• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diri Wanita

Konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang unik, sehingga dia akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai ciri khas tersendiri. Seseorang akan mampu memahami apa yang menjadi kebutuhan, kelebihan dan kekurangannya. Akan mampu berpikir rasional obyektif (Lukaningsih, 2010).

Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki oleh seorang wanita pada saat memasuki masa menopause, tentang bagaimana dirinya yang meliputi kondisi fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis diri pada masa menopause. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik, daya tariknya dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelamin pada saat memasuki masa menopause. Sedangkan citra psikologis diri pada saat menopause didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi. Citra ini terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan (Simanjuntak, 2011).

Menurut Cooley dan Mead (dalam Lukaningsih, 2010), umpan balik (feed back), konsep ini merupakan persepsi seseorang terhadap tanggapan dan reaksi orang lain terhadap diri orang tersebut. Maka alternatif lain yang dapat dilakukan adalah dengan meminta masukan dan pendapat orang lain. Terkadang dalam kehidupan

(2)

12

dengan melihat perilaku orang lain, kita dapat memperoleh suatu penjelasan akan makna kehidupan. Pengenalan pada diri sendiri adalah salah satu panduan individu untuk mengembangkan kepribadiannya.

Diri adalah semua ciri, jenis kelamin, pengalaman, latar belakang budaya, pendidikan dan sebagainya yang melekat pada seseorang. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan seseorang, makin mampu ia mengambarkan diri sendiri, makin baik konsep dirinya. Diri, yaitu ‘diri’ dan ‘aku’. Diri adalah aku sebagaimana dipersepsikan oleh orang lain atau diri sebagai objek (objective self), sedangkan Aku adalah inti dari diri aktif, mengamati, berpikir, dan berkehendak. Dalam perkembangan baik praktik maupun penelitian-penelitian sulit untuk membedakan kedua diri ini. Oleh karena itu, kedua konsep digabung ke dalam satu konsep yang lebih menyeluruh, yaitu kepribadian.

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada setiap orang yang dapat membedakan ciri orang satu dengan lainnya. Perkembangan kepribadian juga dapat menentukan bentuk perilaku seseorang (Machfoedz, 2013).

Hurlock (dalam Lukaningsih, 2010), mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri sebenarnya merupakan konsep seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh peran dan hubungannya dengan orang lain serta persepsinya tentang penilaian orang lain terhadap dirinya dan konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai keterampilan dan kepribadian yang didambakan. Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu tentang penampilannya,

(3)

13

kesesuaian dengan seksnya, arti penting tubuhnya dalam hubungannya dengan perilakunya, dan gengsi yang diberikan tubuhnya dimata orang lain. Aspek psikologis terdiri dari konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmampuannya, harga dirinya dan hubungannya dengan orang lain.

2.1.1. Jenis-jenis Konsep Diri

Menurut (Calhoun, 1990) dalam perkembangannya, konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

1) Konsep Diri Positif

Konsep diri positif lebih kepada penerimaan diri bukan sebagai suatu kebanggaan yang besar tentang diri. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri, evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu yang memiliki konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dapat dicapai, mampu menghadapi kehidupan didepannya serta menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan.

Jadi seorang wanita menopause yang memiliki konsep diri yang positif adalah wanita yang tahu betul siapa dirinya sehingga dirinya menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh dirinya.

(4)

14

2) Konsep Diri Negatif

Calhoun (1990) membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu :

a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya, atau yang dihargai dalam kehidupannya.

b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan terlalu teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat. Jadi, wanita menopause yang memiliki konsep diri yang negatif memiliki dua tipe yaitu, wanita menopause yang tidak tahu siapa dirinya dan tidak tahu kekurangan dan kelebihannya, dan tipe yang kedua adalah wanita menopause yang memandang dirinya dengan teratur dan stabil.

2.2. Dukungan Suami

Dukungan suami merupakan bantuan yang diberikan suami sehingga mampu membuat ibu merasa nyaman baik secara fisik maupun psikis sebagai bukti bahwa mereka diperhatikan dan dicintai (Kaheksi, dkk, 2013).

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal dari lingkungan keluarga. Dukungan sosial memiliki empat jenis yang berbeda yang disesuaikan dengan situasi yang dibutuhkan

(5)

15

1. Dukungan Emosional

Mencakup ungkapan simpati, kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang membutuhkan sehingga dukungan tersebut memberikan rasa aman dan rasa mengasihi.

2. Dukungan Penghargaan

Meliputi ungkapan hormat, dorongan untuk maju, serta membantu seseorang untuk melihat segi-segi positif yang ada dalam dirinya dengan keadaan orang lain, sehingga orang tersebut dapat merasakan penghargaan dirinya.

3. Dukungan Insrumental

Meliputi bantuan secara langsung sesuai dengan yang dibutuhkan oleh seseorang misalnya memberikan penyediaan sarana atau memberikan pernyataan yang bersifat memotivasi.

4. Dukungan Informatif

Mencakup pemberian nasihat secara langsung, saran-saran petunjuk dan umpan balik. Peran suami dalam menghidupkan kasih sayang dan harga diri pada ibu dapat dicurahkan melalui sikap perhatian serta pemberian dukungan kepada ibu. Dukungan suami dapat diungkapkan dengan penghargaan terhadap ibu melalui rasa simpati, berminat terhadap ibu, bersikap toleran terhadap kelemahan-kelemahan ibu, menunjukkan kehangatan dan rasa tenang atau suka tanpa syarat dan juga mencoba untuk membantu ibu dalam menghadapi suatu permasalahan. Bagi ibu, dukungan suami terhadap ibu merupakan sikap yang harus dikembangkan, karena pada hakikatnya ibu selalu dibayang-bayangi oleh

(6)

16

kebutuhan-kebutuhan, terutama kebutuhan untuk tetap mendapatkan kasih sayang atau dicintai.

Partisipasi suami yang dapat dilakukan oleh suami dalam memahami dan memberikan ketenangan kepada istri menopause antara lain adalah :

1. Memahami bahwa suatu saat istri akan berhenti haid dan tidak bisa hamil lagi. 2. Ketika penampilan fisik istri akan menurun karena mengalami menopause,

misalnya kulit menjadi lebih kasar dan berkerut, maka suami harus membantu istri agar tidak kehilangan kepercayaan dirinya. Suami harus meyakinkan istri bahwa ia tetap menyayangi istrinya, sehingga istri merasa diterima.

3. Suami harus memberikan perhatian lebih pada kondisi kesehatan istri di saat istri mengalami ketidaknyamanan fisik, seperti rasa panas, tegang, pegal-pegal, jantung berdebar-debar dan lain sebagainya

4. Mengajak istri untuk berolah raga dan memperbaiki pola makan karena berat badan istri akan bertambah pada saat mulai menopause.

5. Akibat dari menurunnya fungsi sel telur, mungkin akan terjadi penonjolan pada persendiaan terutama pada jari dan akan terasa sakit. Suami harus menenangkan istri bahwa hal tersebut merupakan hal yang lumrah terjadi ketika menopause. 6. Istri akan mudah tersinggung, marah-marah, kecewa dan sebagainya. Hal ini

dapat menyebabkan timbulnya sikap yang tidak menyenangkan bagi suami dan anak-anaknya, untuk itu para suami harus bersikap sabar. Selain itu, pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada istrinya juga akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu diketahui

(7)

17

bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal ini, melainkan androgen. Jadi berkurangnya estrogen saat perempuan menopause tidak serta merta menjadikan perempuan kehilangan hasrat seksualnya (Prabandani, 2009).

2.3. Penyesuaian Diri pada Masa Menopause

Penyesuaian diri adalah hubungan manusia dengan lingkungannya, di mana manusia, demi kelangsungan hidupnya, harus menyesuaikan diri. Penyesuaian diri ini tidak bisa berlangsung sewenang-wenang karena ada norma-norma. Norma tersebut bisa berupa aturan hukum yang tertulis maupun norma yang tidak formal seperti adat-istiadat, kebiasaan-kebiasaan di lingkungan kelompok atau masyarakat tertentu.

Dengan demikian, penyesuaian diri merupakan faktor yang penting dalam kehidupan manusia. Begitu pentingnya hal ini sampai kita sering menjumpai pernyataan-peryataan dalam literatur yang kira-kira berbunyi, “Hidup manusia sejak lahir sampai mati tidak lain adalah perjuangan untuk penyesuaian.

Dalam lapangan psikologi klinis juga terdapat pernyataan-pernyataan yang sangat ditonjolkan oleh para ahli yaitu, “kelainan-kelainan kepribadian tidak lain adalah kelainan-kelainan penyesuaian diri”. Tidaklah mengherankan jika untuk menunjukkan kelainan-kelainan kepribadian seseorang, sering dikemukakan istilah “maladjustment”, yang berarti tidak ada penyesuaian (Gunarsa, 2012).

(8)

18

Kunci dari kepribadian yang sehat adalah penyesuaian diri (adjusment). Hurlock (dalam Hidayat, 2009) menyebutkan karakteristik kepribadian yang sehat yaitu mampu menilai diri secara realistik, mampu menilai situasi secara realistik, mampu menilai prestasi yang diperolehnya secara rasional tidak angkuh/sombong, bertanggung jawab, mandiri, dapat mengontrol emosi, berorientasi kepada tujuan, peduli dan empati terhadap orang lain, mau terlibat dalam kegiatan sosial, memiliki falsafah hidup, merasa berbahagia.

Menurut Putri dkk, (2007) seorang wanita akan mengalami depresi karena keluhan menopause memuncak serta banyak terjadi perubahan kepada dirinya, sehingga ketika mereka tidak mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi, mereka tidak bisa menerima itu, dan mereka menganggap bahwa menopause adalah peristiwa negatif dalam hidupnya, depresi bisa muncul. Salah satu fase menopause yang memiliki tingkat depresi yang tinggi berada pada fase perimenopause. Wanita yang berada pada fase perimenopause akan sangat dipengaruhi oleh penerimaan diri atas perubahan yang akan ia alami yang menyebabkan ia mengalami depresi.

Sampai sejauh ini penyesuaian diri yang paling sulit dilakukan pada usia dewasa madya adalah adanya perubahan fungsi seksual yaitu menopause pada wanita. Seseorang akan dikatakan memiliki penerimaan diri yang baik, ketika mereka sudah dapat memahami dan menerima segala kelebihan serta kekurangan yang dimilikinya.

(9)

19

2.3.1. Karakteristik Penyesuaian Diri

Tidak selamanya individu berhasil melakukan penyesuaian diri, karena terkadang ada rintangan-rintangan tertentu yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Ada individu-individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif, namun ada pula individu-individu yang melakukan penyesuaian diri yang salah (Sunarto & hartono dalam Agnatasia, 2009).

Karakteristik penyesuaian diri terbagi menjadi dua, yaitu : a. Penyesuaian diri secara positif

Individu yang mampu melakukan penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal sebagai berikut :

1. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional

2. Tidak menunjukkan adanya mekanisme-mekanisme psikologis 3. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi

4. Memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri 5. Mampu dalam belajar

6. Menghargai pengalaman 7. Bersikap realistik dan objektif

Individu akan melakukan penyesuaian diri secara positif dalam berbagai bentuk, antara lain :

1. Penyesuaian dengan menghadapi masalah secara langsung, yaitu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibatnya dan melakukan segala tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi individu.

