PENGARUH PERMODALAN, EFISIENSI, LIKUIDITAS DAN
KUALITAS ASET TERHADAP PROFITABILITAS
(Studi Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia)
Fia Zumrohatul Fatmawati
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya
[email protected]
Dosen Pembimbing
Atim Djazuli
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Brawijaya
Abstract: Sharia banks are banks which is run based on Islamic law. The positive
improvement of sharia banks performance become a benchmark for the
successfullness of sharia economic existence. The performance of sharia banks
can be seen from the level of profitability measured by ROA. ROA is used to
measure bank's effectiveness in generating profits by utilizing its assets. This
study aims to test and analyze the effect of Capital, Efficiency, Liquidity and
Asset Quality variables on Profitability in sharia commercial banks listed on Bank
Indonesia. The type of this research is explanatory research which intend to
explain the relationship between variables through hypothesis testing. The
population in this study is all sharia commercial banks listed on Bank Indonesia
from 2012-2016. This study used 11 sharia banks as sample by utilizing saturated
sample technique. Multiple linear regression analysis is used as the method of
analysis, with model feasibility test using F test, coefficient determination test,
and hypothesis testing using t test.
The results show that Capital, Efficiency, Liquidity and Asset Quality able to
explain its effect on Profitability variable at 39,3%. In addition, Capital,
Efficiency and Asset Quality variables have a negative and significant effect on
Profitability, and the variable Liquidity has positive and insignificant effect on
Profitability.
Keywords: Profitability, Capital, Efficiency, Liquidity, Asset Quality
Abstrak: Bank syariah merupakan bank yang pelaksanaannya berdasarkan
hukum islam. Peningkatan kinerja bank syariah yang relatif baik menjadi tolak
ukur bagi keberhasilan eksistensi ekonomi syariah. Kinerja bank syariah dapat
dilihat dari tingkat profitabilitasnya yang diukur menggunakan ROA. ROA
digunakan untuk mengukur efektivitas bank dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh variabel
Permodalan, Efisiensi, Likuiditas dan Kualitas Aset terhadap Profitabilitas pada
bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Jenis penelitian ini adalah
explanatory research dengan maksud menjelaskan hubungan antar
variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
bank umum syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dari tahun 2012-2016. Dan
didapatkan sebanyak 11 sampel bank berdasarkan teknik sampel jenuh. Metode
analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dengan uji
kelayakan model menggunakan uji F, uji koefisien determinasi dan pengujian
hipotesis menggunakan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
Permodalan, Efisiensi,
Likuiditas dan Kualitas Aset mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel
Profitabilitas sebesar 39,3%. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
masing-masing variabel Permodalan, Efisiensi dan Kualitas Aset berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap Profitabilitas, dan variabel Likuiditas berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap Profitabilitas.
PENDAHULUAN
Perbankan syariah merupakan salah
satu perbankan yang pelaksanaanya
berdasarkan
hukum
syariah.
Perkembangan perbankan syariah di
Indonesia telah menjadi tolak ukur
keberhasilan
eksistensi
ekonomi
syariah. Pada saat Indonesia dilanda
krisis moneter pada tahun 1997-1998
bank syariah mampu bertahan dan
dapat menunjukkan eksistensi dan
kinerja
yang
relatif
lebih
baik
dibandingkan perbankan konvensional.
Hal ini dapat dilihat dari rendahnya
pembiayaan
bermasalah
(non
performing financing)
pada bank
syariah di tahun 2000 adalah sebesar
12,96% dan pada tahun 2001 sebesar
4,04%, dan tidak terjadinya negative
spread atau kondisi dimana suku
bunga tabungan lebih besar dari pada
suku
bunga
pinjaman
yang
menyebabkan bank sulit memperoleh
keuntungan(Sumber: Bank Indonesia,
2004). Berdirinya bank syariah sebagai
suatu intuisi bisnis keuangan dengan
prinsip-prinsip yang dianut dalam
syariah islam, menghadirkan nuansa
baru dalam kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat Indonesia.
