• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia. Moh Iqbal Tawakal"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia

Moh Iqbal Tawakal

PMG Pelaksana Lanjutan

Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang

Pendahuluan

Penentuan awal bulan qomariyah melalui pengamatan bulan sabit ( rukyat al-hilal) sering mengalami perbedaan pendapat di kalangan masyarakat. Terutama penentuan awal bulan yang didalamnya terdapat pelaksanaan ibadah bagi umat islam seperti ramadhan, syawal dan dzulhijjah. Perbedaan ini didasari karena penentuan awal bulan tidak hanya dalam perspektif astronomis saja, melainkan ada muatan ibadah di dalamnya.

Substansi yang mendasar adanya perbedaan ialah bukan terletak pada metode, apakah itu dengan hisab atau rukyat, melainkan ketidaksamaan dalam menentukan kriteria awal bulan. Kritiria ini berdasarkan dari pemahaman dan pengamatan hilal (bulan sabit muda) sesaat setelah matahari terbenam.

Secara astronomis hilal dimaknai sebagai bulan sabit awal yang teramati di ufuk barat sesaat setelah matahari terbenam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bisa tampak sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan bulan yang mengarah ke matahari. Dari data-data rukyatul hilal jangka panjang, keberadaan hilal dibatasi oleh kriteria hisab tinggi minimal sekian derajat bila jaraknya dari matahari sekian derajat dan beda waktu terbenam bulan-matahari sekian menit (djamulddin,2011). Dalam melihat hilal, ada dua cara atau pedoman untuk menentukan kriteria awal bulan, yaitu kriteria Imkan ar-rukyat dan wujudu al-hilal.

Di Indonesia sendiri, Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama merupakan ormas islam mayoritas yang menggunakan dua kriteria tersebut. Walaupun masih ada varian kriteria lain yang juga digunakan oleh ormas islam lainnya yang secara garis besar tidak jauh berbeda dengan dua kriteria tersebut. Hal ini menimbulkan perdebatan yang sangat panjang dan gejolak di masyarakat ketika posisi hilal berada pada zona kritis. Zona ketika posisi hilal berada dibawah ambang batas kriteria visibilitas hilal, dimana hilal sangat sulit untuk teramati secara langsung. Namun disisi lain posisi hilal sudah memenuhi dalam kriteria wujudu al-hilal. Kejadian ini kerap kali terjadi dalam penentuan awal bulan kalender hijriyah.

Sejarah mencatat dalam kurun waktu 20 tahun terkahir setidaknya telah terjadi delapan kali perbedaan dalam penetapan awal bulan, baik Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah (suhardimman, 2013). Peristiwa yang menarik terjadi pada tahun 1994 M / 1418 H, dimana saat itu hilal berada dibawah kriteria Imkan ar-rukyat yaitu ketinggian hilal kurang dari 2 derajad. Sehingga yang berpedoman terhadap imkan ar-rukyat menolak kesaksian rukyat hilal meskupun di Cakung dan

(2)

Baweanmeski hilal teramati. Hal ini menjadi perubahan drastis yang di lakukan oleh NU, dimana setahun sebelumnya (1993 M/1417 H) menerima kesaksian rukyat hilal meski hilal berada dibawah 2 derajad.

Makalah ini tidak membahas secara komperehensif, bagaimana pengambilan keputusan dalam penentuan kriteria awal bulan, baik secara imkan ar-rukyat maupun wujudu al-hilal. Dan tidak pula mencari kriteria yang shahih dan paling baik dilakukan dalam menentukan hilal awal bulan. Tetapi memberikan informasi dan pemahaman bahwa penentuan awal bulan mengalami proses perkembangan yang sangat panjang. Dimulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga sampai saat sekarang ini. Yang selanjutnya diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tidak ada fanatik buta terhadap metode atau golongan tertentu. Tidak merasa bahwa kriteria yang diadopsi lebih baik dan paling benar daripada yang lain, karena penentuan kriteria sendiri mengalami perubahan yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Titik Awal Penetapan Awal Bulan.

Pada Masa Sebelum kemerdekaan penetapan awal bulan Qamariyah tidak melalui musyawarah antar ormas islam atau yang dikenal dengan sidang itsbat, karena waktu itu pemerintah yang berkuasa, jepang tidak mengatur persoalan yang demikian itu. Awal Ramadhan dan Idul fitri ditentukan oleh masing-masing ketua adat di lingkungan masyarakat tersebut, seperti masyarakat aboge di purbalingga, masyarakat wakal di Maluku, masyarakat gowa di Sulawesi, dan lain sebagainya (Seban, 2012). Setiap ketua memiliki perhitungan masing-masing, sehingga awal ramadhan dan lebaran sering mengalami perbedaan meski dalam satu wilayah yang sama.

Berbeda, ketika masa kerjaan-kerajaan islam masih berdiri di Indonesia penetapan awal bulan qamariyah ditentukan oleh keputusan raja. Masyarakat tunduk dan patuh akan keputusan, sehingga menjadi seragam dan tidak ada perbedaan pemahaman. Hal ini dikarenakan keputusan awal bulan sudah dilegalkan dan disahkan oleh yang berkuasa pada saat itu.

Pada tanggal 4 Januari 1946 pemerintah menunjuk departemen agama untuk menetapkan hari libur nasional, termasuk libur idul fitri dan idul adha. Ketetapan ini tidak dapat diikuti sepenuhnya oleh ormas islam pada waktu itu. Maka untuk menyeragamkan pemahaman dan penentuan tanggal 1 pada bulan hijriyah dibentuklah Badan Hisab Rukyat (BHR) pada tanggal 16 agustus 1972. Badan Hisab Rukyat (BHR) memiliki tugas untuk melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan hal-hal yang berkaitan dengan hisab-rukyat dan pelaksanaan ibadah (arah kiblat, waktu shalat, awal bulan, waktu gerhana bulan dan matahari).

Semenjak terbentuknya, Badan Hisab Rukyat telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan dalam menentukan kriteria awal bulan qomariyah. Pada masa awal kemerdekaan kriteria awal bulan mengikuti pedoman wujudu hilal. kemudian pada masa orde baru menggunakan imkanu rukyat dengan kriteria tinggi hilal diatas 2 derajad, jarak hilal-matahari minimal 3 derajad dan umur bulan sejak ijtimak 8 jam. Pada tahun 1974 kriteria awal bulan tersebut diterima di tingkat regional dalam forum MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darusalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).

(3)

Keberadaan Badan Hisab Rukyat menuai Pro dan Kontra di jajaran pemerintah sendiri. Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, Badan Hisab Rukyat diwacanakan akan dibubarkan atau dihapuskan (Taminulqulub,2015). Selama terbentuknya Badan Hisab Rukyat tidak dapat memberikan pengaruh yang kuat untuk menyatukan penentuan awal bulan di Indonesia. Meskipun Badan Hisab Rukyat telah dibentuk, namun kenyataanya masyarakat atau ormas islam tidak mengikuti keputusan pemerintah. Hal ini yang menyebabkan fungsi dari Badan Hisab Rukyat dapat ditiadakan.

Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Badan Hisab Rukyat kembali difungsikan. Berbagai upaya Badan Hisab Rukyat untuk mewujudkan penyeragaman kalender hijriyah di Indonesia. Anggota Badan Hisab Rukyat tidak hanya dari kalangan ahli hisab rukyat seperti Drs. H. Slamet Hambali, M.Si, Prof. Dr. Susiknan Azhari, Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, dan lain-lain, tetapi juga ditambah dengan ahli astronomi seperti Prof. Dr. Bambang Hidayat, Prof. Ahmad Baiquni, M.Sc., P.h.D., Dr. Djoni N. Danawas, Dr. Moedji Raharto, dan Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc., dan lain-lain. (Taminulqulub,2015). Hal ini bertujan agar kriteria yang dihasilkan dapat dirumuskan tidak hanya diterima secara agama tetapi juga dalam ruang lingkup ilmiah. Di era SBY sidang itsbat disiarkan secara langsung melalui televisi, sehingga masyarakat dapat mengetahui serangkaian acara penetapan tanggal 1 ramadhan dan syawal yang dilakukan oleh pemerintah.

