• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBUNTU 01 KECAMATAN KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN KALIBUNTU 01 KECAMATAN KRAKSAAN KABUPATEN PROBOLINGGO"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI

MELALUI MODEL JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN

KALIBUNTU 01 KECAMATAN KRAKSAAN KABUPATEN

PROBOLINGGO

Oleh: Darnianto

SDN Kalibuntu 01, Kraksaan, Probolinggo

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendiskripsikan penerapan Model Pembelajaran Jigsaw pada siswa Kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo; (2) Mendiskripsikan hasil belajar PKn materi Globalisasi setelah diajarkan menggunakan Model Pem-belajaran Jigsaw pada siswa Kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan Kabupaten Pro-bolinggo. Sumber data berasal dari siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan Kabu-paten Probolinggo yang berjumlah 33 siswa. Teknik pengumpulan data melalui hasil tes formatif yang dilakukan. Secara garis besar penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan dalam proses pengkajian berdaur (PTK) yaitu meliputi: perencanaan (planning), pelaksanaan (action), observasi

(observation), dan refleksi (reflection). Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis

ku-antitatif dan kualitatif, selanjutnya dikonsultasikan dengan kriteria keberhasilan untuk mengetahui tuntas dan tidaknya belajar. Berdasarkan hasil tes formatif dari siklus pertama dan kedua didapat-kan ketuntasan belajar siswa yang meningkat. Pembelajaran dengan Model Jigsaw memiliki dam-pak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus I pertemuan I dan II, siklus II pertemuan I dan II) ya-itu masing-masing 73.18 %, 75,00%, 78,03.%, 82.58%. Penerapan Model Jigsaw mempunyai pe-ngaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan Model Jigsaw sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

Kata Kunci: Jigsaw, PKn

Telah disepakati oleh pendidikan bahwa guru merupakan kuncil dalam proses belajar mengajar. Bila hal ini dilihat dari segi nilai lebih yang dimiliki oleh guru dibandingkan dengan siswanya.nilai lebih ini dimiliki oleh guru terutama dalam ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru bidang studi pengajaran-nya. Walau demikian nilai lebih itu tidak akan dapat diandalkan oleh guru, apabila ia tidak memiliki teknik-teknik yang tepat untuk mentransfer kepada siswa. Disamping itu kegiatan mengajar adalah suatu aktivitas yang sangat kompleks, karena itu sukar bagi guru PKn bagaimana caranya mengajar

dengan baik aga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar PKn

Untuk merealisasikan keinginan terse-but kana ada beberapa prinsip umum yang harus dipegang oleh guru PKn dalam me-njalankan tugasnya. Menurut Prof DR. S. Nasution, prinsip-prinsip umum yang harus dipegang oleh guru PKn dalam menjalankan tugasnya adalah sebagai berikut: (1) Guru yang baik memahami dan menghormati siswa; (2) Guru yang baik harus menghor-mati bahan pelajaran yang diberikannya; (3) Guru hendaknya menyesuaikan bahan pela-jaran yang diberikan dengan kemampuannya

(2)

siswa; (4) Guru hendaknya menyesuaikan metode mengajar dengan pelajarannya; (5) Guru yang baik mengaktifkan siswa dalam belajar; (6) Guru yang baik memberikan pengertian, bukan hanya dengan kata-kata belaka. Hal ini untuk menghindari verbalis-me pada murid; (7) Guru verbalis-menghubungkan pelajaran pada kehidupan siswa; (8) Guru terikat dengan texs book; (9) Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyam-paikan pengetahuan melainkan senantiasa membentuk kepribadian siswanya.

Sehubungan dengan upaya meningkat-kan motivasi belajar siswa ada dua prinsip yang harus diperhatikan oleh guru sebagai-mana yang dikemukakan oleh Thomas F. Seton sebagai berikut: (1) Menyelidiki de-ngan jelas dan tegas apa ynag diharapkan dari pelajaran untuk dipelajari dan mengapa ia diharapkan mempelajarinya; (2) Mencip-takan kesadaran yang tinggi pada pelajaran akan pentingnya memililki skill dan penge-tahuan yang akan diberikan oleh program pendidikan itu.

Dari prinsip-prinsip umum di atas, menunjukkan bahwa peranan guru PKn dalam mengajar PKn dapat dikatakan sangat dominant, begitu pula dalam meningkatkan motivasi belajar siswa tampaknya guru yang mengetahui akan kemampuan siswa-siswa-nya baik secara individu maupun secara ke-lompok, guru mengetahui persoalan-persoal-an belajar dpersoalan-persoal-an mengajar, guru pulka ypersoalan-persoal-ang mengetahui kesulitan-kesulitan siswa terha-dap pelajaran PKn dan bagaimana cara memecahkannya.

Belajar adalah proses penambahan pe-ngetahuan. Konsep ini muncul pada penger-tian paling awal. Namun pandangan ini ternyata masih berlaku bagi sebagian orang di negeri ini. Dengan pijakan konsep ini

belajar seolah-olah hanya penjejalan ilmu pengetahuan kepada siswa.

Pandangan ini tidak perlu salah karena pada kenyataannya bahwa belajar itu me-nambah pengetahuan kepada anak didik. Namun demikian konsep ni masih sangat persial, terlalu sempit dan menjadikan siswa sebagai individu-individu yang pasif dan re-pasif. Siswa layaknya sebuah benda kosong yang perlu diisi sampai penuh tanpa melihat potensi yang sebenarnya sudah ada pada siswa.

Motif adalah daya dalam diri sese-orang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau orga-nisme yang menyebabkan kesiapannya un-tuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan motivasi adalah sesu-atu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri indi-vidu yang mendorong tingkah lakunya un-tuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman 2000:28).

Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke-dalam bentuk aktivitas nyata untuk men-capai tujuan tertentu. dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam be-lajar tidak akan mungkin melakukan aktivi-tas belajar. Hal ini sesuai dengan yang di-ungkapkan oleh Nur (2001:3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehing-ga siswa itu akan menyerap dan mengendap-kan materi itu dengan lebih baik.

(3)

Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untujk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu

Pendidikan formal saat ini ditandai adanya perubahan yang berkali-kali dalam beberapa tahun terakhir ini ditandai dengan adanya suatu perubahan (inovasi). Perubah-an pada hakekatnya adalah sesuatu hal yPerubah-ang wajar karena perubahan itu adalah sesuatu yang bersifat kodrati dan manusiawi. Hanya ada dua alternative pilihan yaitu meng-hadapi tantangan yang ada di dalamnya atau mencoba menghindarinya. Jika perubahan direspon positif akan menjadi peluang dan jika perubahan direspon negative akan menjadi arus kuat yang menghempaskan dan mengalahkan kita.

Pengajaran tradisional menitik berat-kan pada mtode imposisi, yakni pengajaran dengan cara menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru bagi murid (Hamalik, Oemar: 2001:157). Cara ini tidak mempertimbangkan apakah bahan pelajaran yang diberikan itu sesuai atau tidak dengan kesanggupan, kebutuhan, minat dan tingkat kesanggupan, serta pemahaman murid. Ti-dak pula diperhatikan apakah bahan-bahan yang diberikan itu didasarkan atas motif-motif dan tujuan yang ada pada murid.

Dalam proses pembelajaran yang menyangkut materi, metode, media alat pe-raga dan sebagainya harus juga mengalami perubahan kearah pembaharuan (inovasi). Dengan adanya inovasi tersebut di atas di tuntut seorang guru untuk lebih kreatif dan

inovatif. Terutama dalam menentukan

mo-del dan metode yang tepat akan sangat me-nentukan keberhasilan siswa terutama pem-bentukan kecakapan hidup (life skill) siswa yang berpikak pada lingkungan sekitarnya.

Jigsaw adalah tipe pembelajaran ko-operatif yang dikembangkan oleh Elliot

Aronson’s, (Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and SNAPP, 1978). Model pembela-jaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembe-lajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya. Se-hingga baik kemampuan secara kognitif maupun sosial siswa sangat diperlukan. Mo-del pembelajaran Jigsaw ini diladasi oleh teori belajar humanistic, karena teori belajar humanistic menjelaskan bahwa pada hake-katnya setiap manusia adalah unik, memiliki potensi individual dan dorongan internal untuk berkembang dan menentukan perila-kunya.

Teknik mengajar Jigsaw sebagain me-tode pembelajaran kooperatif bisa diguna-kan dalam pengakaran membaca, menulis, mendengarkan ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menu-lis, mendengarkan dan berbicara sehingga dapat digunakan dalam beberapa mata pela-jaran, seperi ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, PKn, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/ tingkatan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan menyam-paikan materi tersebut kepada anggota ke-lompok yang lain.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan kelompok asal. Kelompok asal adalah

(4)

ke-lompok awal siswa terdiri dari berapa ang-gota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar bela-kang. Sedangkan kelompok ahli, yaitu ke-lompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditu-gaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

Disini, peran guru adalah memfasili-tasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang diberikan. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa terhadap ang-gota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memi-liki tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan informasi dan memecahkan masalah yang diberikan.

Langkah-langkah kegiatan pembela-jaran dengan Model Pembelapembela-jaran tipe Jig-saw adalah sebagai berikut: (1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4 – 6 orang; (2) Tiap orang dalam kelompok diberi sub topik yang berbeda; (3) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan ang-gota ahli yang akan bergabung dalam ke-lompok ahli; (4) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan menginte-grasikan semua sub topik yang telah dibagi-kan sesuai dengan banyaknya kelompok; (5) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut; (6) Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya; (7) Tiap kelompok mempere-sentasikan hasil diskusi; (8) Guru memberi-kan tes individual pada akhir pembelajaran

tentang materi yang telah didiskusikan; (9) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.

Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajar-an Jigsaw memiliki beberapa kelebihpembelajar-an ya-itu: (1) Mempermudah pekerjaan guru da-lam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya; (2) Pemerataan pe-nguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat; (3) Metode pembe-lajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.

Beberapa hal yang bisa menjadi kele-mahan aplikasi model ini di lapangan, me-nurut Roy Killen, 1996, adalah: (1) Prinsip utama pembelajaran ini adalah ‘peer

teaching’, pembelajran oleh teman sendiri,

ini akan menjadi kendala karena perbedaan persepsi dalam memahami konsep yang akan diskusikan bersama siswa lain; (2) Apabila siswa tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi menyampaikan materi pada teman; (3) Rekod siswa tentang nilai, kepribadian, perhatian siswa harus sudah dimiliki oleh guru dan biasanya butuh waktu yang sangat lama untuk mengenali tipe-tipe siswa dalam kelas tersebut; (4) Butuh waktu yang cukup dan persiapan yang matang se-belum model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik; (5) Aplikasi metode ini pada kelas yang lebih besar (lebih dari 40 siswa) sangatlah sulit.

Diskusi dalam kelompok ini, untuk mengatasi masalah atau kelemahan yang muncul dalam penerapan model pembelajar-an kooperatif tipe jigsaw, dapat dilakukpembelajar-an dengan cara sebagai berikut: (1) Pengelom-pokan dilakukan terlebih dahulu, mengurut-kan kemampuan belajar siswa dalam kelas; (2) Sebelum tim ahli, misalnya ahli materi

(5)

pertama kembali ke kelompok asal yang akan bertugas sebagai tutor sebaya, perlu dilakukan tes penguasaan materi yang men-jadi tugas mereka.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pem-belajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian dskriptif, sebab meng-gambarkan bagaimana suatu teknik pem-belajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.

Dalam penelitian ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, dimana guru angat berperan sekali dalam proses pene-litian tindakan kelas. Dalam bentuk in, tuju-an utama penelitituju-an tindaktuju-an kelas ialah un-tuk meningkatkan praktik-praktif pembe-lajaran di kelas. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam pene-litian ini peranannya tidak dominant dan sa-ngat kecil.

Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian un-tuk memperoleh data yang diinginkan. Pene-litian ini bertempat di SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan Kabupaten Proboling-go. Waktu penelitian adalah waktu berlang-sungnuya penelitian atau saat penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil 2015/2016. Subyek penelitian adalah siswa-siswa Kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecama-tan Kraksaan Kabupaten Probolinggo pada pokok bahasan Jenis Budaya Indonesia.

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih yaitu penelitian tindkaan, maka

pene-litian ini menggunakan model penepene-litian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002:83), yaitu ber-bentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi

planning (rencana), action (tindakan), ob-servasi (pengamatan) dan reflection

(reflek-si). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahulu-an ypendahulu-ang berupa identifikasi permasalahpendahulu-an.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes buatan guru yang fungsinya adalah (1) untuk menentukan seberapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam waktu tertentu: (2) untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai dan (3) untuk memperoleh suatu nilai (Arikunto, Suharsimi, 2002:149). Se-dangkan tujuan dari tes adalah untuk menge-tahui ketuntasan belajar siswa secara indi-vidu maupun secara klasikal. Disamping itu untuk mengetahui letak kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga dapat dilihat dimana kelemahan, khususnya pada bagian mana TPK yang belum tercapai. Untuk memperkuat data yang di kumpulkan maka juga digunakan metode observasi (penga-matan ) yang dilakukan oleh teman sejawat untuk mengetahui dan merekam aktivitas guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.

Dalam rangka menyusun dan menge-lola data yang terkumpul sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan maka digunakan analisis data kuantitatif dan pada metode observasi digunakan data kuantitatif. Cara perhitungan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses belajar mengajar sebagai berikut: (1) Merekapitulasi hasil tes;

(6)

(2) Merekapitulasi hasil pengamatan; (3) Menghitung jumlah skor yang tercapai dan prosentasenya untuk masing-masiong siswa dengan menggunakan rumus ketuntasan belajar seperti yang terdapat dalam buku petunjuk teknis penilaian yaitu siswa dikata-kan tuntas secara individual jika mendapat-kan nilai minimal 65, sedangmendapat-kan secara indi-vidual mencapai 85% yang telah memcapai daya serap lebih dari sama dengan 65%.

Data penelitian diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal data observasi be-rupa pengamatan pengelolaan Model Pem-belajaran Jigsaw dan pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran dan data tes formatif siswa pada setiap siklus. Data lembar observasi diambil dari dua pe-ngamatan yaitu data pepe-ngamatan pengelola-an Model Pembelajarpengelola-an Jigsaw ypengelola-ang digu-nakan untuk pengetahui pengaruh penerapan Model Pembelajaran Jigsaw dalam mening-katkan prestasi belajar siswa dan data pe-ngamatan aktivitas guru dan siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya proses belajar mengajar dengan menerapkan Model Pembelajaran Jigsaw.

HASIL DAN PEMBAHASAN Sikus 1 Pertemuan 1

Perencanaan

Perencanaan pada siklus I pertemuan 1 disusun berdasarkan hasil dari refleksi pada kegiatan pra tindakan. Pada perencanaan siklus I pertemuan 1 peneliti menggunakan model pembelajaran Jigsaw untuk menga-tasi masalah yang muncul pada kegiatan pra tindakan. pada perencanaan ini peneliti me-lakukan: (1) memilih materi untuk yang akan dipelajari siswa. Materi yang

diguna-kan pada siklus I pertemuan 1 adalah Jenis Budaya Indonesia (2) merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Jigsaw, (3) menyiap-kan media pembelajaran berupa nomor sis-wa untuk tiap kelompok dan contoh soal be-serta penyelesaiannya (4) menyiapkan alat atau instrumen pengumpul data yang akan digunakan untuk pengumpulan data yaitu berupa lembar observasi kemampuan guru selama proses pembelajaran dengan meng-gunakan model pembelajaran Jigsaw, lem-bar kerja kelompok (LKK), butir soal dan jawaban tes individu untuk siklus I pertemu-an 1,lembar observasi siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw, lembar catatan lapa-ngan, lembar angket respon siswa serta ka-mera untuk keperluan dokumentasi berupa foto saat kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pa-da tanggal 3 September 2015selama 2x35 menit. Kegiatan diawali dengan salam, pre-sensi, apersepsi, menyampaikan informasi materi yang akan dilaksanakan, dan tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan. Se-lanjutnya pada kegiatan inti guru membagi siswa menjadi 5 kelompok dengan anggota 5-6 siswa dalam setiap kelompok sehingga terbentuk kelompok asli dan guru menentu-kan tempat duduk siswa. Setelah itu guru memberikan contoh soal dan cara penyele-saiannya berkaitan dengan materi yang di-ajarkan dan guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya mengenai contoh soal yang diberikan tetapi tidak ada siswa yang bertanya.

Pada kegiatan selanjutnya guru mem-bagikan nomor anggota dan LKK kepada setiap kelompok asli, guru menjelaskan cara

(7)

pembagian soal untuk setiap siswa yakni setiap siswa mendapat satu soal sesuai de-ngan nomor anggota yang diterimanya. Se-telah itu perwakilan salah seorang siswa da-lam setiap kelompok asli maju ke depan untuk mengambil nomor anggota dan LKK kemudian membagikan nomor anggota dan soal pada LKK kepada setiap anggota ke-lompoknya.

Kemudian pada kegiatan selanjutnya guru meminta siswa dalam kelompok asli untuk saling berpisah untuk bergabung de-ngan siswa yang memiliki kode soal yang sama (kelompok ahli) untuk menyelesaikan soal bersama-sama. Setiap kelompok berdis-kusi mengenai jawaban dan cara untuk penyelesaian soal yang telah diberikan.

Tahap selanjutnya guru meminta sis-wa kembali ke kelompok asli setelah selesai berdiskusi dengan kelompok ahli dan me-nyelesaikan soal yang telah diberikan, dan guru meminta siswa untuk bergantian men-jelaskan mengenai soal yang diberikan dan yang telah diselesaikannya kepada kelom-pok asli dan memastikan bahwa semua ang-gota kelompok asli mengerti mengenai soal-soal yang telah diselesaikan oleh kelompok ahli. Setelah selesai berdiskusi dengan ke-lompok asli guru meminta setiap tim ahli untuk mempresentasikan hasil diskusi dan penyelesaian soal yang telah diselesaikan di depan kelas dan guru bersama siswa mem-bahas soal yang telah dipresentasikan. Siswa terlihat cukup antusias dengan kegiatan ke-lompok yang dilakukan. Pada saat kegiatan inti ini berlansung guru juga memberikan pengutan kepada siswa serta melakukan pe-nilaian terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi dan penilai-an afektif.

Tahap selanjutnya adalah guru mem-berikan lembar tes individu pada siswa.

Gu-ru memberikan petunjuk mengenai cara pe-ngerjaan tes dan guru meminta siswa untuk menyelesaikan tes yang diberikan secara individu.

Pada kegiatan akhir yang dilakukan guru adalah guru merefleksi kegiatan serta bertanya jawab dengan siswa. Guru bertanya kepada siswa apakah ada yang belum dimengerti mengenai kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dan bagaimana perasa-an siswa setelah melakukperasa-an kegiatperasa-an pem-belajaran dengan menggunakan model

Jigsaw. Setelah itu guru membagikan

lem-bar angket respon kepada siswa dan me-minta siswa untuk mengisi lembar angket sesuai dengan jawaban siswa sendiri. Se-lanjutnya guru mengajak siswa untuk me-laksanakan doa dan guru mengucapkan Salam penutup.

Observasi

Pada bagian ini akan dibahas menge-nai aktivitas guru, bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru menggunakan lembar observasi guru. Aspek yang diamati dalam lembar observasi guru dengan mene-rapkan model pembelajaran Jigsaw seba-nyak 35 aspek yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal terdapat 2 aspek yang belum tampak dan 5 aspek yang sudah tampak. As-pek yang belum tampak yaitu guru mem-bimbing siswa untuk berdoa dan guru me-nyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sedangkan aspek yang sudah tampak adalah guru (peneliti) mengu-capkan salam ketika membuka pelajaran ; guru melaksanakan presensi kehadiran sis-wa; guru melaksanakan apersepsi; guru me-nyampaikan informasi materi pelajaran yang

(8)

akan dilaksanakan secara jelas; guru me-nyampaikan tujuan dari pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti terdapat 6 aspek yang belum muncul dan 19 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan guru; siswa bertanya jawab dengan guru mengenai contoh soal yang diberikan; guru memantau kedisiplinan sis-wa dalam proses pembelajaran; sissis-wa saling memastikan bahwa semua anggota mengerti mengenai jawaban soal yang telah diselesai-kan bersama sesuai dengan arahan guru; sis-wa bergantian menjelaskan mengenai soal yang telah diselesaikan dengan kelompok ahli sebelumnya kepada anggota asli serta guru mengamati sikap siswa; siswa mem-perhatikan motivasi yang diberikan guru kepada siswa agar tidak pernah menyerah dan selalu semangat dalam belajar. Sedang-kan aspek yang sudah muncul yaitu siswa membentuk kelompok (kelompok asli) de-ngan jumlah anggota 5 orang sesuai dede-ngan jumlah yang ditentukan guru. Pembagian kelompok dalam kelas terdiri dari 5 kelom-pok dengan jumlah 5-6 siswa dalam setiap kelompok; siswa memperhatikan contoh soal dan penyelesaian yang diberikan guru, siswa mendengarkan motivasi yang diberi-kan guru kepada siswa dengan menjelasdiberi-kan keharusan bekerja sama, kriteria keberhasil-an, dan perilaku siswa yang diharapkan serta guru memantau kedisiplinan siswa untuk melakukan penilaian sikap terhadap siswa; setiap kelompok menerima nomor anggota dan LKK untuk setiap kelompok asli yang dibagikan guru; siswa membagi nomor gota dan soal pada LKK untuk setiap ang-gota kelompok sesuai dengan arahan dari guru; siswa menerima soal pada LKK yang telah diberikan guru sesuai dengan nomor

anggota yang siswa terima; siswa dalam kelompok asli saling berpisah dan berga-bung dengan siswa yang memiliki kode soal yang sama (kelompok ahli); siswa berga-bung dengan kelompok ahlinya sesuai de-ngan arahan guru; siswa mendiskusikan un-tuk menyelesaikan soal yang telah diterima sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru bersama-sama dengan kelompok ahli; guru memfasilitasi siswa dalam diskusi untuk so-al yang tidak dimengerti; guru mengamati aktivitas dan sikap siswa; siswa kembali ke kelompok asli setelah selesai berdiskusi dan menyelesaikan soal dengan kelompok ahli dengan arahan guru; setiap tim ahli mempre-sentasikan hasil dari diskusi dengan anggota kelompok ahlinya di depan kelas dan pem-berian penguatan atau reward dari guru; siswa dan guru bersama-sama membahas soal yang telah diselesaikan dan dipresen-tasikan oleh setiap kelompok ahli di depan kelas; siswa menerima lembar tes individu yang diberikan guru; siswa memperhatikan petunjuk dari guru mengenai cara pengerja-an tes; siswa menyelesaikpengerja-an tes secara indi-vidu sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru; guru memotivasi siswa dan memfasili-tasi siswa untuk soal yang tidak dipahami; guru mengamati aktivitas siswa.

Pada kegiatan akhir terdapat 1 aspek yang belum muncul dan 2 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu guru membimbing siswa untuk berdoa dan aspek yang sudah muncul adalah guru lakukan refleksi pembelajaran dan guru me-ngucapkan salam di akhir pembelajaran. Se-hingga total pada pertemuan 1 terdapat 9 as-pek yang mendapatkan nilai 0 atau belum tampak dan 26 aspek yang mendapatkan ni-lai 1 atau sudah tampak.. Hasil observasi pa-da siklus I pertemuan 1 dengan menerapkan model Jigsaw di kelas IV SDN Kalibuntu 01

(9)

Kecamatan Kraksaan pada mata pelajaran PKn peneliti mendapatkan nilai presentase sebesar 74%, yakni termasuk ke dalam kriteria baik (B).

Hasil Penilaian Afektif (sikap) siswa dan Kognitif (pengetahuan) siswa dalam Lembar Kerja Kelompok dan Tes Individu, serta Hasil Nilai Akhir. Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penilaian sikap siswa pada saat pembelajaran, hasil peni-laian kelompok, hasil tes individu dan hasil nilai akhir. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

Hasil tes individu siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus I pertemuan 1 memperoleh nilai total sebesar 2.415 dengan nilai rata-rata yakni 73,18dan presentase nilai adalah 73.%. Hasil Nilai Akhir

Nilai akhir rata-rata siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus I pertemuan 1 adalah 73.57. Nilai rata-rata tersebut belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Dari 33 siswa yang tuntas pada siklus I pertemuan 1 banyak 24 siswa dan yang tidak tuntas se-banyak 9 siswa. Secara klasikal pembelajar-an pada siklus I pertemupembelajar-an 1 dikatakpembelajar-an be-lum tuntas karena siswa yang tuntas bebe-lum mencapai 80%. Oleh karena itu peneliti per-lu melakukan perbaikan pada pertemuan berikutnya.

Pertemuan 2

Perencanaan

Perencanaan siklus I pertemuan 2 peneliti tetap menggunakan model pembe-lajaran Jigsaw untuk mengatasi masalah yang muncul pada kegiatan siklus I

perte-muan 1. pada perencanaan ini peneliti mela-kukan: (1) memilih materi untuk yang akan dipelajari siswa. Materi yang digunakan pada siklus I pertemuan 2 adalah memecah-kan masalah sehari-hari yang melibatmemecah-kan Jenis Budaya Indonesia (2) merancang Ren-cana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) de-ngan model pembelajaran Jigsaw, (3) menyiapkan media pembelajaran berupa contoh soal beserta penyelesaiannya (4) menyiapkan alat atau instrumen pengumpul data yang akan digunakan seperti pada siklus I pertemuan 1. (3) Pelaksanaan Tindakan. Siklus I pertemuan 2 dilaksana-kan pada tanggal 10 September 2015selama 2x35 menit. Kegiatan pada siklus I pertemu-an 2 seperti halnya pada pertemupertemu-an 1 de-ngan menggunakan materi yang telah dipilih yakni memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan Jenis Budaya Indonesia dan RPP yang dibuat sebelumnya.

Observasi

Pada bagian ini akan dibahas menge-nai aktivitas guru,bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut.

Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru menggunakan lembar observasi guru. Aspek yang diamati dalam lembar observasi guru dengan menerapkan model pembelajaran Jigsaw sebanyak 35 aspek yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan initi, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal semua aspek yang berjumlah 7 sudah muncul, yaitu guru (pe-neliti) mengucapkan salam ketika membuka pelajaran; guru membimbing siswa untuk melakukan doa; guru melaksanakan presensi kehadiran siswa; guru melaksanakan aper-sepsi; guru menyampaikan informasi materi pembelajaran yang akan dilaksanakan secara

(10)

jelas; guru menyampaikan tujuan dari pem-belajaran yang akan dilaksanakan; dan guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti terdapat 2 aspek yang belum muncul dan 23 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu siswa bertanya jawab dengan guru mengenai contoh soal yang diberikan dan siswa saling memastikan bahwa semua anggota mengerti mengenai jawaban soal yang telah diselesaikan bersama sesuai de-ngan arahan guru. Sedangkan aspek yang sudah muncul adalah siswa membentuk kelompok (kelompok asli) dengan jumlah anggota 5 orang sesuai dengan jumlah yang ditentukan guru. Pembagian kelompok da-lam kelas terdiri dari 5 kelompok dengan anggota 5-6 siswa dalam setiap kelompok; siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan guru sebelumnya; siswa memper-hatikan contoh soal dan penyelesaiannya yang diberikan guru; siswa mendengarkan motivasi yang diberikan guru kepada siswa dengan menjelaskan keharusan bekerja sa-ma, kriteria keberhasilan, dan perilaku siswa yang diharapkan serta guru memantau kedisiplinan siswa untuk melakukan penilai-an sikap terhadap siswa; setiap kelompok menerima nomor anggota dan LKK untuk setiap kelompok asli yang dibagikan guru; siswa membagi nomor anggota dan soal pada LKK untuk setiap anggota kelompok sesuai dengan arahan dari guru; siswa me-nerima soal pada LKK yang telah diberikan guru sesuai dengan nomor anggota byang siswa terima; siswa dalam kelompok asli saling berpisah dan bergabung dengan siswa yang memiliki kode soal yang sama (ke-lompok ahli); guru memantau kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran; siswa bergabung dengan anggota kelompok

ahli-nya sesuai dengan arahan guru; siswa men-diskusikan utuk menyelesaikan soal yang te-lah diterima sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru bersama-sama dengan ke-lompok ahli; guru memfasilitasi siswa dal-am diskusi untuk soal yang tidak dimenger-ti; guru mengamati aktivitas dan sikap sis-wa; siswa kembali ke kelompok asli setelah selesai berdiskusi dan menyelesaikan soal dengan kelompok ahli dengan arahan guru; siswa bergantian menjelaskan mengenai soal yang telah diselesaikan dengan kelompok ahli sebelumnya kepada kelompok asli serta guru mengamati sikap siswa; setiap tim ahli mempresentasikan hasil dari diskusi dengan anggota kelompok ahlinya di depan kelas dan pemberian penguatan atau reward dari guru; siswa dan guru bersama-sama memba-has soal yang telah diselesaikan dan dipre-sentasikan oleh setiap kelompok ahli di depan kelas; siswa memperhatikan motivasi yang diberikan guru kepada siswa agar tidak pernah menyerah dan selalu semangat dalam belajar; siswa menerima lembar tes individu yang diberikan guru; siswa memperhatikan petunjuk dari guru mengenai cara penger-jaan tes; siswa menyelesaikan tes secara in-dividu sesuai dengan petunjuk yang diberi-kan guru; guru memotivasi siswa dan mem-fasilitasi siswa untuk soal yang tidak dipa-hami; guru mengamati aktivitas siswa.

Pada kegiatan akhir terdapat 1 aspek yang belum muncul dan 2 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu guru membimbing siswa untuk berdoa dan aspek yag sudah muncul adalah guru me-lakukan refleksi pembelajaran dan guru mengucapkan salam di akhir pembelajaran. Sehingga dari 35 aspek yang diamati ter-dapat 3 aspek yang menter-dapatkan nilai 0 atau belum tampak dan 32 aspek yang menda-patkan nilai 1 atau sudah tampak. Hasil

(11)

observasi pada siklus I pertemuan 2 dengan menerapkan model Jigsaw di kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada mata pelajaran PKn peneliti mendapatkan nilai presentase sebesar 75%, yakni terma-suk ke dalam kriteria sangat baik (A).

Hasil Penilaian Afektif (sikap) siswa dan Kognitif (pengetahuan) siswa dalam Lembar Kerja Kelompok dan Tes Individu, serta Hasil Nilai Akhir. Pada bagian ini akan dibahas mengenai hasil penilaian sikap sis-wa pada saat pembelajaran, hasil penilaian kelompok, hasil tes individu dan hasil nilai akhir. Bagian-bagian tersebut akan dijabar-kan sebagai berikut: (a) Hasil Penilaian Kognitif Untuk Tes Individu. Hasil nilai tes individu siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus I perte-muan 2 memperoleh nilai total sebesar 2.475 dengan nilai rata-rata yakni 75,00 dan presentase nilai adalah 75%; (b) Hasil Nilai Akhir. Nilai akhir rata-rata siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pa-da siklus I pertemuan 2 apa-dalah 75. Nilai ra-ta-rata tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Dari 33 siswa yang tun-tas pada siklus I pertemuan 2 sebanyak 25 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 8 sis-wa. Secara klasikal pembelajaran pada siklus I pertemuan 2 dikatakan belum tuntas karena siswa yang tuntas belum mencapai 80%. Oleh karena itu peneliti perlu melaku-kan perbaimelaku-kan pada pertemuan berikutnya.

Refleksi siklus I

Berdasarkan hasil observasi dan ana-lisis data serta data pendukung pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2 maka refleksi pada siklus I adalah sebagai berikut: (1) langkah-langkah pembelajaran yang dilaksa-nakan guru dengan menggudilaksa-nakan model

Jigsaw sudah mengalami peningkatan dari

pertemuan 1 ke pertemuan 2, namun guru masih perlu meningkatkan hasil yang diper-oleh untuk aspek yang belum nampak , (2) hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan 2 menunjukkan nilai akhir rata-rata kelas pada pada siklus I pertemuan 1 yakni 73.18 dan pada siklus I pertemuan 2 meningkat menjadi 75, (3) aktivitas siswa selama pro-ses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Jigsaw sudah menun-jukkan peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 ,tetapi masih ada beberapa as-pek yang belum Nampak diantaranya siswa belum berani untuk menyampaikan pen-dapat terhadap jawaban kelompok lain, sis-wa masih ragu dan kurang berani untuk me-nyampaikan kesan atau pendapat mengenai pembelajaran.

Siklus II Pertemuan 1

Perencanaan

Perencanaan pada siklus II pertemuan 1 disusun berdasarkan hasil dari refleksi pa-da kegiatan siklus I. Papa-da perencanaan si-klus II pertemuan 1 peneliti tetap menggu-nakan model pembelajaran Jigsaw untuk mengatasi masalah yang muncul pada ke-giatan siklus I. Pada perencanaan ini peneliti melakukan: (1) memilih materi untuk yang akan dipelajari siswa. Materi yang diguna-kan pada siklus II pertemuan 1 adalah me-mecahkan masalah sehari-hari yang melibat-kan Jenis Budaya Indonesia (2) merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Jigsaw, (3) menyiapkan media pembelajaran berupa contoh soal beserta penyelesaiannya yang berkaiatan dengan materi yang akan diajar-kan, (4) menyiapkan alat atau instrumen

(12)

pe-ngumpul data yang akan digunakan seperti pada siklus I.

Pelaksanaan Tindakan

Siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 17 September 2015selama 2x35 menit. Kegiatan pada siklus II pertemuan 1 seperti halnya pada siklus I dengan menggunakan materi yang telah dipilih yakni memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan Jenis Budaya Indonesia dan RPP yang dibuat sebelumnya.

Observasi

Pada bagian ini akan dibahas menge-nai aktivitas guru, bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru menggunakan lembar observasi guru. Aspek yang diamati dalam lembar observasi guru dengan mene-rapkan model pembelajaran Jigsaw

sebanyak 35 aspek yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal semua aspek yang berjumlah 7 sudah muncul, yaitu guru (peneliti) meng-ucapkan salam ketika membuka pelajaran; guru membimbing siswa untuk melakukan doa; guru melaksanakan presensi kehadiran siswa; guru melaksanakan apersepsi; guru menyampaikan informasi materi pembela-jaran yang akan dilaksanakan secara jelas; guru menyampaikan tujuan dari pembelajar-an ypembelajar-ang akpembelajar-an dilakspembelajar-anakpembelajar-an; dpembelajar-an guru me-nyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti terdapat 1 aspek yang belum muncul dan 24 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu siswa saling memastikan bahwa semua anggota mengerti mengenai jawaban soal yang telah diselesaikan bersama sesuai

de-ngan arahan guru. Sedangkan aspek yang sudah muncul adalah siswa membentuk ke-lompok (keke-lompok asli) dengan jumlah ang-gota 5 orang sesuai dengan jumlah yang ditentukan guru. Pembagian kelompok da-lam kelas terdiri dari 4 kelompok dengan anggota 5 siswa dalam setiap kelompok; siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan guru sebelumnya; siswa memper-hatikan contoh soal dan penyelesaiannya yang diberikan guru; siswa bertanya jawab dengan guru mengenai contoh soal yang di-berikan; siswa mendengarkan motivasi yang diberikan guru kepada siswa dengan men-jelaskan keharusan bekerja sama, kriteria keberhasilan, dan perilaku siswa yang diha-rapkan serta guru memantau kedisiplinan siswa untuk melakukan penilaian sikap terhadap siswa; setiap kelompok menerima nomor anggota dan LKK untuk setiap ke-lompok asli yang dibagikan guru; siswa membagi nomor anggota dan soal pada LKK untuk setiap anggota kelompok sesuai dengan arahan dari guru; siswa menerima soal pada LKK yang telah diberikan guru sesuai dengan nomor anggota byang siswa terima; siswa dalam kelompok asli saling berpisah dan bergabung dengan siswa yang memiliki kode soal yang sama (kelompok ahli); guru memantau kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran; siswa berga-bung dengan anggota kelompok ahlinya se-suai dengan arahan guru; siswa mendis-kusikan utuk menyelesaikan soal yang telah diterima sesuai dengan petunjuk yang dibe-rikan guru bersama-sama dengan kelompok ahli; guru memfasilitasi siswa dalam diskusi untuk soal yang tidak dimengerti; guru me-ngamati aktivitas dan sikap siswa; siswa kembali ke kelompok asli setelah selesai berdiskusi dan menyelesaikan soal dengan kelompok ahli dengan arahan guru; siswa