Prinsip utama bank syariah yaitu
bank tanpa bunga dalam setiap
transaksi, dan melakukan kegiatan
usaha
berdasarkan
perolehan
keuntungan yang sah dan sesuai
kesepakatan
bersama.
Seluruh
kegiatan transaksi maupun kegiatan
perbankannya
disesuaikan
dengan
prinsip-prinsip syariah islam, sehingga
tidak
ada
istilah
riba
dalam
pelaksanaannya, artinya membayar
dan menerima bunga atas yang
dipinjam atau dipinjamkan dilarang.
Perkembangan
bank
syariah
tergolong pesat, karena dalam waktu
yang
singkat
banyak
bank-bank
konvensional
membuka
cabang
perbankan yang bersifat syariah.
Bank-bank tersebut tidak hanya mencoba
mengembangkan prinsip syariah di
Indonesia, tetapi faktor yang paling
penting adalah permintaan masyarakat
untuk dibentuknya perbankan syariah.
Seiring
dengan
perkembangan
eksistensi jumlah Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
(BPRS), industri perbankan syariah
juga mengalami peningkatan kinerja.
Pertumbuhan
positif
menandai
perkembangan Bank Umum Syariah
tahun 2016 setelah 3 tahun terakhir
mengalami perlambatan pertumbuhan.
Berdasarkan data statistik Laporan
Perkembangan
Keuangan
Syariah,
menunjukkan pada akhir tahun 2016
Bank
Umum
Syariah
(BUS)
mencatatkan
pertumbuhan
aset,
pembiayaan yang diberikan (PYD),
dan dana pihak ketiga (DPK) sebagai
berikut :
Gambar 1: Pertumbuhan Aset,
Pembiayaan Yang Diberikan (PYD)
dan Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber : Laporan Perkembangan
Keuangan Syariah 2016, Data
diolah
Dari gambar 1 terlihat pada tahun
2012 pertumbuhan aset, PYD dan
DPK Bank Umum Syariah tinggi,
tetapi mulai dari tahun 2013 hingga
tahun 2015 terjadi penurunan secara
terus menerus, namun pada akhir
tahun 2016 bank umum syariah
mengalami peningkatan pertumbuhan
aset, PYD dan DPK, masih-masing
mengalami
pertumbuhan
sebesar
19,10%, 18,02%, dan 16,41%.
Dalam perkembangan yang pesat
tersebut, maka perbankan sebagai
sumber
pembiayaan
bagi
hasil
perekonomian
dan
masyarakat
sebagai pihak yang paling berperan,
pada
umumnya
memiliki
sikap
tanggap terhadap berbagai bentuk
pelayanan
yang
diberikan
oleh
masing-masing bank untuk menarik
simpati masyarakat. Simpati dan
kepercayaan
masyarakat
terhadap
suatu bank tidak terlepas dari keadaan
keuangan bank, termasuk kinerja bank
tersebut.
Kinerja
keuangan
suatu
bank
mencerminkan tingkat kesehatan bank
tersebut. Menurut (Slamet, 2006:169),
tingkat
kesehatan
bank
adalah
penilaian atas suatu kondisi laporan
keuangan bank pada periode dan saat
tertentu sesuai dengan standar yang
ditetapkan
oleh
Bank
Indonesia.
Kinerja bank juga merupakan ukuran
keberhasilan bagi bank serta dijadikan
sebagai pedoman untuk memperbaiki
hal-hal yang perlu diperbaiki dan
bagaimana
cara
memperbaikinya.
Kesehatan bank dapat diukur dengan
berbagai metode, penilaian kesehatan
bank akan berpengaruh terhadap bank
yang bersangkutan, salah satu alat
yang digunakan untuk mengukur
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00% 25.00% 30.00% 35.00% 40.00% Aset PYD DPK 2012 2013 2014 2015 2016
tingkat kesehatan bank adalah dengan
analisis CAMELS
(Capital, Asset
Quality,
Management,
Earning,
Liquidity, dan Sensitivity to market
risk).
