• Tidak ada hasil yang ditemukan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN KEGIATAN SURVEILANS ILI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN KEGIATAN SURVEILANS ILI"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO)

SISTEM PENGELOLAAN COLD CHAIN

KEGIATAN SURVEILANS ILI

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Badan Litbang Kesehatan

Kementerian Kesehatan, Republik Indonesia

(2)

ABSTRAK

Standar Prosedur Operasional (SPO) ini disiapkan atas kerjasama antara Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, KEMENKES RI, USAID Deliver dan CDC USA sebagai bagian dari bantuan Teknis USAID | DELIVER PROJECT di bawah, GPO-1-00-06-00007-00 Task order 6 project 13244.2856.0001.

Standar Prosedur Operasional ini didasarkan pada berbagai hasil penilaian sistem pengelolaan cold chain pada laboratorium regional dan puskesmas sentinel ILI yang diselenggarakan pada bulan Nopember 2011 – Januari 2012.

SPO ini berisi pengelolaan cold chain spesimen ILI secara benar, dan merupakan pelengkap dari Buku Standar Operasional untuk Sistem Pengelolaan Logistik Laboratorium Surveilans ILI (Puslit BTDK, Januari 2011) maupun Pedoman

Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi dan Virologi ILI di Puskesmas dan Rumah Sakit (Puslit BMF, 2010), dan SPO Pengambilan, Pengepakan dan Pengiriman spesimen Surveilans Virologi ILI (Puslit BMF, 2010) untuk mendukung kegiatan Surveilans ILI berbasis laboratorium.

(3)

KATA PENGANTAR

Penulisan Standar Prosedur Operasional untuk pengelolaan cold chain spesimen ILI pada kegiatan Surveilans ILI berbasis Laboratorium telah selesai dilaksanakan, maka diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pelaksana baik di laboratorium regional maupun puskesmas sentinel ILI.

Diharapkan agar spesimen ILI yang diambil dan diperiksa diperlakukan secara benar dan selalu berada dalam kisaran suhu optimal 4 ºC sebagaimana disyaratkan.

Spesimen harus dijaga agar selalu berada pada kisaran suhu yang direkomendasikan sehingga dapat menghasilkan pemeriksaan laboratorik dengan PCR-RT maupun biakan virus yang terpercaya dan akurat.

Hasil pemeriksaan laboratorik yang terpercaya dan akurat mutlak diperlukan dalam kegiatan Surveilans ILI agar dapat mendeteksi dan memetakan virus penyebab sehingga dapat dilakukan upaya penanggulangan yang sesuai.

Pada umumnya SPO-SPO yang telah ada hanya memberikan pedoman agar spesimen dikelola pada suhu 4 ºC, namun tidak memberikan panduan bagaimana cara mengatur, memantau dan memelihara kinerja peralatan cold chain agar dapat memberikan suhu yang optimal.

Para pelaksana pada umumnya menganggap bahwa peralatan cold chain yang dipakai – misalnya lemari es dan Ice pack – secara otomatis sudah memenuhi kebutuhan karena sudah “dingin” padahal banyak faktor produk, lingkungan dan manusia yang memberikan pengaruh pada kinerja peralatan pendingin yang digunakan.

SPO ini berisi sistem pengelolaan cold chain dalam kegiatan Survailan ILI mulai dari saat pengambilan, penyimpanan, transportasi spesimen sampai kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium.

SPO ini diharapkan dapat menjadi panduan untuk pengelolaan perangkat pendingin mulai dari penempatan, pengaturan suhu, perawatan maupun pemantauan peralatan pendingin yang digunakan pada kegiatan Surveilans ILI khususnya dan kegiatan Laboratorium lain pada umumnya. Dengan demikian akan dapat

(4)

menjamin mutu spesimen dan pada akhirnya memberikan hasil pemeriksaan yang terpercaya dan akurat.

SPO ini terdiri dari 2 bagian yaitu:

1. SPO Sistem Pengelolaan Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI untuk Lab Regional

2. SPO Sistem Pengelolaan Cold Chain Kegiatan Surveilans ILI untuk Puskesmas Sentinel

Kedua SPO ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan Surveilans ILI dan merupakan pelengkap dari “Buku standar Operasional untuk Sistem Pengelolaan Logistik Laboratorium Surveilans ILI” (Puslit BTDK, Januari 2011) maupun Pedoman Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi dan Virologi ILI di Puskesmas dan Rumah Sakit ( Pusat BMF, 2010), dan SOP Pengambilan, Pengepakan dan Pengiriman spesimen Surveilans Virologi ILI (Pusat BMF, 2010).

Besar harapan kami SPO ini dapat bermanfaat bagi terciptanya sistem pengelolaan cold chain yang benar sehingga spesimen memenuhi syarat untuk pemeriksaan laboratorik yang akurat..

Kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung penyusunan buku ini.

Kritik dan saran untuk perbaikan buku ini sangat kami harapkan.

Jakarta, Januari 2012 Kepala Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan

Drs. Ondri Dwi Sampurno, MSi. Apt. NIP. 19621119 1988 03 101

(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 4

SINGKATAN ... 5

TIM PENYUSUN ... 6

UNGKAPAN TERIMA KASIH ... 7

I. PENDAHULUAN ... 8

A. Latar belakang sistem pengelolaan cold chain untuk spesimen ILI dalam kegiatan surveilans ILI ... 8

B. Tujuan buku SPO pengelolaan cold chain untuk spesimen ILI ... 10

C. Unit pelaksana yang terkait dengan sistem pengelolaan cold chain spesimen ILI dalam Surveilans ILI ... 10

D. Bagan alur penemuan kasus dan penanganan spesimen ILI 1. Di Puskesmas ... 13

2. Di Laboratorium Regional ... 14

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM MENGELOLA COLD CHAIN SPESIMEN ILI ... 15

III. SPO LAB REGIONAL ... 16

IV. SPO PUSKESMAS SENTINEL ... 26

V. PENUTUP ... 34

VI. KEPUSTAKAAN ... 35

LAMPIRAN:

1. Formulir monitoring kondisi spesimen 2. Formulir grafik pencatatan suhu:

a. Lemari es 2-8°C b. Freezer (-) 20°C c. Deep Freezer (-) 80°C

(6)

SINGKATAN

CDC Atlanta Communicable Disease Control Atlanta, USA

Ditjen P2P-PL Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

FK Hasanudin Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin, Makassar FK Udayana Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar FK Undip Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang FKUI Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta ILI Influenza Like Illness

ILR Ice-lined Refrigerator

JSI John Snow, Inc.

