hendaknya dilaksanakan secara menyeluruh, utuh, dan tuntas yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik serta berdasarkan berbagai teknik dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa). h. Bermakna (penilaian hendaknya mudah dipahami dan mudah ditindak

lanjut oleh pihak-pihak yang berkepentingan).

Dari pendapat kedua ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prisip– prinsip dari penilaian (asesmen) harus memiliki beberapa aturan penting yang menjadi acuan seperti penilaian (asesmen) harus dilakukan secara menyeluruh, berkelanjutan, berorientasi pada indikator ketercapaian, dan

(40)

21

sesuai dengan pengalaman belajar serta harus valid dan mendidik bagi siswa, adil dan objektif dalam pelaksannya serta terbuka dan bermakna bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

4. Jenis-Jenis Alat Asesmen

Menutur Prijowuntato, (2016: 60, 66) alat yang dapat digunakan untuk menilai ketercapaian konpetensi siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes dan non tes.

a. Tes

Bentuk tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat berupa; pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas, jawaban singkat/isian singkat, menjodohkan, performans/unjuk kinerja, portofolio.

Bentuk tes digunakan apabila sifat suatu objek yang diukur menyangkut tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, dipahami atau proses psikis lainnya yang tidak dipahami dengan indera. Tingkat berpikir yang digunakan dalam mengerjakan tes harus mencakup mulai dari yang rendah sampai yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai jenjang pendidikan.

Bentuk tes yang digunakan di sekolah dapat dikategorikan menjadi dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa yang memeriksa lembar jawaban tes akan menghasilkan skor yang sama. Tes non objektif adalah tes yang

(41)

22

sistem penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tes objektif adalah tes yang sistem penskorannya objektif sedangkan non objektif sistem penskorannya dipengaruhi oleh subjektifitas pemberi skor.

b. Non tes,

Bentuk non tes yang digunakan untuk mengevaluasi peserta didik dapat berupa; obserfasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, kuesioner, wawancara.

Bentuk non tes digunakan apabila perubahan tingkah laku yang dapat diamati dengan indera dan bersifat konkret. Konsekuensi dari pengukuran menggunakan bentuk non tes sangat bergantung pada situasi di mana perubahan tingkah laku individu itu muncul atau menggejala. Oleh karenanya, sutuasi pengukuran yang seragam sukar dipersiapkan. Suatu pengukuran dengan alat pengukuran non tes terjadi dalam situasi yang kurang distandarisasi, seperti waktu pengukuran yang dapat tidak sama atau seragam bagi semua siswa.

B. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter

Menurut Fathurrohman, dkk, (2013 : 17) karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan menfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah

(42)

23

laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan prilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang prilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut berkarakter mulia.

Menurut Elkind dan Sweet (Fathurrohman, 2013 : 15-16) pendidikan karakter dimaknai sebagai berikut :

“Pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika. Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar dan kemudian melakukan apa yang meraka yakini benar, bahkan dalam menghadapai tekanan dari luar dan godaan dari dalam.”

Menurut Kevin Ryan dan Bohlin (Fathurrohman, 2013: 17) Pendidikan karakter adalah “upaya sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis”.

Sedangkan menurut Wibowo, (Rani Prihana, 2017: 13) pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral atau pendidikan akhlak. Pendidikan karakter yaitu pendidikan yang melibatkan beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan (Cognitive), perasaan (afeksi), dan tindakan (action).

Kementrian Pendidikan Nasional (2010), menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalah usaha menanamkan kebiasaan-kebiasaan yang

(43)

24

baik sehingga peserta didik mampu bersikap dan bertindak berdasarkan nilai-nilai yang telah menjadi kepribadiannya.

Dapat disimpulkan pengertian pendidikan karakter dari para ahli di atas, bahwa pendidikan karakter adalah upaya untuk membantu individu agar dapat memahami, peduli dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai inti etis (nilai-nilai karakter).”