Pemerintah yang diwakili kementerian agama memiliki otoritas dan wewenang dalam menetapkan awal puasa dan hari raya dengan mengadakan sidang itsbat setiap tahunya. Keputusan yang diambil selalu mengutamakan persatuan agar tercapai keseragaman di masyarakat. Hasil sidang itsbat seperti pada tabel dari tahun 1381 H/1962M sampai 1432H/201M yang dirangkum Taminulqulub (2015) kemudian dilanjutkan hingga tahun 1438H/2016M, menunjukan masih adanya perbedaan antara pemerintah dan sebagian ormas dalam menetapkan awal puasa dan hari raya idul fitri. Oleh karena itu pemerintah perlu lebih mengkomunikasikan kriteria yang ditetapkan agar dapat menyeragamkan dengan ormas islam yang ada di indonesia. Hal ini sangat mungkin dapat dilakukan, karena kriteria yang ditetapkan masing-masing ormas islam pun mengalami perkembangan yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

Tabel Hasil Sidang Itsbat Kementerian Agama dari tahun 1381 H /1962 M –1437 H/2016 M

H/M Bulan Ijtima’ (WIB) Hilal Keputusan Keterangan

1381/1962 M Ramadhan Senin, 5 Feb1962 5° 37’ Selasa, 6 Feb 1962 Pelabuhan Ratu, Sukabumi

Syawal Selasa, 6 Maret

1962 0° 43’

Kamis, 8 Maret

1962 Istikmal

1382/1963 M Ramadhan Jum’at, 25 Jan - Minggu, 27 Jan Istikmal

1963 1963

Syawal Minggu, 24 Feb

1963 4° 51’

Senin, 25 Feb

1963 -

1383/1964 M Ramadhan Rabu, 15 Jan

1964 -

Kamis, 16 Jan 1964

Kampung Bandan Ancol

(4)

1964 1964

1384/1965 M Ramadhan 3 Jan 1965 Senin, 4 Jan

1965 -

(02:32 WIB)

Syawal Senin, 1 Feb - Rabu, 3 Feb

1965 Istikmal

1965 (21:36 WIB)

1385/1966 M Ramadhan Kamis, 23 Des

1965 7° 11’

Jum’at, 24 Des

1965 -

(03:15 WIB)

Syawal 21 Jan 1966 - Jum’at, 23 Jan Istikmal

(21:10 WIB) 1966

1386/1967 M Ramadhan Senin, 12 Des Selasa, 13 Des Kelapa

Gading,

1966 1966 Puncak Tugu

Nasional

Syawal Selasa, 10 Jan - Kamis, 12 Jan Istikmal

1967 1967

1387/1968 M Ramadhan - - Minggu, 3 Des 1967

Syawal - - Senin, 1 Jan

1968

1388/1968 M Ramadhan Rabu, 20 Nov

1968 1°

Jum’at, 22 Nov 1968

Syawal Jum’at, 20 Des

1968 8°

Sabtu, 21 Des 1968

1389/1969 M Ramadhan Senin, 10 Nov

1969 6° 25’ Selasa, 11 Nov 1969 Jakarta, Bekasi, Pelabuhan Ratu

Syawal Selasa, 9 Des kurang

dari Kamis, 11 Des

1969 1° 1969

1390/1970 M Ramadhan Jum’at, 30 Okt

1970 2° 47’

Sabtu, 31 Okt

1970 Jakarta

Syawal Minggu, 29 Nov

1970 7°

Senin, 30 Nov 1970

1391/1971 M Ramadhan Selasa, 19 Okt Kamis, 21 Okt Istimal

1971 1971

Syawal Kamis, 18 Nov

1971 6°

Jum’at, 19 Nov 1971

1392/1972 M Ramadhan Sabtu, 7 Okt - Senin, 9 Okt

1972 Istikmal

1972

Syawal Senin, 6 Nov

1972 5°

Selasa, 7 Nov

1972 Ancol, Bekasi

1393/1973 M Ramadhan Rabu, 16 Sept Jum’at, 28 Sept Istikmal

1973 1973

Syawal Jum’at, 26 Okt

1973 3°

Sabtu, 27 Okt 1973

Ancol Tiang Priok, Bekasi

1394/1974 M Ramadhan Senin, 16 Sept

1974

Selasa, 17 Sept 1974

Jakarta, Yogyakarta

(5)