Kemenkes Kementerian Kesehatan

MOH RI Ministry of Health , Republic of Indonesia

RT-PCR Reverse Transcriptase -Polymerase Chain Reaction Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat/ Health Center

Puslit BMF Pusat penelitian dan pengembangan Biomedis dan Farmasi Puslit BTDK Pusat penelitian Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan,

Kementerian Kesehatan

SOP Standard Operating Procedure/ Standar prosedur operasional TOR Terms of Reference/Kerangka Acuan

USAID United States Agency for International Development WHO World Health Organization

(7)

TIM PENYUSUN

PUSAT BTDK

USAID | DELIVER Jakarta

Russ Vogel Anton Widjaya Juhartini

Rio Chandra Dewa

(8)

UNGKAPAN TERIMA KASIH

Ungkapan terima kasih disampaikan kepada Tim Penyusun SPO ini yang mewakili Pusat Penelitian Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, USAID Deliver dan CDC Atlanta yang telah melaksanakan kegiatan assessment cold chain kegiatan Surveilans ILI selama bulan Nopember 2011 – Januari 2012 dan kemudian menyusun SPO ini. SPO diperlukan untuk meningkatkan manajemen cold chain terhadap spesimen ILI yang telah diambil di Puskesmas sentinel dan kemudian diperiksa di lab regional maupun laboratorium rujukan ILI dalam kerangka kegiatan Surveilans Influenza-Like Illnesses (ILI) di Indonesia.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Drs. Ondri Dwi Sampurno, MSi, Apt. Kepala BTDK, atas visi dan dukungannya yang berkesinambungan untuk kegiatan ini serta USAID | DELIVER PROJECT serta USAID | INDONESIA yang telah memberikan dukungan finansial dan bantuan teknis untuk kegiatan ini dan staf dari CDC/USA di Jakarta yang telah berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan assessment maupun penyusunan SPO ini.

(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Sistem Pengelolaan Cold chain Spesimen dalam Kegiatan Surveilans ILI

Infeksi virus influenza merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab masalah kesehatan dengan potensi menyebabkan epidemi dengan angka kematian yang cukup tinggi di Indonesia dan bagian lain dunia.

Kementerian Kesehatan beserta jajaran kesehatan di daerah sejak tahun 1975 berupaya melakukan pemantauan terhadap kasus dan virus penyebab influenza yang terjadi di Indonesia untuk mendapatkan gambaran epidemiologi influenza dan untuk kepentingan program penanggulangan penyakit influenza di Indonesia.

Sejak bulan September 2004 Puslitbang BMF Badan Litbangkes (kini Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan) bekerja sama dengan Ditjen P2PL KemenKes, CDC Atlanta dan WHO telah mengembangkan jejaring survailan epidemiologi dan virologi di 7 propinsi di Indonesia yang kemudian diperluas ke 22 propinsi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan NusaTenggara dan Papua, dengan pemeriksaan kasus tersangka ILI dan pengambilan spesimen usap nasal dan atau usap tenggorok. Pengambilan spesimen usap hidung dan atau tenggorok dilakukan di 20 Puskesmas sentinel di 20 propinsi dan 8 Rumah Sakit sentinel.

Kegiatan survailan antara lain dilakukan dengan penetapan 1 laboratorium rujukan nasional yaitu laboratorium virology Pusat BTDK Badan Litbangkes dan 5 laboratorium Regional untuk pemeriksaan PCR-RT ( 2 di Jakarta, dan masing masing 1 di Semarang, Bali, Makasar) terhadap spesimen yang dikirim oleh berbagai rumah sakit dan puskesmas sentinel ILI. Guna memperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yang terpercaya dan akurat maka kualitas spesimen perlu dijaga antara lain dengan

(10)

4ºC/ (-) 70 °C mulai dari saat pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman spesimen ke laboratorium regional ataupun laboratorium rujukan nasional .

Berbagai pedoman pengambilan, pengepakan, pengiriman spesimen yang ada menekankan untuk selalu mempertahankan suhu spesimen pada suhu 4oC, namun tidak ada petunjuk yang terinci mengenai berapa lama spesimen dapat diperlakukan dalam suhu 4°C dan tindakan apa bila waktu tersebut terlampaui. Juga bagaimana cara pengaturan dan pemantauan peralatan dan alat bantu cold chain agar diperoleh suhu yang optimal tersebut. Disamping masalah ketersediaan ketersediaan peralatan dan alat bantu yang diperlukan serta bagaimana persiapan atau pelatihan para petugas yang terkait dalam mengelola cold chain.

Selama ini puskesmas dan laboratorium regional telah melakukan pengambilan spesimen maupun pemeriksaan laboratorik secara rutin namun hanya sedikit informasi yang ada mengenai penggunaan peralatan pelindung diri (PPE) saat pengambilan dan penanganan spesimen di Puskesmas maupun di laboratorium regional. Juga perlu diatur mengenai keberadaan dan kondisi peralatan dan alat bantu cold chain, penanganan limbah dan kegiatan pembinaan pada berbagai fasilitas tersebut. Pada umumnya petugas mempunyai persepsi bahwa peralatan dan alat bantu yang digunakan sudah secara otomatis memenuhi kebutuhan pengelolaan cold chain dan tidak memerlukan pengaturan lagi.

Untuk itu perlu disusun SPO mengenai prosedur rantai dingin yang harus diterapkan, jenis, kapasitas dan kinerja peralatan penyimpanan dingin maupun peralatan pemantau suhu yang dipergunakan pada fasilitas pengambilan spesimen dan laboratorium ILI agar selanjutnya suhu optimal dan mutu spesimen dapat dipertahankan dan ditingkatkan.

Standar prosedur operasional ini dirancang untuk memberikan acuan bagi para petugas laboratorium regional dan Puskesmas sentinel ILI yang berpartisipasi dalam kegiatan surveilans ILI dalam pengelolaan cold chain

(11)

terhadap spesimen ILI sejak pengambilan, pengepakan, pengiriman dan pemeriksaan.

B. Tujuan Penyusunan Sistem Pengelolaan Cold chain dalam kegiatan Surveilans ILI

Tujuan penyusunan SPO ini adalah untuk memastikan bahwa spesimen yang diambil di puskesmas sentinel ILI tetap baik mutunya sampai dengan dilakukan pemeriksaan virologi di lab regional maupun di lab rujukan nasional ILI sehingga hasil pemeriksaan akurat dan terpercaya.

C. Unit pelaksana yang terkait dengan Pengelolaan Cold Chain kegiatan Surveilans ILI

Unit pelaksana yang terkait dengan sistem pengelolaan cold chain ini dimulai dari unit yang melakukan pengambilan spesimen yaitu berbagai puskesmas sentinel dan laboratorium – laboratoium regional dan

laboratorium rujukan nasional ILI dimana kesemua unit ikut bertanggung jawab agar spesimen ILI yang diperoleh terjaga mutunya antara lain agar tetap diperlakukan dalam kisaran suhu 4ºC/ (-) 70 °C selama waktu tertentu sejak pengambilan, pengepakan dan pengiriman spesimen tersebut sampai dilakukan pemeriksaan di laboratorium virologi yang ditunjuk.

Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan dan Badan Penelitian Pengembangan dan Kesehatan, Laboratorium Virologi

• Tim Pelaksana Surveilans ILI di Laboratorium Virologi BTDK memiliki tanggung jawab dalam sistem pengelolaan cold chain spesimen ILI pada berbagai unit pelaksana Surveilans ILI.

