TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Perakaran kedelai terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari bakal
akar, empat baris akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, dan sejumlah
akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder. Akar adventif tumbuh dari bagian
bawah hipokotil. Akar tunggang dapat mencapai kedalaman 2 m namun biasanya
akar tunggang yang dangkal sampai kedalaman olah tanah. Perkembangan akar
kedelai dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah, pemupukan, tekstur tanah sifat
fisik dan kimia tanah, air tanah, lapisan bawah tanah, dan faktor-faktor lain
(Hidajat, 1985).
Bintil akar dapat terbentuk pada tanaman kedelai muda setelah ada akar
rambut pada akar utama atau akar cabang. Bintil akar dibentuk oleh Rhizobium
japonicum. Akar mengeluarkan triptofan dan substansi lain yang menyebabkan perkembangan pesat dari populasi bakteri dan diubah menjadi IAA (Indole acetic
acid) yang menyebabkan akar rambut melengkung sebelum bakteri bakteri
menyerbu ke dalamnya. Gejala melengkung ini terjadi apabila infeksi pada akar
berlangsung pada saat pertumbuhan akar rambut, namun tidak tampak apabila
infeksi terjadi pada akhir pertumbuhan akar rambut (Hidajat, 1985).
Batangnya yang bercabang atau tidak akan mengayu. Daunnya
berselang-seling, beranak daun tiga, licin atau berbulu, tangkai daun panjang, terutama
untuk daun yang berada di bagian bawahm anak daun bundar telur sampai bentuk
lanset, pinggirannya rata, pangkalnya membulat, ujungnya lincip sampai tumpul
Perilaku pembungaan berbeda-beda mulai dari sangat tidak terbatas hingga
sangat terbatas. Saat berbunga bergantung pada kultivar dan dapat beragam dari
80 hari hingga mencapai 150 hari setelah tanam. Bunga, berwarna putih, ungu
pucat, atau ungu, dapat menyerbuk sendiri. Polongnya yang berkembang dalam
kelompok, biasanya mengandung 2-3 biji yang berbentuk bundar atau pipih dan
sangat kaya akan protein dan minyak. Warna biji berbeda-beda menurut kultivar
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Syarat Tumbuh Iklim
Tanaman kedelai sebagaian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis
dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok
bagi tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung.
Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. (Sugeno, 2008)
Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 10-25 0C.. Pada suhu yang lebih
tinggi dari 300C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis.
(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Varietas kedelai berbiji kecil, sangat cocok ditanam di lahan dengan
ketinggian 0,5 – 300 m dpl (diatas permukaan laut). Sedangkan varietas kedelai
berbiji besar cocok ditanam di lahan dengan ketinggian 300-500 m dpl. Kedelai
biasanya akan tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 dpl.
Tanah
Pada dasarnya kedelai meghendaki kondisi tanah yang tidak terlalu basah,
tetapi air tidak terlalu tersedia. Tanaman kedelai tidak menuntut struktur tanah
yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang
kurang subur dan agak masampun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak
tergenang air (Sugeno, 2008).
Tolerasi kemasaman tanah sebagai suatu syarat tumbuh bagi kedelai
adalah pH 5,8-7 tetapi pada pH 4,5 pun dapat tumbuh. Pada pH kurang dari 5,5
pertummbuhan sangat terlambat karena keracunan alumunium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan akan berjalan kurang baik). (Sugeno, 2008).
Dalam pembudidayaan tanaman kedelai, sebaiknya dipilih lokasi yang
topografi tanahnya yang datar, sehingga tidak perlu dibuat teras dan tanggul.
Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik.
Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga
merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan
unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Sugeno, 2008).
Bokashi Limbah Padat (Sludge) Kelapa Sawit
Ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan
unsur hara, maka sludge kering ini dapat dipakai sebagai pengganti pupuk, apabila
digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut
dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini mempunyai sifat fisik dan kadar
Pemberian bahan organik merupakan teknologi masukan rendah. Bahan
organik selain bertindak sebagai penyangga yang dapat mencegah kerusakan
tanah oleh erosi juga sebagai penyumbang unsur hara dan dapat meningkatkan
efisiensi pupuk. Senyawa organik mampu meningkatkan kelarutan P dari
kompleks pengikatan Al dan Fe da meningkatkan muatan negatif, sehingga retensi
P tanah akan berkurang (Karama et al, 1990 dalam Jayasumatra, 2006). Menurut
Rosmarkam dan Yuwono (2002), banyak sifat baik pupuk organik terhadap
kesuburan tanah antara lain: Bahan organik dalam proses mineralisasinya akan
melepaskan hara tanaman yang lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S, serta hara mikro)
dalam jumlah tertentu, bahan organik meningkatkan KPK (kapasitas tukar kation)
sehingga kemampuan mengikat kation lebih tinggi, dll.
