• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT KAPUR PADA BIJI PADI (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR PADA MALAI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT KAPUR PADA BIJI PADI (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR PADA MALAI"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT KAPUR

PADA BIJI PADI

(Oryza sativa

) VARIETAS CIHERANG

DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR

PADA MALAI

OLEH :

EKAWATY BASRI

G 621 05 030

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2012

(2)

i

MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT KAPUR

PADA BIJI PADI

(Oryza sativa

) VARIETAS CIHERANG

DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR

PADA MALAI

OLEH :

EKAWATY BASRI G 621 05 030

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada

Jurusan Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2012

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT

KAPUR PADA BIJI PADI (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR PADA MALAI.

Nama : EKAWATY BASRI

Stambuk : G 62105030

Program Studi : Keteknikan Pertanian

Jurusan : Teknologi Pertanian

Disetujui Oleh Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Supratomo, DEA NIP. 19560417 198203 1003

Dr.Ir.Junaedi Muhidong,M.Sc NIP. 19600101 198503 1014

Mengetahui

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Ketua Panitia Ujian Sarjana

Prof. Dr. Ir. Mulyati M Tahir, MS NIP. 19570923 198312 2 001

Dr.Ir. Sitti Nur Faridah, MP NIP. 19681007 199303 2 002

(4)

iii

MEMPELAJARI POLA KANDUNGAN ZAT KAPUR PADA BIJI PADI (Oryza sativa) VARIETAS CIHERANG DAN CILIWUNG BERDASARKAN POSISI BULIR PADA MALAI

EKAWATY BASRI (G 621 05 030), Supratomo dan Junaedi Muhidong

ABSTRAK

Telah diketahui adanya perbedaan rendemen beras patah varietas Ciherang dan Ciliwung. Perbedaan ini diduga akibat perbedaan tingkat kekerasan bulir padi Ciherang dan Ciliwung yang dipengaruhi oleh karakteristik fisiknya. Di samping itu, kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh tingkat pengapuran dari butir padi Ciherang dan Ciliwung serta posisi bulir pada malai. Penelitian ini didesain untuk melihat pengaruh tingkat kandungan zat kapur (kalsium) untuk kedua varietas Ciliwung dan Ciherang berdasarkan posisi bulir pada malai. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya di bidang peningkatan mutu beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kandungan kalsium biji padi sepanjang cabang malai berbanding lurus antara varietas Ciherang dengan varietas Ciliwung yaitu cenderung semakin meningkat mulai dari bulir dalam ke luar. Sedangkan pola kandungan kalsium biji padi sepanjang batang malai dari atas ke bawah berbanding terbalik antara varietas Ciherang yang cenderung semakin menurun dengan varietas Ciliwung yang cenderung semakin meningkat untuk semua posisi bulir.

Kata Kunci : Padi, zat kapur, bulir, malai.

ABSTRACT

Has been no difference in the yield of broken rice varieties Ciliwung and Ciherang. This difference is presumably due to differences in grain hardness Ciliwung and Ciherang influenced by its physical characteristics. In addition, most likely also influenced by the degree of calcification of Ciherang and Ciliwung grain and grain position on the panicle. This study was designed to see the effect levels of calcium for both varieties Ciliwung and Ciherang based on the position of grains on the panicle. This study can be used as information for further research in the field of improving the quality of rice. The results showed that the calcium content of grain pattern along the panicle branches is directly proportional to the varieties Ciliwung with the varieties Ciherang is likely to start growing ears inside out. While the calcium content of grain pattern along the stem panicle from top to bottom between varieties Ciherang inversely proportional to increasingly decline to Ciliwung varieties that tend to increase for all grain positions.

(5)

iv

RIWAYAT HIDUP

EKAWATY BASRI lahir di Ujung Pandang pada tanggal 18 Desember 1987 Merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, pasangan bapak Drs.H.Basri dan ibu Hj. Djumarni. Jenjang Pendidikan formal yang pernah dilalui adalah :

1. Memulai pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Aisyiah Cab. Karunrung Makassar pada tahun 1991 sampai tahun 1993.

2. Menempuh pendidikan dasar pada SD Inpres Perumnas III Makassar pada tahun 1993 sampai tahun 1999.

3. Melanjutkan pendidikan di sekolah menengah pertama pada SMP Negeri 33 Makassar pada tahun 1999 sampai tahun 2002.

4. Untuk jenjang menengah atas, pendidikan di tempuh di SMA Negeri 3 Makassar pada tahun 2002 sampai tahun 2005.

5. Melanjutkan pendidikan pada Universitas Hasanuddin, Jurusan Teknologi Pertanian, Program Studi Keteknikan Pertanian, Makassar pada tahun 2005 sampai pada tahun 2012.

Selama menempuh pendidikan di dunia kampus, aktivitas yang dilakukan adalah menjadi anggota Dewan Perwakilan Anggota (DPA TP UH) periode 2006-2007 dan Periode 2007-2008. Asisten pada mata kuliah Pengantar Komputer. Anggota pada Student Employee Rektorat Universitas Hasanuddin tahun 2008-2010.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana.

Selama pelaksanan studi, penelitian maupun penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menghanturkan terimaka kasih kepada :

1. Dr. Ir. Supratomo dan Dr. Ir. Junaedi Muhidong, M.Sc. sebagai dosen pembimbing atas kesabaran, petunjuk dan segala arahan yang telah diberikan dari penyusunan proposal, penelitian hingga penyusunan skripsi ini selesai. 2. Bapak Syahrul sebagai pembimbing di Laboratorium Fisiologi dan Makanan

Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang telah membantu dalam proses analisis bahan penelitian.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukannya demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Makassar, Agustus 2012

(7)

vi D A F T A R I S I

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ...iv

RINGKASAN ... v

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL . ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Kegunaan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi (Oryza sativa) ... ... 4

2.2 Malai ... 6

2.3 Zat Kapur ... 7

2.4 Tingkat Kekerasan / Tekstur Beras ... 11

2.5 Proses Fotosintesis Tanaman ... ... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat ... ... 15

3.2. Alat dan Bahan ... ... 15

3.3. Prosedur Penelitian ... ... 15

3.4. Rumus yang Digunakan... ... 23

3.5. Analisis Data ... 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

(8)

vii 4.1 Kandungan Kalsium Biji Padi ... 24

4.1.1 Varietas Ciherang ... ... 26 4.1.2 Varietas Ciliwung ... ... 28 4.2 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang

Sepanjang Batang Malai ... 30 4.3 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang

Sepanjang Cabang Malai ... 33 4.4 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang

36

4.5 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang secara Keseluruhan dalam Satu Batang ... 39

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan ... 40 DAFTAR PUSTAKA ... 41 LAMPIRAN ... 43

(9)

viii DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Kandungan mineral makro beras giling varietas unggul baru (ppm) 9 2. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciliwung Sepanjang

Cabang Malai ... 24 3. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciherang Sepanjang

Cabang Malai ... 25 4. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciliwung Sepanjang

Batang Malai ... 25 5. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciherang Sepanjang

(10)

ix

DAFTAR GAMB AR

Nomor Judul Halaman

1. Contoh Batang Malai ... 16

2. Urutan Posisi Gabah pada Malai ... 17

3. Kelompok 1 pada setiap Posisi Malai Sepanjang Batang ... 18

4. Kelompok 2 pada setiap Posisi Malai Sepanjang Batang ... 19

5. Kelompok 3 pada setiap Posisi Malai Sepanjang Batang ... 18

6. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang Sepanjang Cabang Malai... 27

7. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang Sepanjang Batang Malai ... 28

8. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Sepanjang Cabang Malai... 29

9. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Sepanjang Batang Malai ... 29

10. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Dalam ... 30

11. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Tengah ... 31

12. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Luar ... 33

13. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Malai Atas ... 34

14. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Malai Tengah ... 35

15. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Malai Bawah ... 36

16. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Batang Malai ... 37

(11)

x

Nomor Judul Halaman

17. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang Sepanjang Cabang Malai ... 38 18. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Vs Ciherang

(12)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Lokasi Pengambilan Sampel ... 43 2. Tanaman Padi Varietas Ciliwung ... 44 3. Tanaman Padi Varietas Ciherang ... 45

(13)

12

I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Padi (Oryza sativa) merupakan komoditas pertanian yang mempunyai nilai ekonomis dan sosial yang tinggi serta prospek pengembangannya masih cerah. Oleh karena itu, perlu peningkatan mutu beras terutama dalam hal mengurangi beras patah yang dapat mempengaruhi rendemen beras giling. Langkah awal yang harus dilakukan adalah dengan mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya beras patah (Sugeng, 1998).

Asmawati (2009) mendapatkan adanya perbedaan rendemen beras patah Ciherang dan Ciliwung. Perbedaan ini diduga akibat perbedaan tingkat kekerasan bulir padi varietas Ciherang dan Ciliwung. Perbedaan tingkat kekerasan ini dapat dipengaruhi oleh karakter fisik padi Ciherang dan Ciliwung. Karakter fisik tersebut antara lain meliputi ukuran panjang butir maupun berat butir. Untuk dapat mengetahui pengaruh faktor-faktor ini, Basith (2010) dan Ismail (2010) masing-masing melakukan kajian terhadap pengaruh posisi bulir pada malai terhadap tingkat kekerasan bulir gabah varietas Ciliwung dan Ciherang, dan kajian perbedaan dimensi panjang, lebar dan tebal kedua jenis varietas ini. Di samping itu, kemungkinan besar juga dipengaruhi oleh tingkat pengapuran dari butir padi Ciherang dan Ciliwung serta posisi bulir pada malai. Penelitian ini didesain untuk melihat pengaruh tingkat kandungan zat kapur (kalsium) untuk kedua varietas Ciliwung dan Ciherang berdasarkan posisi bulir pada malai.

(14)

13

1.2 TUJUAN DAN KEGUNAAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari pola kandungan zat kapur pada biji padi varietas Ciherang dan Ciliwung berdasarkan letak bulir pada malai.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan informasi bagi peneliti selanjutnya di bidang peningkatan mutu beras.

(15)

14

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sektor pertanian sebagai titik tolak pembangunan didasarkan pada strategi pembangunan untuk memperbaiki ekonomi dengan pembaharuan dibidang pertanian untuk meningkatkan produksi melalui penerapan teknologi baru disektor pertanian. Untuk mendukung sektor ini, berbagai teknologi mulai dari aspek budidaya sampai kepada penanganan pasca panen terus dikembangkan. Disamping itu, usaha-usaha untuk lebih memahami perilaku produktifitas tanaman, termasuk perbedaan perilaku hasil produksi antar varietas, secara mikro juga semakin intensif. Padi merupakan bahan makanan pokok pada berbagai negara tidak lepas dari perhatian ini (Anonima, 2009).

Padi (Oryza sativa) merupakan komoditas pertanian yang telah beratus-ratus tahun dibudidayakan di Indonesia dan prospek pengembangannya pun masih cerah. Hal ini memberikan isyarat bahwa padi mempunyai nilai ekonomis dan sosial yang tinggi serta peranannya dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia karena merupakan makanan pokok (Sugeng, 1998).

Sebagai bahan makanan pokok, konsumen di beberapa negara Asia Tenggara umumnya menyukai beras yang bermutu baik, yang dalam hal ini memiliki warna bening, persentase beras kepala tinggi, dan kadar amilosa sedang 20-25%. Walaupun standar mutu beras di pasar internasional didasarkan pada beberapa parameter meliputi karakteristik fisik butir beras (ukuran, bentuk, bobot, keseragaman, tampilan beras), derajat sosoh, mutu giling, mutu tanak, aroma, keutuhan, dan kemurnian. Di Indonesia, mutu beras lebih dikenal berdasarkan cara pengolahan, seperti beras tumbuk atau beras giling, berdasarkan derajat sosoh

(16)

15 seperti beras slip, berdasarkan asal daerah seperti beras Ciliwung dan Ciherang yang banyak diminati. Kedua varietas ini mempunyai keunggul antara lain rasa nasi yang enak, pulen dan kadar amilosa yang baik (Anonima, 2009).

2.1 Tanaman Padi

Padi (Oryza sativa L) adalah tanaman pangan utama di Indonesia yang diolah menjadi beras. Beras dimanfaatkan terutama untuk diolah menjadi nasi, makanan pokok terpenting warga dunia (Anonima, 2009).

Padi merupakan biota pokok di sawah yang dapat hidup di ekosistem darat dan ekosistem air. Padi juga dapat hidup baik di sawah dan di darat (tanpa air tergenang) atau di air (lahan beririgasi). Karena itulah berdasarkan tempat tumbuhnya, dikenal dua jenis padi yakni padi sawah dan padi gogo. Padi gogo merupakan suatu tipe padi lahan kering yang relatif toleran tanpa penggenangan seperti di sawah (Simanjuntak, 2010).

Tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan ke dalam : Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Family : Graminae Genus : Oryza linn

(17)

16

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun adalah 1500 - 2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 - 1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH antara 4 -7 (Anonimd, 2012).

Data survey pada Musim Tanam 2002/2003 di 12 provinsi penghasil padi membuktikan bahwa sekitar 90% dari 9,2 juta ha lahan sawah telah ditanami jenis varietas unggul baru. Dari sekitar 80% varietas yang telah berkembang di masyarakat, beberapa varietas yang banyak digunakan antara lain seperti varietas Ciliwung dan Ciherang, dengan luas tanam untuk varietas Ciliwung sebesar 0,62 juta ha dan untuk varietas Ciherang sebesar 0,41 juta ha (Anonimb, 2010).

2.1.1 Padi Ciliwung

Varietas gabah Ciliwung merupakan salah satu jenis padi sawah yang berasal dari persilangan IR38//2*Pelita I-1/IR4744-128-4-1-2 dan mempunyai bentuk gabah pendek bulat, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 22% dan Indeks Glikemik 86 (Anonimb, 2010).

(18)

17

2.1.2 Padi Ciherang

Varietas gabah Ciherang merupakan salah satu jenis padi sawah yang berasal dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 dan mempunyai bentuk gabah panjang ramping, warna gabah kuning bersih dan memiliki tekstur nasi pulen dengan kadar amilosa 23% dan Indeks Glikemik 54. Berbeda dengan varietas Ciliwung, varietas Ciherang tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV (Anonimb, 2010).

