• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA. Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA. Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESA SIDODADI BATU 8 SEBELUM MUNCULNYA USAHA BATU BATA

2.1. Letak Geografis

Desa Sidodadi Batu 8 adalah salah satu desa yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.4 Terletak 1 km dari ibukota Kecamatan Pagar Merbau, 4 km dari ibukota Kabupaten Lubuk Pakam, dan 34 km dari ibukota Provinsi Sumatera Utara.5

Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk mulai tahun 1945 yang pada waktu itu masih berada pada kawasan / wilayah Kecamatan Lubuk Pakam setelah pada tahun 1983 terbentuklah Kecamatan Pagar Merbau, maka Desa Sidodadi Batu 8 bergabung pada Kecamatan Pagar Merbau sampai sekarang.

Desa ini berdampingan dengan desa-desa lain yang berada pada Kecamatan Pagar Merbau. Tepatnya terletak pada tepi jalan lintas di antara Kecamatan Lubuk Pakam menuju Kecamatan Galang, Kecamatan Dolok masihul, dan Kota Madya Tebing Tinggi.

6

Letak Desa Sidodadi Batu 8 memanjang dari Timur ke Barat dan bentuknya tidak jauh berbeda yaitu memanjang mengikuti jalan desa sepanjang 1100 m. Batas-batas wilayahnya adalah,

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.

4

BPS Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan Pagar Merbau Dalam Angka (2012),hlm. 4.

5

Ibid, hlm. 5. 6

(2)

• Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya Lubuk Pakam menuju Galang atau dengan PTPN II Pagar Merbau .

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Jati Rejo Kecamatan Pagar Merbau.

• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukamulia Kecamatan Pagar Merbau.

Letak dan bentuk desa ini tidak jauh berbeda dengan desa-desa tetangga yang bersebelahan dengan desa ini. Terutama untuk Desa Jati Rejo, kesamaan letak dan bentuk sangat jelas terlihat dimana bila kita mengunjungi Desa Jati Rejo ataupun desa Sidodadi Batu 8 ini dengan sekali lintas saja kita telah bisa melihat seluruh desa beserta isinya, karena hampir keseluruhan bangunan rumah mereka letaknya di sepanjang jalan desa tersebut sampai ke perbatasan di sebelah barat. Seakan-akan desa tersebut sengaja di bagi dua oleh letak jalan desa-desa ini, tetapi kenyataannya tidak seperti itu dan keadaan ini terjadi secara kebetulan saja.7

Kesamaan bentuk kedua desa ini yaitu memanjang mengikuti jalan desa dan letaknya berdampingan. Maka apabila kita melintasi jalan raya yang menghubungkan Kota Lubuk Pakam dengan Kota Galang, desa-desa yang merupakan bagian dari Kecamatan Pagar Merbau terletak pada sepanjang kawasan yang dinamakan Batu Delapan8

Kawasan yang dinamakan Batu Delapan ini merupakan nama tempat yang diberikan untuk desa-desa yang ada pada Kecamatan Pagar Merbau, dimana letak dan bentuknya berderet dan memanjang pada jalan lintas antara Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang.

, 4 km dari kota Lubuk Pakam.

Desa Sidodadi Batu 8 terbagi atas dua lorong, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 lazim menyebut lorong-lorong ini dengan sebutan Lorong I dan Lorong II. Tetapi sejak awal tahun

7

Sri Elliati (1985), Kehidupan Masyarakat Pengusaha Batu Bata Di Desa Jati Rejo 1974-1984, hlm.15, Skripsi S-1 Sejarah USU, Medan: Tidak Diterbitkan.

8

(3)

1984, penggunaan istilah lorong ini telah diganti oleh pemerintah menjadi Dusun. Pada tahun 1945 yang notabene sebagai awal dibukanya desa ini, masyarakat ataupun penduduk yang berdomisili masih sedikit, maka desa ini hanya terdiri dari satu lorong saja, yakni Lorong I. Pada lorong inilah sebahagian besar penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berdomisili.

