• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI KULIAH 4: RISIKO LIKUIDITAS. Mata Kuliah Manajemen Risiko Bank Syariah Jakarta, 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MATERI KULIAH 4: RISIKO LIKUIDITAS. Mata Kuliah Manajemen Risiko Bank Syariah Jakarta, 2020"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI KULIAH 4:

RISIKO

LIKUIDITAS

Mata Kuliah Manajemen

Risiko Bank Syariah

(2)

• Materi ini hanya digunakan sebagai bahan diskusi

perkuliahan di Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad

Dahlan, Jakarta. Materi ini tidak diperuntukkan untuk

keperluan komersial.

• Isi dari presentasi ini bersumber dari berbagai materi

atau rujukan.

• Masukan, koreksi, atau tanggapan dapat

(3)

3

Risiko Likuiditas merupakan masalah mendasar karena:

Bank yang solvent dan berposisi laba pun dapat mengalami

permasalahan likuiditas, apalagi bank yang tidak solvent dan

mengalami kerugian.

Jika deposan atau kreditur ragu terhadap kesehatan bank,

mereka akan menarik simpanan secara serentak

→ “bank run

atau bank rush”

Bank yang mengalami rush harus segera mencairkan aset untuk

dijadikan kas untuk memenuhi kewajiban kepada nasabah

→ kas

habis

→ aset likuid habis → harga asset jatuh → bank menjadi

insolvent → mengganggu stakeholders bank → dapat

mengganggu stabilitas sistem perbankan dan keuangan.

(4)

IDENTIFIKASI RISIKO

LIKUIDITAS

(5)

IDENTIFIKASI RISIKO LIKUIDITAS

Risiko Likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi

kewajiban yg jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yg dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas & kondisi keuangan Bank.

(POJK No. 65 /POJK.03/2016 Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah)

Contoh kewajiban JT/jangka pendek:

 Deposito jatuh tempo.

 Penarikan dana giro.

 Pencairan sebagian dari plafon fasilitas kredit oleh nasabah.

(6)

6

Risiko likuiditas merupakan risiko terbesar yang dihadapi bank

dibandingkan dengan jenis risiko lainnya.

▪ Risiko likuiditas datang seketika, karena menyangkut masalah

kepercayaan dan reputasi.

▪ Risiko kredit tidak muncul seketika tapi dengan selang waktu

tertentu (dengan lag).

▪ Risiko pasar muncul seketika tapi belum tentu mengakibatkan

bank langsung mengalami kesulitan dalam membayar kewajiban

kepada nasabah.

▪ Risiko operasional dapat mengganggu jalannya kegiatan usaha,

namun belum tentu mengakibatkan bank segera mengalami

kesulitan dalam membayar kewajiban kepada nasabah.

(7)

PENYEBAB RISIKO LIKUIDITAS

1. Ketidakmampuan menghasilkan arus kas dari aset, baik yang

berasal dari aset produktif (pembayaran pelunasan/angsuran) maupun yang berasal dari penjualan aset termasuk aset likuid.

2. Ketidakmampuan menghimpun arus kas yang berasal dari

penghimpunan dana, transaksi antarbank, dan pinjaman lain.

Pemicu utama kebangkrutan bank seringkali bukan dari kerugian yang dialami, tapi dari ketidakmampuan bank memenuhi kebutuhan likuiditasnya.

(8)

IDENTIFIKASI RISIKO LIKUIDITAS

1. Struktur timing dari arus kas dari posisi on balance sheet: berupa pemetaan dari arus kas masuk dan keluar pada periode tertentu sehingga didapatkan liquidity gap. Sumber arus kas masuk atau kas keluar, misal pembayaran angsuran atau penarikan

pembiayaan.

2. Kebutuhan likuiditas dari posisi off balance sheet: kebutuhan likuiditas bisa timbul dari penyediaan dana untuk penggunaan fasilitas pembiayaan yang belum digunakan dan L/C yang belum terealisir.

