• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi SMK Dr. Sjahrir Medan terhadap Faktor Penyebab Kelainan Refraksi Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran Pengetahuan dan Sikap Siswa-Siswi SMK Dr. Sjahrir Medan terhadap Faktor Penyebab Kelainan Refraksi Chapter III VI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

PENELITIAN

3.1. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka

kerangka teori penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian Faktor internal

 Genetik

Faktor eksternal

 Aktivitas jarak dekat - Jarak dan Posisi - Durasi

- Penerangan

Miopia Hipermetropia Astigmatisma

Bayangan sinar sejajar tidak fokus pada retina

Penurunan tajam penglihatan Kelainan Refraksi

(2)

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka

kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan siswa

Kelainan refraksi

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

pendekatan cross-sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk

mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa-siswiSMK Dr. Sjahrir Medan

terhadap faktor penyebab kelainan refraksi.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Dr. Sjahrir Medan yang berlokasi

di Jalan Perbaungan Nomor 2H-J, Medan. Penelitian ini diawali dari menentukan

judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan April

- Desember 2016.Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan

XII SMK Dr. Sjahrir Medan.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau

yang berada di lingkungan SMK Dr. Sjahrir Medan selama penelitian

berlangsung serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam

kriteria eksklusi.Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini

adalah:

1. Kriteria inklusi

a. Siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir Medan tahun

ajaran 2016/2017.

b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani

(4)

2. Kriteria eksklusi

a. Kuesioner yang diisi tidak lengkap

b. Kuesioner dijawab lebih dari satu jawaban.

Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan

rumus:

=

α

=

α ( )

Keterangan:

n = Besar sampel penelitian

Zα = Simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaanα.Untuk α = 0,05, maka Zα bernilai 1,96.

p = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari.

Berdasarkan penelitian sebelumnya,6 maka nilai p = 27% = 0,27.

q = 1 – p = 1 – 0,27 = 0,73.

d = Kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi.

Berdasarkan rumus di atas didapatkan besar sampel:

n = (1,96)2 x 0,27 x 0,73 = 75,71 (76 sampel)

(0,1)2

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

consecutive sampling, sehingga didapatlah sampel penelitian.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diambil merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh

langsung dari sumber data.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian

kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap

(5)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak

SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:21(1)

editing,dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang

dikumpulkan, (2) coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan, (3) entry data, yaitu memasukkan data-data ke

dalam program atau software komputer, (4) cleaning, yaitu pengecekan kembali

untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan penulisan

kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau

koreksi.

Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dalam bentuk persentase.

4.6. Definisi Operasional

4.6.1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh

respondenmengenai kelainan refraksi dan faktor-faktor yang

menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.

b. Cara Ukur

Pengukuran pengetahuan pada penelitian ini dilakukan dengan

wawancara.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah

pertanyaan dalam bentuk pilihan berganda.Jawaban responden yang

benar akan diberi nilai 2, jawaban yang salah akan diberi nilai 1, dan

(6)

d. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari

kuesioner yang diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan

tingkatan sebagai berikut:24

1. Tingkat pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab

benar>75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.

2. Tingkat pengetahuan cukup apabila responden dapat menjawab

dengan benar 56% sampai 75% dari jumlah keseluruhan

pertanyaan yang diberikan.

3. Tingkat pengetahuan kurang apabila responden dapat menjawab

dengan benar ≤ 55% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang

diberikan.

e. Skala

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

4.6.2. Sikap

a. Definisi

Sikap adalah tanggapan atau respon responden terhadap suatu

fenomena sosial, mengenai setuju tidaknya seseorang terhadap hal-hal

yang berkaitan dengan kelainan refraksi dan faktor-faktor yang

menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.

b. Cara Ukur

Pengukuran sikap pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara.

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah

pertanyaan dalam bentuk pilihan berganda.Penilaian sikap

menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif

(7)

Kemudian jawaban itu diberi skor:

1. Sangat setuju/selalu 5

2. Setuju/sering 4

3. Ragu-ragu/kadang-kadang 3

4. Tidak setuju/hampir tidak pernah 2

5. Sangat tidak setuju/tidak pernah 1

d. Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari

kuesioner diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan

sebagai berikut:

1. Mendukung apabila responden mendapat nilai ≥ 31.

2. Tidak mendukung apabila responden mendapat nilai < 31.

e. Skala

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.

4.6.3. Kelainan Refraksi

a. Definisi

Kelainan refraksi adalah penurunan tajam penglihatan yang dialami

oleh responden,yang diukur dengan menggunakan kartu Snellen.

b. Cara Ukur

Pengukuran kelainan refraksi adalah dengan pemeriksaan visus dengan

(8)

Cara menilai visus dari hasil membaca kartu Snellen:16

1. Meminta responden duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen.

2. Meminta responden membaca atau menyebutkan huruf yang ada

pada kartu Snellen, pembacaan dimulai dari huruf yang terbesar

sampai terkecil.

3. Jika terdapat kesalahan dalam membaca, mintalah responden untuk

mengulanginya sebanyak tiga kali.

4. Jika masih terdapat kesalahan, berarti pada baris tersebut

ketajaman matanya sudah menurun. Hasil visus (ketajaman mata)

dibaca di baris terakhir siswa masih bisa menyebutkan seluruh

baris tersebut.

5. Di setiap baris huruf terdapat kode angka yang menunjukkan

berapa meter huruf sebesar itu masih dapat dibaca oleh orang

dengan penglihatan normal. Misalnya: hasil visus 6/9 artinya siswa

dapat menyebutkan huruf pada Snellen Chart pada jarak 6 meter,

sedangkan orang dengan penglihatan normal dapat menyebutkan

huruf tersebut pada jarak 9 meter.

6. Kemudian lakukan uji pinhole. Apabila terjadi perbaikan visus,

maka siswa menderita kelainan refraksi. 16

c. Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan adalah Snellen Chart.

d. Hasil Pengukuran

Hasil pemeriksaan yang diperoleh berupa:

1. Menderita kelainanan refraksi.

2. Tidak menderita kelainan refraksi.

e. Skala

(9)

Tabel 4.1. Tabel Definisi Operasional

No. Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur

1 Pengetahuan Siswa

Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang

2 Sikap Siswa Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Mendukung 2. Tidak

Snellen Chart Nominal 1. Menderita kelainan refraksi 2. Tidak

menderita kelainan refraksi

4.7. Uji Validitas dan Reabilitas

Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson dan uji Cronbach

(Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Jumlah sampel

yang digunakan dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 30

orang.Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Variabel No. Total Pearson

(10)

Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Sikap 1 0,452 Valid 0,697 Reliabel

2 0,551 Valid Reliabel

3 0,417 Valid Reliabel

4 0,380 Valid Reliabel

5 0,473 Valid Reliabel

6 0,610 Valid Reliabel

7 0,475 Valid Reliabel

8 0,481 Valid Reliabel

9 0,437 Valid Reliabel

(11)

BAB 5

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitan

Lokasi dalam penelitian ini adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)

Dr. Sjahrir yang beralamat di Jalan Perbaungan No. 2H-J, Medan.SMK Dr.

Sjahrir merupakan suatu sekolah kejuruan akuntasi perpajakan, dengan nomor

Izin Operasional Sekolah 420/4206/PPMP/2011. Pembagian kuesioner

dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 Oktober 2016 dan pengukuran tajam

penglihatan dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 November 2016.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Respoden

Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.

Sjahrir Medan. Diambil 80 orang responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

dan eksklusi dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian.

Berdasarkan kelas, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas

No Kelas Frekuensi (Orang) Persentase

1 X 15 18,8

2 XI 29 36,2

3 XII 36 45,0

Total 80 100

Tabel 5.1. menunjukkan bahwa penelitian ini diikuti oleh siswa-siswi

kelas X, XI, dan XII, dengan responden kelas XII memiliki frekuensi dan

persentase terbesar yaitu 36 orang (45,0%), kemudian diikuti oleh kelas XI yaitu

(12)

Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebaran subjek penelitian

sebagaiberikut:

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase

1 Laki-laki 26 32,5

2 Perempuan 54 67,5

Total 80 100

Tabel 5.2.menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian adalah

perempuan dengan jumlah 54 orang (67,5%), kemudian laki-laki berjumlah 26

orang (32,5%).

5.1.3. Hasil Analisis Data

5.1.3.1.Tingkat Pengetahuan

Berikut adalah persentase jawaban responden mengenai tingkat

pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 buah pertanyaan.

Tabel 5.3. Persentase Responden yang Menjawab Benar Pertanyaan Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi

No Jenis Pertanyaan Benar Salah

n % n %

1 Pengertian kelainan refraksi 75 93,8 5 6,2

2 Jenis kelainan refraksi 74 92,5 6 7,5

3 Aktivitas yang memicu terjadinya kelainan refraksi 78 97,5 2 2,5

4 Posisi membaca 80 100 0 0

5 Jarak membaca 73 91,3 7 8,7

6 Penerangan yang baik 76 95,0 4 5,0

7 Kapan diperlukan untuk mengistirahatkan mata 58 72,5 22 27,5

8 Cara mengistirahatkan mata 58 72,5 22 27,5

(13)

Berdasarkan tabel 5.3.diketahui bahwa pertanyaan pada kuesioner yang

paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai posisi yang baik

untuk membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden telah mengetahui

posisi yang baik untuk membaca adalah membaca dengan posisi duduk

tegak.Sebaliknya pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan

mengenai tatalaksanakelainan refraksi.Hal ini menunjukkan masih kurangnya

pengetahuan responden mengenai pengobatan yang diperlukan untuk kelainan

refraksi.

Hasil uji terhadap tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X, XI, dan XII

SMK Dr. Sjahrir Medan dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi

No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase

1 Tingkat Pengetahuan Baik 67 83,8

2 Tingkat Pengetahuan Cukup 13 16,2

Total 80 100

Dari tabel di atas, dapat diilihat bahwa dari 80 orang responden yang

diwawancarai, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sebagai tingkat

pengetahuan baik memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 67 orang

(83,8%), 13 orang (16,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan tidak ada

siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (0%).

5.1.3.2.Sikap

Berikut adalah persentase jawaban responden mengenai pertanyaan

(14)

Tabel 5.5. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Sikap tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi

(15)

Berdasarkan tabel 5.5.diketahui bahwa pernyataanan pada kuesioner yang

paling banyak disetujui oleh responden adalah pernyataan mengenai penerangan

saat membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden memiliki sikap yang

mendukung untuk membaca buku dengan penerangan yang cukup.Sebaliknya

pernyataan yang paling sedikit disetujui adalah perrnyataan mengenai sikap

memakai kacamata dengan disiplin.

Hasil uji terhadap sikap siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir

Medan yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel

5.6.

Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden terhadap Faktor Penyebab Kelainan Refraksi

No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase

1 Sikap Mendukung 77 96,2

2 Sikap Tidak Mendukung 3 3,8

Total 80 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki

sikap yang dikategorikan sebagai sikap mendukung yaitu sebanyak 77 orang

(96,2%), dan sebanyak 3 orang (3,8%) memiliki sikap yang tidak

mendukung.Sikap mendukung yang dimiliki oleh responden mungkin berkaitan

dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.

5.1.3.3.Angka Kejadian Kelainan Refraksi

Hasil pemeriksaan visus pada siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.

Sjahrir Medan yang dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen dan pinhole

(16)

Tabel 5.7. Angka Kejadian Kelainan Refraksi pada Responden

No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase

1 Kelainan refraksi 39 48,8

2 Tidak menderita kelainan refaksi 41 51,2

Total 80 100

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 responden, terdapat 39

orang (48,8%) yang menderita kelainan refraksi, yaitu tidak dapat membaca kartu

Snellen di baris 8 dengan jarak 6 meter dan ketika diuji dengan menggunakan

pinhole, tajam penglihatan membaik.

5.1.3.4.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Tingkat Pengetahhuan

Hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir

Medan dengan angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 67 responden yang memiliki

tingkat pengetahuan baik, 35 orang mengalami kelainan refraksi (52,2%) dan 32

orang lainnya tidak mengalami kelainan refraksi (47,8%). Dari 13 responden yang

memiliki tingkat pengetahuan cukup, 4 orang mengalami kelainan refraksi

(17)

5.1.3.5.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Sikap

Hasil tabulasi silang sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan dengan

angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Sikap

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 77 responden dengan sikap

mendukung, 37 orang mengalami kelainan refraksi (48,1%) dan 40 orang lainnya

tidak mengalami kelainan refraksi (51,9%). Dari 3 responden dengan sikap tidak

mendukung, 2 orang mengalami kelainan refraksi (66,7%) dan 1 orang lainnya

tidak mengalami kelainan refraksi (33,3%).

5.2. Pembahasan

5.2.1. Tingkat Pengetahuan

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK

Dr. Sjahrir Medan (83,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai

kelainan refraksi. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilaksanakan di SMA

negeri 3 Medan tahun 2010 yang menyatakan bahwa sebagian besar

(60%)responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kelainan

refraksi.15Penelitian yang dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medanpada tahun

2011 memperoleh data responden dengan pengetahuan yang baik mengenai

miopia adalah sebesar 35%.25Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas XII di SMA

Negeri 7 Manado terhadap miopia masih tergolong cukup (56%).26

Tingkat pengetahuan yang berbeda-bedadipengaruhi oleh berbagai faktor,

seperti ketersediaan sumber pengetahuan, kemampuannya mengakses sumber

(18)

informasi.Peneliti berasumsi bahwa variasi tingkat pengetahuan disebabkan oleh

karena sifat populasi yang berbeda.

Berdasarkan tabel 5.8.dapat diketahui bahwa pada responden dengan

tingkat pengetahuan yang baik, 52,2% di antaranya mengalami kelainan refraksi.

