sarjan
a
Program St udi Manajemen Pendidik an
Konsentrasi Kepengawasan Sekolah
Disusun Oleh :
Yanuar ius Ser an Fahik
NIM. 0102514056
2 0 1 5
INSTRUMEN SUPERVISI
Sebagai Tugas Individu Mata
Kuliah Teori dan Praktik Supervisi
Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Soedjono, M.Pd
METODE BALANCED
SCORECARD PADA SMK
RANCANGAN INSTRUMEN SUPERVISI
DENGAN METODE BALANCED SCORECARD
PADA SMK NEGERI 1 SEMARANG
Tugas Individu Mata Kuliah :
Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Soedjono, M.Pd.
Oleh:
Yanuarius Seran Fahik
NIM: 0102514056
Semester: II (Dua)
Rombongan Belajar: 1
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
KONSENTRASI KEPENGAWASAN SEKOLAH
PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat yang berlimpah dan diberi kekuatan sehingga tetap setia mengabdi pada bidang pendidikan untuk berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa pula penyusun telah menyelesaikan Instrumen Supervisi Dengan Menggunakan Metode Balanced
Scorecard Pada SMK Negeri 1 Semarang untuk memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan dengan dosen pengampu
Dr. Titi Prihatin, M.Pd dan Dr. Soedjono, M.Pd.
Banyak bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak dalam menyelesaikan instrumen ini, untuk itu disampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Titi Prihatin, M.Pd dan Dr. Soedjono, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan banyak ilmu tentang Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan dalam pembelajaran kepada kami.
2. Kepala SMK Negeri 1 Semarang bersama semua Guru, Pegawai dan Siswa/siswi yang telah menerima kami untuk melaksanakan praktik kepengawasan di sekolah.
3. Teman-teman Kelompok Praktik Kepengawasan Pak Agus Saefudin, Pak Ahmad Kusfandi, Pak Dedy Heriyanto, Pak Suyatno yang selalu setia dan kompak dalam melaksanakan praktik supervisi di SMK Negeri 1 Semarang serta saling mendukung dalam mengkaji teori tentang Balanced Scorecard sampai pada penyusunan instrumen ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan diri dalam menyelesaikan instrumen serta mengkaji teori-teori terkait metode Balanced Scorecard ini yang masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangatlah dibutuhkan untuk penyempurnaan ini di masa yang akan datang. Saya berharap semoga instrumen ini membawa manfaat bagi kita semua dalam melaksanakan supervisi terkait mengkaji tingkat kepuasan pelanggan terhadap mutu sekolah.
Semarang, 27 Juni 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ii
PRAKATA ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR INSTRUMEN ... vi
A. PENDAHULUAN... 1
B. PENGERTIAN BALANCED SCORECARD ... 3
1. Perspektif Keuangan ... 5
2. Perspektif Pelanggan ... 5
3. Perpektif Proses Internal ... 6
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 6
C. VISI, MISI, DAN TUJUAN SMK NEGERI 1 SEMARANG ... 7
D. PERSPEKTIF PELANGGAN (CUSTOMER) ... 9
E. PERSPEKTIF PELANGGAN (DUNIA USAHA/DUNIA INDUSTRI) TERHADAP PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI (PRAKERIN) ... 21
DAFTAR PUSTAKA ... 24
DAFTAR INSTRUMEN
Halaman
1. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Masyarakat) ... 11 2. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) Terhadap
Daya Tanggap, Jaminan, dan Empati ... 13 3. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) Terhadap
Keandalan dan Fasilitas Fisik ... 14 4. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) Tentang
“HARAPAN” Orang Tua Terhadap Layanan Pendidikan ... 16 5. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) Tentang
“KENYATAAN” Yang Dihadapi Orang Tua Dalam Memperoleh
Layanan Pendidikan ... 17 6. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Siswa) Terhadap
Layanan Pendidikan ... 19 7. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Dunia Usaha/Dunia Industri)
RANCANGAN INSTRUMEN DENGAN METODE
BALANCED SCORECARD PADA
SMK NEGERI 1 SEMARANG
Oleh :
Yanuarius Seran Fahik
NIM. 0102514056 Semester : II (Dua)
Program Studi : Manajemen Kependidikan, Konsentrasi Kepengawasan Sekolah Mata Kuliah : Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Dosen Pengampu : Dr. Soedjono, M.Pd
A. Pendahuluan
Peningkatan kualitas pendidikan bukanlah tugas yang ringan karena tidak
hanya berkaitan dengan permasalahan teknis, tetapi mencakup berbagai persoalan
yang sangat rumit dan kompleks, baik yang menyangkut perencanaan, pendanaan,
maupun efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan sistem sekolah. Peningkatan kualitas pendidikan juga menuntut manajemen pendidikan yang lebih baik.
Sayangnya, aspek manajemen pendidikan pada berbagai tingkat dari satuan
pendidikan belum mendapat perhatian yang serius sehingga seluruh komponen
sistem pendidikan kurang berfungsi dengan baik.
Sekolah merupakan penyelenggara pendidikan. Akan tetapi, dalam
praktiknya, upaya perbaikan pengelolaan pendidikan yang dilakukan oleh sekolah
sangat bergantung pada keputusan birokrasi pendidikan yang memiliki jalur yang
sangat panjang, bahkan kebijakan pendidikan yang dikeluarkan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah setempat. Dengan demikian, sekolah akan kehilangan
kemandirian, motivasi dan inisiatif untuk berkembang, serta memajukan
lembaganya guna meningkatkan kualitas pendidikan.
