• Tidak ada hasil yang ditemukan

Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

65

LAMPIRAN

(2)

66

Lampiran 1. Perolehan dan pengolahan data

Langkah-Langkah Penelitian

Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Tahapan penelitian

Latar belakang penelitian, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, output dan manfaat penelitian Internal dan eksternal perusahaan/instansi terkait - Studi literatur - Studi dokumentasi - Browsing internet Data Sekunder

Analisis Deskriptif - menetapkan topik yang dilteliti - menetapkan substansi yang dikaji - menentukan tool yang digunakan - menetapkan ruang lingkup kajian

Pemilihan pakar

Pakar yang harus mewakili: - Pihak praktisi - Pihak Birokrasi - Pihak Akademisi Internal dan eksternal perusahaan/instansi terkait Konsultasi dan diskusi Data Sekunder

Pakar yang dipilih adalah seorang yang berpengalaman dan memiliki kompetensi dalam

Pengembangan agroindustri biodiesel

Diskusi dengan pakar mengenai permasalahan yang dikaji - Mengajukan permohonan - Menetapkan pakar

Pengumpulan data

Data karskteristik bahan baku

Internal dan eksternal

perusahaan/instansi terkait dan informasi pakar - Wawancara - Studi literatur - Studi dokumentasi - Browsing internet - Survey lapangan Data Primer dan data sekunder

Analisis Deskriptif Diskusi dengan pakar mengenai

permasalahan karateristik bahan baku yang mempengaruhi proses pengolahan

Data jenis proses pengolahan Internal dan eksternal perusahaan/instansi terkait - Studi literatur - Studi dokumentasi - Browsing internet Data Sekunder

Analisis Deskriptif Diskusi dengan pakar mengenai

permasalahan jenis-jenis proses yang dapat dilkakukan untuk mengolah biodiesel

Data standar mutu biodiesel dan penyebab ketidaksesuaian Internal dan eksternal perusahaan/instansi terkait - Studi literatur - Studi dokumentasi - Browsing internet Data Sekunder

Analisis Deskriptif Menetapkan SNI 04-7182-2006 sebagai acuan kesesuaian standar mutu. Menetapkan pengaruh, penyebab, dan alternatif proses dari ketidaksesuaian mutu

Analisis data

Analisis data

karskteristik bahan baku

Informasi pakar dan pustaka Wawancara dan studi literatur Data primer dan data sekunder

Decision tree dan rule base - Menentukan karakteristik bahan baku - Menentukan jenis proses pengolahan - Analisis dengan decision tree kemudian

(3)

67

Langkah-Langkah Penelitian

Data Dan Informasi Sumber Data Pengambilan Data Tipe Data Teknik Mengolah Data Prosedur Pelaksanaan Kegiatan

Analisis data

Analisis data kebutuhan bahan tambahan

Pustaka studi literatur Data

sekunder

Perhitungan aritmatika dan rule base

- Menentukan jenis proses pengolahan - Menentukan jenis bahan tambahan yang

dibutuhkan

- Melakukan perhitungan berdasarkan jenis proses dan bahan tambahan yang

dibutuhkan Analisis data standar

mutu biodiesel

Pustaka studi literatur Data

sekunder

Rule base - Menentukan standar mutu

- Analisis dan membuat aturan mengenai kesesuaian mutu produk dengan SNI Analisis data analisis

penyebab

ketidaksesuaian mutu

Informasi pakar dan pustaka

Wawancara dan studi literatur

Data primer Rule base - Menentukan standar mutu

- Menentukan pengaruh, penyebab, dan alternatif proses

- Analisis dan membuat aturan untuk ketidaksesuaian standar mutu

Pembangunan model sistem penunjang keputusan mutu biodiesel berbasis web

Data dan informasi kebutuhan pemodelan sistem

Pustaka Studi literatur Data

Sekunder

Pemodelan sistem terbagi menjadi submodel penentuan penentuan proses

pengolahan, penentuan kebutuhan bahan tambahan, kesesuaian standar mutu, dan ketidaksesuain standar mutu

Membangun model berdasarkan elemen-elemen penyusun model

Data dan informasi kebutuhan pembuatan program komputer

Pustaka Studi literatur Data

Sekunder

Aplikasi langung pada komputer

- Pembuatan program komputer - Penggunaan software pendukung

Integrasi pemodelan sistem dengan program Computer

Data kebutuhan integrasi pemodelan sistem dengan program komputer

Pustaka Studi literatur Data

sekunder

Menggunakan integrasi dan transformasi model

Pemodelan sistem diintegrasikan ke dalam program komputer untuk

menghasilkan keputusan akhir

Pengujian

Menguji validitas program yang dibangun

Pustaka Studi literatur Data

sekunder

Pengujian dengan data Memberikan inputan kemudian diproses untuk menguji performance sistem

(4)

68

Lampiran 2. Petunjuk instalasi dan penggunaan paket program QBioDSS melalui localhost

• Server

Kebutuhan Minimum Perangkat Keras

Perangkat keras (hardware) - Prosesor Pentium III - RAM 128 MB - Hardisk 10 MB Perangkat lunak (software) - XAMPP versi 2.5

- MySQL sebagai basis data - Sistem operasi windows atau linux

• Client

Perangkat lunak (software)

- Browser Internet explorer / Mozilla firefox / Google chrome

• Server Cara Instalansi

Untuk proses instalasi pada komputerserver maka beberapa hal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Instal apache web server

2. Copy data program Sistem Penunjang Keputusan Mutu Biodiesel

Program-program yang diperlukan diatas tersedia pada CD installer direktori server penunjang keputusan mutu biodiesel.

• Instalasi XAMPP Instal Apache Web Server

XAMPP merupakan sebuah paket instalasi untuk PHP, APACHE dan MySQL. Dengan menggunakan XAMPP, kita tidak perlu lagi menginstal ketiga software tersebut secara terpisah. Program QBioDSS menggunakan phpMyAdmin sebagai basis data, oleh karena itu diperlukan XAMPP untuk koneksi basis data dengan perangkat lunak yang dibuat. phpMyAdmin Database Manager merupakan aplikasi yang digunakan untuk membuat, mengelola basis data. Pada tutorial ini phpMyadmin yang digunakan untuk membuat basis data yang berbasis MySQL dimana selain menggunakan QUERY, phpMyAdmin ini juga dapat dibuat basis data dengan menekan tombol-tombol dan memasukkan nama dan banyak basis data, tabel yang diperlukan. Berikut ini adalah cara menginstal XAMPP pada windows.