2. Tujuan, Fungsi dan Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter a. Tujuan pendidikan karakter

Menurut Kemendiknas (2010) peraturan pemerintah nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan penyelenggaraan pendidikan pada pasal 17 ayat (3) menyebutkan bahwa :

“Pendidikan dasar, termasuk sekolah menengah pertama (SMP) bertujuan membangun landasan bagi berkembangnnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b) berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (c) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; (d) sehat, mandiri dan percaya diri; (e) toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.”

Melalui penjelasan pada pasal tersebut jelas bahwa tujuan dari pendidikan sangat berkaitan dengan pendidikan karakter. Dapat disimpulkan bahwa melalui pendidikan di sekolah nilai-nilai karakter dapat diterapkan agar membawa perubahan bagi peserta didik dalam hal; beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; berakhlak mulia,

(44)

25

dan berkepribadian luhur; memiliki ilmu, cakap, kritis, kreatif, dan inovatif; selain itu juga mampu membantu peserta didik menjadi pribadi yang sehat, mandiri dan percaya diri; serta memiliki rasa toleran, peka sosial, demokratis, dan bertanggung jawab.

b. Fungsi pendidikan karakter

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 97) Fungsi pendidikan karakter adalah:

1) Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi prilaku yang baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan karakter dan karakter bangsa.

2) Perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat.

3) Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan karakter bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan karakter bangsa.

c. Prinsip-prinsip pendidikan karakter

Menurut Direktorat pembinaan SMP (Fathurrohman, 2013: 145-146). Pendidikan karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

(45)

26

1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku.

3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.

4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

5. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik.

6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri para peserta didik.

8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.

11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter.

(46)

27

C. Hakikat Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif 1. Pengertian Karakter Kreatif

Menurut Fathurrohman, dkk (2013: 19) karakter kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari suatu yang telah dimiliki. Menurut Munandar, (Permatasari, 2016: 24). Kreatif adalah suatu kemampuan untuk menciptakan suatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah, atau sebagai kemampuan untuk melihat hubunga-hubungan baru antara unsur-unsur yang sudah ada sebelumnya. Menurut Subini, (Permatasari, 2016) kreatif dapat juga didefinisikan sebagai cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Sedangkan menurut Mustari, (2014: 73) kreatif adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan ide-ide dan karya baru yang memiliki nilai tambah atau (manfaat), baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada.

2. Aspek-Aspek Karakter Kreatif

Kreativitas dapat dilihat dari ciri aptitude dan non aptitude Utami dan Munandar (Antika, 2015: 15-18). Ciri-ciri aptitude ialah ciri yang berhubungan dengan kognisi dan proses berpikir, sedangkan ciri-ciri non

aptitude ialah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan sikap atau perasaan.

Ciri-ciri aptitude dan non aptitude dari kreativitas merupakan kedua jenis ciri kreativitas yang diperlukan agar prilaku kreatif dapat terwujud.

(47)

28

Berikut ini merupakan aspek-aspek karakter kreatif yang diambil dari ciri-ciri aptitude dan non aptitude kreativitas.

a. Ciri-ciri aptitude

1) Keterampilan berpikir lancar

Keterampilan berpikir lancar merupakan kemampuan dalam mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah, pertanyaan, serta memiliki kecepatan saat mengungkapkan gagasan atau ide.

2) Keterampilan berpikir luwes (fleksibel)

Ketrampilan berpikir luwes (fleksibel) merupakan keterampilan dalam menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang bervariasi. Keterampilan berpikir luwes juga ditandai dengan kemampuan dalam melihat suatu masalah dari sudut pandang yang beda, mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda, serta mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. 3) Keterampilan berpikir orisinil

Keterampilan berpikir orisinil merupakan keterampilan yang melahirkan ungkapan baru dan unik, memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri, membuat pertanyaan yang berasal dari pemikirannya sendiri, serta mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. 4) Keterampilan memperinci (mengelaborasi)

(48)

29

Keterampilan memperinci (mengelaborasi) merupakan keterampilan dalam memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk serta menambah atau memperinci detail-detail dari suatu obyek, gagasan, atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.

