Kilas Balik Penetapan Awal Puasa Dan Hari Raya Di Indonesia
Moh Iqbal Tawakal
PMG Pelaksana Lanjutan
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah II Tangerang
Pendahuluan
Penentuan awal bulan qomariyah melalui pengamatan bulan sabit ( rukyat al-hilal) sering mengalami perbedaan pendapat di kalangan masyarakat. Terutama penentuan awal bulan yang didalamnya terdapat pelaksanaan ibadah bagi umat islam seperti ramadhan, syawal dan dzulhijjah. Perbedaan ini didasari karena penentuan awal bulan tidak hanya dalam perspektif astronomis saja, melainkan ada muatan ibadah di dalamnya.
Substansi yang mendasar adanya perbedaan ialah bukan terletak pada metode, apakah itu dengan hisab atau rukyat, melainkan ketidaksamaan dalam menentukan kriteria awal bulan. Kritiria ini berdasarkan dari pemahaman dan pengamatan hilal (bulan sabit muda) sesaat setelah matahari terbenam.
Secara astronomis hilal dimaknai sebagai bulan sabit awal yang teramati di ufuk barat sesaat setelah matahari terbenam, tampak sebagai goresan garis cahaya yang tipis, dan bila menggunakan teleskop dengan pemroses citra bisa tampak sebagai garis cahaya tipis di tepi bulatan bulan yang mengarah ke matahari. Dari data-data rukyatul hilal jangka panjang, keberadaan hilal dibatasi oleh kriteria hisab tinggi minimal sekian derajat bila jaraknya dari matahari sekian derajat dan beda waktu terbenam bulan-matahari sekian menit (djamulddin,2011). Dalam melihat hilal, ada dua cara atau pedoman untuk menentukan kriteria awal bulan, yaitu kriteria Imkan ar-rukyat dan wujudu al-hilal.
Di Indonesia sendiri, Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama merupakan ormas islam mayoritas yang menggunakan dua kriteria tersebut. Walaupun masih ada varian kriteria lain yang juga digunakan oleh ormas islam lainnya yang secara garis besar tidak jauh berbeda dengan dua kriteria tersebut. Hal ini menimbulkan perdebatan yang sangat panjang dan gejolak di masyarakat ketika posisi hilal berada pada zona kritis. Zona ketika posisi hilal berada dibawah ambang batas kriteria visibilitas hilal, dimana hilal sangat sulit untuk teramati secara langsung. Namun disisi lain posisi hilal sudah memenuhi dalam kriteria wujudu al-hilal. Kejadian ini kerap kali terjadi dalam penentuan awal bulan kalender hijriyah.
Sejarah mencatat dalam kurun waktu 20 tahun terkahir setidaknya telah terjadi delapan kali perbedaan dalam penetapan awal bulan, baik Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah (suhardimman, 2013). Peristiwa yang menarik terjadi pada tahun 1994 M / 1418 H, dimana saat itu hilal berada dibawah kriteria Imkan ar-rukyat yaitu ketinggian hilal kurang dari 2 derajad. Sehingga yang berpedoman terhadap imkan ar-rukyat menolak kesaksian rukyat hilal meskupun di Cakung dan
Baweanmeski hilal teramati. Hal ini menjadi perubahan drastis yang di lakukan oleh NU, dimana setahun sebelumnya (1993 M/1417 H) menerima kesaksian rukyat hilal meski hilal berada dibawah 2 derajad.
Makalah ini tidak membahas secara komperehensif, bagaimana pengambilan keputusan dalam penentuan kriteria awal bulan, baik secara imkan ar-rukyat maupun wujudu al-hilal. Dan tidak pula mencari kriteria yang shahih dan paling baik dilakukan dalam menentukan hilal awal bulan. Tetapi memberikan informasi dan pemahaman bahwa penentuan awal bulan mengalami proses perkembangan yang sangat panjang. Dimulai dari sebelum Indonesia merdeka hingga sampai saat sekarang ini. Yang selanjutnya diharapkan dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat agar tidak ada fanatik buta terhadap metode atau golongan tertentu. Tidak merasa bahwa kriteria yang diadopsi lebih baik dan paling benar daripada yang lain, karena penentuan kriteria sendiri mengalami perubahan yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Titik Awal Penetapan Awal Bulan.