1. Jalankan file xampp-win32-1.7.1-installer.exe.

2. Kemudian akan tampil pilihan untuk memilih bahasa ketika proses instalasi berjalan. Silakan pilih bahasa Indonesian atau English, kecuali anda menguasai bahasa lainnya.

(5)

69

3. Proses instalasi akan dimulai. Klik Maju untuk memulainya.

(6)

70

5. Selanjutnya silakan anda pilih lokasi install untuk XAMPP. Kemudian klik

install.

6. Tunggu beberapa saat sampai proses instalasi selesai.

(7)

71

8. Sampai tahap ini, berarti XAMPP (PHP, APACHE dan MYSQL) telah terinstal

. Langkah selanjutnya adalah menjalankan servicenya.

9. Jalankan XAMPP Control Panel yang ada di desktop. Atau anda juga dapat menjalankan XAMPP Control Panel dari menu Start -> All Programs -> apachefriends -> xampp -> xampp control panel.

10. Nyalakan Apache dan Mysql dengan mengklik tombol Start. Buka web browser, lalu ketikkan http://localhost. Jika tampilannya seperti di bawah ini, maka apache sudah terinstal dengan benar.

• Membuat Database Program QBioDSS

Setelah XAMPP terisnstal dengan benar, maka langkah selanjutnya adalah mendaftarkan database yang terdapat di dalam program. Tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Ketikkan localhost pada browser anda.

(8)

72

2. Tampilan browser akan berubah sebagai berikut :

Gambar phpMyAdmin Gambar diatas merupakan tampilan awal phpMyAdmin.

3. Selanjutnya kita membuat database sederhana. Pada bagian seperti pada gambar dibawah ini ketikkan ma dan create. Nama database harus ‘ma’.

Gambar create database

4. Perhatikan pada bagian kiri akan muncul “ma(13)”, hal ini berarti bahwa database ma sudah dibuat dengan jumlah table 13.

(9)

73

Lampiran 3. Prosedur Pengoperasian

Untuk dapat mengakses website ini, lakukan langkah berikut :

1. Buka browser komputer user, misalnya Mozilla firefox melalui start menu program atau desktop. Ketikkan alamat situs sistem penunjang keputusan mutu biodiesel di

http://spkbiodiesel.ipb.ac.id kemudian tekan enter.

Fasilitas-fasilitas yang ada pada halaman beranda : a. Menu navigasi atas

Jika halaman pertama dibuka maka menu navigasi atas terdiri dari : beranda, kontak, bantuan, artikel, dan login user.

b. Menu navigasi kiri (menu penunjang keputusan) yaitu simulasi

a

d

c

b

(10)

74

c. Menu navigasi kiri (menu informasi) terdiri dari informasi bahan baku, proses, standar

mutu, peralatan produksi, dan prosedur analisis mutu.

d. Menu navigasi kanan terdiri dari menu percarian, jam, kalender, dan beritahu teman.

Input text-box pencarian ini berfungsi sebagai mesin pencarian. Pengguna tinggal mengetikkan kata yang diinginkan kemudian sistem akan memproses. Hasil dari menu ini sistem akan memunculkan informasi-informasi yang mengandung kata yang diketikkan. Contoh tampilan untuk menu pencarian adalah sebagai berikut :

(11)

75

Pengguna dapat memilih menu-menu yang ada pada navigasi atas, kiri, dan bawah sesuai dengan kebutuhan.

2. Menu sistem penunjang keputusan (simulasi)

Menu ini berada pada navigasi kiri. Menu simulasi ini memiliki sub menu penentuan jenis proses dan sub menu analisis penentuan mutu. Fasilitas yang ada pada sub menu penentuan jenis proses bertujuan untuk membantu para pengguna dalam menentukan jenis proses yang sesuai dengan karakteristik bahan baku yang dimiliki oleh pengguna. Ketika pengguna menekan sub menu penentuan jenis mutu maka akan muncul form seperti berikut :

Form isian untuk pengguna

- Input select-box bahan baku berfungsi untuk memilih jenis bahan baku yang akan dproses. Pilihan yang tersedia pada bahan baku ini adalah minyak kelapa (crude), minyak kelapa sawit (CPO), minyak jarak pagar, minyak biji nyamplung, dan minyak kemiri sunan.

- Input text-box kadar air dan sedimen berfungsi untuk memasukkan nilai kadar air dan sedimen

- Input text-box ffa berfungsi untuk memasukkan nilai ffa

- Input text-box viskositas kinematik berfungsi untuk memasukkan nilai viskositas - Input text-box bilangan iod berfungsi untuk memasukkan nilai bilangan iod - Input text-box densitas berfungsi untuk memasukkan nilai densitas

(12)

76

- Input text-box jumlah bahan baku berfungsi untuk memasukkan nilai jumlah bahan

baku

setelah memasukkan nilai-nilai tersebut kemudian menekan tombol proses, kemudian sistem akan mengolah tombol proses tersebut. Dalam menu ini terdapat dua model penunjang keputusan, yaitu model penentuan jenis proses dan perhitungan kebutuhan bahan tambahan.

Sub menu kedua dalam menu simulasi ini adalah analisis penentuan mutu. Fasilitas yang ada pada sub menu analisis penentuan mutu bertujuan untuk membantu para pengguna dalam menganalisis keseuaian mutu biodiesel dengan SNI. hasil yang didapatkan yaitu biodiesel sesuai atau tidak sesuai dengan SNI. jika biodiesel tidak sesuai maka akan muncuk catatan tambahan yaitu penyebab terjadinya ketidaksesuian, pengaruh terhadap mesin, dan alternative yang dapat dilakukan. Ketika pengguna menekan sub menu analisis penentuan mutu maka akan muncul form seperti berikut :

Form isian untuk pengguna

- Input text-box massa jenis berfungsi untuk memasukkan nilai massa jenis

- Input text-box viskositas kinematik berfungsi untuk memasukkan nilai viskositas kinematik

(13)

77

- Input text-box angka setana berfungsi untuk memasukkan nilai angka setana - Input text-box titik nyala berfungsi untuk memasukkan nilai titik nyala - Input text-box titik kabut berfungsi untuk memasukkan nilai titik kabut

- Input select-box korosi bilah tembaga berfungsi untuk memasukkan nilai korosi bilah tembaga

- Input text-box residu karbon berfungsi untuk memasukkan nilai residu karbon - Input text-box air dan sedimen berfungsi untuk memasukkan nilai air dan sedimen - Input text-box temperatur distilasi berfungsi untuk memasukkan nilai temperatur

distilasi

- Input text-box abu tersulfatkan berfungsi untuk memasukkan nilai abu tersulfatkan - Input text-box belerang berfungsi untuk memasukkan nilai belarang

- Input text-box fosfor berfungsi untuk memasukkan nilai fosfor

- Input text-box angka asam berfungsi untuk memasukkan nilai angka asam - Input text-box gliserol bebas berfungsi untuk memasukkan nilai gliserol bebas - Input text-box gliserol total berfungsi untuk memasukkan nilai gliserol total - Input text-box kadar ester alkil berfungsi untuk memasukkan nilai kadar ester alkil - Input text-box angka iodium berfungsi untuk memasukkan nilai angka iodium - Input select-box uji halpen berfungsi untuk memasukkan nilai uji halpen

setelah memasukkan nilai-nilai tersebut kemudian menekan tombol proses, kemudian sistem akan mengolah tombol proses tersebut.

3. Menu sistem informasi

• Menu bahan baku, berisi informasi mengenai jenis bahan baku yang dapat diolah menjadi biodiesel. Informasi bahan baku yang terdapat dalam program ini, yaitu minyak kelapa (crude), minyak kelapa sawit (CPO), minyak jarak pagar, minyak biji nyamplung, dan minyak jelantah. Contoh tampilan untuk menu ini adalah sebagai berikut :

• Menu proses, berisi informasi mengenai jenis proses pengolahan biodiesel. Informasi yang disediakan dalam program ini, yaitu proses satu tahap, proses dua tahap, degumming dengan satu tahap, dan degumming dengan dua tahap. Contoh tampilan untuk menu ini adalah sebagai berikut :

(14)

78

• Menu standar mutu, berisi informasi mengenai standar mutu biodiesel baik dari

Indonesia (SNI), negara lain, standar minyak solar, dan standar minyak diesel. Contoh tampilan untuk menu ini adalah sebagai berikut :

• Menu peralatan produksi, berisi mengenai informasi mengenai peralatan yang digunakan selama proses pengolahan berlangsung. Informasi alat-alat yang tersedia dalam program ini adalah reaktor, tangki pemurnian, dan tangki pencampuran. Contoh tampilan untuk menu ini adalah sebagai berikut :

• Menu prosedur analisis mutu, berisi informasi mengenai prosedur pengujian untuk mutu yang umum pada biodiesel. informasi yang disediakan dalam program ini, yaitu uji standar bilangan asam, uji standar kadar fosfor, uji standar kadar gliserol, uji standar bilangan iod, dan uji bilangan penyabunan.

(15)

79

Lampiran 4. Cara hosting web

• Kunjungi www.000webhost.com. Di sini, ditampilkan fitur-fitur yang diunggulkan, misal: 250 MB disk space, 100 GB traffic, Website builder, Fantastico Autoinstaller, PHP, MySQL, dan CPanel.

• Klik tab «Order Now» atau tombol «Sign Up».

• Pada «I want to host my own domain» isikan nama domain anda. Misalnya :

http://spkbiodiesel.net. Jika belum punya domain, anda juga bisa menggunakan free subdomain dari 000webhost.com (www. namasubdomain.site88.net), atau dapatkan domain gratis untuk anda di co.cc.

• Pada halaman selanjutnnya, isi form yang sesuai :

Masukkan nama domain

Masukkan nama, email, password Masukkan kode

verifikasi Klik untuk membuat

(16)

80

• Jika form sudah terisi dengan baik maka akan muncul halaman berikut.

• Selamat kamu sudah berhasil mendaftar di 000webhost, hosting kamu akan aktif dalam 24 jam, sambil menunggu kamu bisa browse artikel-artikel yang ada di komputerblog.com

• 24 jam kemudian buka kembali situs 000webhost.com, kemudian pilih member area, masukkan username dan password yang kamu gunakan ketika mendaftar di 000webhost. Jika berhasil maka akan muncul halaman seperti dibawah.

• integrasikan keduanya

Tahap ketiga yaitu mengintegrasikan domain dengan hosting 000webhost, pada halaman utama CPanel, pilih menu account detail. Catat nilai yang tertera pada Nameserver details, nilai yang tertera pada Namerserver details berbeda untuk masing-masing account, nilai ini digunakan untuk mengarahkan nama server ke domain

(17)

81

• Selanjutnya buka kembali situs dan lakukan login, kemudian pilih Manage Domain dan pilih

Name Server.

• Paste Nameserver details di kotak name server 1 & 2, kemudian pilih Set Up.

Selamat kamu telah berhasil membuat hosting gratis di 000webhost, sekarang coba buka domain.co.cc yang telah kamu setting, jika muncul halaman seperti dibawah berarti sudah aktif, jika belum, seperti tertulis pada gambar diatas, perlu waktu paling lama 48 Jam untuk mensinkronkan Name server.