Penggunaan pupuk bokashi kotoran sapi 0-15 ton/ha memberikan
pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, berat basah pipilan dan berat kering
pipilan tanaman jagung. Hanya pada jumlah tongkol penggunaan pupuk bokashi
namum cenderung memberikan hasil meningkat sesuai dengan peningkatan dosis
yang digunakan. Hal ini disebabkan karena bokashi yang berasal dari pupuk
kandang mengandung sejumlah unsur hara dan bahan organik yang dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Ketersediaan hara dalam tanah,
struktur tanah dan tata udara yang baik sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan akar serta kemampuan akar tanaman dalam menyerap unsur hara
Pupuk P dan Peranannya Pada Tanaman
Posfor tanah di kelompokkan sebagai P organik dan P anorganik
tergantung sifat senyawa yang terjadi. Fraksi organik ditemukan pada humus dan
bahan organik, baik yang berasosiasi dengan humus atau tidak. Kandungan Posfat
yang tertinggi dijumpai pada kandungan bahan organik tinggi, tetapi hanya
sebagian kecil posfat organik yang dipergunakan oleh tanaman atau mikroba
tanah. (Follet et al, 1981)
Unsur P mempunyai peranan dalam pengisian dan pengembangan hasil
tanaman. Fosfor ditemukan relatif dalam jumlah lebih banyak dalam buah dan biji
tanaman. Tetapi P anorganik relatif dalam jumlah kecil dan kebanyakan dalam
bentuk fitat (phytate). Kekurangan unsur P umumnya menyebabkan volume
jaringan tanaman menjadi lebih kecil dan warna daun menjadi gelap
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Pupuk posfat sangat dianjurkan sebagai pupuk yaitu digunakan pada saat
tanam atau sebelum tanam. Hal ini disebabkan karena pupuk ini merupakan pupuk
yang dibutuhkan pada stadia permulaan tumbuh. Pemberiannya sangat lebih baik
bila ditempatkan pada daerah rangkuman air. Keuntungan pemberian pupuk
seawal mungkin dalam pertumbuhan tanaman akar mendorong pertumbuhan akar
permulaan yang akan memberikan tanaman berdaya ambil/serap hara lebih baik
(Hakim, dkk, 1986).
Pemberian dosis pupuk P sebesar 0, 50 , 100 ,150 P2O5 ton/ha memberikan
pengaruh yang sangat nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai yang ditanam
meningkatkan tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering tajuk, berat akar,
serapan P dan menurunkan nisbah tajuk/akar. Hasil menunjukkan bahwa dosis P2
(100 P2O5 ton/ha) memberikan pertumbuhan tanaman yang paling baik. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian dosis 100 kg P2O5/ha meningkatkan
berat kering akar 3,5 kali lipat dibandingkan kontrol (tanpa pemberian pupuk P).
Pemakaian dosis ini juga meningkatkan berat kering tajuk, jumlah cabang, jumlah
daun dan tinggi tanaman yang paling besar dibandingkan dengan dosis P lain.
Peningkatan ini diduga erat kaitannya dengan semakin tingginya jumlah P yang
terserap oleh tanaman. Fosfat yang terserap ini digunakan untuk pembentukan
akar serta pertumnbuhan tanaman. Serta serapan posfat oleh tanaman dipengaruhi
oleh interaksi antara sumber asam humat dengan dosis P yang digunakan
(Suhardi, 2007)
Unsur hara yang akan diserap oleh akar ditentukan oleh semua faktor yang
mempengaruhi ketersediaan unsur hara sampai unsur hara tersebut berada di
permukaan akar sehingga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta
hasil tanaman. Penambahan hasil tanaman sebagai respon penambahan pupuk
berbanding lurus dengan selisih hasil maskimum dengan hasil aktual. Hasil
maskimum dicapai pada sejumlah nutrisi yang tidak terlalu tinggi dosisnya karena
makin tinggi dosis, maka hasil justru menurun (Agustina, 1990).
Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga
faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang
jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan
yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Kelurahan Kwala Belaka
Kecamatan Medan Johor Kota Madya Medan Sumatera Utara dengan ketinggian
tempat + 30 di atas permukaan laut, mulai akhir bulan Juli sampai akhir bulan
Oktober 2008.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang kedelai
varietas Anjosmoro sebagai objek pengamatan, bokashi sludge kelapa sawit dan
Pupuk SP-36 (36 % P2O5) sebagai sumber perlakuan yang dicobakan, insektisida
untuk mengendalikan hama, fungisida untuk mengendalikan jamur, top soil
sebagai media tanam serta bahan yang lain yang mendukung penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polibek 30 x 40 cm
sebagai wadah media tanam, cangkul untuk membersihkan lahan dari gulma dan
sampah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur luas lahan
dan tinggi tanaman, timbangan analitik untuk mengukur bobot biji hasil produksi,
handsprayer sebagai alat aplikasi insektisida dan fungisida, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial
Faktor I : Bokashi Sludge Kelapa Sawit (B) dengan 4 taraf, yaitu:
B0 = 0 g/tan (kontrol)
B1 = 135 g/tanaman = 15 ton/Ha
B2 = 270 g/ tanaman = 30 ton/Ha
B3 = 405 g/ tanaman = 45 ton/Ha
Faktor II : Dosis pupuk posfor (P) dengan 4 taraf, yaitu :
P0 = 0,0 g P2O5/ tanaman P1 = 0,45 g P2O5/ tanaman = 50 kg P2O5/Ha P2 = 0,90 g P2O5/ tanaman = 100 kg P2O5/Ha P3 = 1,35 g P2O5/ tanaman = 150 kg P2O5/Ha Kombinasi Perlakuan : B 0P0 B 1P0 B 2P0 B3P0 B 0P1 B 1P1 B 2P1 B3P1 B 0P2 B 1P2 B 2P2 B 3P2 B 0P3 B 1P3 B 2P3 B 3P3
Jumlah ulangan : 3 ulangan Jumlah plot/blok : 16 plot Jumlah plot seluruhnya : 48 plot Panjang plot : 210 cm
Lebar plot : 90 cm
Jarak antar plot : 30 cm Jarak antar blok : 50 cm Jarak Tanam : 30 x 30 cm Jumlah tanaman/plot : 10 tanaman Jumlah sampel/plot : 5 sampel Jumlah sampel seluruhnya : 240 sampel
Jumlah tanaman seluruhnya : 480 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam berdasarkan model linier
sebagai berikut :
Yijk : µ + ρI + αj + βk + (αβ)jk + єijk Dimana :
Yijk : Hasil pengamatan dari blok ke-i dengan perlakuan dosis bokashi sludge
ke-j dan dosis pupuk posfat taraf ke-k. µ : Nilai tengah
ρi : Efek blok ke-i
αj : Efek perlakuan dosis bokashi sludge kelapa sawit taraf ke-j βk : Efek perlakuan dosis pupuk posfat taraf ke-k
(αβ)jk : Efek interaksi perlakuan dosis bokashi sludge kelapa sawittaraf ke-j dan
perlakuan dosis pupuk taraf ke-k
єijk : Efek galat yang mendapat perlakuan bokashi sludge kelapa sawit taraf ke-I dan perlakuan dosis pupuk posfat taraf ke-j dan interaksi perlakuan
PELAKSANAAN PENELITIAN
Penyiapan Lahan
Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma dan
sisa-sisa akar tanaman, kemudian tanah diratakan dengan menggunakan cangkul.
Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 210 cm x 90 cm. Dibuat parit
drainase dengan jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 50 cm.
