• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAULUAN. Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah. Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAULUAN. Undang Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah. Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAULUAN

1.1.LATAR BELAKANG

Pelaksanaan Undang – Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah mengisyaratkan kepada daerah untuk dapat memilih membentuk dan mengatur segala urusan rumah tangganya sendiri, dengan membentuk Struktur Organisasi yang menjadi motor penggerak dalam melakukan aktifitas pelayanan Publik, menurut Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ : Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya.

Otonomi daerah sebagai wujud pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah adalah jawaban atas tuntutan masyarakat. Pemerintah daerah dapat melaksanakan fungsinya untuk mengatur dan mengurus kewenangan daerah berdasarkan kepentingan masyarakat daerah. Dan agar pelaksanaan fungsi Pemerintahan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, maka pemerintah daerah membutuhkan organisasi perangkat daerah atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang efektif dan efisien sebagai salah satu

(2)

Tampilan birokrasi yang besar dan gemuk akan menghabiskan banyak sumberdaya daerah, fenomena ini telah banyak dilihat dalam praktek birokrasi selama ini baik di tingkat pusat maupun daerah. Organisasi birokrasi daerah dari Sabang sampai Merauke dibangun dan dikembangkan dengan menggunakan azas uniformitas (penyamarataan). Akibatnya nomenklatur Program/Kegitan serta, jenis dan jumlah lembaga (organisasi) yang dikembangkan di seluruh wilayah Indonesia hampir sama. Padahal seharusnya hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah dan kebutuhan masyarakat.

Dalam Implementasi pelaksanaan undang-undang 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diwajibkan kepada daerah untuk dapat menyusun rencana pembangunannya sendiri dimana rencana pembangunan tersebut menjadi acuan bagi Pemerintah Daerah untuk menyusun sasaran pembangunan yang akan dicapai dalam 5 tahun lewat Program dan Kegiatan yang akan dikerjakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah. Sebagai langkah awal dalam menentukan tujuan pembangunan daerah yang akan dicapai seharusnya perlu adanya sinergitas antara program-program pembangunan dengan struktur organisasi perangkat daerah yang akan dibentuk dengan prinsip money follow fuction and fuction follow structure.

Pada prinsipnya, Struktur Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan lini terdepan pelayanan terhadap masyarakat. Untuk memperbaiki kinerja pelayanan publik diharuskan merumuskan SKPD

(3)

Visi dan misinya yang merupakan penjabaran teknis dari dokumen RPJMD dengan jelas. Hal ini sekaligus juga untuk menata kembali struktur pemerintah dan birokrasi. Selain itu Struktur pemerintah dan birokrasi sangat kompleks dan tidak jelas, karena visi dan misi dan struktur tugas dan fungsi tidak pernah dirumuskan dengan jelas. Akibatnya tumpang tindih dan benturan misi, tugas dan fungsi antar departemen, lembaga non departemen, dan kantor menteri negara di pusat, antar dinas, kantor dan badan di provinsi dan kabupaten menjadi tontonan yang dengan mudah ditemui dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah dan pelayanan publik.

Penataan struktur organisasi dan tata kerja seharusnya tidak boleh lepas dari pendekatan miskin struktur kaya fungsi yang berarti bahwa suatu organisasi yang kecil namun memiliki fungsi yang besar dengan juga mempertimbangkan struktur Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaannya.

Efektivitas sendiri merupakan unsur yang terpisah dari birokrasi dikarenakan efektivitas merupakan bagian yang tida bisa lepas dari sistem organisasi yang ada, Efektivitas sendiri memberikan dampak penting bagi pelaksanaan program dari berbagai instansi terkait. Semua itu dikarenakan efektivitas merupakan salah satu indikator yang dapat megukur tingkat pencapaian dalam organisasi dalam jangka pendek dan panjang. Berbicara soal Efektifitas selalu berhubungan erat dengan kinerja pegawai yang berarti yaitu suatu keadaan tercapainya tujuan yang diharapkan atau

(4)

dikehendaki melalui penyelesaian pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. Adapun pengertian lain dari efektifitas yaitu pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya.Tujuan tersebut dapat berjalan karena adanya pemanfaatan sumber daya manusia sebab konsep efektifitas pelaksanaan program selalu dihubungkan dengan kinerja manusia atau pegawai yang terlibat dalam organisasi atau instansi terkait Efektivitas sendiri menjadi salah satu alat pemicu keberhasilan program karena adanya upaya pelaksanaan fungsi- fungsi atau tugas-tugas yang dikerjakan oleh para pegawai pada lembaga atau instansi terkait sendiri selalu berhubungan dengan tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu yang di jabarkan dalam sasaran- sasaran yang ditetapkan yang ingin dicapai baik dalam jangka waktu yang pendek maupun jangka waktu yang panjang. Ukuran kefektifan dan efisiensi kerja dari pegawai biasanya dapat dilihat dari keberhasilan lembaga atau organisasi tersebut dalam mencapai target atau sasaran yang ditetapkan guna kepentingan dan kemajuan organisasi tersebut.

Namun berdasarkan bukti empirik yang terjadi di lapangan Efektivitas pelaksanaan program pada Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi NTT (BAPPEDA) sejauh ini belum menunjukan hasil yang

(5)

memuaskan dimana pelaksanaan efektivitas yang diterapkan belum bisa untuk mencapai hasil atau sasaran yang ditetapkan. Lembaga atau instansi yang berwenang dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi NTT yang memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap setiap pelaksanaan program pembangunan yang ditangani baik itu pembangunan jangka panjang, menengah maupun pendek semua itu sampai saat ini belum bisa dikategorikan berjalan secara efektif, dikarenakan adanya berbagai hambatan yang ada baik terkait penyediaan waktu, sarana prasarana, kinerja pekerja, maupun anggaran kurang bisa dioptimalkan secara efektif. Sehingga perlu adanya suatu pengukuran yang bisa digunakan untuk mengetahui seberapa efektif pembangunan tersebut dapat berjalan.

Untuk mencapai pelaksanaan efektivitas pelaksanaan program yang diharapkan maka Bappeda sendiri perlu menerapkan pendekatan- pendekatan efektivitas yang nantinya akan digunakan demi pencapaian sasaran yang ditetapkan ,dalam hal ini pendekatan yang cocok atau sesuai dengan pelaksanaan tugas yang efektif maka Bappeda perlu untuk melakukan beberapa pendekatan berdasarkan pendekatan dalam efektivitas organisasi yakni :

a. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach).

Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan

(6)

Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. b. Pendekatan sistem.

Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 ini, juga ditetapkan kriteria untuk menentukan jumlah besaran organisasi perangkat daerah masing-masing pemerintah daerah dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD, yang kemudian ditetapkan pembobotan masing-masing variabel yaitu 40% (empat puluh persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35% (tiga puluh lima persen) untuk variabel jumlah wilayah dan 25% (dua puluh lima persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel tersebut dalam beberapa kelas interval.

Oleh sebab itu, pada kantor Badan perencanaan pembangunan Daerah provinsi NTT (BAPPEDA) kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir ini sudah melakukan restrukturisasi organisasi sebanyak 2 (dua) kali, yakni restrukturisasi dalam kurun waktu yang relatif dekat yaitu dalam kurun

(7)

waktu 2009-2012. dengan alasan memaksimalkan dan mengoptimalkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi masing-masing organisasi pemerintahan daerah yang ada dan juga dalam rangka penghematan anggaran.

Restruksasi yang dilakukan adalah dengan menggabungkan beberapa beberapa bidang menjadi satu bidang kedalam instansi atau pemerintahan yang ada.dalam restrukturisasi yang dilakukan pada tahun 2012 bappeda merupakan salah satu badan yang masing-masing berdiri sendiri dan memiliki bidang kerja masing-masing dengan tugas dan fungsinya.

BAPPEDA sendiri sebagai salah satu bentuk lembaga pemerintahan daerah sudah sewajarnya memberikan suatu bentuk keberhasilan dari program-program yang ditetapkan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan, Namun pada kenyataanya semua pelaksanaan program belum bisa berjalan secara efektif dan efisien karena tidak dilaksanakan secara benar dan tersusun dengan baik. Semua itu dapat kita lihat dari Kinerja pegawai yang kurang kompeten dalam melaksanakan setiap program yang telah direncanakan. Untuk tercapainya efektivitas pelaksanaan program secara efisien perlu adanya evaluasi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program pada kantor BAPPEDA yaitu : Berdasarkan pendekatan-pendekatan dalam efektivitas organisasi yang telah dikemukakan sebelumnya maka dapat dikatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi adalah sebagai berikut: (1) Adanya tujuan yang jelas, (2) Struktur organisasi. (3) Adanya

(8)

dukungan atau partisipasi masyarakat, (4) Adanya sistem nilai yang dianut dan adanya (4) Restrukturisasi Organisasi . Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi. Salah satu faktor yang memberikan pengaruh yang sangat besar pada efektivitas pelaksanaan program yang akan di bahas adalah Restrukturisasi. Penataan struktur organisasi dan tata kerja seharusnya tidak boleh lepas dari pendekatan miskin struktur kaya fungsi yang berarti bahwa suatu organisasi yang kecil namun memiliki fungsi yang besar dengan juga mempertimbangkan struktur Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa restrukturisasi organisasi yang dilakukan merupakan salah satu bentuk harapan dan keinginan pengefektifan fungsi pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi pemerintahan itu sendiri. Melalui restrukturisasi diharapkan fungsi pemerintahan akan semakin efektif. Dalam Pendekatan restrukturisasi organisasi perlu untuk mempertimbangkan program dan kegiatan yang mengacu pada pembagian urusan yang tertuang dalam Peratutan Pemerintah Nomor 38 Tahum 2008 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Dikarenakan dua prinsip dasar dari suatu organisasi adalah

(9)

Prinsip Akuntabilitas Kinerja organisasi dan prinsip Kebijakan/Policy Planning) disitu dapat terlihat keterkaitan antara program dan kegiatan dengan upaya pencapaian Sasaran Pembangunan Daerah sesuai dengan platform (Agenda) Pembangunan Daerah Penyusunannya akan dilakukan melalui Proses Teknokratis (dipersiapkan oleh jajaran birokrasi pemerintahan) yang kemudian disesuaikan dengan Proses Politis (menerjemahkan) visi dan misi (platform) Kepala Daerah terpilih). Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi (Struktur Organisasi dan Struktur Anggaran) Terdapat keterkaitan yang jelas antara Tupoksi Organisasi (Struktur Organisasi) dengan struktur program dan kegiatan (Struktur Anggaran). Kedua prinsip ini ditujukan untuk meningkatkan keterkaitan antara pendanaan dengan akuntabilitas kinerja, baik di Tingkat Pemerintah Daerah (Prinsip Akuntabilitas Kinerja Kabinet) maupun di Tingkat SKPD (Prinsip Akuntabilitas Kinerja Organisasi).Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan struktur program dan kegiatan dalam proses perencanaan dan penganggaran antara lain sebagai berikut:

a. Program disusun dengan pendekatan input based.

Program seringkali disusun berdasarkan lineitem (rincian belanja) dan bukan dalam bentuk kegiatan yang berorientasi pada keluaran (output), sehingga kurang terlihat keterkaitan dengan hasil (outcome) yang diharapkan.

(10)

b. Program digunakan oleh beberapa SKPD

Program yang digunakan oleh beberapa SKPD dilaksanakan tanpa pembagian kerja dan indikator yang jelas sehingga tidak dapat diukur pencapaian dan akuntabilitas kinerja program.

c. Program memiliki tingkatan yang sama atau lebih rendah dibanding kegiatan.

Pendefinisian program terlalu sempit sehingga kinerja program (outcomes) sama dengan atau lebih rendah dari kinerja kegiatan (output).

d. Program memiliki tingkat kinerja yang terlalu luas Pendefinisian tingkat kinerja program terlalu luas yang tidak dalam tataran hasil (outcome) namun lebih pada tataran dampak (impact), sehingga tidak dapat dijelaskan oleh pencapaian kinerja kegiatan‐kegiatannya (output).

Program tidak terkait secara langsung dengan kegiatan-kegiatannya. Masih ditemui adanya beberapa keluaran (output) dari kegiatan kegiatan yang tidak berkaitan dengan pencapaian kinerja program (outcome). Pada hakekatnya, kegiatan merupakan wujud dari pelaksanaan suatu program, sehingga keluaran dari kegiatan tersebut seharusnya berkontribusi secara langsung terhadap pencapaian sasaran organisasi dan juga merupakan sasaran Program .

Pengaruh Restrukturisasi sendiri juga akan berdampak pada efektifitas pelaksanaan program semua itu bisa kita bagi dan kita lihat baik dari sisi negatif maupun sisi positifnya mengapa demikian karena upaya