Pada Masa Sebelum kemerdekaan penetapan awal bulan Qamariyah tidak melalui musyawarah antar ormas islam atau yang dikenal dengan sidang itsbat, karena waktu itu pemerintah yang berkuasa, jepang tidak mengatur persoalan yang demikian itu. Awal Ramadhan dan Idul fitri ditentukan oleh masing-masing ketua adat di lingkungan masyarakat tersebut, seperti masyarakat aboge di purbalingga, masyarakat wakal di Maluku, masyarakat gowa di Sulawesi, dan lain sebagainya (Seban, 2012). Setiap ketua memiliki perhitungan masing-masing, sehingga awal ramadhan dan lebaran sering mengalami perbedaan meski dalam satu wilayah yang sama.
Berbeda, ketika masa kerjaan-kerajaan islam masih berdiri di Indonesia penetapan awal bulan qamariyah ditentukan oleh keputusan raja. Masyarakat tunduk dan patuh akan keputusan, sehingga menjadi seragam dan tidak ada perbedaan pemahaman. Hal ini dikarenakan keputusan awal bulan sudah dilegalkan dan disahkan oleh yang berkuasa pada saat itu.
Pada tanggal 4 Januari 1946 pemerintah menunjuk departemen agama untuk menetapkan hari libur nasional, termasuk libur idul fitri dan idul adha. Ketetapan ini tidak dapat diikuti sepenuhnya oleh ormas islam pada waktu itu. Maka untuk menyeragamkan pemahaman dan penentuan tanggal 1 pada bulan hijriyah dibentuklah Badan Hisab Rukyat (BHR) pada tanggal 16 agustus 1972. Badan Hisab Rukyat (BHR) memiliki tugas untuk melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan hal-hal yang berkaitan dengan hisab-rukyat dan pelaksanaan ibadah (arah kiblat, waktu shalat, awal bulan, waktu gerhana bulan dan matahari).
Semenjak terbentuknya, Badan Hisab Rukyat telah mengalami perkembangan dan penyempurnaan dalam menentukan kriteria awal bulan qomariyah. Pada masa awal kemerdekaan kriteria awal bulan mengikuti pedoman wujudu hilal. kemudian pada masa orde baru menggunakan imkanu rukyat dengan kriteria tinggi hilal diatas 2 derajad, jarak hilal-matahari minimal 3 derajad dan umur bulan sejak ijtimak 8 jam. Pada tahun 1974 kriteria awal bulan tersebut diterima di tingkat regional dalam forum MABIMS (Menteri-Menteri Agama Brunei Darusalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Keberadaan Badan Hisab Rukyat menuai Pro dan Kontra di jajaran pemerintah sendiri. Pada masa Presiden Abdurrahman Wahid, Badan Hisab Rukyat diwacanakan akan dibubarkan atau dihapuskan (Taminulqulub,2015). Selama terbentuknya Badan Hisab Rukyat tidak dapat memberikan pengaruh yang kuat untuk menyatukan penentuan awal bulan di Indonesia. Meskipun Badan Hisab Rukyat telah dibentuk, namun kenyataanya masyarakat atau ormas islam tidak mengikuti keputusan pemerintah. Hal ini yang menyebabkan fungsi dari Badan Hisab Rukyat dapat ditiadakan.
Pada masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Badan Hisab Rukyat kembali difungsikan. Berbagai upaya Badan Hisab Rukyat untuk mewujudkan penyeragaman kalender hijriyah di Indonesia. Anggota Badan Hisab Rukyat tidak hanya dari kalangan ahli hisab rukyat seperti Drs. H. Slamet Hambali, M.Si, Prof. Dr. Susiknan Azhari, Dr. H. Ahmad Izzuddin, M.Ag, dan lain-lain, tetapi juga ditambah dengan ahli astronomi seperti Prof. Dr. Bambang Hidayat, Prof. Ahmad Baiquni, M.Sc., P.h.D., Dr. Djoni N. Danawas, Dr. Moedji Raharto, dan Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, M.Sc., dan lain-lain. (Taminulqulub,2015). Hal ini bertujan agar kriteria yang dihasilkan dapat dirumuskan tidak hanya diterima secara agama tetapi juga dalam ruang lingkup ilmiah. Di era SBY sidang itsbat disiarkan secara langsung melalui televisi, sehingga masyarakat dapat mengetahui serangkaian acara penetapan tanggal 1 ramadhan dan syawal yang dilakukan oleh pemerintah.