Peran serta masyarakat (khususnya orang tua siswa) dalam penyelenggaraan pendidikan masih sangat minim. Pada umumnya, partisipasi masyarakat hanya
berupa dukungan dana, bukan pada proses pendidikan itu sendiri. Dalam hal
akuntabilitas, sekolah tidak memiliki beban untuk mempertanggungjawabkan
hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, bahkan masyarakat cenderung
Salah satu solusi atas berbagai permasalahan tersebut adalah melakukan reorientasi penyelenggaraan pendidikan. Seiring dengan berkembangnya
paradigma otonomi daerah, pengelolaan pendidikan dasar dan menengah telah
diserahkan ke kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat sekolah. Dalam bidang
pendidikan, muncul konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang diterapkan
pada semua satuan pendidikan.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan,
yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan agar sekolah
mengelola aumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai
dengan prioritas kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar
mereka lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan.
Dalam pada itu, kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah harus pula
dilakukan oleh sekolah. Pada sistem MBS, sekolah dituntut secara mandiri
menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, mengendalikan, dan
mempertanggungjawabkan pemberdayaan sumber-sumber, baik kepada
masyarakat maupun pemerintah.1
Menurut Dadang Dally (2010), agar kebijakan MBS dapat diimplementasikan
sesuai dengan harapan, maka strategi yang perlu dikembangkan adalah: (a) mengembangkan sekolah yang memiliki perencanaan strategik dengan
membangun Visi yang dapat menggerakkan sekolah, merancang program dan
kegiatan sekolah pada sebuah dokumen program dan rencana kerja sekolah (RKS)
yang menjadi milik bersama serta dilaksanakan secara konsisten; (b)
mengembangkan sekolah yang mandiri dengan ditopang oleh sikap
profesionalisme, pembagian tugas dan kewenangan yang jelas melalui mekanisme
pertanggungjawaban sekolah dalam rangka transparansi dan akuntabilitas sekolah;
dan (c) mengembangkan sekolah yang memberdayakan masyarakat melalui upaya
peningkatan peran dan partisipasi masyarakat melalui komite sekolah sebagai
1
perwakilan dari peran serta masyarakat dalam proses penyelenggaraan
pendidikan.2
B. Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard diciptakan oleh Robert S. Kaplan, seorang profesor dari
Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor akuntan publik KPMG. Ide tentang Balanced Scorecard pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul Balanced Scorecard-Measures that Drive Performance.
Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika serta diskusi rutin dua bulanan dengan wakil dari berbagai bidang perusahaan sepanjang tahun itu untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced Scorecard dikembangkan sebagai sistem pengukuran kinerja yang memungkinkan para eksekutif memandang perusahaan dari berbagai perspektif secara simultan. (Yuwono dkk, 2007).3
Menurut Mulyadi (2007) Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial performance). Oleh karena perusahaan pada dasarnya merupakan institusi pencipta kekayaan, pemanfaatan Balanced
Scorecard dalam pengelolaan menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan kekayaan.4
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2)
berimbang (balanced). Pada tahap eksperimen awal, Balanced Scorecard merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk mencatat skor kinerja hasil eksekutif. Melalui kartu skor, skor yang hendak diwujudkan eksekutif dimasa depan dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini
2
Dadang Dally, Balanced Scorecard: Suatu Pendekatan dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
3
Yuwono, dkk., Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007.
4
dimanfaatkan untuk melakukan evaluasi atas kinerja eksekutif. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukan bahwa kinerja eksekutif diukur secara berimbang dari dua perspektif: keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh karena eksekutif akan dinilai kinerja mereka berdasarkan kartu skor yang dirumuskan secara berimbang, eksekutif diharapkan akan memusatkan perhatian dan usaha mereka pada ukuran kinerja nonkeuangan dan ukuran jangka panjang.
Setelah mencatat keberhasilan penerapan Balanced Scorecard sebagai perluasan kinerja eksekutif, Balanced Scorecard kemudian diterapkan ke tahap manajemen yang lebih strategis dalam penilaian kinerja. Dalam sistem perencanaan, pengukuran kinerja terjadi pada tahap pengimplementasian rencana. Personel tidak akan dapat dimintai pertanggungjawaban atas kinerjanya jika pada tahap perencanaan, personel tersebut tidak merencanakan kinerja yang akan diwujudkan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, menyusul keberhasilan penerapan Balanced Scorecard di tahun 1992, pendekatan Balanced Scorecard kemudian diterapkan dalam proses perencanaan strategis.
Mulai pertengahan tahun 1993, Renaissance Solutions, Inc. (RSI) sebuah perusahaan konsultasi yang dipimpin oleh David P. Norton (yang semula menjadi CEO Nolan Norton Institute) menerapkan Balanced Scorecard sebagai pendekatan untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi di berbagai perusahaan kliennya. Mulai saat itu, Balanced Scorecard tidak lagi hanya berfungsi sebagai alat pengukur kinerja eksekutif, namun berkembang menjadi inti sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard dalam sistem manajemen strategis di berbagai perusahaan tersebut dilaporkan dalam artikel yang ditulis oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review (Januari-Febuari 1996) berjudul Using Balanced Scorecard as a
Strategic Management System. (Mulyadi, 2007).5
Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang mengukur kinerja
organisasi secara seimbang dari berbagai perspektif yang berfokus pada
keberhasilan implementasi strategi organisasi. Dengan adanya konsep pengukuran kinerja secara komprehensif, Balanced Scorecard telah diimplementasikan oleh
5
berbagai organisasi kelas dunia sebagai sistem manajemen strategis dan bahkan
sebagai sarana pemandu serta pendorong proses perubahan manajemen dan
budaya organisasi termasuk diimplementasikan dalam manajemen sekolah.
Jika diadaptasi ke dalam dunia pendidikan, menurut Yuwono (2007), aspek-aspek yang diukur dalam manajemen kinerja sekolah dengan pendekatan
Balanced Scorecard meliputi empat perspektif, antara lain :
1. Perspektif Keuangan
Dalam perspektif keuangan, pengukuran kinerja keuangan
mempertimbangkan tiga tahapan siklus kehidupan sekolah, yaitu antara
lain: (a) growth, yaitu siklus kehidupan sekolah yang memiliki potensi
pertumbuhan sekolah terbaik, (b) sustaint, yaitu siklus kehidupan sekolah
yang memiliki tingkat pengembalian sekolah terbaik dengan sasaran
keuangan sekolah diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian
investasi pendidikan, serta (c) harvest, yaitu siklus kehidupan sekolah di
mana sekolah benar-benar memanen/menuai hasil investasinya dengan
sasaran keuangan sekolah diarahkan untuk memaksimalkan arus kas
masuk sekolah dan pengurangan modal kerja sekolah.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, ada dua kelompok pengukuran yang
harus dilakukan oleh sekolah, yaitu sebagai berikut:
a) Customer Core Measurement, yang memiliki beberapa komponen
pengukuran, antara lain: (1) market share, yang mengukur bagian
yang dikuasai oleh sekolah atas keseluruhan pasar jasa pendidikan
yang ada, yang meliputi jumlah pelanggan jasa pendidikan, jumlah
penjualan jasa pendidikan, dan volume penjualan jasa pendidikan; (2)
customer retention, yang mengukur tingkat di mana sekolah dapat
mempertahankan hubungannya dengan pelanggan jasa pendidikan; (3)
customer acquisition, yang mengukur tingkat di mana suatu unit usaha
sekolah dapat menarik pelanggan jasa pendidikan yang baru atau
memenangkan kompetisi pendidikan atas sekolah pesaingnya; (4)
jasa pendidikan terkait dengan kriteria kinerja sekolah dalam value
proposition sekolah; serta (5) customer profitability, yang mengukur
pendapatan bersih sekolah dari seorang pelanggan jasa pendidikan
atau segmen pasar jasa pendidikan setelah dikurangi dengan
biaya-biaya khusus yang dibutuhkan oleh sekolah agar dapat mendukung
pelanggan jasa pendidikan tersebut.
b) Customer Value Proposition, yaitu pemicu kinerja sekolah yang
terdapat pada core value proposition sekolah yang didasarkan pada
atribut-atribut sebagai berikut: (1) product/service attributes, yang
mengidentifikasi apa yang diinginkan pelanggan jasa pendidikan atas
produk jasa pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah; (b) customer
relationship, yang menyangkut perasaan pelanggan jasa pendidikan
terhadap proses pembelian produk jasa pendidikan yang ditawarkan
oleh sekolah; serta (c) image and reputation, yaitu faktor-faktor tidak
berwujud yang berfungsi untuk membangun citra dan reputasi sekolah
melalui periklanan jasa pendidikan dan menjaga kualitas jasa
pendidikan.
3. Perspektif Proses Internal
Dalam perspektif proses internal, sekolah perlu melakukan analisis
rantai nilai (value chain analysis). Scorecard memungkinkan kepala
sekolah untuk mengetahui seberapa baik sekolah mereka berjalan dan
apakah produk jasa pendidikan mereka sesuai dengan spesifikasi
pelanggan jasa pendidikan. Dalam perspektif proses internal, proses
inovasi pendidikan dimasukkan ke dalam proses internal. Proses inovasi
pendidikan dilakukan dengan tujuan untuk memahami kebutuhan
pelanggan jasa pendidikan dan menciptakan produk jasa pendidikan yang
mereka butuhkan.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, sekolah melakukan
organisasi sekolah yang merupakan fondasi keberhasilan knowledge
worker organization dengan tolak ukur: (a) employees capability, yaitu
bagaimana karyawan sekolah menyumbangkan segenap kemampuannya
untuk organisasi sekolah, (b) information system capability, yaitu
kemampuan sistem informasi pendidikan yang dibutuhkan oleh seluruh
tingkat manajemen sekolah dan karyawan sekolah, (c) motivation
empowerment and alignment, yang menjamin adanya proses pendidikan
yang berkesinambungan terhadap upaya memberikan motivasi dan
inisiatif yang sebesar-besarnya bagi karyawan sekolah.6
Dalam manajemen sekolah, Balanced Scorecard menekankan bahwa semua
ukuran kinerja keuangan dan non-keuangan sekolah harus menjadi bagian dari
sistem informasi bagi semua orang di seluruh tingkat manajemen sekolah.
Balanced Scorecard lebih dari sekadar sistem pengukuran taktis atau operasional
sekolah. Sekolah yang inovatif dapat menggunakan Scorecard sebagai sistem
manajemen strategis guna mengelola strategi sekolah jangka panjang. Sekolah
menggunakan fokus pengukuran Scorecard untuk menghasilkan berbagai proses
manajemen sekolah yang penting, antara lain:
1) Memperjelas dan menerjemahkan Visi dan Strategi Sekolah;
2) Mengomunikasikan serta mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis
sekolah;
3) Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategis sekolah; dan
4) Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis sekolah (Sagala S.,
2007).7
C. Visi, Misi, dan Tujuan SMK Negeri 1 Semarang
Visi suatu lembaga merupakan gambaran harapan, cita-cita atau keinginan dari lembaga yang bersangkutan dalam kurun waktu tertentu. Visi juga ada yang menyebutnya sebagai mimpi yang dibangun dari suatu kenyataan atau fakta dan mimpi yang dapat diwujudkan. Visi yang realistik dibangun dari fundasi fakta
6
Yuwono, dkk., Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007.
7
atau keadaan suatu lembaga setelah melalui proses analisis konteks melalui pendekatan SWOT. Agar visi tidak sekedar mimpi-mimpi yang membuai maka harus disusun dan dikembangkan dari evaluasi diri yang telah dilakukan dan dengan jelas telah memahami dimana status lembaga pendidikan yang sedang dijalankan.8
Visi sekolah harus berorientasi pada tujuan pendidikan dasar dan tujuan pendidikan nasional. Ciri-ciri visi sekolah mencerminkan profil dan cita-cita sekolah yang : (1) berorientasi ke depan dengan memperhatikan potensi kekinian; (2) sesuai dengan norma, nilai, dan harapan masyarakat; (3) ingin mencapai keunggulan; (4) mendorong semangat dan komitmen seluruh warga sekolah; (5) mendorong adanya perubahan yang lebih baik dan; (6) mengarahkan langkah-langkah strategis (misi) sekolah.9
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, maka visi dari SMK Negeri 1
Semarang adalah : ”Mewujudkan lulusan kompeten dibidangnya, berahklak
mulia dan berwawasan lingkungan”.
Adapun rumusan misi sekolah menggambarkan penjabaran operasional dari visi yang telah disusun dan ditetapkan. Oleh karena itu, isi misi harus sejalan dengan visi yang telah dirumuskan. Misi sekolah juga harus secara jelas menjabarkan bidang-bidang yang menjadi kegiatan sekolah dalam mencapai visi yang diiiginkan. Jabaran masing-masing bidang tersebut secara jelas dapat diwujudkan menjadi kegiatan nyata dari sekolah yang bersangkutan.10 Misi sekolah merupakan tindakan strategis yang akan dilaksanakan untuk mencapai visi sekolah. Misi sekolah memiliki ciri-ciri: 1) berbentuk layanan untuk memenuhi tuntutan visi; 2) berupa rumusan tindakan sebagai arahan untuk mewujudkan visi.11
Untuk mencapai Visi di atas, maka “SMK Negeri 1 Semarang”
merumuskan misinya sebagai berikut :
8
Badan Penelitian dan Pengembangan, Analisis Konteks Penerapan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan KEMDIKNAS, 2011, hal. 17.
9
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, Buku Saku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah DEPDIKNAS, 2009, hal. 7.
10
Badan Penelitian dan Pengembangan, Analisis Konteks Penerapan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan KEMDIKNAS, 2011, hal. 18.
11
1. Menghasilkan tenaga trampil dan kompeten sesuai kompetensi keahliannya.
2. Menghasilkan lulusan yang berahklak mulia dan berjiwa kebangsaan. 3. Menghasilkan lulusan yang berwawasan lingkungan dan berjiwa
wirausaha.
Visi dan misi yang jelas memperlihatkan kejelasan esensi tujuan dari sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu, tujuan sekolah dapat diidentifikasi dari visi dan misi sekolah dengan mempertimbangkan tujuan pendidikan (dari pemerintah) untuk tingkat dan satuan pendidikan tertentu.12 Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah untuk mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu. Tujuan tingkat satuan pendidikan merupakan rumusan mengenai apa yang diinginkan pada kurun waktu tertentu. Tujuan satuan pendidikan memiliki ciri-ciri: 1) sesuai dengan visi, 2) dapat diukur, 3) terjangkau. 13
Sebagai aplikasi dari visi dan misi di atas, maka tujuan yang diharapkan akan dicapai pada “SMK Negeri 1 Semarang” adalah sebagai berikut :
1. Menjadikan lulusan untuk dapat berkarya di Dunia Usaha / Dunia lndustri sesuai kompetensi keahliannya.
2. Menjadikan lulusan yang berahklak mulia dan berwawasan kebangsaan.
3. Menjadikan lulusan yang berwawasan lingkungan dan berjiwa wirausaha.
D. Perspektif Pelanggan (Customer)
Didalam organisasi pemerintah, misalnya lembaga pendidikan yang bernaung dibawah pemerintahan termasuk SMK Negeri 1 Semarang, perspektif pelanggan dianggap lebih utama dibandingkan perspektif keuangan yang biasa di terapkan di organisasi swasta. Ini disebabkan karena organisasi pemerintah memiliki tugas
12
Badan Penelitian dan Pengembangan, Analisis Konteks Penerapan Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan, Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan KEMDIKNAS, 2011, hal. 19.
13
untuk melayani masyarakat sebagai pelanggan (customer). Jadi Balanced
Scorecard yang diterapkan di sekolah, lebih difokuskan kepada perspektif
pelanggan daripada perspektif keuangan. Siapa yang termasuk dalam pelanggan sekolah ? Pelanggan (customer) sekolah yaitu meliputi seluruh pengguna jasa sekolah yang terdiri dari beberapa komponen yang ada di masyarakat luar sekolah maupun di dalam sekolah. Adapun yang termasuk dalam pelanggan (customer) SMK Negeri 1 Semarang adalah :
1. Masyarakat Sekitar Sekolah 2. Pelanggan (Orang Tua Siswa) 3. Pelanggan (Siswa)
Dari pelaksanaan praktik yang dilakukan selama 10 hari dari tanggal 20 – 30 Mei 2015, supervisi akademik hasilnya adalah “Baik” dengan rata-rata nilai
81,08, dan supervisi manajerial hasilnya “Amat Baik” dengan rata-rata nilai
95,00. Namun apakah dengan hasil itu sudah dapat memberikan jaminan dan
layanan kepada masyarakat secara memuaskan ? Sebuah pertanyaan yang sulit untuk dijawab tentunya. Untuk menjawab pertanyaan tadi dan membuktikan bahwa prestasi yang diperoleh dengan nilai “Baik” dan “Amat Baik” itu, maka digunakanlah analisa Balanced Scorecard, sebagai metode analisa kepuasan pelanggan dan analisa kualitas kinerja SMK Negeri 1 Semarang, kepada para pengguna jasanya atau kepada para pelanggannya. Untuk mengukur kepuasan pelangan sekolah dan baik buruknya kinerja, maka harus dilakukan survey kepada beberapa kegiatan yang berkaitan dengan mutu pelayanan dan baik buruknya kinerja di SMK Negeri 1 Semarang.
Untuk melakukan survey tersebut dibutuhkan instrumen sebagai alat penggali data. Instrumen tersebut antara lain :
1. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Masyarakat)
2. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) :
Terhadap Daya Tanggap, Jaminan, Empati, Keandalan dan Fasilitas Fisik
Tentang Harapan dan Kenyataan Layanan Pendidikan di Sekolah 3. Instrumen Survey Kepuasan Pelanggan (Siswa)
STP TP KP P SP
X 100 50
10 Bagaimana peran serta SMK Negeri 1 Semarang dalam menjaga ketertiban di lingkungan sekitar ?
Jumlah Skor
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan
Bagaimana kegiatan sosial SMK Negeri 1 Semarang bagi masyarakat sekitar ?
6 Bagaimana hubungan antara SMK Negeri 1 Semarang dengan Lembaga Masyarakat yang ada ? 7 Bagaimana jalinan kerja sama antara warga sekolah
dengan warga sekitar ?
8 Bagaimana Keberadaan SMK Negeri 1 Semarang dalam menciptkan lapangan kerja bagi Masyarakat Sekitar ?
9 Bagaimana SMK Negeri 1 Semarang memberi kesempatan belajar siswa yang kurang mampu bagi masyarakat sekitar ?
1 Bagaimana Keberadaan SMK Negeri 1 Semarang di Lingkungan Sekitar ?
2 Bagaimana Program-program SMK Negeri 1 Semarang bagi lingkungan sekitar ?
3 Bagaimana Kepedulian SMK Negeri 1 Semarang terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar ?
4 Bagaimana keberadaan sarana dan prasarana yang dimiliki SMK Negeri 1 Semarang, apakah membawa manfaat bagi masyarakat sekitar?
5
Petunjuk :
Baca dengan cermat Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan (Masyarakat) terhadap pelayanan SMK Negeri 1 Semarang. Kemudian, pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (STP : Sangat Tidak Puas), 2 (TP : Tidak
Predikat : ... Nilai Kepuasan Pelanggan (Masyarakat) = A + B =
2
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan X 100 30
Bagaimana pendapat saudara tentang kenyamanan di lingkungan SMK Negeri 1 Semarang ?
6 Bagaimana pendapat saudara tentang keamanan pelayanan di SMK Negeri 1 Semarang ?
Jumlah Skor
1 Bagaimana pemahaman saudara tentang kemudahan prosedur pelayanan di SMK Negeri 1 Semarang ? 2 Bagaimana pendapat saudara tentang kecepatan
pelayanan di SMK Negeri 1 Semarang ?
3 Bagaimana pendapat saudara tentang kesopanan dan keramahan petugas / guru SMK Negeri 1 Semarang dalam memberikan pelayanan?
4 Bagaimana pendapat saudara tentang ketepatan pelaksanaan terhadap jadwal waktu pelayanan di SMK Negeri 1 Semarang ?
5
STP TP KP P SP
Penilaian Pernyataan tentang Kepuasan Pelanggan (Orang Tua
Siswa) terhadap "Daya Tanggap, Jaminan, dan Empati" SMK Negeri 1 Semarang.
11 Bagaimana sistem pemberitahuan (buku penghubung, surat edaran) mengenai berbagai kegiatan siswa/siswi yang diselenggarakan oleh pihak sekolah ?
Jumlah Skor
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan X 100 55
6 Bagaimana keamanan dan keselamatan siswa/siswi yang diberikan oleh pihak sekolah di sekitar lingkungan sekolah ?
7 Bagaimana perhatian yang diberikan para pengajar (guru) kepada semua siswa/siswi di sekolah ?
8 Bagaimana penerapan nuansa keagamaan yang dilakukan pihak sekolah kepada siswa/siswi di setiap aktifitas ?
9 Bagaimana komunikasi antara pihak sekolah (khususnya wali kelas) dengan orang tua atau wali siswa/siswi ?
10 Bagaimana informasi tentang hasil belajar siswa/siswi pada setiap akhir semester ?
Bagaimana respon para pengajar (guru) menangani permasalahan siswa/siswi (mengalami kesulitan belajar, tingkah laku (akhlak) ?
3 Bagaimana pelayanan administrasi (pembayaran uang sumbangan, dll) yang dilakukan oleh pihak sekolah ?
4 Bagaimana penjelasan yang diberikan pihak sekolah jika ada pertanyaan dari orang tua atau wali siswa ?
5 Bagaimana tingkat kreatif/ keterampilan para pengajar (guru) dalam proses belajar mengajar di setiap mata pelajaran yang dilakukan di sekolah ? 1 Bagaimana respon sekolah menangani complain dari
orang tua atau wali siswa/siswi ? 2
Petunjuk :
A.
Baca dengan cermat Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) terhadap Daya Tanggap, Jaminan, dan Empati SMK Negeri 1 Semarang. Kemudian, pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (STP : Sangat Tidak Puas), 2 (TP : Tidak
STP TB KB B SB
7 Bagaimana ketersediaan lapangan olah raga, mushola/masjid, kantin, laboratorium, perpustakaan, ruang praktik siswa terkait mata pelajaran produktif ? 8 Bagaimana ketersediaan sarana antar jemput sekolah?