Syawal Selasa, 15 Okt - Kamis, 17 Okt Istikmal

1974 1974

1395/1975 M Ramadhan Sabtu, 6 Sept - Minggu, 7 Sept Jakarta,

Bekasi,

1975 1975 Sukabumi

Syawal Minggu, 5 Okt Senin, 6 Okt

1975

Jakarta, Bekasi 1975

1396/1976 M Ramadhan Rabu, 25 - Jum’at, 27 Agt. Istikmal

Agustus 1976 1976

Syawal Jum’at, 24 Sept - Sabtu, 25 Sept

1976 1976

1397/1977 M Ramadhan Senin, 15 Selasa, 16 Agt. Jakarta,

Agustus 1977 1977 Sukabumi

Syawal Selasa, 13 Sept

1977 -0.5° sampai -1.56° Kamis, 15 Sept 1977 Istikmal

1398/1978 M Ramadhan Jum’at, 4 Agt. Sabtu, 5 Agt.

1978 Jakarta,

1978 Sukabumi,

Brebes

Syawal Sabtu, 2 Sept

1978 -3° 26’ 56” sampai -4° Senin, 4 Sept 1978 Istikmal 47’ 44”

1399/1979 M Ramadhan Selasa, 24 Juli Rabu, 25 Juli Jakarta,

1979 1979 Sukabumi,

Purwakarta

Syawal Rabu, 22 Agt.

1979 -3° 35’ sampai - Jum’at, 24 Agt. 1979 Istikmal 4°56’

1400/1980 M Ramadhan Sabtu, 12 Juli - Senin, 14 Juli Istikmal

1980 1980

Syawal Senin, 11 Agt. - Selasa, 12 Agt. Mataram,

1980 1980 Sukabumi,

Jakarta

1401/1981 M Ramadhan Kamis, 2 Juli Jum’at, 3 Juli

1981 Pelabuhan

1981 Ratu,

Sukabumi, Situbondo

Syawal Jum’at, 31 Juli Sabtu, 1 Agt.

1981

Jakarta Selatan,

1981 Jakarta Timur

1402/1982 M Ramadhan Senin, 21 Juni Rabu, 23 Juni Istikmal

1982 1982

Syawal Rabu, 21 Juli - Kamis, 22 Juli Ternate,

1982 1982 Ampenan,

Sukabumi dan daerah lainnya

(6)

1403/1983 M Ramadhan Sabtu, 11 Juni Minggu, 12 Juni Pelabuhan

1983 1983 Ratu,

Sukabumi, Cakung

Syawal Minggu, 10 Juli

1983

Selasa, 12 Juli

1983 Istikmal

1404/1984 M Ramadhan Rabu, 30 Mei -4°

sampai - Jum’at, 1 Juni Istikmal

1984 6° 1984

Syawal Jum’at, 29 Juni Sabtu, 30 Juni Pare-Pare,

1984 1984 Cakung,

Pelabuhan Ratu

1405/1985 M Ramadhan Senin, 20 Mei - Selasa, 21 Mei -

1985 1985

Syawal Selasa, 18 Juni 1° Kamis, 20 Juni -

1985 1985

1406/1986 M Ramadhan Jum’at, 9 Mei - Sabtu, 10 Mei -

1986 1986

Syawal Sabtu, 7 Juni -2°

sampai -

Senin, 9 Juni

1986 Istikmal

1986 4°

1407/1987 M Ramadhan Selasa, 28 April 2° Rabu, 29 April Pelabuhan

Ratu

1987 1987

Syawal Rabu, 27 Mei -2°

sampai - Jum’at, 29 Mei Pelabuhan

1987 5° 1987 Ratu, Jakarta

Timur

1408/1988 M Ramadhan Sabtu, 16 April Senin, 18 April Jakarta

Timur,

1988 1988 Klender

Syawal Senin, 16 Mei Selasa, 17 Mei Cakung,

1988 1988 Klender

1409/1989 M Ramadhan Kamis, 6 April Jum’at, 7 April Jakarta Timur

1989 1989

Syawal Jum’at, 5 Mei -2°

sampai - Minggu, 7 Mei 1989 Gresik, Cakung 1989 4°

1410/1990 M Ramadhan Selasa, 27 Rabu, 28 Maret Pelabuhan

Maret 1990 1990 Ratu, Bekasi

Syawal Rabu, 25 April Kamis, 26 April Ujung

Pangkah,

1990 1990 Gresik,

Cakung, Jakarta Timur

1411/1991 M Ramadhan Kamis, 16 -0.5°

sampai Sabtu, 18 Maret Istikmal

Maret 1991 -2.5° 1991

Syawal Senin, 15 April Selasa, 16 April Cakung,

1991 1991 Klender,

(7)

Pelabuhan Ratu

1412/1992 M Ramadhan Rabu, 4 Maret -3°

sampai - Jum’at, 6 Maret Istikmal

1992 5° 1992

Syawal Jum’at, 3 April -2° Minggu, 5 April Istikmal

1992 1992

1413/1993 M Ramadhan Minggu, 21 Feb -2.5°

sampai Selasa, 23 Feb Istikmal

1993 -4.5° 1993

Syawal Selasa, 23 -2.5° Kamis, 25 Maret Istikmal

Maret 1993 1993

1414/1994 M Ramadhan Kamis, 20 Feb

1994 -3.5° sampai -6° Sabtu, 12 Feb 1994 Istikmal

Syawal Sabtu, 12 Maret

1994 -3°

Senin, 14 Maret

1994 Istikmal

1415/1995 M Ramadhan Selasa, 31 Jan Rabu, 1 Feb

1995 Manado,

1995 Pelabuhan

Ratu, Sukabumi

Syawal Rabu, 1 Maret

1995 -2° sampai - 4° Jum’at, 3 Maret 1995 Istikmal

1416/1996 M Ramadhan Sabtu, 20 Jan

1996 -2° sampai - 4.5° Senin, 22 Jan 1996 Istikmal

Syawal Senin, 19 Feb - Selasa, 20 Feb Pelabuhan

1996 1996 Ratu, Bekasi,

Gresik, Jakarta Barat

1417/1997 M Ramadhan Kamis, 9 Jan

1997 0.3° sampai - 3° Jum’at, 10 Jan 1997 Gorontalo, Rembang

Syawal Jum’at, 7 Feb

1997 -1.5° sampai -6.5° Minggu, 9 Feb 1997 Istikmal

1418/1998 M Ramadhan Senin, 29 Des

1997 -4° sampai - 7° Rabu, 31 Des 1997 Istikmal (23:34 WIB)

Syawal Rabu, 28 Jan

1998 0° sampai 1° 45’ Jum’at, 30 Jan 1998 Istikmal

1419/1999 M Ramadhan Sabtu, 19 Des

1998 -5.5° sampai -7.5° Minggu, 20 Des 1998 Istikmal (04:39 WIB)

Syawal Minggu, 17 Jan

1999 -4° 59’ sampai -3° Selasa, 19 Jan 1999 Istikmal (21:41 WIB) 13’

(8)

1420/2000 M Ramadhan Rabu, 8 Des 1999 3° 42’ sampai 5° Kamis, 9 Des 1999 (09.38 WIB) 23’

Syawal Kamis, 6 Jan

2000 -5° 32’ sampai -3° Sabtu, 8 Jan 2000 Istikmal (23:47 WIB) 56’

1421/2000 M Ramadhan Minggu, 26 Nov

2000 3 1/2° sampai Senin, 27 Nov 2000 (06:05 WIB) dengan 5°

Syawal Senin, 25 Des

2000 -5° sampai - 3° Rabu, 27 Des 2000

1422/2001 M Ramadhan Kamis, 15 Nov

2001 0° 20’ sampai 2° Sabtu, 17 Nov 2001 (13:41 WIB) 20’

Syawal Sabtu, 15 Des

2001 5° sampai 6.5° Minggu, 16 Des 2001 (03: 48 WIB)

1423/2002 M Ramadhan Selasa, 5 Nov

2002 6 ½ ° sampai 7/.5° Rabu, 6 Nov 2002 (03:34 WIB)

Syawal Rabu, 4 Des -0.30° Jum’at, 16 Des

2002 sampai 1° 2002

(14:34 WIB) 15’

1424/2003 M Ramadhan Sabtu, 25 Okt -3°

sampai - Senin, 27 Okt

2003 1° 2003

(19:51 WIB)

Syawal Senin, 24 Nov 4° sampai

6° Selasa, 25 Nov

2003 2003

(05:57 WIB)