Pemerintah yang diwakili kementerian agama memiliki otoritas dan wewenang dalam menetapkan awal puasa dan hari raya dengan mengadakan sidang itsbat setiap tahunya. Keputusan yang diambil selalu mengutamakan persatuan agar tercapai keseragaman di masyarakat. Hasil sidang itsbat seperti pada tabel dari tahun 1381 H/1962M sampai 1432H/201M yang dirangkum Taminulqulub (2015) kemudian dilanjutkan hingga tahun 1438H/2016M, menunjukan masih adanya perbedaan antara pemerintah dan sebagian ormas dalam menetapkan awal puasa dan hari raya idul fitri. Oleh karena itu pemerintah perlu lebih mengkomunikasikan kriteria yang ditetapkan agar dapat menyeragamkan dengan ormas islam yang ada di indonesia. Hal ini sangat mungkin dapat dilakukan, karena kriteria yang ditetapkan masing-masing ormas islam pun mengalami perkembangan yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.
Tabel Hasil Sidang Itsbat Kementerian Agama dari tahun 1381 H /1962 M –1437 H/2016 M
H/M Bulan Ijtima’ (WIB) Hilal Keputusan Keterangan
1381/1962 M Ramadhan Senin, 5 Feb1962 5° 37’ Selasa, 6 Feb 1962 Pelabuhan Ratu, Sukabumi
Syawal Selasa, 6 Maret
1962 0° 43’
Kamis, 8 Maret
1962 Istikmal
1382/1963 M Ramadhan Jum’at, 25 Jan - Minggu, 27 Jan Istikmal
1963 1963
Syawal Minggu, 24 Feb
1963 4° 51’
Senin, 25 Feb
1963 -
1383/1964 M Ramadhan Rabu, 15 Jan
1964 -
Kamis, 16 Jan 1964
Kampung Bandan Ancol
1964 1964
1384/1965 M Ramadhan 3 Jan 1965 Senin, 4 Jan
1965 -
(02:32 WIB)
Syawal Senin, 1 Feb - Rabu, 3 Feb
1965 Istikmal
1965 (21:36 WIB)
1385/1966 M Ramadhan Kamis, 23 Des
1965 7° 11’
Jum’at, 24 Des
1965 -
(03:15 WIB)
Syawal 21 Jan 1966 - Jum’at, 23 Jan Istikmal
(21:10 WIB) 1966
1386/1967 M Ramadhan Senin, 12 Des Selasa, 13 Des Kelapa
Gading,
1966 1966 Puncak Tugu
Nasional
Syawal Selasa, 10 Jan - Kamis, 12 Jan Istikmal
1967 1967
1387/1968 M Ramadhan - - Minggu, 3 Des 1967
Syawal - - Senin, 1 Jan
1968
1388/1968 M Ramadhan Rabu, 20 Nov
1968 1°
Jum’at, 22 Nov 1968
Syawal Jum’at, 20 Des
1968 8°
Sabtu, 21 Des 1968
1389/1969 M Ramadhan Senin, 10 Nov
1969 6° 25’ Selasa, 11 Nov 1969 Jakarta, Bekasi, Pelabuhan Ratu
Syawal Selasa, 9 Des kurang
dari Kamis, 11 Des
1969 1° 1969
1390/1970 M Ramadhan Jum’at, 30 Okt
1970 2° 47’
Sabtu, 31 Okt
1970 Jakarta
Syawal Minggu, 29 Nov
1970 7°
Senin, 30 Nov 1970
1391/1971 M Ramadhan Selasa, 19 Okt Kamis, 21 Okt Istimal
