• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga bagi perkembangan usaha. Salah satunya perkembangan usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. manusia dan juga bagi perkembangan usaha. Salah satunya perkembangan usaha"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengan adanya pekembangan teknologi yang semakin pesat, membuat teknologi saat ini menciptakan suatu inovasi yang mempermudah pekerjaan manusia dan juga bagi perkembangan usaha. Salah satunya perkembangan usaha

jual beli yang dapat dilakukan melalui mesin jual otomatis (vending machine).

Yang dikatakan otomatis disini ialah mesin jual otomatis (vending machine) tidak

diperlukan tenaga operator untuk menjual barang1. Mesin jual otomatis (vending

machine) adalah suatu mesin yang dapat mengeluarkan barang yang diinginkan pembeli. Pengoperasian ini cukup mudah dimana pembeli memasukkan sejumlah

koin tertentu dan menekan tombol sesuai dengan barang yang dikehendaki2.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan Umum Distribusi Barang, mesin jual

otomatis (vending machine) termasuk di dalamnya. Mesin jual otomatis (vending

machine) merupakan pelaku usaha distribusi yang menggunakan distributor,

dalam hal ini menurut pasal 9 mesin jual otomatis (vending machine) merupakan

Pengecer, yang mendistribusikan barang menggunakan sarana penjualan lain. Sarana penjualan lainnya yang disebutkan dalam pasal 9 ayat (3) berupa:

sistem elektronik, penjualan dengan perangkat mesin elektronik (vending

1 Saimin, “Tinjauan Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Jual Beli Melalui

Vending Machine”, Skripsi, IAIN Metro,Lampung, 2017, hal.26.

2 Agung Purnomo, “Perancangan dan Pembuatan mesin penjual makanan otomatis

(2)

machine), atau penjualan bergerak. Pengecer merupakan pelaku usaha distribusi yang kegiatan pokoknya memasarkan barang secara langsung kepada konsumen. Seperti saat konsumen akan memilih barang yang tersedia dalam mesin jual otomatis itu lalu membelinya dengan memasukkan uang kertas atau uang koin.

Dalam jual beli, pastinya terdapat perjanjian juga di dalamnya. Perjanjian itu pada umumnya tidak dibuat secara formal tetapi konsensual, dan inilah yang disebut sebagai asas konsensualisme dimana dengan adanya persesuaian kehendak

maka telah terjadi perjanjian3. Sebelum para pihak menyepakati pada hal-hal

tersebut, maka salah satu pihak atau lebih akan menyampaikan terlebih dahulu suatu bentuk pernyataan tentang apa yang dikehendaki oleh pihak tersebut dengan segala syarat-syaratnya yang diperkenankan oleh hukum dan disepakati oleh para pihak. Hal ini biasanya disebut dengan penawaran, dan penawaran ini berisikan kehendak dari salah satu atau lebih pihak dalam perjanjian yang disampaikan ke

lawan pihaknya untuk menerima persetujan dari lawan pihaknya tersebut4. Unsur

dalam kesepakatan pun seharusnya saling mengikatkan diri, sehingga pihak yang satu mengikatkan diri pada pihak yang lain dan pihak yang lain juga mengikatkan

pada pihak yang satu5.

Dalam hal jual beli barang melalui mesin jual otomatis (vending machine),

tidak terdapat pihak yang beperan sebagai penjual secara langsung. Dalam hal ini,

pihak pembeli saat membeli melalui mesin jual otomatis (vending machine) hanya

berhubungan langsung dengan mesin jual otomatis (vending machine) tersebut.

sehingga muncul pertanyaan, apakah peristiwa itu merupakan perjanjian? Apabila

3Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (suatu pengantar), Liberty, Yogyakarta,

1988, hal. 119.

4Munir Fuady, Hukum Kontrak, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, hal.29.

5Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,

(3)

merupakan perjanjian maka siapakah pihak yang berkedudukan sebagai pihak kreditur dan debitur?

Perkembangan yang terjadi dalam praktek adalah jual beli melalui mesin

jual otomatis (vending machine) adalah perjanjian jual beli, maka saat pembeli

sudah membeli maka pihak pembeli sudah dianggap sepakat dengan semua

ketentuan dalam jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine) tersebut,

sehingga muncul pertanyaan kesepakatan seperti apa yang bisa dianut dan kapankah kesepakatan tersebut muncul?