5) Keterampilan menilai

Keterampilan menilai (mengevaluasi) merupakan kemampuan individu dalam menentukan patokan penilaian diri sendiri dan menentukan apakah suatu pertanyaan benar, suatu rencana sehat, atau suatu tindakan bijaksana.

b. Ciri-ciri afektif (non aptitude) 1) Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu didefinisikan sebagai suatu rasa di mana individu selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak, mengajukan banyak pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi, serta peka dalam pengamatan dan ingin mengatahui/meneliti.

2) Bersifat imajinatif

Bersifat imajinatif didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperagakan atau membayangkan hal-hal yang tidak atau belum pernah terjadi, menggunakan khayalan, tetapi mengetahui perbedaan antara khayalan dan keyataan.

(49)

30

Merasa tertantang oleh kemajuan didefinisikan sebagai suatu rasa dimana individu terdorong untuk mengatasi masalah yang sulit, merasa tertantang oleh situasi yang rumit, dan lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.

4) Berani mengambil resiko

Berani mengambil resiko yaitu dimana individu berani memberikan jawaban meskipun belum tentu benar, tidak takut gagal atau mendapat kritik, dan tidak menjadi ragu-ragu karena ketidak jelasan hal-hal yang tidak konvensional atau yang kurang berstruktur.

5) Sifat menghargai

Sifat menghargai yaitu dimana individu dapat menghargai bimbingan dan pengarahan dalam hidup serta menghargai kemampuan dan bakat-bakat diri yang sedang berkembang.

3. Karakteristik Individu Berkarakter Kreatif

Yuami (Permatasari, 2016: 25) merumuskan sepuluh ciri pribadi yang kreatif yaitu sebagi berikut:

a. Memiliki kekuatan energi fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh.

b. Memiliki kemampuan berpikir konvergen dan divergen.

c. Kemampuan mengkombinasikan antara kerja keras dan bermain (bekerja sambil bermain), di satu sisi memiliki kekuatan untuk

(50)

31

menyelesaikan pekerjaan, tetapi di sisi lain menyelinginya dengan bermain-main.

d. Kemampuan imajinasi dan fantasi namun tetap bertumpu pada realitas. e. Menonjolkan sikap introvert dan extrovertnya.

f. Memiliki kebanggaan terhadap hasil karya dan produk yang dihasilkannya.

g. Memiliki kemampuan untuk melepaskan diri dari stereotipe gender (maskulin-feminim); dapat menjadi sensitif (feminim) sekaligus asertif (maskulin); menjadi lebih dominan (maskulin) dan submisif (feminim). h. Pribadi yang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang.

i. Kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat kalau menyangkut hasil karya dan pikiran mereka, tetapi sangat objektif dalam menilai karyanya.

j. Jika keterbukaan dan sensitivitas orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil jerih payahnya, namun disaat yang sama juga merasakan kegembiraan yang luar biasa.

4. Pengertian Karakter Inovatif

Banyak orang beranggapan bahwa “kreativitas “ sama dengan “inovasi”. Sesunguhnya keduannya berbeda, dimana kreativitas merujuk kepada pembentukan ide-ide baru, sedangkan inovasi untuk menghasilkan uang dengan menggunakan ide-ide baru tersebut. Kreativitas adalah titik

(51)

32

permulaan bagi setiap inovasi. Inovasi adalah kerja keras yang mengikuti pembentukan ide dan biasanya melibatkan usaha banyak orang dengan keahlian yang bervariasi tetapi saling melengkapi. Tantangan yang dihadapi adalah mengubah ide-ide kreatif menjadi produk nyata.

Secara sederhana menurut Henry dan Walker Mutis, (Wisnu, 2007) dapat dilihat bahwa: Inovasi= Konsepsi + Penemuan + pemanfaatan. Dalam konteks ini, kata “konsepsi” merujuk kepada sebuah ide baru, kata “penemuan” mengacu kepada ide baru yang luas atau keuntungan yang dihasilkan.