Untuk lorong I Desa Sidodadi Batu 8 terdapat juga satu tambahan wilayah yang muncul tidak lama setelah desa ini dibuka yakni sebuah Gang yang muncul karena perpecahan jalan dinamakan Gang Buntu ataupun Gang Sempit, dimana pada waktu yang bersamaan setelah muncul Gang ini masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan jumlah penduduk sehingga Gang ini kemudian dilebarkan dan jalannya telah dibuka. Selanjutnya Gang ini berkembang menjadi Lorong II yang merupakan bahagian dari Desa Sidodadi Batu 8 dan memudahkan jalur transportasi di desa ini.

Jarak waktu antara pembukaan kedua lorong ataupun dusun di Desa Sidodadi Batu 8 ini tidaklah begitu lama seperti yang diutarakan di atas, yakni hanya berbeda dalam bulan tetapi tidak berbeda dalam tahun, yakni pada tahun 1945.

Penduduk setempat membuka lorong ini mulai dari yang terdekat dari pasar hitam di sebelah timur dan terus memanjang ke sebelah barat dan sekaligus membuat jalan desa. Hanya saja pada pertama kali lorong-lorong desa ini dikembangkan , rumah-rumah penduduk masih jarang dan seiring waktu berjalan pemukiman terus bertambah dan semakin padat. Di antara penduduk ada yang hanya memiliki lahan untuk perumahan saja, sedangkan untuk usaha batu bata mereka mengusahakan tanah sewa kepada yang memiliki tanah lebih luas.

Luas wilayah Desa Sidodadi Batu 8 adalah 28 Ha dimana 43 % berupa wilayah pemukiman warga, dan 17 % merupakan daratan yang digunakan sebagai lahan sawah dan

(4)

ladang sampai tahun 1954, tetapi pada tahun 1970 lebih dari 17 % daratan ini berubah fungsi menjadi lahan yang dipergunakan sebagai kegiatan usaha batu bata, sedangkan 40% lagi merupakan lahan tidur yang tidak bisa dipergunakan untuk usaha karena keadaan lahannya yang berbentuk kolam-kolam yang sangat dalam semenjak tahun 1990.

Iklim atau cuaca di Desa Sidodadi Batu 8 kecamatan Pagar merbau memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau sesuai dengan iklim Indonesia yakni tropis.

2.2. Penduduk

Desa Sidodadi Batu 8 terbentuk dari lahan suguhan eks garapan perkebunan PTPN IX Pagar Merbau. Tanah PTPN IX pada waktu itu kondisi tanahnya kurang subur untuk ditanami tembakau. Setelah diadakan penelitian tanah yang ditempati warga pada waktu itu dalam keadaan subur maka bertukarlah fungsi dari lahan tersebut bekas lahan suguhan PTPN IX dijadikan pemukiman warga yang pada waktu itu terdiri dari kurang lebih 26 kepala keluarga atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah kurang lebih 28 Ha. Peristiwa alih fungsi atau tukar lahan tersebut terjadi sekitar tahun 1943.9

Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini dahulunya adalah tanah perkebunan milik Belanda, yang kemudian dihutankan oleh pihak perkebunan dengan komoditi utama pohon Jati karena hasil produksi tembakau tidak memuaskan . Pohon jati ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai bangsal tembakau di Perkebunan Pagar Merbau tersebut, terbukti dengan terdapatnya sebuah gedung yang merupakan gudang penyimpan tembakau di Desa Sidodadi Batu 8 dan jalur

9

(5)

kereta api yang menghubungkan Pagar Merbau ke Bangun Purba yang juga menunjukkan adanya transportasi perkebunan untuk mengangkut hasil produksi milik Belanda. Setelah Indonesia merdeka, perkebunan ini dinasionalisasi menjadi milik Negara yakni PTPN IX Pagar Merbau.

Tanah di Desa Sidodadi Batu 8 ini tidak dimiliki dengan cara jual beli, tetapi tanah ini sengaja ditinggalkan begitu saja oleh pihak perkebunan PTPN IX Pagar Merbau dan dialih fungsikan menjadi pemukiman untuk buruh- buruh perkebunan dan masyarakat di sekitar wilayah ini.

Selain penduduk asli Desa Sidodadi Batu 8 ini yang merupakan bekas buruh PTPN IX Pagar Merbau , penduduk Desa Sidodadi Batu 8 juga berasal dari berbagai daerah yang berbeda-beda. Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran Putra Jawa yang lahir di Provinsi Sumatera Utara. Sebahagian penduduk merupakan penduduk yang bermigrasi dari daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur . Ada juga yang berasal dari daerah Sumatera Barat/ Padang.

Masyarakat yang bermigrasi ke desa ini memiliki berbagai motivasi, selain mencari pemukiman yang lebih jarang juga karena ingin memperbaiki keadaan ekonomi mereka.

Desa Sidodadi Batu 8 mempunyai jumlah penduduk, 1209 jiwa pada tahun 1998, yang terdiri dari dusun I 700 jiwa, dusun II 509 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat diperinci menurut jenis kelamin, kelompok umur, dan agama yang dianut.

(6)

Tabel I

Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 600

2 Perempuan 609

Jumlah 1209

Sumber: Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998

Keadaan penduduk di Desa Sidodadi Batu 8 mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan jumlah keseluruhan penduduk yang terakhir pada awal desa ini dibuka yakni hanya terdiri dari 26 KK ( Kepala Keluarga ) atau kurang lebih 75 jiwa dengan luas wilayah hanya kurang lebih 28 Hektar pada saat terjadi alih fungsi atau tukar lahan perkebunan menjadi daerah pemukiman sekitar tahuin 1943.

Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 yang pertama kali berdomisili di desa ini ialah suku Jawa. Mereka telah ada sejak desa ini dibuka atau mulai dialih fungsikan tanah perkebunan PTPN IX Pagar Merbau menjadi daerah pemukiman. Mereka merupakan eks buruh PTPN IX Pagar Merbau sekitar Tahun 1943-1945. Mayoritas penduduk desa ini memang adalah suku Jawa. Selain dari penduduk asli yang merupakan mantan buruh PTPN IX Pagar Merbau, penduduk lain suku Jawa juga datang dari daerah lain yakni dari daerah Batang Kuis pada tahun 1970, penduduk yang berasal dari daerah ini dan ada juga yang berasal dari daerah Medan yang sengaja ingin membuat pemukiman di desa ini dengan kemauan sendiri di Desa Sidodadi Batu 8 dan berkebetulan telah membeli dan memiliki tanah di desa ini. Selain keinginan bermukim pada tempat yang lebih jarang sebahagian dari mereka mengusahan usaha batu bata. Suku Minang dan Mandailing datang di sekitar tahun 1970-an dengan alasan yang tidak jauh berbeda.

(7)

Pendatang yang berasal dari daerah Sumatera Barat ini juga memilih untuk bermukim pada desa ini dikarenakan ingin memulai usaha batubata yang cocok diusahakan karena jenis tanah yang sesuai dengan jenis usaha batu bata. Orang yang pertama kali memulai usaha batu bata pada desa ini ialah penduduk suku Minang yang berasal dari Sumatera Barat.

Selanjutnya distribusi penduduk berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel berikut ini,

Tabel 2

Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Jumlah

1. 0-4 tahun 112 jiwa

2. 5-7 tahun 200 jiwa

3. 8-14 tahun 212 jiwa

4. 15-24 tahun 235 jiwa

5. 25-54 tahun 350 jiwa

6. 55 tahun ke atas 100 jiwa

Jumlah 1209 jiwa

(8)

Demikian pula distribusi penduduk berdasarkan agama yang dianut oleh penduduk Desa Sidodadi Batu 8, adalah seperti di bawah ini.

Tabel 3

Distribusi Penduduk Menurut Agama yang dianut

No Agama Yang Dianut Jumlah

1 Islam 1209

2 Kristen Prostestan -

3 Kristen Katolik -

4 Hindu -

5 Budha -

Sumber : Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 Tahun 1998.

Melihat kepada tabel 4, ternyata 100% ataupun seluruh penduduk Desa Sidodadi Batu 8 adalah beragama Islam. Hai ini disebabkan karena penduduk yang berada pada Desa Sidodadi batu 8 ini adalah suku-suku yang beragama Islama seperti Jawa dan suku-suku lain yang kebanyakan identik beragama Islam seperti Minang dan Mandailing.

Suku mayoritas pada desa ini ialah suku Jawa yang pada provinsi Sumatera Utara ini semua suku Jawa sudah barang tentu menganut agama Islam. Tidak seperti pada Pulau Jawa, dimana suku Jawa tidak selalu identik dengan menganut agama Islam, tetapi ada juga yang menganut agama Kristen Katolik, Budha.

