• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAWARNI SIAHAAN, 2 LITA SEPTINA 1,2 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAWARNI SIAHAAN, 2 LITA SEPTINA 1,2 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA 1."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

109

GAMBARAN STATUS GIZI TERHADAP SIMTOM DEMENSIA PADA PASIEN LANJUT USIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS KAMPUNG BARU KOTA MEDAN

1MAWARNI SIAHAAN, 2LITA SEPTINA

1,2UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

1mawarnisiahaan6@gmail.com

ABSTRACT

Dementia is a neurodegenerative syndrome that arises due to proactive abnormalities and progression with multiple sublime

functions such as calculations, learning capacity, language and decision making. The awareness of dementia is not disturbed. Impaired cognitive function with worsening emotional control, motivation and motivation. Nutritional status is one of the factors that cause dementia. To describe the nutritional status of dementia symptoms in elderly patients. This study was a descriptive study with cross-sectional design and data collection was carried out approach using BMI, MNA and MMSE data obtained from 57 samples. This research was conducted at the Kampung Baru Health Center in Medan City. The study was conducted during April - December 2018. The results of this study showed the majority of elderly patients who had normal nutritional status based on BMI, the risk of malnutrition based on MNA and had the results of MMSE scores that were probable for dementia symptoms. Elderly patients who have poor nutritional status and have the highest risk of malnutrition have a probable picture of decreased cognitive function.

Keywords : Elderly Age, Nutritional Status, Body Mass Index, Mini Nutritional Assessment, Mini Mental State Examination

PENDAHULUAN

Demensia menurut definisi International Statistical Classification Disease and Related Health Problem Tenth Revision (ICD-10) merupakan suatu sindrom yang disebabkan oleh penyakit di otak, biasanya bersifat kronis atau terjadi secara alamiah yang ditandai dengan gangguan daya ingat, kemampuan berpikir, orientasi, pemahaman, penjumlahan, kemampuan belajar, bahasa dan pengambilan keputusan. Seseorang dikatakan mengalami penurunan fungsi kognitif yang lazim dikenal dengan demensia atau kepikunan, bila menunjukkan 3 atau lebih dari gejala-gejala berupa gangguan dalam hal, diantaranya perhatian (atensi), daya ingat (memori), orientasi tempat dan waktu, kemampuan konstruksi dan eksekusi (seperti mengambil keputusan, memecahkan masalah) tanpa adanya gangguan kesadaran. Gejala tersebut bisa disertai gangguan emosi, cemas, depresi serta agresivitas. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 jumlah total penderita yang hidup dengan demensia diperkirakan mencapai 47,5 juta dan diproyeksikan 75,6 juta pada 2030 dan 135,5 juta pada 2050. Jumlah total kasus baru demensia setiap tahun di seluruh dunia hampir 7,7 juta, menyiratkan satu kasus baru setiap

empat detik. Penurunan fungsi kognitif dengan gejala sindroma demensia, akan berimplikasi pada pemenuhan kebutuhan

dasar sehari-hari lansia yang bersangkutan. Lanjut usia dengan demensia sering lupa makan dan minum, atau makan dan minum di luar jam makan, serta kurang memperhatikan kualitas makanannya (misalnya makanan yang sudah berjamur). Kebutuhan dasar lain seperti kebutuhan eliminasi, keamanan dan keselamatan, komunikasi dan sebagainya jugaakan mengalami hal yang serupa. Masalah gizi pada lansia perlu menjadi perhatian khusus karena dapat mempengaruhi status kesehatan, penurunan kualitas hidup, dan mortalitas. Gizi kurang maupun gizi lebih pada masa dewasa akhir dapat memperburuk kondisi fungsional dan kesehatan fisik. Hal ini menunjukkan pentingnya status gizi yang normal untuk lansia. Di Indonesia sendiri lansia yang tinggal di daerah perkotaan mengalami status gizi kurang sebesar 3,4%, berat badan kurang 28,3%, berat badan lebih 6,7%, obesitas 3,4 % dan berat badan ideal 42,4 %. Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Noviansyah (2017) didapatkan hasil adanya hubungan signifikan dengan keeratan sedang antara status gizi dengan kejadian demensia pada lansia di BPWST Unit Budi Luhur Kasongan Bantul. Kecendrungan yang ada adalah semakin buruk status gizi lansia maka semakin berat kejadian demensia yang dialami dan berlaku sebaliknya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian Hardianto dkk (2016) yang menemukan adanya perbedaan antara status

(2)

110

gizi pada lansia kognitif baik dan buruk di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Dalam penelitian tersebut, lansia dengan fungsi kognitif baik ditemukan memiliki skor IMT yang lebih tinggi dibandingkan lansia dengan fungsi kognitif buruk. Rata-rata skor IMT pada lansia kelompok kognitif baik adalah 20,96 dan pada kelompok lansia kognitif buruk hanya sebesar 17,81. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang terdapat jumlah lansia 83 orang yang terdiri dari 31 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara,7 dari 10 orang lansia gizinya kurang sedangkan 8 dari 10 lansia mengalami gangguan kognitif. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional (potong lintang) dan dilakukan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Penelitian deskriptif dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui gambaran status gizi pasien lanjut usia terhadap simtom demensia di Posyandu Lansia Puskesmas Kampung Baru kota Medan. Penelitian ini dilakukan akan di Posyandu Lansia Puskesmas Kampung Baru kota Medan. Penelitian dilakukan pada bulan April – Desember 2018.

Kriteria Inklusi

Pasien lanjut usia yang bersedia menjadi responden, berusia di atas 60 tahun serta tidak menderita diabetes melitus dan hipertensi.

Kriteria Eksklusi

Pasien lanjut usia yang mempunyai riwayat trauma kepala, mengonsumsi obat sedatif, menderita penyakit stroke dan yang mengonsumsi alkohol. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran akan diolah menggunakan program komputer. Data akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, grafik maupun narasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu lansia Puskesmas Kampung Baru kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari bulan April sampai Desember 2018.

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik responden

Berdasarkan tabel di atas didapati responden berjenis kelamin perempuan yang terbanyak yaitu sebanyak 32 orang (56,1%) dan laki-laki sebanyak 25 orang (43,9%). Untuk usia, kelompokdiambil pada rentang usia 60-74 tahun (elderly) sebanyak 57 orang (100%). Serta untuk pendidikan didapati responden yang terbanyak yaitu pendidikan SD dan SMP masing-masing 23 orang (40,4%), diikuiti SMA sebanyak 9 orang (15,8%), serta Sarjana dan Master masing-masing sebanyak 1 orang (1,8%).

Karakeristik

Demografi Jumlah (n) Persentase (%) JenisKelamin Laki-laki 25 43,9 Perempuan 32 56,1 Usia 60-74 tahun 57 100 Pendidikan SD 23 40,4 SMP 23 40,4 SMA 9 15,8 Sarjana 1 1,8 Master 1 1,8

(3)

111

Tabel 4.2. Distribusi Gambaran Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Indeks Massa Tubuh n % Gizi kurang 20 35,1% Gizi normal 22 38,6% Gizi lebih 15 26,3% Total 57 100%

Berdasarkan tabel di atas, bahwa pasien lansia paling banyak memiliki gambaran status gizi berdasarkan IMT yang normal sebanyak 22 orang (38,6%), diikuti pasien lansiayang memiliki status gizi yang kurang 20 orang (35,1%) dan disusul pasien lansia yang memiliki status gizi lebih 15 orang (26,3%).

Tabel 4.3. Distribusi gambaran status gizi berdasarkan mini nutritional assessment (MNA)

MNA n %

Nutrisi Baik 23 40,3%

Risiko Malnutrisi 34 59,6%

Malnutrisi - 0%

Total 57 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa, pasien lanjut usia paling banyak memiliki gambaran status gizi yang berisiko malnutrisi 34 orang (59,6%), diikuti pasien lanjut usia dengan status nutrisi baik 23 orang (40,4%) dan tidak ada yang mengalami malnutrisi.

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Gambaran Simtom Demensia Berdasarkan Mini Mental State Examination (MMSE)

MMSE n %

Normal 23 40,4%

Probable 29 50,9%

Definite 5 8,8%

Total 57 100%

Berdasarkan tabel di atas bahwa pasien lansia yang memiliki gambaran simtom demensia dengan hasil probable sebanyak 29 orang (50,9%), diikuti hasil normal 23 orang (40,4%) dan definite sebanyak 5 orang (8,8%).