1971 1971
Syawal Kamis, 18 Nov
1971 6°
Jum’at, 19 Nov 1971
1392/1972 M Ramadhan Sabtu, 7 Okt - Senin, 9 Okt
1972 Istikmal
1972
Syawal Senin, 6 Nov
1972 5°
Selasa, 7 Nov
1972 Ancol, Bekasi
1393/1973 M Ramadhan Rabu, 16 Sept Jum’at, 28 Sept Istikmal
1973 1973
Syawal Jum’at, 26 Okt
1973 3°
Sabtu, 27 Okt 1973
Ancol Tiang Priok, Bekasi
1394/1974 M Ramadhan Senin, 16 Sept
1974
Selasa, 17 Sept 1974
Jakarta, Yogyakarta
Syawal Selasa, 15 Okt - Kamis, 17 Okt Istikmal
1974 1974
1395/1975 M Ramadhan Sabtu, 6 Sept - Minggu, 7 Sept Jakarta,
Bekasi,
1975 1975 Sukabumi
Syawal Minggu, 5 Okt Senin, 6 Okt
1975
Jakarta, Bekasi 1975
1396/1976 M Ramadhan Rabu, 25 - Jum’at, 27 Agt. Istikmal
Agustus 1976 1976
Syawal Jum’at, 24 Sept - Sabtu, 25 Sept
1976 1976
1397/1977 M Ramadhan Senin, 15 Selasa, 16 Agt. Jakarta,
Agustus 1977 1977 Sukabumi
Syawal Selasa, 13 Sept
1977 -0.5° sampai -1.56° Kamis, 15 Sept 1977 Istikmal
1398/1978 M Ramadhan Jum’at, 4 Agt. Sabtu, 5 Agt.
1978 Jakarta,
1978 Sukabumi,
Brebes
Syawal Sabtu, 2 Sept
1978 -3° 26’ 56” sampai -4° Senin, 4 Sept 1978 Istikmal 47’ 44”
1399/1979 M Ramadhan Selasa, 24 Juli Rabu, 25 Juli Jakarta,
1979 1979 Sukabumi,
Purwakarta
Syawal Rabu, 22 Agt.
1979 -3° 35’ sampai - Jum’at, 24 Agt. 1979 Istikmal 4°56’
1400/1980 M Ramadhan Sabtu, 12 Juli - Senin, 14 Juli Istikmal
1980 1980
Syawal Senin, 11 Agt. - Selasa, 12 Agt. Mataram,
1980 1980 Sukabumi,
Jakarta
1401/1981 M Ramadhan Kamis, 2 Juli Jum’at, 3 Juli
1981 Pelabuhan
1981 Ratu,
Sukabumi, Situbondo
Syawal Jum’at, 31 Juli Sabtu, 1 Agt.
1981
Jakarta Selatan,
1981 Jakarta Timur
1402/1982 M Ramadhan Senin, 21 Juni Rabu, 23 Juni Istikmal
1982 1982
Syawal Rabu, 21 Juli - Kamis, 22 Juli Ternate,
1982 1982 Ampenan,
Sukabumi dan daerah lainnya
1403/1983 M Ramadhan Sabtu, 11 Juni Minggu, 12 Juni Pelabuhan
1983 1983 Ratu,
Sukabumi, Cakung
Syawal Minggu, 10 Juli
1983
Selasa, 12 Juli
1983 Istikmal
1404/1984 M Ramadhan Rabu, 30 Mei -4°
sampai - Jum’at, 1 Juni Istikmal
1984 6° 1984
Syawal Jum’at, 29 Juni Sabtu, 30 Juni Pare-Pare,
1984 1984 Cakung,
Pelabuhan Ratu
1405/1985 M Ramadhan Senin, 20 Mei - Selasa, 21 Mei -
1985 1985
Syawal Selasa, 18 Juni 1° Kamis, 20 Juni -
1985 1985
1406/1986 M Ramadhan Jum’at, 9 Mei - Sabtu, 10 Mei -
1986 1986
Syawal Sabtu, 7 Juni -2°
sampai -
Senin, 9 Juni
1986 Istikmal
1986 4°
