• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita. Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERBANDINGAN POTENSI EMISI GAS METANA DARI

SEKTOR PERSAMPAHAN KOTA DEPOK ANTARA SKENARIO

BUSINESS AS USUAL (BAU) YANG MENGACU PADA RPJMD DAN

SKENARIO OPTIMALISASI DAN INTERVENSI

Tagor, Gabriel B.A. Kristanto, Evy Novita

Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424, Jawa Barat, Indonesia

E-mail :tagorng@yahoo.com

Abstrak

Sektor limbah menyumbang sekitar 11% emisi gas rumah kaca (GRK) yang merupakan sumber emisi GRK keempat terbesar di Indonesia. Indonesia telah berjanji untuk menurunkan emisi sebesar 26% tanpa bantuan internasional dan 41% dengan bantuan internasional pada tahun 2020. Sehingga, pengelolaan sampah merupakan salah satu solusi bagi Indonesia untuk mencapai target tersebut. Akan tetapi, emisi GRK dari berbagai propinsi di Indonesia belum tersedia termasuk Kota Depok. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui timbulan dan komposisi sampah Kota Depok; 2)mengetahui besar potensi emisi gas metana berdasarkan dua sekanrio yaitu skenario business as usual (BAU) dan skenario optimalisasi dan intervensi (O&I) ;dan 3) membandingkan jumlah emisi gas metana antara dua skenario.

Penelitian dilakukan dengan skenario BAU mengacu pada “Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Depok” (RPJMD). Sedangkan, skenario O&I dilakukan dengan pengembangan dan peningkatan di dalam sektor limbah Kota Depok dengan beberapa intervensi seperti peningkatan kinerja UPS, mengurangi timbulan sampah yang dibakar dan penutupan operasional TPA Cipayung. Timbulan dan komposisi sampah diproyeksikan dengan LCA-IWM prognostic tools. Emisi gas metana dihitung dengan metode IPCC.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa timbulan limbah mencapai 267.728,9 kg dengan organik )73,24% merupakan komposisi paling dominan pada tahun 2016. Jumlah emisi gas metana dengan skenario BAU dan O&I adalah 5.626.282 kg CH4 dan 3.964.294,98 kg CH4. TPA merupakan kegiatan yang menyumbang emisi paling besar pada kedua skenario yaitu sekitar 76,51% dan 67,32% untuk skenario BAU dan O&I. Sedangkan kegiatan pengangkutan sampah menyumbang emisi paling kecil yaitu 0,03% (skenario BAU) dan 0,04% (skenario O&I). Untuk mengurangi emisi gas metana, beberapa intervensi seperti peningkatan pelayanan persampahan, law enforcement untuk stop pembakaran sampah, peningkatan kinerja UPS dengan praktik pengelolaan yag baik dan pengelolaan sampah di TPA dengan penutupan daily cover soil dan final capping perlu dipertimbangkan oleh Pemerintah Kota Depok.

(2)

Abstract

Waste sector contributes approximately 11% to national greenhouse gas emission (GHG) which becomes fourth largest source of GHG emission. Indonesia promised to reduce emission by 26% without international assistance and 41% with international assistance by 2020. Therefore, managing waste sector is one of the biggest challenges and opportunities for Indonesia to achieve this target. Unfortunately, GHG emission from most of provinces or cities across the nation are not readily available, including City of Depok. The objectives of this study are: 1) to determine waste generation and composition in city of Depok; 2) to estimate the potency of methane gas emission from waste sector in city of Depok based on two scenarios, which are Business As Usual (BAU) and optimization and intervention (O&I) scenario; and 3) to compare the amount of methane gas emitted between both scenarios.

BAU scenario developed based on “City of Depok Medium-Term Development Plans” (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Depok). Meanwhile, O&I scenario developed based on optimistic scenario in development and improvement of waste sector in City of Depok by means to put several interventions such as enhancing MRF performance, reducing households waste burning, and Cipayung Landfill closure. Waste generation and composition projected with LCA-IWM waste prognostic tools. Methane emission is calculated based on IPCC method.

The results showed that waste generation reached 268,728.9 kg with organic fraction (73.24%) dominated of waste composition by 2016. The amount of methane emission with BAU and O&I scenario are 5,626,282 kg CH4 and 3,964,294.98 kg CH4, respectively. Landfill is an activity that contributed the most methane emission for both scenarios, which account approximately 76.51% and 67.32% for BAU and O&I scenario, respectively. Furthermore, transportation activities contributed the least methane emission which are 0.03% (BAU scenario) and 0.04% (O&I scenario). In order to reduce methane emission from waste sector, some interventions such as development and improvement in waste management, law enforcement to stop open burning for household waste, improvement in MRF performance by good management practices, and managing landfill daily cover during active operation and final capping after landfill closure are needed to consider by Municipality of Depok.

Key Words : Waste, Greenhouse gases, Emission reduction

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Emisi GRK di Indonesia secara nasional terutama berasal dari sektor kehutanan dan tata guna lahan sebesar 46%. Sumber utama GRK di Indonesia terutama berasal dari kehutanan dan tata guna lahan. Sektor limbah menyumbang emisi GRK 11% secara nasional yang menempatkan sektor limbah ini menjadi urutan keempat dalam kontribusi terhadap emisi GRK.

(3)

Berdasarkan penelitian Dewi (2010), pada tahun 2005 sektor limbah menyumbangkan gas metana sebesar 95%, CO2 sebesar 1% dan N2O sebesar 4,18%.

Dalam kurun waktu 10 tahun, penduduk Kota Depok naik sebesar 66,84 persen. Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 Kota Depok menunjukkan jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.736.565 jiwa, sedangkan hasil Sensus Penduduk 2000, jumlah penduduk Kota Depok sebesar 1.160.791 jiwa.  Jumlah sampah yang terus meningkat merupakan salah satu konsekuensi dengan meningkatnya jumlah penduduk Kota Depok. Pada sektor persampahan di Kota Depok, emisi GRK terutama gas metana dikhawatirkan akan terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah sampah yang masuk ke TPA Cipayung.

Praktek-praktek pengelolaan yang masih belum baik merupakan salah satu sumber emisi GRK terutama gas metana dari sektor persampahan. Dengan target penurunan emisi GRK dari Rencana Aksi Nasional Kurangi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), penurunan emisi pada tahun 2020 harus mencapai angka 41%.

Untuk mencapai angka tersebut, data-data terkait kondisi persampahan di Indonesia menjadi hal yang fundamental bagi Indonesia untuk mengetahui besarnya emisi GRK terutama gas metana yang merupakan emisi gas GRK terbesar dari sektor persampahan sehingga dapat dihasilkan sebuah solusi atau alternatif pengelolaan persampahan target RAN-GRK dapat tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting dilakukan sehingga dapat diperkirakan seberapa besar emisi gas metana yang berpotensi diemisikan dari sektor persampahan di Kota Depok. Saat ini, besarnya emisi belum tersedia dengan baik dan pemerintah pusat melalui Dewan Nasional Perubahan Iklim Indonesia mengharapkan tersedianya data tersebut sebagai bagian dari program pemerintah.

1.2 Permasalahan

Di Kota Depok, pengelolaan sampah bersifat tradisional seperti pembakaran sampah dan penimbunan sampah di kebun masih dilakukan oleh masyarakat setempat. Berdasarkan data survey Status Lingkungan Hidup Kota Depok (Bappeda, 2010), dari total sampel 356.372 RT, terdapat sekitar 55.142 RT yang masih menerapkan penimbunan sampah dan terdapat sekitar 29.220 RT yang menerapkan pembakaran sampah.

Pembakaran sampah merupakan salah satu sumber terhadap pembentukan gas rumah kaca. Selain pembakaran sampah, penimbunan sampah juga merupakan kegiatan yang

(4)

menghasilkan gas rumah kaca. Gas-gas yang dihasilkan dari proses penimbunan dan pembakaran ini merupakan CO2, CH4 dan N2O.

Dengan meningkatnya timbulan sampah di Kota Depok, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok telah menerapkan pembangunan unit pengolahan sampah (UPS) untuk meningkatkan pelayanan persampahan yang bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang dikelola oleh masyarakat dengan cara dibakar dan ditimbun di lahan kosong dan juga unutk mengurangi jumlah sampah yang dibuang di TPA.

Semua kegiatan persampahan di Kota Depok menghasilkan emisi GRK terutama gas metana sehingga rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana komposisi dan timbulan sampah Kota Depok? (2) seberapa besar potensi emisi gas metana dari sektor persampahan saat ini dengan menggunakan skenario Business as Usual (BAU)? (3) seberapa besar potensi emisi gas metana dengan adanya skenario optimalisasi dan intervensi? (4) seberapa besar perbandingan emisi CH4 antara skenario BAU dengan skenario optimalisasi dan intervensi?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui komposisi dan karakteristik sampah Kota Depok (2) mengetahui besar potensi emisi gas metana dari sektor persampahan saat ini dengan menggunakan skenario Business as Usual (3) mengetahui besar potensi emisi gas metana dari sektor persampahan dengan adanya skenario optimalisasi dan intervensi (4) mengetahui besar perbandingan emisi CH4 antara skenario BAU dengan skenario optimalisasi dan intervensi.

2. Tinjauan Teoritis

Tugas dari IPCC pada tahun 1988 terdiri dari beberapa hal yaitu :

• Identifikasi ketidakpastian dan celah antara pengetahuan yang sudah ada terkait perubahan

iklim dan dampak yang mungkin terjadi, dan persiapan rencana untuk memenuhi kerenggangan ini.

• Identifikasi informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi implikasi peraturan perubahan iklim

dan strategi sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim.

• Membuat tinjauan terhadap peraturan nasional dan internasional terkait dengan isu gas rumah

(5)

• Penilaian secara sains dan lingkungan dari segala aspek isu gas rumah kaca dan mentransfer

penilaian dan informasi yang berkaitan lainnya kepada organisasi pemerintahan dan antar pemerintahan untuk diambil sebuah penilaian di dalam peraturan terkait pengembangan sosial dan ekonomi dan program lingkungan.

Kegiatan utama dari IPCC adalah untuk menyediakan sebuah penilaian dalam mengetahui perubahan iklim. IPCC juga mempersiapkan Laporan dan dokumen teknis mengenai topik dimana informasi sains dan nasehat penting dan memberikan dukungan terhadap United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) melalui kerja dalam metodologi inventarisasi GRK.

LCA-IWM Waste Prognostic Tool merupakan sebuah software untuk memperkirakan timbulan limbah padat perkotaan di masa yang akan datang. Waste Prognostic Tool ini memungkinkan perkiraan pertumbuhan timbulan limbah padat dan estimasi komposisi limbah sehingga pertimbangan perubahan dalam jangka panjang seperti kondisi demografi, sosial dan ekonomi dari suatu daerah memberikan akurasi dalam prediksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan estimasi yang biasa digunakan (Den Boer, 2005).

Di dalam proyeksi timbulan limbah padat terdapat beberapa faktor yang digunakan sebagai parameter Waste Prognostic Tool ini (Den Boer, 2005):

1. Produk domestik bruto : Indikator kekuatan ekonomi sebuah wilayah yang telah digunakan untuk menilai perkembangan aliran limbah.

2. Indikator sosial : Indikator pengaruh sosial tidak pernah dipertimbangkan di dalam penilaian aliran limbah pada masa lalu. Pada permodelan ini terdapat beberapa faktor sosial seperti angka kematian bati, angka harapan hidup dan persentase masyarakat yang bekerja di bidang pertanian telah menunjukkan dampak yang signifikan terutama di negara yang berkembang secara cepat.

3. Umur : Hubungan positif antara kelompok orang yang berusia 15 hingga 59 tahun dan jumlah limbah yang dihasilkan .

4. Ukuran rumah tangga : Sejumlah orang yang tinggal di dalam rumah tangga merupakan indikasi bahwa semakin banyak limbah yang dihasilkan.

3. Metodologi

Dalam penelitian ini, perhitungan emisi gas metana akan menggunakan metode IPCC (2006) untuk menghitung emisi gas metana dari sektor persampahan Kota Depok. Kegiatan yang

(6)

akan ditinjau dari sektor persampahan dalam penelitian ini adalah dari pengangkutan sampah, unit pengolahan sampah (UPS), sampah yang dibakar dan ditimbun di lahan kosong dan tempat pembuangan akhir (TPA).

Proyeksi timbulan sampah Kota Depok akan dilakukan dengan LCA-IWM waste prognostic tool untuk mengetahui timbulan sampah di Kota Depok dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2020. Data yang digunakan untuk proyeksi dapat dilihat pada Tabel 1. Sedangkan timbulan sampah pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 1. Data Yang Digunakan Pada Proyeksi Timbulan dan Komposisi Sampah Kota Depok

Parameter Sumber Besaran Satuan

Jumlah penduduk Kota Depok Kota Depok dalam Angka tahun 2010 1.775.000 (a) jiwa Kuantitas dan komposisi sampah Kota

Depok

Elkausar Dapat dilihat

pada Tabel 2 (b)

Jumlah penduduk berusia 15-59 tahun Kota Depok dalam Angka tahun 2010 67,5 (c) % Ukuran rata-rata rumah tangga Hasil Sensus Penduduk 2010 3,94 (d) Jiwa/rumah

tangga Angka Kematian Bayi Informasi Laporan Penyelengaraan

Pemerintahan Daerah Akhir Masa Jabatan WaliKota Depok Tahun 2006

- 2011

26,6 (e) Dari 1000 kelahiran

Angka Harapan Hidup Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2009

73,1 (f) tahun

GDP secara USD PPP World Data Bank 4180 (g) USD PPP

Angka Kematian Bayi Secara Nasional

Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun

2011

34 (h) Dari 1000 kelahiran Tenaga kerja di bidang pertanian World Data Bank 36,5 (i) % Sumber :a) Bappeda (2010), b) Elkausar (2010), c) BPS (2010), d)BPS (2010), e) Bappeda (2009), f) Bappeda

(2010), g) World Bank (2013), h) Kementerian Kesehatan (2011), i) World Bank (2013) Tabel 2. Timbulan Sampah Berdasarkan Komposisi Pada Tahun 2010

Komposisi Organik Dedaunan Kayu Kertas Plastik Logam Kaca Elektronik Lainnya

Timbulan Sampah (ton) 147.700 1.827 273 10.800 11.200 2.000 2.600 3.900 16.300

Sumber : Elkausar, 2010

Perhitungan emisi gas metana dari pengangkutan sampah akan menggunakan pendekatan Tier 1 dari laporan IPCC terkait dengan mobile combustion. Perhitungan emisi gas metana dengan pendekatan Tier 1 dapat dirumuskan sebagai berikut :

!"#$#=   [!"#$!.!"!]

Dimana :

(7)

Fuela = konsumsi bahan bakar, (TJ) a = tipe bahan bakar

Perhitungan emisi gas metana dari open burning akan menggunakan pendekatan Tier 1 dari laporan IPCC terkait dengan insinerasi dan open burning. Perhitungan emisi gas metana dengan pendekatan Tier 1 dapat dirumuskan sebagai berikut :

!"#$#  !"!=   (!!!.!!!).10!!

Dimana:

IWi = banyak limbah padat tipe i yang insinerasi atau dibakar, Gg/tahun EFi = jumlah faktor emisi CH4, kg CH4/Gg limbah

10-6 = konversi dari kilogram menjadi gigagram

i = kategori tipe limbah yang diinsinerasi atau dibakar

Perhitungan emisi gas metana dari pengomposan akan menggunakan pendekatan dari laporan IPCC terkait dengan pengolahan biologis limbah. Perhitungan emisi gas metana dengan pendekatan dapat dirumuskan sebagai berikut :

!"#$#  !!!= !!.!!! .10!!−!

Dimana :

Mi = massa limbah organik yang diolah secara biologis tipe I, Gg EF = faktor emisi untuk pengolahan i, g CH4/kg limbah yang diolah i = pengomposan atau pengolahan secara anaerobik

R = total CH4 yang dikelola setiap tahun, Gg CH4

Perhitungan emisi gas metana dari landfill akan menggunakan pendekatan Tier 1 dari laporan IPCC terkait dengan Solid Waste Disposal. Perhitungan emisi gas metana dengan pendekatan Tier 1 dapat dirumuskan sebagai berikut :

!"#=   !"#!.!!

!!"#!"  ! =!!.!"#.!"#!.!"#

!!"#!"  !=!!"#!"!+!!"#!"!!!.(1−!!!)

!!"#!"#$%!&  !=!!"#!"!!!.(1−!!!) !"!!"#$  !"#$"%!&'=!!"#!"#$%!&'.!.16/12 Dengan :

DOCi = bagian degradable organic carbon pada limbah tipe i Wi = bagian tipe limbah i berdasarkan kategori

(8)

WT = berat limbah yang terbuang pada tahun T, Gg

DOC = Degradable organic carbon pada tahun pembuangan (bagian) Gg C/Gg Limbah DOCf = bagian DOC yang dapat terdekomposisi di dalam kondisi anaerobik (bagian) MCF = faktor koreksi metana untuk tahun pembuangan (fraksi)

DDOCmaT = DDOCm yang terakumulasi pada akhir tahun T DDOCmdT = berat DDOC yang terbuang di tempat pembuangan T

DDOCmaT-1 = DDOCm terakumulasi di tempat pembuangan pada tahun (T−1) DDOCm decompT = DDOCm yang terdekomposisi pada tahun T

F = fraksi gas metana di dalam gas landfill.

Emisi gas metana dari sektor persampahan Kota Depok akan dibandingkan antara 2 skenario yaitu skenario Business As Usual (BAU) dan skenario optimalisasi dan intervensi. Pada skenario BAU, kegiatan persampahan Kota Depok akan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Depok (RPJMD). Sedangkan, pada skenario optimalisasi dan intervensi akan terdapat beberapa intervensi dan peningkatan seperti peningkatan pelayanan persampahan, peningkatan kinerja UPS dan stop pembakaran sampah. Skema kegiatan persampahan Kota Depok berdasarkan skenario BAU dan skenario optimalisasi dan intervensi dapat dilihat pada Gambar 1.

Skenario business as usual (BAU) Skenario optimalisasi dan intervensi (O&I)

Gambar 1. Skema Pengelolaan Persampahan Kota Depok Antara Skenario Business As Usual (BAU) dan Skenario Optimalisasi dan Intervensi

(9)

4. Hasil Penelitian

• Skenario business as usual (BAU)

Dengan menggunakan data pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang dimasukkan ke dalam LCA-IWM waste prognostic tool. Timbulan sampah Kota Depok pada tahun 2020 mencapai angka 332.149,5 ton dengan komposisi sampah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Proyeksi Komposisi Sampah Kota Depok Pada Tahun 2020 Sumber : Hasil Analisa, 2013

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok didapatkan bahwa jumlah pemakaian BBM dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 untuk 1 ritasi adalah sebesar 9,65 liter/ritasi. Dengan mengasumsikan pengangkutan sampah akan dilakukan dengan menggunakan dump truck yang berkapasitas 6 m3, maka jumlah ritasi dan pemakaian bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Proyeksi Volume Sampah Yang Diangkut dan Konsumsi BBM Tahun Volume sampah

yang terlayani (m3/tahun)

Volume dump truck

(m3)

Jumlah ritasi Pemakaian bahan bakar (lt/ritasi) Penggunaan bahan bakar (lt/tahun) 2010 357.901,72 6 59.650,29 9,65 575.478,74 2011 467.462,95 77.910,49 751.644,87 2012 617.940,88 102.990,15 993.601,92 2013 743.655,60 123.942,60 1.195.741,62 2014 820.203,81 136.700,63 1.318.825,31 2015 915.870,58 152.645,10 1.472.650,21 2016 965.247,37 160.874,56 1.552.044,33

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Rata-rata sampah yang mampu diolah UPS pada tahun 2010 adalah 4.233 m3 dan pada tahun 2011 rata-rata sampah yang mampu diolah mencapai 4.564 m3. Dengan membandingkan pengelolaan persampahan pada tahun 2010 dan tahun 2011 tersebut, dapat terlihat adanya peningkatan pengelolaan persampahan oleh UPS sekitar 7,25% per tahun yang akan digunakan

72%   1%   0%   8%   7%   1%   1%   2%   8%   Organik  Dedaunan   Kayu   Kertas   Plas9k   Logam   Kaca   Elektrik   Residu  

(10)

 

   

 

sebagai dasar untuk memproyeksikan peningkatan jumlah sampah yang dapat ditangani oleh setiap UPS sampai dengan tahun 2016. Komposisi sampah yang dikelola oleh UPS didapatkan melalui beberapa penelitian sebelumnya sehingga proyeksi berat sampah berdasarkan komposisi yang dikelola oleh UPS Kota Depok dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Proyeksi Jumlah Sampah Berdasarkan Komposisi Masuk Ke UPS Komposisi

Sampah

Timbulan sampah yang terolah berdasarkan UPS pada tahun (ton/tahun)

2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Organik 9.036,08 10.762,99 12.632,14 19.601,63 32.015,57 36.931,50 42.352,87 47.530,80 Kayu 57,89 68,95 80,92 125,57 205,10 236,59 271,32 304,50 Kertas 694,17 873,68 1.075,27 1.749,64 2.996,64 3.624,83 4.359,04 5.129,79 Plastik 1.427,69 1.740,81 2.085,97 3.304,75 5.510,88 6.490,39 7.599,25 8.707,17 Logam 31,61 36,06 40,63 60,52 94,89 105,08 115,68 124,62 Kaca 123,24 147,57 174,02 271,32 445,27 516,09 594,66 670,55 Elektronik 10,32 12,36 14,57 22,72 37,29 43,22 49,80 56,16 Residu 2.587,76 3.092,06 3.639,42 5.663,54 9.276,78 10.731,82 12.342,40 13.890,95 Sumber : Hasil Analisis, 2013

Perbandingan jumlah masyarakat yang melakukan pembakaran dan penimbunan sebesar 36,41% dan 63,58% pada tahun 2010 (Bappeda,2010), maka diproyeksikan kegiatan penimbunan dan pembakaran secara proporsional akan mengalami penurunan sesuai dengan persentase masyarakat yang belum termasuk dalam pelayanan DKP. Jumlah sampah yang dikelola oleh masyarakat dengan cara dibakar dan ditimbun di lahan kosong dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel Error! No text of specified style in document.. Proyeksi Jumlah Sampah Yang Dibakar dan Ditimbun Tahun Timbulan sampah

Kota Depok (ton/tahun) Komposisi Pembakaran Sampah (%) Jumlah Sampah yang Dibakar (ton/tahun) Komposisi Penimbunan Sampah (%) Jumlah Sampah Yang Ditimbun (ton/tahun) 2009 186.172 - - 41,97 78.131,55 2010 196.600 22,58 44.384,57 39,42 77.507,43 2011 207.028 19,30 39.954,14 33,70 69.770,70 2012 218.043,26 14,93 32.552,42 26,07 56.845,31 2013 229.681,52 13,11 30.108,24 22,89 52.577,11 2014 241.980,93 12,02 29.077,15 20,98 50.776,55 2015 254.982,24 10,56 26.925,56 18,44 47.019,29 2016 268.728,95 10,56 28.377,18 18,44 49.554,21

(11)

 

   

 

Dengan mengetahui jumlah sampah yang dikelola di UPS dan dikelola oleh masyarakat dengan cara dibakar dan ditimbun maka jumlah sampah yang dibuang di TPA berdasarkan komposisi dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Proyeksi Jumlah Sampah Berdasarkan Komposisi Yang Dibuang Di TPA Komposisi

sampah 2009 2010 Jumlah Sampah Yang Masuk Ke TPA (ton/tahun) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Organik 39.311,9 46.057,2 61.089,1 77.476,7 78.449,7 84.378,4 92.498,5 93.928,3 Kayu 88,27 103,74 134,60 177,24 201,68 221,48 246,21 258,27 Kertas 2.610,63 3.230,32 4.508,33 5.960,48 6.203,23 6.969,4 7.990,36 8.454,54 Plastik 2.109,94 2.515,19 3.551,77 4.274,9 3.294,87 3.382,65 3.606,06 3.293,71 Logam 643,63 723,94 905,95 1.136,06 1.212,18 1.272,84 1.354,72 1.356,07 Kaca 713,02 840,43 1.113,97 1.432,82 1.503,12 1.633,78 1.806,57 1.860,35 Elektrik 1.244,07 1.469,64 1.917,41 2.533,49 2.885,29 3.181,57 3.552,05 3.740,19 Residu 5.253,82 6.194 8.059,37 10.643,17 12.145,48 13.375,97 14.911,61 15.687,02

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Dengan mengetahui jumlah sampah dari setiap kegiatan persampahan Kota Depok, maka jumlah emisi dapat diketahui dengan perhitungan mengacu pada IPCC yang telah dijelaskan di Sub Bab 3. Faktor emisi untuk pembakaran sampah sebesar 6.500 kg CH4/ kg sampah yang dibakar, faktor emisi dari pemakaian BBM sebesar 33 kg/ TJ konsumsi BBM, faktor emisi untuk pengomposan adalah 4 gram CH4/ kg sampah yang diolah. Sedangkan untuk perhitungan penimbunan baik di lahan kosong dan di TPA dihitung berdasarkan persamaan solid waste disposal. Jumlah emisi gas metana dari setiap kegiatan persampahan Kota Depok berdasarkan skenario BAU dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Proyeksi Jumlah Emisi Gas Metana Dari Setiap Kegiatan Persampahan Kota Depok Berdasarkan Skenario BAU

Kegiatan Emisi Gas Metana Dari Setiap Kegiatan Sektor Persampahan Pada Tahun (kg CH4)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Pembakaran Sampah 288.499,7 259.701,9 211.590,8 195.703,6 189.001,5 175.016,1 184.451,7 Penimbunan Sampah 359.752,2 632.684,1 807.223,2 882.780 921.975,9 944.531,7 945.464,4 Pengangkutan sampah 580,43 758,1091 1.002,147 1.206,025 1.330,167 1.485,315 1.565,392 UPS 43.051,97 50.528,56 78.406,54 128.062,3 147.726 169.411,5 190.123,2 TPA 598.490,1 1.158.490 1.819.220 2.579.434 3.183.015 3.743.166 4.304.678 Total 1.290.374 2.102.163 2.917.443 3.787.186 4.443.049 5.033.610 5.626.282

(12)

 

   

 

• Skenario optimalisasi dan intervensi (O&I)

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa skenario optimalisasi dan intervensi dilakukan dengan cara optimalisasi UPS dan pelayanan pengelolaan persampahan oleh DKP, intervensi pelarangan pembakaran sampah dengan acuan UU No 18 Tahun 2008 dan skenario TPA Cipayung yang sudah mencapai kapasitas maksimum.

Beberapa program yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kinerja UPS di dalam skenario optimalisasi kinerja UPS adalah sebagai berikut :

• Penentuan hari pengangkutan sampah sehingga tidak terjadi penumpukan sampah terutama

sampah anorganik yang dapat mengganggu kinerja UPS.

• Pembuatan shift kerja bagi para pekerja UPS sehingga kinerja dalam pemilahan dan

pemrosesan di UPS dapat mencapai efektivitas yang lebih tinggi.

• Pembuatan jadwal pengangkutan sampah dan pembagian wilayah kerja sehingga

pengumpulan sampah oleh pekerja UPS akan meningkat.

Goodhouse keeping di dalam UPS seperti menaruh sampah sesuai jenisnya di lokasi yang

telah ditentukan, menaruh hasil kompos di tempat yang telah disediakan dan menata hasil pemilahan dan pengolahan sampah dengan rapi sehingga mempermudah pemrosesan sampah di UPS.

Berdasarkan laporan DKP tentang kinerja UPS, rata-rata volume sampah yang dapat dikelola oleh UPS yang telah beroperasi selama 1 tahun sebesar 11,59 m3/hari sedangkan untuk UPS yang baru mulai beroperasi rata-rata hanya mampu mengelola sampah sebesar 5,65 m3/hari. Peningkatan yang kinerja disesuaikan dengan pertumbuhan kinerja UPS dan didapatkan bahwa pada tahun kedua sebesar 18,54 m3 sampah yang dapat dikelola oleh UPS. Pada tahun ketiga, jumlah sampah yang dapat dikelola oleh UPS sebesar 24,11 m3 dan dengan lama operasional lebih besar dari 3 tahun jumlah sampah yang dapat dikelola oleh UPS akan mencapai kapasitas maksimum sebesar 30 m3.

Skenario stop pembakaran sampah mengacu pada UU no 18 tahun 2008 dan UU no 32 tahun 2009 dimana sampah tidak seharusnya dikelola dengan cara dibakar. Skenario stop pembakaran sampah dimulai dengan pembuatan Perda dan sosialisasi peraturan stop pembakaran pada tahun 2014 dan pelaksanaan Perda dimulai pada tahun 2015 dimana pada tahun 2015 bagi

(13)

 

   

 

masyarakat yang melanggar hukum akan diberikan sanksi yang tegas sehingga tidak akan terdapat masyarakat yang mengelola sampah dengan cara dibakar.

Skenario TPA Cipayung yang sudah mencapai kapasitas maksimum maka TPA Cipayung sudah tidak dapat mengelola timbulan sampah Kota Depok pada tahun 2015. Dengan skenario tersebut, operasional pemrosesan sampah akhir akan dilaksanakan di TPA Nambo yang berada di wilayah Bogor.

Skenario peningkatan pelayanan persampahan oleh DKP dimulai dari tahun 2014 dengan target pelayanan persampahan “sangat optimis” sebesar 69% (2014), 74% (2015), 79% (2016), 82% (2017), 85% (2018), 88% (2019) dan 90% (2020). Dengan mengasumsikan pengangkutan sampah akan dilakukan dengan menggunakan dump truck yang berkapasitas 6 m3, maka jumlah ritasi dan pemakaian bahan bakar dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Proyeksi Volume Sampah Yang Diangkut dan Konsumsi BBM Pada Skenario Optimalisasi & Intervensi Tahun Volume sampah

yang terlayani (m3/tahun)

Volume dump truck

(m3)

Jumlah ritasi Pemakaian bahan bakar (lt/ritasi) Penggunaan bahan bakar (lt/tahun) 2010 357.901,72 6 59.650,29 9.65 575.478,74 2011 467.462,96 77.910,49 751.644,86 2012 617.940,88 102.990,15 993.601,92 2013 743.655,60 123.942,60 1.195.741,62 2014 844.687,50 140.781,25 1.358.193,23 2015 954.569,34 159.094,89 1.534.874,87 2016 1.074.007,64 179.001,27 1.726.922,56 2017 1.175.104,55 195.850,76 1.889.478,70 2018 1.284.233,58 214.038,93 2.064.949,89 2019 1.402.014,67 233.669,11 2.254.332,91 2020 1.512.313,71 252.052,29 2.431.685,38

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Penambahan unit UPS dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2016 dilaksanakan sesuai dengan RPJM. Sedangkan penambahan unit UPS dari tahun 2017 sampai dengan tahun 2020 diproyeksikan berdasarkan asumsi dan analisis trend penambahan unit UPS di dalam RPJMD. Proyeksi volume sampah yang dapat dilayani oleh UPS berdasarkan lama operasional yang telah dijelaskan sebelumnya. Proyeksi jumlah sampah yang dapat dilayani oleh UPS dapat dilihat pada Tabel 9.

(14)

 

   

 

Tabel 9. Jumlah Sampah Yang Dapat Dikelola Oleh UPS Kota Depok Pada Skenario Optimalisasi Dan Intervensi

Tahun Jumlah Unit UPS Penambahan Unit UPS Jumlah Sampah Yang Terlayani oleh Seluruh UPS kota Depok (m3/hari) Jumlah Sampah Yang Terlayani Oleh Seluruh UPS Kota Depok (m3/tahun) Jumlah Sampah Yang Terlayani Oleh Seluruh UPS Kota Depok (ton/tahun) Tingkat Pelayanan (%) 2010 20 231,8 84.607 16.724,01 8,51 2011 20 2 382,18 139.495,7 27.573,70 13,32 2012 22 10 561,82 205.065,76 40.534,73 18,59 2013 32 17 849,04 309.898,87 61.256,78 26,67 2014 49 5 1.058,93 386.511,06 76.400,48 31,57 2015 54 3 1.291,22 471.295,3 93.159,53 36,54 2016 57 3 1.514,26 552.705,78 109.251,69 40,65 2017 60 8 1.726,14 630.040,37 124.538,19 43,96 2018 63 3 1.799,67 656.880,86 129.843,67 43,48 2019 66 3 1.889,67 689.730,86 136.337,03 43,29 2020 69 3 1.979,67 722.580,86 142.830,39 43,00

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Skenario stop pembakaran sampah diasumsikan akan dimulai pada tahun 2015 dimana tidak terdapat sampah yang dikelola dengan cara dibakar. Seluruh sampah yang tidak dapat ditangani oleh DKP akan dikelola secara mandiri oleh masyarakat dengan program seperti pembuatan lubang-lubang sampah pada rumah yang memiliki halaman. Proyeksi jumlah sampah yang dikelola dengan cara ditimbun dan dibakar oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Persentasi dan Jumlah Sampah Yang Dibakar dan Ditimbun Pada Skenario Optimalisasi & Intervensi Tahun Penimbunan

sampah (%)

Pembakaran sampah (%)

Jumlah Sampah Yang Ditimbun (Ton/Tahun)

Jumlah Sampah Yang Dibakar (Ton/Tahun) 2009 41,97 24,03 78.131,55 - 2010 39,42 22,58 77.507,43 44.384,57 2011 33,70 19,30 69.770,70 39.954,14 2012 26,07 14,93 56.845,31 32.552,42 2013 22,89 13,11 52.577,11 30.108,24 2014 19,71 11,29 47.699,19 27.314,90 2015 26 0 66.295,38 0 2016 21 0 56.433,08 0 2017 18 0 50.988,16 0 2018 15 0 44.797,16 0 2019 12 0 37.790,73 0 2020 10 0 33.214,95 0

(15)

 

   

 

Dengan mengetahui jumlah sampah yang dikelola di UPS dan dikelola oleh masyarakat dengan cara dibakar dan ditimbun maka jumlah sampah yang dibuang di TPA berdasarkan komposisi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah Sampah Yang Masuk Ke TPA Cipayung Pada Skenario Optimalisasi dan Intervensi Komposisi

Sampah

Jumlah Sampah Yang Masuk Ke TPA Cipayung Pada Tahun (ton) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Organik 39.311,98 46.064,01 56.078,81 71.281,17 71.693,57 76.846,47 Kayu 30,38 34,83 21,57 11,98 0,00 0,00 Kertas 2.610,63 3.230,86 4.081,85 5.407,46 5.570,86 6.190,96 Plastik 2.109,94 2.516,28 2.724,40 3.230,35 2.131,91 1.717,29 Logam 643,63 723,96 889,84 1.116,93 1.192,15 1.282,24 Kaca 713,02 840,52 1.044,94 1.347,06 1.409,16 1.542,10 Elektronik 1.244,07 1.469,65 1.911,63 2.526,31 2.877,42 3.264,78 Residu 5.253,82 6.194,00 8.059,37 10.643,17 12.145,48 13.775,26

Sumber : Hasil Analisis, 2013

Dengan mengetahui jumlah sampah dari setiap kegiatan persampahan Kota Depok, maka jumlah emisi dapat diketahui dengan perhitungan mengacu pada IPCC yang telah dijelaskan di Sub Bab 3. Faktor emisi untuk pembakaran sampah sebesar 6.500 kg CH4/ kg sampah yang dibakar, faktor emisi dari pemakaian BBM sebesar 33 kg/ TJ konsumsi BBM, faktor emisi untuk pengomposan adalah 4 gram CH4/ kg sampah yang diolah. Sedangkan untuk perhitungan penimbunan baik di lahan kosong dan di TPA dihitung berdasarkan persamaan solid waste disposal. Jumlah emisi gas metana dari setiap kegiatan persampahan Kota Depok berdasarkan skenario O&I dapat dilihat pada Tabel 12.

(16)

 

   

 

Tabel 12. Proyeksi Jumlah Emisi Gas Metana Dari Sektor Persampahan Kota Depok Berdasarkan Skenario Optimalisasi dan Intervensi

Sektor Emisi Gas Metana dari Sektor Persampahan Kota Depok Pada Tahun (kg CH4)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Pembakaran Sampah 288.499,7 259.701,90 211.590,76 195.703,56 177.546,87 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Penimbunan Sampah 359.752,20 632.684,05 807.223,21 882.780,01 921.975,89 930.547,85 1.022.041,96 1.048.035,79 1.044.171,06 1.014.063,61 960.164,14 Pengangkutan 580,43 758,11 1.002,15 1.206,03 1.369,87 1.548,07 1.741,77 1.905,73 2.082,71 2.273,72 2.452,60 Pengomposan 43.025,01 70.569,94 103.188,92 155.087,12 192.338,62 233.172,60 271.823,67 302.922,11 319.062,89 332.853,12 346.388,12 TPA 598.272,82 1.158.117,85 1.742.066,69 2.424.581,26 2.959.123,83 3.453.203,50 2.668.687,57 2.068.011,68 1.607.789,19 1.254.889,02 984.010,67 Total 1.290.130 2.121.831,86 2.865.071,73 3.659.357,98 4.252.355,08 4.618.472,02 3.964.294,98 3.425.915,42 2.988.388,19 2.634.599,80 2.342.395,64 Perubahan emisi (∆) 831.701,69 743.239,87 794.286,25 592.997,09 366.116,95 -654.177,05 -543.419,68 -447.769,45 -369.026,38 -311.063,84

(17)

 

   

 

5. Pembahasan

Emisi gas metana dengan skenario optimalisasi dan intervensi lebih rendah dibandingkan emisi gas metana dengan skenario BAU. Peningkatan emisi terjadi pada tahun 2011 dimana pelayanan UPS dengan skenario optimalisasi dan intervensi lebih tinggi dibandingkan pelayanan UPS dengan skenario BAU.

Dengan global warming potential CH4 sebesar 20 kali CO2 maka kegiatan pengelolaan persampahan Kota Depok pada tahun 2016 menyumbangkan emisi sebesar 112.525.640 kg CO2eq berdasarkan skenario BAU dan sebesar 79.285.899 kg CO2eq berdasarkan skenario optimalisasi dan intervensi. Penurunan emisi gas metana sebesar 33.239.741 kg CO2eq didapatkan dengan skenario optimalisasi dan intervensi.

Perbandingan emisi dari setiap kegiatan persampahan Kota Depok pada tahun 2016 antara skenario BAU dan skenario optimalisasi dan intervensi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbandingan Emisi Dari Setiap Kegiatan Persampahan Kota Depok Berdasarkan Skenario BAU dan Skenario Optimalisasi dan Intervensi

Kegiatan Skenario BAU Skenario Optimalisasi dan Intervensi Pengangkutan sampah 0,00016 kg CO

2eq/ kg sampah yang

diangkut (0,03% dari total emisi gas metana)

0,00016 kg CO

2eq/ kg sampah yang

diangkut (0,04% dari total emisi gas metana)

Pengolahan sampah di UPS

80 kg CO

2eq / kg limbah organik yang

diolah (3,38% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota Depok)

80 kg CO

2eq / kg limbah organik yang

diolah (6,86% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota Depok) Pembakaran sampah 0,13 kg CO

2eq / kg sampah yang dibakar

(3,28% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota Depok)

0 kg CO

2eq / kg sampah yang dibakar (0%

dari total emisi gas metana dari sektor persampahan Kota Depok) Penimbunan sampah di

lahan kosong

493,76 kg CO

2eq / kg sampah yang

ditimbun (16,8% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota Depok)

445 kg CO

2eq / kg sampah yang ditimbun

(25,78% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota Depok) TPA 838,78 kg CO

2eq / kg sampah yang

dikelola di TPA. (76,51% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota

Depok)

642,76 kg CO

2eq / kg sampah yang

dikelola di TPA (67,32% dari total emisi gas metana sektor persampahan Kota

Depok) Sumber : Hasil Analisis, 2013

Peningkatan emisi terjadi pada kegiatan penimbunan sampah dimana berdasarkan skenario BAU emisi gas metana sebesar 16,8% dan berdasarkan skenario optimalisasi dan intervensi emisi gas metana sebesar 25,78%. Hal ini terjadi karena terdapat skenario stop

(18)

 

   

 

pembakaran sampah dimana sampah yang seharusnya dibakar akan dikelola dengan cara ditimbun di lahan kosong sehingga terjadi peningkatan jumlah sampah yang ditimbun. Selain itu, emisi gas metana dari kegiatan pengelolaan sampah di UPS juga mengalami peningkatan dengan emisi gas metana berdasarkan skenario BAU sebesar 3,38% dan berdasarkan skenario optimalisasi dan intervensi sebesar 6,86%. Hal ini terjadi karena terdapat peningkatan kinerja UPS yang berkaitan dengan meningkatnya jumlah sampah yang dapat diolah di UPS.

Skenario optimalisasi dan intervensi mempengaruhi besaran nilai emisi karena peningkatan pelayanan persampahan Kota Depok dan stop pembakaran sampah menyebabkan berkurangnya sampah yang dibakar oleh masyarakat. Dengan faktor emisi 6.500 gram CH4/ kg sampah yang dibakar, hal ini menyebabkan penurunan yang signifikan terhadap total emisi gas metana dari sektor persampahan Kota Depok.

6. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :

1. Timbulan sampah berdasarkan komposisi pada tahun 2010 sebanyak 140.462,7 ton (sampah organik), 1.737,477 ton (sampah dedaunan), 259,623 ton (sampah kayu), 9.720 ton (sampah kertas), 10.404,8 ton (sampah plastik), 1.986 ton (sampah logam), 2.459,6 ton (sampah kaca), 3.689,4 ton (sampah elektronik), dan 15.452,4 ton (sampah residu). Sedangkan, timbulan sampah berdasarkan komposisi pada tahun 2020 sebanyak 238.306,2 ton (sampah organik), 2.947,77 ton (sampah dedaunan), 440,47 ton (sampah kayu), 28.012,42 ton (sampah kertas), 22.238,87 ton (sampah plastik), 2.144,49 ton (sampah logam), 4.399,26 ton (sampah kaca), 6.598,89 ton (sampah elektronik), dan 27.061,07 ton (sampah residu).

2. Potensi emisi gas metana dengan skenario BAU pada tahun 2016 sebesar 5.626.282 kg CH4 dengan emisi dari kegiatan pembakaran sampah sebesar 184.451,7 kg CH4, dari kegiatan penimbunan sampah sebesar 945.464,4 kg CH4, dari kegiatan pengangkutan sampah sebesar 1.565,39 kg CH4, dari kegiatan pengolahan sampah di UPS sebesar 190.123,2 kg CH4 dan dari pemrosesan sampah di TPA sebesar 4.304.678 kg CH4

3. Potensi emisi gas metana dengan skenario optimalisasi dan intervensi pada tahun 2016 sebesar 3.964.294,68 kg CH4 dengan emisi dari kegiatan pembakaran sampah sebesar 0 kg CH4, dari kegiatan penimbunan sampah sebesar 1.022.041,96 kg CH4, dari kegiatan

(19)

 

   

 

pengangkutan sampah sebesar 1.741,77 kg CH4, dari kegiatan pengolahan sampah di UPS sebesar 271.823,6 kg CH4 dan dari pemrosesan sampah di TPA sebesar 2.668.687,57 kg CH4 4. Emisi gas metana dari setiap kegiatan sektor persampahan Kota Depok pada skenario BAU

sebesar 0,03% (pengangkutan sampah), 3,38% (pengolahan sampah di UPS), 3,28% (pembakaran sampah), 16,8% (penimbunan sampah), 76,51% (TPA). Sedangkan emisi gas metana berdasarkan skenario optimalisasi dan intervensi sebesar 0,04% (pengangkutan sampah), 6,86% (pengolahan sampah di UPS), 0% (pembakaran sampah), 25,78% (penimbunan sampah), 67,32% (TPA).

5. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran yang dapat dilaksanakan sebagai berikut :

1. Penelitian mengenai pengukuran potensi daur ulang di UPS-UPS Kota Depok perlu dilakukan sehingga dapat diketahui potensi jumlah sampah yang dapat didaur ulang di Kota Depok.

2. Perlunya dilakukan penelitian mengenai total emisi gas rumah kaca dari sketor persampahan Kota Depok sehingga dapat diketahui total emisi gas rumah kaca (CO2, CH4 dan N2O) dari sektor persampahan di Kota Depok.

3. Saran bagi Pemda Kota Depok adalah meningkatkan pelayanan persampahan Kota Depok, pembuatan Perda terkait dengan intervensi pembakaran smapah dan law enforcement

sehingga jumlah sampah yang dibakar dan ditimbun di lahan kosong akan semakin sedikit. 4. Saran bagi Dinas Kebersihan dan Pertamanan adalah peningkatan kinerja UPS dengan

pembuatan alur perjalanan sampah dengan penentuan hari pengangkutan sampah, pembuatan shift kerja bagi para pekerja UPS, pembuatan jadwal pengangkutan sampah dan pembagian wilayah kerja, pembuatan sekat antar sampah seperti kompos, plastik, kertas, kaca dan sampah lainnya (residu).

Kepustakaan

Bappeda Kota Depok (2011). Informasi Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Daerah Akhir Masa Jabatan Walikota Depok Tahun 2006-2011. Depok : Bappeda Kota Depok.

Bappeda Kota Depok. (2010). Kota Depok Dalam Angka Tahun 2010. Depok : Bappeda Kota Depok.

(20)

 

   

 

Bappeda Kota Depok. (2006). Ringkasan Eksekutif-Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok.

Dipetik Oktober 10, 2012, dari Bappeda Kota Depok Web site:

http://bappeda.depok.go.id/admin/dokumenHasilkajian/KAJIAN%20PENGELOLAAN%20P ERSAMPAHAN%20DKLH.pdf

Bestar, Niknik (2011). Studi dan Kuantifikasi Emisi Pencemar Udara Akibat Pembakaran Sampah Rumah Tangga secara Terbuka di Kota Depok. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

Bimantara, C.A. (2012). Analisa Potensi Refuse Derived Fuel (RDF) dari Sampah Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Kota Depok (Studi Kasus UPS Grogol, UPS Permata Regency, UPS Cilangkap). Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

Den Boer, E, J. Den Boer, & J. Jager. (2005). Waste Management Planning and Optimization, Handbook for Municipal Waste Prognosis and Sustainability Assessment of Waste Management Systems. Stuttgart, Germany.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok (2011). Laporan Unit Pengolahan Sampah Tahun 2010. Depok.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Depok (2012). Laporan Unit Pengolahan Sampah Tahun 2011. Depok.

IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) (2006). Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories, vol. 5, Waste.

Jehan, Elkausar (2010). Studi Timbulan dan Komposisi Limbah Padat Serta Pemetaan Wilayah Pelayanan UPS Gunadarma dan UPS Merdeka II Kota Depok. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

Sharadvita, R.A. (2012), Potensi dan Alur Perjalanan Material Daur Ulang Sampah Di Unit Pengolahan Sampah Kampung Sasak, Limo, Depok. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

World Bank (2012), World Development Indicators. Dipetik pada tanggal 23 Maret 2013 dari World Data bank web site : http://databank.worldbank.org/data/views/reports/ tableview.aspx?isshared=true&ispopular=country&pid=9

Zahra, F. (2012), Analisa Nilai Kalor Sampah UPS Depok Menjadi Refuse Derived Fuel (RDF). (Studi kasus UPS Pondok Terong dan UPS Kampung Sasak). Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok.

Gambar

Tabel 1. Data Yang Digunakan Pada Proyeksi Timbulan dan Komposisi Sampah Kota Depok
Gambar 1. Skema Pengelolaan Persampahan Kota Depok Antara Skenario Business As Usual (BAU) dan Skenario  Optimalisasi dan Intervensi
Gambar 2. Proyeksi Komposisi Sampah Kota Depok Pada Tahun 2020  Sumber : Hasil Analisa, 2013
Tabel 4. Proyeksi Jumlah Sampah Berdasarkan Komposisi Masuk Ke UPS  Komposisi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Proses ini juga ditujukan untuk membuat biskuit tile lebih kuat dari green tile, karena dalam pembakaran kadar air yang terdapat dalam green tile terserap sehingga membuat

Berdasarkan hasil simulasi dan visualisasi yang dilakukan maka logam penghantar listrik yang terbaik diberikan oleh logam tembaga sebagai penghantar listrik karena dengan nilai

Melakukan pembinaan dan monitoring terhadap Petugas Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana sebagai bahan laporan ke penanggung jawab upaya dan pimpinan..

mendukung round-trip engineering dan reserve engineering pada kode bahasa pemrograman seperti Visual Basic 6.0, dapat memberikan gambaran visual mengenai sistem yang akan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa jumlah individu di stasiun Bahowo jauh lebih banyak dibanding- kan dengan jumlah individu di stasiun Batu meja dan Rap-Rap,

Kegiatan Penegakkan Perda Provinsi Akomodasi peserta kegiatan Rakor Penegakan Perda JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya 1 Paket Rp.. Kegiatan Penegakkan Perda Provinsi Akomodasi

Untuk dapat menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, digunakan teori rational choice , agar dapat mengetahui kebijakan yang diambil oleh sebuah negara berdasarkan

Gejala yang terkait dengan keluhan artritis adalah gejala umum berupa keluhan tidak nafsu makan, lemah/letih, sulit tidur dan penurunan berat badan. Dari seluruh responden, sebesar