Bumi Ganesa telah memproduksi beras organik varietas ciherang. Beras organik ciherang ini mempunyai karakteristik yang berbeda dengan beras organik varietas lain. Beras organik Ciherang mempunyai bentuk fisik yang panjang dan kurus / ramping. Untuk baunya, beras organik ciherang tidak berbau wangi, berbeda dengan beras organik pandan wangi. Dalam budidayanya, beras organik ciherang dikenal karena mempunyai daya tahan yang kuat (Anonimc, 2010).

2.2 Malai

Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Malai padi disebut penicle yang memiliki bentuk

memanjang, mempunyai malai bercabang utama dan anak cabang. Tangkai malai disebut peduncle bersambungan dengan sumbu malai yang disebut dengan arachis, merupakan tangkai biji padi pada cabang sekunder. Ujung penicle atau tangkai malai terdapat bunga padi yang disebut dengan spikelet (spikelet ini kemudian menjadi padi). Bakal buah yang terbentuk setelah

(19)

18

penyerbukan berkembang menjadi butiran biji yang terkait pada malainya (Genisa,2001).

Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang (Anonimb, 2010).

Panjang malai pada setiap varietas berbeda-beda tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanamnya. Dari sumbu utama pada ruas buku yang terakhir inilah biasanya panjang malai (rangkaian bunga) diukur. Panjang malai dapat dibedakan menjadi tiga ukuran yaitu malai pendek yang ukurannya kurang dari 20 cm, malai sedang yang ukurannya antara 20-30 cm, dan malai panjang yang ukurannya lebih dari 30 cm (Anonimb, 2010).

Jumlah cabang malai pada setiap malai berkisar antara 15 – 20 buah, dimana yang paling rendah berkisar 7 buah cabang, dan yang terbanyak dapat mencapai 30 buah cabang. Jumlah cabang ini akan mempengaruhi besarnya rendemen tanaman padi varietas baru, pada setiap malai bisa mencapai 100 – 120 bunga (Anonimb, 2010).

2.3 Zat Kapur (Kalsium)

Mineral mempunyai fungsi penting bagi manusia seperti membentuk jaringan tubuh, menggiatkan, mengatur, dan mengendalikan proses metabolisme, serta mengalihkan pesan-pesan syaraf (Anonima, 2009).

(20)

19

Mineral dapat dikelompokkan menjadi mineral makro (Ca, P, Mg, Na, K, Cl, S) serta mineral mikro (Fe, I, Zn, Cu, Mn, Cr, Co, Se, Mo, F). Kebutuhan akan mineral-mineral itu dapat dipenuhi melalui pangan. Di Indonesia, beras menyumbang 63% terhadap total kecukupan energi (Anonima, 2009).

Meskipun bukan tergolong penyumbang kalsium terbesar, namun kandungan kalsium pada beras perlu diteliti lebih lanjut. Besarnya kandungan kalsium pada setiap varietas beras berbeda-beda satu dengan lainnya. Tinggi rendahnya kalsium beras bergantung pada beberapa faktor yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, serta cara penyimpanan gabah (Astawan, 2004).

Kalsium (Ca) merupakan unsur penting pada tanaman padi. Kalsium memiliki peranan penting dalam pembentukan dan stabilitas dinding sel bulir padi, memelihara struktur dan permeabilitas membran selnya, dan mengaktifkan banyak enzim pada batang tanaman. Oleh karena itu keberadaan kalsium pada tanaman padi perlu diperhatikan (Anonime, 2012).

Proses penyosohan beras pecah kulit menjadi beras giling dengan derajat sosoh 80% menyebabkan kehilangan kandungan Ca pada beras giling berkisar antara 29 sampai 63 ppm dengan rata-rata sebesar 46,21 ppm. Bila mengacu pada Anjuran Kecukupan Gizi (AKG) untuk Ca sebesar 500 mg per kapita per hari (untuk pria dan wanita dewasa) dan dengan asumsi konsumsi beras rata-rata penduduk Indonesia 300g/kapita/hari (Anonima, 2009).

(21)

20

Proses penyosohan juga mengurangi kadar kalsium pada beras giling. Sebagian besar mineral termasuk kalsium terdapat pada bagian dedak dan hanya sekitar 28 persen yang tertinggal pada beras giling. Komposisi mineral bervariasi tergantung dari kondisi tanah dimana padi ditanam. Unsur mineral utama adalah fosfor, kalsium, magnesium dan besi (Hanny, 2002).

Peranan kalsium bagi tanaman antara lain memacu pembentukan akar, meningkatkan ketegaran dan kekakuan jerami, berperan pada proses perpanjangan sel, sintesis protein, dan pembelahan sel, berperan pada proses pengangkutan air dan hara lain ke dalam tubuh tanaman, mengatur pengangkutan karbohidrat, memperkuat dinding sel, meningkatkan hasil padi dan biji tanaman, menetralkan asam organik yang bersifat racun, serta untuk membantu Rhizobium membentuk bintil akar (Anonime, 2012).

Defisiensi kalsium pada tanaman akan menunjukkan gejala-gejala berupa daun muda rusak, klorosis, nekrosis pada tepi daun muda dari titik tumbuh. Selain itu, daun dan akar muda sering melekuk, pendek, berlekatan (Anonime, 2012).

Tabel 1. Kandungan Mineral Makro Beras Giling Varietas Unggul Baru (ppm) No. Varietas Ca Mg Na K P S 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Aek Sibundong Air Tenggulang Angke Atomita 2 Atomita 4 Bahbutong Banyuasin Bondoyudo Batanghari Batanggadis Batuteg 40 32 41 34 30 60 29 44 39 63 63 250 240 240 350 176 410 260 220 290 360 400 4,7 4,4 12 3,1 11 11 9,9 11 9,8 7,9 6,7 820 850 790 1.140 820 1.080 1.000 810 1.050 980 1.290 1.140 1.040 1.160 1.330 1.050 1.520 1.180 1.160 1.270 1.530 1.420 1.140 1.160 1.230 1.200 1.280 1.130 1.260 1.200 1.200 1.320 1.190

(22)

21 No. Varietas Ca Mg Na K P S 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. Celebes Cibogo Cigeulis Ciherang Cilamaya Muncul Ciliwung Cimelati Cisadane Cisantana Code Dendang Dodokan Gajah Mungkur Indragiri IR42 IR64 IR65 IR66 Kalimutu Ketonggo Lambur Limboto Logawa Lusi Margasari Martapura Mekongga Pepe Sarinah Setail Singkil Sintanur Situ Bagendit Situ Patenggang Towuti Tukad Balian Tukad Petanu Way Apo Buru Way Rarem 58 49 54 49 35 40 51 43 50 48 52 61 39 40 33 50 60 58 47 37 30 58 39 36 51 45 45 46 54 51 48 51 52 47 46 50 38 42 52 320 290 400 360 380 360 320 390 240 330 340 500 370 430 260 320 300 330 410 300 220 400 270 250 194 240 250 320 310 410 320 360 370 370 270 360 250 290 460 7,8 9,1 8 9,6 8,4 9,3 3,8 3,4 9,1 7,5 15 11 6,1 22 77 6,9 26 22 24 9,5 17 5,2 7,7 4,5 8,6 14 5,7 3,7 15 7 4,1 5,7 16 5,9 15 22 3,5 6,9 7,4 860 840 1.010 940 1.000 1.030 1.180 970 780 1.020 920 1.220 710 1.090 980 980 1.180 840 850 1.130 930 1.220 910 950 780 870 830 980 1.160 1.490 1.060 1.020 1.060 1.020 900 990 790 1.080 1.300 1.460 1.220 1.460 1.410 1.430 1.490 1.340 1.320 1.130 1.380 1.380 1.890 1.380 1.550 1.120 1.390 940 1.260 1.420 910 1.080 1.430 1.240 770 1.010 1.120 1.150 1.330 1.310 1.250 1.450 1.320 1.480 1.440 1.280 1.420 1.230 1.300 1.630 1.430 1.160 1.260 1.280 1.310 1.200 1.360 1.070 1.110 1.200 1.360 1.450 1.350 1.420 1.220 1.200 1.500 1.350 1.380 1.190 1.230 1.220 1.290 1.180 1.180 1.180 1.130 1.230 1.370 1.150 1.160 1.210 1.360 1.420 1.330 1.260 1.250 1.040 1.260 Rata-rata 46,21 325,1 9,84 992,55 1.308,63 1.253,92

(23)

22

2.4 Tingkat Kekerasan / Tekstur Beras

Tingkat kekerasan/tekstur merupakan atribut/faktor penting dari kualitas yang menentukan kelayakan dari suatu bahan pangan. Walaupun demikian, tekstur bukanlah merupakan suatu atribut tunggal, melainkan suatu sifat kolektif yang meliputi sifat-sifat biologis ataupun mekanis dari suatu bahan dan merupakan perwujudan dari analisa sensorik terhadap rasa

dari bahan pangan itu di tangan maupun mulut konsumen (Abbott dan Harker, 2005).

Besarnya rendemen giling dan kehilangan hasil serta mutu beras hasil penggilingan tergantung pada tingkat kematangan biji saat panen. Gabah retak/patah disebabkan oleh varietas, pemupukan, suhu, cara penggilingan dan kadar air penggilingan (Soemardi dan Thahir, 1991).

Dalam proses penggilingan gabah, rendahnya rendemen dan tingginya kadar beras pecah masih menjadi masalah di Indonesia. Hal ini antara lain disebabkan karena kondisi mutu gabah yang kurang optimal (Soemardi dan Thahir, 1991).

Mutu gabah pada saat digiling terutama akan ditentukan oleh kadar air gabah. Pada kadar air yang tinggi, gabah relatif lunak dan akan diperlukan energi yang lebih banyak untuk menghasilkan beras pecah kulit, serta tingginya rendemen beras patah saat proses penyosohan. Sebaliknya kadar air gabah yang terlalu rendah akan menyebabkan banyaknya gabah yang retak, sehingga meningkatkan jumlah rendemen beras patah saat penggilingan. Dengan demikian, tinggi rendahnya kadar air dalam gabah

(24)

23

saat digiling akan mempengaruhi mutu beras yang dihasilkan. Selanjutnya

mutu beras akan menentukan nilai jual kepada konsumen (Soemardi dan Thahir, 1991).

Beras yang bermutu baik dihargai lebih tinggi daripada beras biasa. Standar mutu beras pasar bersifat subjektif, dan dikenal adanya kriteria mutu beras yang bersifat lokal dengan kriteria tertentu yang berlaku dan

dapat diterima oleh produsen, pedagang, dan konsumen beras

(Damardjati dan Purwani, 1991).

Penentuan mutu beras pasar secara objektif lebih didasarkan pada sifat fisik dan tampilan butir beras. Kebeningan butir ditentukan oleh kekeruhan endosperma, seperti bagian putih mengapur baik pada sisi dorsal (white belly), tengah (white central) maupun sisi ventral (white back). Butir beras yang mengapur memiliki ikatan butir pati yang kurang kompak akibat adanya rongga udara di antara granula pati sehingga beras mudah patah saat digiling (Damardjati dan Purwani, 1991).

Varietas – varietas padi memiliki ketahanan yang berbeda-beda terhadap moisture stress. Ketahanan ini dikenal sebagai crack resistance. Secara umum, varietas atau galur yang berukuran beras panjang (6.61 mm) dan yang mempunyai pengapuran dalam endospermanya akan menghasilkan beras kepala lebih sedikit (Allidawati dan Kustianto, 1989).

Tingkat kekerasan beras pada varietas Ciherang dan Ciliwung sangat berbeda. Basit (2010) menemukan bahwa tingkat kekerasan varietas Ciherang secara konsisten sepanjang posisi batang malai dan cabang malai

(25)

24

lebih rendah daripada varietas Ciliwung.Pola ini diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tingkat beras patah hasil penggilingan varietas Ciherang yang selalu lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung sebagaimana ditemukan oleh Asmawati (2009).

Rata-rata energi yang dibutuhkan oleh bulir padi varietas Ciherang yang berada pada posisi yang paling jauh dari batang malai konsisten lebih tinggi dari pada bulir kedua terjauh dari batang malai. Indikasi lainnya yang ditunjukkan varietas Ciherang adalah semakin dekat posisi bulir ke arah batang malai dan semakin jauh dari ujung atas batang malai maka tingkat kekerasannya akan semakin menurun (Basith, 2010).

2.5 Proses Fotosintesis Tanaman

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia pembentukan zat makanan atau energi yaitu glukosa yang dilakukan tumbuhan, alga, dan beberapa jenis bakteri dengan menggunakan zat hara, karbondioksida, dan air serta dibutuhkan bantuan energi cahaya matahari. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang menghasilkan energi melalui fotosintesis (PHOTOS berarti cahaya) disebut sebagai fototrof (Quida, 2011).

Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula

(26)

25

memiliki kemampuan untuk menggunakan zat-karbon dari udara untuk diubah menjadi bahan organik serta diasimilasikan di dalam tubuh tanaman tersebut. Peristiwa ini hanya dapat berlangsung ketika ada cukup cahaya, dan oleh karena itu maka asimilasi zat-karbon disebut juga sebagai fotosintesis (Quida, 2011).

Lengkapnya kita katakan, bahwa fotosintesis atau asimilasi zat-karbon itu suatu proses, dimana zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil

diubah menjadi zat organik karbohidrat dengan pertolongan sinar/cahaya/foto. Peristiwa fotosintesis dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia sebagai berikut:

6 CO2 + 6 H2O + energi cahaya C6H12O6 + 6 O2

Peristiwa ini hanya berlangsung pada tumbuhan yang berklorofil, karena mampu menangkap energi cahaya. Fotosintesis selain menghasilkan karbihidrat juga menghasilkan gas oksigen yang merupakan bahan vital untuk melaksanakan respirasi aerob. CO2 yang digunakan untuk fotosintesis

sama jumlahnya dengan oksigen yang dihasilakan selama proses fotosintesis. Molekul glukosa yang terbentuk kemudian bergabung dan membentuk tepung (amilum) (Quida, 2011).

(27)

26

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2010, di Laboratorium Fisiologi dan Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi dan Pakan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan berupa cawan porselin, corong, gelas piala, labu ukur 100 ml, pipet tetes, labu semprot, pemanas listrik, lemari asam, thermometer, buret, erlenmeyer, tanur listrik, gegep, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan adalah padi varietas Ciherang dan Ciliwung yang dipanen langsung dari tanaman petani di Kabupaten Maros pada bulan Juli 2009, kertas saring 200 mess, amplop, serta bahan kimia yaitu HCl pekat, indikator merah metal, HCl 3 : 1, larutan NH4OH 1 : 1, amonium oxalate 4%,

dan KMnO4 0,1 N.

3.3 Prosedur Penelitian

Sebagai langkah awal, sampel yang berasal dari Kabupaten Maros yang diperoleh lebih awal dilakukan penggabungan butir gabah yang memiliki posisi yang sama pada sampel malai.

Untuk mengetahui pola kandungan zat kapur antara varietas Ciherang dan Ciliwung maka pengukuran dilakukan dengan menggabungkan beberapa bulir (3-4 bulir) yang berasal dari posisi yang sama dari dua atau tiga malai

(28)

27

berbeda. Butir-butir gabah tersebut dipisahkan berdasarkan posisinya pada cabang malai kemudian digabungkan atau dicampur pada satu amplop. Posisi gabah diatur dari bagian dalam tangkai malai ke luar dan dari bagian atas ke bawah menurut gambar berikut.

Gambar 1. Contoh Batang Malai Tangkai Malai

(Peducle)

(29)

28

1. Batang malai dibagi menjadi 3 bagian dari atas ke bawah. Bagian atas untuk kelompok cabang malai 1, 2, dan 3. Bagian tengah untuk cabang malai 4 dan 5. Bagian bawah untuk cabang malai 6, 7, dan 8. Demikian pula untuk setiap cabang malai dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu bagian dalam untuk bulir 1 – 4, bagian tengah untuk bulir 5 – 7, dan bagian luar untuk bulir 8 – 11.

Gambar 2. Urutan Posisi Gabah pada Malai. Batang Utama Bagian Atas Bagian Tengah Bagian Bawah Bagian Dalam Bagian Tengah Bagian Luar

(30)

29

2. Menggabungkan bulir padi bagian luar menjadi kelompok 1, bulir padi bagian tengah menjadi kelompok 2, dan bulir padi bagian dalam menjadi kelompok 3, untuk masing-masing bagian cabang malai.

Gambar 3. Kelompok 1 pada setiap posisi malai sepanjang batang.

Batang Utama Batang Utama Batang Utama Malai Atas Malai Tengah Malai Bawah

(31)

30

Gambar 4. Kelompok 2 pada setiap posisi malai sepanjang batang.

Batang Utama Batang Utama Batang Utama Malai Atas Malai Tengah Malai Bawah

(32)

31

Gambar 5. Kelompok 3 pada Setiap Posisi Malai Sepanjang Batang.

Batang Utama Batang Utama Batang Utama Malai Atas Malai Tengah Malai Bawah

(33)

32

3. Melakukan penggabungan bulir padi di atas untuk masing-masing batang padi Ciherang dengan kode A dan kode B untuk padi varietas Ciliwung. 4. Memasukkan setiap kelompok bulir padi ke dalam amplop sesuai

masing-masing kelompok dan kode, kemudian dilakukan pengupasan kulit gabah secara manual menggunakan kuku tangan.

5. Menentukan kadar kalsium :

Proses analisis kadar kalsium dilaksanakan di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin yang difasilitasi oleh Laboran yang telah berpengalaman. Proses analisisnya mengikuti tahapan berikut : a) Pertama-tama mengeringkan cawan porselin selama kira-kira 1 jam

dalam oven pada suhu 105 0C, kemudian mendinginkannya dalam desikator selama 15 menit.

b) Menimbang dengan teliti lebih kurang 1 gr bahan dan memasukkannya ke dalam cawan porselin kemudian memasukkan cawan tersebut ke dalam tanur dengan suhu 600 0C selama 3 jam sampai menjadi abu betul.

c) Memasukkan ke dalam desikator agar bahan tetap steril, selama ½ jam setelah agak dingin kemudian menambahkan 3 ml HCl pekat ke dalam abu tersebut.

d) Mengencerkan dengan air suling volume lebih kurang ½ cm, dari dinding atau cawan dan membiarkannya bermalam.

(34)

33

e) Menuangkannya ke dalam labu ukur 100 ml melalui corong yang dilengkapi dengan kertas saring kemudian membilas dengan air suling hingga volume mendekati 100 ml.

f) Menghimpitkan sampai tanda garis kemudian mengocok hingga homogen (siap untuk penetapan kalsium).

g) Memasukkan 20 ml larutan ke dalam gelas piala 100 ml dan menambahkan beberapa tetes larutan indikator methil merah kemudian menambahkannya juga tetes demi tetes larutan NH4OH

1 : 1 hingga warna berubah menjadi orange atau kekuning-kuningan. h) Menambahkan kembali larutan HCl 1 : 3 tetes demi tetes hingga

kembali merah dan tambah dua tetes berlebih.

i) Memanaskannya hingga mendidih, kemudian menambahkan 15 cc larutan amonium oxalat 4% dan memanaskannya lagi hingga membentuk endapan putih, kalau warna berubah maka akan mengembalikannya ke merah dengan menambahkan tetes demi tetes HCl 1 : 3

j) Memanaskannya hingga endapan mengkristal kemudian menyaring dengan kertas saring kemudian mencuci dengan air panas hingga endapan kristal larut semuanya, dengan uji tetes terakhir menggunakan larutan AgNO3 atau lakmus (dengan AgNO3 tidak

keruh lagi), biasanya dengan hilangnya warna merah.

k) Mengeringkan kertas saring bersama isinya (membiarkan bermalam atau mengovenkan).

(35)

34

l) Memasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 100 ml air suling dan 5 cc H2SO4 pekat kemudian memanaskan hingga suhu 70 – 80 0C

(thermometer) dan mentitrasi dengan larutan KMnO4 0,1000 N

hingga warna merah bertahan 30 detik. 3.4 Rumus yang Digunakan

P x a x N KMnO4 x 20 Kadar Kalsium = --- x 100% mg sampel Keterangan : P = Pengenceran 100/20 = 5 a = Volume penitrasi N (KMnO4) = 0,1000 N 3.5 Analisis Data

Kadar kalsium yang diperoleh akan ditabulasi menurut posisi sampel (bulir) pada malai. Selanjutnya, data kandungan kalsium tersebut akan diprofil menurut kelompok posisi bulir padi pada malai dalam bentuk diagram batang. Interpretasi deskriptif akan dilakukan terhadap pola kalsium pada kedua varietas yang diteliti, Ciherang dan Ciliwung.

(36)

35

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini, ada dua pola kandungan kalsium yang akan diuraikan mendetail berikut ini yaitu pola kandungan kalsium biji padi sepanjang batang malai dan sepanjang cabang malai. Sepanjang batang malai yang dimaksud disini adalah gabungan biji padi yang memiliki posisi cabang malai yang berbeda namun posisi bulirnya sama. Sedangkan yang dimaksud sepanjang cabang malai adalah gabungan biji padi yang memiliki posisi malai yang sama tetapi posisi bulir yang berbeda. Pengamatan kandungan kalsium dengan kedua pola tersebut di atas dijelaskan berikut ini.

4.1 Kandungan Kalsium Biji Padi

Untuk memberikan data kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciherang dan Ciliwung, berikut ini disajikan tabel hasil pengukurannya.

Tabel 2. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciliwung Cabang Malai.

KODE KANDUNGAN KALSIUM

(ppm) RATA-RATA

CL.Malai Atas B.Dalam 605.16

542.87 CL.Malai Atas B.Tengah 485.50

CL.Malai Atas B.Luar 537.94 CL.Malai Tengah B.Dalam 766.02

740.15 CL.Malai Tengah B.Tengah 839.37

CL.Malai Tengah B.Luar 615.06 CL.Malai Bawah B.Dalam 816.14

806.77 CL.Malai Bawah B.Tengah 949.57

(37)

36

Tabel 3. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciherang Sepanjang Cabang Malai.

KODE KANDUNGAN KALSIUM

(ppm) RATA-RATA

CH.Malai Atas B.Dalam 953.75

946.59

CH.Malai Atas B.Tengah 963.05

CH.Malai Atas B.Luar 922.97

CH.Malai Tengah B.Dalam 743.60

821.00

CH.Malai Tengah B.Tengah 905.70

CH.Malai Tengah B.Luar 813.70

CH.Malai Bawah B.Dalam 632.09

728.91

CH.Malai Bawah B.Tengah 719.01

CH.Malai Bawah B.Luar 835.62

Tabel 4. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciliwung Sepanjang Batang Malai.

KODE KANDUNGAN KALSIUM

(ppm) RATA-RATA

CL.Malai Atas B.Dalam 605.16

729,11

CL.Malai Tengah B.Dalam 766.02

CL.Malai Bawah B.Dalam 816.14

CL.Malai Atas B.Tengah 485.50

758,15

CL.Malai Tengah B.Tengah 839.37

CL.Malai Bawah B.Tengah 949.57

CL.Malai Atas B.Luar 537.94

602,53

CL.Malai Tengah B.Luar 615.06

(38)

37

Tabel 5. Data Pengukuran Kandungan Kalsium Varietas Ciherang Sepanjang Batang Malai.

KODE KANDUNGAN KALSIUM

(ppm) RATA-RATA

CH.Malai Atas B.Dalam 953.75

776,48

CH.Malai Tengah B.Dalam 743.60

CH.Malai Bawah B.Dalam 632.09

CH.Malai Atas B.Tengah 963.05

862,59

CH.Malai Tengah B.Tengah 905.70

CH.Malai Bawah B.Tengah 719.01

CH.Malai Atas B.Luar 922.97

857,43

CH.Malai Tengah B.Luar 813.70

CH.Malai Bawah B.Luar 835.62

4.1.1 Varietas Ciherang

Gambar 6 adalah grafik kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciherang berdasarkan posisi bulir dari dalam ke luar sepanjang cabang malai.

Pada grafik tersebut terlihat bahwa kandungan kalsium biji padi varietas Ciherang untuk posisi bulir dalam dan tengah sepanjang batang malai memiliki pola yang menurun secara konsisten mulai dari malai posisi atas sampai malai posisi bawah. Sedangkan pada bulir posisi luar, kandungan kalsiumnya juga memiliki pola yang cenderung menurun namun belum terlihat konsisten karena pada posisi malai bawah memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan kandungan kalsium yang dimiliki biji posisi luar pada posisi malai tengah.

(39)

38 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

CH.B.Dalam CH.B.Tengah CH.B.Luar

K an d u n gan K al si u m (p p m

) CH.Malai Atas B.Dalam

CH.Malai Atas B.Tengah CH.Malai Atas B.Luar CH.Malai Tengah B.Dalam CH.Malai Tengah B.Tengah CH.Malai Tengah B.Luar CH.Malai Bawah B.Dalam CH.Malai Bawah B.Tengah CH.Malai Bawah B.Luar \

Gambar 6. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang Sepanjang Cabang Malai.

Selanjutnya adalah grafik kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciherang berdasarkan posisi bulir dari dalam ke luar sepanjang batang malai.

Grafik tersebut menggambarkan kandungan kalsium biji padi pada malai posisi atas berbanding terbalik dengan kalsium yang terkandung pada malai posisi tengah. Dimana pada malai posisi atas kandungan kalsiumnya cenderung menurun, sedangkan pada malai posisi tengah cenderung meningkat. Sementara kandungan kalsium pada malai posisi bawah memiliki pola yang meningkat secara konsisten mulai dari bulir posisi dalam ke luar.

(40)

39

Gambar 7. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang Sepanjang Batang Malai.

Pada Gambar 7 di atas menggambarkan pola kandungan kalsium biji padi varietas Ciherang sepanjang batang malai dari atas ke bawah. Dimana dari malai atas ke bawah kandungan kalsiumnya terlihat menurun secara konsisten pada malai atas dan tengah sedangkan pada posisi malai bawah belum terlihat konsisten karena terjadi peningkatan pada posisi bulir bawah.

4.1.2 Varietas Ciliwung

Gambar 8 berikut ini adalah grafik kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung berdasarkan posisi bulir dari dalam ke luar cabang malai. 0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00 CH.Malai Atas CH.Malai Tengah CH.Malai Bawah K an d u n gan K al si u m (p p m )

CH.Malai Atas B.Dalam CH.Malai Tengah B.Dalam CH.Malai Bawah B.Dalam CH.Malai Atas B.Tengah CH.Malai Tengah B.Tengah CH.Malai Bawah B.Tengah CH.Malai Atas B.Luar CH.Malai Tengah B.Luar CH.Malai Bawah B.Luar

(41)

40

Pada grafik di bawah dapat dilihat kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung untuk semua posisi bulir dari posisi malai atas sampai bawah secara konsisten meningkat.

Gambar 8. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Sepanjang Cabang Malai.

Gambar 9 berikut adalah grafik kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung sepanjang batang malai. Grafik tersebut menggambarkan pola kandungan kalsium biji padi cenderung menurun mulai dari bulir posisi terdalam sampai terluar pada semua posisi malai mulai dari malai atas, tengah, dan malai posisi bawah.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

CL.B.Dalam CL.B.Tengah CL.B.Luar

K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Dalam CL.Malai Atas B.Tengah CL.Malai Atas B.Luar CL.Malai Tengah B.Dalam CL.Malai Tengah B.Tengah CL.Malai Tengah B.Luar CL.Malai Bawah B.Dalam CL.Malai Bawah B.Tengah CL.Malai Bawah B.Luar

(42)

41

Gambar 9. Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung Sepanjang Batang Malai.

4.2 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Batang Malai

Gambar 10 berikut ini disajikan grafik pola kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung dan Ciherang sepanjang batang malai. Pada grafik di bawah terlihat bahwa pada posisi bulir dalam, memiliki pola kandungan kalsium sepanjang batang malai dari atas ke bawah untuk varietas Ciliwung dan Ciherang yang berbanding terbalik. Pada padi varietas Ciliwung kandungan kalsium bulir dalamnya semakin meningkat sepanjang batang malai dari atas ke bawah. Sedangkan pada padi varietas Ciherang kandungan kalsium bulir dalamnya semakin menurun sepanjang batang malai dari atas ke bawah.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00 CL.Malai Atas CL.Malai Tengah CL.Malai Bawah K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Dalam CL.Malai Tengah B.Dalam CL.Malai Bawah B.Dalam CL.Malai Atas B.Tengah CL.Malai Tengah B.Tengah CL.Malai Bawah B.Tengah CL.Malai Atas B.Luar CL.Malai Tengah B.Luar CL.Malai Bawah B.Luar

(43)

42

Gambar 10. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Dalam.

Gambar 11 di bawah ini adalah grafik yang menunjukkan pola kandungan kalsium untuk bulir tengah pada biji padi varietas Ciherang dan Ciliwung sepanjang batang malai yang berbanding terbalik. Untuk varietas Ciliwung, pola kandungan kalsium bulir tengahnya sepanjang batang malai mulai dari malai atas ke bawah meningkat secara konsisten. Sedangkan untuk varietas Ciherang terjadi sebaliknya, dimana sepanjang batang malai dari atas ke bawah pola kandungan kalsium bulir tengahnya menurun secara konsisten.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

Malai Atas Malai

Tengah Malai Bawah K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Dalam CL.Malai Tengah B.Dalam CL.Malai Bawah B.Dalam CH.Malai Atas B.Dalam CH.Malai Tengah B.Dalam CH.Malai Bawah B.Dalam

(44)

43

Gambar 11. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Tengah.

Gambar 12 berikut adalah grafik pola kandungan kalsium biji padi varietas Ciherang vs Ciliwung sepanjang batang malai dari atas ke bawah untuk bulir posisi luar yang juga memperlihatkan hubungan yang berbanding terbalik. Pada biji padi varietas Ciherang terlihat pola kandungan kalsium bulir luarnya semakin ke bawah cenderung semakin menurun. Sedangkan untuk biji padi varietas Ciliwung pola kandungan kalsium bulir luarnya semakin ke bawah semakin meningkat secara konsisten.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

Malai Atas Malai Tengah Malai Bawah

K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Tengah CL.Malai Tengah B.Tengah CL.Malai Bawah B.Tengah CH.Malai Atas B.Tengah CH.Malai Tengah B.Tengah CH.Malai Bawah B.Tengah

(45)

44

Gambar 12. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Batang Malai untuk Bulir Luar.

4.3 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Cabang Malai

Pada Gambar 13 berikut disajikan grafik pola kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung dan Ciherang sepanjang cabang malai. Dari gambar di bawah, dapat dilihat kecenderungan pola kandungan kalsium yang menurun sepanjang cabang malai dari bulir posisi dalam sampai bulir posisi luar. Hal tersebut terjadi pada kedua jenis biji padi yang diteliti yaitu padi varietas Ciherang dan Ciliwung. Pada varietas Ciliwung malai posisi atas, kandungan kalsium terendah berada pada bulir posisi tengah. Sedangkan pada malai posisi atas varietas Ciherang, kandungan kalsium terendah adalah pada bulir posisi luar.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

Malai Atas Malai

Tengah Malai Bawah K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Luar CL.Malai Tengah B.Luar CL.Malai Bawah B.Luar CH.Malai Atas B.Luar CH.Malai Tengah B.Luar CH.Malai Bawah B.Luar

(46)

45

Gambar 13. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Cabang Malai untuk Malai Atas.

Gambar 14 di bawah ini adalah gambar yang menunjukkan pola kandungan kalsium pada biji padi varietas Ciliwung dan Ciherang sepanjang cabang malai untuk malai posisi tengah. Grafik tersebut menunjukkan pola kandungan kalsium pada biji padi sepanjang malai posisi tengah dari bulir posisi dalam ke posisi luar cenderung semakin meningkat baik untuk varietas Ciliwung maupun pada varietas Ciherang. Pada bulir posisi dalam dan tengah pada masing-masing varietas menunjukkan peningkatan dan menurun pada bulir posisi luarnya.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

B.Dalam B.Tengah B.Luar

K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Atas B.Dalam CL.Malai Atas B.Tengah CL.Malai Atas B.Luar CH.Malai Atas B.Dalam CH.Malai Atas B.Tengah CH.Malai Atas B.Luar

(47)

46

Gambar 14. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Cabang Malai untuk Malai Tengah.

Pada Gambar 15 di bawah terlihat pola kandungan kalsium biji padi varietas Ciliwung cenderung meningkat sepanjang cabang malai posisi bawah pada posisi bulir dalam dan tengah, kemudian jauh lebih rendah pada bulir posisi luarnya. Untuk varietas Ciherang terlihat pola kandungan kalsium biji padinya untuk malai posisi bawah secara konsisten meningkat dari bulir posisi dalam sampai bulir posisi luarnya.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

B.Dalam B.Tengah B.Luar

K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Tengah B.Dalam CL.Malai Tengah B.Tengah CL.Malai Tengah B.Luar CH.Malai Tengah B.Dalam CH.Malai Tengah B.Tengah CH.Malai Tengah B.Luar

(48)

47

Gambar 15. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Sepanjang Cabang Malai untuk Malai Bawah.

4.4 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang

Gambar 16 berikut ini disajikan grafik perbandingan pola kandungan kalsium biji padi varietas Ciliwung dan Ciherang sepanjang batang malai dari atas ke bawah dimana kandungan kalsium pada setiap malainya dari bulir dalam hingga bulir luar telah dirata-ratakan.

Grafik tersebut di bawah menggambarkan adanya perbedaan yang signifikan antara pola kandungan kalsium Ciliwung dengan Ciherang sepanjang batang malainya yang berbanding terbalik. Dimana pola kandungan kalsium Ciliwung konsisten meningkat dari malai posisi atas hingga malai posisi bawah. Sedangkan pada varietas Ciherang, kandungan kalsiumnya pada posisi malai yang semakin ke bawah akan semakin menurun

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

B.Dalam B.Tengah B.Luar

K an d u n gan K al si u m (p p m )

CL.Malai Bawah B.Dalam CL.Malai Bawah B.Tengah CL.Malai Bawah B.Luar CH.Malai Bawah B.Dalam CH.Malai Bawah B.Tengah CH.Malai Bawah B.Luar

(49)

48

secara konsisten. Hal ini sesuai dengan pernyataan Basith (2010) bahwa indikasi yang ditunjukkan varietas Ciherang adalah semakin jauh dari ujung atas batang malai, tingkat kekerasannya semakin turun. Pola ini juga diduga memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tingkat beras patah hasil penggilingan varietas Ciherang yang selalu lebih tinggi dari pada varietas Ciliwung sebagaimana ditemukan oleh Asma (2009).

Gambar 16. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang vs Ciliwung Sepanjang Batang Malai.

Pada Gambar 17 di bawah, disajikan sebuah grafik perbandingan pola kandungan kalsium biji padi varietas Ciliwung dan Ciherang sepanjang cabang malai dari posisi bulir dalam hingga posisi luar dimana kandungan kalsium pada setiap posisi bulirnya mulai pada malai posisi atas hingga posisi bawah telah dirata-ratakan.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1000.00

Malai Atas Malai Tengah Malai Bawah

K an d u n gan K al si u m (p p m ) Ciliwung Ciherang

(50)

49

Grafik berikut ini menggambarkan adanya perbedaan pola kandungan kalsium antara varietas Ciliwung dengan varietas Ciherang sepanjang cabang malainya. Dimana pola kandungan kalsium untuk varietas Ciliwung sepanjang cabang malai dari posisi bulir dalam hingga terluar cenderung meningkat. Hal ini berbanding lurus dengan pola kandungan kalsium varietas Ciherang yang juga cenderung meningkat dari posisi bulir dalam hingga terluar. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik fisik varietas Ciliwung yang tebal dan pendek sehingga tidak mudah patah, sedangkan varietas Ciherang lebih mudah patah karena fisik berasnya yang lebih panjang dan kurus. Sesuai dengan Anonimc (2010) bahwa beras Ciherang lebih panjang dan kurus dibandingkan beras Ciliwung yang pendek dan tebal sehingga Ciherang lebih mudah patah.

Gambar 17. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang vs Ciliwung Sepanjang Cabang Malai.

0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00

B.Dalam B.Tengah B.Luar

K ad u n an K al si u m (p p m ) Ciliwung Ciherang

(51)

50

4.5 Pola Kandungan Kalsium Biji Padi Varietas Ciliwung vs Ciherang Keseluruhan dalam Satu Batang

Gambar 18 berikut ini menggambarkan perbedaan kandungan kalsium pada satu batang padi varietas Ciherang dengan kandungan kalsium pada satu batang padi varietas Ciliwung. Jelas terlihat perbedaan yang sangat jauh antara keduanya. Dalam satu batang tanaman padi varietas Ciliwung hanya mengandung sekitar 696,59 ppm. Sedangkan pada varietas Ciherang mengandung kalsium sekitar 832,16 ppm. Kandungan kalsium varietas Ciherang 136.43 ppm lebih tinggi dibandingkan varietas Ciliwung. Perbedaan ini terjadi karena beberapa faktor. Sesuai dengan pendapat Astawan (2004) yang menyatakan bahwa tinggi rendahnya kalsium beras bergantung pada beberapa faktor yaitu spesies dan varietas, kondisi lingkungan, waktu dan cara pemanenan, metode pengeringan, serta cara penyimpanan gabah.

Gambar 18. Pola Kandungan Kalsium pada Biji Padi Varietas Ciherang vs Ciliwung Sepanjang Cabang Malai.

600.00 650.00 700.00 750.00 800.00 850.00

Keseluruhan dalam 1 batang

K an d u n gan K al si u m (p p m ) Ciliwung Ciherang

(52)

51

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Pola kandungan kalsium biji padi sepanjang cabang malai berbanding lurus antara varietas Ciherang dengan varietas Ciliwung yaitu cenderung semakin meningkat mulai dari bulir dalam ke luar.

2. Pola kandungan kalsium biji padi sepanjang batang malai dari atas ke bawah berbanding terbalik antara varietas Ciherang yang cenderung semakin menurun dengan varietas Ciliwung yang cenderung semakin meningkat untuk semua posisi bulir.

3. Tanaman padi varietas Ciherang memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan jenis Ciliwung.

(53)

52

DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2009. Padi, http://id.wikipedia.org/wiki/. Diakses 27 Desember 2009. Anonimb, 2010. Teknik Budidaya Tanaman Pangan, http://125.163.203.113/

buku/budidaya%tanaman%202/bab%208.pdf. Diakses 5 Januari 2010. Anonimc. 2010. Beras Organik.

http://bumiganesa.com/?tag=beras-organik-ciherang. Diakses tanggal 31 Juli 2012.

Anonimd. 2012. Budidaya Padi.

http://warintek.bantulkab.go.id/web.php?mod

=basisdata&kat=1&sub=2&file=34. Diakses tanggal 3 Agustus 2012.

Anonime. 2012. Tanah dan Tanaman. http://webcache.googleusercontent. com/search?q=cache:vmoP9X5eHnoJ:www.fp.unud.ac.id/ind/wp

content/uploads/2012/04/Bahan_Kuliah_Kesuburan_dan_Pemupukan-2.pdf+&hl=id&gl=id. Diakses tanggal 3 Agustus 2012.

Abbott, Judith A. and D. Roger Harker., 2005. Texture. The Holticulture and Food Reseacrh Institute of New Zealand Ltd.

Allidawati dan B. Kustianto, 1989. Metode uji mutu beras dalam program pemuliaan padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Asmawati. 2009. Analisi Kesetimbangan Massa pada Pabrik Penggilingan Gabah UD. Sumber Hidup di Kec. Bantimurung Kab. Maros. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Astawan. 2004. Proses Pengolahan Beras untuk Mendapatkan Mutu yang Baik. Universitas Sumatera Utara. Sumatera.

Basith. 2010. Mempelajari Karakteristik Tingkat Kekerasan Padi Varietas Ciliwung Dan Ciherang Berdasarkan Letak Bulir Pada Malai. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar.

Damardjati dan Purwani, 1991. Mutu Beras Dalam Padi, Edisi Ke-3. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Genisa, Jalil. 2001. Teknologi Pengolahan Tepung dan Serealia. Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makassar.

Hanny. 2002. Beras Makanan Pokok Sumber Protein.

(54)

http://www.gizi.net/cgi-53

bin/berita/fullnews.cgi?newsid1028376933,9249. Diakses pada

tanggal 14 agustus 2010.

Ismail Azis. 2010. Perilaku Karakteristik Butir Padi Berdasarkan Posisinya pada Malai. Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. Makassar. Soemardi dan Ridwan Thahir. 1991 . Penangan Pascapanen Padi. Pusat

Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Sugeng HR, 1998. Bercocok Tanam Padi. Aneka Ilmu. Semarang.

Simanjuntak, Linus. 2010. Usaha Tani Terpadu PATI (Padi, Azolia, Tiktok, dan Ikan) Agromedia Pustaka. Depok.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2004. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Quida, Candra N. 2011. Klorofil dan Proses Fotosintesis. http://fandicka. wordpress.com/2011/04/07/klorofil-dan-proses-fotosintesis/.Diakses tanggal 3 Agustus 2012.

(55)

54

LAMPIRAN

(56)

55

(57)

56

Gambar

Tabel 1. Kandungan Mineral Makro Beras Giling Varietas Unggul Baru  (ppm)  No.  Varietas  Ca  Mg  Na  K  P  S  1
Gambar 1. Contoh Batang Malai Tangkai Malai
Gambar 2. Urutan Posisi Gabah pada Malai.
Gambar 3. Kelompok 1 pada setiap posisi malai sepanjang batang.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Taman Villa Maruya Blok D1/1, Kembangan Christian Hamdani 1801380163 Jakarta Barat.. SMP AL

Data tentang informasi praktek penggorengan adalah meliputi: penggunaan minyak, jenis minyak goreng (curah/kemasan), jumlah, penggunaan, jumlah dan waktu penuangan

Berdasarkan analisis dan uraian pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan mengenai Eksistensi Pura Agung Kentel Gumi di Desa Pakraman Tusan Kecamatan Banjarangkan

 plasenta yang sedikit yang sedikit dan dan tidak tidak meluas. Kehamilan dengan dengan perdarahan perdarahan seperti seperti ini tetap ini tetap beresiko beresiko walaupun

Karena proses kolonialisrne menurut Ashcroft dan kawan- ka*an biasaoya dimulai dengan bahasa Ddam banyak proses kolonisasi balusa, 'sutama bahasa lnggris, menjadi alat

a) Komponen 1: memperkasakan hubungan dua hala di antara pihak industri dengan program latihan. Hal ini merupakan aspek yang penting dalam memberikan arah dan