1407/1987 M Ramadhan Selasa, 28 April 2° Rabu, 29 April Pelabuhan
Ratu
1987 1987
Syawal Rabu, 27 Mei -2°
sampai - Jum’at, 29 Mei Pelabuhan
1987 5° 1987 Ratu, Jakarta
Timur
1408/1988 M Ramadhan Sabtu, 16 April Senin, 18 April Jakarta
Timur,
1988 1988 Klender
Syawal Senin, 16 Mei Selasa, 17 Mei Cakung,
1988 1988 Klender
1409/1989 M Ramadhan Kamis, 6 April Jum’at, 7 April Jakarta Timur
1989 1989
Syawal Jum’at, 5 Mei -2°
sampai - Minggu, 7 Mei 1989 Gresik, Cakung 1989 4°
1410/1990 M Ramadhan Selasa, 27 Rabu, 28 Maret Pelabuhan
Maret 1990 1990 Ratu, Bekasi
Syawal Rabu, 25 April Kamis, 26 April Ujung
Pangkah,
1990 1990 Gresik,
Cakung, Jakarta Timur
1411/1991 M Ramadhan Kamis, 16 -0.5°
sampai Sabtu, 18 Maret Istikmal
Maret 1991 -2.5° 1991
Syawal Senin, 15 April Selasa, 16 April Cakung,
1991 1991 Klender,
Pelabuhan Ratu
1412/1992 M Ramadhan Rabu, 4 Maret -3°
sampai - Jum’at, 6 Maret Istikmal
1992 5° 1992
Syawal Jum’at, 3 April -2° Minggu, 5 April Istikmal
1992 1992
1413/1993 M Ramadhan Minggu, 21 Feb -2.5°
sampai Selasa, 23 Feb Istikmal
1993 -4.5° 1993
Syawal Selasa, 23 -2.5° Kamis, 25 Maret Istikmal
Maret 1993 1993
1414/1994 M Ramadhan Kamis, 20 Feb
1994 -3.5° sampai -6° Sabtu, 12 Feb 1994 Istikmal
Syawal Sabtu, 12 Maret
1994 -3°
Senin, 14 Maret
1994 Istikmal
1415/1995 M Ramadhan Selasa, 31 Jan Rabu, 1 Feb
1995 Manado,
1995 Pelabuhan
Ratu, Sukabumi
Syawal Rabu, 1 Maret
1995 -2° sampai - 4° Jum’at, 3 Maret 1995 Istikmal
1416/1996 M Ramadhan Sabtu, 20 Jan
1996 -2° sampai - 4.5° Senin, 22 Jan 1996 Istikmal
Syawal Senin, 19 Feb - Selasa, 20 Feb Pelabuhan
1996 1996 Ratu, Bekasi,
Gresik, Jakarta Barat
1417/1997 M Ramadhan Kamis, 9 Jan
1997 0.3° sampai - 3° Jum’at, 10 Jan 1997 Gorontalo, Rembang
Syawal Jum’at, 7 Feb
1997 -1.5° sampai -6.5° Minggu, 9 Feb 1997 Istikmal
1418/1998 M Ramadhan Senin, 29 Des
1997 -4° sampai - 7° Rabu, 31 Des 1997 Istikmal (23:34 WIB)
Syawal Rabu, 28 Jan
1998 0° sampai 1° 45’ Jum’at, 30 Jan 1998 Istikmal
1419/1999 M Ramadhan Sabtu, 19 Des
1998 -5.5° sampai -7.5° Minggu, 20 Des 1998 Istikmal (04:39 WIB)
Syawal Minggu, 17 Jan
1999 -4° 59’ sampai -3° Selasa, 19 Jan 1999 Istikmal (21:41 WIB) 13’
1420/2000 M Ramadhan Rabu, 8 Des 1999 3° 42’ sampai 5° Kamis, 9 Des 1999 (09.38 WIB) 23’
Syawal Kamis, 6 Jan
2000 -5° 32’ sampai -3° Sabtu, 8 Jan 2000 Istikmal (23:47 WIB) 56’