(9)

2.3. Keadaan Sosial Ekonomi

Penduduk Desa Sidodadi Batu 8 berasal dari berbagai daerah yang berbeda- beda . Mayoritas penduduknya yang paling dominan merupakan campuran putera Jawa kelahiran Sumatera yang sebagian lagi berasal dari asli Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sum atera Utara, sehingga tradisi-tradisi musyawarah untuk mufakat, gotong royong dan kearifan lokal yang lain sudah dilakukan oleh masyarakat sejak dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 ini dan hal tersebut secara efektif dapat menghindarkan adanya benturan-benturan antar kelompok masyarakat di desa ini.

Desa Sidodadi Batu 8 merupakan daerah bekas perkebunan jati milik PTPN IX Pagar Merbau, maka penduduk asli daerah ini juga kebanyakan atau sebahagian besar merupakan buruh-buruh perkebunan milik PTPN IX Pagar Merbau.

Sejak tanah di desa ini melalui poroses alih fungsi menjadi pemukiman pada tahun 1943, masyarakat setempat mulai membuka lahan jati atau perkebunan jati untuk mulai ditanami dengan tanaman padi dan palawija, dalam artian sejak perkebunan jati dialihfungsikan menjadi pemukiman, masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 mulai mengusahakan pertanian sebagai penunjang kehidupan perekonomian mereka. Tetapi masih ada juga sebahagian masyarakat lagi yang masih bekerja di Perkebunan Pagar Merbau.

Selama proses alih fungsi perkebunan tersebut , sebahagian dari karyawan atau buruh perkebunan di kebun Pagar Merbau ini mencari tambahan mereka hanya mengerjakan tanahnya yang di perkebunan saja. Oleh pihak perkebunan sebagian daerah kebunnya diperbolehkan ditanami satu kali panen padi, setelah panen tembakau, lalu pihak perkebunan menanami

(10)

kembali dengan tembakau, setelah sampai waktu panen maka buruh boleh menanaminya kembali dengan padi. Hal ini terus dilaksanakan sebahagian buruh di Desa Sidodadi Batu 8.

Terjadinya proses alih fungsi tanah kebun menjadi pemukiman adalah karena sebahagian penduduk menanam lahan pohon jati dengan tanaman palawija. Pada awalnya mereka hanya mencoba membuka lahan jati ini dengan bercocok tanam saja, tetapi lama kelamaan mereka mulai mendirikan bangunan untuk tempat tinggal. Maka bagi buruh perkebunan yang telah membuka hutan jati tersebut kebanyakan telah memiliki tanah dan memiliki rumah di wilayah ini walau dengan bentuk yang sangat sederhana. Mereka tetap bekerja sebagai buruh di perkebunan, hanya saja sebagian rumah mereka sudah pindah ke Desa Sidodadi Batu 8. Keadaan ini terus berlangsung sampai pihak perkebunan merubah tanamannya yang semula tembakau menjadi kelapa sawit. Pihak perkebunan mengambil inisiatif untuk memindahkan sebagian karyawannya ke cabang-cabang PTP IX Kebun yang lainnya, karena pekerjaan untuk memburuh tidak sebanyak pada musim kebun tembakau lagi.

Bagi buruh yang telah memiliki rumah di Desa Sidodadi Batu 8, mereka tidak mau ikut dipindahkan oleh perkebunan. Sangsi bagi buruh yang demikian adalah diberhentikan pihak perkebunan sebagai buruh, tanpa mendapat pensiun, karena belum saatnya harus pensiun.Tetapi ada juga sebagian dari karyawan ini kerjanya tidak dipindahkan ke tempat lain. Setelah mereka mereka memiliki rumah di desa ini, mereka sendiri bermohon untuk pindah ke Desa Sidodadi Batu 8 dan terus menetap sampai sekarang. Setelah adanya pemindahan ini maka banyaklah di antara mereka yang datang atau pindah ke Desa Sidodadi Batu 8, sehingga pada tahun 1950,

(11)

keadaan desa ini menjadi ramai. Hal serupa juga terjadi pada desa-desa tetangga di kawasan Kecamatan Pagar Merbau.10