(18)

82

Lampiran 5. Rule Base

A. Rule Base untuk Model Penentuan Proses

1. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses satu tahap

2. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then proses satu tahap

3. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses satu tahap

4. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then proses satu tahap

5. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses satu tahap

6. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then proses satu tahap

7. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses satu tahap

8. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then proses satu tahap

9. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses dua tahap

10. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then proses dua tahap

11. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses dua tahap

12. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then proses dua tahap

13. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses dua tahap

14. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then proses dua tahap

15. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then proses dua tahap

16. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then proses dua tahap

17. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses satu tahap

18. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses satu tahap

19. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses satu tahap

20. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses satu tahap

21. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses satu tahap

22. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses satu tahap

23. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses satu tahap

(19)

83

24. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05)

and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses satu tahap

25. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses dua tahap

26. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses dua tahap

27. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses satu tahap

28. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses dua tahap

29. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses dua tahap

30. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses dua tahap

31. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then degumming proses dua tahap

32. if (bilangan iod ≤ 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then degumming proses dua tahap

33. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

34. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

35. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

36. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

37. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

38. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

39. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

40. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

41. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

42. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

43. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

44. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

45. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

46. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

47. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

48. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor ≤ 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

(20)

84

49. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05)

and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

50. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

51. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

52. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

53. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

54. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa ≤ 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

55. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

56. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

57. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

58. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

59. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

60. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen ≤ 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

61. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

62. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas ≤ 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

63. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas ≤ 0.95) then tolak bahan baku

64. if (bilangan iod > 115) and (kadar fosfor > 10) and (ffa > 2.5) and (k.a dan sedimen > 0.05) and (viskositas > 60) and (densitas > 0.95) then tolak bahan baku

B. Rule Base untuk Model Perhitungan Kebutuhan Bahan Tambahan

1. if (proses satu tahap) then (methanol 10-20 % v/v) and (katalis basa 0.5-1%b/v).

2. if (proses dua tahap) then (alkohol/methanol 225% dari ffa bahan baku) and (katalis asam 5% dari ffa bahan baku).

3. if (degumming dengan proses bahan baku) then (asam fosfat 20% sebanyak 0.4% (v/v)) and (penambahan air 3% v/v) and (methanol 10-20 % v/v) and (katalis basa 0.5-1%b/v).

4. if (degumming dengan proses dua tahap) then (asam fosfat 20% sebanyak 0.4% (v/v)) and (penambahan air 3% v/v) and (alkohol/methanol 225% dari ffa bahan baku) and (katalis asam 5% dari ffa bahan baku).

C. Rule Base untuk Model Penentuan Mutu

1. if (massa jenis >890) and (massa jenis < 850) then (tidak sesuai dengan standar) 2. if (massa jenis <890) and (massa jenis > 850) then (sesuai dengan standar) 3. if (viskositas < 2.3) and (viskositas > 6.0) then (tidak sesuai dengan standar)

(21)

85

4. if (viskositas > 2.3) and (viskositas < 6.0) then (sesuai dengan standar)

5. if (angka setana < 51) then (tidak sesuai dengan standar) 6. if (angka setana > 51) then (sesuai dengan standar) 7. if (titik nyala < 100) then (tidak sesuai dengan standar) 8. if (titik nyala > 100) then (sesuai dengan standar) 9. if (titik kabut < 18) then (sesuai dengan standar) 10. if (titik kabut > 18) then (tidak sesuai dengan standar)

11. if (korosi bilah tembaga selain no 3) then (tidak sesuai dengan standar) 12. if (korosi bilah tembaga no 3) then (sesuai dengan standar)

13. if (residu karbon < 0.05) then (sesuai dengan standar) 14. if (residu karbon > 0.05) then (tidak sesuai dengan standar) 15. if (air dan sedimen < 0.05) then (sesuai dengan standar) 16. if (air dan sedimen > 0.05) then (tidak sesuai dengan standar) 17. if (temperatur distilasi < 360) then (sesuai dengan standar) 18. if (temperatur distilasi > 360) then (tidak sesuai dengan standar) 19. if (abu tersulfatkan < 0.02) then (sesuai dengan standar) 20. if (abu tersulfatkan > 0.02) then (tidak sesuai dengan standar) 21. if (belerang < 100) then (sesuai dengan standar)

22. if (belerang > 100) then (tidak sesuai dengan standar) 23. if (fosfor < 10) then (sesuai dengan standar)

24. if (fosfor > 10) then (tidak sesuai dengan standar) 25. if (angka asam < 0.8) then (sesuai dengan standar) 26. if (angka asam > 0.8) then (tidak sesuai dengan standar) 27. if (gliserol bebas < 0.02) then (sesuai dengan standar) 28. if (gliserol bebas > 0.02) then (tidak sesuai dengan standar) 29. if (gliserol total < 0.24) then (sesuai dengan standar) 30. if (gliserol total > 0.24) then (tidak sesuai dengan standar) 31. if (kadar ester alkil < 96,5) then (tidak sesuai dengan standar) 32. if (kadar ester alkil > 96,5) then (sesuai dengan standar) 33. if (angka iodium < 115) then (sesuai dengan standar) 34. if (angka iodium < 115) then (tidak sesuai dengan standar) 35. if (uji halphen = negatif) then (sesuai dengan standar) 36. if (uji halphen = positif) then (tidak sesuai dengan standar)

D. Rule Base untuk Model Analisis Penyebab Ketidaksesuaian mutu dengan SNI

1. if (massa jenis >890) then (penyebab=masih berbentuk minyak (tidak terkonversi dengan baik dalam biodiesel) atau terdapat kontaminasi air dan gliserol) and (alternatif= dilakukan re-transesterifikasi (re-proses) dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal atau dilakukan pencucian ulang kemudian dilakukan pengeringan) and (pengaruh=nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar.)

2. if (massa jenis ≤ 850) then (penyebab= biodiesel belum dicuci atau kurang bersih dalam proses pencucian) and (alternatif= dilakukan pencucian ulang kemudian dikeringkan) and (pengaruh=nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar.)