9 Bagaimana keadaan ruang kelas siswa/siswi ?
10 Bagaimana kondisi meja dan kursi yang terdapat di ruang kelas ?
11 Bagaimana kebersihan kamar mandi untuk
siswa/siswi?
12 Bagaimana kondisi dan kebersihan lingkungan sekolah?
3 Bagaimana proses pembelajaran secara langsung (langsung pada objek pembelajaran) yang diberikan para pengajar (guru) kepada siswa/siswi pada semua mata pelajaran?
4 Bagaimana remidi yang diadakan oleh pengajar (guru) di setiap mata pelajaran bagi siswa yang mendapatkan nilai < 7.5 ?
5 Bagaimana peningkatan nilai dalam 4 mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Teori Kejuruan) ?
6 Bagaimana pengembangan bakat dan minat
siswa/siswi di sekolah ?
B. Pernyataan tentang Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) terhadap "Keandalan dan Fasilitas Fisik" SMK Negeri 1 Semarang.
1 Bagaimana pemahaman siswa/siswi terhadap meteri yang telah diberikan oleh para pengajar (guru) di sekolah ?
2 Bagaimana sistem pembelajaran siswa/siswi untuk mengenal lingkungan di sekitar sekolah ?
Petunjuk :
Baca dengan cermat Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) terhadap Keandalan dan Fasilitas Fisik SMK Negeri 1 Semarang. Kemudian, pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√)pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (STB : Sangat Tidak Baik), 2 (TB
: Tidak Baik), 3 (KB : Kurang Baik), 4 (B : Baik), dan 5 (SB : Sangat Baik)
Predikat : ... Nilai Kepuasan Pelanggan (Orang Tua Siswa) = A + B =
2
Skor Akhir = X 100
TP KP CP P SP
12 Sistem belajar di sekolah ini menekankan pada serangkaian pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, sikap dan nilai-nilai karakter
13 Sekolah membangun suatu budaya sekolah
14 Sekolah membuat program yang berbeda dengan sekolah lain
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan X 100
70
10 Sekolah selalu dapat melangsungkan proses belajar mengajar dengan lancar
11 Sekolah memakai sisitem pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan yang sedang berlaku
Jumlah Skor
Sekolah membentuk pribadi anak saya agar peka terhadap kesulitan orang lain
6 Pelajaran ekstrakurikuler memiliki daya tarik untuk
diikuti anak saya
7 Pelajaran ekstrakurikuler menjadi sarana penyalur
minat dan bakat anak saya
8 Sekolah menghasilkan lulusan dengan ciri khas
kepribadian yang baik
9 Lulusan sekolah ini memiliki kompetensi yang lebih
baik dibandingkan sekolah lain
1 Terjadinya perubahan intelektual pada anak saya
selama belajar di sekolah ini
2 Sekolah mengembangkan ketrampilan yang telah
dimiliki anak saya
3 Terjadinya perubahan etika, sopan-santun dan budi
pekerti pada diri anak saya selama menjadi siswa sekolah ini
4 Sekolah membentuk kepribadian yang baik pada diri
anak saya 5
Dalam rangka meningkatkan kepuasaan pelanggan eksternal dalam hal ini orang tua siswa atas layanan pendidikan yang diberikan oleh SMK Negeri 1 Semarang, kami ingin mengetahui bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap SMK Negeri 1 Semarang. Bapak/Ibu dipersilakan menunjukkan seberapa jauh HARAPAN Bapak/Ibu terhadap layanan pendidikan dan KENYATAAN yang Bapak/Ibu hadapi dalam memperoleh layanan pendidikan di sekolah ini dengan memilih jawaban
pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√)pada kolom yang dianggap
paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (TP : Tidak Penting), 2 (KP :
Kurang Penting), 3 (CP : Cukup Penting), 4 (P : Penting), dan 5 (SP : Sangat Penting).
Harapan kami Bapak/Ibu mengisinya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pengalaman yang Bapak/Ibu dapatkan dan dengan bebas.
Penilaian A. Pernyataan tentang Seberapa Jauh "HARAPAN"
TB KB CB B SB
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan X 100
70
13 Sekolah membangun suatu budaya sekolah
14 Sekolah membuat program yang berbeda dengan sekolah lain
Jumlah Skor
10 Sekolah selalu dapat melangsungkan proses belajar mengajar dengan lancar
11 Sekolah memakai sisitem pendidikan yang sesuai dengan standar pendidikan yang sedang berlaku 12 Sistem belajar di sekolah ini menekankan pada
serangkaian pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, sikap dan nilai-nilai karakter
Sekolah membentuk pribadi anak saya agar peka terhadap kesulitan orang lain
6 Pelajaran ekstrakurikuler memiliki daya tarik untuk
diikuti anak saya
7 Pelajaran ekstrakurikuler menjadi sarana penyalur
minat dan bakat anak saya
8 Sekolah menghasilkan lulusan dengan ciri khas
kepribadian yang baik
9 Lulusan sekolah ini memiliki kompetensi yang lebih
baik dibandingkan sekolah lain
1 Terjadinya perubahan intelektual pada anak saya
selama belajar di sekolah ini
2 Sekolah mengembangkan ketrampilan yang telah
dimiliki anak saya
3 Terjadinya perubahan etika, sopan-santun dan budi
pekerti pada diri anak saya selama menjadi siswa sekolah ini
4 Sekolah membentuk kepribadian yang baik pada diri
anak saya 5
Petunjuk :
Dalam rangka meningkatkan kepuasaan pelanggan eksternal dalam hal ini orang tua siswa atas layanan pendidikan yang diberikan oleh SMK Negeri 1 Semarang, kami ingin mengetahui bagaimana penilaian Bapak/Ibu terhadap SMK Negeri 1 Semarang. Bapak/Ibu dipersilakan menunjukkan seberapa jauh HARAPAN Bapak/Ibu terhadap layanan pendidikan dan KENYATAAN yang Bapak/Ibu hadapi dalam memperoleh layanan pendidikan di sekolah ini dengan memilih jawaban
pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√)pada kolom yang dianggap
paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (TB : Tidak Baik), 2 (KB :
Kurang Baik), 3 (CB : Cukup Baik), 4 (B : Baik), dan 5 (SB : Sangat Baik). Harapan kami
Bapak/Ibu mengisinya dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pengalaman yang Bapak/Ibu dapatkan dan dengan bebas.
Penilaian A. Pernyataan tentang "KENYATAAN" yang dihadapi
STB TB KB B SB
Baca dengan cermat Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan (Siswa) terhadap Layanan Pendidikan di SMK Negeri 1 Semarang. Kemudian, pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (STB : Sangat Tidak Baik), 2 (TB :
Tidak Baik), 3 (KB : Kurang Baik), 4 (B : Baik), dan 5 (SB : Sangat Baik).
Pernyataan tentang Kepuasan Pelanggan (Siswa) terhadap layanan pendidikan di SMK Negeri 1 Semarang.
15 Bagaimana Konsistensi guru dan pegawai dalam menjalankan aturan yang berlaku di sekolah?
16 Bagaimana obyektivitas penilaian guru di sekolah? 17 Bagaimana penginformasian sistem penilaian yang
diterapkan di sekolah?
13 Bagaimana kedisiplinan guru dan pegawai terhadap waktu di sekolah?
14 Bagaimana kerapihan guru dan pegawai dalam hal berpakaian?
10 Bagaimana suasana komunikasi yang tercipta di lingkungan sekolah?
11 Bagaimana kontrol guru dan pegawai terhadap siswa di luar KBM?
12 Bagaimana bimbingan guru dan pegawai terhadap masalah yang dihadapi siswa?
Bagaimana dorongan guru agar siswa terlibat aktif dalam KBM?
6 Bagaimana dorongan guru agar siswa mengikuti lomba?
7 Bagaimana empati guru terhadap perasaan & masalah siswa?
8 Bagaimana cara guru memberi nasehat?
9 Bagaimana sikap guru dan pegawai dalam berkomunikasi dengan siswa sebagai teman bicara? 1 Bagaimana persiapan guru sebelum mengajar?
2 Bagaimana variasi metode belajar yang diterapkan oleh guru?
3 Bagaimana cara guru dalam mengajar?
4 Bagaimana pengertian guru terhadap perbedaan gaya belajar siswa?
5
Petunjuk :
: ... Nilai Kepuasan Pelanggan (Siswa)
X 100 130
= Jumlah Skor
Skor Akhir = Jumlah Skor Perolehan
Predikat
Bagaimana kebersihan & kenyamanan ruang kelas dan lingkungan sekolah?
23 Bagaimana penataan ruang kelas?
24 Bagaimana responsivitas bagian administrasi sekolah terhadap siswa?
25 Bagaimana pengelolaan informasi sekolah?
26 Bagaimana pengelolaan terhadap kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan di sekolah?
18 Bagaimana dampak positif hasil evaluasi siswa? 19 Bagaimana followup hasil evaluasi siswa?
20 Bagaimana kelengkapan laboratorium IPA, komputer, dan alat praktik siswa?
21 Bagaimana cara guru dan pegawai memberi pelayanan kepada siswa dalam mengunakan fasilitas laboratorium dan fasilitas praktik?
22
E. Perspektif Pelanggan (Dunia Usaha/ Dunia Industri) Terhadap
Pelaksanaan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
Untuk mengembangkan potensi ilmu pengetahuan pada masing-masing siswa maka sekolah (SMK) mempunyai jadwal khusus selama kurang lebih 3 - 6 bulan bahkan 1 tahun ke industri atau instansi yang ada kaitannya dengan bidang studi atau yang di sebut dengan Praktik Kerja Industri (PRAKERIN). Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merancang visinya sebagai sekolah yang menghasilkan tamatan yang produktif, kompetitif, kreatif dan mandiri berakhlak mulia di era global. Penyelenggaraan pendidikan dengan model pendidikan sistim ganda yang didalamnya terdapat Praktik Kerja Industri adalah memadukan kegiatan sekolah dengan kegiatan belajar melalui bekerja langsung didunia kerja baik swasta maupun pemerintah. Bentuk integrasi kegiatan tersebut dapat meningkatkan mutu tamatan yang profesional dan akhirnya dunia kerja yang menggunakan akan mendapat sumber daya manusia yang siap pakai. Proses pelatihan dilakukan agar peserta menguasai kompetensi standar pada bidangnya, mengembangkan sikap nilai profesionalisme sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, atas dasar itulah maka kegiatan pendidikan di SMK dilaksanakan di dunia kerja yang sesuai.
PRAKERIN merupakan bentuk kesepakatan kerjasama antara institusi pasangan dengan pihak sekolah dalm keterlaksanaan praktik kerja industri yang merupakan bagian dari pendidikan sistem ganda, diharapkan kedua belah pihak secara sungguh-sungguh dapat aktif pada setiap kegiatan yang sesuai dengan wewengang dan tanggung jawabnya yaitu mulai dari perencanaan, penyelenggaraan sampai dengan tahap penilaian.
Kegiatan yang dapat dilaksanakan secara bersama-sama antar sekolah dengan Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI) adalah sebagai berikut :
Pembuatan program
Penyusunan kurikulum bersama
Perencanaan waktu dan distribusi praktik kerja siswa
Pembekalan dan pengkondisian siswa
Melakukan bimbingan dan monitoring para siswa selama PRAKERIN
Konsep kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri (DU/DI) sudah cukup lama dikenal dikalangan SMK, bahkan untuk menjembatani antara sekolah dan dunia usaha serta industri sebagai institusi pasangan ini dibuatkan majelis Pendidikan Kejuruan. Keanggotaannya tidak hanya melibatkan sekolah sebagai stakholder pendidikan, tetapi diperluas pada dunia usaha dan dunia industri yang dianggap sebagai stakholder yang tidak kalah pentingnya. Tamatan SMK dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja level menengah dengan menggarap persiapan siswa SMK untuk bersaing dalam pasar tenaga kerja global melalui program Praktik Kerja Industri (PRAKERIN).
Kualitas pendidikan di SMK diukur dari kualitas dan relevansi lulusannya dengan kebutuhan di lapangan. Mutu pendidikan merupakan masalah yang dijadikan agenda utama untuk diatasi dalam kebijakan pembangunan pendidikan. Tuntutan terhadap mutu pendidikan khususnya SMK pada saat ini, sudah merupakan tuntutan yang sangat mendasar, mutu lulusan akan ditujukan oleh tiga aspek yaitu: skill, knowledge, dan attitude. Untuk mengetahui lulusan SMK tersebut bermutu atau tidak, maka tidak terlepas dari tingkat kepuasan DU/DI terhadap lulusan SMK itu sendiri dengan menggunakan analisa Balanced
Scorecard, sebagai metode analisa kepuasan pelanggan dalam hal ini Dunia
STP TP KP P SP
Predikat : ...
= Jumlah Skor Perolehan X 100
30
Nilai Kepuasan Pelanggan (DU/DI) tentang Paktik Kerja Industri
(PRAKERIN) =
Penguasaan Kompetensi Teknis oleh Peserta Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
6 Kontribusi Terhadap Lembaga tempat Peserta
Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
1 Sikap/ Perilaku Peserta Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN)
2 Penampilan Peserta Praktik Kerja Industri
(PRAKERIN)
3 Keterampilan Interpersonal Peserta Praktik Kerja Industri (PRAKERIN)
4 Kemampuan Beradaptasi Peserta Praktik Kerja
Industri (PRAKERIN) 5
Petunjuk :
Kuesioner Survey Kepuasan Pelanggan (Dunia Usaha/Dunia Industri) terhadap Praktik Kerja Industri (PRAKERIN) yang dilaksanakan oleh SMK Negeri 1 Semarang. Kemudian, pilihlah jawaban pernyataan di bawah dengan cara memberi tanda silang (x) atau cek (√) pada kolom yang dianggap paling sesuai dengan menggunakan butir penilaian berikut ini : 1 (STP : Sangat Tidak Puas), 2 (TP : Tidak Puas), 3 (KP : Kurang Puas), 4 (P : Puas), dan 5 (SP : Sangat Puas).
Penilaian
Aspek Penilaian Kepuasan Pelanggan (Dunia
Mata Kuliah : Teori dan Praktik Supervisi Pendidikan
Page 24
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan. 2011. Analisis Konteks Penerapan
Pendidikan Karakter Pada Satuan Pendidikan, Jakarta: Pusat
Kurikulum dan Perbukuan KEMDIKNAS.
Dally, Dadang. 2010. Balanced Scorecard: Suatu Pendekatan dalam
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2009. Buku Saku Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah DEPDIKNAS.
Eko Putro Widoyoko, S., 2013. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mulyadi. 2007. Sistem Terpadu Pengolahan Kinerja Personel Berbasis Balance
Scorecard, Yogyakarta: STIM YKPN.
Mulyasa, E. 2014. Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sagala, S., 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Yuwono, dkk. 2007. Petunjuk Praktis Penyusunan Balance Scorecard Menuju
Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Yanuarius Seran Fahik, S.Pd
. Gur u SMK Katolik St. Pius X Insana, lahir di Halioan Desa Bar ene Kecamatan Malaka Tengah Kabupaten Malaka pada tanggal 09 Desember 1983. Pendidikan For mal dimulai dar i SD Inpr es Halioan sejak tahun 1988dan diselesaikan pada tahun 1994.
Selanjutnya, pada tahun 1994 melanjut kan pendidikan ke SLTP Neger i 1 Malaka Tengah Betun hingga tahun 1997.
Pada t ahun 1998 melanjut kan pendidikan ke SMA Neger i 1
Malaka Tengah Besikama hingga tahun 2001. Kemudian
menyelesaikan pendidikan sar jana S1 pada FKIP Univer sit as Timor Kefamenanu Jur usan Pendidikan Mat ematika pada tanggal 19 November 2005. Pada tahun 2014 Lulus Seleksi Pener ima Beasisw a Pr ogr am Dir ektor at Pendidikan Menengah untuk melanjutkan Pendidikan Str ata Dua (S2) di Univer sitas Neger i Semar ang pada Pr ogr am Studi Manajemen Pendidikan Konsentr asi Kepengaw asan Sekolah.
Pada tanggal 06 Agustus 2006 penyusun menikah dengan Kw ar ta Yuliana Nokas, S.Pd dan sekar ang telah dikar uniai 4 or ang anak, yaitu Chr istian Rizkyano Ser an Fahik, Jesticia Hilda Ser an Fahik, Alessandr o Revand Ser an Fahik, dan Mar io Jeneyr o Ser an Fahik.
Diangkat menjadi PNS pada tanggal 01 Apr il 2006 dan ditempat kan sebagai t enaga pengajar di SMK Katolik St. Pius X Insana hingga sekar ang. Pada tahun 2007 - 2010 sebagai Wakil Kepala Sekolah Ur usan Sar ana dan Pr asar ana, dan tahun 2010 – 2014 sebagai Wakil Kepala Sekolah Ur usan Kur ikulum.