1425/2004 M Ramadhan Kamis, 14 Okt 2° sampai

4° Jum’at, 15 Okt

2002 2004

(09:48 WIB)

Syawal Jum’at, 12 Nov -03° 10’ Minggu, 14 Nov

2004 sampai

-4° 2004

(21:27 WIB) 46’

1426/ 2005

M Ramadhan Senin, 03 Okt -0° 30’ s/d

Rabu, 5 Okt

2005 Istikmal

2005 -2° 30’

(17:28 WIB)

Syawal Rabu, 2 Nov 1° 30’ s/d Kamis, 3 Nov Rukyat

Cakung

2005 3° 2005 dan Gresik

(08:25 WIB) 1427/ 2006

M Ramadhan Jum’at, 22 Sept -2° s/d Minggu, 24 Sept Istikmal

(9)

(18:46 WIB)

Syawal Minggu, 22 Okt -0° 30’ s/d Selasa, 24 Okt Istikmal

2006 1° 2006

(12:14 WIB) 1428/ 2007

M Ramadhan Selasa, 11 Sept -3° s/d Kamis, 13 Sept Istikmal

2007 -1° 30’ 2007

(19:45 WIB)

Syawal Kamis, 11 Okt 0° s/d Sabtu, 13 Okt Istikmal

2007 0° 45’ 2007

(12:02 WIB) 1429/ 2008

M Ramadhan Minggu, 31 Agt. 4° 17’ s/d Senin, 1 Sept

Rukyat Gresik, 2008 (02:59 WIB) 5° 20’ 2008 Jogja, Lampung, Jabar

Syawal Senin, 29 Sept -2° 21’ s/d Rabu, 1 Okt Istikmal

2008 -1° 18’ 2008

(15:13 WIB) 1430/ 2009

M Ramadhan Kamis, 20 Agt. -3° 10’ s/d Sabtu, 22 Agt. Istikmal

2009 -0° 50’ 2009

(17:02 WIB)

Syawal Sabtu, 19 Sept 3° 40’ s/d Minggu, 20 Sept Rukyat

2009 5° 10’ 2009 dari Sukabumi, (01:44 WIB) Semarang, dan Cakung 1431/ 2010

M Ramadhan Selasa, 10 Agt. 1° 14' s/d Rabu, 11 Agt. Rukyat

2010 2° 32' 2010 Cilincing,

Probolinggo, Bengkulu dan Condrodipo 1431/ 2010

M Syawal Rabu, 8 Sept 2° 53' s/d Jum'at, 10 Sept Istikmal

2010 1°54' 2010

1432/ 2011

M Ramadhan Minggu, 31 Juli 6° 26' Senin, 1 Agt. Rukyat

2011 2011 Bangkalan,

(01:42 WIB) Makassar dan

Condrodipo

Syawal Senin, 29 Agt. 1°13' Rabu, 31 Agt. Istikmal

2011

(10: 06 WIB)

1433/2012 M Ramadhan Kamis, 19 Juli 1°30' Sabtu,21 Juli Istikmal

2012 2012

Syawal Sabtu, 18 Juli 6°39' Minggu, 19 Agt.

2012 2012

1434/2013 M Ramadhan Senin, 8 Juli 0°54' Rabu,10 Juli Istikmal

(10)

Syawal Rabu, 7 Agt 6°39' Kamis, 8 Agt Papua

2013 2013 Makasar

Gresik

1435/2014 M Ramadhan Jumat, 27 Juni 0°30' Minggu, 29 juni Istikmal

2014 2014

Syawal Minggu, 27 Juli 6°36' Senin 28 Juli Pelabuhan

Ratu

2014 2014

1436 /2015

M Ramadhan Selasa, 16 Juni 1°50' kamis, 18 Juni Istikmal

2015 2015

Syawal Kamis, 16 Juli 2° s/d 3° Jumat, 17 Juli Pelabuhan

Ratu

2015 2015

1437 /2016

M Ramadhan Minggu, 5 Juni 3°54' Senin, 6 Juni Kupang

2016 2016

Syawal Senin, 4 Juli -1°48' Rabu, 6 Juli Istikmal

2016 2016

Penutup

Pemerintah mempunyai otoritas untuk menetapkan awal puasa dan hari raya umat islam, mengadakan sidang itsbat setiap tahunya. Hal ini sangat perlu dilakukan, mengingat adanya perbedaan di masyarakat dalam memahami dan menentukan awal bulan qamariyah. Namun demikian pemerintah tidak dapat memaksakan keputusanya untuk dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat.

