• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESKRIPSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA. Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai lokasi/ daerah letak Situs- situs tersebut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESKRIPSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA. Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai lokasi/ daerah letak Situs- situs tersebut."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA

Pada bab ini, penulis akan membicarakan tentang Situs- situs yang ada di Kecamatan Sianjur Mula- mula berupa deskripsi dari situs tersebut dan membahas tentang Gambaran Umum Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai lokasi/ daerah letak Situs- situs tersebut.

2.1 Gambaran Umum Kecamatan Sianjur Mula- mula

Dalam bagian ini, penulis akan membicarakan tentang kondisi Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai daerah penelitian. Yang dibahas dalam sub bab ini adalah bagaimana letak geografis dan kondisi alam, penduduk, sarana pelayanan umum Kecamatan Sianjur Mula- mula yang terdiri dari sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana transportasi, sarana ibadah.

2.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam

Kecamatan Sianjur Mula- mula adalah salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang terletak di Kabupaten Samosir Provinsi Sumatera Utara dengan Ibu kota Desa Ginolat. Dikatakan sebagai Sianjur Mula- mula adalah karena arti dari mula- mula yaitu pertama, artinya daerah ini merupakan daerah yang diakui sebagai kampung pertama orang Batak (Siraja Batak). Letak geografisnya berada pada 02’30’-2’45’ LU dan 98’30’-98’45’ BT dan jarak Kantor Camat ke Kantor Bupati Samosir sekitar 19,5 km.12

Batas- batas wilayah dari Kecamatan ini adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara: Kabupaten Dairi

12

Eka Budianta, Buku Legenda Destinasi Wisata Samosir, Jakarta: Badan Pelestaraian Pusaka Indonesia, 2011, hlm 132.

(2)

b. Sebelah Barat: Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi c. Sebelah Timur: Kecamatan Pangururan

d. Sebelah Selatan: Kecamatan Harian

Kecamatan Sianjur Mula- mula berada di ketinggian 700-1700 meter dari permukaan laut dengan luas wilayahnya 140,24 km2 dan merupakan daerah yang berbukit- bukit.13dan memiliki pemandangan yang begitu luar biasa sehingga menjadi salah satu tujuan wisata.

2.1.2 Penduduk

Penduduk merupakan dasar pembangunan suatu daerah dimana perkembangan dan pertumbuhan suatu penduduk mengharuskan adanya suatu pembangunan yang lebih maju. Penduduk juga merupakan salah satu komponen pembangunan yang memiliki dua sisi yang sangat penting, di suatu sisi sebagai pembangunan dan di sisi lain sebagai objek pembangunan berupa peningktan mutu dayanya.

Pada tahun 1995, Kecamatan Sianjur Mula- mula berada pada wilayah Kabupaten Tapanuli Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 11452 jiwa; jumlah laki-laki sebanyak 5664, dan jumlah perempuan sebanayak 5788.Kepadatan jiwa / km2 di Kecamatan ini adalah 82. Angka pada tahun ini juga menyatakan bahwa masyarakat di Kecamatan ini memeluk 3 agama yaitu agama Protestan sebanyak 6157, Khatolik sebanyak 4857 dan Islam sebanyak 355 jiwa.14Sedangkan pada tahun 2009, jumlah penduduk seluruhnya tercatat sebanyak 11098 jiwa

13

Ketut Wiradynyana dan Lucas Partanda Koestoro, Laporan Penelitian Arkeologi Pengembangan Data

Base Sistem Informasi Sejarah Purbakala” Menyusuri Jejak Peradaban Masa Lalu Di Pulau Samosir, Medan:

Balai Arkeologi Medan: 2013, hlm 11. 14

J. Purba Tambak, Tapanuli Utara Dalam Angka 1995, Tarutung: Kantor Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 1995, hlml 42.

(3)

yang terdiri laki- laki sebanyak 5488 jiwa (49,5%) dan perempuan sebanyak 5610 jiwa (50,5%) dengan jumlah keluarga sebanyak 2598 Kepala Keluarga.

