• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pola Pemberian Asi Dan Mp Asi, Status Gizi Dan Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Sungai Pauh Kecamatan Langsa Barat Kota Langsa Tahun 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pola Pemberian Makanan Pada Bayi 2.1.1 Makanan Bayi Umur 0-6 Bulan

Pada saat bayi berumur 0-6 bulan berikan ASI saja (ASI Eksklusif). Kontak fisik dan

hisapan bayi akan merangsang ASI pada saat 30 menit pertama setelah lahir. Berikan ASI

dari kedua payudara, berikan terlebih dahulu dari sebelah payudara, setelah kosong lalu

pindah ke payudara lainnya (Depkes RI, 2005). Pemberian ASI Eksklusif dapat membentuk

perkembangan emosional karena dalam dekapan ibu selama disusui, bayi bersentuhan

langsung dengan ibu sehingga mendapatkan kehangatan, kasih sayang, dan rasa aman.

Delapan puluh persen (80%) perkembangan otak anak dimulai sejak dalam kandungan

sampai usia 3 tahun yang dikenal dengan periode emas, oleh karena itu diperlukan pemberian

ASI Eksklusif selama 6 bulan dan dapat diteruskan sampai anak berusia 2 tahun. ASI

mengandung protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang dibutuhkan bayi dalam jumlah

yang seimbang. ASI juga kaya akan kandungan karotenoid dan selenium, sehingga ASI

berperan dalam sistem pertahanan tubuh bayi untuk mencegah berbagai macam penyakit

(Kemenkes RI 2011).

Pemberian ASI sebaiknya tetap dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun. Waktu

dan lamanya menyusui sebaiknya jangan dibatasi dan frekuensinya tidak perlu dijadwal

(berikan saja saat pagi, siang, malam hari). Sebaiknya jangan memberikan minuman atau

makanan pendamping kepada bayi karena dapat mengganggu kelangsungan menyusui

(2)

2.2 Jenis Makanan Bayi 2.2.1 ASI Eksklusif

Bayi yang baru lahir tidak bisa diberikan makanan. Pemberian ASI secara Eksklusif

bagi bayi bukan sekedar untuk memberikan nutrisi pada bayi, tetapi lebih untuk

mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. ASI merupakan salah satu cara

dalam memberi nutrisi pada bayi karena ASI merupakan sumber makanan utama yang wajib.

Untuk memenuhi nutrisi yang diberikan kepada bayi melalui ASI, maka ibu haruslah

memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsinya. Mengatur pola makan untuk ibu juga akan

mempengaruhi nutrisi yang terkandung dalam ASI yang diberikan kepada bayi. ASI adalah

makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi yang bersifat alamiah, dan mengandung

berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa

tambahan cairan ataupun makanan lain. WHO merekomendasikan ASI diberikan secara

Eksklusif hingga usia bayi 6 bulan. Dalam kajian WHO, melakukan penelitian menunjukkan

bahwa ASI mengandung semua nutrisi yang diperlukan bayi. ASI adalah makanan bayi yang

paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas. ASI sebagai makanan tunggal akan

cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usia 6 bulan (Khairuniyah,

2004). ASI juga mengandung nutrisi khusus yang diperlukan otak bayi agar tumbuh optimal

(Utami Roesli, 2004). Dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Kandungan Berbagai Zat Gizi Dalam ASI

(3)

2.2.2 Susu Formula

Susu formula yaitu susu yang diproduksi oleh industri untuk keperluan asupan gizi

yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia dalam bentuk bubuk (WHO, 2004)

Pemberian susu formula diindikasikan untuk bayi yang karena sesuatu hal tidak mendapatkan

ASI atau sebagai tambahan jika produksi ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi (Nasar dkk,

2005). Selain susu bayi yang diberikan kepada bayi sehat, produsen susu bayi juga membuat

formula-formula khusus untuk diberikan kepada bayi dengan kelainan metabolisme tertentu

agar bayi tersebut tetap dapat tumbuh normal, baik fisik atau kejiwaannya. Susu formula

macam ini dikenal dengan formula diit atau spesial formula (Moehyi, 2008).

2.2.3 Makanan Pendamping ASI

Menurut Depkes RI (2006), makanan pendamping ASI adalah makanan atau

minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna

memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. Selain itu, WHO (2003) menegaskan bahwa

MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan karena pada masa tersebut produksi MP-ASI

semakin menurun sehingga suplai zat gizi dan ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak

yang semakin meningkat. Makanan pendamping ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi

persyaratan, seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu

seimbang dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan

daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi/higiene

(Pudijadi, 2005).

Tujuan memberikan makanan pendamping ASI adalah melengkapi zat gizi yang

kurang terdapat dalam ASI atau susu formula, mengembangkan kemampuan bayi untuk

menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa, mengembangkan

kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, serta melakukan adaptasi terhadap

(4)

2.3 Kebutuhan Zat Gizi Pada Bayi

Gizi pada bayi jelas berbeda dengan orang dewasa. Gizi yang cukup akan membuat

bayi sehat. Bayi membutuhkan energi yang relatif besar untuk menyokong pertumbuhan.

Bayi yang baru lahir membutuhkan energi 100-120 kkal/kg BB. Protein yang dibutuhkan

oleh bayi secara luas untuk membangun jaringan dengan rata-rata kebutuhan bayi hingga usia

6 bulan adalah 13 gram perhari dan pada usia 6-12 bulan adalah 14 gram dengan perhitungan

1,7 gram per 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 6-12% total energi. Konsumsi lemak

pada bayi adalah minimal 3,8 gram setiap 100 kkal yang diberikan dan maksimum 6 gram

setiap 100 kkal yang diberikan atau setara dengan 30-54% total energi, sedangkan

karbohidrat diberikan 30-60% dari total energi yang diberikan. Vitamin dan mineral sangat

dibutuhkan oleh bayi dengan jumlah yang berbeda-beda, dapat dilihat pada AKG yang

dibutuhkan. Protein sebagai zat pembangun sangat diperlukan bayi untuk pembuatan sel-sel

baru dan merupakan unsur pembentukkan berbagai struktur organ tubuh (Asydhad, 2006).

2.4 Pisang

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan raksasa berdaun besar

memanjang dari suku Musaceae. Buah ini tersusun dalam tandan dengan

kelompok-kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan

sumber energi (karbohidrat) dan mineral terutama kalium.

Berdasarkan manfaatnya bagi kepentingan manusia, pohon pisang dibedakan atas 3

macam, yaitu :

1. Pisang Serat

Pisang serat adalah tanaman pisang yang tidak untuk diambil buahnya, tetapi diambil

(5)

2. Pisang Hias

Pisang hias juga tidak dimanfaatkan untuk diambil buahnya. Jenis pisang ini memiliki

morfologi daun yang indah sehingga cocok dijadikan tanaman penghias halaman

rumah atau pinggir jalan.

3. Pisang Buah

Pisang jenis ini sudah tidak asing lagi karena paling banyak dijumpai. Pisang buah

ditanam dengan tujuan untuk memanfaatkan buahnya. Pisang buah dapat dibedakan

menjadi 4 golongan :

a. Golongan pertama adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak,

misalnya adalah pisang susu, pisang barangan, pisang mas dan pisang raja.

b. Golongan kedua adalah pisang yang dapat dimakan setelah diolah terlebih dahulu,

misalnya pisang tanduk, pisang uli, pisang kapas dan pisang bangkahulu.

c. Golongan ketiga adalah pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak maupun

diolah terlebih dahulu, misalnya pisang kepok, pisang raja, dan pisang awak.

d. Golongan keempat adalah pisang yang dapat dikonsumsi sewaktu masih mentah,

misalnya pisang klutuk atau pisang batu yang sering dijadikan bahan untuk

membuat rujak (Supriyadi dan Suyanti, 2008).

Buah pisang yang sarat dengan beberapa nutrisi, gula alami seperti glukosa, fruktosa dan

sukrosa. Vitamin dan mineral seperti vitamin B6, vitamin C, vitamin A, kalium, serat makanan,

biotin, karbohidrat, magnesium, riboflavin dan mangan. Hasil penelitian Widodo (2003)

mengungkapkan bahwa di Indonesia jenis MP-ASI yang umum diberikan kepada bayi sebelum

usia 4 bulan adalah pisang 57,3%. Hal yang sama juga diperoleh dari penelitian Saragih (2008)

yang dilakukan di Kabupaten Nias Selatan sebanyak 87,0 % jenis MP-ASI yang diberikan

kepada bayi adalah dalam bentuk bubur dan buah. Bubur yang diberikan berupa nasi tim dan

(6)

2.4.1 Pisang Awak

Pisang awak merupakan jenis pisang yang dapat dimakan langsung setelah masak

maupun diolah terlebih dahulu. Pisang awak ini di Indonesia dikenal dengan pisang klotok.

Pisang awak ini juga ada yang berbiji dan ada yang tidak berbiji. Pisang jenis ini memiliki

panjang sekitar 15 cm dengan diameter 3,7. Dalam satu tandan, jumlah sisir ada 18 yang

masing-masing terdiri 11 buah. Bentuk buah lurus dengan pangkal bulat. Warna dagingnya

buah putih kekuningan dengan kulit yang tebalnya 0,3 cm. Lamanya buah masak dari saat

berbunga adalah 5 bulan (Supriyadi dan Suyanti, 2008).

Pisang awak ini juga mempunyai manfaat dan mengatasi gangguan kesehatan yaitu :

1. Mengatasi masalah buang air besar yang disertai dengan keluarnya darah.

Cara membuatnya yaitu dengan memanfaatkan bonggol dari pisang awak kemudian

diperas bagian airnya dan air perasaan dikonsumsi sebanyak tiga kali dalam sehari

dengan jumlah takaran satu gelas.

2. Mengatasi masalah diare

Caranya yaitu pisang awak sebanyak 3 buah yang masih mentah dan yang 3 buah lagi

yang sudah masak lalu bagian kulitnya dikupas kemudian diiris secara halus lalu

dipotong menjadi kecil-kecil dan diuleni hingga menjadi satu. Kemudian cairan yang

keluar dapat ditampung atau disaring dan dikonsumsi sebanyak dua kali dalam sehari.

3. Mengatasi ambeien atau wasir

Caranya yaitu dengan menggunakan daun jambu juga yang dicuci hingga bersih

kemudian pisang diparut dan bagian airnya diambil lalu daun jambu ditumbuk hingga

menjadi halus setelah itu dicampurkan kedalam air pisang. Air dari pisang dan daun

jambu ini dapat dikonsumsi selama berhari-hari hingga ambeien menghilang.

4. Mengatasi rambut yang rontok akibat sakit kepala saat hamil, menyusui, dan lain

(7)

Caranya yaitu dengan menggunakan bonggol pisang awak yang air perasannya dapat

dibasahkan dikepala pada pagi dan sore hari. Setelah itu biarkan hingga beberapa

menit baru dapat dibilas dengan air bersih.

Gambar 2.1 Pisang Awak

Pada daerah Nanggroe Aceh Darussalam merupakan salah satu provinsi yang banyak

menghasilkan pisang. Di Aceh kebanyakan ibu-ibu menggunakan pisang awak ini sebagai

MP-ASI untuk bayinya bahkan bayi yang masih berumur 7 hari pun sudah diberikan pisang

awak. Alasan ibu-ibu memberikan pisang awak ini juga beragam-ragam ada yang karena

kecukupan ASI untuk bayinya belum cukup, bayi yang menangis dianggap masih merasakan

kelaparan dan ibu-ibu tersebut juga ingin anaknya cepat gemuk. Tradisi memberikan pisang

awak kepada bayi sebagai MP-ASI di Aceh sudah tradisi turun-temurun dan sulit untuk

dihilangkan.

Pisang ini di Aceh juga banyak digunakan untuk cemilan ringan dan oleh-oleh dari

Aceh apabila ada pengunjung yang berwisata ke Aceh. Misalnya pisang sale baik yang

(8)

Aceh dijual dengan harga yang relatif murah dan dapat dijangkau oleh masyarakatnya yaitu

sekitar Rp. 5.000,00 per sisirnya. Para ibu-ibu memberikan pisang awak kepada bayinya

dengan cara dihaluskan atau dikerok terlebih dahulu. Pisang awak yang masih hijau kulitnya

tetapi cukup tua dagingnya mengandung 21-25 % zat tepung. Apabila diperam lagi atau

masak sendiri pada pohonnya, zat tepung itu sebagian besar berubah menjadi beberapa jenis

gula yaitu dextrose, levulosedan sucrose. Komposisi nilai gizi pisang awak dan beberapa

jenis pisang lainnya (setiap 100 gram) daging buah dapat dilihat pada Tabel 2.2berikut :

Tabel 2.2 Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang (Setiap 100 gram Daging Buah)

Zat Gizi Jenis Pisang

Awak Ambon Raja

Penilaian status gizi anak sama dengan periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang

perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bertalian dengan

kejadian penyakit tertentu (Arisman, 2002). Menurut Khomsan (2010), acuan standar

penilaian status gizi adalah berat badan menurut umur (BB/U), berat badan menurut tinggi

badan (BB/TB) dan tinggi badan menurut umur (TB/U).

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu sebagai berikut

1. Pemeriksaan penilaian status gizi secara langsung yaitu antropometri, biokimia, klinis,

(9)

2. Pemeriksaan penilaian status gizi secara tidak langsung yaitu survei konsumsi,

statistik vital, faktor ekologi.

Pada masyarakat cara yang sering digunakan untuk pemeriksaan status gizi adalah

secara langsung yaitu antropometri gizi. Antropometri adalah ukuran tubuh manusia

sedangkan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh, komposisi tubuh, tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum

digunakan untuk melihat keseimbangan asupan protein dan energi. Penilaian antropometri

dilakukan melalui pengukuran dimensi fisik dan komposisi kasar tubuh. Penilaian dilakukan

terhadap berat badan (BB), tinggi badan (TB), lingkar kepala, lingkar lengan atas (LILA) dan

tebal lemak kulit. Pada usia kurang dari 2 tahun pengukuran tinggi badan dilakukan dengan

mengukur panjang badan dalam keadaan tidur, sedangkan pada usia 2 tahun atau lebih

pengukuran dilakukan dalam keadaan berdiri. Tinggi badan juga dapat dilakukan dengan

pengukuran tinggi lutut dengan menggunakan kaki kiri dan sudut 90 derajat pada yang

memiliki kelainan tulang belakang atau tidak mampu berdiri tegak (Moesijanti, 2011).

Dari berbagai jenis indeks tersebut diatas, untuk menginterprestasikannya dibutuhkan

ambang batas yang dapat disajikan kedalam tiga cara yaitu persen terhadap median, persentil,

dan standar deviasi unit. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan cara Standar

Deviasi (SD). Standar Deviasi (SD) disebut juga Z-Score. WHO memberikan gambaran

perhitungan SD unit terhadap baku 2005. Pertumbuhan nasional untuk sesuatu populasi

(10)

Rumus perhitungan Z-Score adalah :

Ƶ-Score = ����� �������� ������ −����� ������ ���� �������

����� ��������� ���� �������

a. Kategori berdasarkan indeks BB/U:

1. Normal : ≥ - 2 SD s/d < 1 SD

2. Kurang : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD

3. Sangat Kurang : < - 3 SD

4. Bila Z – Score > + 1 tidak ada kategori, langsung gunakan BB/PB

b. Kategori berdasarkan indeks PB/U :

1. Sangat tinggi : > 3 SD

2. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 3 SD

3. Pendek : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD

4. Sangat Pendek : < - 3 SD

c. Kategori berdasarkan indeks BB/PB :

1. Sangat Gemuk : > 3 SD

2. Gemuk : > 2 SD s/d ≤ 3 SD

3. Resiko Gemuk : > 1 SD s/d ≤ 2 SD

4. Normal : ≥ - 2 SD s/d ≤ 1 SD

5. Kurus : ≥ - 3 SD s/d < - 2 SD

(11)

2.6 Gangguan Saluran Pencernaan Pada Bayi

Bayi yang cepat mendapatkan makanan pendamping atau MP-ASI sebelum waktunya

akan mengalami masalah gangguan pencernaan baik pada usia dini maupun usia dewasa

nantinya. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya berbagai macam penyakit termasuk

gangguan saluran pencernaan pada bayi. Biasanya bayi umur 6-9 bulan adalah usia bayi yang

cukup baik untuk diberikan makanan pendamping atau MP-ASI, usia tersebut baik secara

psikologis dan pertumbuhan. Gangguan saluran pencernaan pada bayi ini harus diperhatikan

oleh ibu-ibu karena akan menghambat kebutuhan nutrisi bayi, akibatnya akan terganggunya

tumbuh kembang bayi. Penting untuk menjaga kesehatan pencernaan dikarenakan 70-80 %

pembentukan sistem daya tahan tubuh dibentuk didalam saluran pencernaan.

Gangguan saluran pencernaan disebut dispepsia, yaitu kondisi ketidaknyamanan pada

bagian perut. Gangguan saluran pencernaan pada bayi disebabkan karena sistem pencernaan

yang belum sempurna atau konsumsi makanan dan minuman yang memicu terjadinya

gangguan saluran pencernaan. Oleh sebab itu bayi membutuhkan waktu penyesuaian untuk

dapat beradaptasi dengan makanan yang akan dikonsumsinya. Gangguan saluran pencernaan

pada bayi dapat dicegah dengan memberikan ASI Eksklusif karena ASI merupakan makanan

utama bayi yang dapat memberikan imunitas pada tubuh dan memberikan kelengkapan

nutrisi. ASI mengandung probiotik yang dapat menjaga proses metabolisme didalam tubuh,

dapat melindungi dinding usus dan meningkatkan kekebalan tubuh.

Gangguan saluran pencernaan pada anak bermacam-macam, berikut ini adalah uraian

mengenai gangguan pencernaan pada bayi :

a. Gangguan seluruh fungsi sistem pencernaan

Gangguan yang berhubungan dengan sistem pencernaan anak atau irritable bowel

syndrome sehingga menyebabkan sembelit, sakit perut, ataupun diare. Cara mengatasi bayi

(12)

diare atau sembelit pada bayi. Akan tetapi gangguan saluran pencernaan yang sering pada

bayi yaitu diare. Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan buang air besar lembek atau

cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya tiga

kali dalam sehari atau lebih (DepKes RI, 2002). Neonatus menyatakan diare bila frekuensi

buang air besar sudah lebih dari 4 kali, sedangkan bayi berusia lebih dari satu bulan dikatakan

diare apabila frekuensinya lebih dari 3 kali sehari (Masri, 2004). Di Indonesia diare

merupakan penyebab kematian bayi dengan persentase mencapai 31,4 %. Sebesar 25 %

diantaranya adalah balita beumur satu sampai empat tahun akibat diare yang berujung kepada

kondisi dehidrasi.

b. Hipertroli pilorus stenosis

Pada bayi yang mengalami saluraan pencernaan ini akan mengalami penyempitan

saluran usus 12 jari yang disebabkan karena adanya penebalan otot dinding usus. Bayi akan

mengalami muntah saat mendapatkan ASI, biasanya ini terjadi pada bayi yang usianya 2-12

minggu.

c. Sembelit

Sembelit merupakan kesulitan untuk buang air besar yang berhubungan dengan

kekerasan tinja dan frekuensi buang air besar. Gangguan susah buang air besar pada bayi

biasanya terjadi pada umur 0-4 bulan, karena pencernaan bayi dan pembentukan enzim

pencernaan belum sempurna. Susah buang air besar pada bayi bisa disebabkan karena susu

formula yang diolah terlalu kental. Biasanya susu formula memiliki kandungan lemak tinggi

dan protein rendah. Pada bayi yang menerima ASI cenderung memiliki feses lembek karena

kandungan lemak dan protein yang sesuai fisiologinya. Gangguan buang air besar ini juga

dapat disebabkan karena makanan (Arty dan Nagiga, 2009). Bayi berumur 6 bulan yang

sudah diberi makanan pendamping sebaiknya diberikan asupan buah-buahan yang diolah

(13)

memiliki daya serap air tinggi dalam saluran pencernaan sehingga dapat menyebabkan

kotoran mengeras.

Bayi dinyatakan sembelit apabila dalam dua hari tidak buang air besar dengan

konsistensi tinja keras (Nadesul, 2006). Untuk kasus sembelit yang cukup berat atau fase

akut, sembelit terjadi satu sampai empat minggu. Sedangkan untuk sembelit yang sudah

kronik terjadi hingga lebih dari 1 bulan (Arty dan Nagiga, 2009).

2.7 Kerangka Konsep Penelitian

Untuk mengetahui gambar pola pemberian pisang awak, status gizi dan gangguan

saluran pencernaan pada bayi 0-6 bulan di Desa Sungai Pauh dapat disajikan dalam kerangka

konsep sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan skema diatas dapat dijelaskan bahwa pola pemberian ASI dan pola

pemberian MP-ASI (pisang awak) akan menentukan kepada status gizi bayi, pola pemberian

pisang awak akan menentukan ada atau tidaknya gangguan saluran pencernaan, serta status

gizi bayi dan gangguan saluran pencernaan saling memengaruhi.

Gambar

Tabel 2.1 Kandungan Berbagai Zat Gizi Dalam ASI
Tabel 2.2 Komposisi Nilai Zat Gizi Pisang Awak dan Beberapa Jenis Pisang (Setiap 100                 gram Daging Buah)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Surat Nomor : 36F/UN13.Satker PKUPT/PB/SPPL/2012 tanggal 3 Nopember 2012 tentang Penetapan Pemenang Pelelangan Pekerjaan Pengadaan Peralatan Revitalisasi

sehingga perlu dilakukan usaha pemanfaatan umbi suweg dalam bentuk tepung sebagai bahan yang bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan pada tepung terigu dalam

4,40; prasekolah 1,87) dari skor awal 7–9 yang berarti bahwa terapi mendongeng berpengaruh dalam menurunkan skor kecemasan terhadap tindakan keperawatan, baik pada anak

Dengan memanfaatkan pengalaman GAR dalam melibatkan para petani akan memungkinkan pemasok pihak ketiga untuk mengimplementasikan proses meraih kemamputeluran penuh

Sabuk selalu mencari titik tertinggi pada puli, sehingga ketidaktelitian kecil yang mungkin ada ketika memasang, dapat diatasi secara dini dengan membuat puli yang digerakkan

Penelitian terhadap media sosial resmi perusahaan dengan menggunakan kerangka kerja Honeycomb of Social Media, memperlihatkan bahwa perusahaan LQ 45 menggunakan media

Jamhari (2011) mengemukakan bahwa tujuan lesson study adalah : 1) meningkatkan pemahaman yang lebih baik mengenai proses belajar mahasiswa dan proses pembelajaran oleh

Atau dengan kata lain fermentasi substrat padat khususnya tepung beras yang dilakukan pada suhu yang lebih tinggi dari pada suhu kamar yaitu 32 o C dan 35 o C serta waktu yang