1421/2000 M Ramadhan Minggu, 26 Nov
2000 3 1/2° sampai Senin, 27 Nov 2000 (06:05 WIB) dengan 5°
Syawal Senin, 25 Des
2000 -5° sampai - 3° Rabu, 27 Des 2000
1422/2001 M Ramadhan Kamis, 15 Nov
2001 0° 20’ sampai 2° Sabtu, 17 Nov 2001 (13:41 WIB) 20’
Syawal Sabtu, 15 Des
2001 5° sampai 6.5° Minggu, 16 Des 2001 (03: 48 WIB)
1423/2002 M Ramadhan Selasa, 5 Nov
2002 6 ½ ° sampai 7/.5° Rabu, 6 Nov 2002 (03:34 WIB)
Syawal Rabu, 4 Des -0.30° Jum’at, 16 Des
2002 sampai 1° 2002
(14:34 WIB) 15’
1424/2003 M Ramadhan Sabtu, 25 Okt -3°
sampai - Senin, 27 Okt
2003 1° 2003
(19:51 WIB)
Syawal Senin, 24 Nov 4° sampai
6° Selasa, 25 Nov
2003 2003
(05:57 WIB)
1425/2004 M Ramadhan Kamis, 14 Okt 2° sampai
4° Jum’at, 15 Okt
2002 2004
(09:48 WIB)
Syawal Jum’at, 12 Nov -03° 10’ Minggu, 14 Nov
2004 sampai
-4° 2004
(21:27 WIB) 46’
1426/ 2005
M Ramadhan Senin, 03 Okt -0° 30’ s/d
Rabu, 5 Okt
2005 Istikmal
2005 -2° 30’
(17:28 WIB)
Syawal Rabu, 2 Nov 1° 30’ s/d Kamis, 3 Nov Rukyat
Cakung
2005 3° 2005 dan Gresik
(08:25 WIB) 1427/ 2006
M Ramadhan Jum’at, 22 Sept -2° s/d Minggu, 24 Sept Istikmal
(18:46 WIB)
Syawal Minggu, 22 Okt -0° 30’ s/d Selasa, 24 Okt Istikmal
2006 1° 2006
(12:14 WIB) 1428/ 2007
M Ramadhan Selasa, 11 Sept -3° s/d Kamis, 13 Sept Istikmal
2007 -1° 30’ 2007
(19:45 WIB)
Syawal Kamis, 11 Okt 0° s/d Sabtu, 13 Okt Istikmal
2007 0° 45’ 2007
(12:02 WIB) 1429/ 2008
M Ramadhan Minggu, 31 Agt. 4° 17’ s/d Senin, 1 Sept
Rukyat Gresik, 2008 (02:59 WIB) 5° 20’ 2008 Jogja, Lampung, Jabar
Syawal Senin, 29 Sept -2° 21’ s/d Rabu, 1 Okt Istikmal
2008 -1° 18’ 2008
(15:13 WIB) 1430/ 2009
M Ramadhan Kamis, 20 Agt. -3° 10’ s/d Sabtu, 22 Agt. Istikmal
2009 -0° 50’ 2009
(17:02 WIB)
Syawal Sabtu, 19 Sept 3° 40’ s/d Minggu, 20 Sept Rukyat
2009 5° 10’ 2009 dari Sukabumi, (01:44 WIB) Semarang, dan Cakung 1431/ 2010
M Ramadhan Selasa, 10 Agt. 1° 14' s/d Rabu, 11 Agt. Rukyat
2010 2° 32' 2010 Cilincing,
Probolinggo, Bengkulu dan Condrodipo 1431/ 2010
M Syawal Rabu, 8 Sept 2° 53' s/d Jum'at, 10 Sept Istikmal
2010 1°54' 2010
1432/ 2011
M Ramadhan Minggu, 31 Juli 6° 26' Senin, 1 Agt. Rukyat
2011 2011 Bangkalan,
(01:42 WIB) Makassar dan
Condrodipo
Syawal Senin, 29 Agt. 1°13' Rabu, 31 Agt. Istikmal
2011
(10: 06 WIB)
1433/2012 M Ramadhan Kamis, 19 Juli 1°30' Sabtu,21 Juli Istikmal
2012 2012
Syawal Sabtu, 18 Juli 6°39' Minggu, 19 Agt.