Kecamatan Sianjur Mula- mula dibagi atas 11 desa yakni:

1. Desa Boho

2. Desa Aek Sipitu Dai 3. Desa Singkam, 4. Desa Sari Marihit, 5. Desa Sianjur Mulamula, 6. Desa Ginolat,

7. Desa Huta Ginjang, 8. Desa Siboro, 9. Desa Huta Gurgur, 10. Desa Bonan Dolok, dan 11. Desa Hasinggaan.

(4)

Tabel I

Gambaran Jumlah Penduduk di Kecamatan Sianjur Mula- mula Menurut Desa Tahun 2009

No Desa Jumlah Penduduk Presentase

1 Boho 1127 10,2

2 Aek Sipitu Dai 1464 13,2

3 Singkam 680 6,1

4 Sari Marrihit 976 8,8

5 Sianjur Mula- mula 686 6,2

6 Ginolat 1022 9,2 7 Huta Ginjang 603 5,4 8 Siboro 1239 11,2 9 Huta Gurgur 791 7,1 10 Bonan Dolok 919 8,3 11 Hasinggaan 1591 14,3 Jumlah 11098 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

Masyarakat di Kecamatan Sianjur Mula- mula di dominasi oleh Batak Toba, dimana menarik garis keturunan secara patrilinear seperti pelaksanaan adat sebagian besar di dalam keluarga laki- laki, dan anak laki-laki dispesialkan pada umumnya. Sistem kekerabatan pada masyarakat di Kecamatan ini mengenal sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba yang dikenal dengan istilah

(5)

Dalihan Natolu yang arti secara harafiah adalah tungku Nan Tiga yaitu tiang tempat memasak.Dalihan natolu terdiri dari tiga unsure yaitu Hula- hula, Boru dan Dongan Tubu.

1. Kelompok hula- hula adalah kelompok pemberi istri yang dalam kehidupan masyarakat hula- hula memiliki status yang paling tinggi dan dihormati.

2. Kelompok boru adalah perempuan dari golongan dongan sahuta termasuk suami dan keluarga semarga suaminya. Boru juga disebut kelompok penerima istri.

3. Kelompok dongan tubu adalah smua kaum laki- laki yang semarga atau sepihak dalam hubungan Bapak yang berasal dari satu nenek moyang.

Dalam hubungan sosialnya digambarkan dengan “ somba marhula-hula, elek marboru dohot manat mardongan tubu dan ketiga unsur ini sekaligus menjadi dasar struktur kekerabatan dalam masyarakat Batak Toba dan tidak akan berarti jika berdiri sendiri dan harus kerja sama satu dengan yang lainnya. Selain itu, nilai kekeluargaan ataupun kepedulian masih terlihat dalam kehidupan masyarakat Kecamatan Sianjur Mula- mula walaupun masyarakat tidak terlepas dari masalah adat dan konflik lainnya.Hal tersebut terlihat jika ada kemalangan, seperti melayat, pesta adat pernikahan dan kematian.Semua ikut ambil bagian dari segi partisipasi kelangsungan adat seperti marhobas, penyerahan ulos, dan memberikan tumpak (uang). Kegiatan sosial lain yang tampak adalah musyawarah dalam menyelesaikan masalah yang timbul dalam masyarakat. Musyawarah juga dapat dilihat pada waktu atau menyelesaikan pesta adat yang biasanya disebut dengan Martonggo Raja, yaitu untuk membicarakan persiapan pesta.15

Marga merupakan lambang identitas keturunan yang berfungsi untuk menentukan tarombo atau silsilah keluarga bagi masyarakat Batak Toba dalam kehidupan sehari- hari. Identitas

15

(6)

seseorang dapat diketahui dengan menyebutkan marga, dan dengan mudah masyarakat akan mengetahui posisinya di dalam hubungan sosial dengan orang lain baik laki- laki maupun perempuan. Laki- laki dan perempuan yang semarga tidak boleh saling menikah.Di setiap huta atau desa di suku bangsa batak di huni oleh dua golongan marga yaitu marga Tanah dan

