• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "commit to user BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan a. Pengertian Intensitas Penerangan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Intensitas Penerangan

a. Pengertian Intensitas Penerangan

Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Intensitas penerangan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting untuk keselamatan kerja. Tempat kerja memerlukan intensitas penerangan yang cukup untuk dapat melihat dengan baik dan teliti. Intensitas penerangan yang baik ditentukan oleh sifat dan jenis pekerjaan, pekerjaan yang teliti memerlukan intensita

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja dapat melihat obyek-obyek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya-upaya yang tidak perlu. Penerangan yang memadahi akan memberikan kesan pemandangan yang lebih baik dan

dasarnya hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, dimana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati obyek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai

(2)

dengan jenis pekerjaannya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas kerja (Tarwaka, 2010).

b. Sumber Penerangan

Secara umum jenis penerangan atau pencahayaan dibedakan menjadi dua yaitu penerangan alamiah dan penerangan buatan (Tarwaka, 2010) :

1) Penerangan alamiah

Penerangan alamiah adalah sumber penerangan yang berasal dari cahaya sinar matahari.

2) Penerangan buatan (penerangan artifisial)

Peneranga buatan adalah penerangan yang dihasilkan oleh sumber cahaya selain cahaya alami seperti dari energi listrik.

Pada prinsipnya, penerangan buatan terdiri dari tiga jenis penerangan yaitu penerangan umum, penerangan kombinasi lokal-umum dan penerangan lokal atau penerangan untuk pekerjaan tertentu (Tarwaka, 2010) :

a) Penerangan umum

Penerangan umum merupakan jenis penerangan yang didesai untuk keperluan pencahayaan bagi seluruh area tempat kerja. Pada umumnya, penerangan umum didesain untuk ditempatkan pada plafon secara permanen dan menerangi area yang cukup luas.

(3)

b) Penerangan kombinasi

Penerangan kombinasi diperlukan manakala penerangan umum tidak memberikan kecukupan intensitas terhadap pekerjaan tertentu. Penerangan kombinasi lokal dan penerangan umum di pasang di atas kepala secara permanen untuk meningkatan intensitas cahaya sesuai dengan jenis pekerjaan yang diakukan.

c) Penerangan lokal

Penerangan lokal atau penerangan untuk pekerjaan tertentu sangat diperlukan untuk meningkatkan intensitas penerangan pada pekerjaan tertentu yang memerlukan kepentingan, seperti pekerjaan membaca dan menulis, quality control, menjahit, perbaikan elektronik dan lain sebagainya. Penerangan lokal harus memungkinkan pemakai dapat dengan mudah mengatur dan mengendalikan pencahayaan sesuai dengan keperluaannya.

c. Sistem Pencahayaan

Menurut Prabu (2009) ada lima sistem pencahayaan di ruangan yaitu :

1) Sistem pencahayaan langsung (direct lighting)

Pada sistem ini 90 100% cahaya diarahkan secara langsung ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur pencahayaan, tetapi ada kelemahannya

(4)

karena dapat menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk efek yang optimal, disarankan langit-langit, dinding serta benda yang ada dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak menyegarkan.

2) Pencahayaan semi langsung (semi direct lighting)

Pada sistem ini 60 90% cahaya diarahkan langsung pada benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding yang diplester putih memiliki efisiensi pemantulan antara 50 90%.

3) Sistem pencahayaan difus (general diffus light)

Pada sistem ini setengah cahaya 40 60% diarahkan pada benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan dinding. Pencahayaan sistem ini termasuk sistem direct-indirect yaitu memancarkan stengah cahaya ke bawah dan sisanya ke atas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan masih ditemui. 4) Sistem pencahayaan semi tidak langsung (semi indirect lighting)

Pada sistem ini 60 90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu diberi perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

(5)

5) Sistem pencahayaan tidak langsung (indirect lighting)

Pada sistem ini 90 100% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding bagian atas kemudaian dipantulkan untuk menerangi seluruh ruangan, agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber cahaya, perlu diberi perhatian dan pemeliharaan yang baik. Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan kesilauan, sedangkan kerugiannya mengurangi efisiensi cahaya total yang jatuh pada permukaan kerja.

d. Standar intensitas penerangan di tempat kerja

intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya ditempat kerja tidak memadai.

Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan

Tingkat Penerangan yang Dibutuhkan (Lux) Tidak teliti Agak teliti Teliti Sangat teliti Penimbunan barang Pemasangan (tak teliti) Membaca, menggambar Pemasangan 80 170 170 350 350 700 700 1000 Sumber

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, standar tingkat pencahayaan sebagai berikut :

(6)

Tabel 2. Standar Tingkat Penerangan Jenis Pekerjaan Tingkat Penerangan Minimal (Lux) Keterangan Pekerjaan kasar

dan tidak terus menerus Pekerjaan kasar dan terus menerus Pekerjaan rutin Pekerjaan agak halus Pekerjaan halus Pekerjaan amat halus Pekerjaan terinci 100 200 300 500 1000 1500 tidak menimbulkan bahaya 3000 tidak menimbulkan bahaya

Ruang penyimpanan dan ruang peralata atau instansi yang memerlukan pekerjaan yang kontinyu.

Pekerjaan dengan mesin dan perakitan kasar.

Ruang administrasi, ruang kontrol, pekerjaan mesin dan perakitan atau penyusunan.

Pembuatan gambar atau bekerja dengan mesin, kantor, pekerja pemeriksaan atau pekerjaan dengan mesin.

Pemilihan warna,

pemrosesan tekstil, pekerjaan mesin halus dan perakitan halus.

Mengukir dengan tangan, pemeriksaan pekerjaan mesin dan perakitan yang sangat halus.

Pemeriksaan pekerjaan, perakitan sangat halus. Sumber : Kepmenkes No. 1405 tahun 2002

2. Masa Kerja

a. Pengertian Masa Kerja

Masa kerja merupakan lama waktu seseorang bekerja pada suatu instansi atau tempat kerja dalam satuan waktu tertentu. Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik positif maupun negatif. Akan memberikan pengaruh positif bila semakin lama seseorang bekerja maka akan berpengalaman dalam melakukan pekerjaannya. Sebaliknya

(7)

akan memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan. Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut. Pada masa kerja ini dapat berpengaruh pada kelelahan kerja khususnya kelelahan kronis, semakin lama seorang tenaga kerja bekerja pada lingkungan kerja yang kurang nyaman dan menyenangkan maka kelelahan pada orang tersebut akan menumpuk terus dari waktu ke waktu (Setyaningsih, 2007).

Encyclopedia of occupational Health and safety (1998) adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah pekerja bekerja dengan masa kerja berkisar lebih dari 3 4 tahun. Dengan demikian pekerja yang bekerja lebih dari tiga tahun akan mempunyai resiko lebih cepat terjadi kelelahan mata dibandingkan pada pekerja dengan lama kerja kurang dari atau sama dengan tiga tahun (Anggraini, 2013).

3. Kelelahan Mata

a. Pengertian Kelelahan Mata

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan biasanya disertai dengan kondisi pandangan yang tidak nyaman (Phesant, 1991). Menurut Padmanaba (2006), kelelahan mata adalah gangguan yang dialami mata karena otot-ototnya yang dipaksa bekerja keras terutama saat harus melihat objek dekat dalam jangka waktu lama.

(8)

Kelelahan mata timbul sebagai stres intensif pada fungsi-fungsi mata seperti terhadap otot-otot akomodasi pada pekerjaan yang perlu pengamatan secara teliti atau terhadap retina akibat ketidaktepatan

Distribusi cahaya yang tidak merata menyebabkan menurunkan efisiensi tajam penglihatan dan kemampuan membedakan kontras serta distribusi cahaya yang kurang baik di lingkungan kerja dapat menyebabkan kelelahan mata. Apalagi penerangan yang tidak memadai akan menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai dengan intensitas penerangan yang ada. Iris bekerja sebagai diafragma, mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam pupil. Pada keadaan gelap pupil membesar dan pada keadaan terang pupil mengecil. Mekanisme tersebut berjalan secara otomatis, jadi di luar kesadaran kita. Pada saat yang sama ajakan syaraf yang lain masuk lebih jauh kedalam otak dan mencapai korteks sehingga memasuki syaraf kesadaran (Ilyas, 2003).