• Para anggota Tim Pelaksana Surveilans ILI akan menjadikan tugas-tugas manajemen cold chain spesimen ILI sebagai bagian dari keseluruhan kegiatan Surveilans ILI yang menjadi tanggung jawab mereka.

(12)

• Para staf Tim Pelaksana Surveilans ILI yang akan bertanggung jawab dalam sistem pengelolaan logistik laboratorium adalah:

- Koordinator Surveilans ILI

- Koordinator Logistik Surveilans ILI

- Koordinator Laboratorium Rujukan ILI (di Laboratorium Virologi BTDK)

• Tugas-tugas dari Tim Pelaksana Surveilans ILI dalam manajemen cold chain spesimen ILI termasuk:

- Pemantauan dan pengawasan dari pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman sampai pemeriksaan laboratorik spesimen.

- Menilai kinerja peralatan cold chain dan status persediaan perangkat penunjang cold chain yang dibutuhkan dan mengkoordinir distribusi peralatan penunjang cold chain untuk pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman spesimen bagi Laboratorium Rujukan (Lab Virologi BTDK), Laboratorium Regional ILI dan Puskesmas.

- Secara rutin memberikan umpan balik, pelatihan kerja dan supervisi suportif yang mendukung bagi para staf di Laboratarium Rujukan, Laboratorium Regional ILI, dan Puskesmas yang bertanggung jawab atas mutu spesimen dalam kegiatan surveilans ILI.

- Koordinasi dan komunikasi dengan para Petugas Surveilans di Dinas Kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk mendukung pelaksanaan sistem pengelolaan cold chain spesimen Surveilans ILI.

Laboratorium Rujukan ILI (Lab Virologi BTDK)

• Laboratorium Virologi BTDK yang berfungsi sebagai Laboratorium Rujukan ILI akan menjamin kualitas dalam pengambilan/penerimaan dari puskesmas, penyimpanan, pengepakan, pengiriman sampai

(13)

pemeriksaan spesimen ILI di Laboratorium Rujukan, Laboratorium Regional ILI, dan Puskesmas.

• Laboratorium Rujukan ILI (Lab Virologi BTDK) juga berfungsi sebagai Laboratorium Regional ILI yang menerima, menyimpan, memeriksa spesimen ILI

• Laboratorium Rujukan ILI akan memantau dan memastikan kondisi penyimpanan yang tepat untuk menjaga kualitas spesimen ILI

Laboratorium Regional ILI

• Laboratorium regional akan menjamin kualitas dalam pengambilan/penerimaan dari puskesmas, penyimpanan, pengepakan, pengiriman sampai pemeriksaan spesimen ILI di Laboratorium Regional ILI.

• Laboratorium Regional ILI berfungsi sebagai Laboratorium Regional ILI, dan akan menerima, menyimpan, memeriksa spesimen ILI

• Seluruh Laboratorium Regional ILI akan memantau dan memastikan kondisi penyimpanan yang tepat untuk menjaga kualitas spesimen ILI di wilayahnya.

Puskesmas Sentinel ILI

• Seluruh Puskesmas yang dipilih sebagai lokasi sentinel untuk pemantauan ILI bertanggung jawab agar pengambilan, penyimpanan, pengepakan dan pengiriman spesimen ILI dilakukan secara benar dengan mengupayakan agar spesimen selalu berada pada suhu yang disyaratkan dalam kisaran 4ºC dalam batas waktu tertentu.

• Seluruh Puskesmas sentinel memantau dan memastikan kondisi penyimpanan, pengepakan, pengiriman yang tepat untuk menjaga kualitas spesimen ILI yang diambil.

Dinas Kesehatan Provinsi (Dinkesprov)

• Petugas-petugas Surveilans di Dinkesprov akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Tim Pelaksana Surveilans ILI BTDK, Puskesmas dan Lab regional untuk mendukung pelaksanaan

(14)

sistem pengelolaan cold chain terhadap spesimen ILI yang diambil di puskesmas sentinel.

Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota(Dinkeskab/kota)

• Petugas-petugas Surveilans di Dinkeskab akan melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Tim Pelaksana Surveilans ILI BTDK, Lab regional dan Puskesmas untuk mendukung pelaksanaan sistem pengelolaan cold chain terhadap spesimen ILI yang diambil di puskesmas sentinel.

(15)

D.1. Bagan alur penemuan kasus dan penangananan spesimen ILI di Puskesmas

BAGAN ALUR PENEMUAN KASUS DAN

PENANGANAN SPESIMEN

INFLUENZA LIKE ILLNES S

(ILI) DI

PUSKESMAS

DOKTER/PERAWAT Identifikasi pasien ILI  anamnesis

 pengukuran suhu tubuh dg termometer digital

IDENTIFIKASI  pasien dg panas ≥ 38◦C + Batuk atau Sakit Tenggorokan.

PERAWAT

Dicatat dalam Buku Register ILI

DOKTER/PERAWAT Informed Consent

• Isi Formulir Kasus ILI

• Pengambilan spesimen apus hidung & tenggorokan

• Pengelolaan limbah medis sesuai SPO

• Formulir Kasus ILI  serahkan ke Petugas Surveilans

• Spesimen  disimpan di dalam lemari es

PETUGAS SURVEILANS/REKAM MEDIS Entry ke database

PERAWAT

Spesimen dikemas dalam coolbox

Pengisian Formulir Pengiriman Spesimen

Formulir + Spesimen diambil oleh Kurir UPAYAKAN TIBA DI LAB REG < 48 - 72 JAM SEJAK PENGAMBILAN SPESIMEN

• Swab • Cryotube • Kertas tisu • Parafilm • Klip plastik

• Batasan waktu simpan • Lemari es suhu 2-8oC

• Penempatan dalam LE • Termometer

• Form pencatatan suhu harian

• Pralon dan tutup • Cold box

• Ice pack beku • Termometer • Surat pengantar

pengiriman

• Form kondisi & suhu spesimen

• Form ID pasien, kondisi pasien, dll

Peralatan Perlindungan Pribadi (PPE)

(16)
(17)

D.2. Bagan alur penemuan kasus dan penangananan spesimen ILI di Laboratorium Regional

BAGAN ALUR PENEMUAN KASUS DAN

PENANGANAN SPESIMEN

INFLUENZA LIKE ILLNES S

(ILI) DI

LABORATORIUM REGIONAL

Menerima spesimen dari Puskesmas

• Periksa kelengkapan dokumen • Periksa kondisi dan suhu spesimen

Dicatat dalam Log Book ILI

Spesimen di aliquot:

1. Spesimen asli disimpan dalam LE 2-8ºC untuk dikirim ke BTDK

2. Spesimen untuk lab reg disimpan dalam deep freezer (-)70ºC

Pemeriksaaan spesimen: 1. Melakukan ekstraksi

2. Periksa PCR-RT bila positif tipe A lanjutkan dengan sub typing

Pengiriman spesimen ke BTDK:

• Spesimen dikemas dalam coolbox • Kelengkapan dokumen

• UPAYAKAN TIBA DI BTDK < 48 -

72 JAM SEJAK PENGAMBILAN SPESIMEN

• Penempatan dalam LE • Termometer

• Form pencatatan suhu harian

• Pralon dan tutup • Cold box

• Ice pack beku • Termometer

• Surat pengantar pengiriman • Form kondisi & suhu

spesimen

• Form ID pasien, kondisi pasien, dll

Periksa kelengkapan dokumen: • Surat pengantar pengiriman • Form kondisi & suhu spesimen • Form ID pasien, kondisi pasien,

dll.