Hal ini berarti responden tidak memanfaatkan pengetahuannya mengenai kelainan

refraksi dalam aktivitas sehari-hari.

5.2.2. Sikap

Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK

Dr. Sjahrir Medan (96,2%) memiliki sikap yang mendukung. Sikap yang

mendukung akan menjadi dasar yang kuat untuk menerapkan perilaku yang

positif. Namun, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata

diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan

faktor dukungan (support) dari pihak lain.22

Berdasarkan tabel 5.9.dapat diketahui bahwa pada responden dengan sikap

mendukung, 48,1% di antaranya mengalami kelainan refraksi. Pengetahuan

responden menumbuhkan sikap yang mendukung, namun responden tidak

mewujudkannya dalam perilaku yang positif.

5.2.3. Angka Kejadian Kelainan Refraksi

Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan

penyebab penurunan tajam penglihatan terbesar adalah kelainan refraksi

(43%).2Angka kejadian kelainan refraksi pada penelitian yang dilakukan di SMP

Kristen Eben Haezar 2 Manado pada tahun 2014 adalah sebesar 46%.27Angka

kejadian kelainan refraksi yang diteliti pada siswa/siswi SMK Dr. Sjahrir Medan

pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebesar 48,8%. Angka ini meningkat dari

(19)

Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik

Medan pada tahun 2008-2010 menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada

remaja berusia 15-24 tahun adalah sebesar 16,61%.28Selanjutnya penelitian yang

dilakukan pada tahun 2011-2014 di Poliklinik Mata RS H. Adam Malik

menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada remaja berusia 12-25 tahun

adalah sebesar 31,15%.6

Angka kejadian kelainan refraksi dikhawatirkan menjadi semakin

meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, atau dapat semakin rendah apabila

edukasi kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan diberi fasilitas yang

(20)

BAB6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun

kesimpulanyang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Didapatkan 80 siswa yang menjadi subjek penelitian yang terdiri dari

67,5% (54 orang) siswa perempuan dan 32,5% (26 orang) siswa laki-laki.

2. Mayoritas tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan

mengenai kelainan refraksi dan faktor penyebabnya berada dalam kategori

baik (83,8%). Pengetahuan siswa mengenai pengertian kelainan refraksi,

tanda dan gejala kelainan refraksi, faktor-faktor penyebab kelainan

refraksi, tatalaksana dan juga cara mencegah terjadinya kelainan refraksi

sudah baik.

3. Mayoritas sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan mengenai kelainan

refraksi dan faktor penyebabnya berada pada kategori mendukung

(96,2%). Respoden yang memiliki sikap mendukung mungkin berkaitan

dengan tingkat pengetahuan yang baik.

4. Angka kejadian kelainan refraksi di SMK Dr. Sjahrir Medan pada tahun

ajaran 2016/2017 sebesar 48,8%.Tingginya angka kejadian kelainan

refraksi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya diduga terjadi

oleh karena kegiatan yang dilakukan responden, seperti membaca atau

aktivitas pembelajaran dengan menggunakan komputer.

6.2. Saran

Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

(21)

2. Bagi sekolah

Melakukanpendekatan atau sosialisasi dari pihak sekolah agar dapat

memberikan pengawasan dan dukungan untuk menerapkan perilaku yang

positif.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel

lain, mengingat kelainan refraksi dipengaruhi oleh multifaktor, misalnya

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan siswa/i SMA Wiyata Dharma Medan mengenai infeksi menular seksual berada dalam kategori kurang baik.. Pada

Perawatan diri saat menstruasi adalah upaya untuk meringankan gejala-gejala pada saat menstruasi yang dapat dilakukan dengan cara farmakologi yaitu penggunaan

Dari tabel dapat dilihat kedua kelompok, baik eksperimen maupun kontrol memiliki pengetahuan awal yang sangat rendah pada beberapa item pertanyaan mengenai

SADARI hanya diperuntukan bagi wanita yang sudah menikah SADARI sebaiknya dilakukan sendiri karena kita yang tahu perubahan yang terjadi pada Payudara kita. SADARI

Distribusi responden berdasarkan kategori sikap perilaku seksual dapat dilihat.. pada

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan siswa berkacamata tentang kelainan refraksi di SMA Negeri 3 Medan berada pada kategori baik.. Kata kunci:

Dari Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas tingkat sikap siswi SMKN 8 Medan tentang faktor resiko kanker serviks paling banyak berada pada kategori sedang yaitu sebanyak

Kuin Utara 4 Banjarmasin khususnya kelas 4 dan 5 tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PHBS dapat dilihat pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 63 responden, sebagian besar yaitu 62