Sesuai dengan proses terbentuknya desa ini karena proses alihfungsi tanah kebun menjadi pemukiman dan mayoritas penduduknya adalah suku Jawa maka desa ini dinamai dengan bahasa Jawa yakni SIDODADI yang dalam Bahasa Jawanya ``sidodadi`` itu berarti makanya jadi,,atau jadi,,atau juga terjadi. Masyarakat setempat memiliki pandangan bahwasanya desa ini terjadi karena proses alih fuangsi tanah kebun menjadi tempat pemukiman. Penambahan kata-kata Batu Delapan karena desa ini merupakan desa yang terdapat pada kawasan Batu Delapan, dimana kawasan ini merupakan kawasan tempat desa-desa yang terdapat di Kecamatan Pagar Merbau yang letaknya berderet-deret memanjang dari Kota Lubuk Pakam menuju Kota Galang.

Sejak awal dibukanya Desa Sidodadi Batu 8 dapat disimpulkan bahwa penduduk desa ini mata pencahariannya ialah buruh perkebunan dan sebahagian mencoba pula menanami tanaman padi dari bagian tanah mereka dengan hasil yang tidak memadai hanya untuk kebutuhan pangan saja. Sekitar tahun 1970, pihak perkebunan PTP IX Pagar Merbau mencoba untuk mengambil kembali tanah di Desa Sidodadi Batu 8 dan sekaligus mau dijadikan kebun kelapa sawit. Keadaan ini sempat membuat situasi keamanan di desa ini menjadi tidak baik, karena lahan ini telah bertahun-tahun diusahakan dan ditempati rakyat. Persoalan ini kemudian dapat teratasi di sekitar tahun 1970 juga oleh Pemerintah Daerah setempat dan dengan segera mendapat jalan keluarnya , dan pada tahun 1974 telah dikeluarkan surat yang sah dari Pemerintah Daerah tentang kepemilikan tanah yang sah untuk warga Desa Sidodadi Batu 8 ini sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan.

10

(12)

Selain sebagai buruh, masayarakat terus mengusahakan pertanian cukup sandang pangan pada desa ini dengan hasil yang sangat minim yakni mereka hanya bisa memenuhi kebutuhan pangan mereka saja bahkan cenderung kekurangan. Upah menjadi buruh dirasakan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Sebahagian masyarakat juga memiliki hewan ternak rumahan seperti ayam, itik, dan bebek.

Kondisi perekonomian yang kurang baik, menyebabkan sebahagian besar penduduk Desa Sidodadi Batu 8 pada tahun 1950 hanya memiliki sepeda sebagai alat transportasi mereka. Dahulu alat transportasi sepeda harus memiliki lampu dan plat polisi sederhana untuk menunjang keamanan lalu lintas. Jikalau seseorang mengendarai sepeda tidak memiliki lampu maka akan ditangkap oleh petugas kepolisian di Kecamatan Pagar Merbau.

Pada tahun 1954, perekonomian masayarakat Desa Sidodadi Batu 8 semakin terpuruk dengan adanya bencana alam banjir yang melanda di beberapa desa di Kecamatan Pagar Merbau, termasuk Desa Sidodadi Batu 8 akibat pecahnya benteng sungai ular yang menyebabkan pertanian di desa ini menjadi hancur dan lahan di desa ini menjadi tidak memadai dan tidak subur untuk ditanami lahan pertanian lagi, akibatnya perekonomian masyarakat Desa Sidodadi semakin parah.

Di tengah kemerosotan perekonomian masyarat Desa Sidodadi Batu 8, pada tahun 1955 di bangunlah sebuah surau ( mesjid berukuran kecil) dengan nama Mesjid Sirajul Huda di daerah dusun I Desa Sidodadi Pagar Merbau dengan kondisi darurat. Hal ini menunjukkkan tingkat keimanan ataupun religius masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 sangat besar, Di tengah situasi kelemahan ekonomi, masyarakat tetap berusaha memenuhi kebutuhan rohani mereka dengan

(13)

membangun sebuah surau dalam rangka lebih mendekatkan diri lagi kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Perekonomian di Desa Sidodadi Batu 8 tidak juga membaik, hanya berjalan biasa-biasa saja sehingga dalam bidang pendidikan di desa ini juga tidak terlalu baik. Kebanyakan mereka hanya menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Dasar atau paling tinggi hanya tingkat Sekolah Lanjutan Pertama. Sekitar tahun 1957 sampai pada tahun 1958 oleh pemerintah daerah dibangun sebuah Sekolah Dasar di desa ini yakni SD Negri No. 101911 Sidodadi.