Periksa kondisi & suhu spesimen: • Periksa suhu  lihat

termometer

• Periksa peralatan pengemasan (pralon & tutup, ice pack beku, termometer, cool box).

• Peralatan Perlindungan Pribadi (PPE)

• Bio safety cabinet

• Peralatan Perlindungan Pribadi (PPE)

(18)

II. PERAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM MENGELOLA

LOGISTIK PERALATAN PEMBANTU COLD CHAIN

LABORATORIUM SURVEILANS ILI

Pengelolaan logistik peralatan penunjang cold chain merupakan satu kesatuan dan bagian dari bahan logistik yang lain untuk laboratorium-laboratorium dan puskesmas Surveilans ILI.

Peran dan tanggung jawab dalam mengelola logistik peralatan pembantu cold chain mengikuti SPO untuk sistem pengelolaan logistik laboratorium ILI yang telah ada.

(19)

III. SPO PENGELOLAAN COLD CHAIN SPESIMEN ILI DI

LABORATORIUM REGIONAL

(20)

PROSEDUR BAKU TATALAKSANA COLD CHAIN

SPESIMEN ILI UNTUK LABORATORIUM RUJUKAN DAN

LABORATORIUM REGIONAL ILI/PUSAT BTDK

KAIDAH UMUM

• SIFAT SPESIMEN:

1. Spesimen ILI merupakan bahan biologis yang peka terhadap suhu diatas kisaran suhu 2 o – 8 o C.

2. Kerusakan spesimen karena penanganan cold chain yang tidak memenuhi syarat menyebabkan kerusakan pada spesimen sehingga tidak layak dilakukan pemeriksaanRT- PCR/lain lain.

• JENIS SPESIMEN ILI

Jenis spesimen ILI yang diambil adalah: 1. Apus hidung.

2. Apus tenggorok.

MEMPERTAHANKAN SUHU SPESIMEN ILI

Suhu spesimen harus selalu diusahakan agar selalu berada pada suhu 4o C

dengan kisaran suhu 2o – 8o C sejak pengambilan, penyimpanan, pengepakan

dan pengiriman spesimen.

Penyimpanan pada suhu 4°C sejak spesimen diambil, maksimum dapat dilakukan selama...

(21)

1.

PERSIAPAN RUTIN HARIAN

Persiapkan dan monitor kinerja/suhu lemari es untuk penyimpanan spesimen

A. Pemilihan Lemari Es Untuk Penyimpanan Bahan Biologis Peka Panas (Heat Sensitive)

1. Untuk menyimpan bahan biologis peka-panas (heat sensitive) harus dipilih lemari es yang menggunakan sistem manual

defrosting dan bukan jenis auto-defrosting. Hal ini disebabkan

karena pada tipe auto defrosting lemari es dilengkapi pemanas yang akan bekerja bila bunga es menebal dan pada saat itu suhu dalamlemari es akan meningkat sehinga berisiko kerusakan bahan biologis yang disimpan di dalamnya.

2. Lemari es harus dari jenis yang menggunakan pendingin non-CFC dan tidak diperkenankan menggunakan pendingin jenis CFC/freon karena berisiko merusakkan lapisan ozon global.

3. Lemari es yang dipilih harus mempunyai kemampuan stabilitas suhu didalamnya bila listrik padam/sumber daya lain tidak

berfungsi (hold over time) selama minimal 6 jam bila pintu tertutup. Lemari es domestik umumnya hanya mempunyai hold over time selama 1-2 jam.

B. Pengaturan dan Pemeliharaan Lemari Es ILR/ LE Rumah tangga

1. Tempatkan lemari es 10 – 15 cm dari dinding/antar lemari

es/barang disekitar LE.

2. Hindari sinar matahari langsung. 3. Sebaiknya buka tutup lemari es

maksimal 3-5 x/hari.

4. Termostat diatur agar suhu 2o-5

o

C pada pagi hari.

JANGAN merubah termostat walaupun listrik padam

(22)

6. Gunakan termometer atau termometer digital untuk memonitor suhu setiap hari dan catat pada grafik suhu yang ditempel.

7. Lakukan pembersihan bagian luar dan dalam LE dari genangan air secara rutin

8. Lakukan pembersihan lemari es dari bunga es bila sudah lebih dari 0.5 cm dengan cara:

a. cabut kabel dari stopkontak

b. pindahkan isi LE dalam cold box berisi Ice pack beku

c. buka pintu, tunggu sampai bunga es meleleh (jangan lepaskan bunga es dengan benda tajam) dan keringkan lemari es

d. pasang kembali aliran listrik

9. Bila tidak dipakai, bersihkan dan keringkan karet seal dan bagian dalam lemari es agar tidak berjamur.

Sebaiknya dibiarkan terbuka sampai bagian dalam kering.

C. Pengaturan Freezer/Deep Freezer

1. Tempatkan freezer/deep freezer 10 – 15 cm dari dinding/antar lemari es/barang disekitarnya.

2. Hindari sinar matahari langsung.

3. Sebaiknya buka tutup maks. 3 – 5 x/hari. 4. Termostat diatur agar suhu (–) 15o sampai (-)

25oC pada pagi hari.

JANGAN merubah termostat walaupun listrik padam.

5. Monitor suhu setiap hari dan catat pada grafik suhu yang ditempel

6. Lakukan pembersihan bagian luar dan dalam freezer dari genangan air

(23)

7. Lakukan pembersihan LE dari bunga es sudah lebih dari 0.5 cm dengan cara :

a. cabut kabel dari stopkontak

b. pindahkan isi LE dalam cold box berisi Ice pack beku c. buka pintu dan tunggu sampai bunga es meleleh (jangan

lepaskan bunga es dengan benda tajam) dan keringkan d. pasang kembali aliran listrik

8. Bila tidak dipakai, bersihkan dan keringkan karet seal dan bagian dalam freezer agar tidak berjamur. Sebaiknya dibiarkan terbuka sampai bagian dalam kering.

D. Penggunaan Alat Pemantau Suhu

Untuk memantau suhu lemari es dapat dipakai peralatan sbb.:

1. Pemantau suhu sesaat: mengukur suhu pada saat dibaca, antara lain:

a. Termometer Mueller, kisaran pemantauan (-) 50⁰C sampai (+) 50⁰C.