Sistem yang terdiri dari mata dan alur syaraf yang mempunyai peran penting dalam melihat disebut alat visual, ia mengendalikan lebih dari 90% dari kegiatan sehari-hari. Dalam hampir semua jabatan visual ini memainkan peranan yang menentukan. Organ visual ikut bertanggung jawab atas timbulnya gejala kelelahan mata (Ilyas, 2003).

Kelelahan mata dikenal sebagai tegang mata atau astenopia yaitu kelelahan okuler atau ketegangan pada organ visual, dimana

(9)

terjadi gangguan pada mata dan sakit kepala sehubungan dengan penggunaan mata secara intensif. Kelelahan mata menggambarkan seluruh gejala-gejala yang terjadi sesudah stres berlebihan terhadap fungsi mata, berupa tegangan otot siliaris yang berakomodasi saat memandang objek yang sangat kecil dalam jarak yang sangat dekat (Maryamah, 2011).

Menurut Ilyas (2008) terdapat tiga jenis Astenophia yaitu Astenophia Acomodatif, Astenophia Muscullar dan Astenophia Neurastenik. Astenophia yang terjadi pada pekerja di bagian administrasi tergolong ke dalam Astenophia Acomodatif yang disebabkan oleh kelelahan otot siliaris akibat daya akomodasi.

b. Sistem penglihatan manusia

Mata adalah alat indera kompleks yang berevolusi dari bintik-bintik yang peka terhadap sinar pada permukaan invertebrata. Didalam wadahnya yang protektif, setiap mata memiliki lapisan reseptor, sistem lensa yang memfokuskan cahaya ke reseptor tersebut, serta sistem saraf yang menghantarkan implus dari reseptor ke otak (Haeny, 2009).

Mata bekerja mirip kamera. Bayangan benda diterima oleh mata dan masuk melalui seperangkat lensa di mata, berupa kornea, pupil dan lensa yang transparan. Organ-organ ini berhubungan erat kerjanya dengan otot-otot mata. Permasalahannya, untuk melihat dalam jarak dekat dan dalam waktu yang lama, seperti melihat layar komputer, perlu kerja ekstra dari lensa dan otot mata, yaitu :

(10)

1) Lensa mata harus mencembung untuk mencari fokus benda yang dilihat.

2) Kedua bola mata bekerja sama dalam menyatukan bayangan saat mata melihat obyek dalam jarak dekat. Apalagi, jika obyek cukup kecil.

3) Menggerakan bola mata ke arah bayangan yang datang, agar tampak jelas (Ilyas, 2003).

Sebagai indera penglihatan, mata mempunyai fungsi penting dalam mengidentifikasi segala bentuk rangsangan visual yang kemudian diteruskan ke otak untuk diterjemahkan dalam bentuk respon. Dalam hal ini, mata berfungsi sebagai pengirim pesan (Ahmadi, 2009). Menurut Ilyas (2003), mata terdiri dari 6 bagian, yaitu :

1) Kelopak mata (palpebra) yang berfungsi untuk melindungi bola mata terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan terhadap trauma sinar dan pengeringan bola mata. Kelopak mata juga berperan dalam mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk lapisan air mata di depan kornea. 2) Sistem sekresi air mata (sistem lacrimal) untuk menjaga agar kornea

tetap bersih, lembab dan bebas kuman.

3) Conjungtiva, yaitu membran yang menutupi sclera dan kelopak mata bagian belakang.

(11)

4) Bola mata yang terdiri atas :

a) Sclera yang merupakan jaringan terluar yang melindungi bola mata.

b) Kornea merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan yang putih dan tidak tembus cahaya.

5) Uvea yang terdiri dari atas iris, badan siliar dan koroid.

6) Pupil merupakan sebuah cakram yang dapat bergerak dan berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina, serta mengendalikan jumlah cahaya yang memasuki mata.

7) Lensa merupakan sebuah benda transparan bikonvex yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa mata berfungsi sebagai organ fokus utama yang membiaskan berkas-berkas cahaya yang terpantul dari benda-benda yang dilihat.

8) Retina yang berfungsi mengubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik yang akan diteruskan ke otak.

9) Rongga orbita yaitu rongga tempat bola mata.

10) Otot penggerak mata yang berguna untuk menggerakkan mata. Secara ilmiah, mata memiliki tiga fungsi utama yaitu :

1) Menerima cahaya atau sensasi cahaya. 2) Membedakan bentuk atau sensasi bentuk. 3) Menerima warna atau sensasi warna.

(12)

c. Mekanisme Melihat

Proses melihat dimulai ketika sebuah benda memanulkan cahaya dan cahaya ini kemudian masuk ke dalam mata melalui kornea, pupil, lensa dan akhirnya cahaya dipusatkan di retina. Di retina, cahaya tadi diubah menjadi muatan-muatan listrik yang kemudian dikirim ke otak melalui serabut saraf penglihatan untuk diproses. Hasil dari kerja otak ini membuat kita melihat benda. Pupil atau manik mata berfungsi mengatur cahaya masuk dengan mengecil jika cahaya terlalu terang atau melebar jika cahaya kurang. Diafragma kamera bekerja seperti pupil. Lensa mengatur agar bayangan dapat jatuh tepat di retina. Retina atau selaput jala, merupakan jaringan tipis di sebelah dalam bola mata. Di retina terdapat jutaan sel saraf yang dikenal sebagai sel batang dan sel kerucut. Sel batang membuat kita mampu melihat dalam keadaan cahaya agak gelap sedangkan sel kerucut membantu melihat detil saat terang, misalnya membaca dan melihat warna (Budiyono, 2011).

Gambar sistem kerja mata sebagai berikut :

(13)

Gambar proses cahaya masuk mata sebagai berikut :

Gambar 2. Skema mekanisme mata melihat d. Gejala mata mengalami kelelahan

Saat seseorang bekerja melihat objek bercahaya di atas dasar berwarna pada jarak dekat secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu, menyebabkan mata harus berakomodasi dalam jangka waktu yang panjang. Kelelahan mata oleh karena lama paparan yang terlalu lama akan menyebabkan daya akomodasi menurun. Terdapat beberapa gejala kelelahan mata yaitu :

1) Gejala okular merupakan gejala seperti mata merasa tidak nyaman, panas, sakit, cepat lelah, merah dan berair (Asyari, 2002).

2) Gejala visual terjadi karena mata mengalami gangguan untuk memfokuskan bayangan pada retina. Mata menjadi sensitif terhadap cahaya. Kelelahan ini akan menyebabkan penglihatan ganda atau kabur. Penglihatan yang kabur biasanya berkaitan dengan akomodasi, karena otot siliaris gagal untuk memfokuskan atau mengalami kejang dan kelelahan (Asyari, 2002). Ketajaman penglihatan juga dapat menurun sewaktu-waktu, terutama pada saat keadaan daya tahan tubuh menurun atau mengalami kelelahan

cahaya kornea pupil lensa retina

Diubah menjadi muatan listrik Serabut syaraf penglihatan Otak Melihat benda

(14)

3) Gejala umum lainnya yang sering dikeluhkan akibat kelelahan mata adalah rasa sakit kepala, sakit punggung, pinggang dan vertigo (Mangunkusumo, 2002).

Menurut Departemen Tenaga Kerja Pusat Hiperkes dan KK Semarang Proyek Pengembangan Hygiene dan KK (1995) gejala kelelahan mata yaitu :

1) Ketegangan mata yang ditandai oleh kelopak mata terasa berat, terasa ada tekanan dalam mata, mata sulit dibiarkan terbuka, bagian mata paling dalam terasa sakit, penglihatan kabur, tidak bisa difokuskan, penglihatan terasa silau, penglihatan seperti berkabut walau mata difokuskan, mata pedih dan berdenyut atau kedutan, mata merah, penglihatan tampak ganda, mata terasa kering.

2) Gejala kelelahan mata yaitu :

a) Lesu dan mengantuk yang ditandai oleh kepala terasa berat, seluruh badan terasa lelah, kaki lelah, sering menguap, kepala terasa pusing dan pikiran kacau, mata tegang dan ingin berbaring. b) Kesulitan dalam berkonsentrasi yang ditandai sulit berfikir,

gugup, tidak dapat berkonsentrasi pada waktu harus menaruh perhatian, malas berfikir, cepat lupa dan tidak mampu mengatur emosi.

c) Merasa ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh yang ditandai bahu dan leher terasa kaku, punggung bawah pegal, haus, kepala

(15)

pusing, kelopak mata kejang atau tegang, anggota badan tremor atau gemetar dan badan terasa sakit.

e. Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kelelahan mata : 1) Usia

Daya akomodasi menurun pada usia 45 50 tahun. Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-angsur kehilangan elastisitasnya dan agak kesulitan melihat pada jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian pula penglihatan jauh (Guyton, 1991).

2) Kurang tidur

Seseorang yang kurang tidur menyebabkan mata merah dan mata sulit dibiarkan terbuka sehingga dapat mengurangi daya penglihatan secara maksimal (Nurmianto, 2004).

3) Lama kerja

Melihat obyek kerja secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat menimbulkan kelelahan mata (Mangunkusumo, 2002). Melihat komputer dalam jangka waktu lama atau lebih dari 4 jam dapat menimbulkan kelelahan mata (Maryamah, 2011).

4) Jarak pandang

Menurut Occupational Safety and Health Association (OSHA) (1997) pada saat menggunakan komputer jarak antara mata

(16)

pekerja dengan layar sekurang-kurangnya adalah 20 40 inch atau sekitar 50 100 cm (Maryamah, 2011).

5) Jenis Pekerjaan

Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian atau pekerjaan yang mengerjakan barang-barang kasar berbeda intensitas penerangan yang dibutuhkan, apabila penerangan tidak sesuai standar akan mengakibatkan kesilauan atau penerangan yang kurang, sehingga mengganggu ketajaman penglihatan (Cahyo, 2008).

6) Kelaianan Refraksi

Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas yang tidak dibentuk di retina (macula Lutea). Pada kelainan refraksi terjadi ketidakseimbangan sistem optik pada mata sehingga menghasilkan bayangan kabur (Ilyas, 2006). Kelainan refraksi dikenal dalam bentuk sebagai berikut :

a) Miopi

Miopi atau penglihatan dekat adalah cacat mata yang disebabkan oleh diameter anterosposterior bola mata terlalu panjang sehingga bayangan-bayangan dari benda yang jaraknya jauh akan jatuh di depan retina. Pada miopi orang tidak dapat melihat benda yang jauh, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya dekat. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cekung atau negatif (Haeny, 2009).

(17)

b) Hipermetropi

Hipermetropi atau penglihatan jauh adalah cacat mata yang disebabkan oleh diameter anterosposterior bola mata terlalu pendek sehingga bayangan-bayangan dari benda yang jaraknya dekat akan jatuh dibelakang retina. Pada hipermetropi orang tidak dapat melihat benda yang dekat, mereka hanya dapat melihat benda yang jaraknya jauh. Untuk cacat seperti ini orang dapat ditolong dengan lensa cembung atau plus (Haeny, 2009).

c) Astigmatisme

Astigmatisme merupakan kesalahan refraksi yang terjadi karena berkas-berkas cahaya jauh pada garis-garis di atas retina dan bukan pada titik-titik tajam. Hal ini disebabkan oleh perubahan bentuk lengkungan lensa (Firasati, 2012).