(10)

20

2. Penyesuaian dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan), yaitu mencari berbagai bahan pengalaman untuk dapat menghadapi dan memecahkan masalah individu.

3. Penyesuaian dengan trial and error (coba-coba), yaitu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan.

4. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).

5. Penyesuaian dengan menggali kemampuan diri, yaitu individu menggali kemampuan-kemampuan khusus dalam diri, dan kemudian dikembangkan sehingga dapat membantu penyesuaian diri.

6. Penyesuaian dengan belajar, yaitu menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari belajar untuk membantu penyesuaian diri.

7. Penyesuaian dengan inhibisi dan pengendalian diri, yaitu memilih tindakan yang tepat dan mengendalikan diri secara tepat dalam melakukan tindakannya. 8. Penyesuaian dengan perencanaan yang cermat, yaitu mengambil keputusan

setelah dipertimbangkan segi untung dan ruginya. b. Penyesuaian diri yang salah

Kegagalan dalam melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu melakukan penyesuaian yang salah, yang ditandai dengan berbagai bentuk tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang tidak realistik, agresif, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah, yaitu :

(11)

21

1. Reaksi bertahan (Defence reaction), yaitu individu berusaha untuk mempertahankan dirinya, seolah-olah tidak menghadapi kegagalan dan selalu berusaha untuk menunjukkan dirinya tidak mengalami kegagalan.

2. Reaksi menyerang (Aggressive Reaction), yaitu menyerang untuk menutupi kesalahan dan tidak mau menyadari kegagalan, yang tampak dalam perilaku selalu membenarkan diri sendiri, mau berkuasa dalam setiap situasi, keras kepala dalam perbuatan, menggertak baik dengan ucapan dan perbuatan, menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka, dan sebagainya.

3. Reaksi melarikan diri, yaitu melarikan diri dari situasi yang menimbulkan kegagalannya, yang tampak dalam perilaku berfantasi, banyak tidur, minum-minuman keras, bunuh diri, dan sebagainya.

Penerimaan diri pada masa menopause dipandang sebagai suatu keadaan dimana seseorang memiliki penghargaan yang tinggi pada dirinya sendiri. Untuk mencapai suatu konsep diri pada masa menopause, maka seseorang harus dapat menjalankan penyesuaian yang baik atas dirinya. jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka ia akan memiliki penerimaan diri yang positif, dan jika ia memiliki konsep diri yang negatif maka ia tidak akan memiliki penerimaan atas dirinya. Berikut dua kelompok bentuk penyesuaian diri yang dikemukakan oleh Gunarsa (2012) :

1. Adaptif

Bentuk penyesuaian diri ini sering dikenal dengan istilah adaptasi dan lebih bersifat badani. Artinya, terjadi perubahan dalam proses badani untuk

(12)

22

menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan. Misalnya, berkeringat adalah usaha tubuh untuk ”mendinginkan” tubuh dari suhu yang panas. Di tempat-tempat dingin, sebaliknya, kita harus berpakaian tebal agar tubuh menjadi ”hangat”. Berkeringat atau berpakaian tebal merupakan bentuk penyesuaian diri terhadap lingkungan.

2. Adjustif

Bentuk penyesuaian ini menyangkut kehidupan psikis kita. Misalnya, jika kita harus pergi mengunjungi tetangga atau teman yang tengah berdukacita karena kematian salah seorang anggota keluarganya, maka mungkin sekali wajah kita dapat diatur sedemikian rupa sehingga menampilkan suatu wajah duka, sebagai tanda menyesuaikan diri terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut. Mungkin kita benar-benar ikut bersedih hati, tetapi mungkin juga oleh kemampuan kita membawakan diri, kita tampil sebagai orang yang benar-benar sedih sekalipun keadaan sebenarnya tidak demikian.

Karena kehidupan psikis berpengaruh dalam bentuk adjustif ini, dengan sendirinya penyesuaian ini berhubungan dengan perilaku. Sebagaimana kita ketahui, perilaku manusia sebagian besar dilatarbelakangi oleh hal-hal psikis, kecuali perilaku tertentu dalam bentuk gerakan-gerakan yang sudah menjadi kebiasaan atau refleks. Untuk itu, penyesuaian perilaku terhadap lingkungan memiliki aturan atau norma. Dengan kata lain, penyesuaian diri terhadap norma-norma.

(13)

23

2.3.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Penyesuaian Diri

Cara-cara penyesuaian diri ini adalah hasil dari latihan atau pelajaran yang telah dilakukan baik sengaja maupun tidak. Contoh ketika wanita menopause sedang dalam keadaan stress atau terlibat konflik, maka apakah bisa wanita menopause tersebut belajar menyesuaikan diri dengan baik atau tidak. Hasil latihan itu diperoleh dari luar dirinya atau lingkungannya, khususnya lingkungan sosial adalah :

1. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh hal-hal yang diperoleh

Suatu kenyataan bahwa kesukaran-kesukaran dalam penyesuaian diri yang dikarenakan sikap pemalu, pendiam, tidak banyak bicara, sukar mengemukakan pendapat, dan lain-lain, adalah bagian dari sifat dasar seseorang. Sebaliknya, melalui latihan terus-menerus dan bimbingan yang teratur, sifat-sifat dasar ini dapat dipengaruhi sehingga memengaruhi juga cara-cara penyesuaian dirinya, sekalipun hal ini kadang-kadang sulit terjadi.

