• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI APLIKASI SMARTPHONE, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR. konsisten, sebagaimana dikemukakan oleh Darmawan dalam sebuah risetnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI APLIKASI SMARTPHONE, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR. konsisten, sebagaimana dikemukakan oleh Darmawan dalam sebuah risetnya"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

APLIKASI SMARTPHONE, MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR

A. APLIKASI SMARTPHONE

Penggunaan Multimedia pembelajaran diharapkan dapat memberikan rangsangan dan pengaruh terhadap perubahan dan peningkatan prestasi belajar siswa, hal ini dikarenakan otak siswa memerlukan stimulus yang konsisten, sebagaimana dikemukakan oleh Darmawan dalam sebuah risetnya menyatakan bahwa; ternyata peserta didik mulai dari tingkat SD sampai

Perguruan Tinggi membutuhkan stimulus yang konsisten pada otaknya.1

Sejalan dengan perkembangan teknologi lahirlah berbagai bentuk multimedia yang dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, salah satunya adalah smartphone yang merupakan bagian dari teknologi multimedia mobile

yang memanfaatkan fleksibilitas komputer, menurut Lee dan Owen2 bahwa

komputer dapat dijadikan sebagai alat mengajar utama untuk memberi penguatan belajar awal, merangsang dan memotivasi belajar atau untuk berbagai jenis kemungkinan lainnya. Banyak manfaat yang diperoleh dari fleksibelitas komputer karena dapat mengakses vidio, audio, elemen-elemen grafis, bentuk-bentuk, proses, peran dan tanggungjawab lainnya. Saat ini multimedia telah tumbuh dan berkembang sangat pesat yang berbasis pada

1 Deni Darmawan Inovasi Pendidikan Pendekatan Praktik Teknologi Multimedia dan Pembelajaran online: Bandung, Remaja Rosdakarya hlm 47

2 I Gedhe Wawan Sudhata, I Made Tegeh, Desain Multimedia Pembelajaran “publikasi ilmiah test.elearning-ambarsrilestari” di unduh

(2)

komputer, selain itu pandangan konstruktivisme telah mengubah era mengajar menjadi era belajar.

Kehadiran teknologi sudah membawa pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan manusia dalam berbagai bidang, seperti Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pertahanan keamanan dan lain sebagainya, tak terkecuali dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan guru sebagai figur sentral dituntut untuk lebih kreatif dalam menciptakan model-model dan media pembelajaran baru yang lebih moderndalammeningkatkan motivasi dan minat belajar

siswa.3

Namun kehadiran teknologi sebagai media pembelajaran baru, tidak begitu saja dapat dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, tetapi ada beberapa hal yang mempengaruhinya sebagaimana yang di ungkapkan oleh

Thomson4 yang melakukan pengujian terhadap sebagian model pemanfaatan

PC dengan menggunakan teori sikap dan prilaku dari Triandis, yang menyatakan bahwa ada enam faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan teknologi informasi yaitu faktor sosial,affect, kompleksitas, kesesuaian tugas, konsekuensi jangka panjang dan faktor kondisi yang memfasilitasi.

Smartphone terlahir dari berkembangnya teknologi seiring tingginya tingkat kebutuhan manusia dalam menunjang aktifitasnya smartphone adalah

3 Ruri Sunarya“pembelajaran berbasis komputer“Jurnal Pendidikan-Unikom_r-i”diunduh dari

laman:http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/618/jbptunikompp-gdl-rurisunary-30892-10-unikom

4 Diana Rahmawati “Analisis Faktor Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pemanfaatan

Teknologi informasi artikel cendekiawan diunduh dari lamanhttps://scholar. google. co.id/

scholar?

q=analisis+faktor-faktor+yang+berpengaruh+terhadap+pemanfaatan+teknologi+informasi &hl

=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart&sa=x&ved=0ahukewjnvna0yvfvahxfni8khradc98qgqmi jdaa

(3)

sebuah alat komunikasi yang memiliki kemampuannya seperti komputer dan menjadi alternatif media baru dalam proses pembelajaran. Istilah kata “media baru” (new media) telah digunakan sejak tahun 1960-an dan telah mencakup

seperangkat teknologi komunikasi terapan yang semakin berkembang.5

Smartphone merupakan jenis media yang dapat menyalurkan informasi

secara cepat melalui fasilitas internetnya. Smartphone mampu

menghubungkan manusia satu dengan yang lain dalam jarak yang jauh dengan fasilitas yang mendukung seperti SMS, chatting, maupun telefon dan viber (telefon menggunakan fasilitas paket data internet). Pada pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa smartphone sebagai komputer mini atau

komputer saku..6

Dengan jaringan internet manusia dapat mengakses informasi dimanapun dan kapanpun yang tentunya menggunakan fasilitas layanan

wifi/hotspot atau dapat juga dengan berlanggan paket data pada provider7.

Dalam jaaringan internet tersebut terdapat berbagai macam social networkning, adanya social network manusia dapat berkomunikasi dengan cepat dan mudah. Penggunaannya hampir sama dengan teknologi handphone tetapi social network ini lebih bersifat universal. Contoh dari social network yaitu twitter, facebook, path, yahoo, dan lain sebagainya.

Selain media social yang disajikan, internet juga menyajikan layanan browsing dimana dengan media ini lebih mudah mengakses informasi baru.