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Gambaran Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Simtom Demensia

MMSE

Normal Probable Definite

n % n % n % Gizi kurang 1 1,7 15 26,3 4 7,01 Normal 11 19,2 11 19,2 0 0 Gizi lebih 11 19,2 3 5,26 1 1,75 Total 23 40,1 29 51,1 5 8,76

Tabel di atas menunjukkan bahwa pasien lansia yang mempunyai IMT dengan katagori gizi kurang memiliki hasil MMSE yang normal berjumlah 1 orang (1,75%), probable berjumlah 15 orang (26,3%) dan definite sebanyak 4 orang (7,01%). Pasien lansia yang memiliki IMT normal memiliki hasil MMSE yang normal berjumlah 11 orang (19,2%) dan probable

(4)

112

berjumlah 11 orang (19,2%) . Pasien lansia yang mempunyai IMT dengan katagori gizi lebih memiliki hasil MMSE yang normal berjumlah 11 orang (19,2%), probable berjumlah 3 orang (5,26%) dan definite sebanyak 1 orang (1,75%).

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gambaran Status Gizi Berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) Terhadap Simtom Demensia

MNA

MMSE

Normal Probable Definite

n % n % n % Nutrisi baik 20 35 3 5,26 0 0 Risiko malnutrisi 3 5,26 26 45,6 5 8,77 Malnutrisi 0 0 0 0 0 0 Total 23 40,2 29 50,8 5 8,77

Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan hasil bahwa lansia yang mempunyai nutrisi baik memiliki skor MMSE yang normal berjumlah 20 orang (35%) dan probable berjumlah 3 orang (5,26%). Lansia yang mempunyai risiko malnutrisi memiliki skor MMSE yang normal berjumlah 3 orang (5,26%), probable berjumlah 26 orang (45,6%) dan definite berjumlah 5 orang (8,77%).

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil karakteristik responden didapati sebagian besar pasien lanjut usia adalah wanita sebanyak 32 orang (56,1%). Rentang usia yang diambil pada katagori 60-74 tahun (elderly) sebanyak 57 orang (100%). Pendidikan pada pasien lanjut usia sebagian besar ditemui SD dan SMP masing-masing sebanyak 23 orang (40,4%). Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Noviansyah didapati sebagian besar responden lansia di BPSTW Yogyakarta berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 orang (67,5%) dengan rentang usia terbanyak 60-74 tahun sebesar 29 orang (72,5%) serta responden lansia paling banyak dengan pendidikan SD sebesar 29 orang (72,5%).5 Diikuti penelitian dari Sengkey, dkk didapati sebagian besar pasien lanjut usia di BPLU Senja Cerah Provinsi Sulawesi Utara berjenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang (74,4%) dan memiliki rentang usia terbanyak 60-74 tahun (elderly) sebesar 19 orang (48,7%) serta didapati responden lansia terbanyak pada jenjang pendidikan SD sebesar 20 orang (51,3%). Berdasarkan hasil gambaran status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)menunjukkan bahwa sebagian besar pasien lanjut usia memiliki gambaran status gizi yang normal sebanyak 22 orang (38,6%). Hal ini sesuai dengan penelitian dari Oktariyani yaitu status gizi lansia berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) didapatkan dari 143 responden lansia terdapat 72 orang (50,3%) memiliki status gizi normal.Diperkuat oleh penelitian dari Ode dan Asfar didapati dari 80orang lansia terdapat 54 orang (67,5%) dengan status gizi normal, 14 orang (17,5%) status gizi kurang dan 12 orang (15%) lansia dengan gizi lebih.Indeks massa tubuh (IMT) merupakan biomarker pengukuran yang ditentukan oleh berat badan dan meliputi 3 katagori di dalamnya yaitu otot, adiposa dan tulang. Hasil yang tinggi maupun rendah dikaitkan dengan tingkat kesehatan yang rendah hingga kematian. Meningkatnya berat badan dapat menunjukkan bertambahnya lemak tubuh atau adanya edema, dan penurunan berat badan dapat menunjukkan adanya perkembangan penyakit maupun asupan nutrisi yang kurang. Sementara, menurunnya berat badan pada lansia dapat dipengaruhi oleh asupan makanan yang kurang ataupun terjadinya kehilangan massa otot dan jaringan lemak.Berdasarkan hasil gambaran status gizi pasien lanjut usia berdasarkan MNA paling banyak memiliki risiko malnutrisi 34 orang (59,6%). Hal ini sejalan dengan penelitian Darmiaty, dkk didapatkan dari total 152 responden lansia terdapat 76 orang (50,5%) mengalami risiko malnutrisi, 58 orang (38,5%) normal dan 18 orang (11,8%) malnutrisi.Selain itu, penelitian dari Krisna dan Maulina di Aceh Utara didapati dari 54 responden lansia terdapat 24 orang (44,4%) memiliki risiko malnutrisi, 20 orang (37,1%) nutrisi baik dan 10 orang (18,5%) malnutrisi. Diperkuat oleh penelitian oleh Yuniarti, dkk yang dilakukan pada 100 responden lansia didapati 64 orang (64%) berisiko malnutrisi, 10 orang (10%) normal dan 26 orang (26%) malnutrisi.Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan alat untuk mengetahui apakah seseorang berada pada kondisi risiko malnutrisi atau tidak sehingga dapat ditentukan intervensi gizi sejak dini tanpa membutuhkan penilaian oleh tim khusus gizi.Gangguan gizi umumnya ditemukan di kalangan lansia hal ini dikaitkan dengan pengurangan masa otot dan