3. if (viskositas > 6.0) then (penyebab= jenis bahan baku yang digunakan, proses transesterifikasi yang tidak berhasil, terjadi kontaminasi) and (alternatif= dilakukan proses

(22)

86

recovery methanol, dilakukan blending dengan bhan baku yang memiliki viskositas lebih rendah, dilakukan pencucian ulang kemudian dilakukan pengeringan) and (pengaruh= atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan)

4. if (viskositas ≤ 2.3) then (penyebab= terjadi kontaminasi metanol) and (alternatif= dilakukan proses recovery metanol) and (pengaruh= atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan)

5. if (angka setana > 51) then (penyebab= jenis bahan baku yang digunakan) and (alternatif= dilakukan blending dengan minyak nabati atau biodiesel yang memiliki angka setana lebih tinggi) and (pengaruh= dengan angka setana rendah akan menunjukkan peningkatan emisi karena proses pembakaran yang tidak sempurna.)

6. if (titik nyala > 100) then (penyebab= terjadi kontaminasi metanol) and (alternatif= dilakukan proses recovery metanol) and (pengaruh= metanol yang cukup berbahaya karena titik nyala yang rendah dan nyala api yang tidak terlihat)

7. if (titik nyala > 100) then (penyebab= terjadi kontaminasi metanol) and (alternatif= dilakukan proses recovery metanol) and (pengaruh= metanol yang cukup berbahaya karena titik nyala yang rendah dan nyala api yang tidak terlihat)

8. if (titik kabut > 18) then (penyebab= jenis bahan baku yang digunakan) and (alternatif= dilakukan blending dengan minyak nabati atau biodiesel yang memiliki titk kabut lebih rendah, winterisasi, atau penambahan aditif.) and (pengaruh= menunjukkan mulai terbentuknya kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bakar)

9. if (korosi bilah tembaga = no. 3) then (penyebab= mengandung sulfur dan asam lemak bebas yang tingggi) and (alternatif= dilakukan re-transesterifikasi dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal atau penetralan dengan koh) and (pengaruh= mendeteksi tingkat korosi bahan bakar terhadap tembaga)

10. if (residu karbon > 0.05) then (penyebab= terdapat kontaminasi seperti sabun, asam lemak bebas, senyawa gliserida, katalis) and (alternatif= dilakukan pencucian ulang atau filtrasi produk) and (pengaruh= pembentukan jelaga)

11. if (air dan sedimen > 0.05) then (penyebab= produk (biodiesel) tidak di filtrasi terlebih dahulu, pengeringan tidak sempurna) and (alternatif= dilakukan filtrasi ulang, dilakukan pengeringan ulang) and (pengaruh= menyebabkan sumbatan filter dan aliran bahan bakar pada mesin)

12. if (temperatur distilasi >360) then (penyebab= terdapat kontaminasi seperti logam, sabun, katalis dan residu karbon tinggi) and (alternatif= dilakukan filtrasi atau dilakukan distilasi biodiesel, dilakukan distilasi biodiesel) and (pengaruh= batasan suhu maksimal pada ruang bakar mesin sehingga bahan bakar bisa teruapkan dan terbakar.)

13. if (abu tersulfatkan > 0.02) then (penyebab= terdapat kontaminasi seperti katalis atau logam, residu karbon tinggi) and (alternatif= dilakukan dilakukan filtrasi, dilakukan filtrasi atau dilakukan distilasi biodiesel) and (pengaruh= dapat mengalami oksidasi selama proses pembakaran membentuk debu dan dapat membentuk deposit dalam mesin)

14. if (belerang > 100) then (umumnya minyak nabati memiliki kandungan sulfur yang rendah) and (pengaruh= pelicinan/pelumasan mesin yang lebih besar dan secara khusus akan mempersingkat umur pakai katalitik oksidasi converter)

15. if (fosfor > 10) then (penyebab = jenis bahan baku yang digunakan) and (alternatif = jenis bahan baku yang digunakan) and (pengaruh=peningkatan emisi)

(23)

87

16. if (angka asam > 0.8) then (penyebab=proses esterifikasi tidak berhasil, jenis baha baku yang digunakan, terdapat kandungan air yang tinggi) and (alternatif=dilakukan re-transesterifikasi dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal, dilakukan blending dengan bahan yang memiliki angka asam lebih rendah, dilakukan pencucian den pengeringan) and (pengaruh=tingkat korosi dan pembentukan deposit pada mesin)

17. if (gliserol bebas > 0.02) then (penyebab=kontaminasi gliserol karena pemurnian yang tidak sempurna) and (alternatif=dilakukan pencucian ulang dan pengeringan)

18. if (gliserol total > 0.24) then (penyebab= terjadi kontaminasi atau proses tidak transesterifikasi tidak berhasil) and (alternatif= dilakukan re-proses untuk gliserol terikat sedangkan untuk gliserol bebas dilakukan pencucian ulang) and (pengaruh= pembentukan deposit pada sistem bahan bakar)

19. if (kadar ester alkil ≤ 96.5) then (alternatif= dilakukan pemeriksaan ulang terhadap kadar gliserol baik bebas maupun total, kadar air, kadar fosfor dan lainnya) and (pengaruh= menunjukkan rendahnya komponen pengotor dalam sampel)

20. if (angka iodium > 115) then (penyebab= jenis bahan baku yang digunakan) and (alternatif= dilakukan blending dengan bahan baku lain atau biodiesel yang memiliki angka iod lebih rendah) and (pengaruh= penyumbatan injektor, juga berhubungan dengan buruknya stabilitas penyimpanan biodiesel)

21. if (uji halpen=positif) then (penyebab= terdapat ester alkil dari asam lemak) and (pengaruh= memastikan tidak adanya alkil ester dari asam lemak cyclopropenoid seperti asam malvalic dan sterculic di dalam sampel biodiesel)

(24)

88

Lampiran 6. Tabel Normalisasi

a. Tabel normalisasi untuk penentuan proses

ID_karakteristik bahan baku

karakteristik bahan baku dan nilai karakteristik bahan baku

jenis proses kadar air dan

sedimen FFA viskositas

bilangan

iod densitas fosfor

P001 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses transesterifikasi P002 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 proses transesterifikasi P003 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 proses transesterifikasi P004 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 proses transesterifikasi P005 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses transesterifikasi P006 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 proses transesterifikasi P007 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak P008 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak

P009 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P010 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P011 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P012 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P013 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P014 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi

P015 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak P016 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak P017 ≤ 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P018 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P019 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P020 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi

(25)