(9)

FAKTOR PENYEBAB RISIKO LIKUDITAS

A. Faktor Internal

1. High of balance sheet exposure.

2. The banks rely heavily on the short-term corporate depositor.

3. Gap in the maturity dates of assets & liabilities.

4. The bank rapid asset expansion exceed the available funds on the liability side.

5. Concentration of deposit in the short-term tenor.

6. Less allocation in the liquid government instruments.

7. Fewer placement of funds in long term deposits.

(10)

FAKTOR PENYEBAB RISIKO LIKUDITAS

B. Faktor Eksternal

1. Very sensitive financial markets & depositors.

2. External & internal economic shocks.

3. Slow down economic performance.

4. Decreasing depositor’s trust on the banking sector.

5. Non-economic factor (political unrest, etc).

6. Sudden & massive liquidity withdrawals from depositors.

7. Unplanned termination of government deposits.

(11)

JENIS RISIKO LIKUDITAS (1)

1. Likuiditas endogen (endogenous liquidity): likuiditas yang melekat atau inheren pada aset itu sendiri. Likuiditas endogen berhubungan dengan kemampuan bank untuk menjual aset di pasar yang likuid secara cepat dan pada bid/offer spread yang kecil dan tidak terlalu dipengaruhi oleh besarnya transaksi.

2. Likuiditas eksogen (exogenous liquidity): likuiditas eksogen yang sering disebut juga sebagai funding liquidity. Likuiditas eksogen merupakan likuiditas yang diciptakan melalui struktur kewajiban bank, dimana bank dapat melihat mismatch pendanaan tersebut dengan menggunakan liquidity ladder.

(12)

JENIS RISIKO LIKUDITAS (2)

Funding Liquidity Risk

Ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Market Liquidity Risk

ketidakmampuan Bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market disruption) yang parah.

(13)

EARLY WARNING INDICATOR

Digunakan untuk mengidentifikasi risiko likuiditas dan sebagai dasar menentukan tindak lanjut melakukan mitigasi risiko likuiditas. Ada 2 jenis early warning indicator:

1. Indikator Internal: penurunan kualitas aset, peningkatan

konsentrasi pada aset dan sumber dana, mismatch valuta, pelampauan limit, peningkatan biaya bagi hasil dana, dan

mismatch jatuh tempo arus kas.

2. Indikator Eksternal: persepsi negatif terhadap bank, penurunan

peringkat bank oleh lembaga pemeringkat, penurunan fasilitas tunai oleh bank koresponden, dan keterbatasan mendapatkan dana jangka panjang.

(14)

CADANGAN LIKUIDITAS

Berupa primary reserves (operating liquidity) dan secondary reserves (contingent liquidity).

• Bentuk cadangan: kas, penempatan pada BI, penempatan pada bank lain, dan surat berharga (high quality marketable assets).

• Termasuk cadangan likuiditas yang wajib: saldo minimum pada BI untuk pemenuhan ketentuan dan untuk keperluan operasional bank (kliring, dsb).

Untuk pemahaman angka riil:

Lihat total aset dan komposisi jumlah kas, penempatan pada BI,

penempatan pada bank lain, dan surat berharga pada neraca salah satu bank syariah!

(15)

PENGUKURAN RISIKO

LIKUIDITAS

(16)
(17)

METODE STOCK BASED

Metode pengukuran Stock Based menggunakan berbagai macam rasio keuangan sbg indikator tingkat risiko Iikuiditas.

Rasio Keterangan

Aset Likuid Primer & Aset Likuid Sekunder ALP = Aset sangat Likuid a.l. kas, SBI, Sukur Negara RI jangka pendek.

ALS = Aset kurang likuid a.l. Obligasi RI AFS 1-5 thn likuid, HTM < 1 thn, Sukuk Negara trading > 5 thn Total Aset

Aset Likuid Primer & Aset Likuid Sekunder

PJP = DPK < 1 tahun, giro dan tabungan Pendanaan Jangka Pendek

Aset Likuid Primer & Aset Likuid Sekunder PNI = Pendanaan tidak stabil, dana > Rp 2 milyar, transaksi antar bank, pinjaman bank lain.

Pendanaan Non Inti Aset Likuid Primer

PNIJP = < 1 tahun Pendanaan Non Inti Jangka Pendek

Pendanaan Non Inti

Total Pendanaan adalah seluruh dana pihak ketiga & pinjaman dari pihak lain Total Pendanaan

Pendanaan Non Inti - Aset Likuid

Digunakan untuk menilai ketergantungan bank dari dana non inti Total Aset Produktif– Aset Likuid

Pendanaan Non Inti

Total Pendanaan adalah seluruh dana pihak ketiga & pinjaman dari pihak lain Total Pendanaan

Pendanaan Non Inti - Aset Likuid

Digunakan untuk menilai ketergantungan bank dari dana non inti Total Aset Produktif– Aset Likuid

(18)

METODE STOCK BASED (KONVENSIONAL)

 Metode pengukuran Stock Based menggunakan berbagai macam rasio keuangan sbg indikator tingkat risiko

Iikuiditas.

 Contoh terdahulu yang masih relevan adalah SEBI No. 6/23/DPNP tgl. 31 Mei 2004 tentang "Sistem

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum" telah memberikan acuan kepada industri perbankan Indonesia dlm melakukan pengukuran risiko likuiditas dgn menggunakan metode Stock Based :

TINGKAT LIKUIDITAS SANGAT SEHAT SEHAT CUKUP SEHAT KURANG

SEHAT TIDAK SEHAT

X = Aktiva Likuit < 1 bln Pasiva Likuit < 1 bln Sangat sehat Likuid Cukup likuid/rasio berkisar antara 15%

sd 20% Kurang Likuid Tidak likuid

1-month manunity mismatch ratio

X = Selisih Aktiva & Passiva yg akan JT 1 bln Pasiva yg akan JT 1 bln

Rasio sangat

rendah Rasio rendah

Rasio moderat/rasio berkisar antara

20% sd 25% Rasio tinggi

Rasio sangat tinggi

Loan to Deposit Ratio (LDR)

X =Kredit Dana Pihak Ketiga 50% < X > 75% 75% < X > 85% 85% < X < 100% atau X< 50%

100% < X <

120% X > 120%

Proyeksi Cash Flow 3 bln mendatang X = Net Cash Flow Dana Pihak Ketiga

Cash flow sangat

baik Cash flow baik

Cash flow cukup baik/rasio berkisar antara 15% sd 20%

Cash flow buruk

Cash flow sangat buruk atau negatif

Keterangan Pada Dana Antar Bank (ABP) X = Antar Bank PasivaTotal Dana

Rasio ABP terhadap Total Dana sangat rendah Rasio ABP terhadap Total Dana rendah

Rasio ABP terhadap Total Dana berkisar antara 7,5% sd 10% Rasio ABP terhadap Total Dana tinggi Rasio ABP terhadap Total Dana sangat tinggi

Ketergantungan pada Deposan Inti (DI) Kredit Dana Pihak Ketiga

Rasio DI terhadap DPK sangat rendah Rasio DI terhadap DPK rendah

Rasio DI terhadap DPK berkisar antara 7,5% sd 10% Rasio DI terhadap DPK tinggi Rasio DI terhadap DPK sangat tinggi

(19)

METODE FLOW BASED

 Metode pengukuran Flow Based menggunakan Liquidity Gap Analysis.

Gap adalah selisih antara jumlah aset & kewajiban yg jatuh tempo pada periode tertentu.

Distribusi komponen neraca ke dalam bucket interval waktu sesuai dgn perkiraan arus kas.

Maturity buckets 0-3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan >1 tahun Total

Kas & setara 50 50

Penempatan antar bank 200 200

Pembiayaan komersial 200 200 200 200 200 1000 Pembiayaan konsumer 200 200 200 200 200 1000 BI/SBSN 1000 1000 Aktiva Tetap 750 750 Total Aset 1650 400 400 400 1150 4000 Tabungan 800 800 Giro 500 500 Deposito berjangka 1200 300 1500

Pinjaman antar bank 300 300

Surat Berharga yg diterbitkan 300 300

Modal 600 600

Total kewajiban 2800 300 0 0 900 4000

Gap (1150) 100 400 400 250

(20)

PENGELOLAAN RISIKO

LIKUIDITAS

(21)

TUJUAN MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS

1. Memelihara kecukupan likuiditas sehingga mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo.

2. Memelihara kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan aset bank yang berkelanjutan.

3. Mengelola likuiditas pada tingkat biaya optimal dalam batas toleransi risiko.

4. Menjaga tingkat kepercayaan nasabah.

(22)

PENILAIAN RISIKO INHEREN ATAS RISIKO

LIKUIDITAS

SE OJK no. 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan BUS dan UUS

1. Komposisi dari aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif.

2. Konsentrasi dari aset dan kewajiban.

3. Kerentanan pada kebutuhan pendanaan

(23)

MATRIKS PARAMETER PENILAIAN RISIKO

LIKUIDITAS

(24)

MATRIKS PARAMETER PENILAIAN RISIKO

LIKUIDITAS

(25)

MATRIKS PARAMETER PENILAIAN RISIKO

LIKUIDITAS

(26)

MATRIKS PARAMETER PENILAIAN RISIKO

LIKUIDITAS

(27)

MATRIKS PARAMETER PENILAIAN RISIKO

LIKUIDITAS

(28)

PENGENDALIAN RISIKO LIKUIDITAS

1. Mengupayakan sumber dana berupa long-term funding dari pasar

uang/menerbitkan obligasi, kemudian menggunakan dana untuk membeli asset likuid yg dapat dijual kembali.

2. Mendapatkan contingent standby credit lines dari bank lain yg

memberikan jaminan akan memberikan pinjaman dana pada saat krisis. 3. Membatasi jumlah penempatan dana pada aset berjangka waktu

panjang.

4. Mengurangi jumlah liabilities yg berjangka pendek, misalnya dgn meningkatkan simpanan berjangka panjang.

(29)

29

• Pengujian yang dilakukan dengan menggunakan skenario tertentu

terhadap posisi likuiditas Bank dalam kondisi krisis Stress Test Likuiditas

• Stress Test harus dapat menggambarkan kemampuan Bank untuk

memenuhi kebutuhan likuiditas dalam kondisi krisis yang didasarkan pada berbagai skenario

• Skenario dapat bersifat historis (historical scenario) dan dapat

bersifat hipotesis (hypotetical scenario) dengan mempertimbangkan aktivitas bisnis dan kerentanan Bank

Ketentuan Stress Test

• Penurunan peringkat Bank oleh lembaga pemeringkat • Penarikan dana besar-besaran

• Peningkatan pembiayaan bermasalah • Hambatan dalam memperoleh pendanaan

• Gangguan / kegagalan sistem yang mendukung operasional Bank

Skenario stress spesifik

• Perubahan indikator ekonomi, mislanya tingkat inflasi, perubahan

suku bunga dan depresiasi/apresiasi valuta

• Perubahan kondisi pasar lokal dan global, misalnya mengeringnya

likuiditas pasar, penurunan harga saham dan obligasi Skenario stress

general

SE BI No. 11/16/DPNP 2009 perihal Penerapan Manajemen Risiko Likuiditas

(30)

Skenario

• 5 Deposan inti

mencairkan seluruh dananya secara bersamaan dalam 1 bulan dan diikuti dengan pencairan pembiayaan diluar multifinance. (unused plafond)

Data per 31 Maret 20XX

• Total dana 5 deposan terbesar adalah sebesar Rp. 564,76 Milyar • Unused plafond pembiayaan adalah sebesar Rp. 211,24 Milyar Kebutuhan likuiditas • Kebutuhan likuiditas untuk penarikan Pinjaman dan Dana berasal dari (FASBIS), penempatan deposito pada Bank, Repo SBSN dan interbank borrowing

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS SPESIFIK)

(31)

dalam jutaan rupiah

Keterangan Jumlah Dana

Primary Reserves 60,439.75

Kas 3,640.78

Giro BI 56,798.97

Secondary Reserves 426,214.07

FASBIS 200,000.00

Penempatan Deposito di Bank lain 20,000.00

Surat Berharga Pemerintah - SBN 57,720.27

Surat berharga Korporasi - AAA 24,576.82

Surat Berharga Pemerintah -SBSN 31,895.27

Surat Berharga Korporasi -A 92,021.71

Kondisi Likuiditas Bank Syariah Posisi 31 Maret 20XX

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS SPESIFIK)

(32)

Jutaan Rupiah

Dampak atas kebutuhan likuiditas dengan cara Mencairkan FASBIS, Mencairkan penempatan deposito pada Bank Lain, Repo SBSN dan Interbank Borrowing

Note :

• Dari skenario stress test yang digunakan, Bank berhasil memenuhi kebutuhan likuiditas dengan cara pencairan FASBIS, Pencairan Deposito, REPO SBSN dan Interbank Borrowing

• Potensi pendapatan per bulan adalah estimasi dana yang bisa dihemat Bank jika terjadi skenario tersebut

Keterangan Nominal Ekivalen Suku Bunga (p.a) Potensi Pendapatan per bulan

Penarikan Dana 264,769.31 5.65% 1,245.69

Penarikan Pinjaman 111,242.24 10.80% 1,001.46

Total 376,011.55 2,247.15

Likuiditas berasal dari Nominal Ekivalen Suku Bunga (p.a) Opportunity loss/Biaya per bulan

Pencairan FASBIS 200,000.00 4.00% (666.67) Pencairan Deposito 20,000.00 4.68% (77.96) Repo SBSN 86,784.44 6.75% (477.50) Interbank borrowing 69,227.11 7.00% (403.82) Total 376,011.55 (1,625.96) Keterangan Nominal Potensi Pendapatan -Opportunity loss/Biaya (per

bulan) 621.19

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS SPESIFIK)

(33)

➢ Historical Scenario kondisi krisis Amerika tahun 2008 dan krisis Eropa tahun 2011 yang memiliki dampak Systemic Crisis secara Global termasuk di Indonesia

➢ Liquidity Stress Test ini menggunakan reverse scenario, yakni dengan melihat seberapa besar kapasitas pendanaan yang bisa diperoleh suatu bank syariah bila terjadi systemic crisis di Indonesia, untuk meng-cover potensi penurunan DPK akibat krisis tersebut.

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS GENERAL)

(34)

34

Contoh Kondisi Likuiditas Bank Syariah Posisi 31 Oktober 20xx

dalam jutaan rupiah

Keterangan Jumlah Dana

Primary Reserves 55,090.81

Kas 6,612.47

Giro BI 48,478.33

Secondary Reserves 367,296.68

FASBIS 110,800.00

Penempatan Deposito di Bank lain 50,000.00

Surat Berharga Pemerintah 89,458.96

Surat Berharga Korporasi 126,092.67

Dalam jutaan rupiah

Total DPK 979,262.97

Giro 119,306.97

Tabungan 120,677.29

Deposito 739,278.71

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS GENERAL)

(35)

35

Kapasitas Pendanaan Step 1 Amount Eq. rate

Opportunity

loss/Cost Keterangan

(severe situation) % p.a. per Bln

Sa l do Ka s 6,612 - - Dari total Rp 6.61 M

FASBIS 110,800 4.00% 369 Penempa ta n Depos i to

pa da Ba nk La i n 50,000 5.00% 208

Penempatan deposito pada Bank Muamalat Indonesia

BI Lendi ng Fa ci l i ty / Repo 58,251 6.75% 478 Haircut SBSN = 5%

Total 225,663 5.61% 1,055

Kapasitas Pendanaan Step 2 Amount Cost Keterangan

(very severe situation) in %

Penjual an Corp. Bonds IDR (BUMN) 14,178 30.00% 6,076

Asumsi 70% dari market price

Penjual an Corp. Bonds IDR 47,893 50.00% 47,893

Asumsi 50% dari market price GWM 48,478 -Total 110,549 48.82% 53,969 Opportunity loss/Cost per Bln Keterangan:

• BI Lending Facility / Repo didapat setelah nilai SBSN diasumsikan turun menjadi 70% dan juga setelah dipotong haircut 5% • Corporate Bonds yang dijual, tidak termasuk sukuk yang tergolong kolektibiltas macet.

(Jutaan Rupiah)

STRESS TEST RISIKO LIKUIDITAS

(SKENARIO STRESS GENERAL)

(36)

KAPASITAS PENDANAAN

36

Kapasitas Pendanaan Bank Syariah untuk kondisi stress pada pasar adalah sbb:

Kapasitas Pendanaan Step 1 (severe situation)

Amount Cost % thd

DPK

- Rupiah Rp 225.66 M Rp 1.05 M 23.04%

Keterangan:

- DPK IDR per tgl 31 Oktober 2012 = Rp 979,26 Milyar

Kapasitas Pendanaan Step 2 (very severe situation)

Amount Cost % thd

DPK

- Rupiah Rp 110.54 M Rp 53.96 M 14.66%

Keterangan:

-DPK IDR (Kapasitas Pendanaan Step 2) = Rp 753,6 Milyar

-DPK pada Kapasitas Pendanaan Step 2 sudah dikurangi dengan jumlah DPK yang sudah ditarik nasabah pada Step 1 (severe situation)

(37)

37

Munculnya Basel III dengan Latar Belakang: ▪ Krisis global

Selama ini permodalan bank terlalu terfokus terhadap idiosyncratic

(individual) risk, kurang memperhatikan systemic risk.

▪ Penyehatan bank-bank besar menimbulkan beban fiskal yang besar di berbagai negara.

Cakupan:

▪ Lebih memperhatikan “kualitas permodalan”. ▪ Juga memperhatikan aspek Likuiditas, melalui:

✓ Liquidity Coverage Ratio (LCR) ✓ Net Stable Funding Ratio (NSFR)

(38)

ATURAN TAMBAHAN LIKUIDITAS OLEH

OJK

a) POJK No. 42/POJK.03/2015 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Kecukupan Likuiditas (Liquidity Coverage Ratio) bagi Bank Umum

b) POJK No. 50/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum

(39)

39

▪The goal of the LCR is to improve the short-term resilience of a bank’s liquidity risk profile by ensuring that it has sufficient high-quality liquid assets to survive an acute stress scenario lasting for one month.

▪The LCR imposes that the liquidation value of eligible short-term assets be higher or equal to the “net stressed outflows” measured over a period of 30 days.

▪The stress scenario might include:

▪a significant downgrade of the institution’s public credit rating; ▪a partial loss of deposits;

▪a loss of unsecured wholesale funding;

▪a significant increase in secured funding haircuts; and

▪increases in collateral calls on contractual and non-contractual off-balance sheet exposures, including committed credit and liquidity facilities.

(40)

40

▪The objective of the NSFR is to promote the resilience over a longer time horizon than the LCR by creating additional incentives for a bank to fund its activities with stable sources of financing.

▪The NSFR aims to limit overreliance on short-term wholesale funding during times of buoyant market liquidity and encourages better assessment of liquidity risk across all on- and off-balance sheet items.

▪The NSFR has a time horizon of one year and imposes that the resources that regulators see as non-volatile over one year be at least equal to the amount of assets that are seen to stay in place under the same horizon.

(41)

41

▪The NSFR ratio is implemented by comparing the available stable funds (ASF) to the required stable funds (RSF).

▪The stable funds are the financing that is expected to stay in place for an extended period of at least one year, excluding any volatile debt.

▪The required stable funds represent the amount of assets that supervisors believe should be supported with stable funding.

▪According to the NSFR, the ratio of ASF to RSF should be above one.

▪For measuring required and available stable funds, percentages called factors, are used for weighting assets and liabilities.

(42)

PERAN

LENDER OF LAST

(43)

KOMPAS, 17

JULI 2020

(44)

PEMBAGIAN PERAN LPS, BANK INDONESIA,

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN (1)

Apabila LPS kekurangan dana dalam penyelamatan perbankan, LPS pun akan merepokan SBN yang dimilikinya ke BI.