5. Aspek-Aspek Karakter Inovatif

Menurut Kleysen dan Street (Amir, 2015), prilaku inovatif memiliki 5 aspek, yaitu:

a. Oppurtunity exploration

Aspek ini mengacu pada mempelajari atau mengetahui lebih banyak mengenai peluang untuk berinovasi.

b. Generativity

Aspek ini mengacu pada pemunculan konsep-konsep untuk tujuan pengembangan.

c. Formative investigation

Aspek ini mengacu pada pemberian perhatian untuk menyempurnakan ide, solusi, opini, dan melakukan peninjauan terhadap ide-ide tersebut. d. Championing

(52)

33

Aspek ini mengacu pada adanya praktik-praktik usaha untuk merealisasikan ide-ide.

e. Aplication

Aspek ini mengacu pada mencoba untuk mengembangkan, menguji coba, dan mengkomersialisasikan ide-ide inovatif.

6. Karakteristik Individu Berkarakter Inovatif

Individu dikatakan mempunyai prilaku inovatif, bila individu tersebut berbuat atau melakukan:

a. Mencari tahu teknologi baru, proses, teknik, ide-ide baru; b. Menghasilkan ide-ide kreatif;

c. Memajukan dan memperjuangkan ide-ide orang lain;

d. Meneliti dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan ide-ide baru;

e. Mengembangkan rencana dan jadwal yang matang untuk mewujudkan ide-ide baru tersebut.

Prilaku inovatif dibagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama dimulai dari pengenalan masalah dan penghimpunan ide atau solusi, dapat berupa sesuatu yang baru atau merupakan adaptasi dari situasi yang lain. Tahap kedua, berusaha mencari dukungan untuk ide tersebut dan mencoba membangun kerja sama antar pendukung ide. Tahap ketiga, menyelesaikan ide-ide tersebut dengan membuat modul atau prototipe inovasi dalam wujud

(53)

34

nyata yang dapat dirasakan atau disentuh dan mengubahnya ke arah penggunaan yang produktif atau terlembagakan.

7. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Karakter Kreatif dan Karakter Inovatif

Menurut Machfoeadz, (2004) ide inovatif dapat bersumber pada kreativitas eksternal dan kreativitas internal.

a. Kreativitas eksternal; dapat dirangsang dengan memanfaatkan secara sistemis rasa ingin tahu tentang perkembangan, ide, dan kekuatan baru yang ada disekitar individu. Dengan melakukan hal ini, individu membangun berbagai sumber informasi tentang; fakta, kesan, cerita, dan berbagai ide. Dengan demikian individu dapat memperoleh ide yang dapat dimanfaatkan.

b. Kreativitas internal; muncul secara tiba-tiba ketika individu sedang sibuk dengan kreativitas eksternal. Dalam upaya ini individu menggunakan pengalaman sebagai sumber, karena pengetahuan dapat diperoleh melalui belajar. Individu akan segera mengetahui cara baru untuk memandu ide-ide dari berbagai bidang yang berbeda untuk meningkatkan produk atau jasa yang ada. Kadang-kadang ide seperti ini muncul secara tiba-tiba dalam pikiran pada saat yang tidak terduga.

(54)

35 D. Asesmen Pendidikan Karakter

1. Manfaat Asesmen Pendidikan Karakter

Evaluasi pendidikan karakter di SMP sangat relevan dilakukan dalam upaya untuk melihat secara jujur dan objektif apakah pendidikan karakter di SMP sungguh ada dan terlaksana sesuai dengan tujuan, prinsip, asas, dan mekanisme penyelenggaraan pelayanan bimbingan secara konseptual. Apabila itu terlaksana, apakah program itu menguntungkan, berfungsi dan bermanfaat menunjang perkembangan peserta didik. Jika dalam pelaksanaan program ditemukan faktor-faktor kendala atau hambatan, lalu apa yang perlu diperbaiki ?. Semua ini membutuhkan data dan analisis yang sistemis melalui program yang diharapkan dapat dilakukan sendiri oleh penyelenggara program.

2. Teknik-Teknik Asesmen Pendidikan Karakter

Akhlak mulia atau karakter adalah suatu hal yang absrtak sifatnya. Meskipun absrak karakter seseorang dapat diketahui melalui asesmen. Karena pendidikan karakter saat ini dimasukan dalam pembelajaran di sekolah melalui mata pelajaran yang memiliki kaitan dengan moral seperti; pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, budi pekerti. Sebagai sebuah pelajaran maka guru harus membuat definisi-definisi oprasional dan indikator untuk mengukur dan menilai kemudian mengevaluasi karakter siswa. Menurut Zainul & Nasution (2005: 5-8) sebagai sebuah pelajaran pendidikan karakter harus dikenakan pengukuran dan penilaian. Pengukuran

(55)

36

adalah pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu, sedangkan penilaian adalah proses pengambilan keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran baik melalui instrumen tes maupun non tes,

Pengukuran dan penilaian melalui instrumen tes seperti (pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif/uraian bebas, jawaban singkat, atau isisan singgkat, menjodohkan, performans, benar-salah, tes lisan, portofolio. Melalui intrumen non tes (observasi, catatan anekdota, daftar cek, skal nilai, angket atau kuesioner, wawancara dan rangkuman, Prijowuntato (2016: 60). Maka guru perlu mengukur dan menilai berdasarkan indikator-indikator yang jelas sebagai landasan dalam melakukan pengukuran dan penilaian pendidikan karakter dengan menggunakan istumen asesmen yang ada.

3. Tes : Kekuatan dan Kelemahannya Dalam Pendidikan Karakter

Banyak bentuk tes yang digunakan untuk mengukur perkembangan belajar terutama pendidikan karakter dari peserta didik di sekolah. Permasalahan yang ditemukan adalah bahwa guru mengalami kesulitan karena pengamatan didasarkan pada prinsip-prinsip yang masih abstrak dan belum diuraikan dalam definisi-definisi operasional dan indikator-indikator. Guru mengatakan bahwa yang dinilai adalah keterlibatan di kelas, kepedulian kepada teman. tetapi belum sampai pada apa indikatornya. Dalam bahasa sehari-hari, apa yang dilakukan guru adalah nilai kira-kira

(56)

37

sesuai dengan apa yang dilihat ketika di dalam kelas. Besar kemungkinan guru salah menilai atau menilai dengan subjektivitas yang sangat tinggi berdasarkan like and dislike, hal itu sangat merugikan siswa. Dalam pelajaran Character Building, hal terpenting untuk dilakukan adalah observasi. Namun, observasi memiliki problem, yaitu subjektivitas yang tinggi.

Menurut Prijowuntato, (2016: 66) kekuatan observasi adalah pemunculan gejala dan pengamatannya dapat dilakukan sekaligus oleh pengamat, dapat merekam atau mencata berbagai tingkah laku peserta didik, hasil observasi dapat dipakai sebagai alat kontrol. Tetapi kelemahan dari observasi ialah banyak tergantung pada faktor-faktor yang tidak dapat dikontrol sebelumnya sehingga hasilnya kurang reliabel, tingkah laku tidak asli lagi, apabila yang diamati mengetahui bahwa tingkah lakunya sedang diamati.

4. Prinsip-prinsip Pengembangan dan Penggunaan Tes dalam Pendidikan Karakter

Untuk mendapatkan instrumen tes baik diperlukan sejumlah langkah pengembangan atau langkah umum konstruksi tes.

Menurut Azwar (2014:14-20) awal kerja penyusunan atau pengembangan suatu alat tes dimulai dari:

(57)

38

Yaitu memilih suatu definisi, mengenali dan memahami dengan seksama teori yang mendasari konstruk atribut yang hendak diukur. b. Pembatasan domain ukur

Pembatasan domain dilakukan dengan cara menguraikan konstruk teoretik atribut yang diukur menjadi beberapa rumusan demensi atau aspek yang lebih jelas, agar menunjang validitas isi skala.

c. Oprasionalisasi aspek

Oprasionalisasi aspek diperlukan agar membentuk keprilakuan yang hendak diukur dapat lebih konkret sehingga penulis item akan lebih memahami benar arah respon yang harus diungkap dari subjek. Oprasionalisasi dirumuskan dalam bentuk indikator keperilakuan. Himpunan indikator-indikator kemudian dituangkan dalam kisi-kisi atau

blue print dan dilengkapi dengan spesifikasi skala, sebagai acuan bagi

penulisan item. Sebelum penulisan item perancang perlu menetapkan format stimulus yang hendak digunakan, format ini erat kaitanya dengan metode penskalaannya.

d. Penulisan item

Pada tahap awal penulisan item, item dibuat dalam jumlah yang lebih banyak daripada jumlah yang direncanakan dalam spesifikasi skala, yaitu sekitar tiga kali lipat dari jumlah item yang digunakan dalam bentuk final. Tujuannya agar nantinya penyusun skala tidak kehabisan item akibat gugurnya item-iten yang tidak memenuhi syarat.