(5)

113

penurunan metabolik aktif dari tubuh. Berbagai bentuk risiko gizi di usia tua bersifat multifaktorial seperti asupan makanan dan cairan, riwayat pengobatan dan modalitas, antropometri, lingkar lengan atas dan betis serta persepsi sendiri terhadap kesehatan.Berdasarkan gambaran simtom demensia yang dinilai berdasarkan MMSE didapati sebagian besarpasien lanjut usia memiliki gambaran probable gangguan kognitif yang berjumlah 29 orang (50,9%). Hal ini sejalan dengan penelitian Indah dan Nurviyandari didapatkan dari total 98 responden lansia terdapat 52 orang (53,1%) memiliki penurunan fungsi kognitif.Didukung oleh penelitian dari Rizal dari 70 responden lansia didapati 29 orang (41,4%) lansia yang mengalami demensia sedang.Demensia merupakan sindrom neurodegeneratif yang timbul karena adanya kelainan bersifat kronis dan progresivitas disertai gangguan fungsi luhur multipel dalam kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa dan pengambilan keputusan. Kemampuan kognnitif lansia akan mengalami perubahan seiring proses penuaan, dimana terjadi perubahan neurogeneratif dan neurokimia di serebelum dipercaya sebagai penyebab utama gangguan fungsi motorik dan kognitif.

Berdasarkan gambaran status gizi pasien lanjut usia yang diukur berdasarkan IMT terhadap simtom demensia didapati bahwa sebagian besar yang memiliki gizi kurang mempunyai nilai MMSE yang probable gangguan kognitif berjumlah 15 orang (26,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Shawky dan Fawzy menunjukkan bahwa kelompok usia dengan gangguan kognitif ringan lebih banyak mengalami gizi kurang dibanding kelompok lansia dengan fungsi kognitif normal. Kemudian penelitian dari Cronks et al, menunjukkan bahwa IMT yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan Demensia. Hasil indeks massa tubuh (IMT) yang rendah dan penurunan fungsi kognitif yang terjadi bersamaan mengakibatkan atrofi pada lobus temporal medial otak. Hal ini dikaitkan dengan adanya pengaruh asupan kalori, umumnya lansia tidak mampu merencanakan dan menyiapakan makanan dengan kalori yang adekuat.Berdasarkan gambaran status gizi pasien lanjut usia yang diukur berdasarkan MNA terhadap simtom demensia didapati bahwa sebagian besar yang mempunyai risiko malnutrisi memiliki hasil MMSE yang probable gangguan kognitif sebanyak 26 orang (45,6%). Penelitian dari Malara et al, didapatkan lansia yang memiliki skor MNA yang lebih tinggi memiliki kemampuan fungsi kognitif yang lebih baik dari pada yang memiliki skor MNA rendah.Hal ini diperkuat oleh penelitian oleh Sanders et al, didapati lansia dengan nilai MNA kurang ataupun berisiko kekurangan gizi menunjukkan hasil penurunan fungsional fungsi kognitif yang lebih buruk dibandingkan dengan lansia yang memiliki gizi baik.Hasil mini nutritional assessment (MNA) yang rendah dikaitkan dengan ketidakadekuatan intake nutrisi terjadi pada lansia dengan penurunan kognitif karena hilangnya kesadaran terhadap kebutuhan makan, menurunnya kemandirian dalam makan, agnosia, apraxia dan munculnya gangguan perilaku.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia Puskesmas Kampung Baru Medan mengenai gambaran status gizi terhadap simtom demensia pada pasien lanjut usia didapatkan sebanyak 57 responden lansia mempunyai IMT dengan katagori gizi kurang memiliki hasil MMSE yang probable berjumlah 15 orang (26,3%). Hasil ini juga serupa dengan hasil penelitian dari Jimenez et al bahwa penurunan berat badan terkait dengan penurunan fungsikognitif yang lebih cepat karena mempercepat laju atrofi otak dan berkorelasi dengan biomarker AD. Berdasarkan hasil MNA dari pasien lanjut usia di Posyandu Lansia Puskesmas Kampung Baru Medan didapati dari 57 responden lansia yang mempunyai MNA dengan katagori risiko malnutrisi memiliki hasil MMSE yang probable berjumlah 26 orang (45,6%). Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Ramachandran et al bahwa terdapat korelasi antara MNA dengan status nutrisi yang berisiko terhadap penurunan fungsi kognitif.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Sebagian besar karakteristik pasien lanjut usia ditemui adalah wanita sebanyak 32 orang (56,1%), rentang usia diambil 60-74 tahun (elderly) sebanyak 57 orang (100%) dan sebagian besar memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP masing-masing sebanyak 23 orang (40,4%).