2. Penyesuaian diri dan kebutuhan-kebutuhan pribadi

Cara memperlihatkan perilaku atas dasar kebutuhan yang secara relatif sama mungkin akan berbeda-beda. Hal ini antara lain disebabkan oleh mekanisme persepsi seseorang terhadap kebutuhannya, dan itu memengaruhi caranya berperilaku dan menyesuaikan diri terhadap tujuan atau objeknya. Kebutuhan-kebutuhan pribadi ini tidak saja menyangkut hal-hal yang sifatnya psikis. Kebutuhan akan rasa aman, diterima orang lain, dan kebutuhan lain yang sifatnya sangat pribadi, juga memengaruhi cara-cara penyesuaian terhadap lingkungan. 3. Penyesuaian diri dan pembentukan kebiasaan

(14)

24

Pada hakikatnya, pembentukan kebiasaan dapat dimulai sejak masi bayi. Meskipun kebiasaan-kebiasaan yang hendak ditanamkan dapat terjadi secara tidak langsung, ia semakin lama dan kadang-kadang harus menyesuaikan diri terhadap hal-hal dari luar diri. Bukan sebaliknya, penyesuaian diri semata-mata atas dasar kepentingan dan kepuasaan pribadi.

Dari lingkungan motivasi dapat dilihat bahwa dorongan dan motif kebutuhan yang juga dapat disebut keinginan merupakan faktor individual. Dorongan dan keinginan bersifat pribadi, tetapi tingkah laku sebagai ekspresi keinginan tersebut ditujukan ke lingkungan. Walaupun keinginan bersifat pribadi, hasil pengalamannya dalam bentuk tingkah laku sering mengikutsertakan orang lain, sehingga hal ini juga bersifat sosial.

Dalam usaha penyesuaian, seseorang mengadakan perubahan tingkah laku dan sikap supaya ia mencapai kepuasaan dan sukses dalam aktivitasnya, penyesuaian ini disebut baik bila sikap-sikap yang membangun dan sehat serta tingkah laku yang timbul dalam hubungan dengan dorongan dan pengaruh faktor lingkungan telah tercapai.

Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri adalah :

1. Perilaku Kompensatoris merupakan konsep umum yang meliputi berbagai macam bentuk khusus penyesuaian terhadap kegagalan dan ketidakcocokan. Penekanan diberikan pada berfungsinya suatu sifat atau ciri tertentu yang dipakai untuk mengalihkan perhatian orang lain dari defeknya/kerusakan. Perilaku pengganti atau kompensatoris ini mungkin dapat diterima dan mungkin juga ditolak.

(15)

25

2. Perilaku menarik perhatian orang (attention-seeking behavior) adalah keinginan untuk memperoleh perhatian. Penerimaan sosial biasanya paling memuaskan. Bahkan masih lebih memuaskan apabila seseorang ditolak oleh umum daripada diacuhkan/diabaikan oleh beberapa orang. Ia akan melakukan tindakan yang menghebohkan untuk menarik perhatian orang.

3. Memperkuat diri melalui kritik. Merupakan cara untuk memperbaiki tingkah laku sendiri yang merupakan suatu bentuk tingkah laku penyesuaian.

4. Identifikasi. Pembentukan pola-pola identifikasi merupakan bentuk penyesuaian yang tidak merugikan. Pada umumnya, manusia merupakan bagian dari suatu kelompok. Sudah selayaknya kita mengidentifikasikan diri dengan mereka yang berhasil dan bangga dalam keberhasilan anggota kelompok yang menonjol tersebut.

5. Sikap proyeksi. Adalah sikap yang dipakai sebagai pembenaran suatu kesalahan. Dalam hal ini, proyeksi melindungi individu terhadap perasaan sia-sia, sebagai akibat pengaruh kesalahannya.

6. Rasionalisasi. Merupakan usaha untuk memaafkan tingkah laku yang oleh pelaku dianggap sebagai tidak diinginkan, aneh, tetapi menimbulkan suatu kepuasan emosi tertentu.

7. Sublimasi. Seseorang dapat menyalurkan aktivitasnya dengan aktivitas pengganti (substitute) yang dapat diterima umum untuk menghindari stres emosi. Seseorang akan sungguh-sungguh yakin bahwa aktivitas pengganti telah digerakkan oleh sikap sosial yang baik.

(16)

26

8. Melamun dan mengkhayal sebagai cara penyesuaian. Seorang dewasa atau lanjut usia dengan penyesuaian diri yang baik dapat mengubah impiannya ke dalam aktivitas yang produktif. Orang lanjut usia yang pengalaman masa lalunya cukup memuaskan akan mengenang kembali keberhasilan yang telah diperolehnya pada masa lampau.

9. Represi (conscious forgetting). Pada umumnya, seseorang akan menghindari tempat, orang, atau hal yang berhubungan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Demikian pula seseorang ingin melupakan segala hal yang berhubungan dengan suatu situasi penghinaan atau kekesalan. Dasar-dasar represi adalah lupa akan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Cara penyesuaian diri yang wajar adalah prinsip realitas, menerima kecemasan, sedapat mungkin tidak memakai mekanisme pertahanan, mengerti motif-motif (Gunarsa, 2012).

2.4. Menopause

Menopause adalah penghentian permanen masa menstruasi (haid), berarti ini menjadi tanda akhir dari masa reproduktif. Beberapa wanita mempunyai siklus menstruasi tanpa penyulit. Tetapi kebanyakan wanita mengalami siklus anovulasi yang ditandai oleh mestruasi dengan perdarahan yang sedikit-sedikit atau perdarahan banyak yang berlangsung lama, atau bisa juga keduanya (Purwoastuti, 2012).

(17)

27

Secara biological, menopause didefinisikan sebagai pengakhiran masa menstruasi, ini pertanda hilangnya kemampuan seorang wanita untuk menhasilkan keturunan (Noviana, 2014).

Menopause memiliki banyak arti atau makna yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa yunani, yang digunakan untuk menjelaskan gambaran berhentinya haid atau menstruasi. Ini merupakan akhir proses biologis dari siklus menstruasi, yang dikarenakan terjadinya perubahan hormon yaitu penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan oleh ovarium.