Diletakkan di dalam lemari es atau kotak dingin.

b. Termometer digital, menggunakan sensor yang diletakkan di dalam lemari es ataupun freezer maupun dalam kotak dingin untuk transportasi. Display suhu di luar lemari dingin sehingga suhu dapat dibaca dari luar lemari dingin.

c. Dial termometer, menggunakan sensor yang diletakkan di dalam lemari es atau freezer dan display suhu di luar lemari dingin sehingga suhu dapat dibaca dari luar lemari dingin.

d. Termometer air raksa/cairan lain, jenis ini tidak dianjurkan karena perubahan suhu sangat cepat sehingga menyulitkan pembacaan.

(24)

di dalam lemari es/kotak pendingin bersama dengan vaksin.

Display akan berubah dari tanda centang menjadi tanda silang bila suhu berada di bawah 0⁰C selama 1 jam. Alat pemantau ini terutama digunakan untuk memantau suhu yang dapat menimbulkankerusakan pada vaksin yang peka beku (freeze sensitive) seperti Hepatitis B, DPT, TT, DT dll.

2. Pemantau suhu berkelanjutan: mengukur dan mencatat riwayat paparan suhu secara kontinu selama suatu periode waktu tertentu, antara lain:

a. Termograf, terdiri atas skala suhu yang dipasang di luar lemari pendingin dan kabel sensor yang diletakkan di dalam ruang dingin sehingga pembacaan suhu dapat dilakukan dari luar ruang dingin. Pencatatan dilakukan pada lempeng kertas grafik secara kontinu dan tergantung jenis pencatatannya berlaku untuk mingguan atau bulanan. Biasanya dipakai pada cold room atau freezer room yang besar. Pembacaan suhu saat itu dapat dilakukan dengan melihat skala suhu display sedangkan riwayat

paparan suhu tercatat dalam lempeng kertas grafik. Pada umumnya termograf dilengkapi dengan sistem alarm yang akan berfungsi bila suhu berada di luar kisaran suhu yang sudah di-set.

b. Temperature Data Logger TTM (Time Temperature Monitor): merupakan

pemantau suhu yang berkelanjutan selama waktu dan interval yang diset dengan komputer. Alat ini dapat melakukan pembacaan suhu maksimal 1800

pembacaan dan dapat diset ulang setelah data lama diunduh. Kisaran suhu (-) 40 ⁰C sampai (+) 75 ⁰C. Riwayat paparan suhu dingin/panas dapat diunduh dengan

komputer sehingga terdeteksi kapan adanya dan seberapa besar penyimpangan yang dialami .

Dapat digunakan untuk pemantauan dalam lemari dan kotak pendingin maupun dalam pengiriman spesimen/bahan biologis seperti vaksin.

(25)

c. Fridge-Tag: merupakan pemantau suhu berkelanjutan. Fungsi dan kinerja mirip data logger sub (b) diatas. Kisaran pemantauan suhu (-) 20⁰C sampai (+) 55⁰C dilengkapi alarm bila terpapar suhu di atas 8⁰C selama 10 jam atau 60 menit dibawah – 0,5⁰C. Dapat menunjukkan riwayat paparan suhu 30 hari terakhir.

d. TTM (time temperature monitor): alat pemantau suhu untuk paparan panas dengan menggunakan prinsip perubahan warna bahan kimia seiring perubahan paparan suhu. Bekerja secara kumulatif dalam 4 tingkat A-B-C-D. Status C dan D menunjukkan bahan biologis/vaksin tidak layak pakai. Digunakan untuk menunjukkan layak pakai bahan biologis seperti oxytocin atau vaksin yang peka paparan panas berlebih (heat sensitive) seperti Polio, Campak, BCG dll. Alat diletakkan dalam lemari/kotak dingin bersama bahan biologis atau vaksin. Umumnya TTM ditempelkan pada kemasan bahan biologis /vaksin.

E. Carrier/ Cold Box = Kotak Spesimen/Vaksin

1. Lakukan pembersihan bagian luar dan dalam cold box dari genangan air 2. Bila tidak dipakai, bersihkan dan

keringkan bagian dalam carrier/cold box agar tidak berjamur. Sebaiknya dibiarkan terbuka sampai bagian dalam kering.

F. Ice pack = Kotak Dingin

1. Siapkan Ice pack (mis.kap. 0.6 L) sesuai dengan ukuran cold box. Setiap cold box diisi dengan 6 Ice pack.

2. Bekukan minimal 6 buah Ice pack setiap hari dalam freezer.

Kapasitas yang umum tersedia: 0.6 L, 3.0 L, 5.3 L, 8.5 L, 20.7 L

(26)

2.

SAAT PENJEMPUTAN DI PUSKESMAS ATAU BILA DIKIRIM

KE LAB REGIONAL

A. Bila Spesimen Dijemput Oleh Petugas Dinas Kesehatan

1. Siapkan wadah pralon isi cryotube dan cold box berisi cukup Ice pack beku.

2. Pastikan bahwa spesimen disimpan dalam lemari es dengan kinerja baik dan suhu 4oC dengan kisaran suhu 2o – 8o C.

3. Masukkan spesimen dalam cold box dan masukkan minimal 6 buah Ice pack.

4. Buat catatan tentang kondisi dan Ice pack beku pada surat pengantar kiriman.

5. Maksimal berapa lama spesimen boleh disimpan dalam 4o C

B. Bila Spesimen Dikirim Ke Lab Regional Oleh Puskesmas

1. Petugas penerima periksa kondisi Ice pack apakah masih dalam keadaan beku (bila tidak ada pemantau suhu di dalam box)

2. Kembalikan spesimen ke dalam kemasan cold box atau pindahkan ke cold box lain dengan Ice pack beku dan bawa ke lab virologi secepatnya.

3. Pemindahan ke cold box lain dilakukan pada keadaan:

(1) Cold box dan Ice pack akan dibawa kembali oleh pengirim (2) Mungkin spesimen tidak langsung dilakukan pemeriksaan oleh

petugas lab. virologi

3.

SAAT PENERIMAAN DI LAB VIROLOGI LAB REGIONAL

A. Spesimen Langsung Diperiksa

1. Gunakan alat pelindung diri (PPE)

2. Petugas lab memeriksa kemasan luar cold box dan isi label pengantar.

3. Periksa kondisi Ice pack apakah masih dalam keadaan beku (bila tidak menggunakan pemantau suhu di dalam box).

(27)

4. Buat catatan tentang kondisi dan suhu spesimen yang diterima pada register spesimen.

5. Tetapkan berapa lama waktu/hari sejak pengambilan spesimen sampai di terima di laboratorium regional.

6. Bila spesimen sudah melampaui batas waktu yang telah ditetapkan, lakukan: ...

7. Pastikan batasan jumlah spesimen yangminimal untuk melakukan pemeriksaan PCR dan subtyping secara efisien.

8. Pastikan tenggat waktu maksimum antara penerimaan spesimen sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan sub typing..

9. Bila spesimen telah melampau batas waktu maksimum, lakukan:...

10. Lakukan pemeriksaan sesuai prosedur

B. Bila Pemeriksaan Tidak Langsung Dilakukan Maka Disimpan Dalam Deep Freezer (-) 70oC

1. Letakkan spesimen di Cryorack ke dalam deep freezer.

2. Pastikan deep freezer memiliki kinerja baik.

3. Lakukan pemantauan penyimpanan spesimen agar batas waktu penyimpanan tidak terlampui.

4. Pastikan batasan waktu maksimum untuk pemeriksaan PCR dan sub-typing terpenuhi.

5. Bila spesimen telah melampau batas waktu maksimum, lakukan:...

6. Lakukan monitoring dan pencatatan suhu deep freezer setiap hari untuk memastikan stabilitas deep freezer.

(28)

4. BILA SPESIMEN DARI LAB REGIONAL AKAN DIRUJUK KE

LAB. INFLUENZA NASIONAL/PUSAT BTDK KEMENKES

A. Selalu Siapkan Peralatan Untuk Merujuk Spesimen:

1. Cryobox

2. Pralon bertutup

3. Termometer 4. Cold box/carrier

5. Cold box berisi minimal 6 Ice pack yang sudah dibekukan minimal 24 jam

5. PENGIRIMAN/TRANSPORTASI SPESIMEN DARI LAB.

REGIONAL KE LAB NASIONAL INFLUENZA/PUSAT BTDK

KEMENkES

A. Selalu gunakan ice pack BEKU saat pengiriman

B. Pastikan jumlah ice pack cukup dalam cold box ( minimal 6 buah) C. Pastikan label pada cold box terisi lengkap dan catatan bahwa Ice

pack yang dipakai beku.

D. bila perjalanan > 24 jam pastikan mengganti Ice pack dengan Ice pack beku baru saat dalam pengiriman.

E. Pastikan Ice pack masih beku saat tiba di lab regional (petugas lab nasional memberikan catatan pada surat expedisi pengiriman)

F. Tentukan moda pengiriman agar spesimen dapat terima dalam batasan waktu yang telah ditetapkan.

6.

PENYIMPANAN SPESIMEN POSITIF (+)

Untuk spesimen positif harus disimpan oleh laboratorium dalam suhu (-) 70oC sekurang-kurangnya 18 bulan.

(29)

7.

PENERIMAAN DAN PENYIMPANAN DI PUSAT BTDK

A. Gunakan alat pelindung diri (PPE)

B. Simpan spesimen pada ke dalam deep freezer (-)70oC

C. Petugas lab memeriksa kemasan luar cold box dan isi label pengantar. D. Periksa kondisi Ice pack apakah masih dalam keadaan beku (bila tidak

menggunakan pemantau suhu di dalam box).

E. Buat catatan tentang kondisi dan suhu spesimen yang diterima pada register spesimen.

F. Tetapkan berapa lama waktu/hari sejak pengambilan spesimen sampai di terima di laboratorium regional.

G. Bila spesimen sudah melampaui batas waktu yang telah ditetapkan, lakukan: ...

8.

PEMERIKSAAN PCR DAN ISOLASI VIRUS DI PUSAT BTDK

A. Gunakan alat pelindung diri (PPE)

B. Pastikan batasan jumlah spesimen yang efisien untuk pemeriksaan PCR dan sub typing.

C. Pastikan tenggat waktu maksimum antara penerimaan spesimen sampai dilakukan pemeriksaan PCR dan sub-typing..

D. Bila spesimen telah melampau batas waktu maksimum, lakukan:...

E. Pastikan tenggat waktu maksimum antara penerimaan spesimen sampai dilakukan isolasi.

F. Bila spesimen telah melampau batas waktu maksimum, lakukan:...

(30)

IV. SPO PENGELOLAAN COLD CHAIN SPESIMEN ILI DI

PUSKESMAS SENTINEL

(31)

PROSEDUR BAKU TATALAKSANA COLD CHAIN

SPESIMEN ILI UNTUK PUSKESMAS SENTINEL ILI

KAIDAH UMUM

SIFAT SPESIMEN:

1. Spesimen ILI merupakan bahan biologis yang peka terhadap suhu diatas kisaran suhu 2 o – 8 o C.

2. Kerusakan spesimen karena penanganan cold chain yang tidak

memenuhi syarat menyebabkan kerusakan pada spesimen sehingga tidak layak dilakukan pemeriksaan PCR-RT/lain lain.

JENIS SPESIMEN ILI

Jenis spesimen ILI yang diambil: 1. Apus hidung.

1. Apus tenggorok.

MEMPERTAHANKAN SUHU SPESIMEN ILI

Suhu spesimen harus selalu diusahakan agar selalu berada pada suhu 4o C

dengan kisaran suhu 2 o – 8 o C sejak pengambilan, penyimpanan,

pengepakan dan pengiriman spesimen.

Penyimpanan pada suhu 4°C sejak spesimen diambil, maksimum dapat dilakukan selama...

(32)

1.

PERSIAPAN RUTIN HARIAN (PRA – SAMPLING)

Persiapkan dan monitor kinerja/suhu lemari es untuk penyimpanan spesimen

A. Pemilihan Lemari Es Untuk Penyimpanan Bahan Biologis Peka Panas (Heat Sensitive)

1. Untuk menyimpan bahan biologis peka-panas (heat sensitive) harus dipilih lemari es yang menggunakan sistem manual

defrosting dan bukan jenis auto-defrosting. Hal ini disebabkan

karena pada tipe auto defrosting lemari es dilengkapi pemanas yang akan bekerja bila bunga es menebal dan pada saat itu suhu dalamlemari es akan meningkat sehinga berisiko kerusakan bahan biologis yang disimpan didalamnya.

3. Lemari es harus dari jenis yang menggunakan pendingin non-CFC dan tidak diperkenankan menggunakan pendingin jenis CFC/freon karena berisiko merusakkan lapisan ozon global.

4. Lemari es yang dipilih harus mempunyai kemampuan stabilitas suhu didalamnya bila listrik padam/sumber daya lain tidak berfungsi (hold over time) selama minimal 6 jam bila pintu tertutup. Lemari es domestik umumnya hanya mempunyai hold over time selama 1-2 jam.

B. Pengaturan dan Pemeliharaan Lemari Es ILR/ LE Rumah tangga

1. Tempatkan lemari es 10 – 15 cm dari dinding/antar lemari es. 2. Hindari sinar matahari langsung. 3. Sebaiknya buka tutup lemari es

maksimal 3-5 x/hari.

4. Termostat diatur agar suhu 2 o-5 oC pada pagi hari.

5. Tempatkan sensor termometer digital/termometer dalam LE, bila tidak ada display temperatur yang build- in pada lemari es.