Parripe.Marga Tanah adalah Marga asli yang mendiami wilayah tersebut dan biasaya memiliki

tanah sendiri, sedangkan marga Parripe adalah Marga pendatang ke daerah tersebut yang tidak memiliki tanah di wilayah tersebut.16 Seperti halnya di Kecamatan Sianjur Mula- mula, dimana marga tanah adalah marga Limbong, Siboro dan Sagala, sedangkan marga parripe adalah marga Naibaho, Simbolon, Purba, Sinaga, Napitupulu dan lain- lain. Marga parripe ini muncul di Kecamatan Sianjur Mula- mula kerena adanya hubungan perkawinan dengan marga tanah, ataupun sedang bekerja di wilayah Kecamatan baik sebagai Pegawai Negeri maupun sebagai Pegawai Swasta.17

Pada umumnya, untuk melangsungkan kehidupannya, masyarakat yang tinggal di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari- hari terutama bagi masyarakat yang tinggal di daerah pegunungaan. Hampir 80% masyarakat di Kecamatan Sianjur Mula- mula berprofesi sebagai petani dan kehidupan bertani ini sudah dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat setempat sehingga dominannya masyarakatnya pada sekitar jam 9 atau jam 10 sangat jarang dijumpai di rumah dan sangat sepi karena sudah berada di lahan/ areal sawah masing- masing. 20% lagi, masyarakat Kecamatan Sianjur Mula- mula berprofesi sebagai Pegawai Negeri, Wiraswasta, Pegawai Swasta, dan Nelayan.18

16

Chainur Arrasjid, Pengantar Ke Antropologi Budaya Indonesia, Jakarta : Gramedia, 1972 hlm 57. 17

Wawancara, Janses Limbong , Kepala Desa Sari Marrihit, tanggal 29 Maret 2017. 18

(7)

Tabel II

Gambaran Mata Pencaharian Penduduk Tahun 2009 No Jenis Mata Pencaharian Jumlah KK Presentase

1 Petani 2020 77,8 2 Pegawai Negeri 430 16,6 3 Wiraswasta 110 4,2 4 Pegawai Swasta 13 0,5 5 Nelayan 25 0,9 Jumlah 2598 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

Dengan demikian, berdasarkan tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tulang punggung perekonomian masyarakat Kecamatan Sianjur Mula- mula didominasi oleh sektor pertanian khususnya tanaman pangan seperti padi, ubi, dan jagung.selain itu, masyarakat juga menanam tanaman tua seperti mangga, kopi, dan sebagainya. Sekitar tahun 1995, tingkat perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan perekonomian yang tergolong rendah.pertaniannya juga tergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen.Masyarakat di kecamatan ini juga melakukan pertanian dengan mengandalkan tenaga dan alat pertanian yang sederhana seperti cangkul, sabit dan yang lainnya sedangkan untuk membajak persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga kerbau.Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.

2.1.3 Sarana Pelayanan Umum Kecmatan Sianjur Mula- mula

Sarana merupakan salah satu hal yang terpenting dari suatu daerah sebagai tolak ukur apakah suatu daerah tidak berkembang ataupun telah berkembang.Sarana adalah segala sesuatu

(8)

yang dapat diapakaui sebagai alat dlalam mencapai makn adan tujuan.19 Pada bagian ini, penulis akan membahas tentang sarana pelayanan umum di Kecamatan Sianjur Mula- mula.

2.1.3.1 Sarana Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu alat untuk mengatasi keterbelakangan masyarakat sekaligus menjauhkan masyarakat dari kemiskinan.Pada tahun 2009, sarana pendidikan yang terdapat di Kecamatan Sianjur Mula- mula adalah gedung- gedung sekolah milik Pemerintah maupun swasta mulai dari tingkat yang berbeda yaitu mulai dari SD, SMP, Dan SMA pada table berikut.

TABEL III

Sarana Pendidikan di Kecamatan Sianjur Mula- mula Tahun 2009

No Jenis Pendidikan Jumlah sarana (Unit) Presentase (%) 1 SD Negeri 21 84 2 SD Swasta 1 4 3 SMP Negeri 2 8 4 SMP Swasta - - 5 SMA Negeri 1 4 6 SMA Swasta - - Jumla h 25 100

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

19

Nanik Darsini, “Pengelolaan sarana dan prasarana rekreasi” , Malang: Universitas Negeri Malang, 1999, hlm 17.

(9)

2.1.3.2 Sarana Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Agar masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik maka dibutuhkan sarana yang memadai. Pada tahun 2009, sarana kesehatan yang ada di Kecamatan Sianjur Mula- mula meliputi fasilitas Puskesmas, Posyandu, Polindes dan Poskedes dapat dilihat pada table berikut:

TABEL IV

Sarana Kesehatan di Kecamatan Sianjur Mula- mula Tahun 2009

No Sarana Kesehatan Jumlah Sarana (Unit)

1 Puskesmas 1

2 Posyandu 6

3 Polindes 1

4 Poskedes -

Jumlah 8

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

2.1.3.3 Sarana Transportasi

Transportasi merupakan sarana untuk penggerakan manusia maupun barang dalam usaha memenuhi kebutuhan.Transportasi juga merupakan salah satu faktor yang menentukan perkembangan sebuah wilayah. Karena adanya transportasi maka hubungan masyarakat dapat berjalan dengan lancer antara wilayah yang satu dengan wilayah yag lain, baik dalam melakukan aktifitas ekonomi maupun rutinitas sehari- hari. Pada tahun 2009, banyaknya Transportasi yang terdaftar di Kecamatan Sianjur Mula- mula menurut desa dapat dilihat pada tabel berikut:

(10)

TABEL V

Sarana Transportasi di Kecamatan Sianjur Mula- mula Berdasarkan Desa

No Desa Mobil

Bus

Mobil Gerobak Sepeda Motor

Jumlah

1 Boho - - 29 29

2 Aek Sipitu Dai 2 - 29 31

3 Singkam 1 2 23 26 4 Sari Marrihit 3 - 24 27 5 Sianjur Mula- mula 3 3 19 25 6 Ginolat - - 27 27 7 Huta Ginjang 2 - 25 27 8 Siboro 1 3 28 32 9 Huta Gurgur 1 - 27 28 10 Bonan Dolok 3 4 29 36 11 Hasinggaan 2 1 32 34 Jumlah

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Samosir 2009

2.1.3.4 Sarana Ibadah

Sarana ibadah berfungsi untuk memberi kenyamanan bagi setiap masyarakat dalam melaksanakan ibadah.Sarana ibadah yang terdapat di Kecamatan Sianjur Mula- mula hanya Gereja sebanyak 38 unit dan tidak ada sarana ibadah lainnya karena mayoritas penduduk di Kecamatan Sianjur Mula- mula menganut agama Kristen.Masyarakat beragama Islam dapat melaksanakan ibadah di luar Kecamatan Sianjur Mula- mula seperti Kecamatan Pangururan.

(11)

2.2. Deskrpsi Situs Di Kecamatan Sianjur Mula- mula

Kawasan Sianjur Mula- mula merupakan kawasan yang masih menjaga nilai- nilai tradisional peninggalan dari nenek moyang, sehingga di Kecamatan ini ditemukan situs ataupun peninggalan sejarah yang berhubungan dengan sejarah lahirnya orang Batak ( Siraja Batak) dan religi atau kepercayaan zaman dulu. Situs ataupun peninggalan sejarah yang ada di Kecamatan Sianjur Mula- mula memilki latar belakang cerita yang saling berkaitan satu sama lain dan situs tersebut telah dijadikan sebagai objek wisata budaya. Beberapa situs yang ada di Kecamatan Sianjur Mula- mula yang telah dijadikan sebagai objek wisata adalah sebagai berikut:

2.2. 1 Situs Pemandian Aek Sipitu Dai

Situs ini adalah salah satu peninggalan sejarah berupa bangunan yang dianggap sebagian pengunjung sebagai tempat sakral.Situs ini berada di Huta Lumban aek, Desa Aek Sipitu Dai dan situs ini memiliki sumber mata air yakni telaga kecil yang tidak pernh mengalami kekeringan.Di daerah sekitarnya terdapat pohon beringin besar. Selain itu, situs ini memiliki batu dakon, meja dan kursi batu yang dilatarbelakangi dengan tradisi Megalitik.Situs ini berada pada koordinat N..02’34 43,3’ dan E. 098’ 38 51,4’ dengan ketinggian 1055 mdpl dengan kemiringan 25%.20 Situs ini memiliki 4 ruang dimana ruang I berukuran panjang 6,40. Sumber air pada situs ini awalnya digunakan oleh masyarakat Desa Aek Sipitu Dai yang terdiri dari beberapa dusun yaitu Dusun Sidauruk, Sihole dan Dusun Habeahan.Hulu dari sumber air situs ini digunakan sebagai kepentingan religi seperti pengobatan, minta berkah, dan yang lainnya.