Kenyataan yang ada di masyarakat menunjukkan banyak kaum ibu mengalami masalah dalam menghadapi menopause. Masalah-masalah yang sering dihadapi oleh kaum ibu antara lain adalah gangguan dalam kehidupan seksual suami istri, seperti keringat yang berlebihan dan rasa panas pada muka. Juga timbul perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, seperti gejolak emosi yang berlebihan dan perasaan tidak berguna karena tidak bisa melahirkan anak lagi. Selain hal-hal tersebut, ketidaksiapan kaum ibu dalam menghadapi proses penuaan merupakan satu masalah tersendiri. Berkurangnya kadar hormon estrogen dapat menyebabkan berkurangnya kelembaban kulit sehingga kulit menjadi keriput. (Cristiani dkk, 2000).

Adanya penurunan hormon estrogen, menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur, hal ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk terjadinya menopause. Menopause juga dapat diartikan sebagai haid terakhir. Terjadinya menopause ada hubungan dengan menarche (pertama haid), makin dini menarche terjadi, maka makin lambat atau lama menopause timbul (Mulyani, 2013).

(18)

28

2.4.1 Tahap-tahap Menopause

Dalam masa menopause, terdapat tiga tahapan yang harus dihadapi. Menurut Mulyani (2013), menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut : 1. Pra menopause

Fase ini terjadi pada usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala yang timbul pada masa pramenopause yaitu : siklus mestruasi menjadi tidak teratur, perdarahan menstruasi memanjang, jumlah darah menstruasi menjadi lebih banyak, adanya rasa nyeri saat menstruasi.

2. Perimenopause

Yaitu fase peralihan antara masa pramenopause dan pasca menopause. Gejala-gejala yang timbul pada masa perimenopause yaitu : siklus menstruasi menjadi tidak teratur, siklus menstruasi menjadi lebih panjang.

3. Menopause

Yaitu fase dimana berhentinya menstruasi atau haid terakhir akibat adanya perubahan kadar hormon dalam tubuh yaitu menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Gejala-gejala yang terjadi pada masa menopause yaitu sebagai berikut : keringat yang biasanya timbul pada malam hari, lebih mudah marah atau emosi, sulit istirahat atau tidur, haid menjadi tidak teratur, terjadi gangguan fungsi seksual, badan bertambah gemuk, sering kali tidak mampu untuk menahan kencing, stress dan depresi, nyeri otot sendi, hot flush atau sering terasa panas, terjadinya kekeringan pada vagina karena berkurangnya produksi lender pada

(19)

29

vagina, terjadinya gangguan pada tulang, gelisah, khawatir, sulit konsentrasi, dan mudah lupa.

4. Postmenopause

Postmenopause adalah kondisi dimana seorang wanita telah mencapai masa menopause. Pada masa postmenopause seorang wanita akan mudah sekali mengidap penyakit jantung dan pengeroposan tulang (osteoporosis).

2.4.2. Usia Memasuki Menopause

Bagi kebanyakan wanita, haid terakhir terjadi pada usia 50-51 tahun, dengan klimaksterium dimulai beberapa tahun sesudahnya. Menopause juga terjadi pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim/uterus yang disebut dengan Hysterectomi, misalnya sebagai akibat adanya tumor di uterus, dan mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang lebih muda. Menopause terjadi sekitar satu tahun lebih awal dari rata-rata pada wanita yang merokok dan setahun lebih lama pada wanita yang buta sejak lahir (Purwoastuti, 2012).

Usia rata-rata perempuan mengalami menopause di Amerika Serikat adalah 50-52 tahun, tetapi dalam beberapa kasus mungkin terjadi lebih awal atau lebih lambat. Tidak ada seorang pun yang dapat memastikan kapan menopause ini akan datang. Kebanyakan wanita akan mengalaminya pada usia 50 tahun tetapi tidak menutup kemungkinan jika terjadi lebih cepat atau lebih lambat. Usia menopause itu bervariasi, dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dipengaruhi oleh keturunan, jadi jika ibu kandung menopause di usia 40 tahun, kemungkinan si anak

(20)

30

juga akan menopause di usia tersebut, faktor kesehatan umum, serta pola hidup juga dapat mempengaruhi kapan terjadinya menopause (Mulyani, 2013).

Menopause biasanya terjadi pada usia 45-55 tahun, meskipun bisa juga terjadi lebih awal pada wanita yang menjalani histerektomi. Menurunnya produksi hormon estrogen menyebabkan terjadinya menopause sebagai tanda berakhirnya masa kesuburan, produksi dan pelepasan sel telur (ovulasi), dan menstruasi (Bandiyah, 2009).

Sedangkan menurut Proverawati (2010), sebagian besar wanita mulai mengalami gejala premenopause pada usia 40-an dan puncaknya tercapai pada usia 50 tahun yaitu terjadinya masa menopause dimana pada masa menopause ini wanita sudah tidak mengalami haid lagi. Kebanyakan wanita mengalami menopause kurang dari 5 tahun dan sebagian kecil lebih dari 5 tahun. Jadi dapat di simpulkan bahwa, rata-rata umumnya seorang wanita akan mengalami menopause sekitar usia 45-50 tahun.

2.4.3. Penyebab Terjadinya Menopause

Tubuh wanita mempunyai persediaan sel telur atau ovum dengan jumlah yang terbatas dan masa menopause itu terjadi ketika ovarium atau indung telur telah kehabisan sel telur atau ovum, hal ini menyebabkan produksi hormon dalam tubuh terganggu yaitu berhentinya produksi hormon seks wanita yang tidak lain adalah hormon estrogen dan progesteron.

Penurunan fungsi hormon dalam tubuh akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan gejala-gejala menopause akan mulai timbul dan terasa

(21)

31

meskipun mestruasi masih datang. Saat itu akan mulai terlihat adanya perubahan pada haid yang mungkin menjadi lebih lama atau lebih singkat dan untuk jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan menjadi tidak konsisten yaitu relatif menjadi lebih banyak dari sebelumnya (Mulyani, 2013).