(33)

5. Gunakan termometer atau termometer digital untuk memonitor suhu setiap hari dan catat pada grafik suhu yang ditempel.

6. Lakukan pembersihan bagian luar dan dalam LE dari genangan air secara rutin

7. Lakukan pembersihan LE dari bunga es sudah lebih dari 0.5 cm dengan cara:

a. cabut kabel dari stop kontak.

b. pindahkan isi LE dalam cold box berisi Ice pack beku. c. buka pintu dan tunggu sampai bunga es meleleh (jangan

lepaskan bunga es dengan benda tajam) dan keringkan lemari espasang kembali aliran listrik.

d. Bila tidak dipakai, bersihkan dan keringkan karet seal dan bagian dalam lemari es agar tidak berjamur. Sebaiknya dibiarkan terbuka sampai bagian dalam kering.

C. Penggunaan Alat Pemantau Suhu

Untuk memantau suhu lemari es dapat dipakai peralatan sbb.:

1. Pemantau suhu sesaat: mengukur suhu pada saat dibaca, antara lain:

a. Termometer Mueller, kisaran

pemantauan (-) 50⁰C sampai (+) 50⁰C. Diletakkan di dalam lemari es atau kotak dingin.

b. Termometer digital, menggunakan sensor yang diletakkan di dalam lemari es ataupun freezer maupun dalam kotak dingin untuk transportasi. Display suhu di luar lemari dingin sehingga suhu dapat dibaca dari luar lemari dingin.

(34)

c. Dial termometer , menggunakan sensor yang diletakkan di dalam lemari es atau freezer dan display suhu di luar lemari dingin sehingga suhu dapat dibaca dari luar lemari dingin.

e. Termometer air raksa/cairan lain, jenis ini tidak dianjurkan karena perubahan suhu sangat cepat sehingga menyulitkan pembacaan.

f. Freeze-tag: alat elektronik untuk

memantau suhu beku di bawah 0⁰C. Alat ini diletakkan di dalam lemari es/kotak

pendingin bersama dengan vaksin. Display akan berubah dari tanda centang menjadi tanda silang bila suhu berada di bawah 0⁰C selama 1 jam. Alat pemantau ini terutama digunakan untuk memantau suhu yang dapat menimbulkankerusakan pada vaksin yang peka beku (freeze sensitive) seperti Hepatitis B, DPT, TT, DT dll.

2. Pemantau suhu berkelanjutan: mengukur dan mencatat riwayat

paparan suhu secara kontinu selama suatu periode waktu tertentu , a.l. :

a. Temperature Data Logger TTM (Time Temperature Monitor): merupakan

pemantau suhu yang berkelanjutan selama waktu dan interval yang diset dengan komputer. Alat ini dapat melakukan pembacaan suhu maksimal 1800

pembacaan dan dapat diset ulang setelah data lama diunduh. Kisaran suhu (-) 40 ⁰C sampai (+) 75 ⁰C. Riwayat paparan suhu dingin/panas dapat diunduh dengan komputer sehingga terdeteksi kapan

adanya dan seberapa besar penyimpangan yang dialami .

Dapat digunakan untuk pemantauan dalam lemari dan kotak pendingin maupun dalam pengiriman spesimen/bahan biologis seperti vaksin.

b. Fridge-Tag: merupakan pemantau suhu berkelanjutan. Fungsi dan kinerja mirip data logger sub (b) diatas. Kisaran

(35)

8⁰C selama 10 jam atau 60 menit di bawah – 0,5⁰C. Dapat menunjukkan riwayat paparan suhu 30 hari terakhir.

c. TTM (time temperature monitor): alat pemantau suhu untuk paparan panas dengan menggunakan prinsip perubahan warna bahan kimia seiring perubahan paparan suhu. Bekerja secara kumulatif dalam 4 tingkat A-B-C-D. Status C dan D menunjukkan bahan biologis/vaksin tidak layak pakai. Digunakan untuk

menunjukkan layak pakai bahan biologis seperti oxytocin atau vaksin yang peka paparan panas berlebih (heat sensitive) seperti Polio, Campak, BCG dll. Alat diletakkan dalam lemari/kotak dingin bersama bahan biologis atau vaksin.

Umumnya TTM ditempelkan pada kemasan bahan biologis /vaksin.

D. Carrier/ Cold Box (Kotak Spesimen/Bahan Biologis)

1. Lakukan pembersihan bagian luar dan dalam cold box dari genangan air. 2. Bila tidak dipakai, bersihkan dan

keringkan bagian dalam cold box agar tidak berjamur. Sebaiknya dibiarkan terbuka sampai bagian dalam kering.

E. Ice Pack (Kotak Beku)

1. Siapkan Ice pack (mis. Kap. 0,6 L) sesuai dengan ukuran cold box sejumlah 6 x jumlah cold box.

2. Bekukan minimal 6 bh Ice pack setiap hari dalam freezer.

Kapasitas yang umum tersedia: 0.6 L, 3.0 L, 5.3 L, 8.5 L, 20.7 L

Kapasitas yang umum tersedia: 0.4 L, 0.5 L, 0.6 L, 2.2 L, 5L

(36)

F. Siapkan Beberapa Peralatan:

1. Cryotube untuk wadah spesimen usap yang diambil

2. Pralon bertutup untuk wadah beberapa spesimen.

2.

SAAT PENGAMBILAN SPESIMEN

Siapkan:

A. Alat pelindung diri (PPE)

B. peralatan cold chain saat pengambilan spesimen:

cold box berisi minimal 6 Ice pack yang sudah dibekukan minimal 24 jam.

3. PENGEPAKAN

A. Bila Spesimen Segera Dikirimkan Ke Lab Regional Setelah Diambil

Setelah spesimen diambil dan langsung dikirimke lab regional: 1. Masukkan cryotube yang berisi spesimen

ILI ke dalam pralon.

2. Susun Ice pack (minimal 6 buah) pada bagian bawah, samping di dalam cold box/carrier.

3. Masukkan pralon ke dalam cold

box/carrier dan tutup bagian atas dengan satu buah Ice pack.

4. Letakkan termometer kemudian tutup cold box/carrier. 5. Beri label dan spesimen siap dikirimkan ke lab regional.

6. Tentukan moda pengiriman agar spesimen dapat tiba di lab reg dalam waktu < 4 hari sejak pengambilan ??

B. Bila Spesimen Dikirimkan Secara Mingguan Ke Lab Regional?

(37)

2. Pastikan kinerja lemari es baik dan mempunyai suhu 4oC dengan

kisaran suhu 2o – 8oC.

3. Pastikan spesimen tiba di lab reg dalam waktu < ... hari sejak pengambilan ??

C. Penyimpanan Spesimen (Sementara) Sebelum Dikirim Ke Lab Regional

1. Letakkan cryotube yang sudah berisi spesimen ke dalam pralon dengan tutup ke dalam lemari es

2. Pastikan kinerja lemari es baik dan mempunyai suhu 4oC dengan

kisaran suhu 2o – 8oC.