Maka telah terjadi pergeseran BI menjadi the lender of the last last

resort.

Percepatan penanganan bank gagal oleh LPS juga untuk memitigasi risiko dan memberikan kepastian kepada publik terhadap simpanan mereka. Selain itu, LPS juga dapat memiliki waktu yang lebih banyak untuk menentukan metode penyelamatan perbankan yang sedang sakit tersebut (ada mekanisme penangangan atau penyelesaian yg dapat dilakukan oleh LPS dgn mempertimbangkan cost, termasuk kemungkinan untuk likuidasi bank tsb).

(45)

PEMBAGIAN PERAN LPS, BANK INDONESIA,

DAN KEMENTERIAN KEUANGAN (2)

Bila LPS dalam proses penyelamatan bank mengalami kekurangan dana, LPS akan meminta tambahan pendanaan lewat APBN (untuk bank non sistemik) atau menjual SBN yang dimiliki di pasar keuangan. Dalam kondisi normal, LPS hanya dapat melakukan repo langsung

SBN ke BI untuk penanganan bank sistemik. Dengan kondisi COVID-19 dan keterbatasan APBN, LPS dapat langsung melakukan repo SBN ke BI untuk pembiayaan penyelamatan bank (bila dibutuhkan) tanpa

perlu membedakan apakah bank yang ditangani tersebut sistemik atau tidak.

Terkait dengan penempatan uang Pemerintah ke Bank mitra untuk mendorong kredit, hal ini adalah langkah untuk mendorong

perekonomian. Hal ini bisa jadi lebih baik daripada dana tetap diam di rekening Pemerintah di BI, karena hal menimbulkan cost bagi BI.

(46)

TUGAS RISIKO

LIKUIDITAS

(47)

TUGAS KELOMPOK (3-4 ORANG/KELOMPOK)

Soal 1: Jelaskan hubungan antara:

Risiko likuiditas pada setiap jenis akad pembiayaan bank syariah (halaman 77-78); dengan komposisi pembiayaan vs dana pihak ketiga dana (giro, tabungan, dan deposito) pada bank syariah.

Pilih salah satu bank syariah untuk studi kasus. Gunakan tabel dalam

menjelaskan hubungan 2 hal di atas. Gunakan laporan keuangan 3 tahun terakhir. Silakan gunakan data lain yang relevan.

Soal 2: Kerjakan soal nomor 5 (halaman 94)

Rujukan utama: laporan keuangan bank syariah dan buku Manajemen Risiko

Perbankan Syariah di Era Digital, Bambang Rianto Rustam, Penerbit Salemba

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang dikumpulkan, ternyata ditemukan ada beberapa spesies burung yang di bawa dari luar daerah (Kalimantan dan Irian Jaya), sedangkan sebagian

HMI adalah organisasi mahasiswa yang terbesar dan tertua di Indonesia yang terbentuk  HMI adalah organisasi mahasiswa yang terbesar dan tertua di Indonesia yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kepuasan pasien rawat inap di rumah sakit dengan menggunakan metode SERVQUAL berdasarkan literature

Jika dilihat dari data potensi keagamaan yang dikeluarkan oleh Kantor Departemen Agama Provinsi DIY, potensi di bidang pendidikan keagamaan di Yogyakarta sangat di dominasi

Berdasarkan fakta yang sudah dicantumkan sebelumnya, hipotesis yang dikemukakan peneliti adalah indeks massa tubuh memiliki hubungan yang bermakna dengan venectasia

Kejaksaan Agung tidak banyak terlibat dalam penanganan permasalahan Ormas, hanya yang berkaitan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2009 dengan hasil penelitian menunjukan dari 330 subjek penelitian terdapat 129 (39,09%) orang anak yang mengalami defek

selanjutnya disebut Transaksi Lindung Nilai Syariah adalah transaksi yang dilakukan berdasarkan pada Prinsip Syariah dalam rangka memitigasi risiko perubahan nilai tukar atas mata