Usia 45-55 tahun menandakan berakhirnya masa subur dan berkurangnya kadar hormon estrogen serta progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan beberapa perubahan pada tubuh yaitu wajah kemerahan, keringat di malam hari, rasa sakit dan nyeri, kekeringan di daerah vagina, masalah kandung kemih, hubungan seksual yang menimbulkan rasa nyeri, kulit kering, gangguan tidur, emosi yang mudah berubah-ubah, perdarahan menstruasi yang tidak teratur. Sedangkan jangka panjang akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung dan osteoporosis/rapuh tulang (Kesuma, 2009).

Menurut Manuaba dkk (2009), keluhan akibat penurunan hormon terbagi dua yaitu :

1. Keluhan Psikologis

Menurunnya kemampuan berpikir dan ingatan sehingga menimbulkan penyakit ”pikun” atau Alzheimer. Gangguan emosi berupa rasa takut bila disebut tua, rasa takut menjadi tua dan tidak menarik, sukar tidur atau cepat bangun, mudah tersinggung dan mudah marah, sangat emosional dan spontan, merasa tertekan dan sedih tanpa diketahui sebabnya. Rasa takut kehilangan suami, anak, dan ditinggalkan sendiri. Keinginan seks menurun dan sulit untuk dirangsang. Situasi

(22)

32

demikian dapat terjadi bila individu belum siap untuk menghadapi klimakterium, menopause, dan senium.

2. Keluhan Fisik

Tidak semua keluhan fisik dapat terjadi pada seseorang, dan tidak semuanya pula dapat dijabarkan secara rinci, tetapi keluhan yang dominan dan sering dijumpai dapat dijelaskan berikut ini :

a. Jantung dan pembuluh darah

Keluhan yang memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah meliputi kulit terasa kering, keriput, dan longgar. Oleh karena turunnya sirkulasi menuju kulit, badan terasa panas termasuk wajah, terjadi perubahan sirkulasi pada wajah yang dapat melebar ke tengkuk bewarna merah (hot flushes), mudah berdebar-debar, terjadi tekanan darah tinggi yang berlanjut ke penyakit jantung koroner.

b. Genitalia

Keluhan yang dirasakan mengenai alat kelamin meliputi liang senggama terasa kering, sulit menerima rangsangan karena sensitivitasnya sudah menurun, epitel liang senggama dan sekitarnya menipis, sehingga mudah terjadi infeksi, dalam melakukan hubungan seks kering terasa sakit (dispareunia), elastisitas sudah menurun sehingga terasa longgar.

c. Sistem hormonal

Secara menyeluruh sistem hormonal sudah menurun fungsinya sehingga memengaruhi metabolisme tubuh yang cenderung menurun. Oleh karena itu diperlukan perhatian terhadap pola makan yang sebaiknya vegetarian. Penyakit

(23)

33

metabolisme yang dapat terjadi pada masa klimakterium dan menopause adalah cepat menjadi gemuk, kelebihan bahan makanan disimpan dalam bentuk lemak di bokong, payudara, dan perut.

d. Fungsi saraf

Pada lansia, keluhan saraf disebabkan oleh degenerasi sel saraf dan sel otak sehingga menimbulkan manifestasi klinis. Panca indera mengalami kemunduran fungsi sehingga perlu perhatian, penglihatan dan pendengaran kurang berfungsi sehingga memerlukan bantuan alat untuk meningkatkan fungsi.

e. Fungsi motorik

Keluhan fungsi motorik meliputi otot mulai lemah untuk memegang atau mengambil barang, koordinasi sudah kurang tepat dan pegangan sering lepas, gerakan otot mulai sulit dikendalikan sehingga sering gemetar (tremor).

f. Fungsi sensoris

Keluhan saraf sensoris yang sering muncul adalah kram atau sakit. Gejala ini timbul saat berdiam diri dan akan menghilang bila digerakkan. Kemunduran fungsi saraf menyebabkan gangguan sirkulasi darah dan menimbulkan gangguan rasa perabaan, karena saraf peraba mengalami kemunduran fungsi. g. Fungsi tulang

Tulang sebagai penyangga utama tubuh, karena proses penuaan, dapat terjadi pengurasan kalsium tulang, sehingga menjadi keropos dan mudah patah. Tempat yang paling banyak terjadi patah tulang adalah pada persendian tulang paha, sekalipun jatuh tidak terlalu keras. Metabolisme kalsium, sebagai bahan

(24)

34

tulang, dipengaruhi oleh hormon paratiroid, estrogen, vitamin E dan D. lansia perlu berhati-hati agar tidak terjadi patah tulang, yang pengobatannya sulit dilaksanakan.

Gejala-gejala yang ditemukan pada wanita menopause menurut Prayitno (2014) adalah sebagai berikut :

1. Hot Flushes yang terjadi akibat peningkatan aliran darah di dalam pembuluh darah wajah, leher, dada, dan punggung. Kulit menjadi merah dan hangat disertai keringat yang berlebihan. Hot flushes dialami oleh sekitar 75% wanita menopause. Kebanyakan hot flushes dialami selama lebih dari 1 tahun dan 25%-50% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun. Hot flushes berlangsung selama 30 detik sampai 5 menit.

2. Vagina menjadi kering lantaran penipisan jaringan pada dinding vagina sehingga sering menimbulkan rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual.

3. Gejala psikis dan emosional, seperti kelelahan, mudah tersinggung, susah tidur dan gelisah bisa disebabkan oleh berkurangnya kadar estrogen. Berkeringat pada malam hari menyebabkan gangguan tidur sehingga kelelahan semakin memburuk dan yang bersangkutan menjadi semakin mudah tersinggung.

4. Pusing, kesemutan, palpitasi (jantung berdebar).

5. Hilangnya kendali terhadap kandung kemih (sering buang air kecil) 6. Peradangan kandung kemih atau vagina

(25)

35

7. Osteoporosis

8. Penyakit jantung dan pembuluh darah

2.4.4. Faktor yang Memengaruhi Menopause

Faktor yang memengaruhi menopause adalah sebagai berikut : 1. Usia saat haid pertama kali (Menarche)

Ada hubungan antara usia pertama kali mendapat haid dengan usia seorang wanita memasuki menopause. Semakin muda seorang wanita mendapatkan haid maka semakin tua atau lama wanita tersebut memasuki menopause.

2. Faktor psikis

Wanita yang tidak menikah dan bekerja akan mempengaruhi perkembangan psikis seorang wanita karena mereka akan mengalami menopause lebih muda dibandingkan dengan wanita yang telah menikah dan bekerja.

3. Jumlah anak

Semakin sering seorang wanita melahirkan maka semakin tua atau lama mereka memasuki masa menopause.

4. Usia melahirkan

Penelitian yang dilakukan oleh Beth Israel Deaconess Medcal Center in Boston mengungkapkan bahwa wanita yang masih melahirkan diatas usia 40 tahun akan mengalami usia menopause yang lebih tua atau lama. Hal ini disebabkan karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat sistem kerja organ reproduksi. Bahkan akan memperlambat sistem penuaan organ tubuh.

(26)

36

5. Merokok

Wanita perokok akan lebih cepat memasuki masa menopause karena hal ini berkaitan dengan kandungan yang ada di dalam rokok yang sangat berpengaruh terhadap menopause.

6. Pemakaian kontrasepsi

Kontrasepsi dalam hal ini yaitu kontrasepsi hormonal. Hal ini dikarenakan cara kerja kontrasepsi yang menekan kerja ovarium atau indung telur. Pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal akan lebih lama atau tua memasuki masa menopause.

7. Sosial ekonomi

Keadaan sosial ekonomi seseorang akan mempengaruhi faktor fisik, kesehatan dan pendidikan. Bila faktor tersebut cukup baik, akan mempengaruhi beban fisiologis. 8. Cemas

Kecemasan yang dirasakan wanita akan sangat menentukan waktu kecepatan atau bahkan keterlambatan masa-masa menopause. Faktor yang mempengaruhi kecemasan diantaranya faktor keluarga dan lingkungan sosial.

9. Stres

Jika seorang wanita sering stres, maka sama juga dengan cemas, yang menyebabkan lebih dini mengalami masa menopause (Astutik, 2013).

(27)

37

2.5. Konsep Diri terhadap Penyesuaian Selama Masa Menopause

Konsep diri dalam penyesuaian di masa menopause menurut Mulyani (2013) adalah :

1. Bersikap positif

Meskipun menopause dapat mengakibatkan gejala-gejala yang tidak menyenangkan akan tetapi hal tersebut bukan penyakit. Menopause adalah hal yang alami dan akan dilalui oleh setiap wanita. Berfikirlah positif bahwa telah bebas dari haid dan tidak membutuhkan lagi kontrasepsi. Wanita menopause akan mengalami perubahan dalam otaknya yaitu karena adanya penurunan tingkat estrogen dan progesteron yang akan mempengaruhi cara wanita untuk berfikir sebelumnya, selama dan setelah menopause. Adanya tingkat hormon yang tidak teratur pada perimenopause akan menyebabkan fluktuasi yang berkaitan dengan suasana hati, libido, pola tidur, hot flush, kegelisahan dan cepat marah.

2. Mengatasi Blues

Jika memandang menopause secara negatif maka depresi akan timbul. Depresi sering berhubungan dengan kemarahan, kadang juga depresi berasal dari ketidakbahagiaan dengan situasi dalam hidup. Untuk mengatasinya dengan cara memperlakukan diri dengan lebih baik dan hal yang perlu diingat bahwa tidak ada seorang pun yang bahagia sepanjang waktu.

(28)

38

3. Mencari bantuan orang lain

Sangat penting menambah jaringan sosial yaitu bisa meluangkan waktu rutin untuk menengok keluarga dan teman-teman. Hal ini dikarenakan jaringan sosial yang baik maka memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

4. Mengelola tingkat stres

Stres dan kecemasan selama dan setelah menopause dapat meningkatkan serangan panas (flushing), insomnia, depresi, dan gejala lainnya. Hal ini menganggu kemampuan kelenjar adrenal untuk memproduksi adrostenedion. Mengelola tingkat stres akan membantu mengontrol gejala-gejala menopause dan akan mengurangi risiko yang membahayakan jiwa.

5. Meditasi

Jika meditasi rutin dilakukan, dapat menurunkan tingkat hormon stres, menghilangkan kecemasan, mengurangi kelelahan, meningkatkan energi dan membersihkan pikiran. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan duduk nyaman sambil menutup mata. Bernafaslah dari hidung pelan dan dalam, kempiskan perut dan pilihlah kata yang memberikan ketenangan misalnya tenang, damai, harmonis, atau santai.

6. Tertawa

Tertawa dapat mengurangi hormon stres kortisol dan meningkatkan serotonin yang dapat meningkatkan suasana hati.

7. Melatih kesadaran

(29)

39

2.6. Dukungan Suami terhadap Penyesuaian dalam Masa Menopause

Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Keluarga merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional, semakin besar dukungan emosional dalam keluarga semakin menimbulkan rasa senang dan bahagia dalam keluarga sebaliknya semakin miskin dukungan emosional semakin menimbulkan perasaan tidak senang dalam keluarga. Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting menurut Hurlock (1993:42) adalah hubungan dengan pasangan hidupnya, perubahan perilaku seksual, hubungan dengan anak, ketergantungan orangtua, hubungan dengan cucu (Suardiman, 2011).