Kesepakatan adalah persesuaian kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lain dan dengan demikian yang menjadi alat pengukur tentang tercapainya persesuaian kehendak adalah pernyataan-pernyataan yang telah

dilakukan oleh kedua belah pihak6. Kesepakatan dalam hal ini merupakan

perwujudan dari kehendak dua atau lebih pihak mengenai apa yang mereka kehendaki untuk dilaksanakan, bagaimana cara melaksanakannya, kapan harus dilaksanakan, dan siapa yang harus melaksanakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis akan meneliti bentuk dari

kesepakatan perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine)

ditinjau dari pasal 1320 KUHper. Berangkat dari permasalahan tersebut, maka

penulis mengangkat judul “KESEPAKATAN DALAM PERJANJIAN JUAL

BELI MELALUI MESIN JUAL OTOMATIS (VENDING MACHINE) DITINJAU ASPEK HUKUM PERJANJIAN”.

6 Firman Floranta Adonara, Aspek-Aspek Hukum Perikatan, CV. Mandar Maju

(4)

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan apa yang

menjadi masalah pokok penelitian ini adalah:

1. Apakah bentuk kesepakatan yang lahir dalam perjanjian jual beli melalui

mesin jual otomatis (vending machine)?

2. Apakah akibat hukum dari perjanjian jual beli melalui mesin jual

otomatis (vending machine)?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang kesepakatan yang lahir dalam

perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine).

2. Untuk mengetahui dan mengkaji tentang akibat hukum yang timbul

dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat dari sisi teoritis maupun sisi praktis, yaitu:

1. Dari sisi teoritis, penelitian ini menambahkan pengetahuan dan pemahaman mengenai bentuk kesepakatan yang lahir dalam perjanjian jual

(5)

timbul dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending machine).

2. Dari sisi praktis, penelitian ini memberikan informasi kepada para pihak

yang terkait dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine) agar mengetahui saat terjadinya dan lahirnya kesepakatan, pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan hukum perjanjian jual beli melalui

mesin jual otomatis (vending machine), dan pertanggungjawaban yang

terjadi saat melakukan jual beli melalui mesin jual otomatis (vending

machine) sehingga setiap pihak yang terkait mengetahui hak dan kewajibannya.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari peraturan perundang-undangan, putusan

pengadilan, perjanjian serta doktrin (ajaran).7 Penelitian ini dalam melihat

kesepakatan yang terjadi dalam perjanjian jual beli melalui mesin jual

otomatis (vending machine) mengacu pada Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata.

7 Fajar Mukti dan Yulianto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum-Normatif dan

(6)

2. Metode Pendekatan

Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan yaitu:

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut

dengan isu hukum yang sedang ditangani8, dalam penelitian ini penulis

menelaah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata untuk menjawab isu hukum yang dipaparkan.

b. Pendekatan konsep (conseptual approach), yaitu pendekatan yang

beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum.9 dalam penelitan ini untuk

membangun suatu konsep mengenai kesepakatan dalam perjanjian jual

beli melalui mesin jual otomatis (vending machine) penulis juga

menggunakan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang

berkembang dalam ilmu hukum.

3. Bahan Hukum

Dalam penelitian ini bahan hukum yang digunakan yaitu:

a. Bahan hukum primer

Merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai

otoritas10. Bahan hukum primer dalam penelitian ini yaitu Kitab

Undang-Undang Hukum Perdata.

8 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kencana Prenada Media

Group,Jakarta, 2005, hal. 133.

9 Ibid, hal. 135.

(7)

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder bersifat membantu atau menunjang bahan hukum primer dalam penelitian yang akan memperkuat penjelasan di dalamnya. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,

hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian.11 Bahan hukum yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor

22/M-DAG/PER/3/2016 Tentang Ketentuan

umum distribusi barang. Selain itu juga terdapat buku-buku, jurnal, skripsi, dan thesis

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kamus Hukum, Kamus Besar Bahas Indonesia, ensiklopedia, dan lain-lain.

11 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Karena dengan tak pernah absenya Mischief Denim dalam event tahunan tersebut di tambah dengan merupakan salah satu produk jeans lokal yang memiliki followers Instagram terbanyak

Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena

Sedangkan sistem E-Procurement ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang terdapat pada proses pengadaan tradisional tersebut, seperti melancarkan akses informasi,

atas denqan ini: --- -Menyatakan dan menjamin kebenaran tandatangan dan -- identitas sesuai dengan tanda pengenal yang --- disampaikan kepada saya, Notaris di

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini dilaksanakan dengan melalui beberapa tahapan. Tahapan yang akan dilaksanakan dapat dilihat pada diagram alir pada gambar 3.1. Dimana

Berkaitan dengan hal tersebut diatas, permasalahan yang dibahas dalam tesis ini adalah tentang, pengaturan Corporate Social Responsibility di lingkungan BUMN, Implementasi

akan memberitahukan Pihak yang Menyampaikan Keluhan dan melanjutkan dengan menyusun Rencana Aksi (lihat bagian i dan seterusnya). iii) Jika Komite Keluhan menilai bahwa