Menurut Kasmir (2014:300)
unsur-unsur penilaian dalam analisis
CAMEL adalah Capital (Permodalan)
, Asset (Kualitas Aset), Management
(Manajemen), Earning (Profitabilitas),
Liquidity (Likuiditas). Aspek capital
(permodalan)
meliputi
Capital
Adequacy Ratio (CAR), aspek asset
(kualitas
aspek)
meliputi
Non
Performing Financing (NPF), aspek
earning
(profitabilitas)
meliputi
Return on Asset (ROA) dan Biaya
Operasional
Terhadap
Pendapatan
Operasional (BOPO), aspek likuiditas
meliputi Financing to Deposit Ratio
(FDR).
Profitabilitas
dapat
dijadikan
sebagai salah satu indikator yang tepat
untuk mengukur kinerja dan kesehatan
suatu bank. Kesehatan suatu bank
merupakan suatu kepentingan bagi
seluruh pihak yang terkait, baik
pemilik dan pengelola, masyarakat
pengguna jasa bank maupun Bank
Indonesia
selaku
pembina
dan
pengawas bank. Kemampuan bank
dalam
menghasilkan
laba
dapat
menjadi tolak ukur kinerja perbankan
tersebut. Rasio profitabilitas yang
penting bagi bank adalah Return On
Asset. Alasan dipilihnya Return On
Asset sebagai ukuran kinerja adalah
karena
ROA
digunakan
untuk
mengukur efektivitas perusahaan di
dalam
menghasilkan
keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang
dimilikinya.(Lukman,2005:118)
Capital Adequacy Ratio adalah rasio
kinerja
bank
untuk
mengukur
kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk
menunjang
aktiva
yang
mengandung atau menghasilkan risiko,
misal kredit yang diberikan (Lukman,
2005:32).
Biaya adalah salah satu faktor yang
ikut menentukan tinggi rendahnya
profitabilitas. Rasio BOPO bertujuan
untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan
operasinya
(Lukman,
2005:120).
Financing to Deposit Ratio adalah
perbandingan antara total pembiayaan
yang diberikan dengan total Dana
Pihak Ketiga yang dihimpun oleh
bank.
Maksimal
FDR
yang
diperkenankan oleh Bank Indonesia
adalah sebesar 110%.
Menurut (Aulia, 2016:2)
Non
Performing
Financing
merupakan
rasio keuangan yang menunjukkan
total pembiayaan bermasalah dalam
perbankan syariah. Berdasarkan uraian
latar belakang diatas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang
berjudul
“Pengaruh Permodalan,
Efisiensi, Likuiditas Dan Kualitas
Aset Terhadap Profitabilitas” (Studi
Pada Bank Umum Syariah Di
Indonesia)”.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang
telah
diuraikan,
maka
rumusan
masalah untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.1.1
Apakah
Permodalan
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
pada
Bank
Umum Syariah di Indonesia ?
1.1.2
Apakah Efisiensi berpengaruh
terhadap Profitabilitas pada
Bank
Umum
Syariah
di
Indonesia ?
1.1.3
Apakah
Likuiditas
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
pada
Bank
Umum Syariah di Indonesia ?
1.1.4
Apakah
Kualitas
Aset
berpengaruh
terhadap
Profitabilitas
pada
Bank
Umum Syariah di Indonesia ?
LANDASAN TEORI
Profitabilitas
Profitabilitas pada bank dalam
penelitian
ini
diukur
dengan
menggunakan Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA)
Menurut Lukman (2005: 118) rasio
ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
manajemen
dalam
memperoleh keuntungan (laba) secara
keseluruhan. Semakin besar ROA,
semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai oleh perusahaan tersebut
dan
semakin
baik
pula
posisi
perusahaan
tersebut
dari
segi
penggunaan
asset.
Berdasarkan
ketentuan
Bank
Indonesia,
yang
tercantum dalam Surat Edaran BI No.
13/24/DPNP, secara matematis ROA
dirumuskan sebagai berikut:
ROA =
Laba Sebelum PajakRata-rata Total Aset
x 100%
Sumber : SE BI No. 13/24/DPNP
tanggal 25 Oktober 2011
Permodalan
Salah satu faktor penting dalam
mengembangkan usaha bisnis adalah
modal. Besarnya modal dalam suatu
bank akan mempengaruhi kemampuan
bank tersebut dalam melaksanakan
kegiatannya. Kententuan pemenuhan
permodalan minimum bank disebut
Capital Adequacy Ratio (CAR).
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Lukman (2005:121) CAR
adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank
yang mengandung risiko ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang),
dan
lain-lain
Rasio
ini
dapat
dirumuskan sebagai berikut :
CAR=
%
Sumber : Dendawijaya (2005:121)
Hasil perhitungan rasio di atas
kemudian
dibandingkan
dengan
kewajiban
penyediaan
modal
minimum sebesar 11% sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia.
Efisiensi
Efisiensi
mengendalikan
biaya
operasi atas kegiatan pembiayaan
dalam
kegiatan
perbankan
akan
menentukan
besarnya
keuntungan
yang diperoleh bank. Untuk mengukur
efisiensi
bank
syariah
dalam
melaksanakan kegaiatan operasinya,
digunakan rasio BOPO.
Biaya
Operasional
Terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO digunakan untuk mengukur
tingkat efisiensi kemampuan bank
dalam melakukan kegiatan operasinya
(Lukman, 2005:120). Semakin tinggi
rasio ini menunjukkan semakin tidak
efisien biaya operasional bank. BOPO
dirumuskan sebagai berikut:
BOPO=
%
Sumber : Lukman (2005:120)
Menurut ketentuan Bank Indonesia
efisiensi operasi diukur dengan batas
maksimum BOPO adalah 94 %.
Likuiditas
Likuiditas suatu bank berarti bahwa
bank tersebut memiliki sumber dana
yang cukup tersedia untuk memenuhi
semua
kewajibannya.
Salah
satu
penilaian
likuiditas
bank
adalah
menggunakan FDR.
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Muhammad(2005:55) menyatakan
bahwa FDR adalah perbandingan
antara pembiayaan yang diberikan
oleh bank dengan dana pihak ketiga
yang berhasil dikerahkan oleh bank.
FDR dirumuskan sebagai berikut:
FDR =
%
Sumber : Muhammad (2005:55)
Rasio FDR minimal 75% dan tidak
boleh melebihi 110%. Baiknya bank
mampu menjaga nilai FDR hanya
diantara 80%-90%.
Kualitas Aset
Kualitas Aktiva merupakan asset
untuk memastikan kualitas aset yang
dimiliki bank dan nilai dari aset
tersebut (Veithzal, 2013 : 473).
Non Performing Financing (NPF)
Rasio NPF menurut Bachri,dkk
(2013:179)menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola
kredit bermasalah digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen
bank
dalam
mengelola
kredit
bermasalah yang diberikan oleh bank.
Perhitungan NPF yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia dirumuskan sebagai
berikut :
NPF =
%
Sumber : SE BI No. 3/30/DPNP
tanggal 14 Desember 2001
Bank Indonesia telah menetapkan
bahwa setiap bank harus menjaga
NPF-nya di bawah 2%.
Kerangka Pikir
Gambar 2: Kerangka Pikir Konseptual
HIPOTESIS
H1: Permodalan berpengaruh terhadap
Profitabilitas
H2: Efisiensi berpengaruh terhadap
Profitabilitas
H3: Likuiditas berpengaruh terhadap
Profitabilitas
H4:
Kualitas
Aset
berpengaruh
terhadap Profitabilitas
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah berupa
penelitian
explanatory
research
dengan
pendekatan
kuantitatif.