(58)

39 e. Review penulisan item

Review pertama harus dilakukan oleh penulis item sendiri, yaitu

dengan mengecek ulang setiap item sendiri, apakah telah sesuai dengan indikator prilaku yang hendak diungkap. Setelah itu review dapat dilakukan oleh orang yang berkompeten atau ahli. Semua item yang tidak sesuai dengan kaidah atau spesifikasi blue print harus diperbaiki, dan hanya item-item yang diyakini berfungsi dengan baik oleh ahli (expert judgmen), yang dapat diloloskan untuk uji empirik.

f. Uji coba bahasa (evaluasi kualitatif)

Kumpulan item yang telah direviu kemudian dievaluasi secara kualitatif, dengan mengujicobakan pada sekelompok kecil responden untuk mengetahui apakah kalimat yang digunakan sudah tepat dan mudah dipahami oleh responden sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis item. pertanyaan-pertanyaan dari responden mengenai kata-kata dalam item menandakan bahwa kalimat dalam item masih kurang komunikatif dan memerlukan perbaikan.

g. Field tes (evaluasi kuantitatif)

Evaluasi terhadap fungsi item biasa dikenal dengan analisis item. Analisis item merupakan proses pengujian item secara kuantitatif guna mengetahui apakah item memenuhi syarat psikometrik untuk disertakan sebagai bagian dari skala. Parameter item yang diuji adalah daya beda item atau daya diskriminasi item.

(59)

40 h. Seleksi item

Pada tahap ini item-item yang tidak memenuhi syarat psikometrik tidak akan digunakan atau akan diperbaiki lebih dahulu sebelum dapat digunakan. Sebaliknya item-item yang memenuhi syarat psikometrik dengan sendirinya akan digunakan dalam skala.

i. Validasi konstruk

Validasi skala merupakan proses yang berkelanjutan, tetapi pada skala yang digunakan secara terbatas umumnya hanya melalui validasi isi yang dilakukan oleh ahli (expert judgment) namun sebenarnya semua skala harus teruji konstruknya. Skala yang sudah sesuai secara isi tetap perlu diuji secara empirik apakah konstruk yang digunakan dari teori sudah didukung dengan data.

j. Kompilasi final

Format final skala dirakit dalam tampilan yang menarik namun tetap memudahkan responden untuk membaca dan menjawabnya. Dalam bentuk final, skala dilengkapi dengan petunjuk soal dan lembar jawab. Ukuran tulisan pada skala perlu disesuaikan agar tidak ada kata yang tertinggal atau tidak terbaca.

Sedangkan menurut Fernandes dan Soeharto, (Suwandi, 2010: 57) ada sembilan langkah dalam pengembangan insrumen tes antara lain:

Gambar

Tabel 4.14 Capaian Skor Karakter Inovatif Siswa Kelas VII dan VIII SMP Santo  Fransiskus Asisi Samarinda ....................................................................
Tabel 1.1  Spesifikasi Produk
Gambar 2.1 Kerangka Pikir pendidikan karakter
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Pengembangan Menurut Sugiyono Potensi dan Masalah Pengumpulan informasi Desain Produk   Validasi Desain  Revisi Design Uji Coba  Revisi Produk  Uji Coba Pemakaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan yang telah memberikan rahmat dan hikmat-Nya, sehingga saya sebagai peneliti dapat

Segala ucapan puji syukur kepada Tuhan Yesus yang telah melimpahkan kasih dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, berkah, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul

Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas penyertaan dan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan lancar

Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan,

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat- Nya, dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Profil Penggunaan, Pengetahuan, Sikap,