• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA TOLAKI DARI GENERASI KE GENERASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAHASA TOLAKI DARI GENERASI KE GENERASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAHASA TOLAKI DARI GENERASI KE GENERASI: Pergeseran Penggunaan Bahasa Daerah dalam Kegiatan Mendongeng pada Keluarga Suku Tolaki

Heksa Biopsi Puji Hastuti

Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara

Abstrak

Salah satu indikator masih digunakann ya sebuah bahasa ialah kegiatan bercerita atau mendongeng. Kegiatan ini dapat dilakukan dalam lingkup keluarga ataupun kelompok sosial yang lebih luas seperti lingkungan desa atau komunitas yang l ebih besar lainnya. Sebagaimana dalam keluarga pada suku lain, dalam keluarga suku Tolaki pun biasa dilakukan kegiatan mendongeng. Biasanya orang-orang tua suku Tolaki me miliki waktu-waktu tertentu untuk mendongengi anakn ya. Pada kenyataann ya, terdapat pergeseran penggunaan bahasa dalam kegiatan mendongeng pada keluarga suku Tolaki. Pergeseran terjadi dari generasi ke generasi, dan terletak pada penerapan kaidah stratifikasi tuturan ketika bercerita dan bahasa yang digunakan secara umu m.

Kata-kata kunci: pergeseran, bahasa Tolaki, kegiatan mendongeng.

PENDAHULUAN

(2)

m a u p u n y a n g b e r h u b u n g a n d e n g a n p e r a t u r a n a d a t s e t e m p a t , ( Wa w a n M a r h a n j o n o : h t t p : / / s a s t r a . u m . a c . i d / w p - c o n t e n t / u p l o a d s / 2 0 1 0 / 0 1 / 0 4 4 ) . Terlepas dari terbukti atau tidaknya data angka di atas, yang ingin disampaikan di sini ialah bahasa Tolaki masih digunakan untuk berkomunikasi walaupun mengalami penurunan jumlah penuturnya.

Tidak ada pihak lain yang ma mpu me mberikan kontribusi yang lebih besar terhadap pemertahanan sebuah bahasa daripada mas yarakat penutur bahasa yang bersangkutan. Friberg (2010:91) mengatakan bahwa pelestarian bahasa (boleh juga dikatakan pemeliharaannya) tidak mungkin dicapai kecuali melalui penggunaan. Dari pernyataan ini terkandung maks ud, semaju apa pun penelitian dilakukan terhadap sebuah bahasa, tidak akan me mberikan ban yak arti jika tidak ada lagi penutur yang menggunakan bahasa tersebut.

Ban yak penelitian yang telah dilakukan sebagai upa ya pemertahanan bahasa Tolaki di Sulawesi Ten ggara. Beberapa penelitian awal terhadap bahasa Tolaki dikemukakan oleh Tarimana (1993:66), yakni H. van der Klift dengan tulisan berjudul Mededeelingen over e taal van Mekongga (1918), yang

artin ya “catatan-catatan tentang bahasa Mekongga”, Mekongga

ialah suku Tolaki yang tinggak di daerah Kolaka. Peneliti lain bernama M.J. Gouveloos dengan tulisannya yang tidak diterbitkan berjudul Spraakkunst der Tolaki (Tata Bahasa Tolaki). Tarimana sendiri pernah melakukan penelitian yang terhimpun dalam tulisan berjud ul Imbuhan Bahasa Tolaki (1973) dan J.F. Pattasiana dkk. menulis buku berjudul Struktur Bahasa Tolaki (1978) dan Morfologi Bahasa Tolaki (1982). Beberapa peneliti lain me mbuahkan kar ya pada periode selanjutnya, antara lain: peneliti SIL yang menulis buku b erjudul Powuku Ndolaki, diterbitkan oleh Badan Pemberda ya SULTRA pada tahun 2006 , Firman A.D. yang menulis “Bentuk Kala dalam Bahasa Tolaki: Sebuah Pengantar”, dimuat dalam Jurnal Kandai Volume 1 Juli 2006, dan Hilaluddin Hanafi yang menulis “klitika Bahasa

(3)

ajar sebagai pegangan siswa sekolah dalam pelajaran Muatan Lokal (mulok) bahasa Daerah Tolaki. Hasil penelitian yang sudah dilakukan tersebut menghasilkan beberapa simpulan dalam beberapa hal, di antaranya yaitu ciri-ciri fonologi bahasa Tolaki, sistem pembentukan kata dalam bahasa Tolaki, adanya perubahan morfofonemis dalam proses pembentukan kata, ciri struktur kalimat bahasa Tolaki yang menunjukkan gejala inversi dan reduplikasi.

Selain ciri-ciri linguistik sebagaimana disebutkan di atas, bahasa Tolaki pun me mpun yai ciri khas sehubungan dengan kondisi sosial buda ya mas yarakat penuturn ya. Banyak kenyataan buda ya yang tidak bisa dilepaskan dari permasalahan bahasa, mengingat bahasa merupakan inti kebudayaan. Penggolongan kelas mas yarakat berdampak nyata pada bahasa yang digunakan, bahasa Tolaki termasuk bahasa yang mengalami hal ini.

Dinamika mas yarakat yang kian hari kian dinamis memicu terjadinya pergeseran -pergeseran pada berbagai aspek kehidup an, termasuk di antaranya dalam pemilihan bahasa untuk berkomunikasi. Derasnya arus urbanisasi dan globalisasi me mberikan dampak yang tidak sedikit pada proses bergesernya penggunaan media komunikasi dalam mas yarakat. Indikasi pergeseran penggunaan bahasa Tolaki ini dapat juga dilihat dari perubahan bahasa yang digunakan ketika bercerita atau mendongeng. Permasalahan yang ingin penulis ungkapkan dalam makalah ini ialah pergeseran penggunaan bahasa Tolaki dari generasi ke generasi, yang terjadi dalam kegiata n mendongeng.

BAHASA TOLAKI PADA MASA LALU

Suku Tolaki mengenal pembedaan stratifikasi dalam berbahasa, yaitu:

a. Tulura anakia (bahasa golongan bangsawan).

(4)

metabea (me mohon), dan m o mb o n a ’a k o (menghargai). b. Tulura lolo (bahasa golongan menengah).

Tulura lolo digunakan sehari-hari secara umum di dalam mas yarakat suku Tolaki.

c. Tulura ata (bahasa golongan budak).

Pembedaan ini tidak terlepas dari kenyataan sosial buda ya suku Tolaki yang mengenal stratifgikasi mas yarakat berdasarkan darah kebangsawanan. Dalam praktiknya, mas yarakat bangsawan (golongan anakia) berbicara menggunakan ragam tulura anakia yang derajatnya dipandang lebih tinggi. Sementara itu, golongan mas yarakat biasa atau kelas rendahan menggunakan ragam tulura lolo dan tulura ata.

Berbicara mengenai suku Tolaki, tidak bisa terlepas dari me mbicarakan masalah kalo, tidak terkecuali ketika me mbahas bahasa sebagai lambang ekspresi. Pada masa lalu, individu atau keluarga yang mengutamakan penggunaan kalo sebagai alat ekspresi dimasukkan ke dalam golongan merou, meirou (sopan, berakhlak terpuji). Sebalikn ya, mereka yang men gabaikan kalo dipandang sebagai t e ’ o h a-oha (sombong, tidak tahu adat, dan sok pintar). Tarimana (1993:77) men yebutkan, hal ini menunjukkan bahwa kalo me miliki fungsi sebagai asas dari adat istiadat berbahasa pada suku Tolaki. Suku Tolaki juga mengenal ga ya berbahasa ragam tulura ndonomotuo (bahasa orang tua-tua). Ragam ga ya bahasa tulura ndonomotua ini biasa digunakan saat orang tua me mberikan nasihat atau petuah kepada anak -anak mereka.

(5)

BAHASA TOLAKI PADA MASA SEKARANG

Mobilitas manusia yang semakin dinamis men yebabkan mereka mau tidak mau men yesuaikan diri dengan lingkungan baru yang dihadapin ya. Mereka yang tidak berpindah pun harus beradaptasi dengan orang baru yang datang dan bermukim di wila yahn ya. Di desa-desa yang awalnya berpenduduk satu suku dan berkomunikasi dengan bahasa daerah yang sama, ketika hadir pendatang dari suku lain dengan bahasa yang berbeda, tentun ya akan berusaha mencari alternatif bahasa yang bisa menjadi media bagi komunikasi di antara mereka. Suku asli yang menghuni wilayah daratan Sulawesi Tenggara ialah suku Tolaki. Mereka berkomunikasi antar sesaman ya dengan menggunakan bahasa Tolaki. Ketika pendatang dari suku lain me masuki desa-desa suku Tolaki, mereka mencari alternatif bahasa yang bisa menjembatani kebutuhan komunikasi.

Di Indonesia, kehadiran bahasa Indonesia sebagai bahasa negara yang sekaligus berfungsi sebagai bahasa persatuan menawarkan alternatif mudah dalam mengatasi permasalahan kesenjangan komunikasi antarsuku. Bangsa Indonesia men yadari arti penting bahasa Indonesia karena ban yakn ya suku -suku tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan memiliki bahasa daerah beragam. Dalam ethnologue (2010) yang dikutip oleh Yamaguchi (2010:74) disebutkan bahwa 10 persen dari seluruh bahasa yang ada di dunia ini terdapat di wilayah negara Indonesia. Sebuah realitas yang tidak menampik urgensi kehadiran satu sarana komunikasi universal bagi seluruh penduduk di Indonesia.

(6)

anak-anak yang terlahir dari perkawinan antarsuku akan menggunakan dan han ya mengerti bahasa Indonesia dalam keseharian mereka. Jika ada anak-anak yang mengerti akan bahasa daerah, biasanya hanya kema mpuan pasif atau mampu mengucapkan dan mengerti kalimat -kalimat tertentu saja.

Keluarga suku Tolaki zaman sekarang, seperti juga keluarga muda dari suku lain, tampak tidak me minati kegiatan mendongeng untuk anak -anakn ya, terlebih dongeng dalam bahasa daerah. Ban yakn ya kemudahan akses medi a dan semakin sibuknya orang tua dalam mencari nafkah men yebabkan aspek pembinaan hubungan dengan anak -anak melalui aktivitas bercerita dianggap tidak e fektif lagi. Kebersamaan biasanya lebih sering dilakukan dengan bermain bersama baik di rumah maupun di tempat rekreasi. Di antara yang jarang, masih ada juga orang tua yang masih bisa dan berusaha men ye mpatkan diri mendongengkan cerita-cerita kepada anak-anakn ya. Namun, umu mn ya mereka mendongeng dalam bahasa Indonesia walaupun cerita yang dipilih merupakan dongeng Tolaki.

Secara umum bisa dikatakan, kemajuan yang dicapai umat manusia pada bidang informasi dan teknologi juga turut berandil dalam menurunnya minat mas yarakat penutur kepada bahasa lokaln ya. Kehadiran tayangan-ta yangan televisi yang menjangkau hingga ke wila yah pedesaan me mberikan alternatif tontonan yang disadari atau tidak, dijadikan panutan dalam bersikap dan berperilaku. Peniruan dilakukan termasuk dalam hal berbahasa. Ta yangan televisi nasional tidak ada yang men yuguhkan acara dalam bahasa Tolaki. Semua dibawakan dalam bahasa Indonesia. Kalau pun ada terselip bahasa daerah, biasanya bahasa daerah Jawa atau Sunda. Apa yang te rsaji di televisi dianggap sebagai kehidupan yang ideal. Bahasa Indonesia diposisikan sebagai bahasa modern yang keren d an bisa menaikkan citra diri seseorang di desanya sehingga tidak sedikit yang menjadi malu ataupun merasa kampungan ketika berbicara menggunakan bahasa Tolaki.

(7)

perubahan dalam sarana komunikasi yang terjadi pada mereka, yakni lebih memilih bahasa Indonesia dari bahasa Tolaki. Seorang pengguna jejaring sosial facebook bernama Hapri menuliskan keresahann ya akan hal ini pada sebuah forum diskusi yang mengangkat topik Bahasa Tolaki Menuju Kepunahan. Setelah me mbaca laporan penelitian yang dilakukan oleh T. David Andersen yang terbit dalam prosiding Kongres Bahasa-Bahasa Daerah di Baubau, Hapri menganalogikan hasil penelitian Andersen terhadap bahasa Moronene dengan realitas yang terjadi pada bahasa Tolaki. Hapri men yimpulkan, sebagaimana yang terjadi pada bahasa Moronene menurut andersen, ada beberapa faktor yang me yebabkan bahasa Tolaki dapat dikatakan menuju kepunahannya, faktor-faktor tersebut yaitu:

1 . A n a k - a n a k d i k o t a s u d a h t i d a k t a h u b a h a s a To l a k i . 2 . B a h a s a To l a k i s u d a h b a n y a k d i c a m p u r i d e n g a n

k a t a - k a t a b a h a s a I n d o n e s i a .

3 . K a t a - k a t a h a l u s b a h a s a To l a k i s u d a h j a r a n g d i m e n g e r t i .

4 . P e m u d a y a n g p e r n a h s e k o l a h d i k o t a p u l a n g k e k a m p u n g t e t a p m e n g g u n a k a n b a h a s a I n d o n e s i a k e t i k a b e r t e m u s e s a m a s u k u t o l a k i d i l u a r d a e r a h , s u d a h m a l u m e m a k a i b a h a s a To l a k i .

A k a n t e t a p i , a d a s a t u g e j a l a y a n g y a n g a k a n m e n j a d i p e n y e b a b u t a m a k e p u n a h a n b a h a s a t o l a k i , y a i t u : O r a n g t u a d i k a m p u n g t i d a k m e m a k a i b a h a s a t o l a k i d e n g a n a n a k n y a .

(8)

s u d a h j a r a n g d i m e n g e r t i . H a l i n i s e s u a i d e n g a n y a n g d i s a m p a i k a n o l e h n a r a s u m b e r p e n u l i s y a n g m a s i h d a l a m u s i a m u d a ( k i s a r a n 1 9—2 5 t a h u n ) . M e r e k a m e n g a t a k a n t i d a k l a g i b i s a m e m b e d a k a n a n t a r a t u t u r a n t u l u r a a n a k i a , t u l u r a l o l o , d a n t u l u r a a t a . D a l a m p r a k t i k n y a , s u k u To l a k i g e n e r a s i m u d a y a n g m a s i h m a m p u b e r k o m u n i k a s i d a l a m b a h a s a d a e r a h n y a t i d a k t e r l a l u m e m e r h a t i k a n s t r a t i f i k a s i t u t u r a n i n i . F a k t o r p e n y e b a b m e m u d a r n y a p e n g a r u h t i n g k a t a n - t i n g k a t a n t u t u r a n d a l a m p e n g g u n a a n b a h a s a To l a k i i a l a h b e r u b a h n y a t a t a n a n k e h i d u p a n s o s i a l m a s y a r a k a t To l a k i . S a a t i n i , t i d a k h a n y a o r a n g k a u m b a n g s a w a n ( k a u m a n a k i a ) y a n g m e r a s a b e r h a k d i h o r m a t i . O r a n g - o r a n g d a r i g o l o n g a n r e n d a h p u n s u d a h b a n y a k y a n g m e m p u n y a i p a n g k a t d a n k e d u d u k a n d a l a m m a s y a r a k a t . O r a n g a n a k i a y a n g s e d i a n y a b i s a b e r b i c a r a d e n g a n m e n g g u n a k a n t u l u r a a t a k e p a d a g o l o n g a n a t a , t i d a k b i s a l a g i m e l a k u k a n n y a s e t e l a h o r a n g g o l o n g a n a t a t e r s e b u t m e m i l i k i k e d u d u k a n t i n g g i .

H a p r i t i d a k s e n d i r i , a d a s e o r a n g p e m u d a To l a k i b e r n a m a M . S a b r i M a t a s a l a y a n g p e d u l i d e n g a n a p a y a n g t e r j a d i p a d a b a h a s a l u l u h u r n y a . I a p u t r a s e o r a n g t o k o h a d a t To l a k i . S a b r i b e g i t u r e s a h m e l i h a t m e n u r u n n y a p e n g g u n a a n b a h a s a To l a k i ( t e r u t a m a g e n e r a s i m u d a S u k u To l a k i ) b a i k d a l a m k o m u n i k a s i d a l a m k e l u a r g a , d i l i n g k u n g a n d e s a , a t a u d a l a m k e g i a t a n - k e g i a t a n y a n g s i f a t n y a a k s i d e n t a l . K e r e s a h a n n y a i n i m e m b e r i k a n i n s p i r a s i u n t u k m e m b e n t u k s e b u a h k o m u n i t a s d e n g a n

n a m a “ S a y a C i n t a B a h a s a To l a k i ” . K o m u n i t a s i n i t e r b e n t u t a n g g a l 2 6 J u n i 2 0 0 8 . S a a t i n i , s e k r e t a r i a t “S a y a C i n t a B a h a s a To l a k i” b e r a d a d i J a l a n D I . P a n j a i t a n , L r . A l - M u k h l i s N o . 3 , K e n d a r i .

(9)

mengakrabkan kembali bahasa, buda ya dan atribut -atribut sosial buda ya Tolaki kepada anggotanya, mas yarakat Tolaki, atau mereka yang hanya tertarik untuk me mpelajari. Kelompok Ini tidak me miliki afiliasi dengan entitas politik atau pribadi, dan berusaha untuk menjembatani kolaborasi penelitian/pro yek kolaborasi pihak luar. Anggota kelompok bervariasi dan terdiri dari pemimpin tradisional, peneliti universitas dan mas yarakat umu m dari berbagai kelompok umur dan latar belakang sosial

ekonomi.” Pemberitahuan ini tertulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia.

Sementara itu, praktik keseharian penutur bahasa Tolaki yang tinggal di desa yang masih relatif homogen komposisi pendudukn ya memperlihatkan kurangn ya minat dan motivasi mereka untuk berkomunikasi dalam bahasa Tolaki. Hal ini terutama terlihat di kota -kota yang sudah bersifat heterogen. Pendatang dari suku lain yang mengharapkan bisa belajar bahasa daerah setempat (bahasa Tolaki) harus kecewa karena sulitnya mendapati orang berkomunikasi dalam bahas a ini. Kalaupun ada, hanya sesekali dan tidak cukup untuk me mbuat telinga terbiasa dan mengenali setiap kata yang diucapkan.

(10)

sekolah.

BAHASA TOLAKI PADA MASA YANG AKAN DATANG

Munculnya komunitas/organisasi “Sa ya Cinta Bahasa Tolaki”. Komunitas ini me mbuka sekretariat tidak hanya di Kendari, tetapi juga di daerah lain yang banyak suku Tolakin ya seperti di Unaaha, Kabupaten Konawe. Kemunculan komun itas ini me mberikan harapan positif terhadap pemertahanan bahasa Tolaki sebagai bahasa suku asli di daratan Sulawesi Tenggara. Ke masa depann ya, diharapkan komunitas ini men yelenggarakan kegiatan yang me miliki kontribusi aktif terhadap upa ya pelestarian bahasa Tolaki. Agenda terdekat yang akan diadakan oleh organisasi ini ialah lomba pidato dalam bahasa Tolaki antarpelajar sekota Kendari. Kegiatan ini rencanan ya akan diadakan pada bulan Maret 2012, bertepatan dengan momen ulang tahun Kota Kendari.

Pemanfaatan media informasi dan teknologi semacam jejaring sosial facebook di internet menjadi terobosan positif mengingat keban yakan generasi muda men yukai cara seperti ini. Selain facebook, media berupa blog, twitter, dan fasilitas media lainnya bisa lebih men ye marakk an upa ya pelestarian bahasa Tolaki karena akses layanan internet yang kian hari kian mudah dan meluas hingga ke pelosok pedesaan. Munculnya artikel-artikel informatif tentang bahasa Tolaki, baik dalam bahasa Tolaki maupun tentang bahasa Tolaki, di internet me mudahkan peminat bahasa mendapatkan sumber pengetahuan.

Perlu juga dipikirkan kemungkinan me mbuka kelas bahasa Tolaki dengan menggunakan media yang sudah ada sekarang. Misalnya, dalam grup facebook “Sa ya Cinta Bahasa Tolaki”

diadakan pelajaran bahasa Tolaki sehingga orang non -Tolaki yang ingin mempelajarinya pun bisa ikut berpartisipasi dalam upaya pelestarian ini. Pelajaran bisa dimulai dengan mengenalkan stratifikasi tuturan bahasa Tolaki yang sudah tampak me mudar ciri-cirinya bagi penutur asli sekali pun.

(11)

bahasa melalui cerita. Cerita atau dongeng yang dimi liki suku Tolaki sangat beragam. M elalui grup facebook, dongeng-dongeng ini bisa disebarluaskan dan dibuka forum diskusi tentang isi cerita serta kaitannya dengan bahasa yang digunakan di dalamn ya sehingga lebih banyak orang yang mengenal dan membahasn ya, baik secara substantif maupun format penya mpaiannya.

Selain internet, media massa bisa juga menjadi alternatif dalam melaksanakan misi pelestarian b ahasa Tolaki. Media cetak seperti surat kabar yang ada di Sulawesi Tenggara bisa diminta men yisihkan satu kolom untuk kepentingan ini. Satu kolom kecil dalam satu hari bisa jadi efektif apabila dilakukan secara kontinu. Faktor kontinuitas ini biasanya terb entur pada ketersediaan dana dan sumber da ya manusia, tetapi tampakn ya hal itu bisa dimus yawarahkan antarpihak terkait. Upaya pelestarian bahasa daerah sebagai keka yaan budaya nasional menjadi tanggung jawab pemerintah, baik pusat maupun daerah.

Pelajaran tentang pengenalan dan pengakraban tuturan-tuturan dalam bahasa Tolaki bisa dilakukan melalui media elektronik, baik audio maupun audio -visual. Ban yak sumber daya manusia baik yang berasal dari suku Tolaki maupun non-Tolaki yang bisa mencurahkan kema mpua nnya dengan berekspresi menciptakan rekaman (audio/visual) jika diberi kesempatan dan keperca yaan. Siaran yang dita yangkan harus dibungkus dengan kemasan yang menarik dan tidak me mbosankan sehingga diminati oleh khalayak.

(12)

KEGIATAN MENDONGENG MASYARAKAT TOLAKI DARI GENERASI KE GENERASI

Berbagai ajaran yang disampaikan oleh leluhur suku Tolaki diteruskan kepada generasi penerus dengan media bahasa ragam. Salah satu aktivitas yang erat kaitannya dengan penya mpaian nasihat ini ialah kegiatan mendongeng. Para orang tua dalam keluarga suku Tolaki memiliki kebiasaan mendongeng untuk anak-anak mereka, baik menjelang tidur maupun sekadar mengisi waktu senggang saat beristirahat. Dongeng Tolaki me mberikan gambaran mengenai ajaran-ajaran yang di yakini berasal dari kearifan leluhur mereka. Sebagai contoh, dongeng Kolopua dan O hada (Kura-kura dan Kera). Penanaman nilai-nilai baik dan buruk, benar dan salah dilakukan melalui penya mpaian dongeng fabel ini. Kolopua merepresentasikan tokoh pelaku kebaikan dan kebenaran, sebaliknya, o hada mencer minkan tokoh pelaku keburukan. Sebagaimana la yakn ya tradisi lisan sebuah mas yarakat, dongeng Tolaki pun men yebar dalam komunitasn ya melalui aktivitas lisan. Mendongeng bagi mas yarakat Tolaki juga menjadi sarana pengenalan dan penanaman norma yang terkandung dalam istilah tertentu yang berlaku dan diakui dalam mas yarakatnya seperti kata tombalaki. Tombalaki sebagai konsep citra lelaki terhadap keluarganya dalam wacana kesetaraan dan relasi gend er muncul melalui mitos Oheo (Laxmi, 2010:92).

(13)

Pada masa lalu, orang Tolaki memiliki saat -saat tertentu yang dipandang tepat untuk mendongeng. Anak -anak mendengarkan cerita rak yat Tolaki dalam bahasa yang masih terjaga keasliannya. Kaidah tuturan masih diterapkan dalam setiap aliran kisah yang keluar dari lisan orang tua mereka. Menurut penuturan narasumber penulis (seorang penutur asli bahasa Tolaki di desa Wawonggole berusia sekitar 25 tahun), waktu ia masih kecil, orang tuan ya (berusia antara 50—60 tahun) masih suka mendongeng cerita -cerita tradisional untuk anak-anaknya. Akan tetapi, orang tua setelah generasi orang tuan ya (sekarang berusia sekitar 40 tahuna n) sudah tidak lagi me melihara kelas tuturan ketika bercerita. Pada saat bercerita, mereka mengombinasikan antara tulura anakia dengan tulura lolo dan tulura ata. Pada cerita narasi biasanya digunakan tulura ata atau tulura lolo, tetapi ketika mengucapkan percakapan dalam dongeng mereka menggunakan tulura anakia.

Terjadinya pengombinasian di atas menunjukkan bias dalam me mosisikan tokoh-tokoh dalam dongeng yang dikisahkan. Bila dihubungkan dengan keterangan narasumber lain mengenai tidak lagi berlakun ya stratifikasi tradisional dalam mas yarakat duku Tolaki, hal ini wajar saja terjadi. Anak -anak tidak lagi diajari mengenal siapa yang termasuk di dalam golongan anakia, atau golongan ata. Kesetaraan yang diajarkan oleh pendidikan modern telah menggeser pengelasan yang sebelumn ya sudah terbina dalam masyarakat suku Tolaki.

(14)

SIMPULAN

Kegiatan mendongeng bisa menjadi indikator penggunaan bahasa daerah pada mas yarakat penuturnya. Melalui pengamatan dalam kegiatan mendongeng, bisa dilihat p ergeseran bahasa daerah yang terjadi dalam mas yarakat penutur sebuah bahasa.

Suku Tolaki memiliki kebiasaan mendongeng untuk anak-anak mereka pada saat -saat tertentu. Berdasarkan aktivitas mendongeng yang mereka lakukan dari generasi ke generasi dapat disimpulkan bahwa ada perubahan bahasa ketika mendongeng. Generasi masa lalu, ketika mendongeng masih dalam bahasa Tolaki yang asli dan sesuai dengan tata aturan yang sudah diakui secara adat, yakni menerapkan stratifikasi tuturan tulura anakia, tulura lolo, dan tulura ata. Generasi selanjutnya masih menggunakan bahasa Tolaki ketika mendongeng, tetapi sudah tidak seperti aslin ya. Mereka menca mpurkan antara tulura anakia, tulura lolo, dan tulura ata. Tulura anakia lebih banyak digunakan dalan dialog, sedangkan tulura lolo dan tulura ata digunakan saat narasi cerita. Orang tua generasi termuda (di bawah 35 tahun) umu mn ya tidak lagi menggunakan bahasa Tolaki ketika mendongeng untuk anaknya. Mereka mendongeng dalam bahasa Indonesia karena anak -anak mereka tidak dibiasakan berbahasa Tolaki.

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, T. David. 2010. Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Moronene. Prosiding Kongres Internasional Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara: 139—145. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara. Friberg, Timothy. 2010. Peran Media Massa dalam Pelestarian

(15)

Daerah Sulawesi Tenggara : 91—99. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.

M a r h a n j o n o , Wa w a n . h t t p : / / s a s t r a . u m . a c . i d / w p - c o n t e n t / u p l o a d s / 2 0 1 0 / 0 1 / 0 4 4 - Wa w a n - M a r h a n j o n o - U n i v . - H a l u o l e o - M o r f o f o n e m i k - B a h a s a - To l a k i - . - . - . . p d f

Peneliti Summer Language Institute. 2006. Powuku Ndolaki. Kendari: Badan Pemberda yaan SULTRA.

Laxmi. 2010. Tombalaki: Studi Kekerasan Laki -laki pada Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Yamaguchi, Masao. 2010. Bahasa-Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara dalam Kaitannya dengan Genealogi. Prosiding Kongres Internasional Bahasa -Bahasa Daerah Sulawesi Tenggara:74--90. Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara.

Referensi

Dokumen terkait