d) Presbiopi

Merupakan istilah yang digunakan untuk melukiskan kesalahan akomodasi yang terjadi pada orang-orang tua atau orang-orang yang sedang menginjak usia lanjut (Firasati, 2012). 4. Hubungan Intensitas Penerangan dan Masa Kerja dengan Kelelahan Mata

Dalam kondisi lingkungan kerja yang suram atau intensitas penerangan yang kurang, umumnya tenaga kerja akan berupaya untuk dapat melihat pekerjaannya dengan sebaik-baiknya dengan cara berakomodasi secara terus-menerus. Upaya demikian akan menyebabkan terjadinya ketegangan mata (Soeripto, 2008). Apalagi penggunaan

(18)

komputer dengan kondisi penerangan yang kurang dan dalam waktu yang lama juga beresiko terkena mata lelah atau astenopia (Rachmawati, 2011). Penerangan ruang kerja yang kurang dapat menyebabkan kelelahan mata, akan tetapi penerangan yang terlalu kuat dapat menyebabkan kesilauan

Menurut Santoso (2012), penerangan yang tidak baik dapat mengakibatkan :

a. Kelelahan mata. b. Kelelahan mental.

c. Keluhan-keluhan pegal di sekitar mata dan sakit kepala di sekitar mata. d. Kerusakan mata untuk melihat.

e. Meningkatnya kecelakaan kerja.

Menurut Encyclopedia of occupational Health and safety (1998) adanya keluhan gangguan mata rata-rata setelah pekerja bekerja dengan masa kerja berkisar lebih dari 3 4 tahun.

(19)

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Keterangan :

: Tidak diteliti : Diteliti

C. Hipotesis

Ada Hubungan Intensitas Penerangan dan Masa Kerja dengan Kelelahan Mata pada Pekerja bagian Komputer di PT. X.

Intensitas Penerangan tidak

sesuai standar Masa Kerja

Mata

Tidak bisa melihat obyek kerja secara teliti, jelas dan

pandangan tidak nyaman

Mata berakomodasi secara terus-menerus Ketegangan mata Kelelahan Mata Faktor yang mempengaruhi : 1. Usia 2. Kurang Tidur 3. Lama kerja 4. Kelainan Refraksi 5. Jarak pandang 6. Jenis Pekerjaan

Gambar

Tabel 1. Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan  Jenis Pekerjaan  Contoh Pekerjaan
Tabel 2. Standar Tingkat Penerangan  Jenis Pekerjaan  Tingkat Penerangan Minimal  (Lux)  Keterangan  Pekerjaan  kasar
Gambar sistem kerja mata sebagai berikut :
Gambar proses cahaya masuk mata sebagai berikut :
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data Flow Diagram (DFD) sering digunakan untuk menggambarkan suatu sistem yang telah ada atau sistem baru yang akan dikembangkan secara logika tanpa mempertimbangkan lingkungan

Pengalaman belajar dalam kegiatan discovery learning dilakukan melalui aktivitas penemuan dengan pemecahan masalah terkait materi pelajaran untuk menemukan konsep secara

Mencermati Pasal 88 ayat (1) yang disebutkan bahwa BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasu serta pembinaan masyarakat

a.Ruang utama berupa lapangan olahraga luas yang multiuse I multiguna.Maksudnya lapangan tersebut bisa digunakan untuk bermacam - macam cabang olahraga secara bergantian dalam satu

berbagai pihak disini adalah berbagai pihak yang ikut berkecimpung pada pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata di Destinasi Wisata Kecamatan Padalarang, Cipatat

Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh pembelajaran model bermain baik digunakan untuk meningkatkan hasil belajar keterampilan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik simpulan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan motivasi belajar

a) Metode Burrows-Wheeler Transform sangat efektif jika digabungkan dengan algoritma Run-Length Encoding pada kompresi citra bitmap 24 bit. b) Rasio kompresi yang