2012 2012
1434/2013 M Ramadhan Senin, 8 Juli 0°54' Rabu,10 Juli Istikmal
Syawal Rabu, 7 Agt 6°39' Kamis, 8 Agt Papua
2013 2013 Makasar
Gresik
1435/2014 M Ramadhan Jumat, 27 Juni 0°30' Minggu, 29 juni Istikmal
2014 2014
Syawal Minggu, 27 Juli 6°36' Senin 28 Juli Pelabuhan
Ratu
2014 2014
1436 /2015
M Ramadhan Selasa, 16 Juni 1°50' kamis, 18 Juni Istikmal
2015 2015
Syawal Kamis, 16 Juli 2° s/d 3° Jumat, 17 Juli Pelabuhan
Ratu
2015 2015
1437 /2016
M Ramadhan Minggu, 5 Juni 3°54' Senin, 6 Juni Kupang
2016 2016
Syawal Senin, 4 Juli -1°48' Rabu, 6 Juli Istikmal
2016 2016
Penutup
Pemerintah mempunyai otoritas untuk menetapkan awal puasa dan hari raya umat islam, mengadakan sidang itsbat setiap tahunya. Hal ini sangat perlu dilakukan, mengingat adanya perbedaan di masyarakat dalam memahami dan menentukan awal bulan qamariyah. Namun demikian pemerintah tidak dapat memaksakan keputusanya untuk dilaksanakan secara menyeluruh oleh masyarakat.
Banyak pro dan kontra terhadap sidang itsbat yang diadakan oleh pemerintah. Ada yang menilai bahwa sidang istbat hanyalah seremonial atau tidak ada urgensinya, meski pemerintah sudah menetapkan awal bulan, namun kenyataanya masyarkat tetap menjalankan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Keyakinan seseorang tidak dapat dipertentangkan meski itu dengan ulasan teori ilmiah. Setiap ormas islam memiliki kriteria tersendiri dan mempunyai pengikut yang selalu melaksanakan ketetapan ormas tersebut.
Persatuan dan keseragaman awal puasa dan hari raya tidak akan terwujud jika hanya pemerintah saja yang mengupayakan. Maka perlulah setiap ormas islam juga menghilangkan ego demi terwujudnya satu keputusan bersama. Kriteria yang ditetapkan setiap ormas merupakan hasil ijtihad yang dapat diubah seiring perkembangan teknologi.
Jika antara pemerintah dan ormas islam sudah tidak ada pertentangan dalam menentukan kapan awal puasa dan kapan hari raya, maka suasana di masyarakat menjadi lebih tentram dan lebih khusu dalam menjalakan syariatnya. Tidak ada lagi ungkapan bahwa umat islam terpecah hanya karena menentukan tanggalan saja.
Dengan mengetahui sejarah penetapan awal bulan qomariyah oleh pemerintah, diharapkan dapat menjadikan wawasan masyarakat lebih terbuka dan menerima setiap perbedaan. Tidak menyalahkan pemerintah atau golongan yang tidak sepaham dengan pemahamanya, karena
semua pedoman itu dari satu sumber yang sama yaitu qu’an dan hadist. Dan kedepan umat islam memiliki satu keputusan bersama dalam menetapkan awal bulan qamariyah khusunya ramadhan, syawal, dan dzulhijah.
Daftar Pustaka
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Almanak Hisab Rukyat, 2010.
Kementerian Agama RI, “Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia dalam Penetapan 1 Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1381 H-1432 H/1962 M2011 M”, 2011.
Seban, Husni.,2011, Penetapan Awal Bulan Qomariyah Perspektif Masyarakat Desa Wakal, Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarifhidayatullah,Jakarta,2011
Suhardiman, 2013, Kriteria Visibilitas Hilal Dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah Di Indonesia, Jurnal Khatulistiwa Volume 3 Nomor 1 Maret 2013.
Tatminulqulub, Siti., 2015, Telaah Kritis Putusan Sidang Itsbat Penetapan Awal Bulan Qamariyah Di Indonesia Dalam Pespektif Ushul Fikih, Al-Hakam-ISSN0854-4603 Volume 25 nomor 1 Aprli 2015.