Menurut
Sugiyono
(2014:11),
metode
explanatory
research
merupakan metode penelitian yang
bermaksud menjelaskan kedudukan
variabel-variabel yang diteliti serta
pengaruh antara satu variabel dengan
variabel yang lain.
Populasi Dan Sampel
Menurut
Sugiyono
(2014:115)
populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek
yang
mempunyai
kualitas
dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh penulis untuk dipelajari dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya.
Populasi
yang digunakan dalam
penelitian ini adalah seluruh Bank
Umum Syariah di Indonesia yang
terdapat pada Bank Indonesia (BI)
hingga tahun 2016. Jumlah Bank
Umum Syariah yang ada hingga
tahun 2016 sebanyak 11 bank.
Sampel
menurut
Sugiyono
(2014:116)
adalah sebagian dari
jumlah
dan
karakteristik
yang
dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel
yang
digunakan
dalam
penelitian ini ada 11 Bank Umum
Syariah di Indonesia yang terdaftar
di Bank Indonesia.
Penentuan
sampel
tersebut
berdasarkan teknik sampling jenuh.
Permodalan (X1) Efisiensi (X2) Likuiditas (X3) Kualitas Aset (X4) Profitabilitas (Y) H1 H2 H3 H4
Menurut Sugiyono (2014: 68) teknik
sampling jenuh merupakan teknik
penentuan
sampel
bila
semua
anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Sampel yang diambil adalah
sebanyak 55 sampel yang diperoleh
dari 11 x 5 (perkalian antara jumlah
bank dengan periode pengamatan),
sehingga dari penjelasan diatas,
terdapat 11 Bank Umum Syariah
yang
dijadikan
sebagai
sampel
penelitian diantaranya :
Tabel 1
Daftar Sampel Penelitian
No Nama Bank
1 PT. Bank BNI Syariah 2 PT. Bank Syariah Mandiri 3 PT. Bank Mega Syariah 4 PT. Bank Muamalat Indonesia 5 PT. Bank BCA Syariah 6 PT. Bank BRI Syariah 7 PT. Bank Jabar Banten Syariah 8 PT. Bank Panin Dubai Syariah 9 PT. Bank Syariah Bukopin 10 PT. Bank Victoria Syariah 11 PT. Bank Maybank Syariah
Indonesia
Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan
data
dilakukan
melalui studi pustaka dengan mengkaji
buku-buku literatur, jurnal, makalah
dan
sumber-sumber
lain
yang
berkaitan dengan penelitian untuk
memperoleh landasan teoritis secara
komprehensif terkait Bank Umum
Syariah serta mengeksplorasi
laporan-laporan keuangan berupa perhitungan
rasio
keuangan
dalam
laporan
keuangan tahunan yang dipublikasikan
oleh masing
–
masing Bank Umum
Syariah
melalui
website
Bank
Indonesia maupun website resminya.
Metode Analisis Data
Teknik
analisis
data
yang
digunakan yaitu Analisis Deskriptif,
Uji Asumsi Klasik, setelah memenuhi
uji asumsi klasik , tahap selanjutnya
digunakan untuk uji hipotesis dimana
untuk
menguji
hubungan
antara
variabel dependen dengan variabel
independen
dengan
menggunakan
teknik
analisis
regresi
berganda
(Multiple Regression). Model Regresi
linear
Berganda
yang
digunakan
adalah :
Y = a + b
1X
1+ b
2X
2+ b
3X
3+ b
4X
4+ e
Keterangan:
Y= Return on Assets (ROA)
a = Konstanta
b
1= Koefisien variabel bebas ke-1
b
2= Koefisien variabel bebas ke-2
b
3= Koefisien variabel bebas ke-3
b
4= Koefisien variabel bebas ke-4
X
1= Capital Adequacy Ratio (CAR)
X
2= BOPO
X
3= Financing to Deposits Ratio
(FDR)
X
4= Non Performing Financing (NPF)
e = Error
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas Data
Menurut (Imam, 2016:154) uji
normalitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal, bila asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi
tidak valid untuk jumlah sampel kecil.
Uji Multikolinearitas
Menurut (Imam, 2016:103) uji
multikolinearitas
bertujuan
untuk
menguji
apakah
model
regresi
ditemukan adanya
korelasi antar
variabel bebas (independen). Terdapat
cara
mendeteksi
multikolinearitas
adalah apabila mempunyai nilai VIF
disekitar angka 1 dan tidak melebihi
10 dan mempunyai angka toleransi =
1/VIF
Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi adalah pengujian
asumsi dalam regresi dimana variabel
dependen tidak berkorelasi dengan
dirinya sendiri. Cara pendeteksi ada
tidaknya autokorelasi adalah dengan
uji
Run
Test.
Menurut
(Imam,
2016:116) Run Test sebagai bagian
dari statistik non-parametik dapat pula
digunakan untuk menguji apakah antar
residual terdapat korelasi yang tinggi.
Uji Heterokedastisitas
Uji
heterokedastisitas
menurut
(Imam, 2016:134) bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regrei
linier terjadi ketiaksamaan varian dari
residual
yang
satu
pengamatan
kepengamatan yang lain. Deteksi ada
tidaknya
heterokedastisitas
dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik scatterplot
antara nilai prediksi variabel dependen
yaitu ZPRED (sumbu Y) dengan
residual SRESID (sumbu X).
Uji Kelayakan Model (Goodness of
Fit)
Uji F
Menurut
Imam
(2016:96)
menyatakan bahwa pengujian secara
simultan (uji F) dilakukan untuk
mengetahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama
terhadap
variabel
dependen. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan uji dua arah
dengan hipotesis sebagai berikut :
1.
H0 : b1 = b2=……….=bk=0,
artinya
semua
variabel
independen bukan merupakan
penjelas
yang
signifikan
terhadap variabel dependen.
2. HA : b1
≠ b2 ≠……...≠bk≠0,
artinya
semua
variabel
independen secara simultan
merupakan
penjelas
yang
signifikan terhadap variabel
dependen.
Koefisien Determinasi (Uji R²)
Koefisien determinasi (R²) pada
intinya
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan
model
dalam
menerangkan
variasi
variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu. (Imam,
2016:95).
Uji Hipotesis
Uji t
Menurut
(Imam,
2016:97)
menyatakan bahwa pengujian hipotesis
dalam penelitian ini menggunakan
pengujian secara parsial (uji t).
Pengujian
ini
dilakukan
untuk
mengetahui secara parsial variabel
independen
berpengaruh
secara
signifikan atau tidak terhadap variabel
dependen.
Untuk
menguji
hipotesis
ini
digunakan statistik t dengan kriteria
pengujian sebagai berikut :
1. Ho diterima dan Ha ditolak apabila
nilai sig > 0,05 atau t hitung < t
tabel, artinya variabel independen
tidak
berpengaruh
secara
siginifikan
terhadap
variabel
dependen.
2. Ho ditolak dan Ha diterima apabila
nilai sig < 0,05 atau t hitung > t
tabel, artinya variabel independen
berpengaruh
secara
siginifikan
terhadap variabel dependen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Gambar 3: Hasil Uji Normalitas
Dari gambar 3 di atas dapat
dilihat bahwa titik-titik menyebar di
sekitar garis diagonal dan pola
penyebarannya mengikuti arah garis
diagonal, dengan demikian berarti
model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji Multikolinieritas
Tabel 2Hasil Uji Multikolinieritas
Coefficientsa Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 Constant CAR 0.417 2.397 BOPO 0.879 1.137 FDR 0.468 2.137 NPF 0.752 1.329
Pada tabel 2 di atas dapat dilihat
hasil pengujian uji multikolinieritas
diperoleh hasil bahwa nilai tolerance
menunjukkan
semua
variabel
independen memiliki nilai tolerance
berada dibawah 1 dan nilai VIF jauh
dibawah angka 10. Dengan demikian
dalam model ini tidak ada masalah
multikolinieritas.