89

ID_karakteristik bahan

baku

karakteristik bahan baku dan nilai karakteristik bahan baku

jenis proses kadar air dan

sedimen FFA viskositas

bilangan

iod densitas fosfor

P022 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi

P023 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak

P024 ≤ 0.05 > 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak

P025 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P026 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P027 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P028 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P029 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P030 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi

P031 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak P032 ≤ 0.05 > 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak P033 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P034 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P035 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P036 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P037 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P038 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P039 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak P040 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak

P041 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P042 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi

P043 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi

P044 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi P045 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi

(26)

90

ID_karakteristik bahan

baku

Karakteristik Bahan Baku dan Nilai Karakteristik Bahan Baku

Jenis Proses kadar air dan

sedimen FFA viskositas

bilangan

iod densitas fosfor

P046 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses transesterifikasi

P047 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak P048 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak P049 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P050 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P051 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 proses esterifikasi-transesterifikasi P052 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 proses esterifikasi-transesterifikasi

P053 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P054 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi

P055 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak

P056 > 0.05 ≤ 2.5 % ≤ 60 > 115 > 0.90 > 10 tolak

P057 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P058 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P059 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P060 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 ≤ 115 > 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P061 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 ≤ 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi P062 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 ≤ 0.90 > 10 dilakukan degumming dan proses esterifikasi-transesterifikasi

P063 > 0.05 ≤ 2.5 % > 60 > 115 > 0.90 ≤ 10 tolak

(27)

91

b. Tabel normalisasi untuk perhitungan bahan tambahan

ID_proses Jenis Proses Jenis Bahan Tambahan dan Nilai Bahan Tambahan metanol/alkohol katalis basa katalis asam asam fosfat air

BT01 proses satu tahap 10% - 20% 0.55-1%

BT02 proses dua tahap 225% dari FFA 5% dari FFA

BT03 degumming dengan satu tahap 10% - 20% 0.55-1% 0.40% 3%

BT04 degumming dengan dua tahap 225% dari FFA 5% dari FFA 0.40% 3%

c. Tabel normalisasi untuk penentuan mutu biodiesel

ID_SNI standar mutu biodiesel nilai standar mutu biodiesel S01 Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 850 - 890

S02 Viskos. kinem. pd 40 oC, mm2/s (cSt) 2.3 - 6.0

S03 Angka setana min 51

S04 Titik nyala (mangkok tertutup), oC min 100

S05 Titik kabut, oC maks 18

S06 Korosi bilah tembaga (3 jam, 50 oC) maks no. 3

S07 Residu karbon (%-b), maks 0,05

S08 Air dan sedimen, %-vol. maks 0,05

S09 Temperatur distilasi 90 %, oC maks 360

S10 Abu tersulfatkan, %-b maks 0,02

S11 Belerang, ppm-b (mg/kg) maks 100

S12 Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks 10

S13 Angka asam, mg-KOH/g maks 0,8

S14 Gliserol bebas, %-b maks 0,02

S15 Gliserol total, %-b maks 0,24

S16 Kadar ester alkil, %-b min 96.5

S17 Angka iodium, %-b (g-I2/100 g) maks 115

(28)

92

d. Tabel normalisasi untuk ketidaksesuaian mutu pada biodiesel

ID_SNI standar mutu biodiesel nilai standar mutu

biodiesel penyebab ketidaksesuaian pengaruh alternatif proses

S01 Massa jenis pada 40 oC,

kg/m3 850 - 890

masih berbentuk minyak (tidak terkonversi dengan baik dalam biodiesel)

Nilai densitas akan mempengaruhi nilai pembakaran (heating value) dan konsumsi bahan bakar.

Dilakukan re-transesterifikasi (re-proses) dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal

Terdapat kontaminasi air dan gliserol

Dilakukan pencucian ulang kemudian dilakukan pengeringan

biodiesel belum dicuci atau kurang bersih dalam proses pencucian

Dilakukan pencucian ulang kemudian dikeringkan

Terdapat kontaminasi metanol

Dilakukan proses recovery metanol

S02 Viskos. kinem. pd 40 oC,

mm2/s (cSt) 2.3 - 6.0

Jenis bahan baku yang digunakan

Viskositas kinematik berpengaruh terhadap atomisasi bahan bakar, kesempurnaan pembakaran, injeksi bahan bakar, dan umum digunakan sebagai indikator kualitas biodiesel selama penyimpanan. Viskositas yang tinggi menyebabkan buruknya proses atomisasi bahan bakar dan pembakaran yang tidak sempurna yang mengakibatkan pembentukan kerak pada ujung injektor. Hal ini menyebabkan mesin dapat kehilangan tenaga.

Dilakukan blending dengan bhan baku yang memiliki viskositas lebih rendah

Proses transesterifikasi yang tidak berhasil

Dilakukan re-transesterifikasi dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal

(29)

93

Terjadi kontaminasi Dilakukan pencucian ulang

kemudian dilakukan pengeringan

Terjadi kontaminasi metanol Dilakukan proses recovery

metanol

S03 Angka setana min 51

Jenis bahan baku yang digunakan

Parameter angka setana akan mengukur karakteristik pembakaran bahan bakar yang dilakukan pada kondisi standar, dengan standarisasi menggunakan n-centane yang memiliki Cetane Number (CN) 100 dan alpha-methyl-naphthalane yang memiliki CN = 0. Angka setana merupakan ukuran kualitas pengapian atau penyalaan bahan bakar. Angka setana inilah yang sangat terlihat perubahannya dari minyak nabati menjadi produk biodiesel. Bahan bakar dengan angka setana rendah akan menunjukkan peningkatan emisi karena proses pembakaran yang tidak sempurna.

Dilakukan blending dengan minyak nabati atau biodiesel yang memiliki angka setana lebih tinggi

S04 Titik nyala (mangkok

tertutup), oC min 100

Terjadi kontaminasi metanol titik nyala ini digunakan untuk memastikan ketidakberadaan senyawa-senyawa mudah terbakar dalam bahan bakar, khususnya metanol yang cukup berbahaya karena titik nyala yang rendah dan nyala api yang tidak terlihat.