Situasi ekonomi yang tidak terlalu baik berlanjut sampai dengan tahun 1965, dimana pada tahun ini terjadi tragedi pecahnya Pergerakan G 30 S PKI yang mengakibatkan desa menjadi tambah kacau, walaupun pada desa ini masyarakatnya tidak ada yang terlibat dengan gerakan tersebut. Sebahagian masyarakat banyak mengalami ketakutan dan trauma terhadap proses pembersihan atau penangkapan anggota PKI oleh mantan Presiden Soeharto pada waktu itu. Setiap hari masyarakat menyaksikan truk Brigade Mobil mengangkut tahanan politik G30 S PKI melewati desa mereka untuk dieksekusi di sekitar daerah Jaharun. Masyarakat sekitar banyak menyebutnya dengan Jalan Pandu.

Pada tahun 1965 masih sedikit masyarakat yang memiliki alat-alat elektronik, seperti televisi. Hanya sekitar dua orang penduduk yang memiliki televisi , media untuk mengetahui apa yang terjadi di luar daerah mereka. Mereka yang memiliki televisi adalah orang yang tingkat ekonominya sudah cukup baik. Televisi ketika itu dibeli dari Medan, karena belum ada toko yang menjual televisi di daerah Lubuk Pakam. Oleh karena itu, maka masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 jika ingin menonton televisi, mereka berbondong-bondong datang ke warga yang telah

(14)

memiliki televisi tersebut. Acara yang sering ditonton oleh mereka ialah acara berita yang disiarkan oleh TVRI.

Pada tahun 1971 dibangunlah Kantor Kepala Desa Sidodadi Batu 8 secara sangat sederhana dengan Kepala Desa yang pertama ialah Bapak Rasimin, warga asli Desa Sidodadi Batu 8.

Pada tahun 1972, warga Desa Sidodadi Batu 8, khususnya para petani terkena musibah, yaitu bencana hama wereng yang mengakibatkan gagal panen dan terpaksa warga makan beras jagung sebagai pengganti nasi. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat desa ini semakin terpuruk. Penduduk asli desa ini pada dasarnya tidak memiliki keahlian khusus ataupun usaha alternatif lain untuk mencari jalan keluar dari permasalahan perekonomian mereka. Keadaan ini dibuktikan dengan mata pencaharian mereka yang sangat statis dimana sebahagian besar dari mereka hanyalah buruh, supir atau petani padi dan palawija yang subsisten. Sehingga pada tahun-tahun ini, dimana perekonomian masyarakat Desa Sidodadi yang semakin terpuruk, tingkat kriminalitas juga semakin tinggi. Banyak terjadi pencurian hewan-hewan ternak oleh pengangguran yang didominasi oleh penduduk dengan tingkat usia produktif bekerja. Tingkat kriminalitas yang tinggi ditambah dengan tingkat pendidikan yang juga relatif rendah adalah akibat dari kemiskinan masyarakat Desa Sidodadi Batu 8 yang merupakan masalah perekonomian yang melanda masyarakat desa ini pada waktu itu dan tidak dapat diatasi oleh

Referensi

Dokumen terkait

98 4 chain=forward action=drop packet-mark=JktExecutive content=sex 5 chain=forward action=drop packet-mark=JktExecutive content=bugil 6 chain=forward

HASIL

- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin. atau hangat serta sabun minimal

Disertasi Peranan Teh Kompos Terhadap Pertumbuhan .... Nora

1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai pertanggungjawaban pidana anggota militer yang melakukan tindak pidana desersi. Untuk mengetahui upaya anggota militer yang

Pada uji hipotesis II, ternyata ada pengaruh positif yang signifikan antara sikap pada jabatan terhadap kepemimpinan visioner ketua program studi, memberikan

Proyek Gedung Pagelaran Konser Musik di Surabaya ini dibuat dengan konsep bangunan yang baru, yang diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat Surabaya

Untuk menghindari terjadinya hal-hal tersebut maka dilakukan perancangan dan pembuatan pintu gerbang yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.. Cara kerja