Situs ini terdiri dari dua ruangan, dan di setiap ruangan terdapat tujuh mata air atau disebut juga dengan pancuran air yang diyakini memiliki rasa yang berbeda- beda dan setiap

20

(12)

pancuran memiliki sebutan nama tersendiri. Mata air ini dulunya digunakan sesuai dengan sebutan dari mata air tersebut.Ruangan pertama digunakan oleh wistawan perempuan dan di dalam ruangan ditemukan 4 pancuran.Setiap pancuran di pegang oleh patung perempuan dan kekeruhan airnya jernih dan tidak berbau. Pancuran I disebut sebagai Aek Poso ( air bayi) yang merupakan khusus untuk bayi. Pancuran ini memiliki rasa asam.Pancuran ke II disebut sebagai Aek Ninaho (wanita mandul), artinya mata air ini digunakan oleh wanita yang mandul.Pancuran ini memiliki rasa asam.Pancuran ke III disebut sebagai Aek Boru Nagabe (wanita subur) adalah kaum ibu yang sedang mengandung atau wanita yang masih bisa melahirkan.Pancuran ini memiliki rasa asin. Pancuran ke IV disebut sebagai Aek Sibaso (dukun bernak/ tabib wanita) adalah air untuk wanita tabib yang dapat membantu proses persalinan. Pancuran ini memliki rasa asin.Pancuran lainnya terdapat pada ruangan kedua digunakan oleh wisatawan laki- laki.Setiap pancuran di pegang oleh patung laki- laki dan kekeruhan airnya jernih, tidak berbau dan tidak memiliki rasa ataupun rasa tawar. Pancuran ke V disebut sebagai Aek Pangalu ( laki- laki yang sudah tua), merupakan air yang sudah uzur atau tua. Pancuran ke VI disebut sebagai Aek Doli yaitu tempat mandi para lelaki dan Pancuran ke VII disebut sebagai Aek Ni Hela yakni air untuk laki- laki yang memperistri keturunan Siraja Batak (Guru Tatea Bulan).21

Di dalam masing- masing ruangan juga terdapat batu dakon yang setiap batu dakon yang ada memiliki lubang yang yang tidak sama jumlahnya. Batu dakon yang ada memiliki lubang yang tidak sama jumlahnya. Batu dakon pada ruangan- ruangan tersebut memiliki ukuran panjang berkisar 57- 98 cm, lebar 50-60 cm dengan tinggi 25-30 cm. Batu dakon tersebut dulunya difungsikan sebagai tempat ramuan untuk membersihkan rambut (memangir) yang bahan- bahannya dihaluskan di dalam batu dakon tersebut. Tekhnik pembuatan batu dakon

21

(13)

tersebut yaitu dengan cara melubangi permukaan batu dengan cara memutar anak batu pada satu titik sehingga akan menghasilkan bidang yang cekung. 22

Gambar : Situs Aek Sipitu Dai Tampak dari Luar

1.Aek Poso 2. Aek Ninaho 3.Aek Nagabe 4. Aek Sibaso

Gambar: Pancuran Air di Ruangan Pertama (Ruangan Wisatawan Perempuan

22

(14)

5.Aek Pangalu 6. AEK Doli 7. Aek Ni Hela

Gambar: Gambar: Pancuran Air di Ruangan Kedua (Ruangan Wisatawan Laki- laki)

(15)

2.2.2 Situs Batu Hobon

Situs ini berada di sebuah lereng yang landai yang terletak di Desa Sari Marrihit Kecamatan Sianjur Mula- mula dan secara geografis terletak pada koordinat N. 92’35’24,7’ Dan E.098’ 37,8’ dan berada pada ketinggian 1112 mdpl dengan kemiringan 35% . Situs ini dikelilingi oleh perbukitan dan merupakan batuan alam berbahan andesitik yang memiliki bentuk yang tidak beraturan dan terdiri atas 2 bagian yaitu bagian wadah dan tutup.Hal ini tampak dari bagian wadah dengan tutup yang memiliki celah horizontal di bagian atas Batu Hobon, sehingga tampak batu tersebut merupakan batu susun. Penamaan batu hobon berkaitan dengan bentuk batu yang bersusun, baik horizontal maupun vertikal. Lokasi situs Batu Hobon terdiri atas 3 undakan, dan batu hobon berada pada undakan tertinggi. Batu tersebut memiliki panjang 3,60 meter dengan lebar mencapai 3 meter dan tinggi berkisar 1 meter. Di bagian atas terdapat beberapa lubang (Batu Dakon) berjumlah 8 buah dengan 3 buah batu dihubungkan dengan guratan- guaratan. Adapun ukuran dari setiap batu dakon (lubang) tersebut adalah sebagai berikut:

1. Batu Dakon I berdiameter 15 cm, dengan kedalaman 10 cm 2. Batu Dakon II berdiameter 12 cm dengan kedalaman 6 cm 3. Batu Dakon III berdiameter 10 cm dengan kedalaman 5 cm 4. Batu Dakon IV berdiameter 9 cm dengan kedalaman 4 cm 5. Batu Dakon V berdiameter 8 cm dengan kedalaman 2 cm 6. Batu Dakon VI berdiameter 7 cm dengan kedalaman 2 cm 7. Batu Dakon VII berdiameter 6 cm dengan kedalaman 3 cm 8. Batu Dakon VIII berdiameter 6 cm dengan kedalaman 3 cm

(16)

Disekeliling batu hobon terdapat tatanan batu temu gelang dengan diameter berkisar 2 meter.Susunan batu temu gelang tersebut terdiri dari berbagai ukuran batu. Pada salah satu batu temu gelang yang terletak di belakang batu hobon memiliki pahatan diantaranya yang dapat terinditifikasi berupa aksara latin bertuliskan SIB. Sebuah batu lainnya berjarak sekitar 1 meter sebelah barat batu temu gelang.Selain itu, di sekitar batu hobon terdapat beberapa konsentrasi batu, tersusun membentuk garis lurus, setengah lingkaran maupun susunan batu temu gelang.Pada jarak 120 meter dari Batu Hobon terdapat susunan batu memanjang mengikuti kontur bukit yang merupakan hasil tatanan untuk mengalirkan air yang digunakan untuk penghijauan bukit tersebut.23

Namun, fasilitas di lokasi objek wisata ini sangat minim.Fasilitas yang tersedia hanya lapangan parker yang arealnya sangat luas tetapi tidak teratur. Fasilitas warung makan, tempat sampah, kamar mandi tidak tersedia di kawasan situs ini, sehingga wisatawan yag berkunjung mengalami kesulitan. Hal ini dilatar belakangi oleh kurangnya dana dari Pemerintah Kabupaten Samosir terkhusus Dinas Parwisata Kabupaten Samosir.24

23

Ibid., hlm 225. 24

(17)

Gambar: Kondisi Batu Hobon Pada 1996

Gambar: Batu Dakon (Penutup Batu Hobon)

2.2.3 Situs Sopo Guru Tatea Bulan

Situs ini terletak tidak jauh dari situs Batu Hobon dan memiliki ketinggian 1335 mdpl dengan kemiringan 46%.25Sopo Guru Tatea Bulan adalah situs berbentuk rumah yang didesain dengan cirri khas rumah Batak. Di dalam situs ini terdapat patung- patung si raja Batak beserta keturunannya, yaitu Patung Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja beserta istri- istri nya. Selain itu, terdapat juga patung naga, kuda dan gajah yang dipercayai masyarakat Batak merupakan pengawal Raja- raja batak dulunya.Wisatawan yang hendak masuk kedalam harus

25

(18)

melepaskan alas kaki karena tempat ini masih dipercayai sebagai tempat yang sangat sakral dan diyakini sebagai tempat kediaman Raja- raja Batak beserta keturunannya.26

Gambar: Sopo Guru Tatea Bulan Tampak dari Luar

Gambar : Situs Sopo Guru Tatea Bulan Tampak dari Dalam

26

(19)

2.2.4 Situs Batu Sawan

Batu sawan adalah salah satu situs yang dianggap wisatawan terkhusus masyarakat Batak Toba sebagai objek wisata budaya yang sangat sakral.Situs ini berada di Lembah dan jurang Pusuk Buhit menawarkan panorama alam yang sangat indah untuk dinikmati.Situs ini memiliki ketinggian 1335 mdpl dengan kemiringan 46%.27 Situs ini adalah sebuah air terjun yang airnya jatuh ke batu berbentuk cawan. Uniknya, rasa dari airnya adalah rasa jeruk purut, dan setelah air tersebut keluar dan mengalir, maka rasa air tersebut akan berubah menjadi rasa tawar.28 Selain itu, di sekitar situs ini ditemukan sebuah bangunan semen yang digunakan wisatawan yang ingin berdoa dan meletakkan sesajen. Selain itu, di dekat batu cawan tersebut, terdapat bendera dengan 3 warna yaitu, putih, hitam dan warna merah yang merupakan bendera Orang Batak.

Jarak situs ini berkisar 14 km dari Ibukota kabupaten Samosir yakni 14 km dan dapat ditempuh melalui jalan lintas Tele- Pangururan. Untuk menuju lokasi ini, akan melewati situs Aek Sipitu Dai dan dari sekitar situs ini, akan menempuh perjalanan kurang lebih selama 3 km dengan menggunakan kendaraan roda dua ataupun roda empat. Namun, kondisi jalan untuk menuju situs ini sangatlah rusak, sehingga setelah sampai di persimpangan rumah yang menjaga situs ini, harus melakukan perjalanan dengan berjalan kaki kira- kira 200 meter dengan menelusuri jalan setapak dengan lebar kira- kira setengah meter. Selama perjalanan menuju objek, terdapat 2 pondok sebagai tempat peristirahatan bagi wistawan sebelum dan setelah pulang dari situs tersebut.Situs ini ditemukan oleh Bapak Op. Angelina Limbong melalui mimpi.

27

Ketut Wiradnyana, Laporan Penelitian ArkeologiPengembangan Data Base Sistem Informasi Sejarah

Purbakala Menyusuri Jejak Peradaban Masa Lalu di Pulau Samosir, Kabupaten Samosir, Samosir: Dinas

Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir, 2013, hlm 19. 28

(20)

Gambar: Situs Batu Sawan yang Airnya Rasa Jeruk Purut

Gambar: Pondok Peristirahatan bagi Wistawan Sebelum dan Setelah Pulang dari Situs yang tampak tidak terurus

Gambar

Tabel II
TABEL III
TABEL IV
Gambar : Situs Aek Sipitu Dai Tampak dari Luar
+3

Referensi

Dokumen terkait

ditsnihtugh ebahE db tsmdo 4r dihhd.. Nj6@d iedu

[r]

Bersama ini kami mengundang saudara pada acara pembuktian kualifikasi Pengadaan Konsultan Perencana Renovasi Graha Kencana Tahun Anggaran 2014 Satuan Kerja Sekretariat

High-altitude illness (HAI) merupakan sekumpulan gejala paru dan otak yang terjadi pada orang yang baru pertama kali mendaki ke ketinggian.. HAI terdiri dari

Judul Tesis : PEMBUATAN FURFURAL DARI SEMBUNG RAMBAT ( Mikania micrantha ) DENGAN MENGGUNAKAN ASAM ORGANIK DARI BELIMBING WULUH ( Averrhoa blimbi ).. Nama Mahasiswa :

Timatex merupakan perusahaan yang pertama kali memproduksi tekstil dengan penggunaan bahan dari benang sintetis yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan termasuk dalam

kadar kolinesterase terjadi pada 18 responden yang telah menggunakan obat anti nyamuk bakar ≥5 tahun, 17 responden diantaranya mengalami penurunan. kadar kolinesterase

Sistem Informasi dapat diartikan sebagai sistem buatan manusia yang terdiri dari sekumpulan komponen, baik manual maupun berbasis komputer yang terintegrasi untuk