• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Kompres Hangat terhadap Intensitas Nyeri pada Lansia yang Mengalami Reumatoid Artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan iptek dibidang kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup dan umur harapan hidup. Akibatnya, jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah lebih cepat dan pesat. Hingga tahun 2020 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun seperlima jumlah penduduk dan seperempatnya berusia 65 tahun (Fatimah, 2010).

Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dari 10 orang berusia 60 tahun), dan pada tahun 2025, lanjut usia akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho, 2008). Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi Lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat dari tahun ini dan tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28.800.000 (11,34%) dari total populasi. Sedangkan di Indonesia sendiri pada tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia sekitar 80.000.000 (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Susanto, 2010).

(2)

(5,9%) pada tahun 2010. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011 dalam Kristiani, 2014).

Seiring dengan penambahan usia, penuaan pun akan terjadi. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai perubahan baik secara fisik, biologi, sosial ekonomi maupun mental (Nugroho, 2008). Perubahan tubuh terjadi pada semua organ dan jaringan tubuh. Darmojo (1999) menyatakan keadaan itu tampak pula pada semua sistem muskuloskletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik.

Saat ini diperkirakan paling tidak 355 juta penduduk dunia menderita penyakit rematik, yang artinya 1 dari 6 penduduk dunia mengalami penyakit rematik. Keluhan muskuloskeletal dikeluhkan oleh sedikitnya 315 juta pasien rawat jalan di Amerika Serikat setiap tahunnya. Penyakit ini menempati urutan pertama dimana penduduk AS dengan Reumatoid Artritis 12.1 % yang berusia 27-75 tahun memiliki kecacatan pada lutut, panggul, dan tangan, sedangkan di Inggris sekitar 25 % populasi yang berusia 55 tahun ke atas menderita Rheumatoid Arhtritis pada lutut (Breedveld, 2003 dalam Afriyanti, 2009). Menurut Arthritis Foundotion (2006 dalam Nainggolan 2010), jumlah penderita arthritis atau gangguan sendi kronis lain di Amerika Serikat terus meningkat.

(3)

mengalami kelumpuhan akibat kerusakan tulang dan sendi (Handono & Isbagyo, 2005 dalam Afriyanti, 2014). Survei Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 menyebutkan bahwa gangguan muskuloskeletal menempati urutan ke-6 dari 10 penyakit terbanyak yang dilaporkan dari keseluruhan Puskesmas di Sumatera Utara (Syafei, 2010).

Keluhan reumatoid artritis sering sekali terjadi pada lansia. Lansia sering mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri (Ismayadi, 2004). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY et al 2008, prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Nyeri ini disebabkan karena adanya inflamasi. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Isbagio (2012) mengungkapkan bahwa nyeri reumatoid artritis ini akan bertambah berat pada pagi hari saat bangun tidur membaik pada siang hari dan lebih berat pada malam hari. Nyeri ini akan bertambah berat seiring dengan beratnya penyakit dan ambang nyeri dari penderita. Makin bertambah berat penyakitnya maka akan semakin bertambah pula rasa nyerinya. Bila perjalanan penyakitnya dihentikan pada reumatoid artritis maka rasa nyeri akan berkurang.

(4)

dapat memperbaiki fleksibilitas tendon dan ligamen, mengurangi spasme otot, meredakan nyeri, meningkatkan aliran darah, dan meningkatkan metabolism. Manfaat maksimal kompres hangat ini dapat dicapai dalam waktu 20 menit (Smeltzer & Bare, 2001). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fanada M. dan Muda W. tahun 2012 yang menyatakan adanya perbedaan skala nyeri yang signifikan antara sebelum dikompres hangat dengan sesudah dikompres hangat.

Keuntungan tindakan nonfarmakologi ini adalah kompres hangat dapat dilakukan sendiri dirumah dan caranya sederhana. Selain itu tindakan ini dapat digunakan sebagai pertolongan pertama ketika nyeri menyerang (Wenni, 2002 dalam Aini, 2010).

Berdasarkan laporan dari Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas, jumlah lansia yang mengalami penyakit reumatoid artritis pada Juli – Desember 2013 adalah berjumlah 42 orang dengan 20 diderita oleh laki-laki dan 22 diderita oleh perempuan. Dengan kondisi seperti ini, maka puskesmas perlu mengetahui tentang kompres hangat dan efeknya yang dapat mengurangi nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid artritis.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang ada dapat dirumuskan pertanyaan penelitian “Apakah kompres hangat mempengaruhi intensitas nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid artritis di Puskesmas Amplas Kecamatan Medan Amplas?”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid artritis di puskesmas amplas kecamatan medan amplas.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid artritis sebelum dilakukan kompres hangat

b. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid artritis setelah dilakukan kompres hangat.

c. Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia yang mengalami reumatoid sebelum dan setelah dilakukan intervensi

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Institusi Pendidikan

(6)

kompres hangat terhadap intensitas nyeri pada lansia dengan rheumatoid artritis dan menerapkannya dalam pemberian asuhan keperawatan.

1.4.2 Lansia

Mendapatkan informasi tentang mengurangi nyeri dengan melakukan kompres hangat dan bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.4.3 Peneliti Keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Rangsang nyeri yang digunakan pada metode ini berupa hot-plate yang panas dengan suhu suhu 55 ± 0,5 ºC dimana kaki mencit diletakkan ke atas hot-plate, maka nanti mencit

Implementasi jaringan dan pengujian kapasitas bandwidth melalui mikrotik dengan metode PCQ (Per Connection Queue) prinsipnya menggunakan metode antrian/Queue untuk

Dengan mengambil analogi di atas, maka proyek pemetaan seperti yang pertama kali akan dilakukan oleh swasta melalui proyek NEXTMap Indonesia ini pun sejatinya

Celakanya, walaupun pendidikan yang ditempuh betul-betul sesuai dengan standar Belanda, tidak ada jaminan bagi anak-anak lapisan atas Bumiputra untuk memperoleh penghargaan

maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Komunikasi dengan Kinerja pada Karyawan Dinas Kebersihan DKI Jakarta di Jakarta.. Uji

Batasan struktur dalam penelitian ini adalah bentuk yang menyertai keishiki meishi mono dan jenis kelas kata yang mengikutinya, serta makna yang

Notaris merupakan Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat Akta Otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan