BAB I
PEN D AH ULUAN
1 .1 La t a r Be la k a ng M a sa la h
Sebagai negara yang sedang berkem bang, I ndonesia pada saat ini t elah
m erencanakan dan m elaksanakan sist em pem bangunan yang berkesinam bungan
guna t ercapainya pem bangunan yang m erat a di seluruh negara I ndonesia.
Sist em pem bangunan t ersebut diharapkan dapat m enj adi cara unt uk m elakukan
perubahan yang m enuj u kepada peningkat an kem akm uran rakyat yang
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Unt uk m ewuj udkan perubahan yang m enghasilkan kem akm uran rakyat
yang m erat a t ersebut , dibut uhkan invest asi dana dalam j um lah yang cukup
besar yang m ana pelaksanaanya harus berlandaskan kem andirian.
Menurut pakar pem bangunan nasional Siagian m engat akan bahw a t idak
sedikit m odal yang dibut uhkan dalam pencapaian pem bangunan di I ndonesia
bahkan m enurut nya.
“ Suat u keny at aan bahw a biaya yang t ersedia bagi suat u Negara yang sedang giat
m elaksanakan pem bangunan seper t i I ndonesia, selalu t erbat as dibandingkan dengan
banyaknya kegiat an pem bangunan yang perlu dibiayai” ( Siagian 1992: 156) .
Sepert i yang kit a ket ahui bersam a, bahwasanya I ndonesia pada m asa
lam pau adalah negara yang m enganut sist em kepem erint ahan sent ralist ik,
sehingga dari sudut kebij akan polit ik hingga kebij aksanaan ekonom i selalu
t erpusat kepada ibu kot a ( pem erint ahan pusat ) . Hal ini sangat lah berpengaruh
kepada laj u pert um buhan ekonom i I ndonesia. Karena sepert i yang dikat akan di
at as, bahwa set iap pem bangunan m em but uhkan biaya yang t idak sedikit . Dan
j ika pem bangunannya m em akai sist em sent ralisasi t adi, m aka sudah dapat
dipast ikan pem bangunan I ndonesia akan berj alan dengan sangat lam bat ,
m engingat luas w ilayah I ndonesia yang sangat besar. Luas wilayah I ndonesia
yang besar it u m engharuskan pem erint ahan I ndonesia m em bent uk
pem erint ahan- pem erint ahan di daerah yang t idak sedik it j um lahnya bahkan j ika
dibandingkan dengan negara lain. Bisa di bayangkan dengan j um lah
pem erint ahan t ingkat I di I ndoneisa sebanyak 34 dan daerah t ingkat I I
sebanyak 414 m aka ket ika ingin m engam bil suat u keput usan unt uk
pusat t erlebih dahulu. Baik yang urusan kecil m aupun urusan besar harus
t erlebih dahulu berkoordinasi ke pusat . Hal ini sudah t ent u sangat m engham bat
laj u pert um buhan ekonom i di daerah- daerah, yang m ana selai it u sem ua proses
t ersebut j uga akan berbent uran dengan sist im birokrasi yang kom pleks.
Oleh sebab it u sudah saat nya dilet akkan suat u landasan yang dapat
m enj am in t ersedianya dana pem bangunan t ersebut , m elalui sum ber- sum ber
pendapat an dalam negeri, sehingga pendapat an yang diperoleh dari sum ber luar
negeri t idak m enj adi m ut lak dalam m em asok sum ber invest asi pem bangunan.
Hal ini t elah diat ur dalam UU.No.33 Tahun 2004 t ent ang Perim bangan Keuangan
Daerah sert a UU.No.28 Tahun 2009 t ent ang paj ak daerah dan ret ribusi daerah.
Sej alan dengan keinginan di at as pem erint ah j uga t elah m engeluarkan
Undang- Undang Nom or 32 Tahun 2004 t ent ang ot onom i daerah yang
m engakibat kan t erbent uknya daerah- daerah ot onom baik di Daerah Tingkat I
m aupun Daerah Tingkat I I .
Meskipun pem erint ah pusat dapat m em berikan subsidi at au bant uan
kepada pem erint ah daerah unt uk m eningkat kan pem bangunan daerah, nam un
sifat bant uan t ersebut penggunaannya t elah diperiorit askan oleh pem erint ah
pusat , dan sifat nya t erbat as, sepert i didalam undang- undang nom or 5 t ahun
1974:
Agar supaya daerah dapat m engurus rum ah t angganya sendir i dengan sebaik-
baiknya, m aka kepent ingannya perlu diberikan y ang cukup, t et api m engingat
bahwa t idak sem ua sum ber pem biayaan dapat diberikan daerah, kepada daerah
diwaj ibkan unt uk m enggali sum ber - sum ber keuangan sendiri berdasarkan
undang- undang.
Pem erint ah daerah yang t elah diberikan hak ot onom i unt uk m engurus
rum ah t angganya sendir i, akhirnya harus m em ikirkan bagaim ana m endapat kan
sum ber- sum ber pem asukan di daerah m asing- m asing guna m em biayai
pem bangunan di daerahnya m asing- m asing.
Menurut Fernandez Johanes, pada dasarnya pem erint ah daerah di
I ndonesia, m em per oleh 5 sum ber pendapat an at au keuangan yang
dim ungkinkan oleh perundang- undangan, yait u:
1. Sum ber pendapat an Asli Daerah, yang diperoleh dari berbagai sum ber
perpaj akan daerah dan j uga pungut an dari ret ribusi.
2. Penerim aan dari opsen at au bagi hasil paj ak
4. Sum ber penerim aan dari perusahaan daerah
5. Sum ber pinj am an dari pinj am an daerah ( Fernandez, Johanes. 1992: 32)
Dari kelim a sum ber pendapat an daerah di at as sum ber pendapat an asli
m erupakan salah sat u sum ber pendapat an andalan yang sekaligus m enj adi
gam baran kem andirian dari suat u daerah. Unt uk it u biasanya pem erint ah daerah
akan lebih m em fokuskan diri dalam m engelola pendapat an asli daerah.
Dalam t ulisannya Josef Riw u Kahu t elah m em bagi 5 j enis m em bagi
pendapat an asli daerah ant ara lain:
1. Paj ak Daerah
2. Ret ribusi Daerah
3. Perusahaan Daerah
4. Dinas Daerah
5. Pendapat an Daerah lainnya. ( Josef Riwu Kaho. 1988: 128)
Kelim a j enis pendapat an daerah it u perlu m endapat perhat ian pent ing
dalam m engisi kas pendapat an daerah. Pengelolaan yang dilakukan secara baik
past i akan m em berik an andil yang besar dalam m engisi kas daerah dan
m ensej aht erakan m asyarakat di daerah t ersebut . Sebagai cont oh ret ribusi
daerah Sum at era Ut ara, walaupun j um lahnya lebih kecil dari j um lah pem asukan
dari yang lain, t et api j ika dikelola dengan baik m aka akan m endat angkan
pem asukan yang t idak sedikit .
Ta be l. 1
Pe n e r im a a n Re t r ibu si I z in Te r t e n t u 4 Ta hu n Te r a k h ir
N O. TAH UN TARGET REALI SASI %
1. 2013 Rp. 27.710.180.376 Rp. 18.050.712.100 74,39 2. 2012 Rp. 11.718.186.374 Rp. 23.718.186.374 101,66 3. 2011 Rp. 13.585.000.000 Rp. 20.764.699.000 167,31 4. 2010 Rp. 23.444.293.628 Rp. 12.885.630.000 59,74
Su m be r : Re a lisa si Pe n da t a pa n APBD Pr ovin si Su m a t e r a Ut a r a T.A. 2 0 1 3
Sudah j elas bahwa pendapat an daerah sangat pent ing unt uk m endukung
kem aj uan pem bangunan sebuah daerah. Pendapat an daerah yang efisien dan
m aksim al akan m em percepat laj u pem bangunan di wilayahnya secara m erat a.
Dem ikian karena konsent rasi penulis dalam st udi adalah Adm inist rasi
penulis, unt uk lebih m endalam i sepert i apa seluk beluk pem erint ah m ensiasat i
pem asukan daerah m elalui peningkat an pendapat an daerahnya.
Provinsi Sum at era Ut ara sebagai dom isili dan t em pat penulis t um buh dan
berkem bang, m aka penulis berm aksud unt uk m enelit i bagaim ana st rat egi
pem erint ahan provinsi Sum at era Ut ara dalam m eningkat kan pendapat an
daerahnya.
Berdasarkan uraian- uraian t ersebut diat as, m aka penulis t ert arik unt uk
m elakukan penelit ian t ent ang “STRATEGI PEN I N GKATAN PEN D APATAN
ASLI D AERAH PROV I N SI SUM ATERA UTARA ( St u di Pa da D ina s
Pe n da pa t a n D a e r a h Pr ovin si Su m a t e r a Ut a r a ) ”.
1 .2 . Pe r um u sa n M a sa la h
Agar penelit ian ini m em baw a hasil yang diinginkan sesuai dengan arah
penelit ian, m aka perlu disebut kan perum usan m asalahnya m elalui int erpret asi
fakt a yang ada.
“ Set iap penelit ian dim ulai dengan per um usan m asalah, yait u yang m em ber ikan berbagai
gam baran bahw a ada sesuat u yang perlu diselesaikan at au dipecahkan dalam ar t i dicari
j aw abannya. ( Naw aw i, Hadar i. 1990: 5) ”
Di dalam penelit ian ini penulis m erum uskan perm asalahan sebagai berikut :
1. Bagaim ana St rat egi Peningkat an Pendapat an Asli daerah Provinsi
Sum at era Ut ara?
2. Fakt or- fakt or apakah yang m enj adi ham bat an Pem erint ah Provinsi
Sum at era Ut ara dalam peningkat an Penerim aan PAD Provinsi Sum at era
Ut ara.
1 .3 . Tu j ua n Pe n e lit ia n
Set iap penelit ian yang dilakukan t erhadap suat u m asalah j elas
m em punyai t uj uan yang ingin dicapai. Dalam hal ini penulis m erum uskan t uj uan
penelit ian sebagai berikut :
1. Unt uk m enget ahui St rat egi Peningkat an Pendapat an Asli Daerah Provinsi
Sum at era Ut ara.
2. Unt uk m enget ahui fakt or- fakt or yang m enyebabkan t erj adinya ham bat
an-ham bat an t erhadap kinerj a Pem erint ahan provinsi Sum at era Ut ara dalam
1 .4 . M a n fa a t Pe n e lit ia n
1. Guna m engem bangkan dan m eningkat kan kem am puan berfikir m elalui
penulisan karya ilm iah sert a m elat ih penulis m enerapkan t eori yang t elah
didapat selam a perkuliahan.
2. Hasil penelit ian ini dapat digunakan oleh Pem er int ah Provinsi Sum at era
ut ara unt uk bahan evaluasi int ernal unt uk m eningkat kan efisiensi dan
efekt ifit as penerim aan PAD m elalui sum ber- sum ber pot ensial yang ada,
m aupun unt uk khalayak luas yang ingin m enget ahui t ent ang kinerj a
peningkat an PAD di Pem provsu.
1 .5 . Ke r a ngk a Te or i
Menurut Hoy dan Miskel dalam ( Sugiyono, 2010: 55) t eori adalah
seperangkat konsep, asum si dan generalisasi yang digunakan unt uk
m engungkapkan dan m enj elaskan perilaku dalam berbagai organisasi, sebelum
m elakukan penelit ian lebih lanj ut , seorang penelit i perlu m enyusun suat u
kerangka t eori sebagai landasan berpikir unt uk m enggam barkan dari sudut
m ana penelit i m enyorot i m asalah yang dipilihnya.
1 .5 .1 D e se n t r a lisa si da n Ot on om i D a e r a h
a . D e se n t r a lisa si
Pengert ian Desent ralisasi secara et im ologis berasal dar i bahasa lat in yait u
“ de” berart i lepas dan “ cent rum ” yang berart i “ pusat ” . Jadi Desent ralisasi
m engandung art i m elepaskan diri dari pusat . Pengert ian Desent ralisasi m enurut
UU No. 5 Tahun 1974 adalah penyerahan urusan pem erint ah dari pem erint ah
at au daerah t ingkat at asnya kepada daerah yang m enj adi urusan rum ah
t angganya.
Selanj ut nya m enurut Suryaningrat , Bayu. ( 1980: 6- 7) ada dua m acam
desent ralisasi yait u :
1. Desent ralisasi Jabat an yait u pem ancaran kekuasaan dari at asan kepada
baw ahan sehubungan dengan kepegaw aian at as j abat an dengan m aksud
unt uk m eningkat kan kelancaran kerj a.
2. Desent ralisasi Kenegaraan yait u penyebaran kekuasaan unt uk m engat ur
daerahdalam lingkungannya sebagai usaha unt uk m ewuj udkan azas
dem okrasi dalam pem erint ahan negara. Dalam desent ralisasi ini rakyat
secara langsung m em punyai kesem pat an unt uk t urut sert a dalam
Dari pengert ian t ersebut diat as penulis m elihat bahwa desent ralisasi
adalah suat u pem ancaran, bila dikait kan dengan kepegawaian. Kem udian
desent ralisasi dapat j uga berart i usaha unt uk m ewuj udkan dem okrasi dan
sekaligus sebagai alat unt uk t urut sert a dalam proses Pem erint ahan.
Negara Republik indonesia m enganut azas desent ralisasi ini sesuai
dengan Undang- Undang Dasar 1945 Pasal 18, yang konsekuensinya
dikeluarkannya Undang- Undang t ent ang pelaksanaan desent ralisasi y ang dikenal
dengan Undang- Undang Nom or 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok- Pokok
Pem erint ahan di daerah yang m enyangkut azas desent ralisasi dan Dekonsent rasi
sert a m em buahkan dasar- dasar bagi penyelenggaraan berbagai urusan
Pem erint ahan di daerah m enurut Azas Pem bant uan. Dengan dianut nya azas
desent ralisasi ini m aka t erbent uklah daerah- daerah Ot onom yang selanj ut nya
disebut daerah.
Dari uraian t ersebut diat as m aka j elaslah bahwa penerapan desent ralisasi
m enurut Undang- Undang Nom or 5 Tahun 1974 t ent ang penyerahan urusan
pem erint ah dari pem erint ah at au daerah t ingkat at asnya kepada daerah yang
m enj adi urusan rum ah t angganya, m enem pat kan desent ralisasi sam a
pent ingnya dengan dekonsent rasi yang dilaksanakan secara bersam a- sam a
dalam suasana keseim bangan. Dari pelaksanaan azas desent ralisasi ini, m ak a
t erbent uklah Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat I I yang m asing- m asing t idak
bersifat vert ikal karena m em ilik i ot onom i daer ah m asing- m asing.
b. Ot on om i D a e r a h
Ot onom i daerah m erupakan persoalan int i dalam pelaksanaan m ekanism e
pem erint ahan di daerah dengan sebaik- baiknya, oleh sebab it u ot onom i daerah
perlu m endapat perhat ian dem i unt uk kem aj uan daerah m enuj u daerah m andiri
yang dapat m em biayai rum ah t angganya sendiri.
Secara et im ologi perkat aan Ot onom i berasal dari bahasa lat in “ aut os”
yang berart i “ sendiri” dan “ nom os” yang berart i “ at uran” , akan t et api pengert ian
secara et im ologi saj a t idak cukup unt uk m enj elask an pengert ian t ent ang
Ot onom i daerah t ersebut .
Menurut Abdurrahm an, ( 1987: 3) Ot onom i daerah adalah kebebasan
unt uk m em elihara dan m em aj ukan kepent ingan khusus daerah dengan
keuangan sendiri dan Pem erint ahan sendiri. Sedangkan pengert ian ot onom i
daerah m enurut Undang- Undang Nom or 5 Tahun 1974 t ent ang Ot onom i daerah
adalah hak dan kewaj iban daerah unt uk m engat ur dan m engurus rum ah
Dari pengert ian t ersebut diat as yang dim aksud dengan m enent ukan hukum
sendiri dan pem erint ahan sendiri bukan berart i daerah bebas di dalam
m enent ukan hukum dan pem erint ahannya. Jadi yang dim aksud dengan
m enent ukan hukum sendiri dan Pem erint ahan sendiri diart ikan sebagai sesuat u
yang digunakan unt uk m enyelenggarakan urusan rum ah t angga daerahnya.
Dengan dem ikian dapat dit arik suat u kesim pulan bahwa penyelenggaraan
ot onom i daerah didasarkan pada prinsip- prinsip :
1. Pelaksanaan pem berian ot onom i daerah harus m enunj ang aspirasi
perj uangan rakyat , yakni m em perkokoh negara kesat uan dan
m em pert inggi t ingkat kesej aht eraan rakyat I ndonesia seluruhnya.
2. Pem berian ot onom i kepada daerah harus m erupakan ot onom i yang nyat a
dan bert anggung j aw ab.
3. Azas desent ralisasi dilaksanakan bersam a- sam a dengan azas
dekonsent rasi, dengan m em ber ikan kem ungkinan pula bagi pelaksanaan
Azas Tugas Pem bant uan.
4. Pem berian ot onom i kepada daerah m engut am akan aspek keserasian dan
t uj uan di sam ping aspek pendem okrasian.
5. Tuj uan pem berian ot onom i daerah adalah unt uk m eningkat kan daya guna
dan hasil guna penyelenggaraan pem erint ahan di daerah, t erut am a
dalam pelaksanaan pem bangunan dan pelay anan t erhadap m asyarakat
sert a unt uk m eningkat kan pem binaan kest abilan polit ik dan kesat uan
bangsa.
Mengenai t it ik berat ot onom i daerah pada Daerah Tingkat I I dengan
m em pert im bangkan bahw a Daerah Tingkat I I yang lebih langsung berhubungan
dengan m asyarakat sehingga diharapkan dapat lebih m engert i dan m em enuhi
aspirasi m asyarakat t ersebut . Penyerahan urusan pem erint ahan kepada daerah
dilakukan secara bert ahap disesuaikan dengan keadaan dan kem am puan daerah
yang bersangkut an. Meskipun berbagai urusan t elah diserahkan kepada daerah
sebagai pelaksanaan azas desent ralisasi t et api t anggung j awab t erakhir t erhadap
urusan- urusan t ersebut t et ap berada dit angan Pem erint ah dan apabila
diperlukan urusan- urusan yang t elah diserahkan kepada daerah it u dapat dit arik
kem bali m enj adi urusan pem erint ah pusat .
1 .5 .2 . Pe n da pa t a n Asli D a e r a h
Salah sat u konsekuensi pada set iap negara yang m elaksanakan asas
desent ralisasi, yang pada gilirannya m elahirkan ot onom i daerah unt uk m engat ur
dan m engurus sendiri urusan- urusan pem erint ahan yang m endaj i urusan pada
set iap pem erint ahan daerah ( local governm ent ) yang m enj alankannya, adalah
m enim bulkan pem bagian kew enangan pada sekt or keuangan unt uk m em biayai
penyelenggaraan urusan t um ah t angga ( ot onom i) pada pem erint ahan t ersebut .
Meskipun dem ikian, bukan berart i bahw a pem er int ahan nasional at au pusat
( cent ral governm ent ) m elepaskan t anggungj awabnya dalam m asalah
pem biayaan pem erint ah daerah, bila pem erint ah daerah yang bersangkut an
m engalam i kesulit an di dalam m encari sum ber- sum ber pem biayaan keuangan
daerahnya.
I dealnya m em ang set iap pem erint ahan daerah yang t elah m enerim a
ot onom i dar i pem erint ah pusat kem udian diik ut i dengan pem bagian kewenangan
dalam pencarian sum ber- sum ber pem biayaan, seharusnya dapat m andiri dalam
hal m encari sum ber- sum ber keuangan daerahnya, sebagai m ana j uga dikat akan
oleh Gie, The Liang. ( 1988: 168) sebagai berik ut :
“ Pada prinsipnya daerah ot onom harus dapat m em biay ai sendir i sem ua kebut uhannya
sehar i- hari yang rut in. Apabila unt uk kebut uhan it u daer ah m asih m engandalakan bant uan
keuangan dari pusat , m aka sesungguhny a daerah it u t idak ot onom lagi. Ot om on yang
diselenggarankannya t idak ada art inya karena um um nya angka m engikut i iram a dat angnya
dan banyaknya bant uan dari pusat , sert a syarat - syarat yang dikait kan pada bant uan it u.
Dengan dem ikian daerah it u dapat dikat akan m em punyai kehidupan sendiri”
Dalam Undang- undang Nom or 33 t ahun 2004 t ent ang Perim bangan
Keuangan Ant ara Pem erint ah Pusat dan Daerah disebut kan bahwa sum ber
pendapat an asli daerah t erdir i dar i hasil paj ak daerah, hasil ret r ibusi daerah hasil
perusahaan m ilik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan dan pendapat an lain- lain pendapat an asli daerah yang sah.
Pengelolaan paj ak daerah dan ret ribusi daer ah sert a perat uran pelaksanaan
lainya t erm asuk perat uran daerah.
Menurut I nsukindro Dkk ( 1994: 1) dalam kait annya dengan pem berian
ot onom i kepada daerah dalam m erencanakan, m enggali, m engelola dan
m enggunakan keungan daerah sesuai dengan kondisi daerah, Pendapat an Asli
Daerah dapat dipandang sebagai salah sat u indikat or at au krit er ia unt uk
m engurangi ket ergant ungan suat u daerah kepada pusat .
Pendapat an daerah m eliput i sem ua penerim aan uang m elalui rek ening
pem erint ah daerah dalam 1 ( sat u) t ahun anggaran yang t idak perlu dibayar
kem bali oleh daerah. Sehubungan dengan hal t ersebut , pendapat an daerah yang
dianggarkan dalam APBD m erupakan perkiraan yang t erukur secara rasional
yang dapat dicapai unt uk set iap sum ber pendapat an. Seluruh pendapat an
daerah yang dianggarkan dalam APBD dianggarkan secara brut o, yang
m em punyai m akna bahwa j um lah pendapat an yang dianggarkan t idak boleh
dikurangi dengan belanj a yang digunakan dalam rangka m enghasilkan
pendapat an t ersebut dan/ at au dikurangi dengan bagian pem erint ah
pusat / daerah lain dalam rangka bagi hasil.
Tent ang pendapat an Asli Daerah disebut kan AW. Wij aya, ( 1992: 42) .
Merupakan salah sat u m odal Pem erint ah Daerah dalam m em enuhi dana
pem bangunan dan m em enuhi belanj a daerah. Apabila daerah t elah berhasil
m enghim pun dana dari m asyarakat unt uk m em bangun daerahnya, m aka hal ini
j uga m erupakan kem andirian daerah dalam m em perkecil ket ergant ungan
daerah- daerah t erhadap subsidi dari pem erint ah pusat .
Berdasarkan uraian t ersebut di at as, penulis m enyim pulkan bahwa m odal
ut am a daerah dalam m em bangun daerahnya adalah dari pendapat an asal
daerah t ersebut . Jadi sem akin besar pendapat an asli daerah t ersebut sem akin
besar pula keberhasilan yang akan diraih daerah t ersebut dalam m elaksanakan
pem bangunan.
b. Sum be r - Sum be r Pe n da pa t a n Asli D a e r a h
Pendapat an asli daerah sebagai salah sat u sum ber keuangan daerah,
pada hakekat nya m enem pat i posisi yang paling st rat egis bila dibandingkan
dengan sum ber keuangan lainya. Dikat akan m enem pat i posisi yang paling
st rat egis, karena sum ber kuangan daerah m em punyai keleluasan yang lebih
besar dan didasarkan pada kreat ifit as m asing- m asing daerah unt uk sem aksim al
m ungkin m em peroleh pendapat annya sendiri berdasarkan kewenangan yang ada
padanya, dan selain it u secara bebas pula dapat m enggunakan hasil- hasil
sum ber keuangan daerah dari sekt or ini guna m em biayai j alannya pem erint ahan
dan pem bangunan daerah yang t elah m enj adi t ugas pokoknya. Dengan dem ikian
dapat dikat akan bahwa pendapat an asli daerah ini m erupakan sum ber
pendapat an yang m enj adi t ulang punggung ot om oni daerah, bahkan dapat
dikat akan lebih lanj ut bahw a sekt or pendapat an asli daerah inilah yang m enj adi
salah sat u ukuran pent ing unt uk m enilai apakah daerah- daerah akan m am pu
m enyelenggarakan fungsi- fungsi pem erint ahan dalam m engat ur dan m engurus
Disam ping it u penerim aan keuangan daerah yang bersum ber dari
pendapat an asli daerah ini dim aksudkan pula unt uk m encegah ket ergant ungan
yang t inggi t erhadap penerim aan dari pem erint ah pusat , sehingga dapat
m enghindari invest asi yang t erlalu j auh oleh pusat t erhadap j alannya ot onom i
daerah yang dirasakan pem erint ah daerah.
Sum ber pendapat an asli daerah m enurut Undang- Undang Nom or 33
Tahun 2004 Pasal 5, ant ara lain :
A. Pendapat an Asli Daerah:
1. Paj ak Daerah
2. Ret ribusi Daerah
3. Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan
4. Lain- lain PAD yang sah.
B. Dana Perim bangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Um um
3. Dana Alokasi Khusus.
C. Lain- lain Pendapat an:
1. Kehut anan
2. Pert am bangan um um
3. Perikanan
4. Pert am bangan m inyak bum i
5. Pert am bangan gas bum i
6. Pert am bangan panas bum i.
Jadi dalam hal ini ret ribusi daerah t erm asuk dalam Pendapat an Asli
Daerah sesuai dengan Undang- Undang t ersebut diat as.
1 .5 .3 . D ina s Pe nda pa t a n D a e r a h
Pada t ingkat provinsi st rat egi peningkat an m aupun pengelolan PAD
dit anggungj awabi oleh sebuah Dinas yait u Dinas Pendapat an Daerah ( Dispenda) .
Dinas Pendapat an adalah unsur Pelaksana Pem erint ah Propinsi yang dipim pin
oleh seorang Kepala Dinas, berkedudukan dibawah dan bert anggung j aw ab
Dinas Pendapat an m em punyai t ugas m enyelenggarakan sebagian
Kew enangan Pem erint ah Propinsi dan Tugas Dekonsent rasi dibidang
pendapat an. Adapun fungsi dari dinas ini ialah:
1. Menyiapkan bahan perum usan perencanaan/ program dan kebij aksanaan
t eknis dibidang pendapat an
2. Menyelenggarakan pem binaan, program , paj ak kendaraan berm ot or dan
kendaraan diat as air, paj ak pengam bilan dan pem anfaat an air bawah t anah
dan paj ak bea balik nam a kendaraan berm ot or, ret ribusi dan pendapat an
lain- lain, pengendalian dan pem binaan
3. Melaksanakan t ugas- t ugas yang t erkait dengan Pendapat an sesuai
ket et apan Kepala Daerah.
1 .5 .4 . St r a t e gi
Secara khusus st rat egi sering diart ikan sebagai t ak t ik at au siasat .
Menurut Pierce dan Robinson ( 2000, p4) st rat egi adalah perhat ian
organisasi/ perusahaan t ent ang bagaim ana, kapan dan dim ana sebaiknya
bersaing, m elaw an siapa dan unt uk t uj uan apa m ereka bersaing.
Menurut Tj ipt ono, Fandy ( 2002, p3) dalam bukunya ist ilah st rat egi
berasal dari kat a yunani St rat egeia( st rat os = m ilit er, dan ag = m em im pin )
yang art inya seni at au ilm u unt uk m enj adi seorang j enderal. Konsepini r elevan
dengan sit uasi j am an dulu yang sering diw arnai perang, dim ana j enderal
dibut uhkan unt uk m em im pin sat u angkat an perang agar dapat selalu
m em enangkan perang. St rat egi j uga bisa diart ikan sebagai suat u rencana
pem bagian dan penggunaan kekuat an m ilit er dan m at erial pada daerah t ert ent u
unt uk m encapai t uj uan t ert ent u.
Menurut David, Fred R ( 2004, p15) st rat egi adalah cara unt uk m encapai
t uj uan – t uj uan j angka panj ang dan m erupakan t indakan yang m enunt ut
keput usan m anaj em en puncak dan sum ber daya perusahaan yang banyak unt uk
m erealisasikannya. St rat egi j uga m em pengaruhi kehidupan organisasi dalam
j angka panj ang paling t idak selam a 5 t ahun, oleh karena it u sifat st rat egi adalah
berorient asi ke m asa depan.
St rat egi m enurut Ohm ae ( 2003, p4) adalah segala sesuat u yang
m enyangkut st rat egi bisnis dan t uj uan dari perencanaan st rat egi adalah
m em ungkinkan sebuah perusahaan unt uk m endapat kan posisi yanglebih dari
upaya unt uk secara efisien m eningkat kan kekuat an sebuah perusahaan lebih
t inggi dari kekuat an pesaing.
1 .6 . D e fin isi Kon se p
Konsep adalah ist ilah at au definisi yang digunakan unt uk
m enggam barkan fenom ena yang dirum uskan berdasarkan generasi dari
sej um lah kej adian, keadaan kelom pok, at au individu yang m enaj adi pusat
penelit ian. ( Singarim bun, 1995: 31) . Maka dalam hal ini penulis m engem ukakan
definisi dari konsep yang dipergunakan yait u:
1 .6 .1 . Pe n da pa t a n Asli D a e r a h
Pendapat an Asli Daerah dapat diart ikan sebagai pendapat an yang
benar-benar di t erim a oleh Daerah dan m erupakan m odal Pem erint ah Daerah dalam
m em enuhi pem bangunan belanj a negara.
1 .6 .2 . Re n ca na Ke r j a , SOP, Pe r a t ur a n - pe r a t u r a n da n Ke t e n t u a n
1 .6 .2 .1 . Re n ca na Ke r j a
Dalam proses m anaj er ial, perencanaan adalah proses m endefinisikan
t uj uan organisasi, m em buat st rat egi unt uk m encapai t uj uan it u, dan
m engem bangkan rencana akt ivit as kerj a organisasi. Perencanaan m erupakan
proses t erpent ing dari sem ua fungsi m anaj em en karena t anpa perencanaan
fungsi- fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengont rolan t ak akan
dapat berj alan.
Rencana dapat berupa rencana inform al at au rencana form al.Rencana
inform al adalah rencana yang t idak t ert ulis dan bukan m erupakan t uj uan
bersam a anggot a suat u organisasi.Sedangkan rencana form al adalah rencana
t ert ulis yang harus dilaksanakan suat u organisasi dalam j angka w akt u t ert ent u.
Rencana form al m erupakan rencana bersam a anggot a korporasi, ar t inya, set iap
anggot a harus m enget ahui dan m enj alankan rencana it u. Rencana form al dibuat
unt uk m engurangi am biguit as dan m encipt akan kesepaham an t ent ang apa yang
harus dilak ukan.
Dengan rencana, karyaw an dapat m enget ahui apa yang harus m ereka
capai, dengan siapa m ereka harus bekerj a sam a, dan apa yang harus dilakukan
m ungkin akan bekerj a sendiri- sendiri secara seram pangan, sehingga kerj a
organisasi kurang efesien.
Tuj uan kedua adalah unt uk m engurangi ket idakpast ian. Ket ika seorang
m anaj er m em buat rencana, ia dipaksa unt uk m elihat j auh ke depan,
m eram alkan perubahan, m em perkirakan efek dari perubahan t ersebut , dan
m enyusun rencana unt uk m enghadapinya.
Tuj uan ket iga adalah unt uk m em inim alisir pem borosan.Dengan kerj a
yang t erarah dan t erencana, karyawan dapat bekerj a lebih efesien dan
m engurangi pem borosan. Selain it u, dengan rencana, seorang m anaj er j uga
dapat m engident ifikasi dan m enghapus hal- hal yang dapat m enim bulkan
inefesiensi dalam perusahaan.
Rencana at au plan adalah dokum en yang digunakan sebagai skem a unt uk
m encapai t uj uan. Rencana biasanya m encakup alokasi sum ber daya, j adwal, dan
t indakan- t indakan pent ing lainnya.Rencana dibagi berdasarkan cakupan, j angka
w akt u, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya.Berdasarkan cakupannya,
rencana dapat dibagi m enj adi rencana st rat egis dan rencana operasional.
Rencana st rat egis adalah rencana um um yang berlaku diseluruh lapisan
organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang m engat ur
kegiat an sehari- hari anggot a organisasi.
Berdasarkan j angka wakt unya, rencana dapat dibagi m enj adi rencana
j angka panj ang dan rencana j angka pendek.Rencana j angka panj ang um um nya
didefinisikan sebagai rencana dengan j angka w akt u t iga t ahun, rencana j angka
pendek adalah rencana yang m em iliki j angka wakt u sat u t ahun. Sem ent ara
rencana yang berada di ant ara keduanya dikat akan m em ilik i int erm ediat e t im e
fram e.
Rencana at au Plan adalah dokum en yang digunakan sebagai skem a unt uk
m encapai t uj uan.Rencana biasanya m encakup alokasi sum ber daya, j adwal, dan
t indakan- t indakan pent ing lainnya.Rencana dibagi berdasarkan cakupan, j angka
w akt u, kekhususan, dan frekuensi penggunaannya.Berdasarkan cakupannya,
rencana dapat dibagi m enj adi rencana st rat egis dan rencana
operasional.Rencana st rat egis adalah rencana um um yang berlaku diseluruh
lapisan organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang
m engat ur kegiat an sehari- hari anggot a organisasi.
Berdasarkan j angka wakt unya, rencana dapat dibagi m enj adi rencana
didefinisikan sebagai rencana dengan j angka w akt u t iga t ahun, rencana j angka
pendek adalah rencana yang m em iliki j angka w akt u sat u t ahun.Sem ent ara
rencana yang berada di ant ara keduanya dikat akan m em ilik i int erm ediat e t im e
fram e.
1 .6 .2 .2 . SOP ( St a nda r d Ope r a sion a l Pr oce du r e )
Pengert ian St andar Operasional Prosedur at au SOP adalah suat u
st andar/ pedom an t ert ulis yang dipergunakan unt uk m endorong dan
m enggerakkan suat u kelom pok unt uk m encapai t uj uan organisasi. SOP
m erupakan t at acara at au t ahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui unt uk
m enyelesaikan suat u proses kerj a t ert ent u.
Tuj uan st andar operasional prosedur at au SOP adalah :
1. Agar pet ugas/ pegawai m enj aga konsist ensi dan t ingkat kinerj a
pet ugas/ pegawai at au t im dalam organisasi at au unit kerj a.
2. Agar m enget ahui dengan j elas peran dan fungsi t iap- t iap posisi dalam
organisasi
3. Mem perj elas alur t ugas, wewenang dan t anggung j awab dari
pet ugas/ pegawai t erkait .
4. Melindungi organisasi/ unit kerj a dan pet ugas/ pegawai dari m alprakt ek at au
kesalahan adm inist rasi lainnya.
5. Unt uk m enghindari kegagalan/ kesalahan, keraguan, duplikasi dan
inefisiensi.
Fungsi SOP adalah :
Dalam m enj alankan operasional organisasi/ perusahaan, peran pegawai
m em iliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan.Oleh karena it u diperlukan
st andar- st andar operasi prosedur sebagai acuan kerj a secara sungguh- sungguh
unt uk m enj adi sum ber daya m anusia yang profesional, handal sehingga dapat
m ew uj udkan visi dan m isi organisasi. Berikut adalah fungsi dari SOP;
1. Mem perlancar t ugas pet ugas/ pegawai at au t im / unit kerj a.
2. Sebagai dasar hukum bila t erj adi penyim pangan.
3. Menget ahui dengan j elas ham bat an- ham bat annya dan m udah dilacak.
4. Mengarahkan pet ugas/ pegawai unt uk sam a- sam a disiplin dalam bekerj a.
1 .6 .2 .3 . Pe r a t ur a n
Sedangkan Perat uran adalah sesuat u yang disepakat i dan m engikat
sekelom pok orang/ lem baga dalam rangka m encapai suat u t uj uan dalam hidup
bersam a. Perat uran m erupakan salah sat u bent uk keput usan yang harus dit aat i
dan dilaksanakan. Jadi, kit a harus m enaat i perat uran agar sem ua m enj adi
t erat ur dan orang akan m erasa nyam an. Perat uran adalah t indakan yang harus
dilakukan at au yang t idak boleh dilakukan .
Perat uran at au sering disebut regulasi berfungsi unt uk m engendalikan
perilaku m anusia at au m asyarakat
dengan at uran at au pem bat asan. Regulasi dapat dilakukan dengan
berbagai bent uk, m isalnya: pem bat asan hukum dium um kan oleh ot orit as
pem erint ah, regulasi pengat uran diri oleh suat u indust ri sepert i m elalui asosiasi
perdagangan, Regulasi sosial ( m isalnya norm a) , co- regulasi dan pasar.
Seseorang dapat , m em pert im bangkan regulasi dalam t indakan perilaku m isalnya
m enj at uhkan sanksi ( sepert i denda) .
1 .6 .2 .4 . Ke t e n t ua n
Hasil dari penyusunan prosedur kerj a dapat dit ulis dalam “ buku pedom an
organisasi” at au “ daft ar t ugas” yang m em uat lim a hal pent ing, yait u :
1) Garis- garis besar organisasi ( t ugas- t ugas t iap j abat an) ;
2) Sist em - sist em at au m et ode- m et ode yang berhubungan dengan pekerj aan;
3) Form ulir- for m ulir yang dipergunakan dan bagaim ana m enggunakannya;
4) Tanggal dikeluarkannya dan di bawah kekuasaan siapa buku pedom an
t ersebut dit erbit kan;
5) I nform asi t ent ang bagaim ana m enggunakan buku pedom an t ersebut
Lim a langkah ini lah y ang nant inya out put nya disebut dengan ket ent uan/ t uj uan
suat u organisasi/ perusahaan.
1 .7 . D e fin isi Ope r a siona l
Definisi operasional adalah unsur- unsur penelit ian yang m em berit ahukan
bagaim ana m engukur suat u variabel sehingga dengan pengukuran t ersebut
dapat diket ahui indikat or- indikat or apa saj a sebagai pendukung unt uk dianalisa
ke dalam variabel- variabel t ersebut . ( Singarim bun, 1995: 46) .
Definisi operasional dapat diart ikan sebagai suat u bat asan yang diberikan
dapat dikat akan m em berikan pengert ian khusus, sehingga pengert ian t ersebut
dapat diukur.
St rat egi diart ikan sebagai seperangkat akt ivit as yang dilakukan oleh
sebuah perusahaan at au seseorang dalam m encapai t uj uan dan sasaran yang
diinginkan unt uk m em peroleh keunggulan selam a berk om pet isi didalam pasar
agar lebih baik dari pada pesaingnya
Pendapat an Asli Daerah diart ikan sebagai pendapat an yang benar- benar
dit erim a oleh daerah dan m erupakan m odal pem erint ah dalam pem bangunan
dan m em enuhi belanj a daerah, yang diukur m elalui indikat or: persent asi
penerim aan dari lim a j enis pendapat an daerah yait u, 1. Paj ak Daerah, 2.
Ret ribusi Daerah, 3. Perusahaan Daerah,4. Dinas Daerah, 5. Pendapat an Daerah
lainnya.
1 .8 . Sist e m a t ik a Pe n u lisa n
BAB I : PEN D AH ULUAN
Dalam bab ini m enguraikan m engenai lat ar belakang m asalah,
perum usan m asalah, t uj uan penelit ian, m anfaat penelit ian, kerangka t eori,
defenisi konsep, defenisi operasional dan sist em at ika penulisan.
BAB I I : M ETOD E PEN ELI TI AN
Bab ini secara um um m enguraikan t ent ang bent uk penelit ian, lokasi
penelit ian, populasi dan sam pel, t eknik pengum pulan dat a, t eknik penent uan
skor dan t eknik analisa dat a.
BAB I I I : D ESKRI PSI LOKASI PEN ELI TI AN
Dalam bab ini m enguraikan t ent ang gam baran um um lokasi penelit ian di
Kant or Dinas Pendapat an Daerah Provinsi Sum at era Ut ara, sej arah singkat , visi
dan m isi, st rukt ur organisasi, t ugas dan fungsi pokok, j um lah dan kom posisi
pegawai.
BAB I V : PEN YAJI AN D ATA
Bab ini berisikan penyaj ian dat a yang diperoleh dari lapangan at au
BAB V : AN ALI SA D ATA
Bab ini m em uat t ent ang pem bahasan at au int erprest asi dari dat a- dat a
yang disaj ik an pada bab sebelum nya at au bab I V.
BAB V I : KESI M PULAN D AN SARAN
Bab ini m enguraikan kesim pulan dan saran dari penulis m engenai