• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Sosiologis Kehidupan Sosial Tokoh Utama Watanabe Dalam Novel Norwegian Wood Karya Haruki Murakami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Sosiologis Kehidupan Sosial Tokoh Utama Watanabe Dalam Novel Norwegian Wood Karya Haruki Murakami"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah

manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi 1988 : 8 ).

Karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media untuk

menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca. Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya.

Karya sastra yang indah bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama,tetapi harus dilihat secara keseluruhannya seperti dalam tema,amanat,struktur dan pada nilai-nilai yang

terkandung dalam karya sastra itu yang menyangkut nilai estetika,moral dan konsepsional. Dari sebuah karya sastra kita dapat mengetahui fenomena-fenomena yang terjadi pada

masyarakat pada zaman dimana karya itu dibuat. Jadi bisa dikatakan bahwa sastra adalah cerminan masyarakat. Seperti yang dikatakan Umar Junus, bahwa karya sastra bisa dihubungkan dengan realitas tertentu.

Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat

(2)

Karena sastra memiliki hubungan yang khas dengan sistem sosial dan budaya sebagai basis kehidupan penulisnya, maka sastra selalu hidup dan dihidupi oleh masyarakat dan

masyarakat sebagai objek kajian sosiologi menegaskan adanya hubungan antara sastra sebagai displin ilmu dengan sosiologi sebagai displin ilmu lainnya. (Kurniawan, 2012:3)

Menurut Abercrombie dalam Kurniawan (2012:4) sosiologi mempunyai 2 akar kata: socius (dari bahasa latin) yang berarti “teman” dan logos (dari bahasa Yunani) yang berarti “ilmu tentang”. Secara harafiah, sosiologi berarti masyarakat. Secara lebih teknis,sosiologi

adalah analisis mengenai struktur hubungan sosial yang terbentuk melalui interaksi sosial. Salah satu contoh karya sastra yang banyak menggambarkan kehidupan masyarakat

adalah novel. Pengertian novel itu sendiri adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia novella yang berarti sebuah kisah,sepotong berita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih

kompleks daripada sebuah cerpen, serta tidak dibatasi oleh keterbatasan struktural dan metrical sandiwara atau sajak. Pada umumnya sebuah novel berisikan tentang tokoh-tokoh

dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari dengan beberapa konflik yang terjadi.

Hal yang pertama kali penulis pikirkan ketika pertama kali membaca novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA MURAKAMI HARUKI ini adalah, mungkinkah ini

sebenarnya realita dari kehidupan anak muda Jepang sekarang? Lalu penulis mengangkat sebagai objek penelitian karena novel itu sendiri bisa jadi merupakan bentuk gambaran masyarakat pada jaman itu,yang diciptakan pengarang dengan dipengaruhi lingkungan

sekitar.

Penulis memiliki ketertarikan yang lebih karena bahan yang dipergunakan sangat

(3)

Novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA MURAKAMI HARUKI ini menceritakan tentang Watanabe Toru yang berusia 37 tahun yang baru saja tiba di Hamburg, Jerman.

Norwegian Wood merupakan sebuah judul lagu dari The Beatles Band yang populer di tahun 1960 yang dimana lagu ini mengingatkan watanabe akan gadis yang dikasihinya bernama

Naoko. Naoko sebelumnya adalah kekasih Kizuki,sahabat Watanabe Toru yang tewas bunuh diri menghirup asap knalpot mobil pada usia 17 tahun.

Kematian itu mengejutkan mereka berdua, dan menyimpan luka yang dalam

khusunya pada Naoko. Mereka pun menjadi dekat layaknya pasangan kekasih karena melalui penderitaan yang dikatakan hampir serupa.

Sebagaimana banyak dialami oleh remaja dunia, mereka juga menjalani masa-masa

sulit di kota besar : pergaulan, beban pelajaran,tuntutan orang tua agar menjadi murid terbaik disekolah,libido yang sering tak tertahankan,minuman keras dan cinta. Lalu tak banyak pula

masalah-masalah itu yang menjadi tekanan sehingga menimbulkan masa depresi. Banyak dari remaja itu yang akhirnya mengalami gangguan kejiwaan dan akhirnya memilih mengakhiri hidupnya sebagai jalan terbaik untuk menyudahi semua permasalahan tersebut.

Kasus bunuh diri seperti itu banyak terjadi di Jepang. Bahkan sampai sekarang,Watanabe Toru berhasil melewati masa-masa sulit dalam kehidupannya. Watanabe

Toru berwatak pendiam, cenderung menyendiri dan agak anti sosial. Sifatnya yang tertutup itu,hampir membuat Watanabe hampir tidak memiliki seorang pun teman akrab karena

termasuk tipe yang tidak bisa dimengerti dengan mudah. Tetapi bukan berarti ia tak bisa dekat dengan perempuan, malah untuk urusan kencan serta tidur dengan perempuan, baginya bukan hal yang sulit. Seks bebas baginya bukanlah suatu pantangan dimana saat

(4)

dipersimpangan. Bersama Naoko, hidup berjalan sangat tenang,bagai sungai tanpa riak. Damai. Sementara dengan Midori hidup selalu menggairahkan.

Kehidupan jaman anak muda Jepang yang terdapat dalam novel yakni sang tokoh Watanabe yang sempat melalui fase masa stress akibat kematian sang sahabat ; tidak halnya

pada Naoko (gadis yang ia cintai) yang akhirnya bunuh diri di hutan. Pergaulan, seks bebas, fase stres, gaya hidup yang dijalani Watanabe dalam novel yang dimana poin-poin tersebut merupakan sesuatu yang ada pada konteks masyarakat. Tidak ketinggalan juga, adanya

penyimpangan perilaku kehidupan sosial yang terdapat dalam novel yang dimana perkembangan gaya hidup yang sangat modern membuat segala sesuatu perilaku terlihat

biasa dikalangan pemuda saat itu, namun merupakan bentuk segala penyimpangan perilaku kehidupan sosial.

Kehidupan sosial yang terdapat pada novel “Norwegian Wood” ini merupakan

sesuatu yang menarik untuk diteliti dari suatu tinjauan sosiologi. Didalam masyarakat, manusia selalu ada, dan selalu dimungkinkan dengan adanya istilah yang disebut dengan double reality yaitu sistem fakta dan sistem normatif. Sistem fakta yaitu sistem yang tersusun

atas segala apa yang ada dalam kenyataan. Sedangkan sistem normatif yaitu sistem yang berada di dalam mental yang membayangkan segala apa yang seharusnya.

Kompleksnya pergaulan yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel ini terutama mengenai perilaku interaksi sosial dan penyimpangan perilaku seperti bunuh

diri,seks bebas dan sebagainya. Sehingga menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial seorang tokoh dalam novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI sehingga perlu dikajih lebih jauh.

Atas dasar pemikiran tersebut, penulis memutuskan untuk menulis skripsi ini dengan

(5)

UTAMADALAMNOVEL “NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI (satu tinjauan sosiologis)

1.2Perumusan Masalah

Perumusan masalah dibutuhkan oleh penulis untuk memudahkan dan mengefektifkan proses penelitian. Dengan adanya perumusan masalah,suatu penelitian menjadi terarah dan

mendalam sehingga permasalahan akan lebih mudah dipahami dan dimengerti.

Permasalahan penelitian dibutuhkan sebagai dasar mengapa penelitian dilakukan,

dimana permasalahan dituangkan ke dalam latar belakang penelitian. Latar belakang dimulai dari hal yang bersifat umum kemudian mengerucut ke dalam masalah yang lebih spesifik.

Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. Sastrawan biasanya mengungkapkan kehidupan manusia dan masyarakat melalui emosi, subjektif, dan evaluatif. Sastra juga memanfaatkan pikiran, intelektualitas, tetapi tetap

didominasi oleh emosional. Begitu juga dengan novel “NORWEGIAN WOOD”KARYA HARUKI MURAKAMI. Di dalam novel ini banyak menunjukkan kehidupan sosiologi

masyarakat Jepang pada zaman itu, yaitu mengenai interaksi-interaksi atau hubungan antara orang-orang peorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam suatu masyarakat. Jika dihubungkan dengan kenyataan yang pernah terjadi, ada banyak perbedaan hubungan

interaksi antar pelaku dalam masyarakat tersebut. Maka, masalah-masalah tersebut akan diuraikan dalam pertanyaan :

1. “Bagaimana kehidupan sosial tokoh Watanabe yang terjadi dalam novel

(6)

1.3Ruang Lingkup Pembahasan

Dari permasalahan-permasalahan yang ada maka penulis menganggap perlu adanya

pembatasan ruang lingkup dalam pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar masalah penelitian tidak terlalu luas dan berkembang jauh, sehingga penelitian dapat terarah dan fokus.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologis dalam meneliti

bagaimana kehidupan sosial yang terdapat pada novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI. Adapun pendekatan sosiologis itu maksudnya adalah pendekatan

yang menganalisis manusia terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sesuai dengan yang dikatakan oleh Nyoman Kutha Ratna (2004 : 60) bahwa dasar pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan

masyarakat.

Dengan menggunakan pendekatan sosiologis diatas, penulis akan meneliti seperti apa

kehidupan sosial tokoh utama menurut novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI serta interaksi sosial dan bentuk-bentuk penyimpangan kehidupan sosial yang

turut berjalan dalam novel tersebut juga.

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1. Tinjauan Pustaka

Wellek dan Waren dalam Kurniawan (2012:1) mendefinisikan sastra sebagai karya imajinatif yang bermediakan bahasa dan mempunyai nilai estetika dominan. Imajinasi dan

estetika merupakan konsep dasar dari seni yang bersifat personal, sedangkan bahasa merupakan ciri khas dari media penyampainya,yang membuat karya sastra berbeda dengan karya-karya lainnya. Norwegian Wood karya Haruki Murakami yang berisikan 400 halaman

(7)

Dalam analisis ini, penulis memfokuskan pembahasan mengenai kehidupan sosial ataupun penyimpangan sosial yang terdapat pada kehidupan Watanabe yang berjuang

melawan segala masalah pada masa mudanya,melewati segala perjalanan hidup masalah sosial di Jepang dan beberapa penyimpangan sosial yang dilakukan sang tokoh maupun

tokoh-tokoh lainnya di dalam novel yang dimana penyimpangan kehidupan sosial itu berupa hal yang tidak biasa,merugikan atupun yang tidak merugikan.

Penulis menganalisis penelitian ini dengan menggunakan pendekatan sosiologis

analisis sebagai acuan penelitian.supaya pembahasan lebih jelas dan memiliki akurasi data yang tepat dan jelas,maka penulis dalam bab II menjelaskan juga mengenai novel catatan

Norwegian Wood karya Haruki Murakami , setting novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, sosiologi sastra.

1.4.2.Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan

atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian akan disoroti.

Suatu teori pada hakikatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau

pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diminati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.

Penelitian merupakan sarana bagi ilmu pengetahuan untuk mengembangkan ilmu yang

bersangkutan. Penelitian yang digunakan terhadap novel “NORWEGIAN WOOD” KARA HARUKI MURAKAMI ini merupakan penelitian sosiologis, yang merupakan proses

(8)

dikenal dalam sosiologi sebagai ilmu. Konsep-konsep dasar tersebut merupakan sarana ilmiah yang dipergunakan untuk mengungkapkan kebenaran yang ada dalam masyarakat

(Soekanto, 2003:411).

Karena di dalam penelitian ini dibahas mengenai analisis sosiologis terhadap novel

“NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI, maka teori yang digunakan adalah studi sosiologi. Teori lainnya yang digunakan adalah teori Narwoko Suyanto, yang dimana, seseorang tidak dilahirkan dengan karakteristik serta kepribadian yang telah jadi,

melainkan ia akan dibentuk oleh lingkungannya melalui simbol-simbol dan sosialisasi. Kemampuan untuk menyesuaikan diri perilaku seseorang sebagai tanggapan terhadap

situasi-situasi sosial tertentu sebagai pengambilan peranan (Narwoko Suryanto 2007 ;22)

Dengan pandangan kerangka teori berfikir di atas, maka di dalam penelitian ini akan ditujunjukkan mengenai interaksi antar pelaku serta berkembangnya perilaku penyimpangan

kehidupan sosial melalui novel “NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI.

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian A. Tujuan Penelitian

Dari semua penelitian yang dilakukan, tujuan penelitianlah merupakan inti dari segala

bentuk pergerakan penulis dalam meneliti. Sebelum meneliti akan sesuatu, hendaklah dahulu setiap penulis harus mendasari segala sesuatunya mengenai tujuan dilakukannya penelitian sebelumnya. Adapun tujuan yang mendasari penelitian ini adalah, yakni :

1. Untuk mengetahui dan mendiskripsikan serta menggambarkan bagaimana kehidupan

sosial tokoh Watanabe yang terjadi dalam kehidupan novel “Norwegian Wood” karya

(9)

B. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat,sejalan dengan tujuan

diatas. Adapun manfaat penelitian adalah :

1. Kegunaan Akademis. Bagi penulis, menambah pengetahuan dalam pengamatan

sosiologis karya sastra novel. 2. Kegunaan Praktis.

a. Menambah pengetahuan baru mengenai pandangan sosiologis akan novel sebagai

refrensi yang bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswi Departemen Sastra Jepang

Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Sumatera Utara.

b. Bagi pihak-pihak yang menaruh minat terhadap penelitian ini semoga hasil

penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan serta dapat memberikan sumbangan pikiran yang dapat menambah literatur.

1.6Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian sangat dibutuhkan metode penelitian sebagai bahan penunjang

dalam penulisan. Metode adalah cara pelaksanaan penilitian. Penelitian merupakan suatu kegiatan yang dilandaskan pada analisis dan konstruksi. Analisis dan konstruksi dilakukan

secara metedologis, sistematis, dan konsisten. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan kebenaran sebagai salah satu manifestasi hasrat manusia untuk mengetahui apa yang dihadapinya dalam kehidupan sosial (Soekanto, 2003 : 410)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu

(10)

dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan (Ratna, 2004:53).

Menurut Koentjaraningrat (1976 :30), bahwa penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang memberikan gambaran secermat mungkin mengenai individu, keadaan, gejala

atau kelompok tertentu. Metode deskriptif juga merupakan suatu metode yang menggambarkan keadaan atau objek penelitian yang dilakukan pada saat sekarang berdasarkan pada fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya dan dipakai untuk

memecahkan masalah dengan cara mengumpulkan, menyusun, mengklarifikasikan, mengkaji, dan menginterpretasikan data.

Dalam penulisan ini peneliti menguraikan dan menjelaskan secermat mungkin kondisi

dan masalah sosial di dalam novel“NORWEGIAN WOOD” KARYA HARUKI MURAKAMI. Dalam penulisan kali ini,penulis menggunakan teknik metode studi

kepustakaan (Library Research) dalam pengumpulan data. Hal tersebut dilakukan dengan cara mengumpulkan buku dari berbagai sumber atau refrensi yang berkaitan dengan masalah ini. Dan untuk menunjang penulisan ini, penulis juga menambahkan refrensi dari berbagai

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perusahaan besar, dengan basis data atau sistem yang besar untuk. fungsi yang berbeda, seperti produk, penjualan, dan akuntansi, kemampuan

kegiatan peningkatan kapasitas lainnya untuk pengembangan dan penguatan kebijakan satu Desa satu produk unggulan yang sesuai dengan analisis kebutuhan dan kondisi Desa

Karena masing-masing aplikasi pada mulanya dibangun sendiri- sendiri, maka untuk menghubungkannya biasanya dikembangkan beberapa program antarmuka (interface) agar

Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 23 tahun 201I tentang Organisasi dan Tata kerja Universitas Negeri Yogyakartal.. Keputusan N,ltnteri

Di dalam teks hipogram (Pararaton) Tunggul Ametung dibunuh dengan keris buatan Empu Gandring oleh Ken Angrok, dan keris Empu Gandring pada saat itu dibawa oleh Kebo

[r]

dua hari semenjak aku bekerja di peru- sahaan pengumpul barang bekas dan kau telah berubah, Jim,” sapaku saat me - lihat poster yang memajang wajah Jim di jalan.”’

[r]