2. Prevalensi pasien lanjut usia yang memiliki status gizi normal berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) ditemukan sebanyak 22 orang (38,6%).

3. Prevalensi pasien lanjut usia yang memiliki risiko malnutrisi berdasarkan mini nutritional assessment (MNA) ditemukan sebanyak 34 orang (59,6%).

4. Simtom demensia yang dinilai berdasarkan mini mental state examination (MMSE) didapati sebesar 29 orang (50,9%) pasien lanjut usia memiliki hasil probable gangguan kognitif.

5. Sebagian besar pasien lanjut usia yang mempunyai hasil IMT gizi kurang memiliki hasil skor MMSE yang probable gangguan kognitif sebanyak 15 orang (26,3%).

(6)

114

6. Sebagian besar pasien lanjut usia yang memiliki hasil MNA risiko malnutrisi memiliki nilai MMSE yang probable gangguan kognitif sebanyak 26 orang (45,6%).

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hal-hal yang dapat disarankan adalah :

1. Karena penelitian ini hanya dilakukan pada satu lokasi saja, maka diharapkan penelitian selanjutnya perlu melibatkan banyak lokasi penelitian.

2. Peneliti lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan menambahkan beberapa variabel lain seperti penyakit yang mempengaruhi, medikasi dan lain-lain

3. Peneliti lain juga dapat melanjutkan penelitian ini dengan melakukan penelitian analitik yang menghubungkan antara status gizi terhadap simtom demensia pada pasien lanjut usia.

DAFTAR PUSTAKA

Tom D, Sandilyan MB. Dementia: defenitions and types.Nursing Standard. 2015; 29(37):37-42.

Agustia, Shafrina, dkk. Hubungan Gaya Hidup Dengan Fungsi Kognitif Pada Lansia. Jurnal Online Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan. 2014;1(2).

Policy Brief for G8 Heads of Government. The Global Impact of Dementia 2013-2050. Alzheimer's Disease International. 2013 (cited 29 June 2018). Available from: https://www.alz.co.uk.

Sari, N dan Adriyan, P. Status Gizi, Penyakit Kronis Dan Konsumsi Obat Terhadap Kualitas Hidup Dimensi Kesehatan Fisik Lansia. Semarang: Journal of Nutrition College. 2014;3(1):83-89.

Noviansyah, D. Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia Di BPTSW Yogyakarta Unit Budi Luhur Kasongan Bantul (skripsi). Yogyakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah; 2017.

Hardiantoa, D.D., Rahayu, D.A & Hidayati, T.N. Perbedaan Status Gizi Pada Lanjut Usia Kognitif Baik dan Buruk di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang. Keperawatan. 2016;1(1):1-8.

Maulidan, S. Hubungan Status Gizi terhadap Penurunan Fungsi Kognitif Pada Lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Pucang Gading Semarang (skripsi). Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Islam Sultan Agung; 2017.

Sengkey, H, dkk. Hubungan Depresi Dengan Interaksi Sosial Lanjut Usia di Desa Tombasian Atas Kecamatan Kawangkoan Barat. Sulawesi Utara:e-journal Keperawatam (e-Kp). 2017;5(1).

Oktariyani. Gambaran Status Gizi pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur(skripsi). Jakarta:Universitas Indonesia; 2012.

Ode, W, dkk. Analisis Status Gizi Lansia Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Mini Nutritional Assessment (MNA). Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis. 2018;12(3):285-289.

Arvanitakis et al. Body Mass Index and Decline in Cognitive Function in Older Black and White Persons. Journal of Gerontology: Medical Sciences. 2018;73(2):198-203.