5 Gordon B. Davis. (20020. Sistem Informasi Manajemen, cetakan ke-9, Jakarta : Gramedia,

hlm. 43

6 Holmes David. (2012). Teori Komunikasi : Media, Teknologi dan masyarakat. Yogyakarta :

Pustaka Pelajar, hlm. 4

(4)

Handphone, smartphone, komputer, internet dan social network saling terkait untuk menciptakan media informasi baru dan tidak menutup kemungkinan akan hadir bermacam-macam media informasi baru lainnya di masa mendatang. Informasi yang diperoleh melalui pemanfaatan TI di Indonesia yang berupa media sosial akan menjadi alternative utama informasi dari masyarakat dengan memanfaatkan smartphone, tablet, dan jenis komunikasi

bergerak lainnya sebagai media.8

Media baru juga memberikan manfaat bagi para penggunanya, yaitu:9

a. Sebagai arus informasi yang didapat dengan mudah dan cepat bahkan mudah diakses dimana saja dan kapan saja.

b. Digunakan sebagai transaksi jual beli dalam dunia bisnis.

c. Dijadikan media hiburan seperti game online, jejaring sosial, streaming video dan lain-lain.

d. Sebagai media komunikasi yang efesien. Sehingga memungkinkan kita berkomunikasi dengan orang yang berada dalam jarak jauh bahkan bertatap muka lewat video conference.

e. Memudahkan sarana pendidikan dengan menciptakan buku digital yang mudah dan praktis.

Selain itu media baru memiliki kecepatan memperoleh berita lebih cepat dibanding dengan media tradisional. Munculnya blog-blog yang berisi tentang pengetahuan juga dapat mengancam buku-buku pelajaran yang akhirnya kurang diminati masyarakat. Namun masih terdapat masyarakat

8 Aw Suranto. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 34

9 HM, Jogiyanto. (2009). Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta : Andi, hlm. 67

(5)

yang lebih suka membaca koran karena isi beritanya yang lebih detail dibanding internet dan adapula yang lebih memilih internet daripada koran karena jauh lebih praktis. Kecepatan internet dalam hitungan menit dapat menyajikan sebuah berita yang sangat komplek. Selain itu, media baru juga memiliki tantangan untuk mengatasi setiap kejahatan online yang dilakukan

oleh para hacker maupun pengaksesan situs-situs porno.10

Sebagai alat bantu dalam mengajar, media diharapkan dapat memberikan pengalaman kongkret, motivasi belajar, mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Pembelajaran yang diterapkan dalam suatu proses belajarsalah satunya dengan buku paket sehingga dapatdikatakan

belajar secara monoton.11 Dengan menggunakan aplikasi smartphone

diharapkan siswa lebih aktif untuk mengikuti proses pembelajaran, ada beberapa aplikasi yang dapat mendukung proses belajar khususnya pembelajaran hukum tajwid diantaranya adalah :

10 Mangkulo, Hengky Alexander. (2010). Facebook for Sekolahan. Jakarta: Elex Media

Komputindo. hlm. 52

11 Ahmad Zaid Rahman, Taufik Nur Hidayat, Indra Yanuttama,” Media Pembelajaran IPA kelas 3

Sekolah dasar Menggunakan Teknologi Augmented Reality Berbasis Android” seminar

nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 2017 STMIK AMIKOM Yogyakarta 4 Februari 2017 diakses dari laman : http://ojs.amikom.ac.id/index.php/semnasteknomedia/article/view

(6)

B. MOTIVASI BELAJAR

Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator

(7)

tersebut, antara lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan

dalam belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.”12

Selain itu, Yamin, menyebutkan motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang menimbulkan kegiatan belajar itu

demi mencapai suatu tujuan.13 Sejalan dengan pendapat di atas, Sardiman

A.M, menjelaskan motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.”14

Berkaitan dengan pencapaian tujuan, Edwin Locke dalam teorinya Goal Setting Theory (teori penetapan tujuan)15 menyatakan bahwa: kejelasan tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang dalam melakanakan tugasnya akan menumbuhkan motivasi yang semakin besar. Edwin Locke mengemukakan juga bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni: (a) tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan-tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)

tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.16

12 Muhibbin Syah. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 109

13 Yamin, Marintis. (2013). Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Referensi

(GP Press Group, hlm. 160

14 Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

hlm. 75

15 Sondang P Siagian. (2012). “Teori Motivasi dan Aplikasinya”. Jakarta: Rineka Cipta, hlm.174 16 Locke, E. A.Shaw, K.N., Saari, L. M., & Latham, G. P. (1981). Goal setting and task

performance: 1969–1980. Psychological Bulletin, 90(1), 125-152. Di unduh dari laman http://psycnet.apa.org/record/1981-27276-001

(8)

Adapun dalam proses pembelajaran di skolah tujuan sudah dituangkan dalam RPP, dan RPP adalah sebagai patokan dalam pencapaian tujuan pembelajaran, dengan demikian peserta didik diharapkan memiliki motivasi beljar yang baik, dan motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan

belajar. Hasil belajar akan optimal kalau ada motivasi yang tepat.17

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak psikis yang ada dalam diri individu siswa yang dapat memberikan dorongan untuk belajar demi mencapai tujuan dari belajar tersebut.

1. Peran dan Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Evelin, peran penting motivasi belajar dan pembelajaran, antara lain: bahwa motivasi berperan dalam penguatan belajar, ketika seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilalui, selain itu motivasi berperan dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh anak, motivasi juga berperan menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah

17 Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : RajaGrafindo Persada,

(9)

termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan baik dan

tekun dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik. 18

Selain itu, Oemar menyebutkan fungsi motivasi itu adalah dapat mendorong timbulnya suatu perubahan, dan berfungsi sebagai pengarah

pada perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.19 Selain itu

Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya sebagai motor penggerak dalam kegiatan belajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa peran dan fungsi motivasi belajar adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi sehingga untuk mencapai prestasi tersebut peserta didik dituntut untuk menentukan sendiri perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

2. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Motivasi Belajar

Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut

Sardiman, yaitu:20 (a) tekun menghadapi tugas sampai pekerjaan selesai,

(b) ulet tak kenal putus asa menghadapi kesulitan, (c) memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah, (d) bekerja mandiri, teguh mempertahankan pendapatnya.