Sebagian besar wanita mengalami masa menopause bersamaan dengan pencapaian karir suaminya, sehingga suami sangat disibukkan dengan pekerjaannya dan waktu untuk istri semakin berkurang. Anak menginjak dewasa dan mulai disibukkan dengan kegiatannya. Hal ini akan menimbulkan kesan bahwa anak tidak lagi membutuhkan ibunya. Perasaan tidak berharga lagi akan menurunkan keinginan wanita untuk melakukan aktivitasnya. Wanita yang sudah mengalami menopause akan kehilangan daya tarik seksualnya dan menurun aktivitas seksualnya. Ada beberapa wanita beranggapan bahwa sesudah menopause tidak bisa memberikan kepuasan seksual bagi suaminya (Mulyani, 2013).

Selain itu, pemahaman suami terhadap perubahan seksual yang muncul pada istrinya juga akan membantu perempuan menopause untuk tidak cemas. Perlu diketahui bahwa sesungguhnya gairah seksual perempuan tidak menurun ketika menopause karena memang bukan hormon estrogen yang berperan dalam hal ini,

(30)

40

melainkan androgen. Jadi berkurangnya estrogen saat perempuan menopause tidak serta merta menjadikan perempuan kehilangan hasrat seksualnya (Prabandani, 2009).

Dukungan suami termasuk dalam dukungan sosial yang sangat penting bagi seorang istri untuk bisa menghadapi menopause ini dengan lebih baik karena menurut Saparinah Sadli (dalam Wawan, 2011) membagi individu dengan lingkungan sosial yang saling mempengaruhi sebagai berikut :

a) Perilaku kesehatan individu; sikap dan kebiasaan individu yang erat kaitannya dengan lingkungan.

b) Lingkungan keluarga; kebiasaan-kebiasaan tiap anggota keluarga mengenai kesehatan

c) Lingkungan terbatas; tradisi, adat- istiadat dan kepercayaan masyarakat sehubungan dengan kesehatan

d) Lingkungan umum; kebijakan-kebijakan pemerintah dibidang kesehatan, undang-undang kesehatan, program-program kesehatan.

2.7. Landasan Teori

Menurut Robert dan Jack (dalam Tyastuti, 2009) konsep diri adalah pandangan kita mengenai siapa diri kita yang kita dapat dari informasi orang lain kepada kita. Konsep diri kita yang paling awal biasa dipengaruhi oleh keluarga dan orang-orang dekat disekitar kita yang disebut significant others.

Aspek-aspek konsep diri seperti agama, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman, rupa fisik dll diinternalisasi lewat pernyataan orang lain yang

(31)

41

menegaskan aspek-aspek tersebut kepada kita. Identitas etnik merupakan unsur penting dalam konsep diri. George Herbert Mead mengatakan setiap manusia mengembangkan konsep dirinya melalui interaksi dengan orang lain dalam masyarakat. Dan dilakukan dengan komunikasi. Proses konsep diri berlangsung sepanjang hidup, dan dapat berubah-ubah dan bergantung pada respon orang terhadap kita. Kesan orang lain tentang diri kita dan cara mereka bereaksi dipengaruhi oleh komunikasi kita dengan mereka (Tyastuti, 2009).

Timbulnya rasa rendah diri, tidak menarik, tidak bugar, dan tidak cantik, terancam, dan tidak berdaya pada manusia yang mangalami menopause adalah tergantung dari bagaimana individu tersebut mempersepsikan masa menopause melalui penyesuaian diri yang dilakukannya (Sibero, 2010).

Dukungan suami merupakan salah satu sumber dukungan sosial yang berasal dari lingkungan keluarga yang dapat memengaruhi konsep diri wanita menopause tersebut. Menurut Kaheksi, dkk (2013) Dukungan sosial memiliki empat jenis yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informatif.

(32)

42

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka penulis dapat merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep tersebut bahwa konsep diri yang dialami wanita pada masa menopause serta adanya dukungan suami pada istri yang mengalami masa menopause diharapakan dapat menimbulkan reaksi atau dapat memengaruhi perubahan penyesuaian diri yang baik terhadap wanita yang sedang menghadapi masa menopause tersebut.

Penyesuaian Diri Pada Masa Menopause Konsep Diri

Gambar

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dimensi kebiasaan petani mempekerja- kan buruh diluar desa sebelum tahun 2000, kecen- derungannya Desa Babakan memperlihatkan kadang mempekerjakan buruh dari luar desa dan

Sedangkan Depdiknas (1994) merumuskan supervisi sebagai berikut: “Pembinaan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah agar mereka dapat meningkatkan kemampuan

Melakukan bimbingan dan fasilitasi bagi lembaga untuk mendapatkan pemahaman mengenai ketentuan kondisi peralatan pembelajaran yang seharusnya dipenuhi, serta membantu

Pada tahun 2015 Kecamatan Medan Baru dihuni oleh 40.519 jiwa antara lain : Pertama Kelurahan Padang Bulan jumlah penduduk 9.310 jiwa yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak

Jurnal el-Hikmah Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang 43 dengan model pendidikan Maktab/Kuttab pada era awal pendidikan agama Islam di.. Indonesia, dimana Kuttab hanya

45 legalitas lembaga Melakukan bimbingan dan fasilitasi bagi lembaga untuk mendapatkan pemahaman mengenai dokumen legalitas yang harus dimiliki oleh lembaga, berikut

sebagaimana diungkapkan Deddy Mulyana merupakan suatu metode pengumpulan data yang bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata- kata dalam setiap pertanyaan

Pihak Pertama wajjb bertindak selaku wakil rakyat yang benar - benar bersikap amanat mewakili / menyuarakan / memperjuangkan aspirasi Pihak Kedua selama menjalankan tugas