Banyak pro dan kontra terhadap sidang itsbat yang diadakan oleh pemerintah. Ada yang menilai bahwa sidang istbat hanyalah seremonial atau tidak ada urgensinya, meski pemerintah sudah menetapkan awal bulan, namun kenyataanya masyarkat tetap menjalankan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Keyakinan seseorang tidak dapat dipertentangkan meski itu dengan ulasan teori ilmiah. Setiap ormas islam memiliki kriteria tersendiri dan mempunyai pengikut yang selalu melaksanakan ketetapan ormas tersebut.

Persatuan dan keseragaman awal puasa dan hari raya tidak akan terwujud jika hanya pemerintah saja yang mengupayakan. Maka perlulah setiap ormas islam juga menghilangkan ego demi terwujudnya satu keputusan bersama. Kriteria yang ditetapkan setiap ormas merupakan hasil ijtihad yang dapat diubah seiring perkembangan teknologi.

Jika antara pemerintah dan ormas islam sudah tidak ada pertentangan dalam menentukan kapan awal puasa dan kapan hari raya, maka suasana di masyarakat menjadi lebih tentram dan lebih khusu dalam menjalakan syariatnya. Tidak ada lagi ungkapan bahwa umat islam terpecah hanya karena menentukan tanggalan saja.

Dengan mengetahui sejarah penetapan awal bulan qomariyah oleh pemerintah, diharapkan dapat menjadikan wawasan masyarakat lebih terbuka dan menerima setiap perbedaan. Tidak menyalahkan pemerintah atau golongan yang tidak sepaham dengan pemahamanya, karena

(11)

semua pedoman itu dari satu sumber yang sama yaitu qu’an dan hadist. Dan kedepan umat islam memiliki satu keputusan bersama dalam menetapkan awal bulan qamariyah khusunya ramadhan, syawal, dan dzulhijah.

Daftar Pustaka

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, 2010.

Kementerian Agama RI, “Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia dalam Penetapan 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H-1432 H/1962 M2011 M”, 2011.

Seban, Husni.,2011, Penetapan Awal Bulan Qomariyah Perspektif Masyarakat Desa Wakal, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarifhidayatullah,Jakarta,2011

Suhardiman, 2013, Kriteria Visibilitas Hilal Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah Di Indonesia, Jurnal Khatulistiwa Volume 3 Nomor 1 Maret 2013.

Tatminulqulub, Siti., 2015, Telaah Kritis Putusan Sidang Itsbat Penetapan Awal Bulan Qamariyah Di Indonesia Dalam Pespektif Ushul Fikih, Al-Hakam-ISSN0854-4603 Volume 25 nomor 1 Aprli 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pada Usaha ekonomi Desa Simpan Pinjam yang selanjutnya disebut UED-SP yang dilakukan oleh pemerintah Desa Nipah Sendanu bertujuan untuk membantu dan melayani anggota

Kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Peningkatan Kebugaran Bayi dan Balita Melalui SPA (Pijat) untuk Melatih Kemampuan Motorik” dilakukan pada tanggal 5 Agustus

Sedangkan mengenai persyaratan dasar kewilayahan dalam Pembentukan Daerah menurut Pasal 34 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Ranah kedua adalah ekspansi kelembagaan yang menitikberatkan pada upaya untuk meningkatkan ukuran industri ekonomi syariah yaitu bagaimana menjadikan pangsa pasar

Abstrak—Perencanaan rute bus berdasarkan demand penumpang di Terminal 2 Juanda dilakukan untuk memberikan kelancaran mobilitas penumpang dari Terminal 2 Juanda ke

Berdasarkan hasil isolasi dan seleksi jamur pendegradasi amilosa pada empelur tanaman sagu ( Metroxylon sago Rottb.), dapat disimpulkan bahwa diperoleh empat jenis

Berdasarkan hasil uji statistik di peroleh P Value = 0,026 yang artinya ≤ 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang berarti terdapat hubungan bermakna