(11)

restrukturisasi biasanya ditujukan untuk menunjang kerja pegawai dengan cara memindahkan pegawai-pegawai yang berkompeten untuk menduduki jabatan tertentu. Upaya tersebut tentunya memiliki maksud bahwa dengan adanya pemindahan pegawai tersebut bisa memberikan dampak atau efek yang bagus guna pengembangan organisasi tersebut. Tapi disisi lain restrukturisasi Organisasi juga memberikan dampak negatif dimana adanya ketidaksesuain antara pegawai sebelumnya yang menduduki jabatan sebelumnya yang belum terbiasa melaksanakan pekerjaan pegawai sebelumnya sehingga membutuhkan adaptasi agar dapat membantu pegawai tersebut untuk mengenal dan memahami lingkungan baru tempat ia bekerja. Tentunya dalam upaya adaptasi tersebut akan memunculkan fakta bahwa adanya hambatan-hambatan yang akan memicu ketidakefektifan kerja dari pegawai yang menduduki jabatan baru tersebut. Oleh sebab itu diperlukan kemampuan Soft Skill yang mumpuni sebagai seorang pegawai dimana setiap kemampuan yang kita miliki akan selalu dinilai dalam bentuk penilaian kinerja yang akan terus diterapkan guna memajukan organisasi terkait. Oleh sebab itu restrukturisasi organisasi tidak akan berjalan tanpa adanya perencanaan yang matang dari semua pihak dalam hal ini kinerja pegawai juga mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam kaitanya dengan konsep Manajemen Penataan struktur organisasi dan tata kerja seharusnya tidak boleh lepas dari pendekatan miskin struktur kaya fungsi yang berarti bahwa suatu organisasi yang kecil namun memiliki fungsi yang besar dengan juga

(12)

mempertimbangkan struktur Program dan Kegiatan yang akan dilaksanakan agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaannya. “keunggulan kompetitif organisasi antara lain ditentukan oleh struktur ramping “lean dan mean” atau dengan kata lain sering disebut miskin struktur kaya fungsi.” Artinya organisasi yang besar dapat menciptakan ketidakefisienan dalam berbagai hal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa restrukturisasi organisasi yang dilakukan merupakan salah satu bentuk harapan dan keinginan pengefektifan fungsi pemerintah dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi organisasi pemerintahan itu sendiri. Melalui restrukturisasi diharapkan fungsi pemerintahan akan semakin efektif.

1.2.RUMUSAN MASALAH

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana restrukturisasi organisasi pada Bappeda Provinsi b. Bagaimana tingkat efektiitas terhadap restrukturisasi

c. Apakah ada pengaruh antara restrukturisasi organisasi dengan efektifitas pelaksanaan program pembangunan

(13)

1.3.TUJUAN DAN KEGUNAAN PENILITIAN a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin di dapat dari Penulis adalah : 1. Memberikan gambaran tentang restrukturisasi pada Bappeda Prov

NTT

2. Memberikan gambaran tentang efektivitas pelaksanaan program 3. Untuk mengetahui pengaruh restrukturisasi terhadap efektifits

pelaksanaan program pembangunan.

b. Kegunaan Penelitian

1. Bagi kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT sebagai bahan pertimbangan dan informasi dalam upaya memperbaiki efektifitas pelaksanaan program,serta mampu memahami dan memanfaatkan kinerja karyawan yang ada demi kemajuan dari kantor tersebut.

2. Bagi pembaca sebagai bahan informasi atau bahan acuan bagi peneliti lainnya yang ingin menggunakan penelitian dengan topik yang sama.

3. Bagi penulis sebagai sarana untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis efektivitas pelaksanaan sebagai salah satu pengaruh dari dampak restrukturisasi dan sebagai latihan bagi penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang di dapat sesuai dengan kenyataan di lapangan.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimana pernyataan visi misi Direktorat Jenderal

garis B), profil B’ (hilangnya lung sliding dengan garis B), profil C (konsolidasi paru yang ekuivalen dengan gambaran garis pleura yang tebal dan

Seberapa besar luas citra pembukaan stomata daun selada merah ( Lactuca sativa) saat tanaman dikenai paparan AFF pada frekuensi ( 6000 – 9600 ) Hz yang di dasarkan pada

Proses untuk menangkap knowledge yang muncul dari aktifitas BPHL akan dibagi berdasarkan elemen-elemen BPHL, dan dianalisis properti penyimpanan data yang perlu di

Prediksi yang dibuat siswa tidak dibatasi oleh guru, sehingga guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam

analisa secara kuantitatif menunjukkan bahwa konsentrasi unsur Al, Co, Cu, Zn, Fe dan Ni yang diperoleh lebih rendah dari nilai maksimum yang dipersyaratkan oleh

Pada penelitian ini, penulis akan melakukan analisis terhadap data transaksi yang sudah dilakukan dengan mekanisme perhitungan nilai support dan confident dari suatu

Stunting merupakan salah satu indikator gizi kronis yang dapat memberikan gambaran gangguan kehidupan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau yang muncul pada dua