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hamzah B. Uno bahwa indikator motivasi dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1)

18 Eveline Siregar. Hartini. Nara. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia

Indonesia, hlm 27-29

19 Omar Hamalik. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Terj Hasan Langgung, Jakarta: Bulan

Bintang, hlm. 89

20 Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm.

(10)

Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil, (2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. (3) Adanya harapan dan cita-cita di masa depan. (4) Adanya penghargaan dalam belajar. (5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. (6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.21

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya motivasi belajar yang ada pada diri seseorang akan tercermin pada tingkah lakunya yaitu: (a) Tekun mengerjakan tugas, (b) Ulet, menghadapi kesulitan; (c) Lebih sering bekerja mandiri; (d) Memungkinkan minat terhadap macam-macam masalah rutin; (e) bertahan pada pendapatnya, (f) Tidak melepas sesuatu yang diyakini; (g) Sering mencari dan memecahkan atas soal-soal (h) Adanya keinginan untuk berhasil; (I) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (J) adanya harapan dan cita-cita di masa depan; (k) Adanya penghargaan dalam belajar; (l) Adanya kegiatan menarik dalam belajar serta (m) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Seorang yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memiliki beberapa ciri yang membedakan dengan dirinya bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki motivasi yang rendah.

21 Hamzah B.Uno “Teori Motivasi dan pengukurannya” analisis di bidang pendidikan_Jakarta

(11)

3. Macam-macam Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M terdapat dua macam motivasi belajar, yaitu:22

Motivasi Intrinsik dan Motivasi Ekstrinsik, Motivasi Intrinsikadalah motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya tanpa harus diransang dari luar karena didalam seseorang individu sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka secara sadar akan melakukan kegiatan dalam belajar dan selalu ingin maju sehingga tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila peserta didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa termotivasi untuk belajar.

4. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Enco Mulyasa (2005: 114-115), menyebutkan bahwa prinsip yang dapat diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah Peserta didik akan lebih giat apabila topik yang akan dipelajari menarik, Tujuan pembelajaran disusun secara jelas , Peserta didik selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya, Pemberian pujian dan reward lebih baik daripada hukuman, Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik, Usahakan untuk memperhatikan perbedaan setiap peserta didik, berusaha untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan selalu memperhatikan mereka dan mengatur pengalaman belajar yang baik agar siswa memiliki kepuasan dan penghargaan serta mengarahkan pengalaman belajarnya ke

22 Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : RajaGrafindo Persada, hlm.

(12)

arah keberasilan, sehingga memiliki kepercayaan diri dan tercapainya prestasi belajar.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa prinsip-prinsip untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu jika topik yang akan dipelajari menarik dan berguna, tujuan pembelajaran pun disusun secara jelas, hasil belajar peserta didik harus diberitahukan, pemberian reward bagi yang berprestasi, memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik, memperhatikan perbedaan mereka, dan berusaha memenuhi kebutuhan peserta didik dengan memperhatikannya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Slameto berpendapat bahwa, motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga

komponen, yaitu:23 (1) Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk

mengetahuhi, mengerti, dan memecahkan masalah, (2) Harga diri, yaitu

belajar danmelaksanakan tugas-tugas bukan untuk

memperolehpengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk memperoleh status dan hargadiri, (3) Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk menguasai bahan pelajaran/ belajar dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang lain / teman-teman.

Selain itu, Arden N. Frandsen yang dikutip oleh Sudirman,

menyebutkan ada beberapa hal yang mendorong motivasi belajar, yaitu:24

23 Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,Jakarta : Rineka Cipta,

hlm. 26

24 Sardiman. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : RajaGrafindo Persada,

(13)

a. Adanya sifat ingin tahu untuk belajar dan menyelidiki dunia yang lebih luas.

b. Adanya sifat yang kreatif pada manusia dan berkeinginan untuk terus maju.

c. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru, dan teman-teman.

d. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baik melalui kooperasi maupun dengan kompetisi.

e. Adanya keinginan untuk mendapatkan kenyamanan bila menguasai pelajaran.

f. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat di atas, Abu Ahmadi menyebutkan

faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:25

a) Faktor Internal, yang meliputi (a) Faktor Fisik seperti nutrisi (gizi ), kesehatan, dan fungsi-fungsi fisik (terutama panca indera), (b) Faktor PsikologisFaktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa.

b) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)

1) Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau fasilitas belajar.

(14)

2) Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung (foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik, apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seprti bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian orang tua, baik material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar guna membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.

6. Pengembangan Motivasi Belajar

Setiap motivasi belajar memiliki tujuan secara umum, motivasi bertujuan menggerakkan seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Menurut Oemar Hamalik motivasi itu sendiri mengandung nilai-nilai sebagai

berikut:26

Motivasi akan menentukan tingkat keberasilan atau kegagalan belajar peserta didik. Belajar tanpa adanya motivasi kiranya sulit untuk berhasil. a. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang

disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan motif dan minat pada peserta didik. Pembelajaran ini sesuai dangan tuntutan demokrasi dalam pendidikan.

