BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
PENELITIAN
3.1. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dipaparkan, maka
kerangka teori penelitian dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian Faktor internal
Genetik
Faktor eksternal
Aktivitas jarak dekat - Jarak dan Posisi - Durasi
- Penerangan
Miopia Hipermetropia Astigmatisma
Bayangan sinar sejajar tidak fokus pada retina
Penurunan tajam penglihatan Kelainan Refraksi
3.2. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan, maka
kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian Pengetahuan siswa
Kelainan refraksi
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan cross-sectional (studi potong lintang) yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap siswa-siswiSMK Dr. Sjahrir Medan
terhadap faktor penyebab kelainan refraksi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Dr. Sjahrir Medan yang berlokasi
di Jalan Perbaungan Nomor 2H-J, Medan. Penelitian ini diawali dari menentukan
judul, menyusun proposal hingga seminar hasil yang berlangsung dari bulan April
- Desember 2016.Pengumpulan data akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2016.
4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan
XII SMK Dr. Sjahrir Medan.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah subjek yang diambil dari populasi terjangkau
yang berada di lingkungan SMK Dr. Sjahrir Medan selama penelitian
berlangsung serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk dalam
kriteria eksklusi.Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini
adalah:
1. Kriteria inklusi
a. Siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir Medan tahun
ajaran 2016/2017.
b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani
2. Kriteria eksklusi
a. Kuesioner yang diisi tidak lengkap
b. Kuesioner dijawab lebih dari satu jawaban.
Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan
rumus:
=
α=
α ( )Keterangan:
n = Besar sampel penelitian
Zα = Simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaanα.Untuk α = 0,05, maka Zα bernilai 1,96.
p = Proporsi penyakit atau keadaan yang akan dicari.
Berdasarkan penelitian sebelumnya,6 maka nilai p = 27% = 0,27.
q = 1 – p = 1 – 0,27 = 0,73.
d = Kesalahan sampling yang masih dapat ditoleransi.
Berdasarkan rumus di atas didapatkan besar sampel:
n = (1,96)2 x 0,27 x 0,73 = 75,71 (76 sampel)
(0,1)2
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
consecutive sampling, sehingga didapatlah sampel penelitian.
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diambil merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh
langsung dari sumber data.Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian
kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan perangkat lunak
SPSS. Pengolahan data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:21(1)
editing,dilakukan untuk pengecekan dan perbaikan dari data-data yang
dikumpulkan, (2) coding, yaitu mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan, (3) entry data, yaitu memasukkan data-data ke
dalam program atau software komputer, (4) cleaning, yaitu pengecekan kembali
untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan penulisan
kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau
koreksi.
Analisis statistik untuk data deskriptif dilakukan dalam bentuk persentase.
4.6. Definisi Operasional
4.6.1. Pengetahuan
a. Definisi
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
respondenmengenai kelainan refraksi dan faktor-faktor yang
menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.
b. Cara Ukur
Pengukuran pengetahuan pada penelitian ini dilakukan dengan
wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah
pertanyaan dalam bentuk pilihan berganda.Jawaban responden yang
benar akan diberi nilai 2, jawaban yang salah akan diberi nilai 1, dan
d. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari
kuesioner yang diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan
tingkatan sebagai berikut:24
1. Tingkat pengetahuan baik apabila responden dapat menjawab
benar>75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
2. Tingkat pengetahuan cukup apabila responden dapat menjawab
dengan benar 56% sampai 75% dari jumlah keseluruhan
pertanyaan yang diberikan.
3. Tingkat pengetahuan kurang apabila responden dapat menjawab
dengan benar ≤ 55% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang
diberikan.
e. Skala
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
4.6.2. Sikap
a. Definisi
Sikap adalah tanggapan atau respon responden terhadap suatu
fenomena sosial, mengenai setuju tidaknya seseorang terhadap hal-hal
yang berkaitan dengan kelainan refraksi dan faktor-faktor yang
menyebabkannya, yang diukur dengan menggunakan kuesioner.
b. Cara Ukur
Pengukuran sikap pada penelitian ini dilakukan dengan wawancara.