Dilakukan proses recovery metanol

S05 Titik kabut, oC maks 18

Jenis bahan baku yang digunakan

Titik kabut adalah suatu minyak mulai keruh bagaikan berkabut, tidak lai jernih pada saat didinginkan. Jika temperatur diturunkan lebih lanjut akan didapat titik tuang. Temperatur ini adalah titik temperatur terendah yang menunjukkan mulai terbentuknya Kristal parafin yang dapat menyumbat saluran bakar.

Dilakukan blending dengan minyak nabati atau biodiesel yang memiliki titk kabut lebih

rendah, winterisasi, atau penambahan aditif.

S06 Korosi bilah tembaga (3

jam, 50 oC) maks no. 3

Mengandung sulfur dan asam lemak bebas yang tingggi

Merupakan pengujian untuk mendeteksi tingkat korosi bahan bakar terhadap tembaga. Warna dan bercak/noda pada plat dianalisa dengan membandingkan dengan standar korosi tembaga ASTM yang ada. Sifat korosi disebabkan oleh senyawa sulfur atau asam bebas. Umumnya biodiesel menghasilkan tingkat korosi bagus (No.1) karena kandungan sulfur yang rendah.

Dilakukan re-transesterifikasi dengan jumlah metanol dan

katalis basa setengah dari jumlah awal atau penetralan

(30)

94

S07 Residu karbon (%-b) maks 0,05

Terdapat kontaminasi seperti sabun, asam lemak bebas, senyawa gliserida, katalis

Kadar residu karbon menunjukkan tendensi pembentukan jelaga. Tingkatan residu karbon tergantung pada jumlah asam lemak bebas, jumlah gliserida, dan jumlah logam alkali sebagai katalis yang sudah berbentuk sabun. Kadar residu karbon harus kecil karena fraksi hidrokarbon ini akan menyebabkan penumpukan residu karbon dalam ruang pembakaran. Akibatnya, kinerja mesin akan berkurang. Pada temperatur tinggi deposit karbon dapat membara sehingga akan menaikkan temperatur silinder pembakaran.

Dilakukan pencucian ulang atau filtrasi produk.

S08 Air dan sedimen, %-vol. maks 0,05

Produk (biodiesel) tidak di filtrasi terlebih dahulu

Air dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan dapat menyebabkan sumbatan filter dan aliran bahan bakar pada mesin. Air berasosiasi dengan reaksi hidrolisis ester asam lemak membentuk asam lemak bebas dan dapat menyebabkan penyumbatan pada filter dan korosi logam kromium dan seng pada injektor. Air mempersulit proses pencampuran biodiesel dengan diesel.

Dilakukan filtrasi ulang

Pengeringan tidak sempurna Dilakukan pengeringan ulang

S09 Temperatur distilasi 90 %,

oC maks 360

terdapat kontaminasi seperti logam, sabun, katalis

Uji ini mengukur pada suhu maksimum berapakah sampel biodiesel akan teruapkan secara sempurna. Hal ini berkaitan dengan batasan suhu maksimal pada ruang bakar mesin sehingga bahan bakar bisa teruapkan dan terbakar.

dilakukan filtrasi atau dilakukan distilasi biodiesel

(31)

95

S10 Abu tersulfatkan, %-b maks 0,02

Terdapat kontaminasi seperti katalis atau logam

Kandungan abu tersulfatkan merupakan ukuran konsentrasi senyawa-senyawa mengandung logam yang ada dalam bahan bakar. Abu digambarkan sebagai kontaminan inorganik seperti residu katalis yang masih terdapat dalam sampel biodiesel. Komponen ini dapat mengalami oksidasi selama proses pembakaran membentuk debu dan dapat membentuk deposit dalam mesin.

Dilakukan filtrasi

Residu karbon tinggi Dilakukan filtrasi atau

Dilakukan distilasi biodiesel

S11 Belerang, ppm-b (mg/kg) maks 100

Umumnya minyak nabati memiliki kandungan sulfur yang rendah

Sulfur berkaitan erat dengan dampak negatif terhadap lingkungan karena emisi sulfur berbahaya bagi kesehatam manusia. Kandungan sulfur yang tinggi pada bahan bakar menyebabkan pelicinan/pelumasan mesin yang lebih besar dan secara khusus akan mempersingkat umur pakai katalitik oksidasi converter

Umumnya minyak nabati memiliki kandungan sulfur yang rendah

S12 Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks 10

Jenis bahan baku yang digunakan

Kandungan fosfor pada biodiesel biasanya berasal dari fosfolipid dalam bahan baku atau dari penambahan asam fosfat dalam proses produksi. Kandungan fosfor yang tinggi pada bahan bakar dapat menyebabkan peningkatan emisi. Fosfor dapat merusak catalytic converter yang digunakan dalam kontrol emisi yang umum digunakan pada kendaraan diesel.

(32)

96

S13 Angka asam, mg-KOH/g maks 0,8

Proses esterifikasi tidak berhasil

Bilangan asam digunakan untuk mengukur jumlah asam-asam mineral dan asam lemak bebas yang terkandung di dalam biodiesel. Nilai ini dinyatakan dengan jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan 1 g sampel biodiesel.

Keasaman yang tinggi dari sampel biodiesel/bahan bakar dihubungkan dengan tingkat korosi dan pembentukan deposit pada mesin. Bilangan asam merupakan parameter penting terutama untuk bahan baku minyak dengan keasaman yang tinggi seperti minyak jelantah.

Dilakukan re-transesterifikasi dengan jumlah metanol dan katalis basa setengah dari jumlah awal

Jenis baha baku yang digunakan

Dilakukan blending dengan bahan yang memiliki angka asam lebih rendah.

Terdapat kandungan air yang tinggi

Dilakukan pencucian den pengeringan

S14 Gliserol bebas, %-b maks 0,02

Kontaminasi gliserol karena pemurnian yang tidak sempurna

Dilakukan pencucian ulang dan pengeringan

S15 Gliserol total, %-b maks 0,24

Terjadi kontaminasi atau proses tidak transesterifikasi tidak berhasil

Gliserol total adalah jumlah dari gliserol terikat dan bebas. Total gliserol yang melebihi batas menunjukkan tingkat konversi pembentukan ester yang rendah dan dapat

menyebabkan pembentukan deposit pada sistem bahan bakar. Selain dipengaruhi oleh proses konversi kandungan gliserol juga sangat tergantung pada proses pemurnian biodiesel yang dilakukan.