26 Omar Hamalik. (2011).Filsafat Pendidikan Islam. Terj Hasan Langgung, Jakarta: Bulan

(15)

b. Pembelajaran yang bermotivsi menuntut kreatifitas dan imajinasi guru untuk bersungguh-sungguh mencari cara-cara yang sesuai guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. Guru harus berusaha agar murid-muridnya memiliki self motivation yang baik.

c. Berhasil atau tidaknya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat hubungannya dengan pengaturan disiplin dalam kelas. Jika gagal akan berdampak timbulnya masalah disiplin di dalam kelas.

d. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral daripada asas dalam mengajar, penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar tetapi akan menjadi faktor yang menentukan pembelajaran yang lebih efektif, asas motivasi sangat esensial dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan motivasi belajar mengandung nilai-nilai yaitu motivasi menentukan tingkat keberasilan, pembelajaran bermotivasi hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, pembelajaran bermotivasi harus kreatif dan imajinatif, kegagalan menimbulkan disiplin, dan asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral.

(16)

7. Cara-cara Menumbuhkan Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M, ada beberapa cara untuk menumbuhkan

motivasi belajar siswa, antara lain:27

a. Memberi angka

Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapat angkanya baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, mungkin menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar lebih baik. Dengan pemberian angka-angka yang baik untuk siswa, bisa menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk siswa yang bersangkutan.

b. Hadiah

Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang mendapat atau menunjukan hasil belajar yang baik. Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk sesuatu pekerjaan tersebut, sehingga hadiah tidak selalu bisa menimbulkan motivasi.

c. Saingan/ kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Hanya saja persaingan individual akan

27 Sardiman A. M. (2012). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo

(17)

menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti rusaknya hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

d. Ego-involvement

Sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting karena menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik betapa pentingnya tugas-tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga mereka bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Mereka akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya, karena penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

e. Memberi ulangan

Peserta didik akan menjadi giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan. Maka, memberi ulangan adalah salah satu upaya sarana memotivasi siswa dalam belajar. Tetapi yang harus diingat adalah guru jangan terlalu sering memberikan ulangan karena dapat membuat siswa bosan karena terlalu sering dan bersifat rutinitas. Guru juga harus terbuka, maksudnya jika akan diadakan ulangan harus diberitahukan kepada siswanya.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika mengalami kemajuan/ peningkatan, akan mendorong siswa untuk terus belajar dan lebih giat lagi..semakin mengetahui bahwa hasil belajar selalu

(18)

mengalami kemajuan, maka aka nada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya selalu meningkat.

g. Pujian

Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, dengan pemberian pujian akan menimbulkan rasa senang dan puas.

h. Hukuman

Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan memberikan hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang negatif apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Adanya hasrat untuk belajar, berati ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berati pada diri anak tersebut memang terdapat motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok.

(19)

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasa sangat berguna dan menguntungkan bagi siswa, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cara menumbuhkan motivasi belajar yaitu dengan memberi angka, hadiah, saingan/ kompetisi, ego-involvement, memberikan ulangan, mengetahui hasil pekerjaan, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat dan tujuan yang diakui.

8. Pentingnya Motivasi Belajar

Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Menurut Nana Syaodih Sukmadimata (2004: 62), “motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu mengarah (directional function) serta mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing function)”.

Menurut Dimyati Mudjiono (2002: 85), motivasi belajar penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa, pentingnya motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Menyadarkan siswa pada awal belajar, proses dan hasil akhir.

b. Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar siswa, yang dibandingkan dengan teman sebaya.

(20)

d. Membesarkan semangat belajar siswa

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja yang di sela-selanya ada istirahat dan bemain secara berkesinambungan.

Dari beberapa hal di atas menunjukan betapa pentingnya motivasi belajar tersebut disadari oleh siswa. Bila motivasi belajar disadari oleh siswa, maka siswa akan belajar dengan baik sehingga akan meningkatkan prestasi belajar. Dengan demikian dalam proses pembelajaran guru berperan besar mengupayakan meningkatkan motivasi belajar. Guru dapat menumbuhkan motivasi belajar seperti yang diungkapkan pada kajian teori yaitu memberi angka, hadiah, kompetisi, ego-involvement, memberi ulangan, mengetahui hasil ujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.

Belajar yaitu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).28

Definisi belajar dapat ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda, diantaranya: 1). Kuantitatif, (ditinjau dari sudut jumlah, belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut

28 Eveline Siegar dan Hartini Nara. (2010)Teori belajar dan pembelajaran. Bogor : Ghalia

(21)

banyaknya materi yang dikuasai siswa. 2). Institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses “validasi” atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses mengajar. Ukurannya, semakin baik mutu guru mengajar, semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor. 3) kualitatif (tinjauan mutu) ialah arti-arti memperoleh pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia disekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti

dihadapi siswa.29

Pada dasarnya belajar ialah tahapan perubahan perilaku siswa yang felatif positif dan menetap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sumadi Suryabrata menyimpulkan bahwa belajar itu membawa perubahan yang terjadi karena adanya usaha dan mendapatkan

keterampilan baru.30

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Slameto “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

29 Syah, Muhibbin. (2013). Psikologi Pendidikan,Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 90 30 Suryabrata, Sumadi. (2010). Psikologi Pendidikan.Jakarta: Raja Grafindo Persada, hlm. 232

(22)

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.31

Purwanto Ngalim berpendapat bahwa, belajar adalah suatu proses yang menimbulkan terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah

laku dan atau kecakapan”.32 Wina “belajar adalah proses mental yang terjadi

di dalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan prilaku. Aktivitas mental itu terjadi karena adanya interaksi individu dengan

lingkungan yang disadari”.33

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang berlangsung seumur hidup.

Penulis berpendapat dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri karena adanya interaksi dengan lingkungan yang disadari.

31 Slamento. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Bhineka Cipta,

hlm. 2

32 Purwano Ngalim. (2006). Psikologi Pendidikan.Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 102 33 Wina Sanjaya. (2009).Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta :

(23)

C. PRESTASI BELAJAR

Adapun prestasi belajar menurut Djalal berpendapat bahwa, "prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil

penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran".34

Hamalik berpendapat bahwa prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari

sesuatu.35

Benyamin S. Bloom, prestasi belajar merupakan hasil perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah kognitif terdiri atas: pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Saifudin Azwar mengatakan prestasi belajar merupakan dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks

prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan.36

Abu Ahmadi menjelaskan Pengertian Prestasi Belajar sebagai berikut: Secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecenderungan besar untuk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara ekstrinsik (nilai, pengakuan, penghargaan) dan dapat secara ekstrinsik (kegairahan untuk menyelidiki, mengartikan situasi). Disamping itu siswa memerlukan/ dan harus menerima umpan balik secara langsung derajat

sukses pelaksanaan tugas (nilai raport/nilai test).37

34 Djalal, MF. (2006).Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang,

hlm. 69

35 Hamalik Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara, hlm. 19

36 Saifudin Azwar. (2006). Pengantar Psikologi Intelegensi. Jogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm 63 37 Abu Ahmadi. (2010).Psikologi Belajar.Jakarta: Kencana, hlm. 151

(24)

Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne dalam Suharmi Arikunto menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto bahwa hasil belajar dibedakan menjadi tiga aspek

yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.38

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar. Menurut Saifudin Anwar mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu mengungkap keberhasilan sesorang dalam belajar. Testing pada hakikatnya menggali informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Tes prestasi belajar berupa tes yang disusun secara terrencana untuk mengungkap performasi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan. Dalam kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk perguruan tinggi.Pengertian prestasi belajar adalah sesuatu yang dapat dicapai atau tidak dapat dicapai. Untuk mencapai suatu prestasi belajar siswa harus mengalami proses pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa akan mendapatkan pengetahuan, pengalaman, dan

keterampilan.39

Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan

38Suharsimi Arikunto. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara, hlm. 110

39 Anwar, Saifudin. (2005). Pengertian Prestasi Belajar.

(25)

yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai

raport atau test nilai sumatif.40

Sumadi41 berpendapat bahwa “Prestasi Belajar sebagai nilai yang

merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh guru terkait dengan kemajuan atau Prestasi Belajar siswa selama waktu tertentu”. Bukti keberhasilan dari seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar atau mempelajari sesuatu merupakan Prestasi Belajar yang dicapai oleh siswa dalam waktu tertentu.

Nana42 berpendapat bahwa Hasil belajar atau achievement merupakan

realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki oleh seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.

Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar. Dengan mengetahui prestasi belajar, dapat diketahui kedudukan anak di dalam kelas. Seperti yang dinyatakan oleh Sutratinah bahwa “prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk

40 Poerwodarminto. (1991) Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta : Bina Ilmu, hlm. 478 41 Sumadi Suryabrata. (2007). Psikologi Pendidikan.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 297 42 Nana Sudjana. (2009). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru lgesindo,

(26)

simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang

sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”.43

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar di sekolah.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Aktivitas belajar siswa tidak selamanya berlangsung wajar, kadangkadang lancar dan kadang-kadang tidak, kadang-kadang cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa sulit untuk dipahami. Dalam hal semangat pun kadang-kadang tinggi dan kadang-kadang sulit untuk bias berkosentrasi dalam belajar. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap siswa dalam kehidupannya sehari-hari di dalam aktivitas belajar mengajar.

Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang di dalamnya terdapat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi, tinggi rendahnya prestasi belajar siswa tergantung pada faktor-faktor tersebut.Secara umum menurut

43 Sutratinah Tirtonegoro. (2001). Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional,

(27)

Baharuddin faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar dibedakan

menjadi dua kategori yaitu:44

a. Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat mempengaruhi Prestasi Belajar individu. Faktor-faktor internal ini terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis.

b. Faktor Eksternal, dibedakan menjadi dua yaitu lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk guru, administrasi dan Teman Sebaya, lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan sosial keluarga seperti ketegangan keluarga, sifat-sifat orang tua, demografi keluarga, status sosial ekonomi. Sedangkan lingkungan nonsosial terdiri dari lingkungan alamiah, faktor instrumental, faktor materi pelajaran.

Slameto terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yang

digolongkan menjadi dua golongan, yaitu:45

a. Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, antara lain: faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan), dan faktor kelelahan.

b. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain: faktor keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), faktor sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, Disiplin sekolah, alat pelajaran,

44Baharuddin. (2009). Psikologi Pendidikan Perkembangan.Yogyakarta: Arruz Media, hlm. 19 45 Slamento. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta : Bhineka

(28)

waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah), dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

Ngalim berpendapat bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

proses dan hasil belajar yaitu:46

a. Faktor Sosial meliputi: faktor keluarga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar-mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.

b. Faktor individual antara lain: kematangan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Prestasi Belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu:

a. Faktor internal yakni faktor yang muncul dari dalam diri individu yang berupa faktor jasmaniah (kesehatan dan cacat tubuh), faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi) dan faktor kelelahan. b. Faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa diantaranya

lingkungan sosial seperti lingkungan sosial sekolah yang di dalamnya termasuk metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah. Lingkungan keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar

(29)

anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan) dan faktor masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat).

2. Pengukuran Prestasi Belajar

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa dikatakan berhasil atau tidak, salah satu caranya dengan melihat nilai-nilai hasil perolehan siswa dalam raport atau Kartu Hasil Studi (KHS) maupun Dokumen Hasil Studi (DHS). Angka-angka maupun huruf-huruf dalam Kartu Hasil Studi (KHS) maupun Dokumen Hasil Studi (DHS) mencerminkan Prestasi Belajar atau sejauh mana tingkat keberhasilan siswa mengikuti kegiatan belajar.

Menurut Sugihartono menyatakan:47

“Dalam kegiatan belajar mengajar, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukur. Hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siswa, yang lebih dikenal dengan prestasi belajar”.

(30)

Cara penilaian dan penentuan nilai akhir siswa adalah sebagai berikut: a. Penentuan kemampuan akademik seorang siswa sejauh mungkin

mempertimbangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

mencerminkan kompetensi siswa.

b. Penilaian hasil belajar menggunakan berbagai pendekatan secara komplementatif yang mencakup berbagai unsur hasil belajar sehingga mampu memberikan umpan balik dan “potret” penguasaan kepada siswa secara tepat, sesuai dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa.

c. Nilai suatu mata kuliah ditentukan dengan dasar lulus atau tidak lulus, nilai batas kelulusan adalah 5,6 (lima koma enam) untuk skala 0 sampai dengan 10 atau 56 (lima puluh enam) untuk skala 0 s/d 100.

d. Nilai akhir dikonversikan ke dalam huruf A, A-, B+, B, B-, C+, C, D, dan E yang standar dan angka/bobotnya ditetapkan Menurut Sugihartono “pengukuran sebagai usaha untuk mengetahui sesuatu sebagaimana

adanya, pengukuran dapat berupa pengumpulan data tentang sesuatu”.48

Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap

(31)

anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan.

Prestasi belajar diperoleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar atau pembelajaran, baik secara pribadi maupun kelompok. Jadi dapat dikatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil dari tingkah laku akhir pada kegiatan belajar siswa yang dapat diamati. Prestasi belajar menyangkut tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang didapatkan dari hasil evaluasi, baik berupa tes maupun non-tes, yang dilakukan selama atau setelah kegiatan belajar mengajar. Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil aktivitas terbaik yang dilakukan dalam memperoleh pengetahuan atau keterampilan baik secara individu maupun kelompok pada mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran Prestasi Belajar adalah suatu usaha mengetahui penguasaan materi kuliah dengan mempertimbangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang mencerminkan kompetensi siswa yang hasilnya berupa nilai rerata hasil belajar yang menggambarkan kadar daya serap belajar setiap siswa.

Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting bagi semua orang khususnya bagi umat Islam, hal ini menjadi penting di karenakan pendidikan agama Islam itu sendiri sangat bermanfaat bagi

(32)

kehidupan manusia baik di dunia maupun akhirat. Menurut Zakiah Darajat pendidikan agama Islam adalah:

“Suatu usaha bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan dapat memahami apa yang terkandung didalam Islam secara keseluruhan, menghayati makna dan maksud serta tujuannya dan pada akhirnya dapat mengamalkannya serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam yang telah dianutnya itu sebagai pandangan hidupnya sehingga dapat mendatangkan keselamatan dunia dan akhiratnya kelak”.49

Sedangkan menurut PMA no 13 Tahun 2014 Pendidikan keagamaan Islam adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan ten tang ajaran agama Islam dan/ atau menjadi ahli ilmu agama Islam dan mengamalkan ajaran

agama Islam.50

Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pendidikan agama Islam:

a. Pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar yakni suatu kegiatan bimbingan pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.

b. Peserta didik yang ingin disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang membimbing, diajari dan latihan dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam. c. Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan secara sadar terhadap peserta didinya untuk mencapai tujuan tertentu.

49 Darajat, Ilmu Pendidikan…, hlm. 88 50 PMA no 13 Tahun 2014, BAB I Psl 1

(33)

d. Kegiatan pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan keyakinan,pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus untukmembentuk kesalehan sosial.

Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.51

1. Landasan dan Tujuan Pendidikan Agama Islam a. Landasan Pendidikan Agama Islam

Landasan adalah merupakan dasar atau fondasi tempat berpijak yang baik dalam setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi dari landasan atau dari pendidikan Islam tersebut adalah seperti fondasi yang akan mengokohkan berdirinya suatu bangunan.

Landasan itu terdiri dari Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw, yang dapat dikembangkan dengan ijtihad, al-maslahah, al-mursalah, istihsan, qiyas dan sebagainya.

51Abdul Majid dan Dian Andayani. (2005) Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi” Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004”. Bandung : Remaja Rosdakarya, hlm 130

(34)

1) Al-Quran

Al-Quran sebagai petunjuk bagi orang yang bertakwa. Hal ini sesuai dengan firman allah, yang berbunyi:

َنيِقَ تُمۡلِ لىٗدُه

َِۛهيِفَۛ

َبۡيَراَلُبَٰ َتِكۡلٱَكِلََٰذ

٢

“Kitab (Al-Quran) ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang bertakwa”. (Q.S. Al-Baqoroh: 2)52

Yang dimaksud dengan petunjuk dalam ayat ini dapat dipahami yakni yang berhubungan dengan segala aktivitas manusia. Jadi didalamnya tentang dasar, cara-cara, dan tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan. Al-Quran didalamnya terkandung ajaran pokok yang prinsip, yaitu menyangkut bidang aqidah yang harus diyakini dan menyangkut dengan amal yang disebut syari’ah.

Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa dalam pendidikan Islam harus menggunakan Al-Quran sebagai sumber utama dalam merumuskan beberapa teori tentang pendidikan Islam. Atau dengan kata lain pendidikan Islam harus berdasarkan ayat-ayat Al-Quran yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perkembangan jaman. 2) As-Sunnah

As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan dan pengakuan rasulullah saw (perbuatan yang dilakukan para sahabat atau yang lain dalam beliau

membiarkan saja perbuatan atau kejadian itu berlangsung).53

52 Departemen Agama RI.Alqur’an dan Terjemahan. Surabaya: Mahkota, hlm. 2 53Munardji, Ilmu Pendidikan…, hlm.50

(35)

Didalam As-Sunnah juga berisi ajaran tentang aqidah dan akhlaq seperti Al-Quran yang juga berkaitan dengan masalah pendidikan. As-Sunnah berisi petunjuk (tuntunan) untuk kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia seutuhnya. Dan yang lebih penting lagi dari As-Sunnah bahwa didalamnya terdapat cerminan tingkah laku dan kepribadian Rasulullah saw. Yang merupakan teladan dan edukatif bagi manusia. Dan apabila di dalam Al-Quran dan As-Sunnah ada hal-hal yang belum diatur maka diperlukan ijtihad.

3) Ijtihad

Ijtihad adalah para fuqaha, yaitu berfikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh para syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum Islam dalam hal-hal yang belum ditegaskan

hukumnya oleh Al-Quran dan As-Sunnah.54

Permasalahan dalam pendidikan terus berkembang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam pengertian dan perbedaan hukum waktu yang bermuara pada kehidupan sosial, maka memerlukan ijtihad para fuqaha dan para ahli ilmu Islam. Namun demikian ijtihad dalam bidang pendidikan hendaknya selalu mengikuti kaidah-kaidah yang diatur para mujtahid dengan tetap berpetunjuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah.

54Ibid,.hlm. 51

(36)

b. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Penyelenggaraan pendidikan keagamaan Islam bertujuan untuk: a. menanamkan kepada peserta didik untuk memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala; b. mengembangkan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik untuk menjadi ahli ilmu agama Islam (mutafaqqih fiddin) dan/ atau menjadi muslim yang dapat mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya sehari-hari; dan c. mengembangkan priba di akhlakul karimah bagi peserta didik yang memiliki kesalehan individual dan sosial dengan menjunjung tinggi jiwa keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaran sesama umat Islam (ukhuwah Islamiyah), rendah hati (tawadhu), toleran (tasamuh), keseimbangan (tawazun), moderat

(tawasuth), keteladanan (uswah), pola hidup sehat, dan cin ta tanah air.55

Pendidikan agama Islam di sekolah atau di madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian

dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.

“Secara umum pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada

55Ibdid hlm 61

(37)

Allah swt, serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.56

Pendidikan agama Islam mempunyai tujuan-tujuan yang berintikan tiga aspek, yaitu aspek iman, ilmu dan amal, yang dasarnya berisi:

1) Menumbuh suburkan dan mengembangkan serta membentuk sikap positif dan disiplin serta cinta terhadap agama dalam berbagai kehidupan anak yang nantinya diharapkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT, taat kepada perintah allah dan rasulnya.

2) Ketaatan kepada Allah SWT dan rosulnya merupakan motivasi instrinsik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang harus dimiliki anak. Berkat pemahaman tentang pentingnya agama dan ilmu pengetahuan (agama dan umum) maka anak menyadari keharusan menjadi seorang hamba Allah yang beriman dan berilmu pengetahuan. Dengan kata lain, tujuan pada aspek ilmu ini adalah pengembangan pengetahuan agama, yang dengan pengembangan itu dimungkinkan pembentukan pribadi yang mempunyai akhlak mulia dan bertakwa kepada Allah, sesuai dengan ajaran agama Islam dan mempunyai keyakinan yang mantab kepada Allah.

3) Menumbuhkan dan membina keterampilan beragama dalam semua lapangan hidup dan kehidupan serta dapat memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara mendalam dan secara menyeluruh, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman hidup, baik hubungan dirinya dengan Allah SWT maupun hubungan dirinya

(38)

dengan sesama manusia serta hubungan dirinya dengan alam sekitar.57

Dengan demikian yang menjadi tujuan pendidikan agama Islam adalah pembinaan para peserta didik agar lebih memahami dan menghayati ajaran agama Islam secara utuh sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah, serta dapat membina peserta didik menjadi manusia yang berakhlakul karimah di dalam kehidupan sehari-hari.

2. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam di sekolah atau madrasah sebenarnya berfungsi sebagai “pengembangan, penyaluran, perbaikan, pencegahan, penyesuaian,

sumber lain, dan pengajaran”58

a. Sebagai pengembangan, berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha untuk menumbuhkembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

b. Sebagai penyaluran berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus yang ingin mendalami bidang agama, agar bakat tersebut berkembang secara optimal, sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain.

57Darajat, Ilmu Pendidikan…, hlm. 89-90

(39)

c. Sebagai perbaikan berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam hal keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

d. Sebagai pencegahan berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha untuk mencegah dan menangkal hal-hal yang negatif dari lingkungannya atau dari budaya asing yang dapat membahayakan peserta didik dan mengganggu perkembangan dirinya menuju manusia Indonesia seutuhnya. e. Sebagai penyesuaian berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha

membimbing peserta didik untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik maupun sosialnya dan dapat mengarahkannya untuk dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

f. Sebagai sumber nilai berarti kegiatan pendidikan agama Islam berusaha

memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat.

g. Dan sebagai pengajaran kegiatan pendidikan agama Islam berusaha untuk menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.

Berdassarkan fungsi pembelajaran Agama di atas maka pembelajaran agama Islam diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas tersebut. Sungguhpun masyarakat berbeda-beda agama, ras, etnis, tradisi dan budaya, tetapi bagaimana melalui keragaman ini dapat dibangun suatu tatanan hidup yang rukun, damai dan tercipta kebersamaan hidup serta toleransi yang dinamis dalam membangun bangsa Indonesia. Dimensi-dimensi

(40)

ajaran agama baik yang vertikal maupun horizontal, semuanya harus termuat dan tercantap dalam pengertian pendidikan agama, untuk tidak sekedar membentuk kualitas dan kesalehan individu semata, tetapi juga sekaligus

kualitas dan kesalehan sosial, serta kesalehan terhadap alam semesta.59

Dari uraian di atas bahwa perkembangan pengetahuan dan teknologi memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan ketika digunakan dengan proporsional Munculnya Media Massa, khususnya Media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat Pendidikan. Seperti jaringan Internet, Lab. Komputer Sekolah dan lain-lain. Dampak dari hal ini yaitu guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan, sehingga siswa dalam belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap Informasi yang diajarkan oleh guru, tetapi juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari Internet, olehnya itu guru disini bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing siswa untuk mengarahkan dan memantau jalannya pendidikan, agar siswa tidak salah arah dalam menggunakan Media Informasi dan Komunikasi dalam pembelajaran.

Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang

memudahkan siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan Teknologi terciptalah metode-metode baru yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut dengan bantuan Teknologi bisa dibuat abstrak, dan dapat dipahami secara mudah oleh siswa.

Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Selama ini, proses pembelajaran yang kita kenal yaitu adanya pembelajaran yang disampaikan

59 Muhaimin. (2004).Paradigma Pendidikan Islam “Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islamdi Sekolah”.Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 76-78

(41)

hanya dengan tatap muka langsung, namun dengan adanya kemajuan teknologi, proses pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan jasa pos Internet dan lain-lain.

Adanya sistem pengolahan data hasil penilaian yang menggunakan pemamfaatan Teknologi. Dulu, ketika orang melakukan sebuah penelitian, maka untuk melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh harus dianalisis dan dihitung secara manual. Namun setelah adanya perkembangan IPTEK, semua tugasnya yang dulunya dikerjakan dengan manual dan membutuhkan waktu yang cukup lama, menjadi sesuatu yang mudah untuk dikerjakan, yaitu dengan menggunakan media teknologi, seperti Komputer, yang dapat mengolah data dengan memamfaatkan berbagai program yang telah di installkan.60

Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi dengan cepat. Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus dipersiapkan, salah satu contoh, yaitu; Penggandaan soal Ujian, dengan adanya mesin foto copy, untuk memenuhi kebutuhan akan jumlah soal yang banyak tentu membutuhkan waktu yang lama untuk mengerjakannya kalau dilakukan secara manual. Tapi dengan perkembangan teknologi semuanya itu dapat dilakukan hanya dalam waktu yang singkat. Khususnya dalam kegiatan pembelajaran, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari perkembangan IPTEK, yaitu : (1) Pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik, (2) Dapat menjelaskan sesuatu yang sulit / Kompleks. (3) Mempercepat proses yang

60Yanix Nopita “Academi Edu “Dampak Teknologi Terhadap Pendidikan di unduh dari laman

(42)

lama. (4) Menghadirkan peristiwa yang jarang terjadi. (5) Menunjukkan peristiwa yang berbahaya atau diluar jangkauan.

Dari kutipan-kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa peran media sangat besar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, demikian pula dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana stimulus dan respon berpengaruh terhadap kegiatan proses belajar mengajar. Sebagaimana diungkapkan oleh Edward L. Thordike (1874-1949) dengan hukum ” law of effect”. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil bila respon murid terhadap suatu stimulus segera disertai oleh rasa senang atau rasa puas merupakan pujian atau hadiah, yang disebut “reinforcement” Reinforcement ini memperkuat hubungan antara stimulus dengan respons sehingga hasil belajar lebih permanent. Dengan demikian penggunaan media pembelajaran dengan menggunakan teknologi smartphone yang menarik akan

berpengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa.61

61 copied Thorndike, Edward L. “A Proof of the Law of Effect.” Science, vol. 77, no. 1989,

1933, pp. 173–175. JSTOR, JSTOR, www.jstor.org/stable/1658056. Di unduh dari laman http://www.jstor.org/stable/1658056?seq=1#page_scan_tab_contents 09 Oktober 2017

Referensi

Dokumen terkait

Selain pelayanan yang terjadi di dalam toko pada saat konsumen berkunjung, bentuk pelayanan lain yang lebih khusus dapat menjadi pilihan bagi pengelola toko

Hukum wad}’iy adalah perintah Allah yang berkaitan dengan penetapan sesuatu sebagai sebab, syarat, atau penghalang bagi yang lain. Akan tetapi, pembahasan mengenai

Sedangkan beberapa fakta analisis hasil UKK Matematika siswa kelas VIII D, terkait tabel 4 di atas adalah sebagai berikut: (1) untuk tingkat kesukaran dengan kategori mudah,

Saran dalam penelitian ini adalah Dosen sebaiknya menggunakan model pembelajaran tutor sebaya pada mata kuliah yang ada pada Prodi Tata Kecantikan, karena dengan model

e) Memberikan bantuan teknis kepada pemerintah provinsi dalam mendukung pelaksanaan kegiatan PAM BM di wilayah provinsi, kabupaten/kota, termasuk pelatihan kepada

Manfaat dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk mengetahui pengaruh growth, firm size, likuiditas, interest coverage ratio, profitabilitas, dan struktur aktiva terhadap

Maka dari itu pemerintah daerah kabupaten tanggamus membuat program untuk meningkatkan minat baca dan mengenal kembali budaya lokal yang hampir punah agar anak- anak dan

Variabel penelitian dalam penelitian ini yaitu profil penggunaan obat antihipertensi yang digunakan pada pasien rawat inap BPJS melalui rekam medik berdasarkan