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang berisi 10 buah
pertanyaan dalam bentuk pilihan berganda.Penilaian sikap
menggunakan skala Likert yang mempunyai gradasi dari sangat positif
Kemudian jawaban itu diberi skor:
1. Sangat setuju/selalu 5
2. Setuju/sering 4
3. Ragu-ragu/kadang-kadang 3
4. Tidak setuju/hampir tidak pernah 2
5. Sangat tidak setuju/tidak pernah 1
d. Hasil Pengukuran
Hasil pengukuran yang diperoleh berupa total skor penilaian dari
kuesioner diakumulasikan, kemudian disesuaikan dengan tingkatan
sebagai berikut:
1. Mendukung apabila responden mendapat nilai ≥ 31.
2. Tidak mendukung apabila responden mendapat nilai < 31.
e. Skala
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal.
4.6.3. Kelainan Refraksi
a. Definisi
Kelainan refraksi adalah penurunan tajam penglihatan yang dialami
oleh responden,yang diukur dengan menggunakan kartu Snellen.
b. Cara Ukur
Pengukuran kelainan refraksi adalah dengan pemeriksaan visus dengan
Cara menilai visus dari hasil membaca kartu Snellen:16
1. Meminta responden duduk dengan jarak 6 meter dari kartu Snellen.
2. Meminta responden membaca atau menyebutkan huruf yang ada
pada kartu Snellen, pembacaan dimulai dari huruf yang terbesar
sampai terkecil.
3. Jika terdapat kesalahan dalam membaca, mintalah responden untuk
mengulanginya sebanyak tiga kali.
4. Jika masih terdapat kesalahan, berarti pada baris tersebut
ketajaman matanya sudah menurun. Hasil visus (ketajaman mata)
dibaca di baris terakhir siswa masih bisa menyebutkan seluruh
baris tersebut.
5. Di setiap baris huruf terdapat kode angka yang menunjukkan
berapa meter huruf sebesar itu masih dapat dibaca oleh orang
dengan penglihatan normal. Misalnya: hasil visus 6/9 artinya siswa
dapat menyebutkan huruf pada Snellen Chart pada jarak 6 meter,
sedangkan orang dengan penglihatan normal dapat menyebutkan
huruf tersebut pada jarak 9 meter.
6. Kemudian lakukan uji pinhole. Apabila terjadi perbaikan visus,
maka siswa menderita kelainan refraksi. 16
c. Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan adalah Snellen Chart.
d. Hasil Pengukuran
Hasil pemeriksaan yang diperoleh berupa:
1. Menderita kelainanan refraksi.
2. Tidak menderita kelainan refraksi.
e. Skala
Tabel 4.1. Tabel Definisi Operasional
No. Variabel Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1 Pengetahuan Siswa
Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Baik 2. Cukup 3. Kurang
2 Sikap Siswa Wawancara Kuesioner Ordinal 1. Mendukung 2. Tidak
Snellen Chart Nominal 1. Menderita kelainan refraksi 2. Tidak
menderita kelainan refraksi
4.7. Uji Validitas dan Reabilitas
Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi Pearson dan uji Cronbach
(Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS. Jumlah sampel
yang digunakan dalam uji validitas dan reabilitas ini adalah sebanyak 30
orang.Hasil uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Variabel No. Total Pearson
Tabel 4.2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Sikap 1 0,452 Valid 0,697 Reliabel
2 0,551 Valid Reliabel
3 0,417 Valid Reliabel
4 0,380 Valid Reliabel
5 0,473 Valid Reliabel
6 0,610 Valid Reliabel
7 0,475 Valid Reliabel
8 0,481 Valid Reliabel
9 0,437 Valid Reliabel
BAB 5
HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitan
Lokasi dalam penelitian ini adalah SMK (Sekolah Menengah Kejuruan)
Dr. Sjahrir yang beralamat di Jalan Perbaungan No. 2H-J, Medan.SMK Dr.
Sjahrir merupakan suatu sekolah kejuruan akuntasi perpajakan, dengan nomor
Izin Operasional Sekolah 420/4206/PPMP/2011. Pembagian kuesioner
dilaksanakan pada tanggal 28 dan 29 Oktober 2016 dan pengukuran tajam
penglihatan dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 November 2016.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Respoden
Subjek penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.
Sjahrir Medan. Diambil 80 orang responden yang sesuai dengan kriteria inklusi
dan eksklusi dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian.
Berdasarkan kelas, didapatkan sebaran subjek penelitian sebagai berikut:
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas
No Kelas Frekuensi (Orang) Persentase
1 X 15 18,8
2 XI 29 36,2
3 XII 36 45,0
Total 80 100
Tabel 5.1. menunjukkan bahwa penelitian ini diikuti oleh siswa-siswi
kelas X, XI, dan XII, dengan responden kelas XII memiliki frekuensi dan
persentase terbesar yaitu 36 orang (45,0%), kemudian diikuti oleh kelas XI yaitu
Berdasarkan jenis kelamin, didapatkan sebaran subjek penelitian
sebagaiberikut:
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase
1 Laki-laki 26 32,5
2 Perempuan 54 67,5
Total 80 100
Tabel 5.2.menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian adalah
perempuan dengan jumlah 54 orang (67,5%), kemudian laki-laki berjumlah 26
orang (32,5%).
5.1.3. Hasil Analisis Data
5.1.3.1.Tingkat Pengetahuan
Berikut adalah persentase jawaban responden mengenai tingkat
pengetahuan dengan menggunakan kuesioner yang berisi 10 buah pertanyaan.
Tabel 5.3. Persentase Responden yang Menjawab Benar Pertanyaan Pengetahuan tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No Jenis Pertanyaan Benar Salah
n % n %
1 Pengertian kelainan refraksi 75 93,8 5 6,2
2 Jenis kelainan refraksi 74 92,5 6 7,5
3 Aktivitas yang memicu terjadinya kelainan refraksi 78 97,5 2 2,5
4 Posisi membaca 80 100 0 0
5 Jarak membaca 73 91,3 7 8,7
6 Penerangan yang baik 76 95,0 4 5,0
7 Kapan diperlukan untuk mengistirahatkan mata 58 72,5 22 27,5
8 Cara mengistirahatkan mata 58 72,5 22 27,5
Berdasarkan tabel 5.3.diketahui bahwa pertanyaan pada kuesioner yang
paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan mengenai posisi yang baik
untuk membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden telah mengetahui
posisi yang baik untuk membaca adalah membaca dengan posisi duduk
tegak.Sebaliknya pertanyaan yang paling sedikit dijawab benar adalah pertanyaan
mengenai tatalaksanakelainan refraksi.Hal ini menunjukkan masih kurangnya
pengetahuan responden mengenai pengobatan yang diperlukan untuk kelainan
refraksi.
Hasil uji terhadap tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas X, XI, dan XII
SMK Dr. Sjahrir Medan dapat dilihat pada tabel 5.4.
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase
1 Tingkat Pengetahuan Baik 67 83,8
2 Tingkat Pengetahuan Cukup 13 16,2
Total 80 100
Dari tabel di atas, dapat diilihat bahwa dari 80 orang responden yang
diwawancarai, tingkat pengetahuan yang dikategorikan sebagai tingkat
pengetahuan baik memiliki persentase paling besar yaitu sebanyak 67 orang
(83,8%), 13 orang (16,2%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan tidak ada
siswa yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang (0%).
5.1.3.2.Sikap
Berikut adalah persentase jawaban responden mengenai pertanyaan
Tabel 5.5. Persentase Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Sikap tentang Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
Berdasarkan tabel 5.5.diketahui bahwa pernyataanan pada kuesioner yang
paling banyak disetujui oleh responden adalah pernyataan mengenai penerangan
saat membaca. Hal ini menunjukkan bahwa para responden memiliki sikap yang
mendukung untuk membaca buku dengan penerangan yang cukup.Sebaliknya
pernyataan yang paling sedikit disetujui adalah perrnyataan mengenai sikap
memakai kacamata dengan disiplin.
Hasil uji terhadap sikap siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr. Sjahrir
Medan yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner dapat dilihat pada tabel
5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden terhadap Faktor Penyebab Kelainan Refraksi
No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase
1 Sikap Mendukung 77 96,2
2 Sikap Tidak Mendukung 3 3,8
Total 80 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa mayoritas responden memiliki
sikap yang dikategorikan sebagai sikap mendukung yaitu sebanyak 77 orang
(96,2%), dan sebanyak 3 orang (3,8%) memiliki sikap yang tidak
mendukung.Sikap mendukung yang dimiliki oleh responden mungkin berkaitan
dengan tingkat pengetahuan yang dimilikinya.
5.1.3.3.Angka Kejadian Kelainan Refraksi
Hasil pemeriksaan visus pada siswa-siswi kelas X, XI, dan XII SMK Dr.
Sjahrir Medan yang dilakukan dengan menggunakan kartu Snellen dan pinhole
Tabel 5.7. Angka Kejadian Kelainan Refraksi pada Responden
No Kategori Frekuensi (Orang) Persentase
1 Kelainan refraksi 39 48,8
2 Tidak menderita kelainan refaksi 41 51,2
Total 80 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 80 responden, terdapat 39
orang (48,8%) yang menderita kelainan refraksi, yaitu tidak dapat membaca kartu
Snellen di baris 8 dengan jarak 6 meter dan ketika diuji dengan menggunakan
pinhole, tajam penglihatan membaik.
5.1.3.4.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Tingkat Pengetahhuan
Hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir
Medan dengan angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.8.
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 67 responden yang memiliki
tingkat pengetahuan baik, 35 orang mengalami kelainan refraksi (52,2%) dan 32
orang lainnya tidak mengalami kelainan refraksi (47,8%). Dari 13 responden yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup, 4 orang mengalami kelainan refraksi
5.1.3.5.Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Sikap
Hasil tabulasi silang sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan dengan
angka kejadian kelainan refraksi dapat dilihat pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Kejadian Kelainan Refraksi Berdasarkan Sikap
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa dari 77 responden dengan sikap
mendukung, 37 orang mengalami kelainan refraksi (48,1%) dan 40 orang lainnya
tidak mengalami kelainan refraksi (51,9%). Dari 3 responden dengan sikap tidak
mendukung, 2 orang mengalami kelainan refraksi (66,7%) dan 1 orang lainnya
tidak mengalami kelainan refraksi (33,3%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Tingkat Pengetahuan
Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK
Dr. Sjahrir Medan (83,8%) memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai
kelainan refraksi. Hal ini sebanding dengan penelitian yang dilaksanakan di SMA
negeri 3 Medan tahun 2010 yang menyatakan bahwa sebagian besar
(60%)responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kelainan
refraksi.15Penelitian yang dilakukan di SMA Santo Thomas 1 Medanpada tahun
2011 memperoleh data responden dengan pengetahuan yang baik mengenai
miopia adalah sebesar 35%.25Tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas XII di SMA
Negeri 7 Manado terhadap miopia masih tergolong cukup (56%).26
Tingkat pengetahuan yang berbeda-bedadipengaruhi oleh berbagai faktor,
seperti ketersediaan sumber pengetahuan, kemampuannya mengakses sumber
informasi.Peneliti berasumsi bahwa variasi tingkat pengetahuan disebabkan oleh
karena sifat populasi yang berbeda.
Berdasarkan tabel 5.8.dapat diketahui bahwa pada responden dengan
tingkat pengetahuan yang baik, 52,2% di antaranya mengalami kelainan refraksi.
Hal ini berarti responden tidak memanfaatkan pengetahuannya mengenai kelainan
refraksi dalam aktivitas sehari-hari.
5.2.2. Sikap
Dari hasil analisis data, dapat dilihat bahwa mayoritas siswa-siswi SMK
Dr. Sjahrir Medan (96,2%) memiliki sikap yang mendukung. Sikap yang
mendukung akan menjadi dasar yang kuat untuk menerapkan perilaku yang
positif. Namun, untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan
faktor dukungan (support) dari pihak lain.22
Berdasarkan tabel 5.9.dapat diketahui bahwa pada responden dengan sikap
mendukung, 48,1% di antaranya mengalami kelainan refraksi. Pengetahuan
responden menumbuhkan sikap yang mendukung, namun responden tidak
mewujudkannya dalam perilaku yang positif.
5.2.3. Angka Kejadian Kelainan Refraksi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2010 menyatakan
penyebab penurunan tajam penglihatan terbesar adalah kelainan refraksi
(43%).2Angka kejadian kelainan refraksi pada penelitian yang dilakukan di SMP
Kristen Eben Haezar 2 Manado pada tahun 2014 adalah sebesar 46%.27Angka
kejadian kelainan refraksi yang diteliti pada siswa/siswi SMK Dr. Sjahrir Medan
pada tahun ajaran 2016/2017 adalah sebesar 48,8%. Angka ini meningkat dari
Penelitian yang dilakukan di Poliklinik Mata RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 2008-2010 menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada
remaja berusia 15-24 tahun adalah sebesar 16,61%.28Selanjutnya penelitian yang
dilakukan pada tahun 2011-2014 di Poliklinik Mata RS H. Adam Malik
menunjukkan angka kejadian kelainan refraksi pada remaja berusia 12-25 tahun
adalah sebesar 31,15%.6
Angka kejadian kelainan refraksi dikhawatirkan menjadi semakin
meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, atau dapat semakin rendah apabila
edukasi kepada masyarakat dapat berjalan dengan baik dan diberi fasilitas yang
BAB6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari data yang diperoleh, adapun
kesimpulanyang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Didapatkan 80 siswa yang menjadi subjek penelitian yang terdiri dari
67,5% (54 orang) siswa perempuan dan 32,5% (26 orang) siswa laki-laki.
2. Mayoritas tingkat pengetahuan siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan
mengenai kelainan refraksi dan faktor penyebabnya berada dalam kategori
baik (83,8%). Pengetahuan siswa mengenai pengertian kelainan refraksi,
tanda dan gejala kelainan refraksi, faktor-faktor penyebab kelainan
refraksi, tatalaksana dan juga cara mencegah terjadinya kelainan refraksi
sudah baik.
3. Mayoritas sikap siswa-siswi SMK Dr. Sjahrir Medan mengenai kelainan
refraksi dan faktor penyebabnya berada pada kategori mendukung
(96,2%). Respoden yang memiliki sikap mendukung mungkin berkaitan
dengan tingkat pengetahuan yang baik.
4. Angka kejadian kelainan refraksi di SMK Dr. Sjahrir Medan pada tahun
ajaran 2016/2017 sebesar 48,8%.Tingginya angka kejadian kelainan
refraksi dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya diduga terjadi
oleh karena kegiatan yang dilakukan responden, seperti membaca atau
aktivitas pembelajaran dengan menggunakan komputer.
6.2. Saran
Beberapa hal yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa
2. Bagi sekolah
Melakukanpendekatan atau sosialisasi dari pihak sekolah agar dapat
memberikan pengawasan dan dukungan untuk menerapkan perilaku yang
positif.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Penelitian lanjutan perlu dilakukan dengan menggunakan variabel-variabel
lain, mengingat kelainan refraksi dipengaruhi oleh multifaktor, misalnya