Dilakukan re-proses untuk gliserol terikat sedangkan untuk gliserol bebas dilakukan pencucian ulang

S16 Kadar ester alkil, %-b min 96.5

Kadar ester alkil merupakan parameter kemurnian biodiesel yang juga indikasi keberhasilan reaksi esterifikasi dan atau transesterifikasi. Kadar ester alkil yang tinggi menunjukkan rendahnya komponen pengotor dalam sampel.

Dilakukan pemeriksaan ulang terhadap kadar gliserol baik bebas maupun total, kadar air, kadar fosfor dan lainnya.

(33)

97

S17 Angka iodium, %-b

(g-I2/100 g) maks 115

Jenis bahan baku yang digunakan

Angka Iodium yang tinggi berhubungan dengan tingkat polimerisasi bahan bakar yang akan menyebabkan

penyumbatan injektor, juga berhubungan dengan buruknya stabilitas penyimpanan biodiesel. Angka iodium dipengaruhi oleh komponen asam lemak bahan baku biodiesel.

Dilakukan blending dengan bahan baku lain atau biodiesel yang memiliki angka iod lebih rendah

S18 Uji Halphen negatif

Terdapat ester alkil dari asam lemak

Uji halpen ini dimaksudkan untuk memastikan tidak adanya alkil ester dari asam lemak cyclopropenoid seperti asam malvalic dan sterculic di dalam sampel biodiesel. Asam lemak Cyclopropenoid biasanya terkandung dalam minyak lemak tanaman dari family Malvaceae (kapuk, kapas, kepoh, dll). Cyclopropenoid adalah kelompok asam lemak yang mudah mudah terpolimerisasi pada suhu tinggi, sehingga dianggap akan menyebabkan kerusakan mesin akibat

pembentukan polimer atau gum. Oleh karena itu sampel harus memberikan respon negatif terhadap uji ini.

(34)

98

Lampiran 7. Karakteristik minyak jelantah dan hasil penilaian mutu biodiesel produksi SBRC

Karakteristik Minyak Jelantah

Parameter Satuan Hasil Analisa

Kadar air %-b 0.30

Kadar FFA %-sbg asam palmitat 9.04

Bilangan peroksida Meq/100 g 1.75

Berat jenis gr/ml, 20oC 0.911

Bilangan penyabunan mg KOH/g 82.17

Residu karbon %-b 0.34

Viskositas kinematik mm2/s (cSt) 26

Bilangan iod %-b (g-I2/100 g) 62

Fosfor ppm-b (mg/kg) 25

Hasil penilaian mutu untuk biodiesel berbahan dasar minyak jelantah produksi SBRC

Parameter dan satuannya Batas nilai

Hasil Analisa

Metode Uji Biodiesel Jelantah

Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 850 – 890 858 ASTM D 1298-99

Viskos. kinem. pd 40 oC, mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0 4,62 ASTM D 445-09

Angka setana min. 51 52,2 ASTM D 613

Titik nyala (mangkok tertutup), oC min. 100 196 ASTM D 93-10

Titik kabut, oC maks. 18 12 ASTM D 2500-09

Titik tuang, oC - 6 ASTM D 97-09

Korosi bilah tembaga (3 jam, 50 oC), No

ASTM maks. no. 3 1.a ASTM D 130

Residu karbon (%-b), - dalam contoh asli

- dalam 10 % ampas distilasi

maks. 0,05 (maks. 0,3)

0,1

2,53 ASTM D 189-06

Air dan sedimen, %-vol. maks. 0,05 0,003 ASTM D 1796

Temperatur distilasi 90 %, oC maks. 360 343 ASTM D 86-09

Abu tersulfatkan, %-b maks. 0,02 0,004 ASTM D 874-07

Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 100 61 ASTM D 5185-09

Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 19 ASTM D 5185-09

Angka asam, mg-KOH/g maks. 0,8 0,41 ASTM D 974-08

Gliserol bebas, %-b maks. 0,02 0,01 AOCS Ca 14-56

Gliserol total, %-b maks. 0,24 0,13 AOCS Ca 14-56

Kadar ester alkil, %-b min. 96,5 99,58 FBI-A03-03

Angka iodium, %-b (g-I2/100 g) maks. 115 65,15 AOCS Cd 1-25

Uji Halphen negatif negatif AOCS Cb 1-25

Gross Heating Value (Btu/lb) - 17070 ASTM D 240

Gambar

Gambar Browser localhost
Gambar phpMyAdmin  Gambar diatas merupakan tampilan awal phpMyAdmin.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Pengabdian ini memiliki tujuan: meningkatkan keterampilan peserta dalam hal pemilihan vocabulary yang tepat, penyusunan kalimat yang sopan serta etika berkomunikasi

Dengan demikian X 2 hitung lebih besar dari pada X 2 tabel, sehingga dapat dikatakan bahwa luas lahan yang dikelola mempunyai hubungan nyata dengan tingkat

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Besi yang dililiti kawat email yang dialiri listrik DC ini akan memperkuat medan magnet dari kawat, maka dari itu besi paku ini bisa menjadi magnet, arus listrik disimpan dalam

Zat ini diklasifikasikan sebagai sama berbahayanya dengan debu mudah terbakar oleh Standar Komunikasi Bahaya OSHA 2012 Amerika Serikat (29 CFR 1910.1200) dan Peraturan Produk

Skor hidung berair selama 8 minggu kelompok BCG dan kontrol Gambar 4 tampak skor gejala hidung berair juga terjadi penurunan dengan perbedaan bermakna baik pada kelompok BCG

Sebagai perbandingan bangunan fasilitas cottage, ada beberapa kawasan wisata dengan fasilitas akomodasinya yang memanfaatkan lingkungan sekitarnya sehingga fasilitas wisata

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN