• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ALAT PERAGA KONGKRET DAN MODEL PEMBELAJARAN

DISCOVERY LEARNING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PADA PELAJARAN IPA MENGENAL GERAK BENDAKELAS 3 SD

Istiningsih

SD Negeri Weton Kecamatan Rembang

*)

E-mail: istiningsih196@gmail.com

Abstrak

Ilmu Pengetahuan Alam adalah salah satu mata pelajaran yang penting bagi siswa SD. Materi gerak benda di kelas 3 SD cukup sulit dipahami sehingga hasil belajar siswa kurang memuaskan. Di SD Negeri Weton kelas 3 banyak anak yang tidak antusias terutama saat guru menjelaskan materi gerak benda ini. Hal ini dapat kita lihat ketika guru bertanya tentang materi banyak anak yang tidak bisa menjawab, salah menjawab dan bahkan diam saja tanpa respon.Hasil tes formatif pada materi ini juga jauh dari harapan guru. Oleh karena itu, penulis menggunakan alat peraga kongkret dan menerapkan model pembelajaran Discovery Learninguntuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi gerak benda. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah agar anak antusias dalam pelajaran IPA; mampu memahami materi gerak benda dengan alat peraga kongkret; lebih memahami materi dengan penerapan model pembelajaran Discovery Learning, dimana dengan model ini anak bisa mengamati dan menemukan sendiri bagaimana benda bergerak setelah melakukan percobaan dengan alat peraga kongkret . Subjek penelitian adalah Siswa kelas 3 SD Negeri Weton Kecamatan Rembang semester 2 tahun pelajaran 2015/ 2016 yang berjumlah 25 siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, lembar observasi siswa, lembar observasi guru. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dengan menggunakan alat peraga kongkret dan penerapan model pembelajaran

Discovery Learning dapat dikatakan sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa terutama dalam pembelajaran IPA materi gerak benda.

Kata kunci: Alat peraga kongkret, model pembelajaran Discovery Learning, hasil belajar

1.

Pendahuluan

Pendidikan adalah hak setiap warga negara Indonesia yang mana tertuang juga dalam Pembukaan Undang- Undang Dasar 45 .Pendidikan yang paling mendasar dan ujung tombak pendidikan di Indonesia adalah Sekolah dasar. Di sekolah dasar ini kemampuan anak dikembangkan melalui beberapa mata pelajaran antara lain metematika, IPA, IPS dan yang lainnya. Diantara mata pelajran tersebut merupakan ilmu terapan sehari- hari.

Mata pelajaran IPA sangat berhubungan dengan kehidupan anak sehari- hari. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu sarana yang sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar adalah mengembangkan kemampuan anak untuk memecahkan masalah sendiri..Melalui alat peraga kongkret inilah diharapkan siswa berperan aktif dalam menemukan dan membangun pengetahuan, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.

Disisi lain keberhasilan mata pelajaran IPA harus ditunjang dengan adanya kegiatan praktikum. Hal ini

dimaksudkan agar tidak menimbulkan pengertian yang verbal atau teori saja.Untuk menghindari hal ini guru dituntut untuk memberdayakan kemampuan profesionalnya guna meningkatkan efektifitas dalam mengelola kegiatan pembelajaran dengan lebih banyak praktikum. Dengan melakukan praktikum diharapkan dapat membangkitkan kreatifitas siswa dan memotivasi siswa untuk lebih giat belajar..

Pada pembelajaran IPA kelas 3 SD N Weton, terutama dalam materi gerak benda guru merasa tidak puas dengan hasil evaluasi karena saat kegiatan tanya jawab banyak siswa yang tidak menjawab bahkan diam. Setelah ditanya alasan mengapa anak terdiam ternyata banyak siswa yang tidak paham penjelasan guru.

Hal ini juga disebabkan selama pembelajaran berlangsung siswa ada yang asyik berbicara sendiri, namun bahkan ada juga siswa yang asyik bermain sendiri di tempat duduknya.Kondisi seperti itu menyebabkan rencana pembelajaran yang sudah disusun tidak dapat berjalan dengan baik, dan tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai secara maksimal. Guru mencoba mencari solusi untuk meningkatkan minat belajar anak yang semula rendah

(2)

hasil belajar dapat meningkat sesuai atau melebihi target guru.

Hasil belajar siswa yang telah di analisis guru saat kegiatan pembelajaran awal jauh dari harapan, dari 25 siswa hanya 4 siswa yang di atas KKM kelas.

Dari berbagai macam kendala di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kurang tertarik dengan penjelasan guru; 2. Tidak ada alat peraga untuk memperjelas penjelasan

guru;

3. Metode pembelajaran yang guru gunakan monoton. Berdasarkan hal tersebut di atas dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran IPA Mengenal Gerak Benda Dengan Peraga Kongkret Menggunakan Model Pembelajaran Discovery Learning Di Kelas 3 SD N Weton Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/ 2016”.

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah“Apakah penggunaan alat peraga kongkret dan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA mengenal gerak benda di kelas 3 SD N Weton semester 2 Tahun Pelajaran 2015/ 2016?”

Penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa tujuan:

1. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA mengenal gerak benda d kelas 3 semester 2 SD N Weton tahun 2015/ 2016 menggunakan peraga kongkret.

2. Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA mengenal gerak benda d kelas 3 semester 2 SD N Weton tahun 2015/ 2016 menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.

2.

Materi dan Metode

2.1. Materi

2.1.1. Pembelajaran IPA

1. Pengertian IPA

IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam dapat

didefinisikan sebagai ilmu yang sistematis dan dirumuskan. Ilmu ini berhubunngan dengan gejala-gejala kebendaan dan terutama didasarkan atas pengamatan dan induksi (H.W. Fowler dan kawan-kawan (1951) {Dewi S. 2006. Ilmu Alamiah Dasar}

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu teoritis yang disusun secara sistematis dengan menggunakan metode khusus berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian.

2. Tujuan Pembelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang termuat, dalam standar isi (Permendiknas 22/2006) adalah sebagai berikut :

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan ketrampilan protes untuk menyelidiki alam sekitar, memecah masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan YME.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

2.1.2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”.

Sementara itu, Arikunto ( 2006) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada individu tersebut

2.1.3. Alat Peraga

1. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga adalah suatu alat bantu yang digunakan untuk menarik perhatian anak dan menghindari pengertian yang verbalisme. Penggunaan alat peraga sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk menghindari pelajaran yang bersifat abstrak di sekolah dasar (SD). Alat peraga pengajaran (Teaching Aids Audiovisual Aids) yang disingkat AVA adalah alat-alat yang digunakan pendidik ketika mengajar untuk membantu materi KBM yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme.

Sehingga peran pendidik sebagai mediator dan fasilitator dapat dilaksanakan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dan pembelajaran bisa menarik perhatian siswa, guru sebagai Moderator dan fasilitator telah menyiapkan alat-alat peraga yang dapat mendukung proses pembelajaran supaya menjadi lebih menyenangkan diantaranya

(3)

kelereng penggaris, serutan pensil, bola bekel, papan kayu kasar, kaca, bola tenis dll.

2. Peranan Alat Peraga dalam Pembelajaran IPA

Pembelajaran dengan menggunakan alat peraga akan efektif dan menarik bagi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan alat peraga atau memanfaatkan peristiwa dalam memberikan contoh dan harus dimulai dengan pengamatan langsung dan kongkret menuju kepengamatan yang lebih abstrak.

Menurut Abin Syamsudin (1977 : 15) ada tiga faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran yaitu :

a. Raw input (siswa dengan segala karakternya yaitu kemampuan, minat, bakat, kebiasaan, lingkungan). b. Enviro Mental Input (masukan lingkungan,

lingkungan sosial, budanya dan sebagainya)

c. Instrument input (masukan sarana, kurikulum, guru, media, budaya dan sebagainya). ( N. Sunarto. Materi dan Pembelajaran IPA SD.2008)

2.1.3.

Discovery Learning

Model Discovery Learning mengacu kepada teori belajar yang didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri. Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning

mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini.

Pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.

Dalam mengaplikasikan model pembelajaran Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

((Syah, 2004:244 _ http:/// model pembelajaran

.).

2.2. Metode

2.2.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)melalui kegiatan pembelajaran modelDiscovery Learningkarena dengan model pembelajaran ini siswa dapat mengamati, mencoba dan menemukan materi gerak benda dengan praktek langsung. Guru sejawat yang bertugas membantu

melaksanakan pengamatan penelitian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh guru atau peneliti;

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan adalah suatu bentuk susunan kegiatan yang mengarah pada suatu tujuan yang akan dilaksanakan. Dalam tahap perencanaan ini penulis akan menyelidiki cara atau upaya meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan proses tindak lanjut yang berkesinambungan dari proses perencanaan. Dalam tahap pelaksanaan tindakan ini membahas tuntas hasil dari identifikasi permsalahan yang telah ditemukan pada proses awal (perencanaan). Bilamana permasalahan sudah ditemukan kemudian didiskusikan oleh peneliti bersama kolaborator (rekan guru) untuk menentukan sekaligus juga menetapkan alternatif tindakan tentang judul yang dikemukakan, maka penulis melakukan tindakan yaitu dengan penerapan model Discovery Learning. Model ini digunakan untuk mengevaluasi hasil percobaan dan hasil tes formatif siswa.

3. Tahap Observasi dan Analisis

Tahap observasi dan analisis merupakan tahap ketiga.Dalam tahap ini baik peneliti maupun kolaborator mengadakan observasi atau pengamatan, memonitor dan mengevaluasi semua pelaksanaan implementasi tindakan.

4. Tahap Refleksi

Pada tahap ini, penulis mengolah kembali permasalahan yang telah dianalisis secara bersama-sama. Dari hasil analisis dan observasi inilah yang merupakan bahan pertimbangan dalam menentukan jenis tindakan lain pada siklus berikutnya.

2.2.2. Tempat, waktu dan Subjek

Penelitian ini dilaksanakan di kelas 3 SD Negeri Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang tempat dimana peneliti saat ini mengajar, yang dimulai tanggal 25 Januari 2016 dan berakhir tanggal 3Februari 2016. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 SD Negeri Weton semester II tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 25 anak.

2.2.3. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hal-hal sebagai berikut:

1. Silabus.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. 3. Lembar Observasi .

4. Lembar Evaluasi.

Teknik atau metode pengumpulan data adalah suatu cara yang dipakai oleh peneliti untuk memperoleh data yang

(4)

akan diselidiki. Berdasarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini dengan pertimbangan agar data yang diperoleh tidak bias (menyimpang dari sebenarnya) sehingga penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Tanya jawab. 2. Metode Kerja Kelompok. 3. Metode Eksperimen

4. Metode dokumentasi: hasil evaluasi tes formatif, foto kegiatan per siklus.

2.2.3. Pengumpulan Data

Prosedur penelitian ini meliputi perencanaan, tindakan, observasi, refleksi, serta revisi dan perencanaan.

1. Siklus I

a. Perencanaan Perbaikan

Menyusun rencana perbaikan pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Instrumen Penelitian (alat penelitian dan lembar pengamatan) secara lengkap.

Setelah penulis menemukan penyebab permasalahan yang timbul, langkah selanjutnya dilakukan penulis adalah merencanakan perbaikan pembelajaran antara lain:

1) Menjelaskan materi dengan tidak tergesa-gesa.

2) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.

3) Membagisiswamenjadi kelompok kecil, satu kelompok 5 siswa

4) Tiap kelompok mencoba mengamati, mencoba dan menemukan sendiri hasil percobaan.

5) Mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). 6) Membuat penilaian.

7) Membuat lembar observasi.

b. Pelaksanaan Perbaikan

Pelaksanaan pembelajaran siklus I berpedamon pada perencanaan pembelajaran sebagai berikut:

1) Melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang materi gerak benda.

2) Menunjukkan gambar benda yang peristiwa gerak benda

3) Membimbing dan membagi siswa untuk melakukan percobaan dengan alat peraga konkret yang sudah dipersiapkan guru 4) Memberi bimbingan dan motivasi saat siswa

mencoba untuk mengkomunikasikan apa yang ditemukan melalui percobaan tadi. 5) Membagi lembar kerja siswa (LKS) untuk

dikerjakan secara kelompok.

6) Memberi petunjuk cara mengerjakan LKS. 7) Membagi lembar tes formatif

8) Mengoreksi, menilai dan menganalisa hasil evaluasi tes formatif.

c. Pengamatan Data

Dalam pengamatan ini penulis meminta bantuan teman sejawat untuk mengisi lembar pengamatan selama pelaksanaan perbaikan berlangsung yaitu dengan memberi penilaian.

d. Refleksi

Bersama teman sejawat penulis adakan pertemuan untuk menyiapkan siklus yang kedua dikarenakan pada siklus pertama belum berhasil dan dilanjutkan siklus II karena 32% siswa masih mendapatkan hasil nilai tes formatif di bawah KKM kelas.

2. Siklus II a. Perencanaan

Menyusun rencana perbaikan pembelajaran dan instrumen penelitian (alat evaluasi dan lembar observasi) secara lengkap RPP, setelah penulis menemukan penyebab permasalahan yang timbul, langkah selanjutnya dilakukan penulis adalah merencanakan perbaikan pembelajaran antara lain: 1) Pada siklus yang kedua ini kegiatannya tidak

jauh berbeda dengan siklus I.

2) Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak.

3) Membagi siswa menjadi kelompok kecil, satu kelompok 5 siswa

4) Tiap kelompok mencoba mengamati, mencoba dan menemukan sendiri hasil percobaan. 5) Mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). 6) Membuat penilaian.

7) Membuat lembar observasi. b. Pelaksanaan

Pelaksanaan siklus II berpedoman pada skenario pembelajaran sebagai berikut:

1) Melakukan apersepsi melalui tanya jawab tentang bentuk dan gerak benda.

2) Menunjukkan benda pada siswa.

3) Melakukan percobaan tentang gerak benda dengan benda konkret

4) Membagi LKS untuk dikerjakan secara kelompok.

5) Siswa melakukan percobaan dan berusaha menemukan pemahaman sendiri tentang gerak benda.

6) Siswa mengerjakan LKS secara kelompok. 7) Siswa dan guru membahas hasil kerja

kelompok.

8) Memberi lembar tes formatif.

9) Siswa mengerjakan tes formatif secara individu 10)Mengoreksi, menilai dan menganalisa hasil

evaluasi. c. Pengamatan Data

Masih sama pada siklus I dalam pelaksanaan pembelajaran ini minta bantuan teman sejawat dengan menggunakan lembar pengamatan sekaligus membari penilaiana hasil karya anak.

(5)

d. Refleksi

Dengan teman sejawat, penulis menganalisis hasil tes formatif siswa. Nilai hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan lebih baik yaitu 22 siswa (88%) telah tuntas dan hanya 3 siswa (12%) yang belum mencapai ketuntasan belajar.

Meskipun masih terdapat 3 siswa yang belum mampu mencapai KKM selama 2 siklus pembelajaran tetapi siklus perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan lagi. Peneliti menganggap bahwa 3 siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar tersebut memang tidak dapat dipaksakan karena karakteristik dan tingkat kecerdasan masing- masing siswa berbeda.

A. Teknik Analisis Data

Perkembangan hasil belajar anak akan dipantau dan dianalisis dalam tiap siklus melalui lembar penilaian dan lembar observasi. Terhadap data kuantitatif akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan cara menghitung jumlah anak yang mempunyai nilai baik (di atas KKM kelas) dan nilai kurang ( di bawah KKM kelas ), membaginya dengan jumlah anak didik kemudian mengalikan dengan 100 %. Sedang terhadap data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi anak didik, sikap, perhatian, kepercayaan diri, dan motivasi belajar akan dianalisis secara kualitatif. Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif dengan menganalisis data hasil pemberian tugas kepada peserta didik menggunakan rumus sebagai berikut:

(1)

P : angka prosentase F : frekuensi

N : number of cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1. Hasil

Kondisi awal hasil belajar kelas 3 SD Negeri Weton adalah dari 25 siswa, hanya 4 siswa (16%) yang mendapatkan nilai di atas KKM kelas. Nilai KKM kelas adalah 67. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena ada 21 siswa (84%) mendapat nilai di bawah 67.

Tabel 1 Kondisi Awal Peserta didik

Hasil Belajar Siswa Di bawah KKM

(< 67) Di atas KKM (> 67) Rata- rata

52

Dari tabel di atas dapat kita ketahui bahwa hasil belajar siswa melalui tes formatif di kegiatan pra siklus, baru sekitar 4siswa atau 16% yang mendapatkan hasil di atas KKM kelas, sedangkan 21siswaatau 84% masih mendapat nilai di bawah KKM kelas.

Dengan melihat kondisi tersebut dimana pemahaman anak dalam materi pembelajaran gerak benda masih jauh dari harapan, sehingga penulis mencoba untuk melakukan tindakan dengan menggunakan alat peraga kongkret dan mengganti model pembelajaran dengan model Discovery Learning. Hasil tindakan akan diterangkan berikut ini:

A. Deskripsi dan Interpretasi Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini diawali dengan kegiatan kelompok mengamati, mencoba dan menemukan gerak benda menggunakan model pembelajaran Discovery Learning melalui kegiatan praktek langsung pratikum.Selanjutnya bersama dengan kolaborator melakukan penyusunan langkah-langkah pembelajaran menggunakan alat peraga kongkret.Kemudian menyiapkan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran).Di dalam RPP memuat skenario pembelajaran, alat peraga yang digunakan, format evaluasi, serta format observasi pembelajaran.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaam kegiatan pembelajaran untuk siklus satu dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 3 Februari 2016 di kelas 3 SD Negeri Weton dengan jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran 25. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai guru sedangkan kolaborator bertindak sebagai observer.Adapun pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pembelajaran. Observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2Keberhasilan Peserta didik di siklus I Hasil Belajar Siswa Di bawah KKM (< 67) Di atas KKM (> 67) Rata- rata 75

Berdasarkan data data di atas setelah dilaksanakan evaluasi, ternyata 17siswa atau sekitar 68 % yang nilai tes formatifnya di atas KKM kelas, sedang 8 atau 32% siswa masih mendapat nilai di bawah KKM kelas.

Hasil tes formatif di siklus I masih belum sesuai harapan guru karena belum ada

(6)

75% siswa yang nilai evaluasinya di atas KKM kelas.

c. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.Pada tahap ini dapat dilihat bagaimana guru memberi penjelasan, memberi stimulus, memotivasi dan menfasilitasi siswa saat kegiatan praktek langsung baik saat kegiatan kelompok maupun individu menggunakan alat peraga kongkret yang dibawa siswa maupun yang telah dipersiapkan guru yang dibantu oleh kolaborator sambil mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh guru.

d. Tahap Refleksi dan Analisis

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus pertama didapatkan bahwa dari 25 peserta didik yang mengikuti pembelajaran baru 68% atau 17siswa yang mendapat nilai di atas KKM kelas, sedang 32% atau 8 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM kelas.

Hasil belajar yang diharapkan guru masih belum sesuai harapan, karena itu kegiatan dilanjutkan ke siklus II.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Rencana tindakan pada siklus kedua ini didasarkan hasil analisis dan refleksi pada siklus pertama.Diketahui bahwa hasil nilai tes formatif siswa yang di atas KKM belum 75% dari seluruh jumlah siswa.Dengan demikian pada siklus kedua ini guru diharapkan memperbaiki kualitas dan lebih menerapkan model Discovery Learning sehingga hasil belajar yang diharapkan tercapai.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 1 s/d 3 Februari 2016.Di kelas 3SD Negeri Weton Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang dengan jumlah peserta didik 25 siswa.Adapun pembelajaran mengacu pada skenario pembelajaran yang termuat dalam rencana pembelajaran. Observasi dan penilaian yang dilakukan pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3 Keberhasilan Peserta didik Siklus II Hasil Belajar Siswa

Di bawah KKM (< 67) Di atas KKM (> 67) Rata- rata 82

Hasil pelaksanaan siklus kedua bisa kita lihat di tabel bahwa 88 % atau 23 siswasudah mendapat hasil nilai tes formatif di atas KKM kelas, sedang yang 3 siswa atau 12% masih belum mendapat nilai KKM kelas.

c. Tahap Observasi

Observasi dilaksanakan secara langsung bersamaan dengan pelaksanaan perbaikan pembelajaran seperti pada siklus I, tetapi observasi di fokuskan pada bagian yang pada siklus I masih tercentang tidak.

d. Tahap Refleksi dan Analisis

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan pada siklus kedua didapatkan hasil bahwa dari 25 siswa yang mengikuti perbaikan pembelajaran sudah 88 % atau sudah 23siswa yang nilai tes formatifnya di atas KKM, sedang yang 12% atau 3 siswa masih mendapat nilai di bawah KKM. Melihat hasil nilai di siklus II, sudah 75% siswa mendapatkan nilai di atas KKM, maka perbaikan pembelajaran tidak dilanjutkan ke siklus III.