Pembuatan Bokashi Sludge Kelapa Sawit
Pembuatan bokashi sludge dilakukan didalam naungan. Pekerjaan pertama
adalah membuat naungan dengan ukuran 2 x 2 m dengan tinggi 1,5 m. Pembuatan
bokashi sludge kelapa sawit menggunakan bahan sesuai dengan kebutuhan
bokashi (120 kg) antara lain sludge kelapa sawit 60 kg, 35 kg pupuk kandang, abu
janjang kelapa sawit 25 kg, gula pasir 30 g, EM-4 120 ml. Semua bahan dicampur
dan diaduk sampai rata, kemudiaan disiram larutan EM-4 dan gula pasir secara
perlahan-lahan ke dalam adonan. Adonan digundukkan diatas plastik dengan
ketinggian minimal 15-20 cm. Kemudian ditutup plastik yang dilubangi selama
3-4 hari. Setelah 3-4-7 hari bokashi seleasi difermentasi dan siap digunakan
Penyiapan Media dan Aplikasi Bokashi Sludge Kelapa Sawit
Media tanam yang digunakan adalah top soil. Top soil dimasukkan dalam
polibek dengan ukuran 30 cm x 40 cm. Kemudian media tanam dicampur dengan
bokashi sludge kelapa sawit sesuai dengan perlakuan sampai kedalaman 20 cm
sebelum tanam. Kemudian polibek disusun sesuai dengan bagan lahan penelitian
(lampiran 2)
Penanaman
Penanaman dilakukan dengan melubangi tanah di polibek dengan
kedalaman + 2 cm. Ditanam 2 benih perlubang tanam.
Aplikasi Pupuk Posfat
Bersaman dengan penaman dilakukan aplikasi pupuk posfat yakni
(0 g P2O5/tanaman 0,45 g P2O5/ tanaman, 0,90g P2O5/ tanaman, 1,35 g P2O5/
tanaman) sesuai dengan perlakuan. Pemupukan dilakukan + 10 cm di sekeliling
dari lubang tanam.
Penjarangan
Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur 5 hari setelah
tanam. Penjarangan dilakukan dengan menyisakan 1 tanaman yang
pertumbuhannya baik.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau
pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan yang pertumbuhannya baik.
Penyulaman dilakukan dengan menggantikan tanaman di polibek yang
mempunyai tanaman mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman
cadangan yang seragam. Penyulaman dilakukan sampai minggu ke-2 setelah
Pemeliharaan Penyiraman
Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila kondisi
tanah di polobek kering penyiraman dilakukan sore dan pagi hari. Apabila kondisi
tanah di polibek masih lembab, penyiraman tidak dilakukan
Pembumbunan
Agar tanaman tidak mudah rebah dan berdiri tegak dan kokoh dilakukan
pembumbunan dengan cara menambahkan tanah di polibek dan pada saat fase
reproduktif tanaman diberi ajir.
Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang
ada di polibek, di lahan penelitian dan di sekitar lahan penelitian. Untuk
menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5
EC dengan dosis 2 ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan
penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/l air. Penyemprotan
pestisida dilakukan dengan interval 2 minggu sekali atau disesuaikan dengan
kondisi serangan hama dan penyakit pada tanaman.
Panen
Panen dilakukan sekali dengan cara memotong 5 cm diatas pangkal batang
sebagian besar daun sudah menguning tetapi bukan karena serangan hama
penyakit, lalu gugur, buah berubah warna daun hijau sampai kuning kecoklatan,
batang berwarna kuning agak kecoklatan dan gundul. Kemudian polong dijemur
dibawah sinar matahari selama 4 hari dan biji diambil dari polongnya.
Parameter Pengamatan Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal sampai titik tumbuh
dengan menggunakan meteran, dilakukan mulai umur 2 minggu setelah tanam
(MST) dan diulangi setiap 1 minggu sekali dan berakhir sampai masuk masa
generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga penuh (R2).
Jumlah Daun (helai)
Jumlah daun dihitung sejak tanaman umur 1 MST dengan interval 1
minggu sampai masuk masa generatif yang ditandai dengan keluarnya bunga.
Jumlah Cabang Produktif (cabang)
Jumlah cabang produktif dihitung pada masuk fase reproduktif. Cabang
yang dihitung adalah cabang yang terbentuk dan telah memiliki polong.
Bobot Kering 100 biji (g)
Penimbangan dilakukan dengan menimbang 100 biji kedelai yang telah
dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari dari masing-masing perlakuan.
Produksi Biji per Tanaman (g)
Produksi biji per tanaman dihitung dengan menimbang produksi biji
seluruh sampel tanaman kemudian dirata-ratakan. Biji yang ditimbang adalah biji
yang telah dijemur dibawah sinar matahari selama 2 hari
Produksi Biji per Plot (g)
Produksi biji per plot dihitung dengan menimbang produksi seluruh
tanaman dari masing-masing plot. Biji yang ditimbang adalah biji yang telah