3. Pastikan spesimen tidak ditempatkan di bagian pintu lemari es.

4. Pastikan batasan waktu maksimal penyimpanan di puskesmas sejak pengambilan spesimen terpenuhi.

5. Lakukan monitoring dan pencatatan suhu lemari es setiap hari untuk memastikan stabilitas suhu lemari es.

4. PENGIRIMAN/TRANSPORTASI SPESIMEN DARI

PUSKESMAS KE LAB. REGIONAL

A. Selalu gunakan cool pack BEKU saat pengiriman.

B. Pastikan jumlah Ice pack cukup dalam cold box ( minimal 6 buah) C. Pastikan label pada cold box terisi lengkap dan catatan bahwa Ice

pack yang dipakai beku.

D. Bila perjalanan > 24 jam pastikan mengganti Ice pack dengan Ice pack beku baru dalam perjalanan.

E. Sertakan dokumen pengiriman menyertai pengiriman spesimen. F. Pastikan Ice packs masih beku saat tiba di lab regional (petugas lab

regional mencatat pada surat expedisi pengiriman).

G. Tentukan moda pengiriman agar spesimen dapat tiba di lab reg dalam waktu < ... hari sejak pengambilan ??

(38)

V. PENUTUP

Dengan menerapkan berbagai isu dalam SPO ini, akan membantu petugas pelaksana untuk menjamin mutu yang baik daripada Spesimen ILI sampai diperiksa oleh laboratorium.

Bila sarana pendukung yang canggih belum ada pada saat ini, petugas harus menggunakan peralatan yang tepat guna dengan pendekatan pada berbagai alternatif yang terdapat dalam SPO ini.

(39)

VI. KEPUSTAKAAN

1. A practical guide to harmonizing virological and epidemiological Influenza Surveillance, WHO Wespro,November 2008

2. Effective Vaccine management (version 1.7), WHO,Unicef, GAVI Alliance, PATH, September 2010

3. Pedoman pelaksanaan Surveilans Epidemiologi dan Virologi Influenza Like Illness (ILI) di Puskesmas dan Rumah Sakit, Puslitbang Biomedis dan Farmasi, Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI, Jakarta 2010

4. Protokol Sari (Severe Acute Respiratory Infection), Badan Litbangkes,Jakarta 2011

5. Standar Prosedur Operasi (SPO) Pengambilan, Pengemasan, Dan Pengiriman Spesimen Harmonisasi Surveilans Jakarta Timur, .Pusat BTDK, 2010 )

6. Standar prosedur operasional pengambilan, pengepakan dan

Pengiriman Spesimen Surveilans Virologi Influenza Like Illness (ILI), Pusat Biomedis dan Farmasi, Badan Litbang Kesehatan, kementerian Kesehatan RI, jakarta 2010.

7. Spesimen Stock Management. Guidelines for Immunization Program and Spesimen Store Managers. WHO, Immunization, Spesimens, and Biologicals, WHO/IVB/06.12.

8. Spesimens and Biologicals. Ensuring the Quality of Spesimens at Community Level, WHO-UNICEF, WHO/V&B/02.16.

9. Guidelines for Sample Collection and Handling of Human Clinical samples for Laboratory Diagnosis of H1N1 Influenza, National Institute Of Communicable Diseases, 22- Sham Nath Marg New Delhi -110054, DIRECTORATE GENERAL OF HEALTH SERVICES , MINISTRY OF HEALTH AND FAMILY WELFARE GOVT OF INDIA.

10. Collecting,preserving and shipping spesimens for the diagnosis of Avian Influenza A virus infection; Oct. 2006 - WHO/CDS/EPR/ARO/2006.1 11. Generic Protocol for Influenza Surveillance, PAHO/HDM/CD/V/411/06 12. A practical guide for designing and conducting influenza disease burden

(40)

13. Interm Guidance on Specimen Collection, Processing, and Testing for Patients with Suspected Novel Influenza A (H1N1) Virus Infection – CDC, May 2009.

14. Sampling and shipping of influenza clinical Spesimens and virus isolates, WHO, March 2009.

15. Laboratory Testing Protocol: Influenza Surveillance, DSHS Austin Laboratory, Publ. No. 14-13224-Revised 11/03/2011.

16. SOP on Laboratory Diagnosis of Influenza (Seasonal, Avian and Pandemic), Government of Nepal, MOHP, Feb 2011.

17. Guidelines: Influenza Specimen Collection, Labeling, Storage and Handling, NCIRD/ID/SORT, Version 1.3, 10/28/2011.

18. Manual for The Laboratory Diagnosis and Virological Surveillance of Influenza, WHO, 2011.

19. Laboratory Diagnostics, Specimen Collection, and Biosafety Issues, CDC, s 15480 pdf.

(41)

Lampiran 1

KARTU MONITORING PENGIRIMAN/PENERIMAAN SPESIMEN ILI

Puskesmas pengirim:____________________ No Item yg diperiksa Saat dikirim oleh Puskesma s Saat diterima oleh Lab. Regional Saat dikirim oleh Lab. Regional ke BTDK Saat diterima oleh Pusat BTDK 1 Tanggal pengiriman 2 Jam pengiriman

3 Suhu saat pengiriman °C °C °C °C

4 Jumlah spesimen bh bh bh bh

5 Warna spesimen 6 Termometer

disertakan: Ya/Tidak

7 Jumlah Ice pack bh bh bh bh

8 Jumlah pralon bh bh bh bh

9 Nama petugas 10 Paraf petugas

(42)
(43)
(44)

Referensi

Dokumen terkait

Keefektifan pengendalian internal tidak berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan akuntansi studi pada Perusahaan BUMN di Jawa Tengah.. Responden ragu-ragu

Untuk pengobatan pasien gagal ginjal kronis perlu penyesuaian dosis obat oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil pengobatan dan evaluasi dosis pemberian

Tipe tabung dan pipa merupakan jenis penukar kalor yang paling banyak digunakan di industri khususnya industry perminyakan.Jenis ini terdiri dari suatu tabung dengan diameter

Setelah sholat Ashar di isi dengan musyawarah dan setelah sholat Maghrib di isi dengan pengajian kitab kuning, dengan itu mempermudah pelaksanaan rencana atau

Dalam cara yang sama, pegawai eksekutif atasan dan pengarah mesti mendedahkan kepada Jawatankuasa Etika sebarang bahan urus niaga atau hubungan yang boleh menyebabkan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kadar bioetanol tertinggi yang dihasilkan pada jenis kulit pisang yaitu kulit pisang mauli sebesar 0,053% dan yang terendah pada pisang ambon

Gateway adalah sebuah perangkat yang digunakan untuk menghubungkan satu jaringan komputer dengan satu atau lebih jaringan komputer yang menggunakan protokol komunikasi yang

Penelitian ini menggunakan objek Susu Kental Manis Frisian Flag Gold, yang mana kemasan yang digunakan sebagai pembeda dengan perusahaan sejenis serta konsep yang digunakan