(13)

bergantian menjelaskan mengenai soal yang telah diselesaikan dengan kelompok ahli se-belumnya kepada kelompok asli serta guru mengamati sikap siswa; setiap tim ahli mempresentasikan hasil dari diskusi dengan anggota kelompok ahlinya di depan kelas dan pemberian penguatan atau reward dari guru; siswa dan guru bersama-sama memba-has soal yang telah diselesaikan dan dipre-sentasikan oleh setiap kelompok ahli di de-pan kelas; siswa memperhatikan motivasi yang diberikan guru kepada siswa agar tidak pernah menyerah dan selalu semangat dalam belajar; siswa menerima lembar tes individu yang diberikan guru; siswa memperhatikan petunjuk dari guru mengenai cara penger-jaan tes; siswa menyelesaikan tes individu secara individual sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru; guru memotivasi siswa dan memfasilitasi siswa untuk soal yang ti-dak dipahami, guru mengamati aktivitas siswa.

Pada kegiatan akhir terdapat 1 aspek yang belum muncul dan 2 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu guru membimbing siswa untuk berdoa dan aspek yang sudah muncul adalah guru mela-kukan refleksi pembelajaran dan guru meng-ucapkan salam di akhir pembelajaran. Se-hingga dari 35 aspek yang diamati terdapat 2 aspek yang mendapatkan nilai 0 atau be-lum tampak dan 33 aspek yang mendapat-kan nilai 1 atau sudah tampak. Hasil obser-vasi pada siklus II pertemuan 1 dengan me-nerapkan model Jigsaw di kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada mata pelajaran PKn peneliti mendapatkan nilai presentase sebesar 94%, yakni termasuk ke dalam kriteria sangat baik (A).

Pada bagian ini akan dibahas me-ngenai hasil penilaian sikap siswa pada saat pembelajaran, hasil penilaian kelompok,

ha-sil tes individu dan haha-sil nilai akhir. Bagian-bagian tersebut akan dijabarkan sebagai be-rikut: (a) Hasil Penilaian Kognitif Untuk Tes Individu. Hasil nilai tes individu siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus II pertemuan 1 memperoleh nilai total sebesar 1.645 dengan nilai rata-rata yakni 78,03 dan presentase nilai adalah 78%; (b) Hasil Nilai Akhir. Nilai akhir rata-rata siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus II perte-muan 1 adalah 78. Nilai rata-rata tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minim-um (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Dari 33 siswa yang tuntas pada siklus II per-temuan 1 sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa. Secara klasikal pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 dikatakan sudah tuntas karena siswa yang tuntas telah mencapai 78%.

Pertemuan 2

Perencanaan

Perencanaan pada siklus II tetap me-nggunakan model pembelajaran Jigsaw un-tuk mengatasi masalah yang muncul pada kegiatan siklus II pertemuan 1. Pada peren-canaan ini peneliti melakukan: (1) memilih materi untuk yang akan dipelajari siswa. Materi yang digunakan pada siklus II pertemuan 2 adalah memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan Jenis Budaya Indonesia (2) merancang Rencana Pelaksa-naan Pembelajaran (RPP) dengan model pembelajaran Jigsaw, (3) menyiapkan media pembelajaran berupa contoh soal beserta penyelesaiannya yang berkaiatan dengan materi yang akan diajarkan, (4) menyiapkan alat atau instrumen pengumpul data yang akan digunakan seperti pada pertemuan1.

(14)

Pelaksanaan Tindakan

Siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada tanggal 23 September 2015 selama 2x35 menit. Kegiatan pada siklus II pertemuan 2 seperti halnya pada siklus II pertemuan 1 dengan menggunakan materi yang telah dipilih yakni memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan operasi gabungan penjumlahan dan pengurangan pecahan dengan penyebut berebeda dan RPP yang dibuat sebelumnya. Kegiatan dapat dilihat pada lampiran gambar 4.2 dan 4.3.

Observasi

Pada bagian ini akan dibahas mengenai aktivitas guru, bagian tersebut akan dijabarkan sebagai berikut:

Aktivitas Guru

Penilaian aktivitas guru menggunakan lembar observasi guru. Aspek yang diamati dalam lembar observasi guru dengan mene-rapkan model pembelajaran Jigsaw seba-nyak 35 aspek yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal semua aspek yang berjumlah 7 sudah muncul, yaitu guru (peneliti) meng-ucapkan salam ketika membuka pelajaran; guru membimbing siswa untuk melakukan doa; guru melaksanakan presensi kehadiran siswa; guru melaksanakan apersepsi; guru menyampaikan informasi materi pembela-jaran yang akan dilaksanakan secara jelas; guru menyampaikan tujuan dari pembela-jaran yang akan dilaksanakan; dan guru menyampaikan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Pada kegiatan inti semua aspek yang berjumlah 25 sudah muncul adalah siswa membentuk kelompok (kelompok asli) dengan jumlah anggota 5 orang sesuai de-ngan jumlah yang ditentukan guru.

Pem-bagian kelompok dalam kelas terdiri dari 5 kelompok dengan anggota 5-6 siswa dalam setiap kelompok; siswa menempati tempat duduk yang telah ditentukan guru sebelum-nya; siswa memperhatikan contoh soal dan penyelesaiannya yang diberikan guru; siswa bertanya jawab dengan guru mengenai con-toh soal yang diberikan; siswa mendengar-kan motivasi yang diberimendengar-kan guru kepada siswa dengan menjelaskan keharusan beker-ja sama, kriteria keberhasilan, dan perilaku siswa yang diharapkan serta guru memantau kedisiplinan siswa untuk melakukan penilai-an sikap terhadap siswa; setiap kelompok menerima nomor anggota dan LKK untuk setiap kelompok asli yang dibagikan guru; siswa membagi nomor anggota dan soal pada LKK untuk setiap anggota kelompok sesuai dengan arahan dari guru; siswa mene-rima soal pada LKK yang telah diberikan guru sesuai dengan nomor anggota byang siswa terima; siswa dalam kelompok asli saling berpisah dan bergabung dengan siswa yang memiliki kode soal yang sama (kelom-pok ahli); guru memantau kedisiplinan sis-wa dalam proses pembelajaran; sissis-wa berga-bung dengan anggota kelompok ahlinya se-suai dengan arahan guru; siswa mendiskusi-kan utuk menyelesaimendiskusi-kan soal yang telah diterima sesuai dengan petunjuk yang di-berikan guru bersama-sama dengan kelom-pok ahli; guru memfasilitasi siswa dalam diskusi untuk soal yang tidak dimengerti; siswa saling memastikan bahwa semua ang-gota mengerti mengenai jawaban soal yang telah diselesaikan bersama sesuai dengan arahan guru; guru mengamati aktivitas dan sikap siswa; siswa kembali ke kelompok asli setelah selesai berdiskusi dan menyelesaikan soal dengan kelompok ahli dengan arahan guru; siswa bergantian menjelaskan menge-nai soal yang telah diselesaikan dengan

(15)

ke-lompok ahli sebelumnya kepada keke-lompok asli serta guru mengamati sikap siswa; setiap tim ahli mempresentasikan hasil dari diskusi dengan anggota kelompok ahlinya di depan kelas dan pemberian penguatan atau

reward dari guru; siswa dan guru

bersama-sama membahas soal yang telah diselesai-kan dan dipresentasidiselesai-kan oleh setiap kelom-pok ahli di depan kelas; siswa memperha-tikan motivasi yang diberikan guru kepada siswa agar tidak pernah menyerah dan selalu semangat dalam belajar; siswa menerima lembar tes individu yang diberikan guru; sis-wa memperhatikan petunjuk dari guru mengenai cara pengerjaan tes; siswa menye-lesaikan tes secara individu sesuai dengan petunjuk yang diberikan guru; guru memo-tivasi siswa dan memfasilitasi siswa untuk soal yang tidak dipahami, guru mengamati aktivitas siswa.

Pada kegiatan akhir terdapat 1 aspek yang belum muncul dan 2 aspek yang sudah muncul. Aspek yang belum muncul yaitu guru membimbing siswa untuk berdoa dan aspek yang sudah muncul adalah guru melakukan refleksi pembelajaran dan guru mengucapkan salam di akhir pembelajaran. Sehingga dari 35 aspek terdapat 1 aspek yang mendapatkan nilai 0 atau belum tampak dan 34 aspek yang mendapatkan nilai 1 atau sudah tampak. Hasil observasi pada siklus II pertemuan 2 dengan mene-rapkan model Jigsaw di kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada mata pelajaran PKn peneliti mendapatkan nilai presentase sebesar 84%,.

Hasil tes individu siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus II pertemuan 2 memperoleh nilai total sebesar 2.725 dengan nilai rata-rata yakni 82,58 dan presentase nilai adalah 82%.

Nilai akhir rata-rata siswa kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan pada siklus II pertemuan 2 adalah 82. Nilai rata-rata tersebut sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yakni 75. Dari 33 siswa yang tuntas pada siklus II pertemuan 2 sebanyak 33 siswa (100%) dan yang tidak tuntas sebanyak 0 siswa (0%). Secara klasikal pembelajaran pada siklus II pertemuan 2 dikatakan sudah tuntas karena siswa yang tuntas telah mencapai 84%.

Refleksi siklus II

Berdasarkan hasil observasi, analisis data serta data pendukung pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2 refleksi yang dilakukan sebagai berikut: (1) aktivitas guru mengenai langkah-langkah pembelajaran menggunakan model Jigsaw sudah meng-alami peningkatan dari pertemuan 1 ke per-temuan 2 sehingga hasil yang diperoleh guru sudah mendapatkan nilai yang sangat baik, (2) hasil belajar siswa pada siklus II perte-muan 2 menunjukkan nilai akhir rata-rata kelas pada pada siklus II pertemuan 1 yakni 78 dan pada siklus II pertemuan 2 mening-kat menjadi 84, (3) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Jigsaw sudah menun-jukkan peningkatan sehingga pada siklus II pertemuan 2 semua aspek dalam aktivitas siswa sudah tampak.

PENUTUP Kesimpulan

Model Pembelajaran Jigsaw dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Model Pembelajaran Jigsaw memiliki dam-pak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan

(16)

pening-katan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklusnya. Siswa dapat bekerja secara man-diri maupun kelompok, serta mampu mem-pertanggung jawabkan segala tugas individu maupun kelompok. Penerapan pembelajaran kontekstual Model Pembelajaran Jigsaw mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi, minat, dan partisi-pasi belajar siswa.

Saran

Untuk melaksanakan Model Pembela-jaran Jigsaw memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bias diterapkan dengan pembelajaran kontektual Model Pembelajaran Jigsaw

da-lam proses belajar mengajar sehingga diper-oleh hasil yang optimal. Dalam rangka me-ningkatkan prestasi belajar siswa, guru hen-daknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, mem-peroleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di Kelas IV SDN Kalibuntu 01 Kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo tahun pelajaran 2015/2016. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi

Belajar Mengajar. Jakarta Rineksa

Cipta.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar

dan Mengajar. Bandung Sinar Baru

Algesindo.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa Untuk

Belajar. Surabaya University Press

Universitas Negeri Surabaya.

Usman, Moh. Uzer. 2001. Menjadi Guru

Profesional. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian

Tindakan Kelas. Surabaya: Insan

Cendikia

Surakhmad, Winarno, 1990. Metode Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar

Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT.

Referensi

Dokumen terkait

elemen yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian, yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, loyalitas merek dan citra merek yang melekat pada produk sepatu

Teman - teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu bersedia membantu dan menemani saya pada waktu bersamaan menyelesaikan studi di STIE

Hasil belajar bologi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkah laku dan skor yang menunjukkan tingkat penguasaan/pemahaman antara siswa yang diajar

Faktor fisik yang menyebabkan aktivitas pertannian lebih banyak dilakukan pada wilayah beting gisik yang relatif jauh dari garis

Pergeseran ke pendekatan terarah di waktu yang tepat dapat diterapkan di Aceh dan Nias untuk mengatasi kawasan yang kacau, sementara meningkatnya jumlah lembaga, dengan dana

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

The importance of cooperation within the traditional mappadendang ritual includes carrying values of the Islamic economic system, such as, to work earnestly for seeking

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak dua putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan pengamatan,