1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kawasan Asia Tenggara merupakan salah satu wilayah yang hampir semua negara yang ada di dalamnya pernah di jajah oleh negara-negara barat seperti Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, Amerika Serikat dan Inggris, bahkan Indonesia pernah di jajah oleh Jepang. Setelah lepas dari masa penjajahan dan menjadi negara yang berdaulat, negara-negara di Asia Tenggara mulai ditempa masalah-masalah internal yang menimbulkan ketegangan dan kondisi keamanan yang tidak stabil di dalam kawasan. Permasalah tersebut antara lain „konfrontasi‟ antara Malaysia dan Indonesia, klaim teritorial antara Malaysia dan Filipina mengenai Sabah, serta berpisahnya Singapura dari Federasi Malaysia.
Dilatarbelakangi oleh hal tersebut di atas, negara-negara Asia Tenggara menyadari perlunya dibentuk kerjasama untuk meredakan rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya, serta mendorong kerjasama pembangunan kawasan. Pertemuan-pertemuan konsultatif yang dilakukan secara intensif, antara para Menteri luar negeri Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand
menghasilkan rancangan Join Decalaration, yang mencakup kesadaran akan
perlunya meningkatkan rasa saling pengertian untuk hidup bertetangga secara baik serta membina kerjasama yang bermanfaat di antara negara-negara yang sudah terikat oleh pertalian sejarah dan budaya ini. Dampak positif dari meredanya rasa saling curiga dan membangun rasa saling percaya dan konflik di antara
negara-2 negara Asia Tenggara telah mendorong upaya pembentukan kerjasama organisasi kawasan.
Upaya pembentukan organisasi kerjasama kawasan telah membuahkan hasil dengan ditandatanganinya Deklarasi ASEAN atau Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok Wakil Perdana Menteri Luar Negeri Malaysia dan para Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Filipina, Singapura, dan Thailand. Deklarasi tersebut menandai berdirinya perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia
Tenggara (Association of South East Asian Nations). Masa awal pendirian
ASEAN lebih diwarnai oleh upaya-upaya membangun rasa saling percaya antar negara anggota guna mengembangkan kerjasama regional yang bersifat kooperatif namun belum bersifat integratif.
Prinsip utama dalam kerjasama ASEAN antara lain adalah persamaan
kedudukan dalam keanggotaan (equality), tanpa mengurangi kedaulatan
masing-masing negara anggota. Negara negara anggota ASEAN sepenuhnya tetap
memiliki kedaulatan ke dalam maupun keluar (sovereignty). Sedangkan
musyawarah (consensus and consultation), kepentingan bersama (common
interest), dan saling membantu (solidarity) dengan semangat ASEAN merupakan
ciri kerjasama ini.1
1
Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN Kemenlu RI. 2010. ASEAN Selayang Pandang. Edisi Ke-19. Jakarta. Hal. 3
3 Perkembangan ASEAN memasuki babak baru dengan diadopsinya Visi ASEAN 2020 di Kuala Lumpur tahun 1997 yang mencita-citakan ASEAN sebagai sebuah komunitas negara-negara Asia Tenggara yang terbuka, damai, stabil dan sejahtera, saling peduli, diikat bersama dalam kemitraan yang dinamis di tahun 2020. Visi ASEAN 2020 di deklarasikan oleh para kepala negara-negara anggota ASEAN pada pertemuan informal di Kuala Lumpur pada pertengahan tahun 1997, tidak diragukan lagi Visi ASEAN 2020 adalah bentuk optimisme dari
para kepala negara anggota ASEAN.2
Rumusan dari Visi ASEAN 2020 pertama kali diluncurkan pada tahun 1996, disaat pertumbuhan ekonomi yang fenomenal melanda kawasan Asia Timur, termasuk sebagian Asia Tenggara. Setelah itu para kepala negara-negara anggota ASEAN meneruskan dan mengesahkannya pada bulan Desember 1997, dimana krisis finansial tengah melanda kawasan Asia sejak beberapa bulan sebelumnya, tapi tidak mempengaruhi optimisme negara-negara anggota ASEAN, dan beranggapan krisis finansial yang melanda kawasan Asia pada tahun 1997
tidak akan memberikan dampak serius kepada kelanjutan Visi ASEAN 2020.3
Berkaitan pengadopsian ASEAN Vision 2020, maka ASEAN harus menyelesaikan segala bentuk perseteruan baik di lingkup internal ASEAN, maupun diluar negara-negara anggota ASEAN. ASEAN juga harus menciptakan
kawasan bebas senjata nuklir melalui perjanjian SEANWFZ (South East Asia
2
National University of Singapore. 2009. ASEAN Vision 2020. Hal. 1. Di akses melalui
http://cil.nus.edu.sg/rp/pdf/1997%20ASEAN%20Vision%202020.pdf pada tanggal 10 Juni 2012
4
Nuclear Weapon Free Zone). ASEAN harus menjadi kawasan yang mempunyai kompetensi yang tinggi di bidang teknologi yang dapat bersaing dengan negara-negara diluar kawasan Asia Tenggara. Serta ASEAN harus memerangi masalah paling pokok di kawasan Asia Tenggara yaitu kemiskinan dan senantiasa menjaga stabilitas keamanan kawasan Asia Tenggara khususnya pada ancaman kejahatan internasional dan perdagangan obat-obatan terlarang.
Selanjutnya ASEAN mengadopsi Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas ASEAN terdiri atas 3 (tiga) pilar yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC), dan Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community/ASCC). Pencapaian Komunitas
ASEAN semakin kuat dengan ditandatanganinya “Cebu Declaration on the
Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015” oleh para pemimpin ASEAN pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina, 13 Januari 2007. Dengan ditandataganinya deklarasi ini, para pemimpin ASEAN menyepakati percepatan pembentukan Komunitas ASEAN dari tahun 2020 menjadi tahun 2015.
Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) menjadi salah satu pilar penting dalam proses integrasi negara-negara ASEAN. KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II yang menegaskan bahwa AEC diarahkan pada pembentukan sebuah integrasi ekonomi kawasan. Pembentukan AEC ini akan menciptakan kawasan ASEAN yang stabil, makmur,
5 dan berdaya saing tinggi. AEC akan menciptakan arus barang, jasa, investasi dan aliran modal yang lebih bebas, pembangunan ekonomi yang setara serta dapat mengurangi kesenjangan sosial ekonomi pada tahun 2015. AEC akan menjadikan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, mengubah keanekaragaman menjadi karakter kawasan, menjadi peluang bisnis yang saling melengkapi serta membuat ASEAN menjadi lebih dinamis dan menjadi segmen
yang lebih kuat sebagai bagian dari kekuatan ekonomi global.4
Visi besar Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC) dalam mewujudkan integrasi ASEAN harus didukung oleh berbagai aspek yang salah satunya adalah
kemajuan sistem ICT (Information and Communication Technology). ICT
merupakan hal mendasar dalam mendukung kegiatan perdagangan karena dapat membuka ruang komunikasi dan transaksi perdagangan melalui e-commerce, memfasilitasi investasi, memperluas pasar melalui kemampuannya dalam menyediakan sarana pertukaran informasi, memfasilitasi pemasaran melalui online adverstisement, mempermudah inovasi melalui pertukaran informasi dan ide, biaya komunikasi yang lebih murah, menciptakan kredibilitas terhadap kemampuan penggunaan ICT sehingga menarik investor untuk berinvestasi, serta masih banyak lagi kontribusi ICT dalam proses perekonomian.
ASEAN memiliki pertemuan tahunan yang diberikan mandat untuk mengatur kebijakan serta membuat program kerja pengembangan dalam integrasi
ICT di ASEAN. Pertemuan tahunan ini dinamakan TELMIN (Telecommunication
4
6
and IT Ministers Meeting). TELMIN melakukan pertemuan tahunan untuk membahas hal-hal yang signifikan mengenai pengembangan dan kemajuan ICT di ASEAN. Pada pertemuan TELMIN yang ke-9 di Vientiane, Laos pada tahun 2009
yang menghasilkan deklarasi yang diberi nama „Vientiane Declaration On
Promoting The Realisation Of Broadband Across Asean‟, telah disepakati
pembuatan sebuah masterplan di bidang ICT untuk mendukung pencapaian integrasi ASEAN 2015. Masterplan ini diberi nama „ASEAN ICT Masterplan 2015‟.
ASEAN ICT Masterplan 2015 merupakan sebuah rencana program kerja di bidang ICT di ASEAN yang bertujuan untuk mendukung percapaian integrasi ASEAN di semua tingkatan terutama bidang Ekonomi. Masterplan ini berisi tentang langkah-langkah strategis di bidang ICT serta implementasi yang akan dilakukan ASEAN selama 5 tahun ke depan, sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2015. Masterplan ini dibuat oleh para Menteri Telekomunikasi negara-negara ASEAN sejak tahun 2009 dan rampung pada tahun 2010.
ASEAN ICT Masterplan 2015 memiliki beberapa hasil utama sebagai sebuah pencapaian yang akan mencerminkan bagaimana ASEAN akan mengembangkan dan mentransformasikan ekonomi dan budaya. Hasil utama itu adalah ; ICT sebagai alat dalam proses pertumbuhan bagi negara-negara ASEAN. ICT menjadi salah sektor ekonomi utama di ASEAN yang akan merangsang daya saing bagi sektor industry lain. Kedua adalah Pengakuan terhadap ASEAN sebagai pusat ICT di tingkat global. ASEAN akan menjadikan dirinya sebagai sebuah kawasan yang memiliki kualitas infrastruktur ICT yang tinggi, tenaga
7 kerja yang terampil, serta kemajuan inovasi teknologi. Ketiga adalah Peningkatan kualitas hidup masyarakat di ASEAN. Penggunaan ICT akan membuat masyarakat ASEAN tahu tentang arti penting sebuah hubungan yang erat/saling berkaitan, dan berpengetahuan luas. Hal ini akan berefek terhadap bagaimana cara hidup, cara bekerja serta cara bermain masyarakat. Kempat adalah kontribusi terhadap integrasi ASEAN. ICT akan mendorong kolaborasi yang lebih besar diantara para pebisnis dengan Masyarakat luas, yang akhirnya akan mengarah
kepada integrasi ASEAN.5
Pencapaian hasil utama ASEAN ICT Masterplan 2015 tentu saja membutuhkan langkah-langkah strategis yang akan diimplementasikan sebagai sebuah cara yang efisien untuk mencapai keseluruhan tujuan dan integrasi ASEAN. Langkah-langkah tersebut yaitu : Pertama adalah Transformasi Ekonomi. ASEAN akan menciptakan lingkungan usaha yang kondusif untuk menarik dan meningkatkan perdagangan, investasi, dan kewirausahaan di sektor ICT. ICT juga akan menjadi mesin yang meningkatkan pertumbuhan sektor ekonomi lainnya. Kedua adalah Pemberdayaan dan keterlibatan masyarakat. ASEAN akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui penggunaan ICT yang terjangkau dan merata. Ketiga adalah Inovasi. ASEAN akan menumbuhkan sektor ICT yang kreatif, inovatif, dan ramah lingkungan. Keempat adalah Pembangunan Infrastruktur. ASEAN akan mengembangkan infrastruktur ICT untuk mendukung penyediaan layanan kepada seluruh masyarakat ASEAN.
5
ASEAN Secretariat. 2011. ASEAN ICT Masterplan 2015. Hal.10. Di akses melalui
http://www.aseansec.org/documents/ASEAN%20ICT%20Masterplan%202015.pdf pada tanggal 9 Juni 2012
8 Kelima adalah pengembangan sumber daya manusia. ASEAN akan mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten, dan terampil di bidang ICT untuk mendukung pertumbuhan sektor ICT dan membantu mengembangkan sektor ekonomi lainnya. Keenam adalah mengatasi kesenjangan digital. ASEAN akan membahas tentang pengembangan ICT di semua tingkatan, dan hasilnya akan di adopsi kedalam negara-negara ASEAN secara menyeluruh. ASEAN juga akan fokus dalam menyelesaikan masalah kesenjangan lain di bidang ICT untuk
menghasilkan solusi yang lebih komperhensif.6
ASEAN membentuk sebuah mekanisme untuk mengukur seberapa besar kemajuan yang telah dilakukan dalam proses integrasi ekonomi di ASEAN serta
memastikan pelaksanaannya tepat waktu. Mekanisme ini disebut ASEAN
Economic Scorecard (AEC Scorecard). Scorecard ini menjadi mekanisme bagi ASEAN dalam melaporkan kemajuan pelaksanaan masyarakat ekonomi ASEAN, mengidentifikasi setiap tantangan dan kesenjangan serta menentukan strategi untuk mengatasi tantangan tersebut pada pelaksanaan selanjutnya. ICT menjadi
salah satu bagian penting yang di ukur kemajuannya dalam system scorecard ini.
Negara-negara ASEAN memiliki kemampuan ICT yang berbeda-beda.
Laporan tahunan The Global Information Technology Report 2012 yang
diterbitkan oleh WEF (World Economic Forum) memuat urutan negara-negara di
dunia menurut Indeks Kesiapan Berjejaring (Networked Readiness Index). Indeks
Kesiapan Berjejaring bertujuan untuk mengukur tingkat kemajuan negara-negara
6
9 atas dasar kecanggihan teknologi informasi dan komunikasinya. Pada regional ASEAN, Singapura menduduki urutan pertama sebagai Negara dengan kemampuan teknologi informasi dan komunikasi yang tinggi, dilanjutkan oleh Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Indonesia, Vietnam, Filiphina, Myanmar,
Kamboja, dan Laos.7
Implementasi ASEAN ICT Masterplan tentunya akan menghadapi berbagai tantangan pada setiap langkah-langkah strategis yang telah direncanakan dan akan dilaksanakan hingga tahun 2015. Permasalahan kesenjangan digital di antara negara-negara ASEAN, merupakan fakta nyata yang akan menjadi salah satu tantangan besar pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan. Beberapa negara Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam, merupakan anggota ASEAN yang masih berada pada level rendah dari sisi penggunaan, pengetahuan, serta kepemilikan infrastruktur di bidang ICT. Selain itu perbedaan kepentingan nasional dan regulasi di bidang ICT dari negara-negara anggota ASEAN juga akan menjadi tantangan besar dalam implementasi Masterplan ini. Informasi merupakan masalah yang tebilang sensitif terhadap sebuah negara. Perbedaan sistem politik akan memberikan regulasi yang berbeda terhadap sistem informasi. Pemerintah dapat memilih atau mensensor informasi tertentu yang beredar secara bebas di internet dengan alasan keamanan.
7
World Economy Forum. 2012. Global Competitiveness Report 2012-2013. di akses melalui
http://www3.weforum.org/docs/WEF_GlobalCompetitivenessReport_2012-13.pdf pada tanggal 8 Agustus 2012
10 Sejauh ini, di Indonesia belum banyak studi yang mengkaji tentang bagaimana prospek pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015 ini. Studi yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan upaya peningkatan pertumbuhan industry dan bisinis ICT yang inovatif yang biasa dilakukan oleh Kementerian Riset dan Teknologi Indonesia contohnya yaitu studi tentang pembangunan ICT Techno Park. ICT Techno Park adalah adalah kawasan bangunan yang diperuntukan bagi penelitian dan pengembangan sains dan teknologi berdasarkan
kepentingan bisnis.8 Selain itu studi yang berhubungan dengan pelayanan publik
berbasis ICT yang biasa dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia contohnya pengembangan e-Government, e-Education, e-Health, dan pelayanan publik lainnya yang berbasis ICT.
Permasalahan ini pada akhirnya menimbulkan efek terhadap prospek pengimplemetasian ASEAN ICT Masterplan 2015. Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menganalisis masalah ini yang akan diangkat dalam
skripsi yang berjudul “Prospek Implementasi Kebijakan ASEAN ICT
Masterplan 2015 “
B. Batasan dan Rumusan Masalah
ICT dapat memberikan banyak keuntungan untuk manusia. Kecepatannya dalam melakukan komunikasi, sistem operasional yang dapat mengerjakan sebuah perintah dengan cepat, bahkan permasalahan jarak juga terselesaikan dengan
8 Kemenristek RI.2012. Pembangunan ICT Techno Park. Di akses melaui
11 kehadiran ICT. Selain itu konektifitas internet juga digunakan sebagai media penyimpanan data yang akan mempermudah akses data di seluruh dunia dalam hitungan detik.
Menteri Telekomunikasi dan IT ASEAN sepakat untuk merealisasikan konektivitas broadband (Internet) di kawasan ASEAN karena dianggap penting untuk mendorong hubungan kerjasama yang lebih dekat di antara negara-negara ASEAN serta mempersiapkan kawasan ini dalam menghadapai integrasi dan
pembangunan yang lebih lanjut. Untuk itu, para Menteri mengadopsi „Vientiane
Declaration On Promoting The Realisation Of Broadband Across Asean‟ yang di hasilkan dari pertemuan TELMIN yang ke-9 pada tahun 2009, sebagai dasar pembuatan ASEAN ICT Masterplan 2015. Masterplan ini akan dijadikan dokumen strategis untuk membawa sektor ICT di ASEAN ke level yang tinggi serta memperkuat peran ICT dalam proses integrasi ASEAN.
Dalam pembahasan ini, agar penelitian menjadi lebih terfokus, maka penulis membatasi masalah yaitu pada “ Bagaimana prospek proses implementasi
ASEAN ICT Masterplan 2015” dengan 3 negara ASEAN sebagai representasi yaitu Singapura, Indonesia dan Myanmar. Yang dimaksud adalah bagaimana peluang dan tantangan kedepan dalam pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan yang sedang dilaksanakan hingga mencapai tujuannya yaitu integrasi ICT ASEAN pada tahun 2015 yang tentu juga akan mendorong dan membantu proses integrasi ASEAN di bidang yang lain.
12 Berdasarkan pada batasan masalah tersebut di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa faktor penghambat pengimplementasian kebijakan ASEAN ICT Masterplan 2015 sejak tahun 2010 hingga tahun 2012 ?
2. Bagaimana peluang dan tantangan implementasi ASEAN ICT Masterplan 2015 ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
a. Untuk mengetahui hambatan pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015 sejak tahun 2010 hingga 2012.
b. Untuk mengetahui peluang dan tantangan implementasi ASEAN ICT Masterplan 2015.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang proses implementasi ASEAN ICT Masterplan 2015 dengan segala peluang dan tantangannya yang mana Masterplan ini telah di implementasikan sejak 2010 dan direncakan akan selesai pada tahun 2015 .
13 b. Diharapkan akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai masukan terhadap pemerintah Indonesia untuk meningkatkan peran dalam menyukseskan tujuan dari ASEAN ICT Masterplan 2015.
D. Kerangka Konseptual
Paska perang dunia kedua, fenomena organisasi internasional mulai melanda dunia. Fenomena ini di awali dengan lahirnya organisasi internasional dunia yang bertugas dalam pemeliharaan perdamaian dunia, penegakan HAM dan bantuan kemanusiaa, serta peningkatan kehidupan sosial dan pertumbuhan ekonomi, yaitu PBB. Lahirnya Organisasi Internasional didorong oleh banyak faktor, seperti perkuatan keamanan negara dan kawasan, pencegahan konflik antar negara, peningkatan kekuatan ekonomi negara dan kawasan, sampai pada perlindungan terhadap kebudayaan dan lingkungan.
Negara membentuk atau bergabung dengan sebuah Organisasi Internasional, didorong oleh adanya tujuan yang ingin dicapai secara invidu maupun kolektif. Tujuan-tujuan itu muncul dari kelebihan dan kekurangan tiap-tiap negara untuk kemudian disatukan dalam sebuah organisasi yang memiliki mekanisme, prinsip bekerjasama serta struktur yang jelas, sehingga mempermudah dalam proses pencapaian tujuannya. Menurut Teuku May Rudy dalam buku “Administrasi dan Organisasi Internasional”, bahwa:
Organisasi Internasional adalah pola kajian kerjasama yang melintasi batas – batas Negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap
serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta
melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan – tujuan yang diperlukan serta
14 disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun
antar sesama kelompok non pemerintah pada Negara yang berbeda.9
Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr., sebagaimana yang dikutip oleh T. May Rudi dalam buku Administrasi dan Organisasi Internasional, mengatakan bahwa:
Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara Negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan
serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala.10
Sedangkan NA Maryan Green, sebagaimana yang dikutip oleh Ade Maman Suherman, dalam bukunya “Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi
Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi”, memberikan batasan
langsung tentang organisasi internasional dengan mengatakan bahwa “organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk berdasarkan suatu perjanjian
dengan tiga atau lebih negara-negara menjadi peserta”11. Menurut Dr. Boer
Mauna, yang juga dikutip oleh Ade Maman Suherman dalam buku yang sama tersebut di atas, menyatakan bahwa, “organisasi internasional adalah suatu
perhimpunan Negara-negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk
9 T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. Refika Aditama.
Hal.3 10
Ibid. Hal.2 11
Ade Maman Suherman. 2003. Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
15 mencapai kepentingan bersama melalui organ-organ dari perhimpunan itu sendiri.12”
Secara sederhana, T. May Rudi lebih lanjut dalam bukunya “Administrasi dan Organisasi Internasional”, mengemukakan unsur-unsur dari
organisasi internasional sebagai berikut:
Organisasi internasional mencakup unsur-unsur sebagai berikut, yaitu: Keterlibatan negara dalam suatu pola kerjasama, Adanya pertemuan-pertemuan secara berkala, Adanya staf yang bekerja sebagai ”pegawai sipil internasional”, Kerjasama yang ruang-lingkupnya melintasi batas negara, Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama, Struktur organisasi yang jelas dan lengkap dan Melaksanakan fungsi secara
berkesinambungan.13
Sementara itu organisasi juga memiliki ciri-ciri yang dikemukakan oleh L.
Leonard dan dikutip oleh Drs. Aiyub Mohsin dalam buku Organisasi dan
Administrasi International, sebagai berikut:
Organisasi yang tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan, keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat, Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasional, badan pertemuan perwakilan konsultatif yang luas Dan sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi, penelitian dan informasi secara
berkelanjutan. 14
ASEAN adalah organisasi internasional yang bersifat kawasan karena beranggotakan negara-negara yang secara geografis berada di kawasan Asia Tenggara. Pembentukan ASEAN juga didasari oleh prinsip-prinsip sebuah
12 Ibid. Hal.46
13T. May Rudy. 1998. Op.Cit. Hal. 10 14
Drs. Aiyub Mohsin, Ma, MM. 2009. Organisasi dan Administrasi International. Ghalia Indonesia. Jakarta. Hal. 7
16 organisasi internasional, yaitu keinginan negara-negara ASEAN secara kolektif untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, pengembangan kebudayaan, dan memajukan perdamaian di tingkat regionalnya, sehingga akhirnya memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi kawasan yang memiliki mekanisme atau aturan main yang jelas, keinginan untuk bekerja sama antar negara, serta struktur organisasi yang jelas untuk mencapai semua tujuan-tujuannya baik secara individu maupun secara kolektif.
Konstelasi hubungan internasional telah berubah secara drastis pasca Perang Dingin, dunia diwarnai oleh polarisasi yang telah mendorong kawasan negara berkembang dan negara maju mempertegas kembali keberadaannya. Kecenderungan itu bila dihubungkan dengan masalah tata ekonomi dunia, ternyata eksistensi sebuah keadilan masih sulit diciptakan. Masalah yang menyangkut utang luar negeri, pertumbuhan ekonomi, arus modal, seakan-akan tidak berubah sehingga perkembangan di bidang ini cenderung menunjukkan eksistensinya .
Berakhirnya perang Dunia II dan meluasnya interdependensi antar bangsa melahirkan suatu fenomena baru dalam studi tentang hubungan Negara. Teori HI klasik yang meletakkan fokusnya pada power dan konstelasi politik antar negara kemudian memerlukan beberapa penyempurnaan karena keadaan global telah diwarnai dengan berkurangnya kapasitas negara serta kaburnya batas-batas kedaulatan negara memunculkan pola politik baru yang mengasosiasikan kepentingan nasional ke dalam kepentingan regional. Interdependensi yang semakin meluas melahirkan kerjasama regional (regionalisme) yang merupakan
17 jalan keluar bagi pencapaian kepentingan nasional. Dengan kata lain regionalisme merupakan alternatif diantara nasionalisme dan interdependensi global yang terjadi.
Di antara pakar, ada silang pendapat tentang definisi regionalisme itu sendiri. Menurut Joseph S. Jr Nye, regionalisme adalah sekelompok Negara yang jumlahnya terbatas yang berhubungan satu sama lain dalam batasan sehingga regionalisme didefinisikan sebagai formasi dari pengelompokan antarnegara
dalam basis suatu kawasan.15
Cantori dan Steven Spiegel mendefinisikan regionalism sebagai dua atau lebih Negara yang saling berinteraksi dan memiliki kedekatan geografis, kesamaan etnis, bahasa, budaya, keterkaitan social dan sejarah serta tindakan dari
Negara-negara di luar kawasan26. Menurut Roeslan Abdulgani regionalism dapat
didefinisikan sebagai suatu pengelompokkan Negara kebangsaan dengan tujuan untuk memberntuk sebuah kesatuan politik yang jelas yaitu untuk terbentuknya
ketertiban.16
Munculnya suatu prioritas baru dalam bentuk integrasi regional, dimana kepentingan kelompok menjadi hal yang utama dan selanjutnya akan memberikan kontribusi bagi kepentingan nasional masing-masing. Konstelasi kepentingan ekonomi tampaknya semakin mempertegas integrasi regional dalam aspek
15
Asrudin dan M.J, Refleksi Teori Hubungan Internaional dari Tradisional ke Kontemporer, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009, hal. 138
16 Roeslan Abdulgani, Problem Nasonalisme, Regionalisme, dan Keamanan di Asia Tenggara,
18 ekonomi-politik global yang sebagai contoh ditandai dengan dibentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Integrasi ekonomi dilandasi konsep memberikan manfaat ekonomi bagi negara-negara anggota maupun non-anggota. Prinsip dasar integrasi ekonomi adalah mengurangi atau menghilangkan semua hambatan perdagangan di antara negara anggota dalam kawasan tertentu untuk dapat meningkatkan arus barang dan jasa dengan bebas ke luar masuk melintasi batas negara masing-masing anggota, sehingga volume perdagangan semakin tinggi. Peningkatan volume perdagangan ini mendorong peningkatan produksi, peningkatan efisiensi
produksi, peningkatan kesempatan kerja, dan penurunan cost production sehingga
dapat meningkatkan daya saing produk dan pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Jovanovic (2006) secara umum mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai sebuah proses di mana sekelompok negara berupaya untuk meningkatkan tingkat
kemakmurannya. United Nation Conference on Trade and Development.
(UNCTAD) mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai kesepakatan yang dilakukan untuk memfasilitasi perdagangan internasional dan pergerakan faktor produksi lintas negara. Pelkman (2003) mendefinisikan integrasi ekonomi sebagai
integrasi yang ditandai oleh penghapusan hambatan-hambatan ekonomi (economic
frontier) antara dua atau lebih ekonomi atau negara. Hambatan-hambatan ekonomi tersebut meliputi semua pembatasan yang menyebabkan mobilitas
19 barang, jasa, faktor produksi, dan juga aliran komunikasi, secara aktual maupun potensial relatif rendah
ICT dapat menjadi alat yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, hal ini ditunjukkan peranan ICT dalam proses perdagangan, karena dapat membuka ruang komunikasi dan transaksi perdagangan melalui e-commerce, memfasilitasi investasi, memperluas pasar melalui kemampuannya dalam menyediakan sarana pertukaran informasi, memfasilitasi pemasaran melalui online adverstisement, mempermudah inovasi melalui pertukaran informasi dan ide, biaya komunikasi yang lebih murah, menciptakan kredibilitas terhadap kemampuan penggunaan ICT sehingga menarik investor untuk berinvestasi, serta masih banyak lagi kontribusi ICT dalam proses perekonomian.
Menurut Eric Deeson teknologi informasi adalah kebutuhan manusia didalam mengambil dan memindahkan , mengolah dan memproses informasi dalam konteks sosial yang menguntungkan diri sendiri dan masyarakat secara
keseluruhan.17 Menurut Pusat Kurikulum Kemendiknas Indonesia, Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi. Teknologi Informasi adalah meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi adalah segala hal yang berkaitan
17
Eric Deeson. 1991. Dictionary of Information Technology. Harper Collins Publisher Glasgow. United Kingdom. Hal.15
20 dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari
perangkat yang satu ke lainnya.18
Menteri Telekomunikasi dan IT se-ASEAN sepakat untuk merealisasikan konektivitas broadband (Internet) di kawasan ASEAN karena dianggap penting untuk mendorong hubungan kerjasama yang lebih dekat di antara negara-negara ASEAN serta mempersiapkan kawasan ini dalam menghadapai integrasi dan pembangunan yang lebih lanjut.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang penulis gunakan adalah preskriptif, yaitu menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang terdapat dalam pelaksanaan implementasi ASEAN ICT Masterplan 2015 yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010 hingga sekarang (2012) dan menganalisis prospek pelaksanaan implementasinya hingga 2015.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari beberapa sumber yaitu : Dokumen, Rekaman Arsip, Wawancara kepada Infrastructure Division of ASEAN Secretariat. Data yang diperoleh adalah data primer dan sekunder. Adapun tempat yang akan dikunjungi yaitu :
18 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2011. Definisi TIK. Di akses melalui http://litbang.kemdikbud.go.id/definisi. pada tanggal 3 Juni 2012
21
- Perpustakaan Universitas Hasanuddin
- Kantor Pelayanan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk Cabang
Makassar
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang di dukung oleh angka-angka. Dimana data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode kualitatif, karena sifat data penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan demikian data dianalisa dan dideskripsikan secara kualitatif pula.
22 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Organisasi Internasional
Organisasi internasional dan kerjasama internasional mulai muncul setelah perjanjian perdamaian Westphalia pada 1648. Perjanjian ini dikenal sebagai tahap awal diakuinya sistem negara bangsa dan perimbangan kekuatan yang hingga kini masih diterapkan dan cukup dominan dalam interaksi hubungan intenasional. Kerjasama diakui sebagai sebuah ikatan antar dua atau lebih pihak atau aktor dengan tujuan yang sama. Proses kerjasama yang lebih spesifik dalam Ilmu Hubungan Internasional seringkali dikenal dengan istilah Administrasi Internasional. Sedangkan wadah yang menjadi tempat bekerja sama melaksanakan administrasi inteinasional, dikenal dengan istilah Organisasi Internasional.
Selain Perjanjian Westphalia, pada tahun 1919, disepakati sebuah perjanjian yang dikenal Perjanjian Versailles yang juga menjadi cikal bakal interaksi internasional yang lebih signifikan. Perjanjian ini dilatarbelakangi oleh suasana dan keadaan dunia internasional pada saat itu yang tidak stabil. Konflik dalam bentuk perang menghiasi hampir setiap interaksi aktor internasional. Konflik ini dikenal dengan istilah Perang Dunia I. Negara-negara yang menyadari kondisi global yang tidak lagi kondusif, kemudian berkumpul membicarakan tujuan bersama untuk mewujudkan perdamaian dalam interaksi internasional.
Proses pencapaian tujuan tersebut membutuhkan wadah sebagai tempat menyuarakan aspirasi tiap-tiap negara ke dunia internasional, maka dibuatlah
23 sebuah organisasi yang dinamakan Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Namun, dalam prosesnya ternyata Liga Bangsa Bangsa tidak mempu mengatur jalannya interaksi antar negara anggota yang pada akhirnya kembali berujung pada konflik antar negara yang didasari atas keinginan untuk menjadi lebih hebat dan lebih berkuasa dari negara lain. Konflik inilah yang kemudian mengantarkan negara-negara kembali berseteru dalam skala konflik yang global, yang kemudian dikenal sebagai Perang Dunia II.
Terjadinya Perang Dunia II setelah dibentuknya organisasi yang disimbolkan sebagai manifestasi adanya kedasaran negara-negara akan pentingnya perdamaian, menunjukkan bahwa Liga Bangsa-Bangsa ternyata tidak cukup menjawab tujuan negara-negara yang tergabung sebagai anggota dalam mewujudkan perdamaian internasional. Hal ini terjadi karena masih lemahnya LBB secara struktural dan peranan negara tertentu yang masih cukup besar serta dominan dalam interaksi internasional. LBB yang tujuan awalnya merupakan organisasi perkumpulan negara-negara di dunia yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian, pada prakteknya ternyata masih banyak negara yang
belum bisa mengendalikan kepentingan nasionalnya sehingga masih
menimbulkan konflik antar sesama anggota.
Perang Dunia II pun berakhir seiring dengan konferensi di San Fransisco pada tahun 1945. Konferensi ini kemudian menghasilkan Perjanjian San Fransisco pada tahun 1945 yang intinya memutuskan untuk didirikannya Perserikatan
24
Bangsa-Bangsa (PBB).19 PBB pada dasarnya merupakan sebuah organisasi yang
bertujuan sama dengan LBB. Namun belajar dari kekurangan LBB,secara struktur
organisasi, PBB bersifat lebih mengikat dan lebih memiliki peranan dalam dunia internasional sebagai sebuah lembaga yang mengatur interaksi Negara-negara di dunia.
PBB sebagai organisasi internasional dianggap berhasil dalam mengatur interaksi negara-negara di dunia serta menciptakan perdamaian yang selama ini diinginkan setiap negara anggotanya. PBB menjadi model organisasi internasional yang menciptakan peranan penting dalam mengatur hubungan antar negara atau aktor internasional lainnya. Seiring dengan struktur organisasi yang lebih jelas dan bersifat lebih mengikat terhadap negara-negara anggotanya, PBB dianggap telah memberikan kontribusi yang besar pada dunia internasional sehingga PBB dijadikan model bagi pembentukan organisasi international lainnya. Organisasi internasional pada perkembangannya tidak lagi hanya di isi oleh aktor negara akan tetapi mulai diisi oleh aktor non-negara seperti perusahaan internasional (MNC) dan bahkan individu.
Dalam Ilmu Hubungan Internasional, Ada beberapa definisi yang menjelaskan tentang organisasi internasional, diantaranya menurut Teuku May Rudy dalam buku “Administrasi dan Organisasi Internasional”, bahwa:
19 T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. Refika Aditama.
25 Organisasi Internasional adalah pola kajian kerjasama yang melintasi batas – batas negara dengan didasari struktur organisasi yang jelas dan lengkap
serta diharapkan atau diproyeksikan untuk berlangsung serta
melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan melembaga guna mengusahakan tercapainya tujuan – tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun
antar sesama kelompok non pemerintah pada negara yang berbeda.20
Pendapat T. May Rudi di atas mendeskripsikan bentuk organisasi internasional yang dikenal saat ini, dimana tidak hanya meliputi organisasi dalam tataran
kerajasama antar-pemerintah atau state, namun juga kelompok non-pemerintah
atau non-state.
Daniel S. Cheever dan H. Field Haviland Jr., sebagaimana yang dikutip oleh T. May Rudi dalam buku Administrasi dan Organisasi Internasional, mengatakan bahwa:
Organisasi internasional adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberikan manfaat timbal balik yang dilaksanakan melalui pertemuan-pertemuan
serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala.21
Pendapat Daniel di atas sebagai perbandingan dari pendapat T. May Rudi, lebih
sempit menggambarkan organisasi internasional hanya pada tataran states. Ada
pula pendapat dari Pareira Mandalangi yang mendefinisikan organisasi internasional lebih kepada sifatnya sebagai sebuah instusi, yaitu:
20 T. May Rudy. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung. Refika Aditama.
Hal.3
26 Organisasi internasional memiliki arti ganda, yakni dalam arti luas dan sempit. Organisasi dalam arti luas maksudnya adalah organisasi yang melintasi batas negara (internasional) baik bersifat publik maupun privat, sedangkan organisasi dalam arti sempit adalah organisasi internasional
yang hanya bersifat publik.22
T. Sugeng Istanto berpendapat bahwa:
Organisasi intemasional dalam artian luas adalah bentuk kerja sama antar pihak yang bersifat internasional dan untuk tujuan yang bersifat internasional pula. Pihak-pihak yang bersifat internasional dapat berupa perorangan, Lembaga-lembaga bukan negara, ataupun pemerintah negara. Adapun yang menyangkut tujuan internasional adalah tujuan.bersama
yang menyangkut kepentingan berbagai Negara.23
Secara sederhana dari beberapa bantuan definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa organisasi internasional merupakan suatu organisasi yang baik gerak maupun pelakunya melintasi batas sebuah negara, berangkat dari kesepakatan masing-masing anggota untuk bekerja sama, memiliki regulasi yang mengikat anggota, dan untuk mewujudkan tujuan internasional tanpa meleburkan tujuan nasional dari masing-masing anggota dari organisasi internasional yang bersangkutan.
Mengacu pada konsep organisasi internasional di atas, maka konsep ini akan membantu untuk mengetahui apakah pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015 memberikan efek terhadap komitmen dari semua negara anggota ASEAN untuk siap bekerjasama dan diikat oleh regulasi ASEAN sebagai organisasi internasional yang menaungi negara-negara di Asia tenggara, untuk mewujudkan tujuan bersama yaitu kemajuan ICT di level ASEAN maupun di
22 Pareira mandalangi. 1986, Segi-Segi Hukum Organisasi Internasional. Hal.1 23 T. Sugeng Istanto. 1994. Hukum Internasional. Hal.123
27 masing-masing negara anggota. Maka dengan itu konsep ini akan membantu dalam menganalisis peluang dan tantangan pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015.
Organisasi internasional memiliki jenis dan pengelompokan yang beragam tergantung dengan pendekatan apa kita melihatnya. Clive Archer, seorang ahli Ilmu Hubungan Internasional, mengkelompokkan organisasi internasional dalam tiga kelompok besar, yaitu berdasarkan keanggotaan, tujuan aktivitas organisasi,
dan struktur organisasi.24 Pengelompokkan Organisasi Internasional menurut
Clive Archer berdasarkan keanggotaan yaitu organisasi internasional yang dewasa ini tidak hanya didominasi oleh aktor negara saja. Namun seiring dengan kompleksitas global, dimana kebutuhan untuk bekerja satu sama lain menjadi semakin besar, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung, mendorong aktor-aktor non-negara termasuk individu, untuk menjalin konektivitas antara satu sama lain termasuk dalam sebuah organisasi internasional.
Organisasi Internasional yang berdasarkan keanggotaan terbagi lagi
menjadi dua, yaitu Intergovernmental Organizations (IGOs) dan Transnational
Organizations (TNOs). IGOs adalah kelompok organisasi internasional yang keanggotaannya berasal dari negara-negara yang berdaulat, atau bisa juga beranggotakan negara bagian dari sebuah federasi tapi dengan syarat mendapat
24
Kompasiana. 2012. Definisi Organisasi Internasional. Diakses melalui
www.kompasiana/buku/definisi-organisasi-internsional-menurut-clive-archer. diakses tanggal 9 Agustus 2012
28 izin dari negara induknya. Serdangkan, TNOs kemudian terbagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil, diantaranya:
a. Genuine NGOs (Genuine Non-Governmental Organizations); adalah kelompok TNOs yang anggotanya hanya terdiri dari aktor non-negara.
b. Hybrid NGOs (Hybrid Non-Governmental Organizations); adalah kelompok TNOs yang anggotanya terdiri dari aktor negara dan non-negara.
c. TGOs (Transgovernmental Organizations); adalah kelompok TNOs yang
anggotanya terdiri dari pemerintah-pemerintah tetapi tidak diatur oleh kebijakan-kebijakan politik luar negeri negara asal dari masing- masing pemerintah tersebut.
d. BINGOs (Bussiness International Non-Governmental Organizations);
adalah kelompok TNOs yang lebih dikenal dengan istilah MNCs (Multi
National Corporations), merupakan badan usaha raksasa yang cabangnya tersebar di berbagai negara-negara di dunia, sehingga biasanya regulasi perusahaannya lebih kuat dari regulasi dasar negara tempatnya berusaha, atau bahkan mempengaruhi perumusan regulasi di sebuah negara.
Selain berdasarkan keanggotaan, ada lagi kelompok lain yang dibuat oleh Clive Archer, yaitu kelompok organisasi internasional yang kedua yaitu berdasarkan tujuan aktivitas organisasi. Secara logika organisasi, jika beberapa aktor atau pihak memutuskan untuk bekerja sama dan bergabung dalam suatu organisasi internasional, maka aktor tersebut memiliki tujuan yang ingin
29 diwujudkan bersama. Namun dalam proses mencapai tujuan aktivitas organisasi, ada beberapa kemungkinan yang akan muncul, diantaranya:
a. Kemungkinan untuk terbentuknya hubungan kerja sama antar aktor,
b. Kemungkinan untuk meminimalisir konflik dari hubungan kerja sama
yang terbentuk,
c. Kemungkinan untuk terjadinya hubungan konfrontasi, sebagai akibat dari
ketidaksamaan pendapat dari masing-masing anggota, dan hal ini sering menjadi akhir dari sebuah organisasi internasional
Kelompok organisasi internasional yang ketiga menurut Clive Archer, yakni berdasarkan struktur organisasi internasional. Pengelompokkan berdasarkan
struktur ini, lebih ditekankan pada kekuatan (power) setiap anggota dan
bagaimana pengaruh kekuatan tersebut terhadap struktur organisasi internasional. Kekuatan dalam sebuah organisasi internasional seringkali dikaitkan dengan proses pengambilan kebijakan yaitu sistem hak suara. Ada berbagai sistem hak suara yang sering diapakai dalam sebuah organisasi internasional, misalnya
konsep one man one vote (majority voting), hak veto, unanimity voting, dan ada
pula konsep „yang berkontribusi besar, maka besar pula hak suaranya‟' (weighted
30 T.May Rudy mengelompokkan organisasi internasional dalam bukunya
“Administrasi dan Organisasi Internasional”.25
May Rudy mengumpulkan berbagai macam pengelompokan organisasi internasional berdasarkan,
a. KegiatanAdministrasi,
1) Organisasi Internasional Antar-Pemerintah (Inter-Governmental
Organization) atau sering disingkat IGO. Contohnya: PBB, ASEAN,
SAARC, OAU (Organization of African Unity), NAM (Non-Aligned
Movement), dan lain-lain.
2) Organisasi Internasional Non-Pemerintah (Non-Governmental
Organization) atau sering disingkat NGO. Contohnya: IBF (International Badminton Federation), ICC (International Chambers Commerce), Dewan Masjid Sedunia, Dewan Gereja Sedunia, Perhimpunan Donor Darah Sedunia, dan lain-lain.
b. Ruang Lingkup (Wilayah) Kegiatan dan Keanggotaan, yaitu:
1) Organisasi Internasional Global. Contohnya: PBB, OKI, GNB.
2) Organisasi Internasional Regional. Contohnya: ASEAN, OAU, GCC
(Gulf Cooperation Council),EU (European Union), SAARC (South Asian Association for Regional Cooperation).
c. Bidang Kegiatan (Operasional) Organisasi, yaitu:
31
1) Bidang Ekonomi. Contohnya. KADIN Internasional (International
Chamber of Commerce), IMF, Bank Dunia.
2) Bidang Lingkungan Hidup. Contohnya: TINEP (United Nation
Enviromental Program).
3) Bidang Kesehatan. Contohnya: WHO, IDF (International Dental
Federation).
4) Bidang Pertambangan. Contohnya: ITO (International Timber
Organization).
5) Bidang Komoditi (Pertanian dan Industri). Contohnya: IWTO
(International Wool Textile Organization), ICO (International Coffee Organization).
6) Bidang Bea-Cukai dan perdagangan Internasional. Contohnya: GATT
(General Agreement on Tarifs and Trades), WTO, dan lain- lain.
d. Tujuan dan Luas-Bidang Kegiatan Organisasi
1) Organisasi Internasional Umun. Contohnya: PBB.
2) Organisasi Intemasional Khusus. Contohnya: OPEC (Organization for
Petroleum Exporting Cotuntrriur), UNESCO (United Nation Educational, Science, and Cultural Organization), UNICEF (United Nation International Children's Emergency Funds), ITU (International
32
Telecommunication Union), UPU (Universal Postal Union), dan lain-lain.
e. Ruang Lingkup (Wilayah) dan Bidang Kegiatan
1) Organisasi Internasional; Global-Umum. Contohnya: PBB.
2) Organisasi Intemasional; Global-Khusus. Contohnya: OPEC, ICAO
(International Civil Aviation Organization), IMCO (International Mistral Class Organization), ITU, UPU, UNESCO, WHO, FAO, dan juga Palang Merah Intemasional (ICRC).
3) Organisasi Internasional, Regional-Umum. Contohnya: ASEAN, EU,
OAS (Organization of American States), OAU, SAARC, GCC, Liga
Arab.
4) Organisasi lnternasional, Regional-Khusus. Contohnya: AIPO
(ASEAN Inter-Parliamentary Organization), APEC (Organization of
Arab Petroleum Exporting Countries), PATTA (Pacific Area Tourism and Travel Association)
f. Taraf Kewenangan (Kekuasaan)
1) Organisasi Supra-Nasional, yaitu kewenangan organisasi internasional
berada diatas kerwenangan sebuah negara. Bentuk organisasi seperti ini belum pernah terealisasikan dalam sejarah dunia modern. Hal ini dikarenakan sistem dunia sekarang menganut sistem 'banyak negara'
33 (multi-state system) dimana masing-masing negara berdaulat dan sederajat satu sama lain.
2) Organisasi Kerja Sama (Co-Operative Organization). Kedudukan dan
kewenangan dalam bentruk organisasi ini sederajat. Ada banyak sekali contohnya, seperti PBB, ASEAN, OKI, OPEC, dan lain-lain.
g. Bentuk dan Pola Kerja Sama
1) Kerja Sama Pertahanan Keamanan (Collective Security). Contohnya:
NATO (North Atlantic Treaty Organization).
2) Kerja Sama Fungsional. Bentuk kerja sama ini hampir sama dengan
pengelompokan yang berdasar kerja sama. Karena setiap anggota akan memutuskan untuk bekerja sama jika mereka mendapat keuntungan satu sama lain. Contohnya sangat banyak, misalnya PBB, ASEAN, OKI, OPEC, SAARC, OAU, GCC, dan lain-lain.
h. Fungsi Organisasi
1) Organisasi Politikal (Political Organization). Contohnya: PBB,
ASEAN, SAARC, NATO, ANZUS (Australia, New Zealand, and
United States), OAU, Liga Arab, dan lain-lain.
2) Organisasi Administratif (Administrative Organization). Conlohnya:
34
3) Organisasi Peradilan (Judicial Organization). Contohnya: Mahkamah
Internasional (lnternational Court of Justice) dan ICC (International
Criminal Court).
Fungsi dan Peranan Organisasi Internasional dalam Hubungan Internasional memiliki beberapa versi menurut para ahli. Le Roy Bannet dalam
bukunya "International Organization" mengemukakan bahwa:
As adjuncts of the state system, international organizations can and do play a number of significant roles. Their chief function is to provide the mean of cooperation among states in areas in which cooperation provides advantages for all or a large number of nations. In many cases they furnish not only a place where decisions to cooperate can be reached but also the administrative machinery for translating the decisions into action. Another function is to provide multiple channels of communication among governments so that areas of accommodation may be explored and easy access will be available when problem arise.26
Dari penjelasan Lee Roy Bennet di atas, fungsi organisasi internasional dapat disimpulkan:
a. Sebagai sarana kerja sama antar-negara dalam berbagai bidang yang mana
kerja sama tersebut dapat memberi manfaat atau keuntungan bagi sejumlah negara. Sebagai tempat atau wadah untuk menghasilkan keputusan
bersama. Sebagai sarana atau mekanisme administratif dalam
mengimplementasikan keputusan bersama menjadi tindakan nyata.
b. Menyediakan berbagai saluran komunikasi antar-pemerintah sehingga
penyelarasan lebih mudah tercapai.
26 Lee Roy Bennet. 1995. International Organization: Principles and Issues. Prentice-Hall Inc:
35 Pakar lainnya, Clive Archer, secara tegas membedakan antara peran dan
fungsi organisasi internasional.27 Peran organisasi internasional menurut Clive
Archer adalah :
a. Instrumen (alat/sarana), yaitu untuk mencapai intensitas konflik, dan
menyelaraskan tindakan.
b. Arena (forum/wadah), yaitu untuk berhimpun, berkonsultasi dan
memprakarsai pembuatan keputusan secara bersama-sama atau perumusan
perjanjian-perjanjian internasional (convention, treaty, protocol,
agreement).
c. Pelaku (aktor), bahwa organisasi internasional juga bisa merupakan aktor
yang autonomous dan bertindak dalam kapasitasnya sendiri sebagai organisasi internasional dan bukan lagi sekedar pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya.
Selanjutnya, fungsi internasional28 menurut Archer, yaitu sebagai berikut:
a. Artikulasi dan agregasi kepentingan nasional negara-negara anggota,
b. Menghasilkan norma-norma (rejim),
c. Rekrutmen,
d. Sosialisasi,
27 Clive Archer. 1983. International Organization. George Allen&Unwin: London, hal. 136-137
28
36
e. Pembuatan keputusan (role making),
f. Penerapan keputusan (role application),
g. Penilaian/penyelarasan keputusan (rule adjunction),
h. Tempat memperoleh informasi,
i. Operasionalisasi, misalnya pelayanan teknis, penyediaan bantuan, dan
lain-lain.
B. Konsep Regionalisme Dan Integrasi
Berakhirnya perang Dunia II dan meluasnya interdependensi antar-bangsa melahirkan suatu fenomena baru dalam studi tentang hubungan antar-negara.
Teori Hubungan Internasional klasik yang meletakkan fokusnya pada power dan
konstelasi politik antar negara kemudian memerlukan beberapa penyempurnaan karena keadaan global telah diwarnai dengan berkurangnya kapasitas negara serta kaburnya batas-batas kedaulatan negara memunculkan pola politik baru yang mengasosiasikan kepentingan nasional ke dalam kepentingan regional. Interdependensi yang semakin meluas melahirkan kerjasama regional (regionalisme) yang merupakan jalan keluar bagi pencapaian kepentingan nasional. Dengan kata lain regionalisme merupakan alternatif diantara nasionalisme dan interdependensi global yang terjadi.
Para pakar studi hubungan internasional memberikan pendapat yang berbeda-beda tentang definisi regionalisme itu sendiri. Menurut Joseph S. Jr Nye, “regionalisme adalah sekelompok negara yang jumlahnya terbatas yang
37
berhubungan satu sama lain dalam batasan sehingga regionalisme didefinisikan sebagai formasi dari pengelompokan antarnegara dalam basis suatu kawasan.”29
Cantori dan Steven Spiegel mendefinisikan “regionalisme sebagai dua
atau lebih negara yang saling berinteraksi dan memiliki kedekatan geografis, kesamaan etnis, bahasa, budaya, keterkaitan social dan sejarah serta tindakan dari Negara-negara di luar kawasan.”30 Sedangkan menurut Roeslan Abdulgani,
regionalisme dapat didefinisikan sebagai “suatu pengelompokkan Negara
kebangsaan dengan tujuan untuk memberntuk sebuah kesatuan politik yang jelas yaitu untuk terbentuknya ketertiban.”31
Teori lain mengklasifikasikan suatu kawasan dalam lima karakter. Pertama, Negara-negara yang tergabung dalam suatu kawasan memiliki kedekatan geografis. Kedua, mereka memiliki pula kemiripan sosio cultural. Ketiga, terdapatnya kemiripan sikap dan tindakan politik seperti yang tercermin dalam organisasi internasional. Keempat, kesamaan keanggotaan dalam organisasi internasional. Dan kelima, adanya ketergantungan yang diukur dari perdagangan
luar negeri sebagai bagian proporsi pendapatan nasional.
Dari berbagai penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa regionalisme merupakan suatu paham yang menginginkan adanya kesatuan
29 Asrudin dan M.J. Suryana. Refleksi Teori Hubungan Internasional dari Tradisional ke
Kontemporer. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2009. hal.138
30
Anak Agung Banyu Perwita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Hal.104
31 Roeslan Abdulgani. Problem Nasionalsime, Regionalisme dan Keamanan di Asia Tenggara.
38
kerjasama (collective action) dalam berbagai bidang yang pada akhirnya akan
menjadi suatu entitas yang integral (sistem) yang lebih besar. Sedangkan regionalisasi merupakan sebuah proses menuju terciptanya kerja sama regional di berbagai bidang dalam satu kawasan.
Konsep regionalisme di atas akan membantu untuk mengetahui apakah pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015 akan menjadi kerja sama negara-negara yang berada di regional Asia Tenggara untuk menciptakan sebuah sistem pemanfaatan ICT yang lebih terkoneksi di antara semua negara anggota. Yang pada akhirnya akan memberikan manfaat yang lebih besar dan kekuatan serta kemajuan ICT baik di level regional maupun di masing-masing negara anggota. Sehingga dengan itu konsep regionalisme ini dapat membantu untuk menganalsis peluang dan tantangan pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015.
Perkembangan regionalisme di berbagai belahan dunia saat ini tergantung kepada pola interaksi dan hubungan diantara negara suatu kawasan dalam menentukan tingkat regionalisme dari kawasan mereka. Menurut Hettne, regionalisme saat ini tergantung pada tiga hal, yakni, (l) dukungan dari kekuatan
besar di dalam kawasan (regional great power), (2) tingkat interaksi antar negara
dalam kawasan, dan (3) saling kepercayaan antar negara dalam kawasan.32
Melalui teori ini, dapat dipahami bahwa mengapa satu kawasan lebih tertinggal dibanding kawasan yang lainnya adalah karena permasalahan kekuatan dan keinginan negara yang bersangkutan untuk membentuk satu kawasan. Bisa jadi
32
39 suatu kawasan tidak tercipta integrasi karena memang integrasi tersebut tidak diinginkan dan diupayakan oleh negara besar di dalam kawasan.
Charles Pentland sebagaimana yang dikutip oleh Martin Griffits dalam
bukunya “International Relations: The Key Concepts”, mendefinisikan integrasi
politik internasional sebagai sebuah proses di. mana sekelompok masyarakat yang pada awalnya diorganisasikan dalam dua atau lebih negara bangsa yang mandiri, bersama-sama mengangkat sebuah keseluruhan politik yang dalam beberapa
pengertian dapat digambarkan sebagai sebuah 'community'. Integrasi dapat
dipahami sebagai suatu proses yang mengarah pada suatu kondisi yaitu (1) berbagai upaya untuk meningkatkan kerjasama antar-negara, (2) penyerahan kekuasaan secara bertahap kepada institusi supranasional, (3) penyeragaman nilai, (4) terjadinya masyarakat global dan rekonstruksi norma dalam komunitas politik.33
Seperti yang diutarakan oleh Ernst B. Haas yang melihat integrasi sebagai suatu proses dimana aktor-aktor politik dari latar belakang nasional yang berbeda-beda dipersuasi untuk menggeser loyalitas, harapan, dan aktifitas politik kearah pusat kekuasaan yang baru dimana lembaga- lembaganya memiliki atau rnenuntut
yurisdiksi atas negara-negara yang terlibat.34 Haas melihat
perhitungan-perhitungan politik merupakan tujuan dan kepentingan dari bangsa-bangsa,
33 Martin Griffiths & Terry O‟Callagan, International Relations: The Key Concepts. Routledge,
London. 2002 Hal. 155
40 sehingga mereka bersedia untuk menyesuaikan kepentingan nasional mereka dengan lembaga-lembaga supranasional.
Luasnya cakupan integrasi yang terdiri dari beberapa sistem yang berlainan memberikan kesulitan dalam memahami konsep integrasi. Untuk itu
Walter Jones membagi Integrasi dalam empat sektor yaitu :35
a) Integrasi Ekonomi, merupakan yang paling kompleks dan berhubungan
langsung dengan kebutuhan dasar manusia. Integrasi dalam sektor ini dapat diupayakan melalui pasar bersama untuk meningkatkan potensi ekonomi melalui konsolidasi kebijakan.
b) lntegasi di sektor sosial adalah pembelokan preferensi nasional menuju
loyalitas bagi kesatuan politik yang lebih besar. Keberhasilan integrasi di sektor sosial ditentukan oleh toleransi bersama dan kesamaan nilai-nilai sosial politik negara-negara yang terlibat.
c) lntegrasi Politik merujuk pada konsep integrasi yang sempit yaitu integrasi
lembaga-lembaga politik pokok serta pengalihan kedaulatan atas kebijakan luar negeri ke tangan lembaga-lembaga institusional bersama. Tujuan pengalihan bukan untuk menghilangkan pemerintahan nasional, melainkan membatasi wewenangnya pada fungsi fungsi tertentu.
d) Integrasi dalam sektor keamanan dapat tumbuh dari persekutuan (aliansi)
namun sebaliknya aliansi yang betul-betul integratif jarang ditemui. Dari
41 beberapa fakta yang ditemui seperti NATO, terdapat dua kesimpulan yaitu integrasi keamanan harus didahului oleh integrasi politik mengingat pentingnya kebijakan strategis bagi kelangsungan hidup nasional dan pemerintah yang berkuasa. Kedua, integrasi keamanan hanya berlangsung dalam masa-masa krisis yang muncul berasal dari kebutuhan vital yang mendesak bukan dari desakan-desakan domesICT dan pertimbangan politik serta sosial.
Berdasarkan konsep di integrasi di atas, maka konsep ini dapat membantu untuk mengetahui apakah pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015 dapat mengintegrasikan ICT di kawasan ASEAN. Dan apakah dengan integrasi ICT tersebut dapat memberikan manfaat yang merata dan memenuhi kepentingan nasional serta tujuan integrasi ICT tersebut di segala bidang khususnya bidang ekonomi baik di level ASEAN maupun di masing-masing. Dengan itu konsep integrasi memberikan kontribusi dalam menganalisis peluang dan tantangan pengimplementasian ASEAN ICT Masterplan 2015.
Keempat bidang integrasi di atas yang saling terkait satu sama lain pada akhirnya akan mengarah pada tujuan akhir dari proses integrasi yaitu
terbentuknya integrasi model negara dan model komunitas.36 Dalam terminologi
institusional, model negara sangatlah spesifik, terutama bagi penganut paham Federalis dan fungsional, di mana konsensus integrasi haruslah berdasarkan konstitusional dalam artian negara yang berdaulat yang menyatukan identitas
36 Tom Travis. Usefulness of Four Theories of International Relations in Understanding the
42 nasionalnya dalam entitas politik baru yang legal. Sedangkan model komunitas menitikberatkan pada proses yang terjadi dalam hubungan antara rakyat/penduduk negara, dengan sedikit keterlibatan negara.
Pencapaian integrasi kawasan baik secara model negara maupun melalui model komunitas, aliran neofungsionalisme yang diwakili oleh Joseph S.Nye merumuskan mekanisme proses dalam pencapaian integrasi yaitu sebagai berikut:37
a) Saling keterkaitan fungsi dari tugas-tugas yang meliputi munculnya
tanda-tanda bertambahnya kerjasama.
b) Meningkatnya transaksi-transaksi meliputi perdagangan, modal,
komunikasi, perpindahan masyarakat dan pertukaran gagasan.
c) Saling keterkaitan yang disengaja dan pembentukan koalisi.
Masalah-masalah dihubungkan secara sengaja dalam suatu kesepakatan berdasarkan pandangan ideologi dan politik.
d) Sosialisasi elit, keterlibatan elit sangat menentukan integrasi karena
birokrasi dan pemerintah merupakan pihak yang waspada terhadap proses integrasi karena takut akan kehilangan kontrol nasional. Pembentukan kelompok regional non-pemerintah atau asosiasi- asosiasi transnasional.
e) Daya tarik ideologi identitif yaitu munculnya perasaan identitas
merupakan pendorong utama integrasi kawasan.
37
43
f) Keterlibatan aktor eksternal dalam proses integrasi sebagai katalisator.
C. Konsep Integrasi ICT
Information Communication and Technology (ICT) yang berwujud telpon genggam dan komputer sebagai raga dan kandungan informasi (internet) sebagai nyawa, yang saling terhubung melalui kabel atau gelombang udara, memang telah memasuki berbagai ranah kehidupan. Perkembangan ICT berlangsung pesat di seluruh dunia, dan memberikan dampak yang besar pada perorangan, bisnis dan pemerintah. ICT mengurangi kendala jarak fisik, jarak psikologis, dan jarak ekonomi; memungkinkan orang untuk berkomunikasi dan menyumbangkan
informasi dan gagasan secara bebas ke seluruh dunia dalam waktu sekejap.38
ICT dewasa ini telah menjadi isu global yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Kemudahan akses informasi telah
mengubah cara kita hidup, bekerja dan bermain. Ekonomi digital (digital
economy) yang juga dikenal sebagai ekonomi pengetahuan (knowledge economy),
ekonomi jaringan (networked economy) atau ekonomi baru (new economy),
ditandai dengan pergeseran dari produksi barang ke penciptaan ide. Pergeseran
tersebut menunjukkan semakin pentingnya peran Information Communication and
Technology (ICT) bagi ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan. ICT untuk Pembangunan tidak hanya berarti pengembangan industri atau sektor ICT saja,
38 Bappenas. 2012. ICT di indonesia. Diakses melalui http://www.bappenas.go.id/blog/?p=834
44 tetapi juga mencakup penggunaan ICT yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik.
PBB menyatakan bahwa ICT merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan pengetahuan yang berskala global dan berbasis ekonomi, memberikan solusi baru untuk tantangan pembangunan terutama dalam konteks global, mempercepat pertumbuhan, meningkatkan daya saing, menyediakan akses pada informasi dan pengetahuan, mempromosikan pembangunan yang berkelanjutan, mengurangi kemiskinan, keterlibatan masyarakat yang akan membantu menciptakan integrasi yang efektif bagi seluruh Negara di dunia khususnya Negara-negara berkembang ke dalam ekonomi global. Pernyataan tersebut di sahkan pada resolusi PBB Nomor 56/258 tentang ICT untuk
Pembangunan, yang diberi nama „Meeting of General Assembly Devoted to
Information and Communication Technologies for Development‟ yang disahkan
pada tanggal 4 April 2002 di New York. 39 Selain itu pernyataan tersebut tertuang
juga pada resolusi PBB tahun 2008 (Nomor 63/202) 40 dan 2009 (Nomor 64/187)
39 United Nations Resolution. 2002. Meeting of the GA on information and communication
technologies for development. Di akses melalui http://daccess-dds
ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N01/497/36/PDF/N0149736.pdf?OpenElement. Pada tanggal 30 November 2012
40
United Nations Resolution. 2008. Information and communication technologies for development. Di akses melalui
http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N08/482/91/PDF/N0848291.pdf?OpenElement. Pada tanggal 30 November 2012
45
41
tentang hal yang sama dan diberi nama “Resolution adopted by the General
Assembly : Information and Communication Technologies for Development”.
Peryataan PBB di atas, membuat pemerintah di seluruh dunia semakin fokus kepada penggunaan ICT untuk tujuan pembangunan yang biasa dikenal
dengan ICT for Development (ICTD). ICT untuk Pembangunan tidak hanya
berarti pengembangan pada industri atau sektor ICT saja, tetapi juga mencakup penggunaan ICT yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan politik. Namun kemampuan terhadap penggunaan ICT di setiap Negara beda, sehingga menfaat yang dirasakan masing-masing Negara menjadi
berbeda-beda pula. Permasalahan ini disebut dengan kesenjangan digital (digital devide).
Permasalahan digital devide tidak hanya terjadi di satu negara akan tetapi terjadi
di seluruh Negara di dunia terutama antara Negara maju, Negara berkembang dan Negara terbelakang. Hal ini juga menjadi fokus pembahasan di PBB dalam menyelesaikan permasalahan tersebut dan dituangkan pula pada
resolusi-resolusinya tentang ICT for Development.
ASEAN sebagai organisasi regional pun mencoba untuk mengintegrasikan kawasannnya, hal ini ditunjukkan dengan diadopsinya Bali Concord II pada KTT ke-9 ASEAN di Bali tahun 2003 yang menyetujui pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community). Komunitas ASEAN terdiri atas 3 (tiga) pilar
yaitu Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community/ASC),
41
United Nations Resolution. 2009. Information and communication technologies for development. Di akses melaui
http://daccess-dds-ny.un.org/doc/UNDOC/GEN/N09/473/05/PDF/N0947305.pdf?OpenElement. Pada tanggal 30 November 2012