Fatmah.Gizi Usia Lanjut. Jakarta. Penerbit Erlangga.;2010.

Darmiaty et al. Screening and Assessment of Nutritional Status on Elderly in Pampang, Makassar. Indonesian Contemporary Nursing Journal. 2018;1(2):86-93.

(7)

115

Krisna, E, dkk. Status Gizi Lansia Berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) di Panti Sosial Tresna Werdha Lhokseumawe-Aceh Utara. Jurnal SAMUDERA. 2015;9(2):29-38.

Yuniarti, A. Status Gizi yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Lansia di Rapokkaling Makassar (skripsi). Makassar. Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin; 2012.

Bano, Rafia et al. Mini Nutritional Assessment for Hospitalized Patients in King Khalid Hospital at Hail city in Saudy Arabia. Elderly Health Jounal. 2016;2(2):50-55.

Indah, J, dkk. Penurunan Fungsi Kognitif dapat Menurunkan Indeks Massa Tubuh Lansia di PSTW Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesia. 2017;20(2):128-132.

Rizal, F. Gambaran Demensia Pada Usia Lanjut di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Ulee Kareng Banda Aceh (skripsi). Banda Aceh. Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala; 2016.

World Health Organization. Dementia, (internet). WHO. 2018 (cited 6

August2018).Availablefrom:https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs362/en/

Malikal, U. Penurunan Fungsi Kognitif Berhubungan Dengan Ketidakmandirian Lansia di Panti Sosial Dalam Melakukan Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (skripsi). Depok. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia; 2014.

Shawky, M et al. Nutritional Status in Older Adults with Mild Cognitive Impairment Living in Elderly Homes in Cairo, Egypt. The Journal of Nutrition, Health and Aging. 2011;15(2):104-107.

Cronk, B, et al. Body Mass Index and Cognitive Decline in Mild Cognitive Impairment. Alzheimer Dis Assoc Disord. 2010;24(2):126-130.

Malara, Alba et al. Relationship betweem cognitive impairment and nutritional assessment on functional status in Calabrian long term-care. Clinical Interventions in Aging. 2014;9:105-110.

Sanders, C, et al. Nutritional Status is Associated with Faster Cognitive Decline and Worse Functional Impairment in the Progression of Dementia. J Alzheimers Disc. 2016;52(1):33-42.

Jimenez, A, et al. Weight Loss in the Healthy Elderly Might be a Non-Cognitive Sign of Preclinical Alzheimer’s Disease. Impact Journals. 2017;8(62):104706-104716.

Ramachandran, R, et al. Nutritional Status and Cognitive Impairment in Elderly Population in a Rural Area of Thrissur District, Kerala. International Journal of Community Medicine and Public Health. 2018;5(3):121.

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi karakteristik responden
Tabel 4.3. Distribusi gambaran status gizi berdasarkan mini nutritional assessment (MNA)
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Gambaran Status Gizi Berdasarkan Mini Nutritional Assessment (MNA) Terhadap  Simtom Demensia

Referensi

Dokumen terkait

Gerakan tanah atau dikenal dengan tanah longsor didefinisikan sebagai hasil proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan terjadinya perpindahan material pembentuk lereng

Hasil analisis dari data observasi, wawancara dan hasil angket menunjukkan bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jalannya kegiatan pembelajaran membaca

Daerah distribusi, Habitat dan Budidaya: Di Jawa tumbuh pada ketinggian sampai dengan 2700 m dpl, pada daerah-daerah terbuka atau setengah tertutup; rawa-rawa; pada tanah dengan

pembelajaran NHT disertai bahan ajar modul lebih baik jika dibandingkan dengan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kemampuan afektif

Hasil dari penggunaan metode DRP adalah diperoleh peramalan jumlah produksi yang akan diproduksi agar jumlah yang diproduksi mendekati jumlah permintaan, order quantity

Di antara 7 stasiun kerja, hanya 1 stasiun kerja yang berkerja dengan posisi berdiri tetap selama bekerja (8 jam) dan tidak memiliki fasilitas kerja lain yang mendukung posisi

Rectangle Tool Tool ini digunakan untuk membentuk suatu kotak pada suatu gambar, didalam tools ini Anda akan menemukan banyak pilihan bentuk yang lain di dalamnya

Barang milik daerah berupa tanah dan/atau bangunan dan selain tanah dan/atau bangunan yang telah diserahkan oleh pengguna kepada pengelola dapat didayagunakan secara optimal sehingga