3. Uji Autokorelasi
Tabel 3 Hasil Uji AutokorelasiBerdasarkan hasil perhitungan
runs test yang ada pada tabel 3 di
atas,
diketahui bahwa nilai test
sebesar -0,678 dengan probabilitas
0,498 > 0,05 yang berarti data
penelitian tidak mengalami gangguan
permasalahan autokorelasi.
4. Uji Heterokedastisitas
Gambar 4: Hasil Uji Heterokedastisitas
Dari gambar 4 di atas grafik
scatterplot menunjukkan bahwa
titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun dibawah
angka 0 pada sumbu Y. dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa
model regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Hasil Analisis Regresi
Tabel 4Hasil Regresi Berganda
Dari hasil analisis tabel 4 di atas,
konstanta dan koefisien regresi yang
diperoleh apabila dimasukkan pada
persamaan umum regresi adalah
sebagai berikut :
ROA = 8,447 - 0,095 (CAR)
–
0,048
(BOPO) + 0,011(FDR)
–
1,077
(NPF) + e
Dari persamaan analisis regresi
berganda diatas, dapat di jelaskan
bahwa :
a. Nilai
konstanta
yang
diperoleh
sebesar
8,447.
Artinya apabila nilai variabel
dependen yang terdiri dari
CAR, BOPO, FDR, dan NPF
mempunyai nilai nol, maka
variabel ROA akan tetap
sebesar 8,477.
b. Nilai koefisien CAR (X1)
sebesar -0,095 menunjukkan
bahwa variabel CAR (X1)
berpengaruh negatif terhadap
ROA.
Artinya
setiap
kenaikan CAR sebesar satu
satuan akan menurunkan nilai
ROA sebesar 0,095
dan
sebaliknya
apabila
CAR
turun sebesar satu satuan
maka akan menaikkan nilai
ROA sebesar 0,095.
c. Nilai koefisien BOPO (X2)
sebesar -0,048 menunjukkan
bahwa variabel BOPO (X2)
berpengaruh negatif terhadap
ROA.
Artinya
setiap
kenaikan BOPO sebesar satu
satuan akan menurunkan nilai
ROA sebesar 0,048 dan
sebaliknya apabila BOPO
turun sebesar satu satuan
maka akan menaikkan nilai
ROA sebesar 0,048 .
d. Nilai koefisien FDR (X3)
sebesar 0,011 menunjukkan
bahwa variabel FDR (X3)
berpengaruh positif terhadap
ROA.
Artinya
setiap
kenaikan FDR sebesar satu
satuan akan menaikkan nilai
ROA sebesar 0,011 dan
sebaliknya apabila FDR turun
sebesar satu satuan maka
akan menurunkan nilai ROA
sebesar 0,011.
e. Nilai koefisien NPF (X4)
sebesar -1.077 menunjukkan
bahwa variabel NPF (X4)
berpengaruh negatif terhadap
ROA.
Artinya
setiap
kenaikan NPF sebesar satu
satuan akan menurunkan nilai
ROA sebesar 1.077 dan
sebaliknya apabila NPF turun
sebesar satu satuan maka
akan menaikkan nilai ROA
sebesar 1.077.
Hasil Pengujian Uji F
Tabel 5 Hasil Uji FBerdasarkan
tabel
5
di
atas
menunjukkan bahwa variabel CAR,
BOPO, FDR, dan NPF mampu
menjelaskan pengaruhnya terhadap
variabel ROA, hal ini ditunjukkan
dengan nilai F
hitungsebesar 8,102
dimana F
hitunglebih besar dari F
tabelsebesar 2,56, dengan nilai signifikansi
0,000 yang lebih kecil dari 0,05.
Hasil Pengujian Uji Koefisien
Determinasi (R
2)
Tabel 6
Hasil Uji Determinasi (R2)