3.2Pembahasan

Menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang termuat dalam standar isi (Permendiknas 22/2006) Tujuan mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

3. Mengembangkan ketrampilan protes untuk menyelidiki alam sekitar, memecah masalah dan membuat keputusan

Untuk mendukung pemahaman dalam perbaikan pembelajaran IPA materi gerak benda di kelas 3 SD Negeri Weton guru menggunakan model Discovery Learning yang sesuai dengan tujuan mata pelajaran IPA yang termuat di Permendiknas 2006. Model pembelajaran yang tepat ditambah alat peraga kongkret ternyata sangat berpengaruh pada hasil belajarsiswa. Hal ini terbukti pada siklus I hasil belajar siswa dengan nilai tes formatif di atas KKM mencapai 68% dan naik menjadi 88% pada siklus II.

4. Simpulan dan saran

Berdasarkan data hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus dan temuan serta pembahasan seperti diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dengan menggunakan alat peraga kongkret dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam pelajaran IPA mengenal gerak benda d kelas 3 semester 2 SD N Weton tahun 2015/ 2016, karena dengan alat peraga kongkret ini anak- anak lebih mudah

(7)

memahami materi dan dapat dilanjutkan belajar dirumah masing- masing.

2. Dengan menggunakan model pembelajaran

Discovery Learning dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam pelajaran IPA mengenal gerak benda d kelas 3 semester 2 SD N Weton tahun 2015/ 2016, karena dengan model pembelajaran ini yang mengutamakan metode percobaan, pengamatan dan penemuan. Dengan percobaan anak lebih paham dan aktif untuk menemukan hal- hal yang telah diketahui sebelumnya dan dapat menguatkan teori yang dipelajari dalam materi gerak benda ini. 3. Dengan kedua hal di atas dapat di tingkat ketuntasan

belajar siswa meningkat dari 16 dengan nilai rata-rata 52, pada pra siklus menjadi 68% dengan nilai rata-rata 79 pada siklus I dan 82% dengan rata-rata 82 pada siklus II.

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat maka dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Guru wajib menggunakan alat peraga yang konkret atau buatan yang menyerupai sehingga pemahaman siswa tidak abstrak dan mampu lebih dicerna siswa, karena pada dasarnya anak usia SD masih perlu penjelasan yang konkret.

2. Guru diharapkan mampu mencari alternatif model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga kegiatan belajar mengajar di kelas lebih hidup dan tidak monoton.

3. Penelitian Tindakan Kelas wajib dilakukan guru jika ada masalah di kelasnya, sehingga guru menjadi lebih profesional, lebih peka dan inovatif dalam menyelesaikan masalah di kelas untuk meminimalis hasil belajar yang tidak sesuai harapan guru.

Daftar Pustaka

Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Dewi, S, Sri Yuniati PKH. 2006. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta : Universitas Terbuka

Haryanto. 2004. Sains SD. Jakarta : Erlangga.

Iskandar, Hidayat. 1996/1997. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pembangunan

Pendidikan Guru SD.

Sunarto, N. 2008. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka

Winarta Putra, U. S., dkk. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

M.sulaiman,2006. lebih dekat dengan Alam. Jakarta : PT Setia Putra InvesGBPKB, TK. 1993. Prinsip-prinsip Permainan Berhitung.Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Gambar

Tabel 1 Kondisi Awal Peserta didik  Hasil Belajar Siswa  Di bawah KKM  (&lt; 67)  Di atas KKM (&gt; 67)  Rata- rata                                     52

Referensi

Dokumen terkait

Ber kenaan dengan hal ter sebut, agar Saudar a dapat membaw a dokumen asli dan menyer ahkan r ekaman/ copy untuk setiap data yang telah dikir im melalui for m isian elektr onik

Karena pelaku pelanggaran vandalisme tidak hanya orang dewasa saja, akan tetapi anak-anak yang berusia dibawah 17 tahun, tidak mungkin sanksi hukuman dapat diberikan

Penetapan standar standar dan dan mekanisme mekanisme penjaminan mutu penjaminan mutu adalah otoritas perguruan tinggi, yang penting. adalah otoritas perguruan tinggi,

BAB II MEDIA BOLA YANG DIGANTUNG DENGAN METODE PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN GERAK DASAR PASING BAWAH BOLA VOLI ………9. Tinjauan

(2) Susunan organisasi, rincian tugas, fungsi, dan tata kerja perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur dalam statuta perguruan

Dengan menerapkan metode peer teaching dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat memahami informasi dan pesan – pesan yang diberikan oleh guru dalam bentk materi gerak

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan menunjukkan bahwan strategi pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sudah berjalan dengan baik tetapi

tata kelola satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah